Anda di halaman 1dari 20

EFISIENSI PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP RESPON

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI 5 VARIETAS TANAMAN JAGUNG


VARIETAS LOKAL (Zea mays L.)

Proposal Skripsi

Oleh:
Desy Elsa Sanda
151510501202

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ABSTRAK

Budidaya tanaman jagung varietas lokal merupakan salah satu tanaman


yang memiliki prospek yang baik dalam segi agronomi dan ekonomi. Pemberian
unsur hara nitrogen pada tanaman jagung varietas lokal dapat memperbaiki
pertumbuhan dan perkembangan sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang
optimal. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2019-selesai.
Bertempat diFakultas Pertanian Universitas Jember Kabupaten Jember. Penelitian
menggunakan rancangan Split plot yang terdiri dari dua faktor perlakuan yaitu
faktor pertama 5 varietas tanaman jagung lokal yang berbeda yaitu varietas
trenggalek, varietas bojonegoro, varietas kalimantan, varietas madiun, dan
varietas pasuruan. Faktor kedua ialah 4 dosis nitrogen yaitu 2,97 gr, 2,21 gr, 1,5
gr, dan 0,76 gr yang diulang sebanyak 5 kali. Data yang diperoleh akan di analisis
menggunakan analisis varian (ANOVA). Perlakuan yang pengaruhnya berbeda
nyata dianalis lanjut dengan BNJ pada taraf kepercayaan 95%.

Kata Kunci: tanaman jagung, varietas lokal, nitrogen.

1
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman jagung (Zea mays) merupakan tanaman tropis yang cocok
dibudidayakan di negara Indonesia. Jagung merupakan tanaman rerumputan tropis
yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim. Tanaman jagung yang sangat
adaptif terhadap perubahan iklim membuat tanaman jagung dapat ditanam
beberapa kali dalam setahun. Tanaman jagung juga memiliki masa hidup yang
berbeda tergantung varietas yang digunakan yang berkisar antara 70-120 hari,
tanaman jagung dapat tumbuh hingga 3 meter tergantung varietas yang
digunakan(Wulandari dan Jati., 2016). Tanaman jagung merupakan tanaman
pangan hal ini dikarenakan tanaman jagung banyak dikonsumsi oleh masyarakat
di Indonesia setelah tanaman padi. tanaman jagung juga memiliki kebutuhan gizi
yang penting untuk kebutuhan gizi masyarakat di Indonesia. Tanaman jagung
memiliki banyak varietas, salah satu varietas yang perlu dikembang yaitu tanaman
jagung lokal. Tanaman jagung lokal merupakan tanaman jagung yang berasal dari
daerah tersebut tanpa ada campuran varietas lainnya.
Prospek tanaman jagung lokal sangat banyak yaitu tanaman jagung dapat
digunakan sebagai bahan pangan, selain biji jagung yang digunakan untuk bahan
pangan bagian lain dari tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan seperti pakan
ternak, kerajinan, dan bahan untuk pembuatan pupuk organik sehingga memiliki
nilai tambah bagi petani tanaman jagung. Tanaman jagung juga adaptif dengan
perubahan iklim sehingga meskipun dalam cuaca hujan dan kering tanaman
jagung dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tanaman jagung juga
dapat dibudidayakan pada berbagai macam tanah seperti tanah yang kering
tanaman jagung dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut
Syahputri dkk (2018) bahwa tanaman jagung lokal memiliki keragaman yang
tinggi dibandingkan dengan jagung varietas lainnya, dengan memiliki keragaman
yang tinggi maka tanaman jagung akan mempengaruhi karakter produksi
tanaman. Permintaan jagung dari tahun ke tahun semakin meningkat dapat

2
membuat nilai perekonomian petani jagung naik, hal ini sesuai dengan data BPS
mengenai produktivitas tanaman jagung (Kw/H) dari tahun 2011-2015 semakin
meningkat tiap tahunnya dilihat pada tahun 2011 produksi tanaman jagung di
Indonesia sebanyak 45,65 kw/H, pada tahun 2012 meningkat sebanyak 3,34
kw/H, tahun 2013 menurun sebanyak 0,55 kw/H, tahun 2014 meningkat sebanyak
1,1 kw/H, dan tahun 2015 produksi jagung meningkat sebanyak 2,24 kw/H.
Produksi yang semakin meningkat akan membuat petani dapat meningkatkan
tingkat perekonomian.
Kebutuhan tanaman jagung lokal yang setiap tahun semakin meningkat
maka produksi tanaman jagung diharapkan dapat meningkat agar kebutuhan
konsumen dapat terpenuhi. Permasalahan dalam budidaya tanaman jagung dapat
mengalami penurunan produktivitas terutama pada tanaman jagung lokal.
Permasalahan dalam budidaya jagung lokal meliputi informasi teknologi budidaya
jagung yang masih rendah sehingga petani kebanyakan memakai logika atau
insting dalam berbudidaya tanaman jagung sehingga produktivitas yang
dihasilkan rendah, ekonomi petani yang masih rendah sehingga petani tidak berani
untuk berproduksi jagung secara besar besaran(Natsir dan Rikawanto., 2008),
terjadinya alih fungsi lahan yang dimana lahan pertanian di alih fungsikan
menjadi bangunan sehingga lahan untuk berbudidaya semakin sempit, semakin
sedikitnya varietas lokal yang ada di Indonesia dikarenakan terdapat beberapa
varietas yang baru dan lebih menguntungkan.
Permasalahan yang dihadapi dalam berbudidaya tanaman jagung lokal
diperlukan inovasi dalam meningkatkan kebutuhan produksi jagung agar dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu dengan pemberian pupuk untuk budidaya
tanaman jagung lokal. Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media
tanam atau tanaman yang mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan oleh
tanaman sehingga tanaman dapat berproduksi secara optimal(Susetya., 2018).
Tanaman memiliki unsur hara yang bermacam macam. Unsur hara dibedakan
menjadi dua macam yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara
makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan paling banyak untuk tanaman
seperti nitrogen, phosphor, dan kalium. Tanaman jagung varietas lokal

3
membutuhkan unsur hara makro yang banyak agar dapat bertumbuh dan
berkembang menurut Mulyanto dkk (2015) bahwa unsur hara yang paling banyak
dibutuhkan yaitu unsur hara nitrogen yaitu sebesar 167,28 kg/ha dengan
menggunakan pupuk urea. Kebutuhan unsur hara phosphor menggunakan SP-36
sekitar 85kg/ha dan kebutuhan unsur hara kalium menggunakan pupuk KCL
untuk tanaman jagung lokal sangatlah bervariasi sekitar lebih dari 60 kg/ha.
Kebutuhan pupuk N, P, dan K yang mencukupi pada tanaman jagung varietas
lokal akan menghasilkan biji jagung sebesar 2 ton/ha. Unsur hara nitrogen
merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan paling banyak di dalam tanaman
untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Unsur hara Nitrogen dapat
diserap oleh tanaman jika berbentuk ion nitrat (NO 3-) dan ion ammonium NH4+.
Fungsi nitrogen bagi tanaman jagung lokal sangat beragam yaitu mempercepat
pertumbuhan tanaman, menambah tinggi tanaman, merangsang pertumbuhan
tunas, memperbaiki kualitas tanaman terutama kandungan proteinnya(Susetya.,
2018).
Tanaman jagung lokal dengan pemberian unsur hara nitrogen diharapkan
dapat bertumbuh dan berproduksi secara optimal. Pemberian dosis yang berbeda
beda terhadap tanaman jagung lokal diharapkan kita dapat mengetahui kebutuhan
unsur hara nitrogen pada tanaman jagung lokal sehingga tanaman jagung lokal
dapat bertumbuh secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang rumusan masalah pada penelitian
ini yaitu :
1. Berapa efisien pemupukan nitrogen yang tepat terhadap respon pertumbuhan
dan produksi pada 5 varietas tanaman jagung lokal (Zea mays)?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui efisiensi pemupukan nitrogen yang tepat terhadap respon
pertumbuhan dan produksi pada 5 varietas tanaman jagung lokal (Zea mays)?

4
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai dosis unsur hara nitrogen yang tepat terhadap respon
pertumbuhan dan produksi pada 5 varietas tanaman jagung lokal (Zea mays).
Informasi ini juga diharapkan berguna bagi para peneliti untuk mengembangkan
penelitian di masa yang akan datang.

5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung (Zea mays L.)


Tanaman jagung dalam taksonomi menurut Purwono dan Rudi (2005)
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea Mays L
Pemanfaatan jagung bagi masyarakat sangat banyak. Tanaman jagung
memiliki serat pangan yang dibutuhkan tubuh manusia. Tanaman jagung memiliki
kandungan asam lemak esensial, isoflavon, beberapa mineral seperti Ca, Mg, K,
Na, P, Ca, dan Fe, senyawa antosianin, betakaroten, komposisi asam amino
esensial, dan yang terpenting ialah karbohidrat. Kandungan karbohidrat didalam
tanaman jagung menjadi sumber pangan bagi masyarakat indonesia dan menjadi
alternatif masyarakat yang terkena penyakit diabetes karena jagung memiliki
Indeks Glikemik IG yang lebih rendah dibandingkan dengan beras. Selain menjadi
bahan pangan, jagung dapat dijadikan bahan pakan ternak hal ini dikarenakan
kandungan nutrisinya yang lebih baik dibandingkan tanaman pakan ternak
lainnya. Jagung juga mengandung pati yang relatif tinggi sehingga dapat
digunakan menjadi bahan baku penghasil bioetanol dengan cara fermentasi.
Pemanfaatan jagung yang banyak ini menyebabkan budidaya tanaman jagung
banyak dibudidayakan oleh masyarakat luas(Suarni dan Yasin., 2011).
Jagung lokal memiliki banyak varietas sehingga memiliki keragaman yang
berbeda beda namun secara fisiologis jagung lokal memiliki kesamaan dengan
jagung varietas lainnya. Tanaman jagung merupakan tanaman rumput-rumputan
dan memiliki akar serabut yang terdiri dari tiga tipe akar yaitu akar seminal, akar

6
adventif dan akar udara. Jagung memiliki batang yang tidak bercabang dan kaku
dan berbentuk silindris yang terbagi dari beberapa ruas serta buku ruas. Tinggi
dari tanaman jagung bermacam-macam tergantung dengan variatas yaitu 60-
250cm. Daun tanaman jagung memiliki bentuk sejajar(Paeru dan Trias., 2017)
Tanaman jagung varietas lokal memiliki syarat tumbuh yang berbeda beda
tergantung tanaman jagung tersebut hidup. Secara umum syarat tumbuh tanaman
jagung yaitu tanaman jagung dapat dibudidayakan didataran rendah maupun
dataran tinggi, tanaman jagung juga dapat ditanam pada lahan sawah atau tegalan.
Suhu optimal untuk tanaman jagung berkisar 21-34 oC dan pH tanah antara 5,6-
7,5. Tanaman jagung juga membutuhkan air sekitar 100-140mm/bulan. Tanaman
jagung jika dibudidayakan sudah sesuai dengan syarat tumbuh maka tanaman
jagung akan berproduksi secara optimal(Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh
Pertanian Aceh., 2009).
Pemanenan jagung dilakukan pada saat jagung berumur 90-110 hst
tergantung dari varietas yang digunakan. Jagung yang telah siap panen memiliki
tanda yaitu daun jagung telah kering, berwarna kekuning kuningan, dan terdapat
tanda hitam di bagian pangkal tempat melekatnya biji pada tongkol. Panen dapat
dilakukan sebelum atau setelah lewat masak fisiologis tergantung dengan varietas
yang digunakan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.,
2008).
2.2 Nitrogen
Unsur hara merupakan unsur unsur yang dibutuhkan dalam tanaman untuk
bertumbuh dan berkembang. Unsur hara dibedakan menjadi dua yaitu unsur hara
makro dan unsur hara miko. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang
digunakan paling banyak dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sedangkan unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan sedikit bagi
tanaman. Unsur hara nitrogen merupakan unsur hara makro. Unsur hara nitrogen
bersifat mobile dimana unsur hara nitrogen dapat dialokasikan dimana saja
sehingga unsur hara N didalam tanah dan tanaman akan lebih cepat habis(Naritih
dkk., 2013).

7
Unsur hara Nitrogen dapat diserap oleh tanaman dengan berbagai ion yaitu
NO3- dan NH4. Unsur hara nitrogen memiliki fungsi dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yaitu unsur hara nitrogen dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman yaitu pengembangan akar dan pucuk dalam suatu
tanaman(Ohyama., 2010). Unsur nitrogen juga berperan dalam asam amino dan
sintesis protein. Unsur nitrogen juga berperan dalam sintesis klorofil sehingga jika
tanaman kekurangan unsur hara nitrogen maka sintesis klorofil akan terhambat
sehingga dapat membuat tanaman akan mengalami gejala seperti penuaan daun
seperti daun akan berubah warna menjadi kuning(Hofman and Oswald., 2004).
Menurut Hofman and Oswald (2004). Mekanisme serapan hara nitrogen
pada tanaman dibedakan menjadi 3 yaitu absorbsi, difusi, dan Mass flow.
1. Absorbsi atau lebih dikenal dengan intersepsi akar yaitu akar pada tanaman
akan tumbuh memanjang sehingga akar dapat bersentuhan dengan unsur hara
yang terdapat dilarutan tanah. Penyerapan unsur hara akan terjadi di bulu bulu
akar.
2. Mass flow yaitu unsur hara akan diserap oleh tanaman jika unsur hara ikut
terbawa oleh air yang diserap oleh tanaman sehingga tanaman juga
mendapatkan unsur hara. Menurut Utomo dkk (2016) unsur hara yang
terbawa oleh aliran massa hingga ke rambut akar dipengaruhi oleh laju alirn
air melalui tanah menuju akar tanaman, tingkat transpirasi tanaman, dan
konsentrasi unsur hara dalam larutan tanah.
3. Difusi yaitu unsur hara akan diserap oleh tanaman jika unsur hara yang ada
didalam larutan tanah akan bergerak kebagian yang berkonsentrasi tinggi dan
ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
Unsur hara nitrogen bersifat mobile sehingga diperlukan penambahan
unsur hara dari luar agar tanaman dapat bertumbuh secara optimal. Pemberian
yang cukup terhadap unsur hara nitrogen kepada tanaman akan menyebabkan
tanaman dapat bertumbuh secara optimal, namun jika pemberian unsur hara
nitrogen maka tanaman akan menyebabkan gejala yang dapat membuat
terhambatnya pertumbuhan tanaman. Gejala kekurangan dari unsur hara nitrogen
ialah tanaman akan mengalami pertumbuhan lambat, layu, daun pada tanaman

8
yang kekurangan unsur hara nitrogen akan berubah menjadi kuning dan biasanya
dijumpai pada daun daun tua hal ini dikarenakan unsur hara nitrogen bersifat
mobile sehingga jika tanaman kekurangan unsur hara N maka proses fotosintesis
akan terhambat sehingga akan menyebabkan daun mengalami klorosis. Pemberian
unsur hara nitrogen yang berlebihan juga tidak baik terhadap pertumbuhan
tanaman karena akan menyebab daun dan batang akan mengalami ketebalan
dinding sehingga daun menjadi lebih sukulen dan kurang keras(Fahmi dkk., 2010)
2.3 Kebutuhan Unsur Hara Nitrogen pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Tanaman untuk dapat bertumbuh dan berkembang dibutuhkan unsur hara
yang mencukupi terkhusus untuk tanaman jagung. Tanaman jagung membutuhkan
unsur hara agar dapat menghasilkan produktivitas yang optimal.tanaman jagung
membutuhkan unsur hara makro seperti nitrogen, phophor, dan kalium. Unsur
hara nitrogen merupakan unsur hara yang paling banyak digunakan dalam
pertumbuhan vegetatif dan generatif daripada unsur hara makro lainnya seperi
phosphor dan kalium. Hal ini serupa dengan Subedi dan Ma(2009) yaitu:
Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi pada Pertumbuhan Tanaman Jagung
Component Nitrogen (%) Fosfor (%) Kalium (%)
Jagung 1,44 0,69 0,50
Batang 0,43 0,14 0,90
Daun 1,80 0,69 2,05
Perkecambahan 0,33 0,11 0,62
Sumber: Subedi dan Ma (2009).
Dilihat dari tabel tersebut untuk proses generatif yaitu pembentukan buah unsur
hara yang paling dibutuhkan ialah unsur hara nitrogen sebanyak 1,44%. Namun
untuk proses pembentukan daun, batang dan daun unsur hara yang paling
dibutuhkan ialah unsur hara kalium.
Unsur hara nitrogen merupakan unsur yang paling dibutuhkan tanaman
jagung. Unsur hara nitrogen juha berperan dalam pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung hal ini dikarenakan senyawa organik yang berada didalam
tanaman mengandung nitrogen. Senyawa nitrogen didalam tanaman akan berperan
sebagai asam amino, asam nukleat, enzim-enzim, dan bahan bahan yang

9
menyalurkan energi seperti klorofil, ADP dan ATP. Sehingga tanaman yang
kekurangan senyawa N maka tanamantidak dapat melakukan metabolisme untuk
mendapatkan bahan bahan vital tersebut. Nitrogen juga penyusun utama berat
kering tanaman pada saat tanaman masih muda dan kebutuhan N menurun secara
bertahap jika tanaman sudah tua. Pada tanaman jagung akumulasi senyawa
nitrogen digunakan pada pertumbuhan satu bulan pertama sehingga pemupukan
pada tanaman jagung harus tepat waktu agar absorbsi hara lebih efektif(Setyo dan
Sasmita., 2015).
Tanaman jagung merupakan tanaman jenis C4. Tanaman jenis C4
merupakan tanaman yang tidak membutuhkan naungan untuk dapat bertumbuh
dan berkembang. Tanaman C4 juga dapat ditanam di lahan yang kering dan
beriklim panas sehingga membutuhkan proses fotosintesis yang lebih banyak
daripada tipe tanaman lainnya. Tanaman jagung merupakan tanaman C4 sehingga
aktivitas fotosintesisnya lebih cepat daripada tipe tanaman yang lainnya. Aktivitas
fotosintesis yang lebih cepat akan membuat tanaman jagung membutuhkan unsur
hara yang paling cepat. Unsur hara yang dapat membantu proses fotosintesis
untuk lebih cepat ialah unsur hara nitrogen. Unsur hara nitrogen pada tanaman
jagung dibutuhkan lebih banyak dibandingkan tipe tanaman lainnya. Sehingga
diperlukan penambahan unsur hara nitrogen lebih banyak dibandingkan tanaman
lainya. Penambahan unsur hara nitrogen pada tanaman jagung akan membuat
tanaman jagung dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tanaman
jagung membutuhkan N-total sebanyak 0,4%(Sinaga dan Amar.,2016).
Menurut Sarjito dan Hartanto (2007) menyatakan bahwa penambahan pupuk N
pada tanaman jagung dapat meningkatkan panjang akar tanaman jagung lokal dan
meningkatkan hasil panen jagung monokultur tanpa ada penyisipan hal ini
dikarenakan jika tanaman jagung tanpa ada penyisipan maka tanaman jagung
tidak akan mengalami persaingan antar tanaman.
Tabel 2.2 Pengaruh Penyisipan Kedelai dan Pemupukkan Nitrogen terhadap
Indeks Panen Jagung
Dosis Jagung Lokal Monokultur Jagung+Burangran Jagung+Lokon
g

10
0 kg N 40,79 38,67 24,57
34,5 kg N 41,13 40,10 45,50
69 kg N 38,53 43,77 37,87
Sumber: Sarjito dan Hartanto (2007)
Dilihat dari tabel diatas indeks panen jagung pada penambahan pupuk
nitrogen yang paling baik pada dosis 34,5 kg per hektar namun pada dosis 69 kg
indeks panen jagung menurun hal ini dikarenakan kebutuhan unsur hara yang
sudah melebih ambang batas tanaman jagung sehingga tanaman jagung
mengalami penurunan dalam produktivitas tanaman jagung.
Pemberian pupuk N pada tanaman jagung agar tanaman jagung dapat
berproduksi secara optimal ialah pada keseimbangan antara unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman jagung berdasarkan target hasil panen yang ingin
dicapai dengan kemampuan tanah menyediakan hara. Pemberian pada pupuk N
dilokasi yang berbeda memiliki dosis yang berbeda setiap tanamannya hal ini
dikarenakan kadar kesuburan ditempat lainnya berbeda beda. Menentukan hara
pada tanaman juga dapat mengacu pada prinsip mengoptimalkan penggunaan
unsur hara alami dari tanah yang bersumber tanah, pupuk kandang, sisa tanaman,
air hujan, udara bebas, dan air segar. Sehingga pada perhitunggannya jumlah
pupuk atau unsur hara yang diberikan pada tanaman jagung adalah jumlah pupuk
yang diperlukan untuk memperoleh hasil pipilan kering yang diinginkan dan
dikurangi dengan jumah hara alami tanah(Murni., 2008).

2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang permasalah dari penelitian ini hipotesa yang
dapat diambil yaitu terdapat beberapa pengaruh efisiensi pemupukan nitrogen
yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi pada pada 5 jenis tanaman jagung
varietas lokal (Zea mays L).

11
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Peneltian dengan judul “Efisiensi Pemupukan Nitrogen terhadap
Respon Pertumbuhan dan Produksi 5 Varietas Tanaman Jagung Varietas Lokal
(Zea mays l.)” dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Jember Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember Jawa Timur dan berlangsung mulai bulan Mei -
Juli 2019.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah alat dan bahan
yang umum digunakan dalam budidaya tanaman jagung. Bahan yang digunakan
meliputi: 5 jenis varietas benih tanaman jagung lokal , Pupuk Urea, Pupuk TSP,
Pupuk KCL dan pupuk kandang. Alat yang digunakan meliputi: cangkul, sabit,
ember, tugal, alat tulis, timbangan analitik,oven, dan kamera.

3.3 Rancangan Percobaan


Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Split plot dengan dua faktor
yaitu dengan 5 varietas utama sebagai faktor petak utama (main plot factor) dan 4
dosis nitrogen yang berbeda sebagai faktor anak petak (Sub-plot factor) dan
diulang sebanyak 6 kali.
Model matematis penelitian dengan Rancangan Split Plot faktorial adalah
sebagai berikut:
Yijk=µ+pk+αi+βj+(αβ)ij+үik+ɛijk
Keterangan:
Yijk = pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan taraf ke-i dari faktor 5 varietas dan taraf ke J dari faktor 4 dosis
nitrogen
µ = nilai rata rata yang sesungguhnya (rata-rata populasi)
pk = pengaruh aditif dari kelompok ke-k
αi = Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor 5 varietas

12
βj = pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor 4 dosis nitrogen
(αβ)ij= Pengaruh aditif taraf ke-i dari faktor 5 varietas dan taraf ke-j dari faktor 4
dosis nitrogen
үik = Pengaruh acak dari petak utama yang muncul pada tara ke-i dari faktor 5
varietas dalam kelompok ke-i(Galat petak utama)
ɛijk = Pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ij serin(Galat anak petak)
Tabel 3.1 Kombinasi perlakuan antara faktor percobaan yang dikombinasi dengan
5 varietas tanaman jagung lokal dan 4 dosis nitrogen:
ULANGAN 1 ULANGAN 2 ULANGAN 3
V1 V3 V2 V5 V4 V2 V1 V4 V3 V5 V3 V2 V1 V4 V6
N1 N4 N3 N4 N2 N4 N3 N1 N3 N3 N4 N3 N4 N2 N4
N3 N3 N2 N1 N3 N1 N2 N4 N2 N4 N1 N4 N2 N4 N2
N2 N1 N1 N3 N4 N3 N4 N2 N1 N2 N3 N1 N1 N1 N3
N4 N2 N4 N2 N1 N2 N1 N3 N4 N1 N2 N2 N3 N3 N1

ULANGAN 4 ULANGAN 5 ULANGAN 6


V5 V4 V2 V1 V3 V3 V5 V4 V2 V1 V5 V1 V4 V3 V2
N3 N4 N2 N2 N3 N2 N1 N2 N3 N3 N3 N1 N1 N4 N2
N1 N2 N3 N4 N2 N4 N4 N3 N2 N2 N1 N4 N3 N1 N4
N4 N3 N1 N3 N4 N1 N2 N4 N4 N1 N4 N3 N2 N3 N1
N2 N1 N4 N1 N1 N3 N3 N1 N1 N4 N2 N2 N4 N2 N3

Keterangan : V4= Varietas Madura


N1= Dosis 2,97 g Nitrogen V5= Varietas Pasuruan
N2= Dosis 2,21 g Nitrogen
N3= Dosis 1,5 g Nitrogen
N4= Dosis 0,76 g Nitrogen
V1= Varietas Trenggalek
V2= Varietas Bojonegoro

13
V3= Varietas Kalimantan
Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis varian
(ANOVA). Perlakuan yang pengaruhnya berbeda nyata dianalisis lanjut dengan
BNJ pada taraf kepercayaan 95%

3.4 Pelasanaan Penelitian


3.4.1 Analisis Media tanaman sebelum penanaman
Menganalisis media tanam di laboratorium dengan analisis N-tanah untuk
dapat mengetahui kandungan nitrogen didalam tanah sebelum penanaman. Cara
menganalisis media tanam menurut Murni (2008) yaitu ambil tanah komposit dari
areal percobaan diambil dari kedalam 0-20 cm. Dari contoh tanah tersebut dapat
dianalisis N-tanah di laboratorium.
3.4.2 Pengolahan tanah
Dalam proses penanaman tanaman jagung dibutuhkan pengolahan tanah
dengan cara mencampurkan tanah hingga tanah tersebut homogen. Setelah
dicampur maka dilakukan penambahan pupuk kandang dan pupuk N,P, dan K
untuk meningkatkan nutrisi tanah yang diperlukan tanaman jagung. tanah dikering
anginkan hingga tanah menjadi tidak lembab.
3.4.3 Penanaman
Pada penanaman jagung ditanam menggunakan polyback. Polyback yang
digunakan berdiameter 60 cm. Tanah yang telah dikering anginkan lalu
dimasukkan di polyback hingga ¾ bagian polyback. Lalu Dalam satu lubang
tanaman ditanam 1 benih per lubang lalu tutup dengan tanah. Penanaman tanaman
jagung lebih baik dilakukan pada saat pagi hari. Setelah ditanam diberi perlakuan
pupuk dasar yaitu pemberian pupuk NPK.
3.4.4 Pemeliharaan
Pada pemeliharaan dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore pada
kondisi lapang. Membersihkan gulma disekitar tanaman dengan cara
mencabutnya. Hama pada tanaman jagung dapat dikumpulkan lalu dimatikan. Jika
tanaman terkena penyakit maka tanaman tersebut harus disulam tanaman baru.
3.4.5 Pemupukan

14
Pemupukan pada penelitian ini menggunakan pupuk N dengan 4 macam
dosis yang berbeda dan pupuk P dan K. Pemberian pemupukan N,P, dan K
dilakukan 4 kali yaitu pada 20hst, 50hst, 65hst, dan 75 hst. Pemberian pupuk
dilakukan denan cara ditugal disekeliling tanaman jagung lalu dilakukan
pemberian pupuk disektar lalu dikubur dalam tanah.
3.4.6 Pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil jagung dari tanaman
jagung. Panen dilkakukan ketika tanaman telah mencapai kondisi siap panen pada
umur 90-120 hst.
3.4.7 Analisis Kandungan Nitrogen pada Jaringan Tanaman Jagung
Menganalisis kandungan nitrogen dilaboratorium pada jaringan tanaman
jagung untuk dapat mengetahui kandungan nitrogen didalam jaringan tanaman
setelah tanaman jagung sudah memasuki masa generatif. Menurut Bustami dkk
(2012) Kandungan N tanaman dianalisis di laboratorium. Sampel tanaman yang
diambil adalah seluruh tanaman bagian atas pada tanaman memasuki masa
generatif. Kandungan N dalam jaringan tanaman ditentukan dengan menggunakan
metode destruksi basah yaitu dengan cara mendestruksi 1g jaringan tanaman
dalam asam nitrat (HNO3) dan hipoklorat pekat (HCLO4) dan pemanasan sampai
dipeloreh larutan jernih. Pengukuran kadar N dalam larutan destruksi dilakukan
dengan menggunakan spektrofotometer.

3.5 Variabel Pengamatan


Variabel pengamatan pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Dosis Unsur Hara
Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi 5 Varietas Tanaman Jagung
Varietas Lokal (Zea mays L.)” meliputi
1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman.
pengukuran tinggi tanaman pada saat tanaman jagung sudah memasuki 30 hst dan
diamati seminggu sekali hingga masa pemanenan. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan dengan menggunakan meteran atau penggaris dengan satu cm.
2. Jumlah daun

15
Perhitungan jumlah daun dilakukan pada saat daun sudah tumbuh dengan
sempurna. Perhitungan jumlah daun dilakukan pada saat pengamatan seminggu
sekali.
3. Berat segar akar
Tanaman jagung yang sudah dipanen dicabut dan dibersihkan dari tanah
lalu potong pada bagian akar tanaman jagung, lalu ditimbang menggunakan
timbangan analitik.
4. Berat segar pucuk
Tanaman jagung yang sudah dipanen dicabut lalu potong pada bagian
pucuk tanaman jagung lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik.
5. Berat segar total
Tanaman jagung yang sudah dipanen lalu dicabut dan dibersihkan dari
tanah dan kotoran yang menempel ditanaman. Lalu ditimbang menggunakan
timbangan analitik.
6. Berat diameter batang
Tanaman jagung yang sudah dipanen lalu dipotong bagian batangnya dan
ditimbang menggunakan timbangan analitik dan mengukur diameter batang
menggunakan penggaris.
7. Klorofil
Tanaman jagung yang sudah menghasilkan daun yang sempurna di analisis
klorofil menggunakan alat klorofil meter
8. Intensitas cahaya matahari
Perhitungan instensitas cahaya matahari bisa menggunakan alat yaitu
menggunakan lux meter dan pelaksanaan analisis intensitas cahaya matahari ialah
pada memasuki 75hst.
9. Umur berbunga
Perhitungan umur bunga dilakukan pada saat tanaman jagung sudah mulai
memasuki masa generatif.
10. Bobot tongkol

16
Pengamatan bobot tongkol dilakukan dengan menghitung semua tongkol
yang berasal dari tanaman jagung. Pengamatan dilakukan pada saat pemanenan
tanaman jagung
11. Bobot biji per tanaman
Pengamatan bobot biji pertanaman yaitu mengambil biji dari setiap
tanaman jagung lalu ditimbang menggunakan timbangan analitik. Pengamatan
dilakukan pada saat pemanenan tanaman jagung
12. Bobot 100 biji tanaman jagung
Perhitungan rata rata berat per 100 biji dilakukan setelah panen dan data
rata rata berat per 100 biji diperoleh dari penimbangan. 100 biji yang dipilih pada
setiap perlakuan
13. Berat total kering
Tanaman jagung yang sudah dipanen dicabut hingga ke akar lalu
dikeringkan bisa menggunakan oven pada suhu 80 oC. setelah dikeringkan
tanaman kacang ditimbang menggunakan timbangan analitik.
14. Serapan Nitrogen pada Jaringan Tanaman Jagung
Tanaman jagung yang sudah dipanen diambil biji jagung dari 5 varietas
lalu dianalisis di laboratorium untuk melihat kandungan unsur hara nitrogen yang
terserap pada tanaman jagung. Analisis kandungan nitrogen pada tanaman
jagung dilaksanakan jika tanaman jagung sudah memasuki masa generatif. Untuk
mengukur efisien serapan nitrogen bisa dilakukan dengan cara menghitung
jumlah hara N yang diserap per unit hara N yang ditambahkan (Bustami dkk.,
2012)
mg N jaringan
ES=
mg N yang ditambahkan

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Aceh: Balai Besar Pengkajian


dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Anomin. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Aced: Badan Ketahanan


Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh.

Budi,S., S. Sari. 2015. Ilmu dan Implementasi Kesuburan Tanah.


Malang:UMM Press.

Bustami, Sufardi., dan Bakhtiar. 2012. Serapan Hara dan Efisiensi


Pemupukan Phosfat serta Pertumbuhan Padi Varietas Lokal. Manajemen
Sumberdaya Lahan, 1(2):159-170.

Fahmi, A., Syamsudin., S. N. H. Utami., B. Radjagukguk. 2010. Pengaruh


Interaksi Hara Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea
mays L.) Padatan Tanah Regosol dan Latosol. Berita Biologi, 10(3):297-304.

Hofman, G., O. V. Cleemput. 2004. Soil and Plant Nitrogen.


Paris:International Fertilizer Industry Association.

Mulyanto, B. S., Supriyadi., dan D. Purnomo. 2015. Analisis Tanah Untuk


Rekomendasi Pemupukan pada Budidaya Jagung, Padi dan Ketela Pohon.
Sustainable Agriculture, 30(2):91-97.

Murni, A. M. 2008. Menentukan Kebutuhan Nitrogen, Fosfor dan Kalium


untuk Tanaman Jagung Berdasarkan Target Hasil dan Efisiensi Agronomik pada
Lahan Kering Ultisols Lampung. Tanah dan Lingkungan, 10(2):46-49.

Nariratih, I. M. M. B. Damanik., G. Sitanggang. 2013. Ketersediaan


Nitrogen pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan
Serapannya pada Tanaman Jagung. Agroekoteknologi, 1(3):479-488.

Natsir, M., R. E. Mulyawan. 2008. Prospek Pengembangan Komoditi


Jagung melalui Pendekatan Agribisnis di Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidenreng
Rappang. Buana Sains, 8(2):179-187.

Ohyama , T. 2010. Nitrogen as a Major Essential Element of Plants.


Signpost, 37(2):1-17.

Paeru, R. H., G. P. T. Q. Dewi. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung.


Bogor: Penebar Swadaya.

18
Purwono, R. Hartanto.2005. Bertanam Jagung Unggul. Bogor: Penebar
Swadaya.

Sarjito, A., B. Hartanto. 2007. Respon Tanaman Jagung Terhadap Aplikasi


Pupuk Nitrogen dan Penyisipan Tanaman Kedelai. Penelitian dan Informasi
Pertanian, 11(2): 130-137.

Sinaga, A., A. Ma’ruf. 2016. Tanggapan Hasil Pertumbuhan Tanaman


Jagung akibat Pemberian Pupuk Urea, SP-36, dan KCL. Pertanian BERNAS,
12(3):51-56.

Suarni, M. Yasin. 2011. Jagung sebagai Sumber Pangan Fungsional. Iptek


Tanaman Pangan, 6(1):41-56.

Susetya, D. 2018. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik.


Yogyakarta:Pustaka Baru Press.

Subedi, K. D., B. L. Ma. 2010. Corn Crop Production: Growth


Fertiliazation and Yield. Canada: Eastern Cereal and Oilseed Research Centre
(ECORC).

Syahputri, W. W., H. Setiado., dan K. Lubis. 2018. Studi Karakteristik


Jagung Introduksi dan Beberapa Varietas Jagung Lokal. Agroteknologi FP USU,
6(2):209-214.

Utomo, M., T. Sabrina., Sudarsono., J. Lumbanraja., B. Rusman., Wawan.


2016. Ilmu Tanah. Jakarta:Prenadamedia Group.

Wulandari, F., J. Batoro. 2016. Etnobotasi Jagung (Zea mays L.) pada
masyarakat Lokal di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang. Biotropika, 4(1): 17-24.

19

Anda mungkin juga menyukai