Anda di halaman 1dari 22

UJI IMBANGAN PEMBERIAN PUPUK N UREA DAN PUPUK

N POC URINE KELINCI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

SKRIPSI

Diajukan oleh :
Faiz Rafiqi
20130210087

Program Studi Agroteknologi

KEPADA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sawi hijau adalah sayuran daun yang biasanya diolah menjadi tumisan atau
pelengkap makan bakso. Sawi hijau mengandung banyak antioksidan dan memiliki
banyak vitamin, sawi seperti juga sayur hijau lainnya berfungsi sebagai pencegah
kanker (Zatnika, 2010).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015) produksi sayuran sawi di
indonesia dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami kenaikan dari 580.969 ton
menjadi 635.728 ton, namun tahun 2014 sampai 2015 telah mengalami mengalami
penurunan dari 602.468 ton menjadi 580.51 ton. Data tersebut menunjukan bahwa
terjadinya fluktuasi produksi caisin, bahkan telah mengalami penurunan pada tig
tahun terakhir. Penyebab penurunannya produksi caisin disebabkan dalam
budidayanya. Oleh sebab itu perlu adanya perbaikan dan peningkatan teknologi
budidaya pada tanaman sawi caisin.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.511/Kpts/PD.310/9/2006,
sawi juga termasuk komoditas binaan Direktorat Jenderal Hortikultura (Peraturan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 48 Permentan/OT.140/10/2009).
Sayuran sawi bisa ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi, cukup cahaya
matahari, aerasi tanah baik dan pH tanah 5,5-6 (Endrizal et al., 2010). Sawi bila
ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk dikembangkan atau
diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta adanya peluang pasar.
Kelayakan pengembangan budidaya Sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya
keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk
komoditas tersebut, disamping itu, umur panen Sawi relatif pendek yakni 40-50 hari
setelah tanam dan hasilnya memberikan keuntungan yang memadai (Rahman dkk,
2008). Selain itu, aspek teknis, ekonomi dan sosial juga sangat mendukung
pengusahaan sayur di negeri kita. Ditinjau aspek teknis, budidaya Sawi tidak terlalu
sulit (Haryanto dkk, 2006).
Berdasarkan data statistik pertanian secara nasional kemampuan produksi
tanaman sawi Indonesia 8-10 ton/ha. Sedangkan untuk Sulawesi Tenggara produksi
sawi rata-rata 3,74 ton ha-1 dengan luas panen 165 ha (BPS Sulawesi Tenggara,
2010). Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2009) produksi
Sawi selama periode tahun 2005 sampai tahun 2008 mengalami penurunan minus
1,44% per tahun, hal ini terjadi karena berkurangnya luas lahan. Pada tahun 2008
produksi Sawi sebesar 77.147 ton, naik sebesar 2.036 ton, bila dibandingkan
produksi Sawi pada tahun 2007 sebesar 75.111 ton. Sawi terdapat hampir di semua
daerah di Sumatera Utara.
Salah satu menurunnya produksi sawi dikarenakan budidaya yang belum
dioptimalkan. Salah satu faktor penting dalam budidaya yang menunjang
keberhasilan hidup tanaman adalah masalah pemupukan. Masalah umum dalam
pemupukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Efisiensi
pemupukan N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40%. Efisiensi
pemupukan P oleh tanaman juga rendah, berkisar 15-20% (Suwandi, 2009).
Tanaman tidak cukup hanya mengandalkan unsur hara dari dalam tanah saja. Oleh
karena itu, tanaman perlu diberi unsur hara tambahan dari luar, yaitu berupa pupuk
(Prihmantoro, 2001). Upaya peningkatan efisiensi penggunaan pupuk dapat
ditempuh melalui prinsip tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu aplikasi,
dan berimbang sesuai kebutuhan tanaman (Syafruddin dkk, 2009). Peningkatan
produksi Sawi dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan melalui tanah
dapat dilakukan dengan pupuk buatan dan pupuk alami. Berkurangnya subsidi
pupuk dan banyaknya beredar pupuk majemuk alternatif membuat para petani
menjadi bingung hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani mengenai
jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga tidaklah
mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan peningkatan
produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja, sementara unsur
mikro yang lain tidak terpenuhi. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang lebih
sedikit, unsur mikro ini tidak kalah pentingnya dengan unsur hara makro sebagai
komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas
enzim (Lingga dan Marsono, 2007).
Selain itu, penggunaan pupuk Anorganik secara terus menerus dapat
merusak tanah sehingga perlu diimbangi dengan pemberian pupuk organik, selain
itu kombinasi pupuk Organik dan Anorganik akan memberikan beberapa
keuntungan yaitu salah satunya dapat mengurangi biaya produksi. Ketergantungan
terhadap pupuk anorganik (Urea) pada berbagai budidaya tanaman perlu
diantisipasi dengan menggunakan bahan/organisme yang dapat menyediakan hara
N. Salah satunya Urine kelinci yang memiliki kandungan N dan berguna bagi
tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Urine kelinci
mengandung N: 2,72%, P:1,1%, K:0,5% (Kusnendar,2013). Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh dari pemberian kombinasi POC kelinci
dan pupuk urea dengan berbagai jumlah takaran dalam aplikasi pupuk N terhadap
pertumbuhan dan produksi Sawi.

B. Perumusan Masalah
Penggunaan pupuk Anorganik secara terus menerus dapat merusak tanah sehingga
perlu diimbangi dengan pemberian pupuk Organik, selain itu pemberian pupuk
Anorganik dan Organik akan memberikan beberapa keuntungan selain memelihara
tanah juga dapat mengurangi biaya produksi,sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti dan mendapatkan imbangan yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman sawi.

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji pengaruh pemberian imbangan POC urine kelinci dan pupuk
Urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica juncea L)
2. Mendapatkan imbangan terbaik antara POC urine Kelinci dan pupuk Urea
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica juncea L) .
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman sawi
1. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi
Tanaman Sawi (Brassica junceaL.) masih satu famili dengan kubis-krop,
kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae)
olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem
perakaran, struktur batang, bunga, buah (polong) maupun bijinya. Sawi termasuk
ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap
yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau bisa
dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan
dalam berbagai macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi)
berbagai macam penyakit (Cahyono, 2003).
Klasifikasi Sawi dalam Divisi: Spermatophyta (Rukmana, 2002) sebagai
berikut : Kelas: Angiospermae, Sub-kelas: Dicotyledonae, Ordo: Papavorales,
Famili : Brassicaceae, Genus: Brassica ,Spesies: Brassica Juncea L. Sistem
perakaran sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar
yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan
kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan
zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Heru
dan Yovita, 2003). Batang Sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir
tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun
(Rukmana, 2002). Universitas Sumatera Utara Sawi berdaun lonjong, halus, tidak
berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak
(roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono,2004).
Sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di dataran
tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga
(inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap
kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun
mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik
yang berongga dua (Rukmana, 2002). Syarat Tumbuh Tanah yang cocok untuk
ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan
organik (humus), tidak menggenang (becek), tata aerasi dalam tanah berjalan
dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya
adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2006).
Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam
tanah, aktifitas kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan ke
dalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan
mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam,
netral ataupun basa, yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi
ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara mikro lebih
tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara mikro semakin
kecil (Hasibuan, 2010).
Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan
yang paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah Andosol. Pada
tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna
antaralain pengolahan tanah yang cukup (Suhardi, 1990). Pemberian pupuk organik
sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang
baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat
merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang
mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran
ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan
jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu
sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah
yaitu 2–4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan
adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolo mit (CaMg(CO3)2)
(http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/,2011).
Iklim Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung
kelangsungan hidup tanaman karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Sawi
hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman
pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang
sesuai untuk pembudidayaan sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi
sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono, 2003). Sawi pada
umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain tahan terhadap
suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan menghasilkan biji secara alami pada
kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto dkk, 2002). Kelembapan udara yang
sesuai untuk pertumbuhan sawi hijau yang optimalberkisar antara 80%-90%.
Kelembapan udara yang tinggi lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap
pertumbuhan tanaman. Kelembapanyang tinggi tidak sesuai dengan yang
dikehendaki tanaman, menyebabkan mulut daun (stomata) tertutup sehingga
penyerapan gas karbondioksida (CO2) terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2
tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga kadar gas CO2 yang diperlukan tanaman
untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya proses fotosintsis tidak berjalan dengan
baik sehingga semua proses pertumbuhan pada tanaman menurun. (Cahyono,
2003).
Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis)
tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi iklim yang
dikehendaki untuk pertumbuhan sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam
hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per
hari (Sastrahidajat dan Soemarno, 1996). Suhu udara yang tinggi lebih dari 210C
dapat menyebabkan sawi hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak
sempurna). Karena suhu udara yang tinggi lebih dari batasan maksimal yang di
kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses fotosintesis tanaman tidak berjalan
sempurna atau bahkan terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti,
sedangkan proses pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya
produksi pati hasil fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari
pada untuk pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh
dengan sempurna. Dengan demikian pada suhu udara yang tinggi sawi hijau
pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta
kualitas daun juga rendah (Cahyono, 2003). Sawi tahan terhadap air hujan, sehingga
dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan
adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini
membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana
lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang.
Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan.

B. POC Urine Kelinci


Selain sebagai hewan kesayangan, kelinci ternyata memiliki berbagai
manfaat, bahkan sampai kotorannya pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik
yang tentu saja lebih sehat. Perlu diketahui sisa-sisa kotoran kelinci tersebut
ternyata banyak mengandung unsur nitrogen (N) yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. (zulhamariansyah,2015)
Dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap sayuran organik
yang lebih sehat, sehingga budidaya sawi caisin dengan pemberian Pupuk Organik
Cair (POC) urine kelinci merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan. Larutan
POC merupakan larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari urine kelinci.
Pembuatan urine kelinci ini bertujuan untuk menyuburkan tanah dari kandungan
Nitrogen dan Pestisida dimana untuk pupuk cair ini tidak membunuh hama pada
tanaman tetapi sifatnya mengusir atau membuat hama tidak merusak tanaman
tersebut. Pupuk organik ramah lingkungan dari limbah ternak ini bisa membuat
petani mengurangi penggunaan pupuk urea atau pupuk kimia lainnya. Dengan
demikian, para petani tidak perlu membeli pupuk urea, cukup tanaman dipupuk
dengan menggunakan pupuk organik yang berasal dari limbah urine kelinci.
Pupuk organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu
dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga
menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan, sehingga pupuk organik
ini dapat digunakan untuk pupuk yang ramah lingkungan. Manfaat lain dari
penggunaan pupuk organik cair urine kelinci ini adalah sebagai zat perangsang
pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit, sebagai pupuk daun organik, dan
dengan dicampur pestisida organik bisa membuka daun yang keriting akibat
serangan thrip (Admin, 2010).
Pemberian POC urine kelinci merupakan salah satu alternatif dalam
penerapan teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Urine kelenci dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair karena mengandung
nitrogen, posfor, kalium, dan air lebih banyak dari pada kotoran sapi padat.Tidak
hanya itu saja urine kelinci juga sangat bermanfaat bagi para petani karena urine
kelinci mangandung banyak unsur hara sehingga dapat digunakan sebagai pupuk
cair. Aplikasi pemberian POC urine kelinci diberikan dengan cara disirimkan ke
tanaman (Maspary, 2011).
POC urine kelinci merupakan pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari
urine kelinci dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami.
Urine yang diambil dari ternak, terlebih dahulu di fermentasi sebelum digunakan.
Urine diperoleh dari fermentasi anaerobik dari urine dengan nutrisi tambahan
menggunakan mikroba pengikat nitrogen dan mikroba dekomposer lainnya.
Dengan demikian kandungan unsur nitrogen dalam urine akan lebih tinggi. Pupuk
organik sangat kaya akan jenis unsur hara seperti unsur hara Makro dan Mikro
(Ricobain, 2011).
Berdasarkan hasil kajian badan penelitian ternak (Balitnak) pada tahun 2005
menyatakan bahwa kotoran dan urine kelinci dapat dimanfaatkan sebagai pestisida
dan pupuk organik. Hal tersebut dikarenakan kadar nitrogen kususnya pada urin
kelinci lebih tinggi daripada hewan herbifora lainnya seperti sapi. Hal tersebut
dikarenakan kelinci hanya makan daun saja. Kandungan kotor/urine kelinci ; N:
2,72%, P: 1,1%, K : 0,5 % dan urine sapi N: 1,4%, P: 0,7%, K: 1,6% (Kusnendar,
2013). Selain dapat memperbaiki struktur tanah, pupuk organik cair urine kelinci
bermanfaat juga untuk pertumbuhan tanaman, herbisida pra-tumbuh dan dapat
mengendalikan hama penyakit, mengusir hama tikus, walang sangit dan serangga
kecil pengganggu lainnya (Saefudin, 2009). Hasil penelitian (Erika Dewi
Nugraheni dan Paiman 2010), menunjukan bahwa konsentrasi urine kelinci
memberikan pengaruh nyata berat segar tanaman, berat kering tanaman, berat
kering daun, berat kering batang, dan berat kering akar. Frekuensi pemberian urine
kelinci berpengaruh pada berat kering tanaman, berat kering daun, berat kering
batang dan berat kering akar. Konsentrasi terbaik urine kelinci yaitu 3000 ppm pada
pertumbuhan tanaman. Frekuensi pemberian urine kelinci 9 kali memberikan
pertumbuhan yang terbaik. Pemberian urine kelinci berpengaruh nyata pada tinggi
tanaman 3 dan 4 MST, jumlah daun 3 dan 4 MST, luas daun, bobot basah tanaman,
bobot kering tanaman, dan produksi per plot pada tanaman sawi (Djafar et al.,
2013).
Benih sawi hijau berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin
mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Bentuk tanaman
besar, semi buka dan tegak. Warna tangkai Hijau tua, tangkai bunga panjang dan
langsing, warna daun hijau, potensi produksi 150-200gram/tanaman. Benih yang
akan kita gunakan ialah varietas tosakan atau sering disebut caisim (bangkok)
C. Pupuk Urea
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar
tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk
Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2
CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah
menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan
tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan
pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen. Dari berbagai pupuk
buatan yang beredar di pasaran, pupuk urea juga merupakan salah satu jenis pupuk
buatan yang paling laris dan selalu dibutuhkan, baik oleh petani maupun
pembudidaya tanaman. Pupuk urea mengandung nitrogen dalam jumlah yang
tinggi. Unsur nitrogen di dalam pupuk urea sangat bermanfaat bagi tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan, pupuk urea membuat daun tanaman lebih
hijau,rimbun dan segar. Nitrogen juga membantu tanaman sehingga mempunyai
banyak zat hijau daun (klorofil). Adanya zat hijau daun yang berlimpah, tanaman
akan lebih mudah melakukan fotosintesis, pupuk urea juga mempercepat
pertumbuhan tanaman. Mempercepat tinggi tanaman,mempercepat pertumbuhan
anakan daun, pupuk urea juga mampu mempercepat sintesis protein dalam
tanaman. Pupuk ini dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Urea dapat
ditambahkan untuk tanaman darat maupun air, pupuk urea juga baik untuk tanaman
pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman disekitar perikanan
dan peternakan.
Hasil penelitian (Dwita Indrarosa 2013) dengan perlakuan urea A: 5 gram
B: 10 gram, C: 15 gram dan POC kelinci D: 100ml, E: 150ml, F: 200ml dalam
penelitiannya terhadap tinggi tanaman menunjukan hasil perlakuan mengalami
beda nyata yaitu, sedangkan untuk jumlah daunya tidak mengalami beda nyata
hanya pada tampak pada 21 hst.
D. Hipotesis
Kombinasi Pemberian 20% N Urea + 80% POC Urine kelinci yang
berimbangan mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi
(Brassica juncea L).
III. TATA CARA PENELITIAN
a. Rencana Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 yang bertempat di
Laboratorium Agrobioteknologi, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, dan Halaman Rumah.
b. Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan diantaranya drum dekomposisi, ember,
penggaris, timbangan analitik, sekop, cangkul.
Bahan yang akan digunakan ialah,tanaman sawi, pupuk urea, polybag,
pupuk kandang,tanah Regosol , POC urin kelinci.
c. Metode penelitian
Penelitian ini disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan
menggunakan faktor tunggal. Perlakuan yang diujikan adalah Imbangan POC
Kelinci dan Urea , terdiri dari 6 perlakuan sebagai berikut:
A. 100% N (Urea)
B. 80% N (Urea) + 20% N (POC Urine kelinci)
C. 60% N (Urea) + 40% N (POC Urine kelinci)
D. 40% N (Urea) + 60% N (POC Urine kelinci)
E. 20% N (Urea) + 80% N (POC Urine kelinci)
F. 100% N POC (POC Urine kelinci)
Masing masing perlakuan dengan 3 ulangan dan 3 sampel sehingga didapat 54
unit tanaman sawi/polybag (layout pada lampiran 1).
d. Cara penelitian
1. Pembuatan POC Urine Kelinci
Campur Em4 5ml/L, larutan gula pekat/tetes tebu 10ml/L, dan air dalam
ember, lalu diaduk merata. Tutup drum plastik hingga rapat dan biarkan selama 1
minggu dan pada minggu kedua dibuka kembali lalu diaduk, lalu ditutup kembali
hingga proses selesai pada minggu ke-3.
1. Pelaksanaan Penelitian
a. Persemaian benih
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk
penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap
lingkungannya. Pembibitan dilakukan pada nampan dengan menaburkan benih dan
ditutupi tanah setebal 1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5
hari dan benih akan tumbuh setelah berumur 14 hari sejak disemaikan sebelum
dipindah ke media tanam polybag.
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih
yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan
benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk
bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih
coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan ialah varietas tosakan atau sering
disebut caisim (bangkok), harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli
harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh.
kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.
Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus
memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai
benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan
benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan
dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama
penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.
Benih yang digunakan pada penelitian kali ini adalah benih sawi hijau yang
sudah bersertifikat yaitu varietas tosakan.
b. Membuat media tanam
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan
bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki
struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki
fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita
gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan,
rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi,
karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan
kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. sebelum ditanam
pupuk dimasukkan sebagai pupuk dasar dengan satu kali pengaplikasian melihat
umur tanam sawi relatif pendek yaitu 30 hari setelah dipindah ke media tanam.
Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah, sebagai contoh
pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 20 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat
penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita
gunakan.

