Anda di halaman 1dari 4

Nama : Naufa Yafi Waladi

NIM : 20180210204

Manajement Agroekosistem

Meningkatkan keragaman musuh alami, dan penurunan populasi dan spesies hama tanamana

Tanaman Poli Rotasi Tanaman


pelindung kultur tanaman penutup
tanah

Peng-anekaragaman Manajemen bahan Penggolahan tanah yang


habitat organic tanah tidak merusak

MANAJEMEN AGROEKOSISTEM

Praktek bertani

Pupuk Pestisida
Praktek Pembersihan Mono kultur anorganik berlebihan
pengolahan lahan total lanjut
tanah
konvensional

Menurunkan keragaman musuh alami, peningkatan populasi, dan spesies hama tanaman

Manajemen merupakan suatu proses mulai dari perencanaan, kemudian mengorganisir,


mengarahkan, lalu mengontrol suatu cara kerja dengan melibatkan beberapa teknik, dan ahli dari
beberapa macam bidang yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Agroekosistem ialah ekosistem pertanian terdiri dari unsur–unsur biotik dan abiotik.
Agroekosistem dikatakan produktif jika unsur–unsur seperti tanah, hara, sinar matahari,
kelembaban udara, dan organisme yang ada seimbang dan saling mendukung, sehingga
didapatkan tanaman yang sehat dan hasil yang berkelanjutan. Jika salah satu atau beberapa faktor
tidak mendukung maka akan terjadi gangguan agroekosistem. Gangguan ini dapat diatasi karena
adanya sistem yang dapat mengatasi dan mentoleransi dengan adanya cekaman biotik dan abiotik
yang ada. Jika terdapat gangguan agroekosistem oleh patogen, atau degradasi lahan (penurunan
kualitas lahan) maka untuk mencegah kerentanan terhadap agroekosistem perlu dilakukan
pengembalian agroekosistem seperti semula. Agroekologi lebih menekankan pentingnya
memperhatikan faktor lingkungan dalam budidaya pertanian. Pertanian bukan sekedar interaksi
antara petani dengan tanamannya. Aktifitas pertanian secara kompleks melibatkan banyak faktor,
terutama manusia, hewan, lahan dan iklim. Faktor manusia sangat didominasi kondisi sosial dan
ekonominya. Faktor hewan terdiri dari hewan makro (ternak, ikan) dan hewan mikro (mikrobia).
Faktor lahan meliputi kondisi fisiografi (kelerengan dan ketinggian tempat), tanah, air, dan
tanaman. Faktor iklim terdiri dari sinar matahari, suhu, kelembaban, angin dan curah hujan.

Manajemen agroekosistem terbagi menjadi dua sisi, yaitu sisi positif dan negative. Sisi
positif dari manajemen agroekosistem yaitu meningkatkan keragaman musuh alami, dan
penurunan populasi dan spesies hama tanaman, sedangkan dampak negatifnya yaitu menurunkan
keragaman musuh alami, peningkatan populasi dan spesies hama tanaman. Dampak positif dapat
menyebabkan daerah pertanian memiliki ekosistem yang stabil dan baik, sedangkan dampak
negatif yaitu sebaliknya.

Sisi positif dari manajemen agroekosistem terbagi atas manajemen bahan organic,
pengolahan tanah yang tidak merusak, dan penganekaragaman habitat, penganekaragaman
habitat terbagi atas empat komponen yaitu tanaman pelindung, poli kultur, rotasi tanaman,
tanaman penutup.

Bahan organic tanah merupakan kumpulan dari berbagai jenis senyawa organic komplek
yang telah atau sedang mengalami proses dekomposisi, baik dalam bentuk humus maupun
senyawa anorganik.bahan organic ini memiliki banyak peranan penting bagi tanah yaitu sebagai
penyedia sumber makanan mikroorganisme, dan fungsi utama bahan organic ini sebagai
pembenah tanah. Dalam penggelolaan kandungan hara dalam tanah sumbernya dapat berasal
dari pemberian pupuk organic berupa pupuk kandang, kompos (Hanafiah. 2005). Manajemen
bahan organic pada tanah memiliki arti memberikan pupuk pada tanah dengan takaran, dan
jumlah yang sesuai dengan pemberian pupuk organic.
Pengolahan Tanah Merupakan proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan
dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan banyak sekali sumber tenaga,
menyerupai tenaga insan, tenaga hewan , dan mesin pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak
tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan
meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering
mengakibatkan kesuburannya berkurang.

Peng anekaragaman habitat merupakan upaya untuk tetap menjaga keanekaragaman biota
dan tanaman untuk menjaga kestabilan ekosistem. Peng anekaragaman habitat terdiri dari empat
komponen yaitu tanaman pelindung, poli kultur, rotasi tanaman, tanaman penutup tanah.
Tanaman pelindung merupakan tanaman yang dapat memberi manfaat bagi tanaman utama,
tanaman pelindung menghasilkan bahan organik berupa daun-daun yang dapat menyuburkan
tanah, hama tanaman tidak akan menyerang tanaman pelindung terlebih dahulu sebelum
menyerang tanaman utama.monokultur ialah cara dalam budidaya yang dilakukan dilahan
pertanian, dengan menanam suatu jenis tanaman pada satu areal tertentu. Rotasi tanaman
merupakan teknik budidaya tanaman yang berganti-ganti jenis tanaman setiap selesai panen, cara
ini dilakukan supaya hama tanaman populasinya berkurang karena makanan dari hama yang
berubah-ubah menyebabkan populsinya berkurang.

Sisi negative manajemen agroekosistem terbagi atas penggunaan pupuk anorganik


berlanjut, pestisida berlebihan, dan praktik bertani, praktik bertani terbagi atas tiga komponen
yaitu praktek pegolahan tanah konvensional, pembersihan lahan total, mono kultur.

Penggunaan pupuk anorganik dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan tanah
berkurang kesuburannya, hal ini diakibatkan karena pupuk anorganik merupakan pupuk kimia
yang jika digunakan dalam jangka waktu yang lama/berlanjut makan akan merusak structural
tanah, dan menggurangi kesuburan tanah.

Pemberian pestisida yang berlebihan akan berpengaruh buruk bagi lingkungan yang ada
di sekitarnya. Pestisida bisa mengancam kondisi keseimbangan ekosistem yang ada. Pestisida
akan menyebar luas karena terbawa oleh angin dan akan meracuni seluruh makhluk hidup yang
berada di lingkungan sekitarnya. Akibat terburuknya adalah hama akan menjadi semakin
meningkat karena rantai makanan mereka terganggu.
Praktek bertani adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Praktek bertani pada pada table manajemen agroekologi terdiri
dari tiga komponen yaitu praktek pegolahan tanah konvensional, pembersihan lahan total, mono
kultur. Pengolahan tanah konvensional adalah proses di mana tanah digemburkan dan
dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber
tenaga, melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh
tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering
digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang. Pembersihan lahan total adalah pekerjaan
yang terdiri dari pembersihan total pada lahan dari semua pohon, halangan-halangan, semak–
semak, sampah, dan bahan lainnya yang tidak dikehendaki atau menggangu keberadaannya
sesuai dengan yang diperintahkan oleh direksi Pekerjaan. Mono kultur merupakan suatu usaha
pengolahan tanah pada suatu lahan pertanian dengan tujuan membudidayakan satu jenis tanaman
dalam waktu satu tahun. Lebih ringkas, monokultur merupakan pola tanam denan
membudidayakan hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian selama satu tahun.
Misalnya pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman tersebut dilakukan sampai tiga
musim tanam (satu tahun), kekurangan dari mono kultur ialah perlunya mendapatkan input yang
banyak agar didapatkan hasil yang banyak. Selain itu, pola monokultur menyebabkan
meledaknya populasi hama yang membuat berkurangnya hasil pertanian. Kerugian lain adalah
tidak adanya nilai tambah komoditas lain karena tidak adanya komoditas lain yang ditanam
bersama dengan komoditas utama.

Kesimpulan dari manajemen agroekosistem yaitu suatu proses pengolahan sektor


pertanian mulai dari perencanaan, kemudian mengorganisir, mengarahkan, lalu mengontrol suatu
lahan dengan menggunakan beberapa teknik pertanian, dan ahli petani yang saling berhubungan
untuk mendapatkan hasil tani yang optimal, dan menjaga kestabilan agroekosistem. Dari semua
faktor pada manajemen agroekologi keduanya memiliki hubungan dalam mengelola kestabilan
agroekologi baik dari dampak positif maupun dampak negative. Proses bertani, dan pengolahan
lahan yang tepat dapat meningkatkan keragaman musuh alami , dan penurunan populasi dan
spesies hama tanaman sehingga dapat memberikan dampak yang baik bagi lahan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai