Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGARUH HORMON ORGANIK PADA BUDIDAYA UBI KAYU GUNA


MENCAPAI PRODUKSI YANG OPTIMUM

Dosen Pengampu:
Ir. Ellen Rosyelina S, M. P

Disusun Oleh:
Muhammad Latief Fadilah (134220093)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ubi kayu merupakan salah satu tanaman pangan pokok di
Indonesia. Sebagai tanaman yang kaya akan karbohidrat, tanaman
ubikayu memiliki tempat yang strategis di pasar perdagangan
Indonesia bahkan dunia. Pengaruh ubi kayu terhadap perdagangan
internasional dapat dilihat melalui ekspor ubi kayu dalam bentuk
tepung dan bentuk-bentuk lainnya. Pertambahan jumlah penduduk
setiap tahunnya dan semakin berkembangnya industri yang berbahan
baku ubi kayu, menciptakan jumlah permintaan ubi kayu meningkat
drastis (Radjit, 2014). Pemerintah bahkan memiliki suatu regulasi
terkait penganekaragaman pangan guna mengurangi ketergantungan
pangan terhadap beras, dimana ubi kayu merupakan salah satu
alternatif. FAO (Food and Agriculture Organization) juga menyebutkan
bahwa ubi kayu merupakan tanaman abab-21 karena berbagai
manfaat dari tanaman ini yang juga berpotensi dalam meningkatkan
ekonomi pedesaan bahkan juga dalam tingkat nasional (Howeler,
2013).
Pembudidayaan ubi kayu sendiri masih berada pada tahap
kurang dikalangan tanaman palawija, hal ini dapat dilihat dari masih
sederhananya teknologi budidaya tanaman ubi kayu. Usahatani ubi
kayu memiliki beberapa keunggulan daripada tanaman pangan lain.
Peningkatan hasil pertanian ubi kayu masih dapat diupayakan dengan
menggunakan teknik pembudidayaan dan varietas yang lebih unggul.
Oleh sebab itu penyusun tertarik untuk menulis makalah dengan judul
“ Pengaruh Pupuk Kandang dan Hormon Organik pada Budidaya Ubi
Kayu guna Mencapai Produksi yang Optimum”
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari ubi kayu?
b. Bagaimana cara yang dapat dilakukan agar hasil budidaya ubi kayu
dapat lebih optimal?
c. Bagaimana pengaruh hormon organik terhadap pertumbuhan ubi
kayu?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz)


Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) atau dikenal sebagai
singkong adalah salah satu komoditas pertanian yang menghasilkan
umbi basah dan termasuk dalam kelompok tanaman pangan. Subagio
(2022) menyatakan bahwa ubi kayu memiliki potensi besar sebagai
tanaman masa depan. Tanaman ini sangat efisien dalam fotosintesis,
tahan terhadap stres kekeringan, memiliki kebutuhan air per kilogram
biomassa yang rendah, serta rendah dalam serangan hama dan
penyakit, sehingga penggunaan pestisida dapat diminimalkan. Hal ini
menjadikan ubi kayu sebagai pilihan yang menarik untuk
dibudidayakan.
Ubi kayu juga dikenal memiliki tingkat toleransi yang tinggi
terhadap kekeringan, tingkat keasaman tanah yang bervariasi, dan
ketersediaan nutrisi yang kurang optimal. Tanaman ini dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik dalam rentang pH tanah antara 4,5
hingga 7,0. Dibandingkan dengan tanaman lain, ubi kayu juga lebih
toleran terhadap tingkat kejenuhan Air hingga mencapai 70-80%
(Howeler 2002). Ubi kayu memiliki respons yang tinggi terhadap
pemberian pupuk, dan kebutuhan pupuknya bervariasi berdasarkan
kondisi kesuburan tanah di setiap daerah. Untuk meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk, penting untuk mengetahui status
kandungan nutrisi dalam tanah. Howeler (2002) telah
mengklasifikasikan lima kategori kisaran status hara dalam tanah
yang berkaitan dengan kebutuhan nutrisi tanaman ubi kayu.
Pemberian dosis pupuk yang tepat menjadi penting, terutama ketika
ubi kayu ditanam pada tanah dengan kategori kisaran status hara
yang sangat rendah hingga rendah.
B. Pembudidayaan Ubi Kayu
Penelitian yang dilakukan oleh Baafi pada tahun 2008 mengenai
teknologi budidaya ubi kayu perlu difokuskan pada pengujian
efektivitas berbagai varietas yang sesuai dengan karakteristik lahan
pertanian dan tujuan produksi, baik untuk kebutuhan pangan maupun
bioenergi. Hal ini mencakup eksperimen terhadap berbagai teknologi
penanaman yang dapat meningkatkan hasil, termasuk penggunaan
pupuk organik. Studi tersebut menunjukkan bahwa hubungan yang
kuat antara faktor genetika dan kondisi lingkungan memiliki dampak
yang signifikan dalam meningkatkan produksi ubi kayu. Temuan dari
survei yang dilakukan oleh Supanjani pada tahun 2012 memperkuat
konsep ini, dengan menyatakan bahwa produktivitas yang tinggi
dalam budidaya ubi kayu dapat dihasilkan melalui kombinasi
teknologi, penggunaan varietas unggul, perawatan tanah yang optimal,
dan pemupukan organik yang baik. Sebagai contoh, penggunaan
pupuk organik seperti kotoran ayam sebanyak 10 ton per hektar
dapat menghasilkan hingga 75 ton per hektar tanpa perlu melakukan
pengendalian hama. Produktivitas ini bahkan melampaui hasil
tertinggi yang dilaporkan oleh Asnawi dalam penelitian pendahuluan
di Lampung dengan dua baris penanaman, yang mencapai 60 ton per
hektar. Selain itu, Bantacut pada tahun 2009 mencatat bahwa
perubahan strategi penggunaan ubi kayu, dari menjadi sumber
pangan bagi masyarakat miskin menjadi makanan favorit, dapat
dilakukan seiring dengan implementasi kebijakan yang mendukung
pengembangan pangan dan sumber energi alternatif seperti bioetanol
dari tanaman ubi kayu.
Budidaya tanaman yang optimal mencakup proses produksi
benih dengan mempertimbangkan variasi genetik yang berkualitas.
Proses perkembangan tanaman dari potongan singkong (stek batang)
bergantung pada pemilihan varietas yang tepat dan sesuai dengan
tujuan produksi. Penting untuk mempertimbangkan diameter dan
panjang stek batang yang dipotong, karena ini akan berdampak pada
akumulasi cadangan makanan yang terdapat di dalamnya. Dalam
pengambilan potongan batang, dianjurkan untuk menggunakan pisau
yang sangat tajam untuk meminimalkan kerusakan sel yang dapat
menjadi tempat masuknya infeksi, yang dapat memperlambat proses
penyembuhan luka. Permukaan luka pada stek batang dapat dilapisi
dengan bubuk fungisida, yang membantu mempercepat pengeringan
luka dan mengurangi risiko infeksi. Selain itu, penambahan hormon
pertumbuhan seperti auksin (misalnya IAA, IBA, dan NAA) untuk akar
dan hormon sitokinin (seperti BAP dan kinetin) untuk pertumbuhan
bunga dan daun dapat mempercepat perkembangan tanaman.
Hormon giberelin juga dapat digunakan untuk meningkatkan
pembelahan sel dalam situasi pertumbuhan yang pesat. Penting untuk
memberikan perhatian yang cermat terhadap aspek teoritis dalam
penggunaan hormon-hormon ini untuk mencapai hasil yang optimal
dalam budidaya tanaman.
BAB III
PEMBAHASAN

Indonesia memiliki bermacam-macam jenis ubi kayu yang


dibudidayakan. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2020)
melakukan survey terhadap jenis, produktivitas, dan harga singkong di
tingkat petani. Survey dilakukan di Provinsi Jawa barat Kabupaten Bogor.
Badan Pusat Statistika pada tahun 2016 menyatakan bahwa pada tahun 2015
Provinsi Jawa Barat menghasilkan kurang lebih 23,44 juta ton ubi kayu atau
rata-rata produktivitas 23,35 ton/ha, namun hasil tersebut masih kurang
daripada varietas unggul lain yang dapat mencapai 40- 60 ton/ha. Hal ini
dapat terjadi karena petani masih cenderung tidak menggunakan pupuk
untuk meningkatkan produktivitas tanaman ubi kayu yang disebabkan oleh
terkendalanya biaya.
Tanaman singkong memiliki tingkat produksi, sifat fisik dan kimia
yang bervariasi menurut tingkat kesuburan tanah lokasi penanaman
singkong. Lokasi tanam dan umur panen yang berbeda akan menghasilkan
sifat fisik kimia yang berbeda. Singkong mengandung kadar pati yang cukup
tinggi. Mutu singkong sangat dipengaruhi oleh jenis, umur, tempat tumbuh,
perawatan dan pemupukan saat masa budidaya. Umur singkong yang telah
siap panen antara 7- 9 bulan
Secara teknis, teknologi budidaya ubi kayu dapat diklasifikasikan ke
dalam tujuh aspek teknologi yang merupakan komponen penting dalam
praktek budidaya ubi kayu. Ketujuh aspek ini mencakup tahap penyiapan
lahan, variasi pilihan dalam pengelolaan tanaman, perencanaan pola tanam,
praktik penyiraman, metode penyemprotan, pengaturan pengairan, serta
tahapan panen. Penyiapan lahan, sebagai tahap awal, sangat bergantung pada
karakteristik fisik dan kimia tanah yang melibatkan parameter seperti warna
tanah, tekstur tanah, kapasitas menahan air, dan kedalaman profil tanah.
Selain itu, analisis kimia tanah yang mencakup faktor pH, status nutrisi,
kandungan bahan organik, dan tingkat toksisitas juga penting dalam
menentukan persiapan lahan yang sesuai. Teknik penyiapan lahan dapat
diimplementasikan dalam berbagai bentuk, seperti pembentukan bedengan
atau penggunaan tumpukan, yang sebaiknya disesuaikan dengan jenis
varietas ubi kayu yang akan ditanam. Dalam konteks pemilihan varietas atau
klon ubi kayu, perlu dipertimbangkan aspek produktivitas yang tinggi serta
pengakuan resmi varietas atau klon tersebut melalui undang-undang yang
sesuai atau keunggulan lokal yang telah terbukti secara empiris.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2020) menggunakan
dua varietas unggul yaitu ubi kayu Gajah dan Manggu. Tanaman ubi kayu
yang sudah ditanam diberi perlakuan yaitu dengan pemberian pupuk tanpa
hormon organik dan pemberian pupuk bersama hormon organik. Ternyata
selisih angka antara perlakuan satu dan dua memiliki jarak yang signifikan.

Tabel 1. Rata-rata Produksi Ubi Kayu Varietas Manggu dan Gajah dengan
Perlakuan dengan dan tanpa Hormon Organik.

Varietas Ubi Kayu Pupuk dengan Hormon Pupuk tanpa Hormon


Organik Organik

Manggu 86,00 ton/ha 59,50 ton/ha

Gajah 112,00 ton/ha 71,50 ton/ha

Sumber: Waluyo, 2020

Hasil penelitian tentang pertumbuhan ubi kayu varietas Gajah dan


Manggu dengan menggunakan pupuk organik dan hormon pertumbuhan
menunjukkan perbedaan yang cukup besar. Varietas Manggu menghasilkan
lebih banyak sekitar 26,50 ton per hektar, sementara varietas Gajah
menghasilkan sekitar 40,50 ton per hektar. Perbedaan ini disebabkan oleh
waktu yang lebih baik dalam memasok nutrisi ke tanaman. Tanah tempat
tumbuhnya ubi kayu memiliki nutrisi yang lebih baik. Usaha tani budidaya
ubi kayu gajah dan manggu dengan pemupukan pupuk kandang dan hormon
organik layak dilakukan dengan nilai R/C ratio 2,94 dan 3,72.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) atau singkong adalah salah satu
komoditas pertanian yang menghasilkan umbi basah dan termasuk
dalam kelompok tanaman pangan. Ubi kayu juga dikenal memiliki
tingkat toleransi yang tinggi terhadap kekeringan, tingkat keasaman
tanah yang bervariasi, dan ketersediaan nutrisi yang kurang optimal.
2. Produktivitas yang tinggi dalam budidaya ubi kayu dapat dicapai
melalui sinergi berbagai faktor, yang meliputi penerapan teknologi
canggih, seleksi dan penggunaan varietas unggul yang sesuai dengan
kondisi lokal, praktik perawatan tanah yang optimal, serta pemberian
pupuk organik yang berkualitas tinggi.
3. Pemberian hormon organik pada varietas tanaman ubi kayu
menunjukkan efek yang cukup signifikan. Dapat dilihat dengan
peningkatan produksi varietas Manggu sekitar 44% dan varietas
Gajah sekitar 56%.
DAFTAR PUSTAKA

Saptono, M. (2022). Budidaya Ubikayu Berkelanjutan: Potensi dan


Peluangnya. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL UNIVERSITAS PGRI
PALANGKA RAYA , 1 : 13-29.

Radjit, B. S., Widodo, Y., Saleh, N., & Prasetiaswati, N. (2014). Teknologi
untuk Meningkatkan Produktivitas dan Keuntungan Usahatani Ubi
Kayu di Lahan Kering Ultisol. IPTEK TANAMAN PANGAN, 9(1).

Nugraha, H. D., Suryanto, A., & Nugroho, A. (2015). Kajian Potensi


Produktivitas Ubi Kayu (Manihot esculenta Crant.) di Kabupaten Pati
(Doctoral dissertation, Brawijaya University).

Waluyo, T. (2020). Pemanfaatan Hormon Tumbuh Organik Untuk


Meningkatkan Produktivitas Singkong Hasil Eksplorasi Seleksi Bibit
Unggul. Ilmu dan Budaya, 41(70).

Howeler, R.H. (2002). Cassava mineral nutrition and fertilization. In. R.J.
Hillocks, J.M. Thresh, and A.C.Belloti (ed). Cassava Biology. Production
and Utilization. pp:115-147. CABI Publishing, CAB International,
Wallingford. Oxon.

Howeler, R.H., N. Lutaladio, and G. Thomas. (2013). Save and Grow: Cassava,
A guide to sustainable production intensification. Food and
Agriculture Organization, Rome. 129 p.

Anda mungkin juga menyukai