2. Penanaman bibit
Setelah bibit berumur 14 hari dengan ciri-ciri jumlah daun 4-5 helai maka
tanaman siap dipindah kedalam media tanam polybag ukuran 6 kg, dengan cara
memindahkan bibit dengan hati-hati sehingga tidak terjadi kerusakan pada akarnya.

3. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga sangat berpengaruh
dengan hasil yang didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan ketika ada tanaman yang layu atau mati dengan
umur yang sama agar pertumbuhan seragam.
b. Penyiraman
Penyiraman yang dilakukan setiap hari demi untuk mencukupi kebutuhan
tanaman sawi agar didapatkan hasil yang maksimal. Penyiraman pada tanaman sawi
sangat dipengaruhi oleh media tanam, besar kecilnya tanaman, temperatur
lingkungan, kelembaban, aliran udara. Menyiram tanaman sawi sebaiknya
mengunakan gembor, sehingga butiran air yang keluar dapat teratur, agar tidak
merusak tanaman. Penyiraman yang baik langsung disemprotkan pada bagian
tanahnya, supaya langsung terserap.
c. Pengendalian OPT
Hama yang banyak menyerang tanaman ini adalah jenis kutu atau walang
sangit yang biasanya membuat daun sawi menjadi bolong-bolong. Selain kedua
hama tersebut ada beberapa hama lainnya yaitu ulat, busuk daun dan penyakit
tanaman. Cara penanganannya bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida
7. Panen
Pemanenan sawi pada umur 40 hari dengn ciri-ciri warna hijau tua. Untuk
tanaman pertumbuhannya baik, disetiap satu hektar menghasilkan 1-2 ton sawi
hijau. Cara panen dengan mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dengan
berhati-hati agar akar tidak putus ketika dipanen. Waktu panen yang paling baik
adalah pagi atau sore hari agar tidak mengalami kelayuan yang dratis akibat suhu
udara yang panas.
E. Parameter
Parameter yang akan diamati pada penelitian ini diantaranya :
1. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah tanaman dipindahkan
kedalam media tanam dan diamati 7 hari sekali dengan cara meletakan pengaris
pada permukaan tanah dengan pangkal tanaman kemudian penggaris diarahkan
keatas sampai pada bagian daun yang tertinggi/panjang.
2. Jumlah daun (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan saat tanaman mulai dipindahkan dari
penyemaian ke media tanam dalam polybag, pengukuran selanjutnya 1 minggu
sekali, Caranya adalah menghitung semua daun yang membuka sempurna pada
tanaman

3. Luas Daun
Luas daun diamati saat setelah panen dengan cara daun digambar pada
selembar kertas.
4. Panjang Akar
Panjang akar diukur saat setelah panen dengan cara menggunakan penggaris
dari pangkal akar sampai ujung akar
5. Berat Segar akar (g)
Pengamatan berat akar dilakukan pada saat setelah panen bagian yang
dipotong dari bagian pangkal tanaman dan lalu ditimbang.
6. Berat Kering akar (g)
Pengamatan kering akar dilakukan setelah di oven pada suhu ± 800 C sampai
berat konstan
7. Berat Segar tajuk (g)
Pengamatan ini dilakukan pada saat panen dan dicuci terlebih dahulu
akarnya tanaman dan dianginkan sebentar, lalu ditimbang.
8. Berat kering tajuk (g)
Berat kering tajuk dilakukan setelah tanaman dipanen semua lalu ditimbang
setelah itu dikering anginkan beberapa hari lalu di oven selama 24 jam.
9. Produksi Tanaman (ton/ha)
Hasil tanaman sawi hijau dihitung melalui konfersi dari hasil berat segar
tajuk/tanaman ke berat segar tajuk/hektar
F. Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam atau Analysis of Variance
(ANOVA) dengan taraf nyata α = 5%. Hasil sidik ragam yang menunjukan
perbedaan antara perlakuan dinyatakan uji lanjut dengan uji jarak ganda Duncan
Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5%. Hasil analisis ditampilkan
dalam bentuk tabel dan gambar.
Lampiran 1. LAY OUT
E2 B1 E3 C3 F1 A1

E1 C2 A3 D3 D2 F2

C1 B2 A2 B3 D1 F3

A. 100% N Urea
B. 80% N Urea + 20% N POC Urine kelinci
C. 60% N Urea + 40% N POC Urine kelinci
D. 40% N Urea + 60% N POC Urine kelinci
E. 20% N Urea + 80% N POC Urine kelinci
F. 100% N POC Urine kelinci
1, 2, 3 : ulangan

Keterngan :

1 2 3

UNIT
PERLAKUAN
1, 2, 3 : tanaman sampel
Lampiran 2.
DATA PERHITUNGAN

1. Kebutuhan Pupuk
Asumsi:
Pupuk kandang : 20 ton/ha
Urea : 250 kg/ha
SP-36 : 100 kg/ha
KCl : 75 kg/ha
BV : 1,3 gram/cm3
Berat tanah/ha : 2.600.000 kg
Jumlah tanaman/ha : 444.444 tanaman/ha
Berat tanah/polybag : 6 kg
Kedalaman olah : 20 cm
Jarak tanam : 15 cm x 15 cm
Kandungan Urine kelinci.
N : 2.72 %
P : 1.1 %
K : 0.5 %
Sehingga didapatkan kebutuhan pupuk per polybag sebesar:
A. Rumus:

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛/ℎ𝑎 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛/𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔
=
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ/ℎ𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ/𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛/ℎ𝑎
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛/𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔 = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ/𝑝𝑜𝑙𝑦𝑏𝑎𝑔
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ/ℎ𝑎

B. Kebutuhan Pupuk/ Polybag


1. Kebutuhan Tanah/Polybag
BV = 1.3 gram/cm3
BV = 1.3 gram/dm3
Luas 1 ha = 10.000m2
Ked. Olah = 20cm = 0.2 m
Volume 1 ha = luas x kedalaman akar
= 10.000 x 0.2
Volume = 2.103 m3 = 2.106 dm3

