Anda di halaman 1dari 18

BAHAN AJAR

Menerapkan Teknik Pengolahan Tanah

A. Uraian Materi

1. MENGOLAH TANAH

Mengolah tanah adalah membalik dan menggemburkan struktur tanah agar menjadi

gembur, sehingga memudahkan perakaran untuk masuk ke dalam tanah dan memudahkan

akar tanaman menyerap unsur hara. Kegiatan pengolahan tanah akan sangat mempengaruhi

proses budidaya selanjutnya. Pengolahan tanah sangat penting artinya, sehingga wajar bila

inovasi dalam kegiatan ini terus dilakukan agar didapatkan hasil yang lebih baik. Awal

mulanya pengolahan tanah dilakukan dengan tenaga manusia (dicangkul) dan tenaga hewan.

Namun seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi maka diciptakanlah berbagai

macam alat dan mesin pertanian yang berfungsi untuk membantu manusia dalam kegiatan

pengolahan tanah, sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Pembajakan dilakukan dengan

hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor, keuntungan pembajakan

dengan traktor yaitu cepat, mudah dan relatif murah. Pembajakan untuk cabe dibedakan

menjadi pembajakan ringan, sedang, dan dalam. Setelah pembajakan lahan dikerjakan,

kemudian secara bertahap lahan dikeringkan dan digaru untuk memecahkan bongkahan-

bongkahan tanah menjadi struktur yang lebih halus. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi

yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garu. Pencangkulan dilakukan pada tanah tegalan

yang arealnya relatif lebih sempit.


2. Pengertian Pengolahan Lahan

Dalam proses budidaya tanaman perkebunan untuk memperoleh hasil produksi

tanaman yang bagus maka struktur tanah pada lahan atau lokasi penanaman harus diubah

dengan menggunakan alat atau mesin mekanis untuk memperoleh struktur tanah yang

dikehendaki oleh tanaman. Pada pengolahan lahan untuk budidaya

tanaman perkebunan, harus memenuhi kriteria pengolahan lahan perkebuan yang benar,

adapun kriteria tersebut adalah:

a. Pembentukan struktur tanah sesuai dengan syarat tumbuh tanaman. Karena itu tanah harus

dilakukan pengolahan agar menjadi gembur dan proses penyerapan air oleh tanah lebih

mudah sehingga pertumbuhan akar tanaman menjadi lebih mudah.

b. Menurunkan dampak erosi dan run off dengan cara meningkatkan kecepatan infiltrasi

c. Membatasi atau mengendalikan pertumbuhan gulma atau tanaman penggangu.

d. Memperbaiki unsur hara tanaman dengan mengolah tumbuhan atau sampah permukaan

masuk ketanah, agar kesuburan tanah menjadi lebih meningkat.

e. Mengendalikan perkembangbiakan hama atau binatang penggangu dengan mengubah

lingkungan hidupnya

3. Tujuan Pengolahan lahan

Pengolahan lahan perkebunan dilakukan dengan maksud atau tujuan agar dapat

diciptakan kondisi lahan yang baik untuk proses pertumbuhan dari tanaman yang

dibudidayakan dengan usaha seminimum mungkin.


4. Metode Pengolahan Lahan

Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan yang bertujuan

mengubah lahan pertanian dengan alat tertentu sehingga memperoleh struktur tanah yang

dikehendaki tanaman. Upaya pengolahan lahan menyebabkan perubahan sifat tanah dalam

keadaan terbuka antara 2 musim tanam sehingga tanah lebih riskan terhadap erosi dan proses

yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Oleh karena itu, lahan dapat menjadi faktor

lingkungan fisis dan biotik untuk mendukung kesejahteraan hidup manusia terkhusus untuk

petani. Metode pengolahan lahan dapat di bagi menjadi 2 yaitu secara tradisiona dan modern.

1. Pengolahan Lahan Secara Konvensional

Pengolahan lahan sempit dan meiliki kemiringan tertentu biasanya dilakukan dengan

metode pengolahan lahan secara konvensional. Secara umum metode ini biasanya

dilakukan di daerah pedesaan untuk lahan persawahan dan tanaman sayuran. Adapun

keuntungan metode ini yaitu tidak membutuhkan modal besar dalam pengaplikasiannya

karena dilakukan secara manual, sedangkan kekurangannya yaitu waktu yang dibuthkan

untuk penyelesaian lahan cukup lama.

2. Pengolahan Lahan Secara Modern

Proses budidaya tanaman perkebunan pada lahan yang luas biasanya dilakukan

pengolahan lahan dengan cara modern. Pengolahan lahan dengan cara modern dilakukan

dengan menggunakan peralatan mesin. Adapun kelebihan cara ini yaitu

proses pengolahan lahan akan lebih cepat dan dapat menghemat waktu saat penanaman,

sedangkan kekurangannya yaitu membutuhkan modal yang lebih besar karena biaya

perawatan dan penyediaan peralatannya.


5. Sistem Pengolahan Tanah/lahan

Proses budidaya tanaman perkebunan biasanya dilakukan dengan pengolahan lahan

terlebih dahulu, sedangkan lahan sendiri merupakan lingkungan fisik dan biotik yang

berkaitan dengan daya dukung dari kesejahteraan manusia. Adapun topografi, iklim, tanah,

dan air merupakan bagian dari lingkungan fisik dari sebuah lahan perkebunan. Sedangkan

hewan, tumbuhan dan manusi termasuk golongan lingkungan biotik pada lahan. Proses

budidaya tanaman baik itu perkebunan ataupun budidaya tanaman lainnya pasti memerlukan

proses pengolahan lahan, dimana proses ini dilakukan dengan tujuan untuk merubah sifat-

sifat dari tanah. Dalam pengolahan lahan terkhusus lahan perkebunan dapat dilakukan dengan

beberapa system pengolahan yaitu:

1. Pengolahan Lahan Sempurna

Pengolahan lahan untuk budidaya tanaman perkebunan secara keseluruhan yang

berawal dari pembukaan lahan sampai siap untuk dilakukan penanaman adapun proses ini

terdiri dari pembajakan, pemupukan dan rotary.

(https://www.youtube.com/watch?v=mhxLtLYSprc)

2. Pengolahan Lahan Minimum.

Pengolahan lahan perkebunan dengan hanya proses pembajakan Dengan tujuan tanah

diolah, dibalik, dan kemudian diratakan. Pengolahan jenis ini biasanya disebut pengolahan

lahan minimum. Pengolahan lahan ini hanya diperuntukkan untuk perkebunan semusim.

(https://www.youtube.com/watch?v=BtZbgNB5rsk)

Proses mengubah keadaan lahan perkebunan dengan alat tertentu sampai memperoleh

susunan lahan yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh tanaman merupakan proses pengolahan

lahan yang minimum. Adapun kriteria pengolahan lahan yang baik yaitu:

a. Memperoleh struktur tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman.


b. Menurunkan dampak dari run off dan bahaya erosi dengan cara meningkatkan kecepatan

infiltrasi.

c. Mengendalikan perkembangan populasi dari organisme penggangu tanaman (OPT)

d. Menambahkan kesuburan tanah dengan cara mengubur tumbuhan-tumbuhan atau sampah

organic yang ada diatas tanah kedalam tanah.

3. Tanpa Olah Tanah (TOT)

Pengolahan lahan tanpa olah tanah (TOT) biasanya dilakukan dengan cara pengendalian

gulma pada lahan perkebunan melalui proses penyemprotan, setelah itu maka dilakukan

proses pembuatan lubang tanam untuk persiapan penanaman.

Dampak pengolahan tanah tanpa olah (TOT)

Saat proses budidaya tanaman perkebunan biaya penyiapan lahan yang cukup besar

dan larangan metode pembakaran untuk persiapan lahan menyebabakan beberapa proses

budidaya tanaman perkebunan dilakukan tanpa proses dilakukannya pengolahan tanah (TOT)

atau zero tillage. Bisanya metode ini digunakan untuk proses budidaya tanaman karet dalam

penyiapan lahannya.

Gambar 1. 1 Lahan tanpa pengolahan tanah (TOT) di areal bekas hutan

(kiri dan tengah) dan areal bekas pertanaman kelapa sawit (kanan)
Dalam proses penyiapan lahan untuk tanaman perkebunan karet secara tanpa olah tanah

(TOT) memiliki keungulan dan kekurangan. Adapun keungulan dari metode ini untuk

tanaman karet yaitu tingkat kesuburan tanah masih tinggi atau terjaga karena belum ada

proses pengolahan tanah sebelumnya, ramah lingkungan dengan biaya investasi tidak terlalu

banyak atau dapat ditekan sebesar 25%. Kemudian untuk kekurangan dari metode TOT yaitu

dapat menimbulkan penyakit jamur, akar putih, dan serangan rayap yang massif jika proses

metode ini tidak dilakukan dengan benar, dan kekurangan lainnya dapat mengurangi populasi

tanaman dengan cepat sehingga usaha agribisnis karet selama satu siklus menjadi tidak

menguntungkan (gambar 10). Hal inilah yang menyebabkan beberapa perkebunan karet

menjadi belum yakin menerapkan metode TOT dalam persiapan lahan perkebunan.

Gambar 1. 10 Serangan rayap (kiri) dan JAP (tengah dan kanan) di areal TOT

Adapun beberapa tujuan dari pengolahan lahan perkebunan yang ingin diperoleh

diantarannya:

1. Menciptakan kondisi fisik, kemis, dan biologis agar lebih baik.

2. Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan.


3. Penempatan sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai untuk mendapatkan dekomposisi

yang baik.

4. Menurunkan laju erosi.

5. Memudahkan pekerjaan lapangan karena tekstur tanah lebih rata.

6. Melakukan pencampuran pupuk dengan tanah.

7. Mempersiapkan pengaturan irigasi dan drainase.

Tahapan pengolahan tanah perkebunan semusim

1. Pengolahan tanah tanaman perkebunan tebu

1) Pembersihan areal lahan

Tahapan areal pembersihan lahan pada budidaya tanaman perkebunan biasanya dilakukan

dengan tujuan untuk menyesuaikan keadaan fisik dan kimia perkembangan perakaran dari

tanaman tebu. Pembersihan pada lahan semak belukar dan hutan biasanya dilakukan dengan

cara penebasan atau pembabatana untuk membersihkan semak belukar dan kayu-kayu kecil

yang dapat menggangu proses budidaya tanaman, hal ini merupakan tahapan awal dari proses

pengolahan tanah untuk budidaya tanaman tebu. Kemudian tahapan berikutnya dilanjutkan

dengan proses penebangan pohon yang menumpuk. Pada tanah bekas hutan pembersihan

lahan lanjutan dilakukan dengan cara pencabutan sisa-sisa akar pepohonan. Secara prinsip

proses pembersihan lahan bekas tanaman tebu sama dengan pembersihan lahan semak

belukar dan hutan. Tetapi pada lahan semak belukar dan hutan sedikit lebih berat kare na

keadaan topografi dan struktur tanahnya masih belum sempurna.

2) Penyiapan lahan

Areal pertanaman tebu dibagi per rayon dengan luas antara 2.500-3.000 ha per rayon.

Setiap rayon dibagi perblok yang terdiri dari 10 petak, dengan tiap petak berukuran sekitar

200 m x 400 m (8 ha). Antar blok dibuat jalan kebun dengan lebar 12 m dan antar petak
dibuat jalan produksi dengan lebar 8 m. Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari pembajakan

pertama, pembajakan kedua, penggaruan dan pembuatan kairan. Pembajakan pertama

bertujuan untuk membalik tanah serta

memotong sisa-sisa kayu dan vegetasi lain yang masih tertinggal. Peralatan yang digunakan

adalah Rome Harrow 20 disc berdiameter 31 inci dan Bulldozer 155 HP untuk menarik.

Pembajakan dimulai dari sisi petak palingkiri. Kedalaman olah sekitar 25-30 cm dengan arah

bajakan menyilang barisan tanaman tebu sekitar 45o. Kegiatan ini rata-rata membutuhkan

waktu sekitar 6-7 jam untuk satu petak (8 ha). Pembajakan kedua dilaksanakan tiga minggu

setelah pembajakan pertama. Arah

bajakan memotong tegak lurus hasil pembajakan pertama dengan kedalaman olah 25 cm.

