PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa L.) termasuk padi
gogo adalah salah satu tanaman pangan yang
cukup penting bagi masyarakat Indonesia. Hal
ini disebabkan sebagian besar penduduk
Indonesia mengkonsumsi beras. Sebagai
pensuplai karbohidrat utama maka padi,
termasuk padi gogo sangat diharapkan dapat
menjadi pemasok pendamping bagi padi sawah.
Namun disayangkan perhatian terhadap padi
gogo oleh pemerintah, peneliti dan termasuk
masyarakat sendiri masih sangat rendah. Disisi
lain potensi peningkatan produksi padi gogo
cukup menjanjikan khususnya di Sulawesi
Tenggara yang memiliki lahan kering yang
cukup luas. Menurut data BPS (2009) bahwa
luas wilayah daratan Sulawesi Tenggara
diperkirakan sebesar 38.140 km2 atau seluas
3.814.000 ha, sedangkan luas wilayah perairan
11.000.000 ha. Luasan wilayah tersebut
terdistribusi di delapan wilayah kabupaten, yaitu
Kabupaten Buton, Muna, Konawe, Konawe
Selatan, Kolaka, Kolaka utara, Bombana dan
Wakatobi serta dua kota yaitu Kota Kendari dan
Kota Bau-Bau. Potensi lahan kering yang
demikian luas adalah kekuatan yang dapat
dimanfaatkan untuk aktifitas pertanian dalam
arti luas, termasuk penanaman padi gogo yang
1
68
69
Gambar 1. Gejala khas penyakit blas (P. oryzae) (A) dan segmentasi konidia (B)
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November 2009 April 2010 dan bertempat di
Desa Puriala, Kecamatan Puriala, Kabupaten
Konawe.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kamera, timbangan analitik (ohaus
adventurer), pengukur intensitas cahaya (pocket
70
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan
acak kelompok (RAK) yang terdiri atas enam
perlakuan kultivar, yaitu Pae Kori, Pae
Enggalaru, Pae Wulo, Pae Endokadia, Pae
Bakala dan Pae Loiyo. Setiap perlakuan diulang
sebanyak 4 (empat) kali sehingga diperoleh 24
petak percobaan. Ukuran petak percobaan
adalah 4 m x 5 m. Penempatan setiap unit
percobaan dalam setiap kelompok dilakukan
secara acak.
Metode Penelitian
Persiapan
Lahan
Penelitian.
Pengolahan lahan dilakukan sebanyak tiga kali,
antara lain: pengolahan pertama dilakukan
dengan menggunakan parang dan traktor yang
bertujuan
untuk
membersihkan
gulma,
membongkar atau membalik tanah dan
memperbaiki tata ruang udara tanah.
Pengolahan kedua dengan menggunakan
cangkul yang bertujuan menghancurkan
bongkahan-bongkahan tanah. Pengolahan yang
ketiga yaitu menggunakan traktor yang
bertujuan untuk menghaluskan bongkahanbongkahan tanah dan membersihkan gulma
yang tumbuh baru dan meratakan permukaan
tanah. Setelah itu di buat petak-petak atau
bedengan percobaan sebanyak 24 petak,
masing-masing petak berukuran 4 m x 5,25 m
dengan jarak antar petak 0,5 m dan jarak antar
kelompok 1 m.
Penanaman. Sebelum penanaman
benih terlebih dahulu direndam dengan
menggunakan zat pengatur tumbuh selama 10
menit selanjutnya diinkubasi selama semalam.
Keesokan harinya benih siap ditanam. Setiap
lubang yang sudah ditugal ditanami 3 5 bulir
benih padi gogo. Setiap petak terdiri atas 350
lubang dengan kedalaman 2 5 cm dengan
jarak tanam antara per rumpun 15 cm dan antara
baris tanaman 40 cm.
71
Tabel 1. Skoring gejala penyakit blas dan pengelompokan tipe ketahanan tanaman
Skor Kategori infeksi pathogen
1
1-5% infeksi blas pada luas daun
2
6-11% infeksi blas dari luas permukaan daun
3
>12% - 25% infeksi blas dari luas permukaan daun
4
>26% - 75% infeksi blas dari luas permukaan daun
5
>76% - 100% infeksi blas dari luas permukaan daun
Sumber: (Anonim, 2005)
Analisis Data
Hasil pengamatan dari pertumbuhan
vegetatif dan generatif dianalisis dengan
menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan
dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT)
pada taraf kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi sidik ragam terhadap studi
keparahan penyakit blas pada kultivar padi gogo
(O. sativa L) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam tingkat
ketahanan padi gogo (O. sativa L.)
terhadap penyakit blas (P. oryzae)
Peubah yang diamati
Tingkat Keparahan Penyakit
a. Pada Fase Vegetatif
b. Pada Fase Generatif
Hasil uji F
**
**
Tingkat ketahanan
Tanaman
Tahan
Agak tahan
Sedang
Berat
Puso
Gambar 2. Penampilan kultivar Enggalaru yang tidak menunjukkan adanya gejala blas (A) dan varietas
yang rentan terhadap penyakit blas (B)
72
Tabel 2. Rerata tingkat keparahan penyakit blas pada fase vegetatif dan fase generatif pada beberapa
kultivar padi gogo (O. sativa L.)
Rata-rata tingkat keparahan penyakit pada fase (%)
Vegetatif
Generatif
Kultivar Kori
8,53 b
22,02 b
c
Kultivar Enggalaru
6,55
16,74 cd
c
Kultivar Bakala
5,78
14,47 d
Kultivar Endokadia
8,08 b
20,49 bc
b
Kultivar Wulo
8,59
24,34 ab
a
Kultivar Loiyo
11,05
27,38 a
2=
1,11
3,75
3=
1,17
3,93
DMRT
4=
1,20
4,05
5%
5=
1,22
4,12
6=
1,24
4,18
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang tidak sama berbeda nyata
berdasarkan DMRT pada taraf kepercayaan 95%
Perlakuan
73
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, 2005. Plant Pathology. Fifth Edition
Elsevier Academic Press, New York.
Amir, M., 2001. Strategi pengendalian Penyakit
Blas (Pyricularia oryzae) di Lahan
Kering. Balitpa. Sukamandi
Amir, M., B. Kustianto, dan E. Lubis, 1993.
Pewarisan Ketahanan Terhadap Blas
Daun (Pyricularia oryzae) Isolat 26
Pada Beberapa Kultivar Padi. Risalah
Kongres Nasional XII dan Seminar
Ilmiah PFI. Yogyakarta, 6 8
September.
Anonim, 2005. Pedoman Pengamatan dan
Pelaporan. Perlindungan Tanaman
74