Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang bergerak dibidang suplai bahan mentah
untuk industri dan kebutuhan pangan, di dalam pertanian terdapat proses budidaya
tanaman yang bertujuan untuk memproduksi bahan – bahan yang dapat
dimanfaatkan manusia dalam bidang industri sebagai bahan baku dan suplai
kebutuhan bahan pangan. Seiring dengan berkembangnya jaman, kebutuhan bahan
baku dari hasil produksi pada bidang pertanian semakin meningkat karena seiring
dengan bertambahnya jumlah manusia sehingga kebutuhan bahan pangan
meningkat dan meningkatnya jumlah industri – industri yang membuat produk –
produk kebutuhan manusia, sehingga kebutuhan dari bahan baku untuk membuat
produk tersebut meningkat, oleh karena itu proses budidaya tanaman terus
dikembangkan agar dapat memproduksi bahan baku yang berjumlah banyak dengan
waktu yang lebih singkat. Kebutuhan bahan baku dari bidang pertanian yang terus
meningkat akhirnya menyebabkan dilakukannya intensifikasi pertanian yang
bertujuan untuk meningkatkan proses budidaya yaitu dengan pengolahan lahan
intensif, penggunaan bibit unggul, pemberian pupuk, penggunaan pestisida, dan
rekayasa kondisi lingkungan sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil
produksi dari tanaman yang dibudidayakan.
Usaha peningkatan proses budidaya tanaman pertanian tentu berhasil
meningkatkan jumlah produksi tanaman sehingga dapat menghasilkan bahan baku
dan bahan pangan yang dapat mencukupi kebutuhan, karena melihat hasil yang
demikian menyebabkan para petani melakukan usaha tersebut dengan gencar
dengan harapan dapat terus meningkatkan hasil produksi tanaman pertanian. Proses
budidaya pertanian yang terus ditingkatkan dengan cara tersebut akhirnya
memberikan dampak yang negatif karena penggunaan yang berlebihan dari pupuk
sintesis dan pestisida pada proses budidaya sehingga kemudian menyebabkan
rusaknya lingkungan, hal ini karena akibat dari adanya emisi gas rumah kaca seperti
Metana (CH4) dan Nitrous Oksida (N2O) yang sumbernya berasal dari peternakan,
penambahan pupuk alami atau sintetis, dan limbah pertanian ke tanah merupakan
sumber terbesar, yang membentuk 65% dari emisi pertanian secara global. Emisi
gas rumah kaca dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan cuaca yang tidak menentu, banjir, kekeringan,
meningkatnya suhu, dan akhirnya menyebabkan bencana bagi pertanian itu sendiri
dalam proses budidaya tanaman seperti : ledakan hama, gagal panen, menurunnya
kualitas hasil produksi, serta rusaknya tanaman.
Dampak negatif yang disebabkan karena peningkatan proses bududaya
tanaman dengan intensifikasi pertanian akhirnya menyebabkan masyarakat mulai
sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, sehingga mereka mulai
beralih menggunakan bahan organik pada proses budidaya tanaman pertanian.
Penggunaan bahan organik merupakan usaha yang dapat mengembalikan dan

1
memperbaiki lingkungan yang telah rusak akibat penggunaan bahan kimia sintesis
seperti pupuk sintesis dan pestisida, namun hal tersebut kemudian mengalami
kendala. Kendala yang dihadapi adalah bahan organik yang diperlukan untuk
menyuburkan tanah dibutuhkan dalam jumlah yang besar serta ketersediaan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman lambat tersedia, dalam penggunaan pestisida nabati
sebagai pengganti pestisida kimia juga mengalami kendala karena efeknya yang
lambat dan harus secara rutin diberikan pada tanaman sehingga petani harus lebih
berusaha keras untuk melakukan proses budidaya tanaman. Karena hal tersebut
akhirnya muncul gagasan untuk menciptakan pertanian yang ramah lingkungan tapi
tetap dapat memperoleh hasil produksi yang tinggi yaitu dengan
mengkombinasikan pengunaan bahan kimia sintesis dan bahan organik untuk
meningkatkan produksi tanaman pertanian dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan.
1.2 Tujuan
Menjelaskan mengapa harus melakukan budidaya tanaman pertanian yang
ramah lingkungan, tapi dengan tetap meningkatkan hasil produksi tanaman yang
dibudidayakan tanpa merusak lingkungan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Mengapa harus melakukan pertanian yang ramah lingkungan ?
2. Bagaimana cara agar dapat melakukan pertanian yang ramah linkungan ?
3. Apakah penerapan pertanian yang ramah lingkungan dapat menjadi solusi
pertanian di masa depan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan diakukan sebelum proses penanaman sehingga bibit
tanaman dapat ditanam dengan baik pada lahan pertanian, pengolahan lahan
bertujuan untuk menggemburkan tanah pada area lahan yang akan ditanami.
Pengolahan lahan dibagi ke dalam dua tahap yaitu :
1. Pengolahan tanah pertama (pembajakan)
Dalam pengolahan tanah pertama, tanah dipotong, kemudian dibalik agar sisa
tanaman dan gulma yang ada di permukaan tanah terpotong dan terbenam.
Kedalaman pemotongan dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20
cm.
2. Pengolahan tanah kedua (penggaruan)
Pengolahan tanah kedua, bertujuan menghancurkan bongkah tanah hasil
pengolahan tanah pertama yang besar menjad lebih kecil dan sisa tanaman dan
gulma yang terbenam dipotong lagi menjadi lebih halus sehingga akan
mempercepat proses pembusukan.
Pengolahan lahan biasanya dilakukan dengan menggunakan alat manual
seperti cangkul, menggunakan tenaga hewan, atau menggunakan traktor. Pada
pertanian modern biasanya lebih banyak menggunakan traktor karena lebih cepat
dan efisien tapi pengguaan traktor pada umumnya menggunakan bahan bakar fosil
sebagai sumber energi sehingga dapat menyebabkan polusi udara. Pada pertanian
ramah lingkungan penggunaan traktor yang menggunakan bahan bakar fosil
berusaha dikurangi dan digantikan dengan penggunaan metode pengolahan lahan
yang ramah lingkungan seperti menggunakan tenaga hewan untuk membajak tanah
atau menggunakan mesin bajak yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.

Gambar 1. Membajak sawah dengan menggunakan tenaga kerbau.

3
2.2 Persiapan Bibit dan Penanaman
Proses penanaman bebit dilakukan setelah lahan sudah siap untuk ditanam,
tapi sebelum itu harus dilakukan pemilihan terhadap jenis dan varietas tanaman
yang cocok untuk ditanam pada lahan pertanian. Berikut merupakan standar
penanaman pada lahan pertanian yaitu :
1. Penanaman benih dilakukan dengan mengikuti teknik budidaya yang
dianjurkan dalam hal jarak tanam dan kebutuhan benih per hektar yang
disesuaikan dengan persyaratan spesifik bagi setiap jenis tanaman, varietas,
dan tujuan penanaman.
2. Penanaman dilakukan pada musim tanam yang tepat atau sesuai dengan jadwal
tanam dalam manejemen produksi tanaman yang bersangkutan.
3. Pada saat penanaman, diantisipasi agar tanaman tidak menderita cekaman
kekeringan, kebanjiran, tergenang, atau cekaman faktor abiotik lainnya.
4. Untuk menghindari serangan OPT pada daerah endemis dan eksplosif, benih
atau bahan tanaman dapat diberi perlakuan yang sesuai sebelum ditanam.
2.3 Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah bibit tanaman sudah ditanam pada lahan
pertanian. Pemupukan bertujuan untuk memberikan nutrisi yang cukup untuk
tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga dapat
menghasilkan produksi yang baik. Pemupukan dilakukan setelah benih ditanam.
Pupuk dapat diberikan sekaligus pada saat tanam atau sebagian diberikan saat
tanam dan sebagian lagi pada beberapa minggu setelah tanam. Oleh karena itu,
pemupukan harus dilakukan dengan tepat baik cara, jenis, dosis dan waktu aplikasi.
Berikut merupakan standar dalam pemupukan yaitu :
1. Tepat waktu, yaitu diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan, stadia tumbuh
tanaman, serta kondisi lapangan yang tepat.
2. Tepat dosis, yaitu jumlah yang diberikan sesuai dengan anjuran/rekomendasi
spesifik lokasi.
3. Tepat cara aplikasi, yaitu disesuaikan dengan jenis pupuk, tanaman dan kondisi
lapangan.
Pemberian pupuk mengacu pada hasil analisis kesuburan tanah dan kebutuhan
tanaman. Pada pertanian yang ramah lingkungan penggunaan pupuk kimia sintesis
sedapat mungkin dikurangi dan digantikan dengan menggunakan pupuk organik,
karena penggunaa pupuk kimia sintesis yang berlebihan dan terus menerus
menyababkan tanah menjadi keras dan sulit diolah serta menurunkan kesuburan
tanah dari waktu ke waktu. Agar pemupukan tidak menyebabkan kerusakan
lingkungan, proses pemupukan diharapkan dapat dilakukan dengan sebagai berikut
:
1. Penyemprotan pupuk cair pada tajuk tanaman (foliar sprays) tidak boleh
meninggalkan residu zat-zat kimia berbahaya pada saat tanaman dipanen.