𝐵𝐸𝑅𝐴𝑇
BV = 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸

Berat 1 ha = BV x Vol 1 hektar

= 1.3 kg/dm3 x 2.106 dm3

= 2,6.106 kg

Jarak tanam = 15 x 15 cm2

10.000
∑ tanaman = 0.15 𝑥 0.15 = 444.444 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛

2,6.106
Berat tanah/polybag =
4,4.105

260
= = 5,90 kg
4,4

2. Pupuk kandang (PK)


𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛/ℎ𝑎
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐾 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 /ℎ𝑎

20.000 𝑘𝑔
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐾 = × 6𝑘𝑔
444.444 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝐾 = 0,04500𝑘𝑔 = 45 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛

3. Pupuk Urea
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛/ℎ𝑎
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑈𝑟𝑒𝑎 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛/ℎ𝑎
250 𝑘𝑔
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑈𝑟𝑒𝑎 =
444.444
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑈𝑟𝑒𝑎 = 0,00057𝑘𝑔 = 0,57𝑔𝑟𝑎𝑚
4. Kebutuhan N/ Tanaman

Kadar N Urea x Dosis Urea/tanaman = Kebutuhan N/ Tanaman


46
𝑥 0,57 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,26 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
5. Pupuk SP-36

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛/ℎ𝑎
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑃 − 36 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛/ℎ𝑎

100 𝑘𝑔
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑃 − 36 =
444.444 𝑘𝑔

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑃 − 36 = 0,00023𝑘𝑔 = 0,23𝑔𝑟𝑎𝑚

6. Pupuk KCL

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛/ℎ𝑎
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐾𝐶𝐿 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛/ℎ𝑎

75 𝑘𝑔
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐾𝐶𝐿 = × 6𝑘𝑔
444.444

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐾𝐶𝐿 = 0,00017𝑘𝑔 = 0,17𝑔𝑟𝑎𝑚

C. Perlakuan
1) A = 100% Urea
𝑈𝑟𝑒𝑎 100% = 0,57𝑔𝑟𝑎𝑚

2) B = 80% Urea + 20% POC urine keinci


80
𝑈𝑟𝑒𝑎 80% = 𝑥 0,57 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
𝑈𝑟𝑒𝑎 80% = 0,46 𝑔𝑟𝑎𝑚/tanaman
20
𝑃𝑂𝐶 20% = × 9,6 𝑚𝑙
100
𝑃𝑂𝐶 20% = 1,92 𝑚𝑙/𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛

3) C = 60% Urea+ 40% POC urine kelinci


60
𝑈𝑟𝑒𝑎 60% = × 0,57 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
𝑈𝑟𝑒𝑎 60% = 0,34 𝑔𝑟𝑎𝑚
40
𝑃𝑂𝐶 40% = 𝑥 9,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
𝑃𝑂𝐶 40% = 3,84 𝑚𝑙

4) D = 40% Urea + 60% POC urine kelinci


40
𝑈𝑟𝑒𝑎 40% = × 0,57gram
100

𝑈𝑟𝑒𝑎 40% = 0,23 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛


60
𝑃𝑂𝐶 60% = × 9,6 𝑚𝑙
100
𝑃𝑂𝐶 60% = 5,8 𝑚𝑙

5) D = 20% Urea + 80% POC urine kelinci


20
𝑈𝑟𝑒𝑎 20% = 100 × 0,57gram

𝑈𝑟𝑒𝑎 20% = 0,114 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛


80
𝑃𝑂𝐶 80% = × 9,6 𝑚𝑙
100
𝑃𝑂𝐶 80% = 7,68 𝑚𝑙/𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛

6) E = 100% POC urine keinci


100
𝑃𝑂𝐶 100% = × 0,26 𝑔𝑟𝑎𝑚
2.72
𝑃𝑂𝐶 100% = 9,6 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 9,6 𝑚𝑙/𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
Tabel. Ringkasan imbangan pupuk/tanaman
Kebutuhan Pupuk/Tanaman
Urea Berat/tanaman POC urine kelinci Volume/tanaman
100% 0,57 gram 100% 9,6 ml
80% 0,46 gram 80% 7,68 ml
60% 0,34 gram 60% 5,8 ml
40% 0,23 gram 40% 3,84 ml
20% 0,114 gram 20% 1,92 ml

Anda mungkin juga menyukai