Peralatan yang digunakan adalah disc plow 3-4 disc berdiameter 28 inci dengan traktor 80-90

HP untuk menarik. Penggaruan bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah

dan meratakan permukaan tanah.

Penggaruan dilakukan menyilang dengan arah bajakan. Peralatan yang digunakan adalah

Baldan Harrow dan traktor 140 HP untuk menarik. Kegiatan ini rata-rata membutuhkan

waktu sekitar 9-10 jam untuk satu petak (8ha).

Pembuatan lubang untuk bibit yang akan ditanam disebut juga dengan nama kiran.

Biasanya kiran yang dibuat harus memanjang dengan jarak 1,35-1,5 meter dengan kedalaman

kiran antara 30-40 cm dengan arah operasi kemiringan maksimal 2%. Biasanya proses ini

dilakukan dengan jangka waktu 8 jam dengan luas lahan sekitar 8 ha.

1. Pengolahan tanah tanaman perkebunan tembakau


Untuk tanaman perkebunan tembakau proses pengolahan tanahnya dilakukan
dengan tujuan untuk:

a. Melonggarkan (memperbesar aerasi tanah), dan memperlancar penetrasi air.

b. Membentuk guludan untuk mengurangi peluang daerah perakaran terendam air dan
pencucian hara terutama unsur N, dan
c. Pengendalian gulma.
Kekurangan dan kelebihan air sulit diprediksi dari pengolahan tanah berat, air
akan tersedia bilah pada musim hujan atau disebut juga lahan tadah hujan. Oleh karena itu
dalam pengohan tanah pada tanah berat harus dalam dengan guludan yang tinggi agar
tidak terjadi kelebihan air pada tanah karena disebabkan oleh daya serap tanah terhadap
air sangat bagus. Akibat dari tergenangnya perakaran karena kelebihan air dapat
menyebabkan tanaman budidaya perkebunan menjadi layu. Hal ini terjadi karena proses
pertukaran oksigen dalam tanah menjadi terhambat sehingga aktifitas kerja dari perakaran
menjadi menurun.

Pada lahan perkebunan harus disiapkan saluran pembuangan (drainase) dengan


tujuan untuk mengatasi terjadinya kelebihan air pada lahan perkebunan. Dimana awal
penanaman agar tidak mengalami kerusakan perakaran system drainase sangat dianjurkan
karena pertumbuhan perakaran tanaman akan terjadi pada periode tersebut.

Proses pengolahan tanah berat pada budidaya tanaman perkebunan dilakukan


dengan cara mencangkul tanahn, seluruh petakan lahan, dan acir yang dipasang sepanjang
140 cm untuk pembuatan lebar dari guludan tanah dan 40 cm untuk lebar kalenan/saluran
yang dibuat antara guludan. Arah guludan yang akan dibuat harus dari timur-barat
spanjang 9-12 m. guludan harus didiamkan selama 2-3 minggu setelah pengolahan.
Kemudian yang terakhir pembuatan drainase lahan dengan bentuk membujur, melintang
dan keliling.

Proses pengolahan tanah budidaya tanaman tembakau dilakukan pembajakan


sebanyak 2 kali, masing-masing pembajakan saling memotong tegak lurus. Selanjutnya
dilakukan pengolahan dengan dihancurkan dan diratakan dengan garu atau cultivator.
Pengolahan tanah ringan umumnya memakai barisan tanaman tunggal (tiap guludan
terdapat satu baris tanaman).

3.Pengolahan tanah tanaman perkebunan kapas


Pengolahan tanah untuk budidaya tanaman kapas diharuskan hasil olahan
tanahnya gembur agar pertumbuhan tanaman kapas dapat menjadi maksimal. Perakaran
tanaman kapas akan lebih mudah berkembang, peredaran udara dan air akan berjalan
lancar jika hasil olahan tanahnya gembur. Penyiapan lahan juga tergantung dari jenis
tanah yang akan ditanamani dengan kapas. Misalnya pengolahan tanah di lahan sawah
irigasi berbeda dengan di lahan tegalan.
Proses pengolahan tanah pada budidaya tanaman di lahan sawah yang beririgasi
biasanya dilakukan dengan cara berikut:

a. Mengeluarkan air dari lahan dengan cara membuat parit disekeliling persawahan.

b. Melakukan proses pembajakan dengan menggunakan peralatan traktor ataupun bajak


tradisional dengan kedalaman 30-40 cm. hal ini dapat dilakukan perulangan jika itu
dibutuhkan.

c. Setelah proses pembajakan dalam pengolahan tanah, maka lahan didiamkan selama satu
minggu. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk memusnahkan hama dan penyakit pada
lahan yang akan digunakan, selain itu proses ini juga dapat memperbaiki siklus udara dan
menghilangkan gas beracun yang terdapat didalam tanah.

d. Pengolahan dengan metode penggemburan tanah dilakukan untuk memperoleh struktur


tanah yang genbur dan halus, kemudian diratakan, dan didiamkan selama kurang lebih
satu minggu.

e. Pengaplikasian kapur tohor (kapur sirih) pada lahan yang banyak mengandung
kemasaman tanah kurang dari 5,5. Dengan jenis kapur karbonat seperti kalsit atau
dolomite.

f. Proses pengapuran pada lahan yang akan digunakan biasanya diakukan dengan cara
menebar secara langsung pada tanah, kemudian dibiarkan selama 15 hari setelah ditutup
tipis menggunakan tanah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki pH dalam
tanah.

g. Berikutnya mengkombinasikan antara pengemburan tanah dengan pemupukan dasar


dengan jenis pupuk kendang sebanyak 10 ton/ha atau menggunakan pupuk organic
lainnya.

h. Proses penanaman yang akan dilakukan dapat langsung diaplikasikan pada bedengan,
lajur dan sawah.
Lahan tegalan atau sawah tada hujan biasanya dilakaukan proses pengolahan
tanah dengan cara berikut:

a. Penyiapan di lahan seperti ini dapat langsung dengan melakukan pembajakan.

b. Pembersihan lahan dari rumput dilakukan bila perlu.


c. Pembuatan bedengan atau teras (tergantung kemiringan lahan tegalan).

d. Selanjutnya pengerjaan secara umum seperti halnya di lahan sawah irigasi.


i. Tahapan pengolahan tanah perkebunan tahunan
1) Tahapan pengolahan perkebunan kelapa sawit

Pengolahan tanaman perkebunan terkhusus tanaman kelapa sawit dilakukan


dengan beberapa tahapan pengolahan yaitu:

a. Pengolahan luku 1
Proses pengolahan tanah awal untuk tanaman perkebunan kelapa sawit
arah proses pengolahannya dilakukan dalam satu blok dilakukan pada arah yang
sama yaitu utaraselatan atau timur -barat. Proses pengolahan tanah pada lahan
perkebunan kelapa sawit harus dilakukan dengan baik sehingga tanah dapat
terolah dengan kedalaman 20-40 cm.

b. Pengolahan luku 2
Pengolahan tanah kedua untuk perkebunan tanaman sawit dilakukan
selama 3-4 minggu setelah proses pengolahan 1 atau luku 1 dengan sudut
pemotongan sebesar 90o. proses pengolahan dengan luku 2 menghasilkan hasil
olahan bongkahan-bongkahan besar dari pengolahan luku 1 menjadi pecah atau
lebih kecil. Dengan demikian pada permukaan tanah luku 2 menghasilkan
permukaan tanah menjadi terbalik dan terpecah.

c. Pengolahan Harrow 1
Pengolahan dengan harrow 1 biasanya arah pemotongan tanah sama dengan arak
luku 2 yaitu sebesar 90o, sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan 3-4 minggu setelah
pengolahan tanah luku 2. Adapun tujuan pelaksanaan pengolahan lahan harrow 1 yaitu
untuk meremahkan bongkahan-bongkahan tanah yang dihasilkan pada pengolahan luku 2.