4
2. Mengutamakan penggunaan pupuk organik serta disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi fisik tanah.
3. Penggunaan pupuk tidak boleh mengakibatkan terjadinya pencemaran air baku
(waduk, telaga, embung, empang), atau air tanah dan sumber air.
4. Tidak boleh menggunakan limbah kotoran secara langsung yang tidak
diberikan perlakuan.

Gambar 2. Penambahan pupuk organik dalam mengurangi penggunaan pupuk


kimia sintesis.
2.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, dan
pembumbunan. Penyiraman dilakukan untuk menjaga agar tanah tetap lembab.
Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali untuk mengganti benih yang tidak
tumbuh atau tumbuh tidak normal. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan
gulma yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya. Pembumbunan dilakukan untuk
menutup pangkal batang dengan tanah. Pemeliharaan tanaman sebaiknya dilakukan
dengan cara berikut :
1. Tanaman budidaya dipelihara sesuai karakteristik dan kebutuhan spesifik
tanaman agar dapat tumbuh dan berproduksi optimal serta menghasilkan
produk bermutu tinggi.
2. Tanaman harus dijaga agar terlindung dari gangguan hewan ternak, binatang
liar, atau hewan lainnya.
3. Pembersihan gulma yang tumbuh disekitar tanaman sebisa mungkin dilakukan
secara manual agar dapat mengurangi penggunaan herbisida.
2.5 Pengendalian OPT (Organisme pengganggu tanaman)
Pengendalian OPT harus disesuaikan dengan tingkat serangan.
Pengendalian OPT dapat dilakukan secara manual maupun dengan pestisida. Jika
menggunakan pestisida, pengendalian harus dilakukan dengan tepat jenis, tepat
mutu, tepat dosis, tepat konsentrasi/dosis, tepat waktu, tepat sasaran (OPT target
dan komoditi), serta tepat cara dan alat aplikasi.

5
Penggunaan pestisida harus diusahakan untuk memperoleh manfaat yang
sebesarnya dengan dampak sekecil-kecilnya, sehingga penggunaan pestisida
diharapkan dapat dilakukan dengan cara berikut :
a. Penggunaan pestisida memenuhi 6 (enam) kriteria tepat serta memenuhi
ketentuan baku lainnya sesuai dengan “Pedoman Umum Penggunaan
Pestisida”, yaitu tepat jenis, tepat mutu, tepat dosis, tepat konsentrasi/dosis,
tepat waktu, tepat sasaran (OPT target dan komoditi), serta tepat cara dan alat
aplikasi.
b. Penggunaan pestisida diupayakan seminimal mungkin meninggalkan residu
pada hasil panen.
c. Mengutamakan penggunaan petisida hayati, pestisida yang mudah terurai dan
pestisida yang tidak meninggalkan residu pada hasil panen, serta pestisida yang
kurang berbahaya terhadap manusia dan ramah lilngkungan.
d. Penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
pekerja (misalnya dengan menggunakan pakaian perlindungan) atau aplikator
pestisida.
e. Penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
hidup terutama terhadap biota tanah dan biota air.
f. Tata cara aplikasi pestisida harus mengikuti aturan yang tertera pada label.
g. Pestisida yang residunya berbahaya bagi manusia tidak boleh diaplikasikan
menjelang panen dan saat panen.
Penggunaan pestisida dalam pertanian ramah lingkungan lebih diutamakan
menggunakan alami seperti pestisida hayati, pestisida kimia sintesis tetap
digunakan jika memang penggunaan dari pestisida alami tidak begitu berpengaruh
tapi setidaknya dapat mengurangi penggunaan dari pestisida kimia sintesis.

