Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG

Oleh:
Golongan E/Kelompok 2b
Eko Bagus Setyawan (151510501126)
Yulia Dewi Aminatus (151510501246)
Putri Novia Sari (151510501255)

LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu komoditas tanaman yang menjadi
salah satu tanaman pangan di Indonesia. Jagung memilikin kandungan giji dan
serat kasar yang memadai untuk menjadi bahan makanan pokok selain padi dan
kedelai. Hasil tanaman jagung harus dioptimalkan agar kebutuhan masyarakat
terpenuhi, karena itu kegiatan produksi tanaman jagung harus lebih optimal.
Kegiatan produksi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penggunaan
benih, teknologi yang digunakan, pengaplikasian pupuk, pengendalian terhadap
serangan OPT dan pengolahan pasca panen. Masing-masing faktor tersebut
memiliki pengaruh sangat besar terhadap hasil produksi tanaman.
Benih tanaman jagung harus memiliki daya tumbuh yang tinggi agar tanaman
dapat tumbuh dengan optimal sehingga menghasilkan produksi yang tinggi, salah
satu contoh benih yang baik adalah benih yang sudah bersertifikasi. Tehnologi
yang perlu diperhatikan yaitu seperti tehnologi pengolahan tanah, jarak tanam,
pengendalian hama dan penyakit serta perawatan tanaman termasuk pempukan
dan penyiangan gulma pada lahan. Pengolahan tanah yang baik merupakan
pengolahan tanah yang dapat membuat tanaman tumbuh dengan optimal dan
mendapat unsur hara yang dibutuhkan. Pengolahan tanah juga harus dapat
mendukung adanya konservasi lahan untuk mengurangi degradasi lahan akibat
kegiatan manusia. Sistem tanam yang dapat dilakukan pada budidaya jagung
merupakan sistem tanam tanpa olah tanah, sistem tanam olah tanah minimum dan
sistem olah tanah sempurna. Masing-masing sistem tanam tersebut mempunyai
kekurangan dan kelebihan dalam penerapannya. Jarak tanam tanaman juga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu apabila jarak tanam terlalu sempit
persaingan untuk mendapatkan unsur hara semakin tinggi dan apabila jarak tanam
terlalu lebar dapat merugikan dimana produksinya sedikit akibat jumlah tanaman
yang ditanam tidak dapat optimal.
Pemupukan dalam budidaya tanaman jagung dapat mengoptimalkan
pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan. Pupuk yang bisa diberikan pada

1
tanaman jagung bisa berupa pupuk organik dan anorganik dimana masing-masing
pupuk tersebut mempunyai pengaruh sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Pupuk yang biasanya digunakan petani adalah pupuk anorganik yang
merupakan pupuk yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
secara cepat. Pupuk anorganik juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah dalam
jangka panjang dimana pemakaian pupuk anorganik secara terus menerus dapat
mengakibatkan tanah menjadi miskin akan unsur hara, dengan begitu sebaiknya
penggunaan pupuk anorganik dikurangi dengan menambahkan pupuk organik
dalam jangka waktu yang panjang. Pupuk anorganik dapat berupa pupuk tunggal
dan pupuk majemuk yang mempunyai kandungan yang berbeda. Pupuk tunggal
merupakan pupuk yang hanya memiliki satu unsur yang dibutuhkan tanaman,
sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk yang memiliki lebih dari satu unsur
yang dibutuhkan tanaman tetapi dalam jumlah yang sedikit tiap unsurnya.
Penerapan benih, sistem olah tanah, pemupukan dan perawatan yang berbeda-
beda dalam budidaya tanaman jagung akan berpengaruh terhadap hasil produksi
yang dihasilkan.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mempelahari tehnik budidaya tanaman
jagung.
2. Melatih keterampilanmahasiswa dalam menentukan komponen-komponen
budidaya yang baik bagi tanaman jagung.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang


dibudidayakan di Indonesia. Tanaman jagung adalah tanaman sumber pangan
kedua setelah tanaman padi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Menurut
Perera and Weerasinghe (2014), tanaman jagung (Zea mays L.) adalah serelia
yang paling penting di dunia setelah gandum dan padi. Tanaman jagng memiliki
kandungan karbohidrat yang tinggi setelah padi dan juga mempunyai berbagai
kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Jagung dibudidayakan
untuk diambil hasilnya berupa biji jagung, biji-biji ini terbentuk bergerombol
yang melekat pada tongkolnya (Aak, 1993). Budidaya tanaman jagung dilakukan
dengan beberapa tahapan mulai dari persiapan lahan, persiapan benih, tehnik
penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan pemanenan.
Tahapan persiapan lahan untuk budidaya tanaman jagung dapat dilakukan
dengan beberapa tehnik pengolahan tanah. Tehnik pengolahan tanah dapat
dilakukan dengan tiga tehnik yaitu tehnik tanpa olah tanah, tehnik olah tanah
minimum dan tehnik olah tanah sempurna. Pengolahan tanah merupakan tehnik
menghancurkan bongkahan tanah yang besar menjadi berukuran kecil sehingga
akar tanaman akan mudah untuk menembus lapisan tanah untuk mendapatkan
unsur hara dan mineral. Menurut Francini et al (2012), pengolahan tanah dapat
meningkatkan produksi apabila sifat-sifat tanah, iklim, kultivar dan pengelolaan
tanaman dapat dioptimalkan. Masing-masing tehnik pengolahan tanah dapat
memberikan keuntungan dan kekurang dalam pengaplikasian dan tujuannya.
Persiapan benih dilakukan setelah persiapan lahan sudah selesai. Persiapan
benih bertujuan agar benih yang ditanam merupakan benih yang mempunyai
kualitas yang tinggi dan daya tumbuh yang tinggi pula. Penanaman benih
sebaiknya menggunakan jarak tanam yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan
dari tanaman tersebut. Jarak tanam tanam yang sempit akan memperlanbat
pertumbuhan tanaman, jarak tanam sangat penting karena setiap varietas tanaman
pada jarak tanam tertentu respon tanaman akan mempengaruhi produktivitas
tanaman tersebut ( yulisma, 2012). Pemupukan dilakukan untuk memenuhi nutrisi

3
yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Jakieni et al (2015), banyak petaniyang
menerapkan pemupukan menggunakan pupuk N yang melimpah dimana pupuk N
merupakan pupuk tunggal untuk meningkatkan hasil produktivitas tanaman.
Penggunaan pupuk yang berlebihan pada satu unsur saja akan mengakibatkan
kematian pada tanaman. Penggunaan pupuk seharusnya sesuai dengan kebutuhan
dan dosis untuk setiap tanaman agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi
secara makimal.
Pemeliharaan tanaman sangat berpengaruh terhadap produksi yang
dihasilkan. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, penyiangan dan
pengendalian OPT. Tanaman yang tidak dipelihara atau tidak dilakukan
penyiangan akan menurunkan produksi jagung karena daya tumbuh jagung akan
terhambat akibat adanya gulma dimana penggunaan sumberdaya air, sinar
matahari dan unsur hara tersaingi (Faqihhudin dkk, 2014). Pengendalian OPT
dapat dilakukan dengan cara menggunakan pestisida dimana pestisida sudah
sering digunakan oleh petani karena lebih efektif dalam mengendalikan OPT.
Menurut Irawan dkk (2013), tanaman budidaya yang tidak dilakukan
pengendalian terhadap OPT akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti
adanya spora jamur yang dapat menutupi bagian tanaman pada permukaan daun
yang mengakibatkan daun mengering, menghambat proses fotosintesis tanaman
dan mengakibatkan pembentkan tongkol tidak optimal.

4
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mata kuliah “Budidaya Tanaman Pangan” dengan judul acara
“Budidaya Tanaman Jagung” dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 07 Oktober
2017 pukul 14.00 WIB – selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Agrotechnopark
Jubung Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Timba
2. Rafia
3. Ajir
4. Timbangan
5. Meteran
3.2.2 Bahan
1. Benih jagung hibrida dan lokal
2. Pupuk kandang atau kompos
3. Pupuk urea
4. Pupuk SP-36
5. Pupuk KCL
6. Pestisida

3.3 Cara Kerja


1. Peserta praktikum dalam 1 golongan dibagi menjadi 6 kelompok.
2. Mempersiapkan lahan dengan membersihkan tanah dari sisa-sisa tanaman dan
gulma, kemudian mengolah tanah secara intensif dengan
membajak/mencangkul sedalam l5 - 20 cm sebanyak 2 kali, meratakan dan
membuat saluran drainase.
3. Menanaman dilaksanakan dengan cara :
Kelompok Jenis Jagung Jumlah Benih Perlubang

5
1 Manis 2
2 Lokal 2
3 Hibrida 2
4 Manis 3
5 Lokal 3
6 Hibrida 3

4. Memeliharan tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan,


penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama dan penyakit.
a. Menjarangan dilakukan setelah 1 minggu setelah tanam, menyisakan sesuai
dengan perlakuan.
b. Memupukan menggunakan Bahan Organik, Urea, SP 36, dan KCl dengan
dosis masing-masing 2 ton/ha, 250 kg/ha, 75 kg/ha, dan 50 kg/ha. Seluruh
bagian SP 36 dan KCL serta sepertiga bagian urea diberikan saat tanam,
memberikan sepertiga lagi urea diberikan saat tanaman berumur 2 minggu,
dan sisa urea saat tanaman mulai berbunga.
c. Setelah benih ditanam, melakukan pengairan dengan penyiraman secukupnya,
kemudian menjelang tanaman berbunga diperlukan air yang lebih banyak.
d. Menyiang dilakukan setelah tanaman berusia 15 hari setelah tanam dan
dilakukan setiap 2 minggu sekali. Menyiang pada tanaman jagung yang masih
muda dapat dilakukan dengan menggunakan tangan atau bantuan alat (koret).
e. Membumbun dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama untuk
memperkokoh posisi batang tanaman agar tidak mudah rebah dan menutup
akar yang bermunculan di atas tanah. Membumbun berikutnya dilakukan saat
tanaman berusia 6 minggu setelah tanam, bersamaan dengan kegiatan
pemupukan.
f. Melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan hama dan
penyakit yang ada. Untuk menghindari penyakit bulai, mengendalikan
dengan perlakuan benih (seed treatment), yaitu mencampur benih dengan
fungisida metalaksil secara merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap
kg benih.

6
g. Memanen dilakukan pada umur 90 -100 hari setelah tanam. Jagung yang
sudah dapat dipanen mempunyai kelobot berwarna kuning, biji sudah cukup
keras dan mengkilap, apabila biji ditusuk dengan ibu jari maka biji tersebut
tidak berbekas, dan mempunyai kadar air biji sekitar 25 %.

3.4 Variabel Pengamatan


Praktikum acara “Budidaya Tanaman Jagung” tersebut melakukan
pengamatan terrhadap tinggi tanaman (cm), leba daun, panjang akar dan jumlah
akar.

a. Analisis Data
Analisi data yang digunakan pada acara ”Budidaya Tanaman Jagung” ialah
analis kuantitatif terhadap data-data hasil pengamatan yang sudah diolah.

7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Rata-Rata Tinggi Tanaman Jagung

4.1.2 Rata-Rata Jumlah Dan Tanaman Jagung

4.1.3 Volume Akar

8
4.2 Pembahasan
Praktikum budidaya tanaman pangan acara budidaya tanaman jagung
dengan menggunakan tiga parameter diperoleh data seperti diatas. Ketiga
parameter pengamatan yang diperoleh yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan
volume akar. Pada parameter tinggi tanaman dapat diketahui rata-rata pertmbuhan
tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada tanaman kelompok 4 dengan perlakuan
jagung manis 3 benih/lubang. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman paling
rendah ditunjukkan pada kelompok 2 dengan perlakuan jagung lokal 2
benih/lubang.
Parameter kedua yaitu jumlah daun, perolehan rata-rata jumlah daun
tertinggi diperoleh dari data pada kelompok 3 dan 4 dimana masing-masing
kelompok mempunyai perlakuan yang berbeda. Kelompok 3 dengan perlakuan
jagung hibrida 3 benih/lubang sedangkan kelompok 4 dengan perlakuan jagung
manis 3 benih/lubang. Jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan kelompok 5
yaitu menggunakan perlakuan jagung lokal 3 benih/lubang. Parameter terakhir
adalah volume akar tanaman jagung. Volume akar tertinggi diperoleh dari
kelompok 3 dengan perlakuan 2 benih/lubang sedangkan volume terendah
terdapat pada perlakuan kelompok 6 dengan perlakuan jagung hibrida 3
benih/lubang.
Menurut Irawan dkk (2013), perbedaan varietas tanaman yang ditanam
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung. Berdasarkan data
diatas perbedaan tersebut tidak hanya atas perbedaan varietas yang ditanam tetapi
ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan tersebut. Faktor-faktor
yang dapat mengakibatkan perbedaan dari perlakuan tersebut yaitu perlakuan
penanaman dimana jumlah benih pada setiap lubang berbeda, kualitas dari benih
yang ditanam dimana kualitas dari benih tidak diketahui contohya pada benih
lokal yang kualitasnya tidak diketahui karena tidak tersertifikasi. Perawatan juga
dapat berpengaruh besar pada pertumbuhan tanaman. Perawatan yang dilakukan
berupa penyiangan gulma yang berada pada areal penanaman serta tidak
dilakukannya pengendalian OPT, dengan begitu pertumbuhan dari setiap tanaman

9
berbeda karena dari beberapa tanaman ada yang terserang penyakit seperti
penyakit bulai.
Pemupukan pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman
karena apabila tidak dilakukan pemupukan tanaman akan kekurangan unsur yang
dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara dalam tanah dengan seiring waktu dan
dengan seringnya ditanami akan berkurang juga unsur hara yang terkandung di
dalam tanah. Pemupukan yang digunakan pada praktikum kali ini menggunakan
pupuk urea sebanyak 50kg/ha, SP-36 sebanyak 75kg/ha dan KCL sebanyak
75kg/ha. Menurut Kasto dan Tia (2013), pemberian pupuk yang tepat pada
tanaman baik dosis maupun jenisnya dapat meningkatkan pertumbuhan serta
produksi tanaman dengan maksimal.

10
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Jenis jagung hibrida berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun.
Banyaknya jumlah daun tersebut akan memicu tingginya ketersediaan makanan
bagi tanaman jagung.
2. Ketersediaan unsur hara dan pupuk yang menyebabkan tanaman jagung manis
dapat berproduksi secara lebih unggul apabila dibandingkan dengan jagung
lokal dan jagung hibrida.
3. Tanah di lahan tersebut kurang cocok untuk tanaman jagung lokal, oleh sebab
itu pertumbuhan jagung lokal kurang optimal.

5.2 Saran
Kondisi tanah pada lahan pertanaman merupakan hal yang penting pula
dalam pertumbuhan tanaman. Varietas atau jenis tanaman jagung tidak selalu
sesuai dengan semua kondisi tanah lahan pertanaman. Sebaiknya penilaian
pertumbuhan tanaman jagung dilakukan pada lahan yang sudah diolah secara
sempurna.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1993. Jagung. Kanisius: Yogyakarta.

Faqihhudin, M. D., Haryadi. dan Heni P. 2014. . Penggunaan Herbisida Ipa-


Glifosat Terhadap Pertumbuhan, Hasil Dan Residu Pada Jagung. Ilmu
Pertanian. 17(1):1-12.

Franchini, J. C., H. Debiasi., A. A. B. Junior., B. C. Tonon., J. R. B. Farias., M. C.


N. Oliveira, and E. Tores. 2012. Evolution of crop Yields in Different
Tillage and Cropping Systems Over Two Decades in Southern Brazil.
Field Crop Research, 137(1):178-185.

Irawan, D., Hasanuddin, dan L. Lubis. 2013. Uji Ketahanan Beberapa Varietas
Jagung (Zea mays L.) terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora
Underw.) di Dataran Rendah. Agroteknologi, 1(3):759-767.

Jakiene, E., V. Spruogis., K. Romaneckas., A. Dautarte, and D. Avizienyte. 2015.


The Bio-Organic Nano Fertilizer Improves Sugar Beet Photosynthesis
Process and Productivity. Agriculture, 102(2):141-146.

Kasno, A dan T. Rostaman. 2013. Serapan Hara dan Peningkatan Produktivitas


Jagung dengan Aplikasi Pupuk NPK Majemuk. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan, 3(32) : 179-186.

Perere, K. T. G. K. And T. K. Weerasinghe. 2014. A Study On The Impacts Of


Corn Cultivation (Zea Mays (L.) Family – Poaceae) On The Properties Of
Soil. Scientific and Research Publication, 4(7): 4-6.

Yulisma. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung pada Berbagai
Jarak Tanam. Tanaman Pangan, 30(3):196-203.

12
Lampiran

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai