Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP TINGKAT SERANGAN

OPT PADA KACANG TANAH DI SULAWESI UTARA

Luice A. Taulu
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara
Kompleks Kampus Pertanian Kalasey, Kotak Pos 1345. Manado 95013

ABSTRAK
Perkembangan OPT dipengaruhi oleh inang (tanaman) dan lingkungan lain termasuk iklim.
Demikian juga perkembangan tanaman, dipengaruhi oleh faktor fisik lingkungan dan faktor
biotis yang saling terkait. Lingkungan tumbuh tanaman (tanah), ketersediaan unsur hara yang
cukup bagi tanaman memberi pengaruh langsung terhadap kesehatan tanaman, ketahanan
terhadap OPT, pertumbuhan, dan produksi. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui
pengaruh pemupukan terhadap tingkat serangan OPT pada kacang tanah yang ditanam pada
musim tanam II. Pengkajian dilaksanakan pada lahan petani di Desa Kayuuwi, Kecamatan
Kawangkoan Barat, Kab. Minahasa, pada bulan Juli sampai Oktober 2011. Pengkajian meng-
gunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan empat dosis dan cara pemupukan dan
diulang empat kali. Perlakuan pemupukan adalah 1) pemupukan sesuai rekomendasi (urea 50
kg/ha, saat tanam/ 7–15 hst, tugal; Sp36 100 kg/ha saat tanam, KCl 25 kg/ha saat tanam, 2)
urea 15 kg/ha, SP36 50 kg dan Phonska 50 kg/ha, saat tanam, 3) urea 50, SP36 50 kg/ha,
phonska 50kg/ha saat tanam, 4) pemupukan pola petani (kontrol): urea 10 kg/ha, SP36 50
kg/ha dan Phonska 50 kg/ha diberikan satu kali pada umur tanaman 2 MST. Kacang tanah
ditanam dengan jarak 10 cm x 20 cm pada bedengan selebar 80–100 cm. Varietas yang digu-
nakan adalah varietas Kelinci. Pengamatan dilakukan terhadap komponen agronomi, jenis
hama dan tingkat serangan hama yang dominan, penyakit yang dominan, musuh alami
serangga hama, dan hasil. Hasil kajian menunjukan OPT yang dominan adalah hama perusak
daun, kutu daun, dan wereng daun Empoasca sp. Sedangkan penyakit yang dominan adalah
bercak daun coklat, karat, dan penyakit layu dengan tingkat serangan yang berbeda. Hasil
kacang tanah paling tinggi ditunjukkan oleh perlakuan pemupukan lengkap sesuai
rekomendasi, yaitu 1,96 t/ha polong basah dan yang paling rendah pada pemupukan pola
petani, yaitu 0,67 t/ha polong basah.
Kata kunci: kacang tanah, OPT, pemupukan

ABSTRACT
Effect of fertilizer application to pest damage on groundnut in North Sulawesi.
Development of the plant pest organism are strongly influenced by host (plant) and other
environment including climate. Likewise, the development of the plant is affected by environ-
mental factors and physical factors biotis which are all intertwined. Environment for growing
plants (soil), the availability of sufficient nutrient for plants gives immediate influence on the
health of plants, resistance to the plant pest organism and growth as well as production plants.
The purpose of the study was to determine the influence of fertilization on the strike rate of the
plant pest organism in peanut planted in the planting season II. Study dryland farmers have
been implemented in the village Kayuuwi, district Kawangkoan Barat, Minahasa in July to
October 2011. Studies using Random Design Group with the treatment consists of four doses
and mode of fertilization and repeated four times. Treatment of fertilizing is 1) tested according
to recommendations (50 kg urea/ha, while cropping/7–15 hst-tugal; 100 kg Sp36/ha when
cropping, 25 kg/ha of KCl when cropping, 2) 15 kg/ha of urea, SP36 50 kg and 50 kg Phonska

672 Taulu: Pengaruh Pemupukan terhadap Tingkat Serangan OPT pada Kacang Tanah di Sulawesi Utara
when planting, 3) urea, SP36 50 50kg/50kg/phonska ha, ha when planting, fertilizing pattern 4)
farmer (control): 10 kg/ha of urea, SP36 50 kg/ha and Phonska 50 kg/ha was given a one-time
aged plants 2 mst. Peanuts are planted with a range of 20 x 20 cm in the dike wall as wide as
80–100 cm. Varieties used are varieties of Kelinci. Observations were made to the agronomic
components, dominant types of pests and pest attacks rate, dominant disease and natural
enemies of insect pest and production. Results of the study showed the dominant plant pest
organism found vandal leaves, pests are aphids, leaf pest Empoasca sp., were the dominant
disease are disease of the brown leaf spots, rusts and disease wilted with varying levels of
attack. The highest yields implied by the peanuts with a complete fertilizer suitable recommen-
dations i.e. 1.96 t/ha of wet pods and the lowest is fertilization pattern farmer i.e. 0.67 t/ha of
wet pods.
Keywords: peanut, plant pest organism, fertilization