Gambar 3. Penyemprotan pestisida pada tanaman.

6
2.5 Panen dan Pasca Panen
Panen adalah tahap terakhir dari budidaya tanaman yang bertujuan untuk
mengambil hasil dari proses budidaya tanaman yang telah dilakukan. Setelah panen
hasil panen akan memasuki tahapan pasca panen. Proses pemanenan sebaiknya
dilakukan sebagai berikut :
1. Pemanenan harus dilakukan pada umur dan waktu yang tepat sehingga mutu
hasil produk tanaman pangan dapat optimal pada saat dikonsumsi.
2. Penentuan saat panen yang tepat untuk setiap komoditi tanaman mengikuti
standar yang berlaku.
3. Cara pemanenan tanaman harus sesuai dengan teknik dan anjuran baku untuk
setiap jenis tanaman sehingga diperoleh mutu hasil panen yang tinggi, tidak
rusak, tetap segar dalam waktu lama, dan meminimalkan tingkat kehilangan
hasil.
4. Panen bisa dilakukan secara manual maupun dengan alat mesin pertanian.
5. Wadah yang akan digunakan harus disimpan dan diletakkan di tempat yang
aman untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Sedangkan untuk kegiatan pasca panen dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Hasil panen tanaman pangan disimpan di suatu tempat yang tidak lembab.
2. Untuk hasil tanaman pangan yang memerlukan perontokan dan penggilingan
dapat dilakukan secara manual maupun dengan alat mesin pertanian.

Gambar 4. Pemanenan pada tanaman secara manual.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertanian ramah lingkungan adalah sebuah upaya untuk dapat melakukan
kegiatan produksi dengan tetap melestarikan lingkungan, dalam hal tersebut proses
budidaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan bahan kimia
sintesis dan menggantinya dengan bahan organik sehingga dapat mengurangi dan
memperbaiki kerusakan terhadap lingkungan. Pertanian ramah lingkungan dapat
menjadi solusi untuk proses budidaya tanaman pertanian secara berkelanjutan,
karena banyaknya polusi yang terdapat pada lingkungan sehingga selain
mengurangi jumlah polusi yang dihasilkan juga dapat menyerap polusi yang ada di
udara serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada lahan pertanian.
3.2 Saran
Penerapan proses budidaya pertanian yang ramah lingkungan masih sulit
diterapkan, karena petani sudah terlanjur bergantung pada penggunaan bahan kimia
sintesis terutapa dalam penggunaan pupuk dan pestisida. Para petani kurang
percaya dengan keberhasilan budidaya tanaman yang dilakukannya jika tidak
menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintesis sehingga perlu pendekatan kepada
petani agar merekan mau menerapkan budidaya tanaman pertanian ramah
lingkungan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Pertanian Ramah Lingkungan pada Tanaman Pangan. Balingtan.
Diambil dari : http://balingtan.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita
/204-pertanian-ramah-lingkungan-pada-tanaman-pangan. (3 April 2019).
Dhani A. 2016. Pertanian Ramah Lingkungan. Diambil dari :
https://tirto.id/pertanian-ramah-lingkungan-bYbv. (3 April 2019).
Siahaya L. 2007. Penanaman dan Pemeliharaan. Pelatihan Penanaman Hutan di
Maluku & Maluku Utara – Ambon.
Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian. 2014. Inovasi Teknologi Pertanian
Ramah Lingkungan dan Berdaya Saing. Laporan Tahunan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai