Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1. Pengertian sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpadu adalah merupakan sistem pertanian yang
mengintegrasikan kegiatan sub sektor pertania, tanaman, ternak, ikan untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya (lahan, manusia, dan faktor
tumbuh lainnya) kemandirian dan kesejahtraan petani secara berkelanjutan.
Sistem pertanian terpadu adalah suatu sistem pengelolaan tanaman, hewan
tenak dan ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang oftimal
dan sifatnya cendrung tertutup terhadap masukan luar (Preston,2000). Pertaanian
terpadu mengurangi resiko kegagalan pane, karena ketergantungan pada suatu
komoditi dapat diindari dan hemat ongkos produksi. Menurut Handaka dkk (2009)
sistem pertanian terpadu tanaman dan ternak adalah suatu sistem pertanian yang
dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu
kegiatan usaha tani atau dalam suatu wilayah. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas
sudah banyak program peningkatan pendapatan petani peternak mengacu pada
program integrasi tanaman dan ternak (Kusnadi, 2007; Hamdani 2008, Kariyasa,
2005).
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan terhadap keterpaduan sistem
pertanian terpadu adalah ;
1. Agroekosistem yang beranekaragaman tinggi yang memberi jaminan yang

lebih tinggi bagi petani secara berkelanjutan.

2. Diperlukan keanekaragaman fungsional yang dapat dicapai dengan

mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling

melengkapi dan berhubungan dalam interaksi sinergik dan positif dan

bukan hanya kesetabilan yang dapat diperbaiki, namun juga produktivitas

sistem pertanian dengan input yang lebih rendah.

3. Menentukan kombinasi tanaman, hewan daqn input yang mengarah pada

produktivitas yang tinggi, keamanan produksi serta bkonservasi sumber


daya yang relatif sesuai dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal.
4.2 Sistem pengelolahan lahan
Pengolahan lahan merupakan salah satu tindakan penting untuk
menyuburkan tanah. Untuk memahami apa pentingnya pengolahan lahan dan
tata cara pengolahan lahan, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa
perbedaan lahan dan tanah. Sedangkan pengertian lahan adalah daerah yang
ada di permukaan bumi yang memiliki sifat-sifat tertentu seperti biosfer,
atmosfer, tanah, hidrologi, lapisan geologi, populasi tananam dan hewan,
hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang, yang dengan sifat-sifat
tersebut mampu berpengaruh terhadap fungsi lahan itu sendiri terhadap
manusia, baik di masa sekarang maupun di masa depan.

Dalam usaha pertanian, Pengolahan lahan dalam usaha pertanian bertujuan


untuk :

1. Membentuk kondisi fisik, kimia dan biologis tanah yang lebih baik
2. Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan
3. Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) di tempat yang sesuai
sehingga memperbaiki dekomposisi
4. Menurunkan laju erosi
5. Meratakan tanah sehingga dapat mempermudah pekerjaan di lapangan
6. Menyatukan pupuk dengan tanah
7. Mempersiapkan tanah untuk mempermudah pengaturan irigasi

Pengolahan lahan secara umum dijalankan dalam dua tahap, meliputi 1.


pengolahan lahan primer dan pengolahan lahan sekunder.

1. Pengolahan primer

Pengolahan primer (primary tillage) dapat dilakukan dengan menggunakan


mesin bajak, sehingga proses ini juga sering disebut dengan pembajakan.
Pengolahan primer bertujuan untuk membalik atau membongkar tanah menjadi
gumpalan-gumpalan tanah, dan dilakukan sedalam 30 sampai 50 cm.

Beberapa alat yang dapat digunakan dalam pengolahan primer, seperti:


bajak singkal (mold board plow), bajak brujul (chisel plow), bajak priringan
(disk plow), bajak rotari (rotary plow), bajak bawah tanah (subsoil plow), dan
bajak raksasa (giant plow
2. Pengolahan kedua atau sekunder (secondary tillage)

Pengolahan sekunder dilakukan setelah pengolahan primer atau pembajakan.


Pengolahan sekunder dilakukan dengan jalan pengadukan tanah hingga jeluk
yang relatif tidak terlalu dalam, yaitu 10 hingga 15 cm. Adapun tujuan
pengolahan sekunder, yakni:

 memperbaiki pertanian dengan menggemburkan tanah yang lebih baik


 mengawetkan lengas tanah
 menghancurkan sisa-sisa tanaman yang tertinggal serta mencampurnya
dengan tanah di lapisan atas
 memecah bongkahan tanah dan memantapkan lapisan tanah atas sehingga
bisa menempatkan tanah pada kondisi yang lebih baik untuk penyebaran
perkecambahan benih
 Mempersiapkan kondisi tanah yang siap tanam
 Membunuh gulma dan mengurangi penguapan terutama tanah bero.

4.3 Teknik penanaman Monokultur dan Polikultur

a. monokultur

Monokultur adalah praktik menanam satu jenis tanaman dalam area yang
luas. Dalam sistem monokultur, tanaman yang sama ditanam berulang kali
di lokasi yang sama. Beberapa keuntungan dari monokultur meliputi:

1. Manajemen yang lebih mudah: Pertumbuhan dan perawatan tanaman


yang serupa memudahkan manajemen hama, penyakit, dan kebutuhan
budidaya lainnya.
2. 2.Maksimalkan hasil tanaman: Fokus pada satu jenis tanaman
memungkinkan pengoptimalan kondisi tumbuh dan peningkatan hasil
tanaman.

b. Polikultur:

Polikultur adalah praktik menanam beberapa jenis tanaman yang berbeda


dalam area yang sama secara bersamaan. Pendekatan ini bertujuan untuk
menciptakan hubungan simbiosis antara tanaman yang berbeda. Beberapa
keuntungan dari polikultur meliputi:
1. Pengendalian hama dan penyakit alami: Beberapa jenis tanaman dapat
saling melindungi dari hama dan penyakit dengan cara menarik hama
yang berbeda atau menghasilkan senyawa alami yang menghalangi
pertumbuhan hama dan penyakit.
2. Penggunaan sumber daya yang lebih efisien: Tanaman dengan
kebutuhan nutrisi yang berbeda dapat memanfaatkan sumber daya tanah
dan air secara efisien, mengoptimalkan produktivitas lahan.

4.4 Pengaplikasian Mulsa Organik

Pengaplikasian mulsa organik adalah metode yang umum digunakan


dalam budidaya tanaman untuk melindungi tanah, mempertahankan
kelembaban, meningkatkan kesuburan, dan mengendalikan pertumbuhan
gulma. Berikut ini adalah langkah-langkah umum dalam pengaplikasian
mulsa organik:

1. Persiapan area

Pastikan area tanam sudah bersih dari gulma dan sisa-sisa tanaman
sebelumnya. Pastikan tanah dalam kondisi yang baik, terlembab dan
gembur, jika perlu lakukan penyiang-penyiang terlebih dahulu.

2. Pilih jenis mulsa organik:

Pilih bahan organik yang cocok untuk mulsa, seperti jerami, seresah
dedaunan, rumput kering, daun kering, serbuk gergaji, atau kompos.
Pastikan bahan organik yang digunakan bersih dari hama dan penyakit
yang dapat merusak tanaman.

3. Aplikasikan mulsa:

Sebarkan bahan organik secara merata di sekitar tanaman atau seluruh area
tanam dengan ketebalan sekitar 5-10 cm. Hindari menumpuk mulsa terlalu
dekat dengan batang tanaman untuk menghindari kelembaban berlebih
yang dapat menyebabkan pembusukan batang.

4. Pertimbangkan aspek lain:

Pastikan mulsa tidak menutupi tunas tanaman yang baru tumbuh, jika
diperlukan buatlah lubang kecil di mulsa untuk mengekspos tunas.
Perhatikan kebutuhan air tanaman. Mulsa organik membantu menjaga
kelembaban tanah, tetapi pastikan tanaman mendapatkan air yang cukup
terutama pada fase pertumbuhan awal.
5. Pemeliharaan:

Jaga kebersihan mulsa dengan membuang gulma yang tumbuh di atasnya


secara berkala. Tambahkan lapisan baru mulsa jika diperlukan untuk
mempertahankan ketebalan yang optimal. Dengan penggunaan mulsa
organik yang tepat, manfaat yang dapat diperoleh antara lain meliputi
pengurangan pertumbuhan gulma, penghematan air dan pengendalian
erosi, meningkatkan struktur dan kesuburan tanah, serta mengurangi
kebutuhan penggunaan pupuk kimia.Mulsa organik juga membantu
menciptakan lingkungan yang lebih menguntungkan bagi mikroorganisme
tanah, yang berperan penting dalam keseimbangan ekosistem pertanian.

4.5 Pembuatan alat penyiraman otomatis sederhana

Langkah-langkah pembuatannya yaitu :

 Langkah awal, sediakan botol berukuran 500 ml dan 1,5 L.


 Lubangi bagian samping botol sebanyak 3 lubang bagian kiri dan 3
lubang bagian kanan.
 Kemudian, lubangi bagian atas botol sebagai tempat memasukkan air.
 Buat galian botol pada lahan, untuk tumpang sari menggunakan 4 botol
yang berukuran 500 ml sedangkan pada monokultur menggunakan 2
botol yang berukuran 1,5 L.
 Setelah itu, tanam botol tersebut pada galian lubang yang telah dibuat
pastikan tanah mengenai area lubang pada botol bagian atas.
 Langkah akhir yaitu memasukkan air kedalam botol yang telah ditanam.

Anda mungkin juga menyukai