PENDAHULUAN
Luas areal pertanaman kacang tanah di Sulawesi Utara adalah 6.712 ha dengan pro-
duktivitas 1,31 t/ha (Anonim 2013a). Salah satu wilayah pengembangan kacang tanah di
Provinsi Sulawesi Utara adalah Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa. Wilayah
ini dikenal dengan “kacang tore” yaitu kacang tanah yang dikeringkan dan disangrai
menggunakan pasir yang panas. Dalam budidaya, petani umumnya menggunakan varie-
tas yang ada (menurut informasi adalah var. Kelinci dari hasil panen sebelumnya),
pemupukan sesuai kebiasaan, dan kemampuan petani. Jenis tanah adalah Andosol
dengan tekstur lempung berpasir, sehingga sangat sesuai untuk kacang tanah.
Pengendalian OPT dilakukan secara kimiawi dan berdasarkan kemampuan petani dan
ketersediaan insektisida. Hasil kacang tanah dijual petani dalam bentuk basah ke
pedagang pengumpul atau langsung ke produsen kacang olahan.
Perubahan iklim yang terjadi sejak beberapa tahun terakhir berdampak pada kondisi
pertanian secara umum (Senoaji dan Labang 2011). Fenomena alam ini berpengaruh
terhadap pertumbuhan serangga secara umum yang mengakibatkan terjadinya perubahan
perilaku dan perkembangannya. Serangga hama yang tadinya rendah populasinya dan
bukan merupakan hama utama berubah menjadi tinggi populasinya dan membahayakan.
Perkembangan serangga hama ini tampaknya tidak dapat diimbangi oleh perkembangan
musuh alaminya di alam, sehingga cepat terjadi perubahan keseimbangan. Populasi hama
yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya ledakan populasi serangan hama. Seperti
yang terjadi pada awal tahun 2011, dampak dari perubahan iklim pada akhir tahun 2010,
curah hujan cukup tinggi, maka terjadi ledakan hama pelipat daun (Biloba subcesivella
Zell) pada kacang tanah di Kab. Minahasa yang merusak sekitar 80% pertanaman (Ismail
dkk. 2013)
Hama pelipat daun merupakan salah satu hama pada kacang tanah, yang sebelumnya
populasinya sangat rendah dan bukan merupakan hama utama di wilayah pengembangan
(Ismail dan Bahtiar 2013). Imago hama ini meletakan telurnya satu per satu pada daun
yang masih muda. Larva yang baru keluar dari telur segera memakan jaringan hijau daun
di bawah selaput epidermis. Larva menyukai tanaman yang masih muda. Larva
merekatkan kedua pinggiran helai daun dan merusak tulang daun, akibatnya mengganggu
proses fotosintesis. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan terhadap
tingkat serangan hama dan penyakit pada kacang tanah di Minahasa.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 673
BAHAN DAN METODE
Pengkajian dilaksanakan di Desa Kayuuwi, Kecamatan Kawangkoan Barat, Kabupaten
Minahasa, sejak bulan Juli sampai Oktober 2011. Pengkajian dilaksanakan di lahan petani
dan melibatkan petani secara partisipatif mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan.
Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok diulang empat kali dengan perlakuan
yang terdiri dari beberapa cara dan dosis pemupukan, yaitu 1) pemupukan sesuai
rekomendasi (urea 50 kg/ha saat tanam/ 7–15 HST-tugal; SP36 100 kg/ha saat tanam, KCl
25 kg/ha saat tanam), 2) urea 15 kg/ha, SP36 50 kg/ha dan phonska 50 kg/ha saat tanam,
3) urea 50 kg/ha, SP36 50 kg/ha, phonska 50 kg/ha saat tanam, 4) pemupukan pola
petani (kontrol): urea 10 kg/ha, SP36 50 kg dan phonska 50 kg diberikan satu kali pada
umur tanaman 2 MST.
Kacang tanah ditanam dengan jarak 20 cm x 20 cm pada bedengan selebar 80–100
cm. Varietas yang digunakan adalah varietas Kelinci. Pengamatan dilakukan terhadap
komponen agronomi (tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, berat brangkasan),
jenis hama dan tingkat serangan hama yang dominan, penyakit yang dominan dan musuh
alami serangga hama serta hasil. Tinggi tanaman dan jumlah cabang per tanaman diamati
satu minggu menjelang panen. Berat brangkasan diamati pada saat panen. Tingkat
serangan OPT tidak mutlak (evaluasi menggunakan nilai skoring) dihitung dengan rumus:
(ni x vi)
I = –––––––––––– x 100%
NxZ
Keterangan:
I = Intensitas serangan
ni = jumlah tanaman yang terserang dengan kategori serangan tertentu
vi = scoring dari setiap kategori serangan (0, 1, 3, 5, 7, 9)
N = Jumlah tanaman yang diamati
Z = Nilai scoring tertinggi
Nilai skoring :
0 = Tidak ada daun yang terserang
1 = Kerusakan daun >0–> 25%
3 = Kerusakan daun >25–50%
5 = Kerusakan daun >50–75%
7 = Kerusakan daun >75–90%
9 = Kerusakan daun >90%
Tingkat serangan OPT mutlak dihitung dengan rumus:
a
I = –––––––––– x 100%
a+b
Keterangan:
I = Intensitas serangan (%)
a = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang terserang
b = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang tidak terserang

