Disusun oleh :
Nama : Rian
NPM : E1J021055
Shift : B1
LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hortikultura mempunyai peranan penting dalam pemenuhan
kebutuhan manusia sebagai pekengkap makanan pokok. Dalam rangkai
meningkatkan pendapatan petani, di Indonesia telah dikembangkan aspek
tanaman hortikultura dimana keadaan alam dan iklim dikembangkan
berbagai jenis tanam hotikultura. Sayuran merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan manusia,
karena sumber vitamin, provitamin, mineral, serat dan karbohidrat yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia. Banyaknya manfaat dari sayuran ini
menyebabkan sayuran menjadi bagian dari komoditas hotikultura yang terus
di produksi. (Gleyn et al.,2020).
Karakteristik produk tanaman hortikultura adalah perishable (mudah
rusak) dan memakan tempat (bulky) (Amilia et al.,2016). Tanaman
hortikultura memiliki ciri cenderung menghasilkan produksi (buah) secara
musiaman. Tidak selalu berbuah panjang tahun. Tanamn hortikultura
memiliki daerah penanaman yang spesifik dan memiliki nilai keindahan.
Hasil penen yang mudah membusuk, akan tetapi jenis tanaman hortikultura
ini adalah tanaman yang dibutuhkan setiap harinya dala, keadaansegaar.
Kualitas panen dari tanaman ini dapat dilihat dari kondiinya yang masih
segar karena sebagaimanan ciri-ciri sebelumnya bahawa hasil panen dari
jenis tanaman hortikultura ini mudah membusuk. Kualitas dari produk
tanaman hortikultura harus baik sebaba dari hasil panen berbanding kurus
denagn kualitasnya (kesegarannya).
Pembudidayaan tanaman hortikultura perlu diketahui teknik dasar
dalam pembudidayaan tanaman hortikultura. Teknik dasar penanaman
besrdasarkan agronomisnya, dilauakn pemberian pupuk kandang sebagai
pupuk dasar dalam penyiapan lahan. Selain itu pada bagian guludan tanah
diberi penggunaan mulsa. Setelah proses lahan siap maka pembudidayaan
dilakukan pembibitan, pengairan, pemeiloharaan tanaman (diberi ajir atau
penompang tanaman), melakukan pembersihan dan perawatan pada
tanaman seperti memangkas tajuk, pembuangan tunas air atau wiwilan,
penjarangan buah, pemberian ZPT. Hasil prosuk hortikultura yang mudah
cepat rusak sehingga mengharuskan untuk dilakukan pascapanen yang baik.
Selain pupuk organik, pemberian pupuk anorganik juga perlu dilakuan agar
tersediannya unsir hara yang cukup dan seimbanga dalam tanah. Aplikasi pupuk
anorganik terutama dilakukan untuk menyediakan unsur hara N, P dan K baik
dalam bentuk pupuk tunggal ataupun majemuk. Untuk itu penggunaan pupuk
anorganik perlu dipadukan dengan pengunaan pupuk organik agar dapat
menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan sekaligus meningkatkan
sumber bahan organik tanah. Pemberian pupuk organik yang dikombinasikan
dengan pupuk anorganik, dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk (Kurniawati, 2015)
c. Alat
- Cangkul - Bambu
- Sprayer - Timbangan
- Arit - Alat tulis
- Parang - Kamera
- Tali - Karung
• pada setiap titik spidol yang telah diberi tanda, buat simpul simpul
dengan tali rafia penanda jarak tanam
3.4.8 Panen
• Lakukan pemanenan bagian Vegetatif dan bagian ekonomis tanaman
apabila sudah menunjukan tanda tanda siap panen atau sudah waktunya
panen.
• Lakukan Pengukuran:
a. Timbanglah berat segar atau bobot buah ketika panen per tanaman
sampel dengan timbangan duduk.
b. Kemudian hasil dari mentimun di jual.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Denah Sampel Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8
9 16
17 24
25 32
33 40
41 48
49 51 56
57 64
65 72
73 80
81 88
89 96
97 104
105 112
113 120
Keterangan : Merah = Percobaan acak sampel Hitam = tanaman pinggir
98
= x 100%
120
= 81,66 %
Setelah penyulaman
113
= x 100%
120
= 94,66%
• Jumlah populasi tanaman
Luasan area = 6m x 4m
Jarak tanam = 30cm x 40cm
Populasi tanaman ?
Populasi = jumlah baris horizontal x jumlah baris vertikal
= 8 x 15
= 120
• Tinggi Tanaman (cm)
Sampel (s) Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
S1 20 cm 66 cm 131 cm 159 cm
S2 21 cm 71 cm 31 cm 165 cm
S3 28 cm 73 cm 143 cm 167 cm
S4 19 cm 65 cm 127 cm 147 cm
S5 25 cm 68 cm 142 cm 161 cm
S6 23 cm 73 cm 127 cm 157 cm
S7 36 cm 78 cm 145 cm 171 cm
S8 18 cm 63 cm 123 cm 142 cm
S9 32 cm 68 cm 147 cm 169 cm
S10 22 cm 72 cm 130 cm 157 cm
Rata-rata = 159,5 cm
• Jumlah Daun
Sampel (s) Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
S1 10 19 33 41
S2 7 15 26 36
S3 13 24 31 45
S4 9 15 25 30
S5 9 17 29 41
S6 8 14 26 32
S7 8 16 28 42
S8 5 10 16 25
S9 7 13 27 36
S10 8 14 26 32
Rata-rata = 36 helai
• Diameter Batang
Sampel (s) Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
S1 0,8 cm 1,0 cm 1,3 cm 1,5 cm
S2 0,7 cm 1,0 cm 1,3 cm 1,3 cm
S3 1,0 cm 1,2 cm 1,3 cm 1,5 cm
S4 0,5 cm 1,0 cm 1,0 cm 1,2 cm
S5 1,0 cm 1,2 cm 1,4 cm 1,4 cm
S6 0,8 cm 1,0 cm 1,0 cm 1,2 cm
S7 0,7 cm 1,2 cm 1,5 cm 1,7 cm
S8 0,8 cm 1,0 cm 1,3 cm 1,5 cm
S9 0,8 cm 1,0 cm 1,2 cm 1,4 cm
S10 0,8 cm 1,0 cm 1,2 cm 1,3 cm
Rata-rata = 1,4 cm
• Jumlah Buah
Sampel (s) Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
S1 0 0 3 3
S2 0 0 3 4
S3 0 0 3 4
S4 0 0 2 3
S5 0 0 4 5
S6 0 0 3 4
S7 1 2 4 5
S8 0 0 2 4
S9 0 0 3 5
S10 0 0 3 4
Rata-rata = 4,1 buah
• Panjang Buah
Sampel (s) Panjang buah
S1 22 cm
S2 24,5 cm
S3 26,5 cm
S4 25,5 cm
S5 27 cm
S6 25 cm
S7 29,5 cm
S8 24 cm
S9 27,5 cm
S10 26,5 cm
Rata-rata 25,8 cm
• Berat Buah
Sampel (s) Berat Buah
S1 510 gr
S2 440 gr
S3 630 gr
S4 490 gr
S5 580 gr
S6 550 gr
S7 700 gr
S8 430 gr
S9 610 gr
S10 550 gr
Rata-rata 549 gr
• Diameter Buah
Sampel (s) Diameter buah
S1 6,5 cm
S2 6 cm
S3 6,5 cm
S4 5 cm
S5 5,5 cm
S6 5,5 cm
S7 7 cm
S8 6,5 cm
S9 5 cm
S10 5 cm
Rata-rata 5,85 cm
4.2 Pembahasan
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umunya masih dalam skala
perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional,
sedangkan komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Karena
komoditas yang tergolong memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif oleh
karenanya kita harus berani mulai untuk melakukan pengembangan pada
tanaman hortikultura agar terjadi peningkatan produksi dan produktivitas. Salah
satu tanaman hortikultura yang digunakan pada praktikum lapangan kali ini
adalahmentimun. Tanaman mentimun (Cucumis sativus L). termausk dalam
tanaman yang dicirikan dengan pertumbuhan yang merambat dari famili labu-
labuan (Cucurbitaceae). Adapun bentuk botani lengkap dari tanaman
mentimun.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotylodenae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
Proses pembuatan ajiran terbagi menjadi dua tipe yaitu ajir lurus dan
ajir miring. Ajiran sendirimemiliki kegunaan sebagai penopang tanama agar
tanaman teteap berdiri tegak dan mendapatkan sinar matahari dalam jumlah
optimum. Pembuatan ajiran dapat memanfaatkan bahan yang berasal dari
kayu maupun bambu. Pada kegiatan praktikum di lapangan, untuk
pengajiran tanaman mentimun menggunakan sistem ajiran miring. Bahan
yang digunakan dalam pembuatan ajir adalah bambu, kayu, tali tanaman dan
tali rapiah. Tampilan dari pengajiran dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar Pengajiran
180
160
Panjang Tanaman
140
120 MINGGU 1
100 MINGGU 2
80
MINGGU3
60
40 MINGGU 4
20
0
S 1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10
50
45
40
35
Jumlah Daun
30 MINGGU 1
25 MINGGU 2
20 MINGGU3
15
MINGGU 4
10
5
0
S10
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S1
1.8
1.6
Diameter Batang
1.4
1.2
MINGGU 1
1
MINGGU 2
0.8
MINGGU3
0.6
MINGGU 4
0.4
0.2
0
S10
S1
S9
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
5.2 Saran
Disarankan kedepannya untuk memperhatikan hari musim tanam dan
musim panen agar tanaman mentimun yang dipanen tidak terlalu lama, karena
jika terlalu lama panen akan mempengaruh hasil dan kualitas buah. Selain itu
disarankan untuk pemeliharaan dengan baik karena tanaman yang kurang
pemeliharaan juga akana menurunkan hasil produksi pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani. Helda Syafari. 2017. Pengaruh waktu pemberian dan dosen pupuk kandang
sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica juncae L).
Jurnal Agrifor Volume 16 (2).
Amilia, Euis. Benny Joy San Sunardi. 2016. Residu Pestisida Pada Tanaman
Hirtikultura (Studi Kasus Di Desa Cihanjuang Rahayu Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat). Jurnal Agrokultura 27(1): 23-29.
Dewi, Wahyu Wardiana. 2016. Respon Dosisi Pupuk Kandang Kambing Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L). Varietas
Hibrida. Jurnal Viabel Pertanian Vol 10. No 2.
Fefiani, Yusri Dan Wan Arfiani Barus. 2014. Respon Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Mentimun Akibat Pemeberian Pupuk Kandang Sapi Dan Organik
Padat Supernasa. Jurnal Vol 19 (1)
Gleyn, Therik H.A.P. Ernantje Hendrik Dan Paulus Un. 2020. Stretegi
Pengmebangan Usaha Tani Kangkung Organik Di Kelompok Tani TAPIN
Paku Desa Baumata Utara Kecematan Taebenu Kabupaten Kupang. Vol IX
No 1. Hal 29-37.
Gumelar, Asep Ikhsan. Engkus Kusnadi Dan Lusiana. 2021. Respons Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L). Varietas Zatavy F1
Terhadap Nutrisi Berbeda Pada Sisitem Hidroponik. Jurnal Ilmiah Pertanian
Vol 9 (1).
Sastrawan, Made Ary. Yohanes Perlindungan Situmenag dan ketut Sunandra. 2020.
Pengaruh dosis pupuk komposn kelinci dan NPK urea terhadap petumbuhan
dan hasil tanaman mentimun. Jurnal Gema Agro Vol 25(2).
Sriwijaya, B., dan Hariyanto, D. 2013. Kajian Volume dan Frekuensi Penyiraman
Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Mentimun pada Vertisol. Jurnal
Agrisains. Vol. 4 No. 7. Pp: 77–88
Surrynato, Joko. Hasni Kasim Dan Nurhayati. 2019. Analisis Input-Output Energi
Budidaya Mentimun (Cucumis Sativus L) Dengan Sisitem Irigasi Sprinkler.
Jurnal Teknik Pertanian Vol 19 (1).