d. Pengolahan Harrow 2 proses pengolahan tanah untuk harrow 2 bisanya biasanya


dilakukan selama 3 minggu setelah proses pengolahan tanah harrow 1, adapun
arah pengolahannya sama dengan arah pengolahan luku 2. Hasil dari pengolahan
dengan harrow 2 diharapkan lebih baik dari harrow 1 walaupun proses
pengerjaannya sama dengan cara menghancurkan bongkahan tanah dan
rerumputan pada lahan perkebunan. Proses pengolahan tanah dengan harrow 2
dapat dilakukan dengan lebih cepat dengan cara lahan yang akan diteraktor dibagi
menjadi beberapa bagian objek dan rotasi pengolahan tanah yang dilakukan
berbeda pula. Adapun batas petakan lahan yang satu denga petakan lainya dibuat
sebesar 50 cm.
Arah pengolahan tanah secara sketsa dapat digambarkan sebagai berikut: Luku 1:
arah Timur - Barat

Luku 2: arah Utara - Selatan


Harrow 1: arah Timur - Barat
Harrow 2: arah Utara – Selatan

Gambar 1. 11 Pengolahan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit


Menggunakan Traktor

2) Tahapan pengolahan perkebunan tanaman karet

Pengolahan tanah secara mekanis


Proses pengolahan tanah dalam budidaya tanaman dilakukan dengan tujuan untuk
membuat ruang yang cukup dalam tanah untuk pertumbuhan dan perkembangan
perakaran tanaman, hal ini dilakukan dengan cara tanah digemburkan saat pengolahan.
Tetapi saat ini proses pengolahan tanah dilingkup petani masih belum memenuhi syarat
hasil pengolahan tanah yang baik, hal ini terjadi karena Teknik yang digunakan masih
sebatas penebangan dan pembakaran tanpa melakukan pengolahan tanah. Berbeda dengan
budidaya tanaman perkebunan yang dilakukan perusahaan sudah memenuhi standar
penyiapan lahan sampai dengan pengolahan lahan yang baik.

Pengolahan tanah untuk budidaya tanaman perkebunan secara umum biasanya


dilakukan dengan cara mekanis (menggunakan peralatan berat) dimana metode ini
biasanya dilakukan pada perkebunan komersil. Selain itu cara mekanis ini merupakan
cara yang cepat dan efektif dalam menghancurkan gulma dan penyakit jamu akar putih.
Cara pengolahan dengan metode ini bervariasi tergantung yang diinginkan oleh
perusahaan. Pengolahan tanah budidaya perkebunan secara mekanis dapat dilakukan
dengan beberapa tahapan yaitu:

1. Ripping
Proses ripping merupakan proses mengeluarkan sisah tanaman terutama bagian
perakaran yang masih terkubur dalam tanah dengan menggunakan peralatan mekanis.

2. Meluku/plowing
Proses meluku/plowing merupakan proses pengolahan tanah lanjutan dari proses
ripping dengan cara dibajak menggunakan peralatan tractor dan bajak piringan atau disc
plow.

3. Merajang/harrowing
Proses merajang /harrowing dilakukan setelah proses pembajakan dengan tujuan
untuk memecahkan bongkahan tanah yang terbentuk akibat pembajakan yang dilakukan
sebelumnya, selain itu proses harrowing juga dilakukan dengan tujuan untuk meratakan
tanah sehingga mempermudah pemancangan dan penanaman.

Gambar 1. 12 Ripping (kiri), plowing (tengah) dan harrowing


(kanan)

Faktor Penghambat Pengolahan Tanah Secara Mekanis


Proses pengolahan tanah secara menkanis pada lahan perkebunan biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor penghambat seperti:

1. Faktor teknis
Biasanya secara teknis yang menghambat pengolahan tanah secara mekanis
adalah masih banyaknya sisah tunggul pada petakan sehingga pealatan untuk
pengolahan tanah tidak dapat bekerja secara efisien, sehingga mengakibatkan
penurunan pandapatan saat proses pengolahan tanah perkebunan.
2. Faktor ekonomi
Perkembangan pengolahan tanah secara mekanis dipengaruhi oleh
kemampuan daya beli alat mesin pertanian oleh para petani.

3. Faktor sumber daya manusia


Dalam pengaplikasian alat atau mesin pengolahan tanah pertanian
memerlukan keterampilan dan kemampuan khusus, keterampilan ini biasanya
diperoleh pada Pendidikan yang lebih tinggi. hal ini berbanding terbalik dengan
tingkat Pendidikan para petani yang rendah sebagai pangguna alat.

3)Tahapan pengolahan perkebunan tanaman kakao

Pada pengolahan tanah untuk perkebunan tanaman kakao harus dilakukan dengan
cara survei lahan, persiapan lahan yang akan digunakan, pengukuran sampai dengan
pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT). adapun tahapan persiapan
pengolahan tanaman yang akan dilakukan meliputi pemetaan lahan perkebunan dan
penetapan batas areal penanaman. Dalam penanaman dan pemeliharaan kakao tahapan
survei sangan penting agar proses penanaman dapat berjalan dengan baik dan
menghasilkan produksi yang maksimal. Adapun pembersihan semak belukar dan kayu-
kayu kecil dilakukan dalam persiapan lahan perkebunan selama 3-4 bulan dan tahapan ini
tahapan paling lama yang harus dilakukan pada budidaya tanaman kakao.

Keberhasilan pengolahan tanah perkebunan dipengaruhi oleh beberapa faktor


yaitu:

1) Kondisi tanah harus lembab sehingga memudahkan pengolahan tanah.

2) Jenis alat yang digunakan pada pengolahan tanah.


3) Topografi lahan.
4) Biaya.
5) Faktor manusia.

j. Alat dan Sistem pengolahan tanah/lahan perkebunan


Alat dan system pengolahan tanah yang digunakana dalam proses budidaya tanaman
perkebunan merupakan usaha dalam mempersiapkan lahan perkebunan untuk pertumbuhan
tanaman dengan menyesuaikan keadaan tanah berdasarkan jenis tanaman yang akan
ditanam. Meskipun pengolahan tanah sudah dikerjakan dari dahulu dan bahkan sudah
mengalami perkembangan akan tetapi tetap saja masih ada kekurangan dari setiap metode
pengolahan yang digunakan.

Masalah pada saat proses pengolahan tanah merupakan masalah yang penting dalam
proses budidaya tanaman perkebunan karena bisa menyebabkan penuruna produksi hasil
pertanian. Untuk memperoleh produksi tanaman yang optimum diperlukan kondisi tanah
yang baik, oleh karena itu untuk memperoleh hal tersebut diperlukan peralatan pertanian
untuk melakukan proses pengolahan tanah perkebunan. Tetapi maslah paling utama dalam
budidaya tanaman perkebunan adalah cara memperoleh hasil perkebunan yang maksimal
dengan pengolahan yang minimum.

Pengolahan tanah perkebunan biasanya dilakukan dalam dua tahapan utama yaitu
pengolahan tanah pertan (primer) dengan menggunakan peralatan berupa elemen bajak
dengan slah satu tujuannya untuk membalikkan tanah, kemudian pengolahan tanah ke dua
(sekunder) dengan menggunakan peralatan berupa garu dengan tujuan untuk menggemburkan
tanah dengan cara memotong tanah hasil dari pengolahan tanah pertama.

1. Alat Pengolahan Tanah Pertama (primer)


Alat pengolahan tanah pertama (primer) merupakan peralatan yang digunakan
untuk proses pengolahan tanah perkebunan dengan cara memotong, memecah, dan
membalikkan tanah. Adapun peralatan tersebut yaitu:

a. Bajak singkal (moldboard plow)


b. Bajak piring (disk plow)
c. Bajak pisau berputar (rotary plow)
d. Bajak chisel (chisel plow)
e. Bajak subsoil (subsoil plow)
f. Bajak raksasa (giant plow)
Gambar 1. 13 Alat pengolahan tanah pertama (primer)

2. Alat Pengolahan Tanah Kedua (sekunder)


Proses pengolahan tanah ke 2 untuk budidaya tanaman perkebunan dilakukan
setelah proses pembajakan dengan menggunakan implement garu. Hasil pengolahan
tanah kedua biasanya tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa
tanaman atau organisme penggangu ikut dihancurkan. Pengolahan tanah ke dua juga
dapat membuat guludan atau alur untuk pertanaman perkebunan.

