Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada umumnya kegiatan pertanian seperti pengolahan tanah, pemupukan,
penambahan bahan organik dan penggunaan pestisida sangat berpengaruh
terhadap keberadaan dan pekecambahan fungi mikoriza arbuskular. Sistem
pengolahan tanah baik olah tanah intensif ataupun olah tanah konservasi mampu
mempengaruhi sifat-sifat tanah baik secara biologi, fisika maupun kimia
(Ratnawati et al., 2016). Salah satunya dengan dilakukannya pengolahan tanah
berulang-ulang (OTI) dan panen menyebabkan erosi hara dan bahan organik pada
musim hujan dari lahan tersebut dan ini berpengaruh terhadap jumlah spora MVA.

Pengolahan lahan adalah usaha petani dalam upaya untuk mempersiapkan


media tanam yang baik untuk budidaya tanaman. Lisyanto (2002)
mengungkapkan bahwa pengaplikasian alat teknologi pertanian dalam pengolahan
lahan dengan berbagai tipe, bentuk, dan ukuran telah sedemikian intensifnya,
sehingga pengelompokan alat teknologi pengolahan tanah dapat dilakukan sesuai
dengan kegunaan yang berdasarkan urutan kegiatan pengolahan lahan, yaitu
pengolahan lahan primer dan pengolahan lahan sekunder.

Teknologi pengolahan lahan banyak membantu petani dalam usaha


mengoptimalkan mekanisasi pertanian. Pradnyasuari, dkk, (2020)
mengungkapkan bahwa mekanisasi pertanian yang baik menjadi faktor
pendukung dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas kerja
petani selain itu, juga dapat mengurangi beban kerja petani. Sehingga dengan
demikian petani dapat memiliki waktu tambahan untuk berusahatani lainnya.

Pengolahan lahan pertanian merupakan salah satu hal terpenting dalam


budidaya tanaman. Sebelum ditemukannya teknologi pengolahan lahan, petani
menggunakan alat-alat sederhana secara manual, seperti penggunaan garpu
sebagai penggembur lahan kering, dan cangkul yang digunakan sebagai alat
penggembur dan pembentuk bedengan pada lahan pertanian kering. Setelah
berkembangnya jaman, untuk mempermudah pengolahan lahan agar memberikan
2

hasil yang lebih baik dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman, maka dilakukan
berbagai usaha untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya yaitu dengan
menciptakan alat dan mesin pertanian yang mampu mempermudah pekerjaan.
Salah satu teknologi yang diciptakan yaitu teknologi pengolahan lahan hand
tractor, mesin teknologi tersebut memiliki berbagai jenis yang disesuaikan dengan
fungsinya, terdapat hand tractor yang digunakan untuk lahan basah seperti
persawahan dan ada juga jenis hand tractor yang digunakan pada lahan kering
seperti pada pertanian hortikultura atau palawija. Setelah adanya teknologi baru
dalam pengolahan lahan, kemudian petani menggunakan teknologi tersebut dalam
mengolah lahan pertaniannya, dan seiring berjalannya waktu, teknologi
pengolahan lahan tersebut menjadi salah satu kebutuhan petani dalam kegiatan
pengolahan lahannya.

Tanah merupakan media atau tempat tumbuh tanaman. Akar tanaman


berpegang kuat pada tanah serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah.
Sebenarnya pengertian dari kesuburan tanah tidak hanya dikaitkan pada
ketersediaan hara tanaman saja tetapi juga keseluruhan sistem tanah beserta
fungsinya bagi tanaman. Kesuburan tanah itu sendiri banyak dihubungkan dengan
keadaan lapisan olahnya (top soil). Pada lapisan ini, biasanya sistem perakaran
tanaman berkembang dengan baik. Untuk itu pengolahan tanah memegang peran
penting bagi tumbuhnya tanaman (Purwono dan Hartono, 2007).

Pengolahan tanah merupakan kegiatan persiapan lahan untuk budidaya


tanaman. Sistem pengolahan tanah dibagi menjadi dua yaiu olah tanah intensif
dan olah tanah konservasi. Pengolahan tanah yang umum digunakan oleh petani
adalah olah tanah intensif. Petani lebih sering menggunakan pengolahan tanah
secara intensif karena lebih hemat baik biaya, tenaga kerja dan waktu. Menurut
Utomo (2012), olah tanah intensif merupakan sistem olah tanah yang dilakukan
sebanyak dua kali untuk menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat tumbuh
dengan baik serta permukaan tanah yang bersih tanpa ada gulma atau rerumputan
yang menutupi permukaan tanah.

Selain perbaikan sistem olah tanah, intensifikasi lahan dilakukan melalui


pemupukan yang optimal bagi tanaman. Pemupukan merupakan salah satu
3

kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau menambah unsur hara kedalam
tanah agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman serta sumber energi bagi mikroorganisme tanah. Menurut
Marsono (2001), unsur hara nitrogen merupakan salah satu unsur hara penting
untuk untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang,
cabang dan daun. Selain itu nitrogen berperan penting dalam pembentukan hijau
daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis dan membentuk protein,
lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Kegiatan pertanian seperti
pengolahan lahan dan pemupukan akan berdampak pada keberadaan dan
keanekaragaman mikroorganisme tanah.

Pada sistem tanpa olah tanah yang terus menerus, residu organik dari
tanaman sebelumnya mengumpul pada permukaan tanah, sehingga terdapat
aktivitas mikroba perombak tanah pada permukaan tanah yang lebih besar pada
tanah-tanah tanpa olah jika dibandingkan dengan pengolahan tanah sempurna
(Engelstad, 1997). Mikroorganisme berperan dalam membantu pertumbuhan
tanaman melalui penyerapan hara, memacu pertumbuhan tanaman, penguraian
bahan organik dan pengendalian hama penyakit. Salah satu mikroorganisme yang
berperan terhadap perbaikan kualitas lahan yaitu Mikoriza Vesikular Arbuskular
(MVA). Mikoriza vesikular arbuskular merupakan bentuk simbiosis antara fungi
dengan akar tanaman. Mikoriza vesikular arbuskular berpotensi besar sebagai
pupuk hayati karena mikroorganisme ini sangat membantu dalam siklus unsur
hara yaitu dengan memfasilitasi penyerapan hara dan air dalam tanah melalui
perluasan sistem perakaran tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman (Nurhalimah et al., 2014).

Menurut Simanungkalit et al., (2006), bahan organik juga berperan sebagai


sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas
mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Hal ini berkaitan dengan faktor
lingkungan dan perubahan beberapa sifat-sifat tanah akibat dari penggunaan
sistem olah tanah dan pemupukan yang tidak efektif serta terganggunya proses
perluasan hifa eksternal MVA dan perkembangan spora MVA di dalam tanah.
4

Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh sistem olah tanah dengan
pemberian Mikoriza serta varietas kacang tanah terhadap sifat kimia tanah
5

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

Pengolahan tanah yang merupakan salah satu langkah dari intensifikasi


pertanian adalah perlakuan terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang
baik bagi pertumbuhan. Keadaan yang baik bagi pertumbuhan tanaman dapat
diciptakan dengan setiap kegiatan memanipulasi mekanik terhadap tanah.
Pengolahan tanah merupakan kebudayaan yang sudah sangat tua dalam budidaya
pertanian dan masih tetap dilakukan dalam pertanian modern.

Gambar pengolahan tanah menggunakan traktor

Menurut Puriwigati (2008), seperti halnya lahan pertanian lainnya, untuk


menanam tanaman harus dilakukan persiapan lahan tanam. Secara umum, ada tiga
macam persiapan lahan tanam yang dilakukan oleh petani, antara lain:

1. TOT (Tanpa Olah Tanah) , Persiapan lahan tanpa olah tanah biasa dilakukan
oleh petani di Bantul karena tanah yang terdapat di daerah tersebut relatif tidak
terlalu keras dan berpori. Persiapan lahan TOT ini diawali dengan pembabatan
singgang padi dan kemudian dilakukan penyemprotan Herbisida Roundup®
dosis 3-5 l/ha atau Polaris 6 l/ha untuk meminimumkan pertumbuhan gulma.
6

2. Minimum Tillage adalah persiapan lahan dengan minimum tillage hanya


dilakukan pengolahan tanah pada jalur tanam sedangkan yang bukan jalur
tanam tidak dilakukan pengolahan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya
pengolahan tanah karena pada umumnya pengolahan tanah dengan minimum
tillage ini dilakukan oleh petani dengan menggunakan pacul/cangkul.
3. Full Tillage adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan
tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Persiapan
tanam dengan full tillage ini melakukan pengolahan tanah dilakukan secara
menyeluruh pada areal tanam dan biasanya dilakukan dengan pacul atau traktor
tangan maupun pembajakan menggunakan hewan ternak. Pengolahan tanah
dengan menggunakan traktor tangan atau hewan ternak dilengkapi dengan
implemen yang sesuai dengan urutan pengolahannya. Adapun untuk
pengolahan tanah primer menggunakan bajak singkal (moldboard plow) dan
untuk pengolahan tanah sekunder menggunakan garu paku.
Pengolahan tanah merupakan kegiatan persiapan lahan untuk budidaya
tanaman. Sistem pengolahan tanah dibagi menjadi dua yaiu olah tanah intensif
dan olah tanah konservasi. Pengolahan tanah yang umum digunakan oleh
petani adalah olah tanah intensif. Petani lebih sering menggunakan pengolahan
tanah secara intensif karena lebih hemat baik biaya, tenaga kerja dan waktu.
Menurut Utomo (2012), olah tanah intensif merupakan sistem olah tanah yang
dilakukan sebanyak dua kali untuk menggemburkan tanah agar akar tanaman
dapat tumbuh dengan baik serta permukaan tanah yang bersih tanpa ada gulma
atau rerumputan yang menutupi permukaan tanah.
Selain perbaikan sistem olah tanah, intensifikasi lahan dilakukan
melalui pemupukan yang optimal bagi tanaman. Pemupukan merupakan salah
satu kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau menambah unsur hara
kedalam tanah agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman serta sumber energi bagi mikroorganisme
tanah. Menurut Marsono (2001), unsur hara nitrogen merupakan salah satu
unsur hara penting untuk untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,
khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu nitrogen berperan penting
dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis
7

dan membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya.


Kegiatan pertanian seperti pengolahan lahan dan pemupukan akan berdampak
pada keberadaan dan keanekaragaman mikroorganisme tanah.
Pada sistem tanpa olah tanah yang terus menerus, residu organik dari
tanaman sebelumnya mengumpul pada permukaan tanah, sehingga terdapat
aktivitas mikroba perombak tanah pada permukaan tanah yang lebih besar pada
tanah-tanah tanpa olah jika dibandingkan dengan pengolahan tanah sempurna
(Engelstad, 1997). Mikroorganisme berperan dalam membantu pertumbuhan
tanaman melalui penyerapan hara, memacu pertumbuhan tanaman, penguraian
bahan organik dan pengendalian hama penyakit. Salah satu mikroorganisme
yang berperan terhadap perbaikan kualitas lahan yaitu Mikoriza Vesikular
Arbuskular (MVA).
Mikoriza vesikular arbuskular merupakan bentuk simbiosis antara fungi
dengan akar tanaman. Mikoriza vesikular arbuskular berpotensi besar sebagai
pupuk hayati karena mikroorganisme ini sangat membantu dalam siklus unsur
hara yaitu dengan memfasilitasi penyerapan hara dan air dalam tanah melalui
perluasan sistem perakaran tanaman sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman (Nurhalimah et al., 2014).
Menurut Simanungkalit et al., (2006), bahan organik juga berperan
sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat
meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman. Hal
ini berkaitan dengan faktor lingkungan dan perubahan beberapa sifat-sifat
tanah akibat dari penggunaan sistem olah tanah dan pemupukan yang tidak
efektif serta terganggunya proses perluasan hifa eksternal MVA dan
perkembangan spora MVA di dalam tanah. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian tentang pengaruh sistem olah tanah dengan pemberian Mikoriza
serta varietas kacang tanah terhadap sifat kimia tanah
8

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pengolahan tanah yang merupakan salah satu langkah dari intensifikasi
pertanian adalah perlakuan terhadap tanah untuk menciptakan keadaan
tanah yang baik bagi pertumbuhan
2. ada tiga macam persiapan lahan tanam, yaitu :
a. TOT (Tanpa Olah Tanah)
b. Minimum Tillage
c. Full Tillage
Saran
Sangat perlu dilakukan pengolahan tanah sebelum penenaman karena akan
sangat menentukan untuk kualitas hasil tanaman yang akan diperoleh nanti.
9

DAFTAR PUSTAKA

Delvian. 2008. Pengaruh spesies inang dan sumber nutrisi terhadap produksi spora
fungi mikoriza arbuskular. Jurnal Natur Indonesia. 10(2): 70-72

Engelstad, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk (diterjemahkan oleh


Didiek H.G). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 799 hal.

Harahap, F. S. 2009. Pengujian Pengolahan Tanah Konservasi Dan Inokulasi


Mikoriza Terhadap Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Serta Produksi Beberapa
Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.). Pengujian Pengolahan
Tanah Konservasi Dan Inokulasi Mikoriza Terhadap Sifat Fisika Dan
Kimia Tanah Serta Produksi Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis
hypogaea, L.).

Lubis, S. (2008). Dinamika Populasi Jamur pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian
Berbagai Bahan Organik Limbah Perkebunan. Dinamika Populasi Jamur
Pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Berbagai Bahan Organik Limbah
Perkebunan

Marsono dan L. Pinus. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta. 150 Hlm.
10

Nurhalimah, S. Sri N, dan Anton M. 2014. Eksplorasi Mikoriza Vesikular


Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan,
Madura. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 3(1) : 30-35.

Nyakpa, M.Y, A.M lubis, M.A pulung, A.G Amarah, A. Munawar, G.B Hong, N.
Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas lampung, Lampung.

Pujiyanto, 1997. penyedian bahan organik dilaksanakan perkebunan kopi dan


kakao. Warta pusat kopi dan kakao. 13(2) 115-123

Reni, S. W. 2010. Melestarikan Lahan dengan Olah Tanah Konservasi. Dalam


Galam, Galam Volume IV No. 2 (Hal 81 – 96)

Ratnawati, L., Yusnaini, S., Utomo, M., & Niswati, A. 2016. Pengaruh Sistem
Olah Tanah Dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang Terhadap Jumlah
Spora Mikoriza Vesikular Arbuskular Dan Infeksi Akar Tanaman Padi
Gogo Varietas Inpago-8 Pada Musim Tanam Ke-46. Jurnal Agrotek
Tropika, 4(2).

Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, W.


Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

Tan. 1995. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
295 hal. Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah “Teknologi Pengolahan
Pertanian Lahan Kering”. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 110 Hlm

Anda mungkin juga menyukai