KLIMATOLOGI DASAR
DISUSUN OLEH:
1.1 Tujuan
Kegiatan pratikum ini bertujuan agar para praktikan mengetahui apa saja
perawatan yang diperlukan oleh tanaman jagung dan bagaimana prosesnya, serta
pemupukan pada tanaman jagung.
1.2 Manfaat
Kegiatan praktikum ini bermanfaat agar pratikan dapat secara mandiri melakukan
proses perawatan dan pemupukan tanaman jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung manis termasuk jenis tanaman semusim yang dapat tumbuh
di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman jagung manis mempunyai
siklus hidup yang lebih pendek dari jenis jagung lainnya yaitu antara 60 – 70 hari
(Munarto et al., 2014). Jagung manis diperoleh dari jagung biasa yang mengalami
mutasi resesif secara spontan. Sifat manis jagung manis ini disebabkan oleh adanya
gen su-1(sugary), bt-2 (britle), atau sh-2 (shrunken) yang dapat memecah gula
menjadi pati pada endosperm sehingga kandungan gulanya tinggi. Kandungan gula
yang terdapat pada jagung manis lebih tinggi yaitu berkisar 13 – 14% sedangkan
pada jagung biasa 2 – 3% (Irianto, 2007).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya tidak lepas dari gangguan
tumbuhan gulma, hewan pengganggu, dan patogen. Gulma merupakan tanaman
selain tanaman budidaya yang tumbuh danmenjadi salah satu faktor pembatas pada
pertumbuhan tanaman (Marpaung et al., 2013). Gulma yang tumbuh pada lahan
budidaya akan menyebabkan adanya kompetisi unsur hara yang dapat menyebabkan
terganggunya penyerapan unsur hara oleh tanaman budidaya. Populasi gulma yang
tidak sesuai dan terlalu banyak menyebabkan keterbatasan dalam ketersediaan faktor
produksi secara maksimum yang berdampak ke hasil panen (Utami dan
Purdyaningrum, 2012).
Kegiatan perawatan tanaman jagung manis terdiri dari pengairan, penyiangan,
penjarangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit. Menurut BPTP
Riau (2010), kegiatan pengairan diberikan sesuai kebutuhan, yang penting dijaga agar
tanaman tidak kekurangan atau kelebihan air, selanjutnya penyiangan dilakukan
sebanyak tiga kali, pada umur 21 HST, 42 HST dan menjelang panen. Penjarangan
tanaman dilakukan pada 3 minggu setelah tanam (MST). Pembumbunan dilakukan
saat tanaman berumur empat minggu setelah tanam dengan tinggi 5 cm. Untuk
pengendalian hama dan penyakit tanaman jagung maka direkomendasikan
menggunakan komponen pengendalian yang meliputi varietas tahan, kultur teknis,
musuh alami dan pestisida
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara mekanis, alami dan
kimiawi. Efisiensi pengendalian gulma dapat ditingkatkan dengan cara mengetahui
daur hidup, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, cara gulma berkembang biak,
serta cara penyebaran dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan (Kastanja, 2011).
Gulma yang sudah diidentifikasi akan memudahkan petani untuk mendapatkan arah
pengendalian yang tepat. Pengendalian gulma yang dilakukan dengan tepat memiliki
efisiensi, ekonomis, dan berkelanjutan serta memiliki basis ekologi (Effendi, 2009).
Pupuk dalam arti luas, termasuk semua bahan yang ditambahkan ke dalam
tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Baik
organik maupun anorganik. Tetapi istilah pupuk biasanya berhubungan dengan pupuk
buatan. Pupuk tidak berisi unsur-unsur hara tanaman dalam bentuk unsur seperti
nitrogen, fosfor atau kalium, tetapi unsur tersebut ada dalam bentuk campuran yang
memberikan bentuk-bentuk ion dari unsur hara yang dapat diabsorsi tanaman
(Lakitan, 1995).
Pupuk adalah bahan yang ditambahkan kedalam tanah untuk menyediakan
unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan pupuk umumnya
diasarkan pada sumber bahan yang digunakan, cara aplikasi, bentuk, dan kandungan
unsur haranya. Berdasarkan bentuknya, pupuk organic dibagi menjadi dua yaitu
pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair adalah larutan yang mudah larut berisi satu
atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman. Kelebihan pupuk cair adalah
dapat memberikan unsur hara sesuai dengan kebutuhan tanaman, selain itu
pemberiannya apat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan (sukamto, 2010).
Pemupukan adalah penambahan pupuk ke dalam tanah agar tanah menjadi
lebih subur. Pemupukan dalam arti luas adalah penambahan bahan-bahan yang dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah. Contoh penambahan pasir pada tanah liat, penambahan
tanah mineral pada tanah organik, pengapuran dan sebagainya. Dalam ilmu memupuk
bertujuan untuk menyelidiki tentang zat-zat apakah yang perlu diberikan kepada
tanah sehubungan dengan kekurangan zat-zat tersebut yang terkandung di dalam
tanah yang perlu guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam rangka
produksinya agar tercapai hasil yang tinggi (Sutejo,2002).
Tujuan pemupukan adalah untuk memperbaiki kesuburan tanah, menyediakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman, mencukupkan handungan zat-zat mineralnya,
menambah kandungan bahan-bahan organik. Pemupukan dilakukan apabila tanah
mengalami kemunduran artinya berkurang kesuburannya akibat penghanyutan hara
oleh erosi, pencucian hara, dan terangkut pada saat panen (Kartasapoetra, 1985).
BAB III
METODOLOGI
4.1 Hasil
-
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan tanaman jagung, dapat dilihat bahwa sampel 5
memiliki jumlah daun tertinggi, yakni 5 helai. Terdapat perbedaan tinggi pada
tanaman jagung yang tidak terlalu signifikan, yang berarti perlakuan telah diberikan
secara merata. Perbedaan ini dapat terjadi karna adanya perbedaan kemampuan
masing masing tanaman dalam penyerapan mineral, unsur hara serta nutrisi yang ada
di tanah. Tanaman sampel E dianggap tanaman yang paling baik, karna merupakan
tanaman yang helai daunnya terbanyak diantara tanaman lainnya, dan
berkemungkinan memiliki kemampuan penyerapan unsur hara yang lebih baik
ketimbang tanaman yang lain.
Selain dari kemampuan tanaman tersebut, faktor eksternal juga
mempengaruhinya, yaitu iklim. Contoh iklim yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman jagung seperti suhu, curah hujan, dan intensitas cahaya matahari. Ketiga hal
ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
Apabila suhu terlalu tinggi, hal ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman tersebut.
Begitu juga apabila curah hujan terlalu tinggi, sehingga kadar air akan ikut tinggi dan
tanaman akan mengalami kelebihan air.
Agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal, maka dilakukanlah perawatan,
salah satunya adalah penyiangan. Penyiangan dilakukan secara manual, dimana
rumput rumput yang ada disekitar dicabut menggunakan tangan. Proses penyiangan
ini harus dilakukan dengan hati hati, karna rumput yang dicabut bisa saja membawa
tanah yang akhirnya akan mengganggu tanaman budidaya. Penyiangan ini dilakukan
setiap satu minggu sekali, yakni disetiap pertemuan praktikum.
Perawatan tanaman jagung lainnya adalah pemupukan. Pemupukan juga
diperlukan oleh tanaman, karena dengan dilakukannya pemupukan, unsur hara makro
akan tersedia dalam jumlah besar di tanah, yang akan berdampak terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman jagung. Pada praktikum pemupukan
dilakukan dengan dua jenis pupuk, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pemberian kedua pupuk ini bertujuan untuk tetap menjaga kestabilan dari sifat tanah
tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kegiatan perawatan dan pemupukan merupakan salah satu dari beberapa
kegiatan yang diperlukan dalam pembudidayaan tanaman. Perawatan dilakukan
dengan mencabut berbagai gulma yang ada serta menyiram tanaman agar tanaman
tidak bersaing dengan gulma dan tetap segar. Pemupukan dilakukan agar unsur makro
pada tanah dapat tersedia, yang berhubungan langsung dengan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung. Pemberian pupuk kimia harus tetap dalam dosis yang
sesuai, karna kelebihan dosis dapat berdampak buruk terhadap lingkungan.
5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum ini adalah, agar setiap
praktikan dapat fokus dan serius dalam dosis pupuk kapur maupun disaat mencabut
gulma agar tanaman dapat tumbuh maksimal dan subur tanpa adanya masalah yang
cukup serius.
DAFTAR PUSTAKA
Kastanja, A. Y. 2011. Identifikasi dan jenis dominansi gulma pada pertanaman padi
gogo (Studi kasus di Kecamatan Tobelo Barat, Kabupaten HalmaheraUtara).
J. Agroforestri. 6 (1) : 40-46.
Marpaung, I. S., Y. Parto dan E. Sodikin. 2013. Evaluasi kerapatan tanam danmetode
pengendalian gulma pada budidaya padi tanam benih langsung dilahan sawah
pasang surut. J. Lahan Suboptimal. 2(1): 93-99.
Munarto, R., E. Permata, dan R. Salsabilla. 2014. Klasifikasi kualitas biji jagung
manis berdasarkan fitur warna menggunakan fuzzy logic. Simposium
Nasional RAPI XIII FT UMS.
Utami, S. dan L. R. Purdyaningrum. 2012. Struktur komunitas padi (Oryza sativa L.)
sawah organik dan sawah anorganik di Desa Ketapang. Kec. Susukan,Kab.
Semarang. Bioma. 14 (2): 91-95
LAMPIRAN
Gambar 3. Penyiraman
TABEL PENGAMATAN
Pengamatan
Nama alat Rata-rata
Pagi Siang Sore
Termo air raksa 26ºC 33 ºC 28,5 ºC 28,375 ºC
T konven. Max 23 ºC 29 ºC 37 ºC
24,625 ºC
T. konven. Min 21 ºC 19 ºC 24 ºC
T. konven.B.B 23 ºC 28 ºC 24 ºC
T. konven.B.K 24 ºC 32 ºC 26 ºC
78,5 %
Termo digital 23,2 ºC 31 ºC 26 ºC 25,85 ºC
Hygrometer 99% 56 % 79% 83,25%
Psiko T.B.B 24 ºC 31 ºC 27 ºC
96%
Psiko T.B.K 24 ºC 32 ºC 26 ºC
Psiko T.Max 29 ºC 29 ºC 29 ºC
Error
Psiko T.Min 10 ºC Error ºC Error ºC
Ombrometer 5 mm 0 mm 0 mm 5 mm
Panci evaporasi 202 mm 196 mm 203 mm -2 mm
Termo apung 26 ºC 31,5 ºC 28,5 ºC 28 ºC
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKAN
Mengetahui,
ASISTEN I ASISTEN II
ASISTEN V