Alat pengolah tanah kedua yang menggunakan elemen traktor antara lain: 1)
garu (harrow), 2) perata dan penggembur (land roller, kultivator dan pulverizer), dan
3) alat-alat lainnya.

Gambar 1. 14 Alat pengolah tanah kedua (sekunder)


(https://mutiarabisnisterpercaya123.wordpress.com/2017/11/21/mesindan-alat-pertanian-
modern-canggih-dunia-yang-dapat-dijadikanreferensi-bagi-petani-indonesia/)
Berikut link video penjelasan tentang pengolahan tanah perkebunan.
https://www.youtube.com/watch?v=YrsybIA8R0s dan
https://www.youtube.com/watch?v=mhxLtLYSprc
B. Rangkuman

Pengolahan lahan secara maksimal merupakan pengolahan lahan secara intensif

yaang dilakukan pada seluruh lahan yang akan ditanami. Ciri utama pengolahan lahan

maksimal ini antara lain adalah membabat bersih, membakar atau menyingkirkan sisa

tanaman atau gulma serta perakarannya dari areal penanaman serta melalukan pengolahan

tanah lebih dari satu kali baru ditanami.

Pengolahan lahan maksimum mengakibatkan permukaan tanah menjadi bersih, rata

dan bongkahan tanah menjadi halus. Hal tersebut dapat mengakibatkan rusaknya struktur

tanah karena tanah mengalami kejenuhan, biologi tanah yang tidak berkembang serta

meningkatkan biaya produksi.

Olah tanah minimum merupakan suatu pengolahan lahan yang dilakukan seperlunya

saja (seminimal mungkin), disesuaikan dengan kebutuhan pertanaman dan kondisi tanah.

Pengolahan minimum bertujuan agar tanah tidak mengalami kejenuhan yang dapat

menyebabkan tanah sakit dan untuk menjaga struktur tanah.

Dalam sistem pengolahan minimum, tanah yang diolah hanya dilakukan pada spot-

spot dimana tanaman budidaya akan ditanam. Pengolahan tanah biasanya dilakukan pada

bagian perakaran tanaman saja (sesuai kebutuhan tanaman), sehingga bagian tanah yang

tidak diolah akan terjaga struktur tanahnya karena agregat tanah tidak rusak dan

mikroorganisme tanah berkembang dengan baik.

Selain itu, mikroorganisme akan mengimmobilisasi logam-logam berat sisa

pemupukan yang ada dalam tanah sperti Al, Fe dan Mn.

Pengolahan lahan tanpa olah tanah merupakan sistem pengolahan tanah yang

merupakan adopsi dari sistem perladangan dengan memasukkan konsep pertanian modern.

Tanah dibiarkan tidak terganggu, kecuali alur kecil atau lubang untuk penempatan benih

atau bibit.
Sebelum proses tanam dilakukan, sisa tanaman atau gulma dikendalikan sedemikian

rupa sehingga tidak mengganggu penempatan benih atau bibit tersebut. Seresah gulma

yang mati, dapat dihamparkan dipermukaan tanah untuk digunakan sebagai mulsa yang

nantinya dapat menekan pertumbuhan gulma baru dan pada akhirnya dapat memperbaiki

sifat dan tata air tanah.

Keuntungan yang di dapatkan dari sistim tanpa olah tanah ini adalah kepadatan

perakaran yang lebih banyak, penguapan lebih sedikit, serta air tersedia bagi tanaman yang

juga lebih banyak.

SUMBER :

Rizal.M.2019. Modul 2 Agribisnis Tanaman Perkebunan. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

E-book : https://www.corteva.id/berita/Mengenal-Teknik-Olah-Tanah-Pertanian.html

E-book : https://paktanidigital.com/artikel/yuk-ketahui-teknik-pengolahan-tanah-
pertanian/#.YRTOcxiyRkw

E-book: (file:///F:/RPP%201%20-%203/BAB%20II%20Alat%20pengolah%20tanah.pdf)
Youtube (https://www.youtube.com/watch?v=mhxLtLYSprc) Teknik olah tanah
maksimum (Maximum Tillage),
Youtube https://www.youtube.com/watch?v=BtZbgNB5rsk) Teknik olah tanah
minimum (Minimum Tillage)

Anda mungkin juga menyukai