674 Taulu: Pengaruh Pemupukan terhadap Tingkat Serangan OPT pada Kacang Tanah di Sulawesi Utara
(Mohammad. 1999; Ismail dkk. 2013).
Jumlah tanaman contoh yang diamati sebanyak 20 tanaman yang diambil secara
diagonal pada petakan tiap perlakuan. Tingkat serangan hama perusak daun diamati
dengan menggunakan skoring, hama kutu daun diamati dari jumlah populasinya di tiap
tanaman contoh, sedang hama wereng daun dari jumlah serangga/populasi yang terpe-
rangkap melalui jaring serangga. Tingkat serangan penyakit bercak dan karat daun diamati
menggunakan skoring, sedang penyakit layu dengan menghitung persentase jumlah
tanaman yang layu. Data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisis menggunakan sidik
ragam (Analysis of Variance). Bila F hitung nyata, analisis diteruskan dengan uji BNT-5%
(Beda Nyata Terkecil) (Gomez and Gomez 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan terhadap komponen agronomi disajikan pada Tabel 1. Tanaman
paling tinggi ditunjukkan pada perlakuan pupuk lengkap sesuai rekomendasi, yaitu 49,78
cm dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Tinggi tanaman paling rendah ditunjuk-
kan pada perlakuan pemupukan pola petani.

Tabel 1. Tinggi tanaman, berat brangkasan per tanaman, dan jumlah cabang per tanaman, MT
2011.
Perlakuan pemupukan Urea-
Tinggi tan. Berat brangkasan per Jumlah cabang per
SP36-KCl-Phonska
(cm) tanaman (g) tanaman
(kg/ha)
Rekomendasi 49,78 c 60,57 c 4,8 b
15 – 50 – 0 – 50 31,87 a 39,00 b 5,2 b
50 – 50 – 0 – 50 33,65 b 68,25 d 5,0 b
Pola petani 30,55 a 37,15 a 3,6 a

Berat berangkasan paling tinggi ditunjukkan oleh perlakuan urea, SP36, KCl dan
phonska 50-50-0-50, sedang tanaman yang diberi pupuk sesuai rekomendasi lebih rendah
dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena pemberian urea 50
kg/ha dan phonska 50 kg/ha maka jumlah N lebih banyak dan memacu pertumbuhan
tanaman pada fase vegetatif, pertumbuhan daun menjadi lebih subur. Hal ini ditunjukan
juga oleh jumlah cabang per tanaman, rata-rata 5,0 (Tabel 1).
Hama yang dominan ditemukan di lapangan adalah hama perusak daun (belalang,
ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites), kutu daun (Aphis sp.) dan wereng hijau/wereng daun
(Empoasca sp.). Hama pelipat daun (B. subcesivella) yang pada awal tahun menyebabkan
kerusakan tanaman yang berat, pada musim tanam ini tidak merusak atau populasinya
sangat rendah. Tingkat serangan hama perusak daun paling tinggi pada tanaman dengan
perlakuan pemupukan pola petani yaitu 11,6% dan berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Tingkat serangan paling rendah ditemukan pada tanaman dengan perlakuan
pemupukan berdasarkan rekomendasi. Hal yang sama terjadi pada serangan hama kutu
daun. Populasi hama wereng daun pada 10 kali ayunan paling banyak pada tanaman
kacang tanah dengan pemupukan pola petani, yaitu 13,6 (Tabel 2). Pada kondisi ini
tanaman secara umum kelihatan menguning pada bagian ujung daun.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 675
Tabel 2. Tingkat serangan hama perusak daun, kutu daun, dan wereng daun pada kacang tanah di
tiap perlakuan. Minahasa, Juli–Oktober 2011.
Perlakuan pemupukan Rata-rata tingkat serangan (%) / populasi hama…
Urea-SP36-KCl-Phonska Wereng daun (jumlah/
Perusak daun Kutu daun
(kg/ha) 10 kali ajunan)
Rekomendasi 6,15 a 10,33 a 8,5 a
15 – 50 – 0 – 50 8,20 c 11,66 b 12,6 c
50 – 50 – 0 – 50 7,15 b 12,33 c 10,8, b
Pola petani 11,6 d 13,66 d 13,6 d

Jenis penyakit yang dominan adalah bercak daun (Cercospora sp), karat daun
(Puccinia arachidis), dan layu (Pseudomonas solanacearum). Gejala penyakit bercak daun
adalah ditemukannya bercak coklat pada permukaan daun, di bawah bercak (bagian
bawah daun) berwarna hitam. Pada bercak coklat, ditengahnya ditemukan titik hitam
(Rinoyuhendra 2011). Gejala penyakit layu, tanaman terkulai/mati seperti tersiram air
panas. Penyakit karat banyak merusak pada saat tanaman muda, pada daun bagian
bawah terlihat bintik-bintik atau bertotol coklat. Penyakit bercak daun dievaluasi pada
umur tanaman 45 HST karena lebih banyak merusak tanaman pada umur 40–50 HST
(Rinoyuhendra 2011, Fitri 2010).
Tabel 3 menyajikan tingkat serangan penyakit di lapang. Rata-rata tingkat serangan
penyakit bercak daun paling tinggi ditunjukkan oleh tanaman yang dipupuk dengan pola
petani, yaitu 14,33% dan yang paling rendah ditemukan pada tanaman dengan pemu-
pukan menurut rekomemdasi, yaitu 6,66%. Biasanya petani tidak melakukan pengendali-
an terhadap penyakit ini karena gejalanya baru nampak setelah tanaman tua (Anonim
2013b). Demikian juga penyakit karat dan penyakit layu. Tingkat serangan paling rendah
ditemukan pada tanaman dengan pemupukan menurut rekomendasi. Pemupukan leng-
kap dan berimbang menyebabkan sel-sel jaringan tanaman terbentuk dengan baik
sehingga tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit. Unsur K dapat meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap penyakit (Agerton and Santford 1980).

Tabel 3.Rata-rata tingkat serangan penyakit bercak daun, penyakit karat dan layu pada kacang
tanah di tiap perlakuan. Minahasa, Juli–Oktober 2011.
Perlakuan Pemupukan Rata-rata tingkat serangan (%) penyakit…
Urea-SP36-KCl-Phonska Bercak daun Karat daun Layu
(kg/ha) (45 HST) (30 HST) (∑ pada 3, 5, 7 MST)
Rekomendasi 6,66 a 3.08 a 6,67 a
15 – 50 – 0 – 50 7,33 b 12,22 c 17,50 bc
50 – 50 – 0 - 50 8,66 c 9,99 b 12.50 b
Pola petani 14,33 d 13,88 c 21,66 c

Komponen hasil yang dievaluasi adalah jumlah polong dan jumlah polong berisi per
tanaman. Jumlah polong total per tanaman paling tinggi ditemukan pada pemupukan
sesuai rekomendasi, rata-rata 19,47 polong dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

676 Taulu: Pengaruh Pemupukan terhadap Tingkat Serangan OPT pada Kacang Tanah di Sulawesi Utara
Jumlah polong per tanaman paling rendah ditemukan pada perlakuan pemupukan pola
petani, rata-rata 12,15 polong. Hal ini diduga pemberian pupuk P yang cukup pada tana-
man akan merangsang pembentukan polong dan hal yang sama ditunjukkan juga atau
mempunyai hubungan dengan jumlah polong berisi. Hara P dan K yang cukup juga mem-
pengaruhi juga penyerapan unsur hara yang lain.

Tabel 4. Jumlah polong/tanaman, jumlah polong berisi/tanaman, berat basah polong berisi/tanaman
dan produktivitas kacang tanah.
Rata-rata
Perlakuan Pemupukan
Urea-SP36-KCl- Phonska Jumlah Jumlah Produktivitas
Persentase
(kg/ha) polong total/ polong isi per (t/ha)
polong isi
tanaman tanaman (polong basah)
50 – 100 – 25 – 0 19,47 d 14,15 c 74,47 1.96 b
15 – 50 – 0 – 50 13,17 b 8,33 b 60,8 0.74 a
50 – 50 – 0 – 50 15,85 c 8,50 b 53,63 0.81 a
10 – 50 – 0 – 50 12,15 a 6,70 a 55,14 0,67 a

Walaupun pupuk phonska mengandung P dan K tetapi jumlah yang diberikan belum
mencukupi kebutuhan tanaman. Tanaman kacang tanah memerluka hara P dalam pem-
bentukan polong maupun pengisian polong. Demikian juga ketersediaan unsur K yang
cukup bagi tanaman, pengaturan berbagai mekanisme metabolik akan lebih baik dan
mempengaruhi hasil. Jumlah polong isi pada tanaman yang diberi pupuk lengkap (sesuai
rekomendasi) lebih tinggi, yaitu 74,5% sedang yang lainnya di bawah 60% dari total
polong yang terbentuk. Keadaan ini mempengaruhi hasil yang dicapai. Produktivitas
kacang tanah paling tinggi ditemukan pada tanaman dengan pemupukan sesuai rekomen-
dasi, yaitu 1,96 t/ha polong basah, sedang yang paling rendah pada pemupukan pola
petani, yaitu 0,67 t/ha.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Pemupukan lengkap dengan dosis yang direkomendasikan memberikan hasil yang
paling tinggi, yaitu 1,96 t/ha. Pemupukan dengan pola petani hanya memberikan hasil
0,67 t/ha. Oleh karena itu, perbaikan teknologi budidaya masih perlu disosialisasikan
ke petani kacang tanah agar usahataninya lebih menguntungkan.
2. Pengendalian OPT harus dilakukan sedini mungkin dan disesuaikan dengan umur
tanaman yang rentan agar tingkat serangannya tidak mempengaruhi hasil tanaman.
3. Dengan pemupukan yang lengkap dan berimbang, tingkat serangan OPT dapat
ditekan, tanaman menjadi lebih tahan.
4. Tindakan pengendalian hendaknya diterapkan sesuai konsep PHT.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1990. Petunjuk bergambar untuk identifikasi hama dan penyakit kedelai di Indonesia.
JICA ATA – Project: Strengthening of pioneeringresearch for palawija crop production.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman
Pangan Bogor. Japan International Cooperation Agency.
Anonim. 2013a. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 677
Anonim. 2013b. Penyakit karat pada karang tanah dan pengendaliannya. balitkabi. litbang.
deptan. go.id. Akses 7 April 2014
Agerton, B. and M. Santford. 1980. Beter Crop with Plant Food. Potash and Phosphate
Institute.
Fitri F. 2010. Penyakit pada kacang tanah. Fitrifatmaw08.student.ipb.ac.id/2010/06/20. Akses 7
April 2014.
Gomez, A. A. Dan K.A. Gomez. 1993. Statistical procedures for agricultural research (2nd
edition). An International Rice Research Institute Book. A Wiley Interscience Publication
(John Wiley and Sons). NY,- Chichago, - Brisbane,- Toronto, - Singapura.
Ismail, N., D. Mamesah, dan L.A. Taulu. 2013. Identifikasi hama pada kacang tanah yang
diaplikasi dengan beberapa insektisida. Prosiding Seminar Nasional, Inovasi Pertanian
Lahan Kering. Kupang, 4-5 September 2012. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Ismail, N., dan Bahtiar. 2013. Pengaruh beberapa insektisida terhadap populasi dan tingkat
serangan hama pelipat daun (Biloba subscecivella) pada kacang tanah. Prosiding Seminar
Nasional, Inovasi Pertanian Lahan Kering. Kupang, 4–5 September 2012. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Rinoyuhendra. 2011. Bercak daun pada kacang tanah. rinoyuhendra.blogspot.com/2011/
11/html. Akses 7 April 2014.
Senoaji, W. dan A. Labbang. 2011. Peluang kejadian penyakit tungro pada perubahan iklim:
kajian pengaruh peningkatan suhu terhadap perkembangan serangan vektor wereng hijau
nephotettix virescent. Prosiding seminar nasional penyakit tungro: inovasi teknologi
pengendalian penyakit tungro dan hama utama padi menuju swasembada berkelanjutan.
Makassar 10 Nopember. Puslitbangtan.

678 Taulu: Pengaruh Pemupukan terhadap Tingkat Serangan OPT pada Kacang Tanah di Sulawesi Utara

Anda mungkin juga menyukai