Anda di halaman 1dari 7

Tiga cara pengolahan Tanah dengan baik

Tanah dan lahan memiliki pengertian dan maksud yang berbeda. Tanah merupakan komponen lahan
yang utama. Tanah memiliki sifat dan memenuhi syarat untuk disebut sumberdaya. Tanah dapat
menghasilkan bahan nabati,untuk kemudian menghasilkan bahan hewani. Tanah mempunyai daya
tumpu, sehingga di atasnya dapat didirikan bangunan. Tanah merupakan bahan mentah untuk
membuat beraneka barang.

Tanah mampu menyerap cairan, menguraikan bahan organik, mematikan pathogen, berdaya sangga
terhadap zat kimia, dengan demikian berfungsi untuk sanitasi lingkungan. Dengan kemampuan
infiltrasi dan perkolasinya tanah dapat menyalurkan sebagian air hujan untuk mengisi cadangan air
tanah. Taman, jalur hijau, pohon peneduh atau pematah angin, dan hutan wisata dibangun di atas
tanah. Tanah diperlukan untuk tujuan estetika dan rekreasi.

Lahan merupakan suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer,
atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia
masa lalu dan sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan
datang.

Pengolahan lahan merupakan suatu proses mengubah sifat tanah dengan mempergunakan alat
pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh lahan pertanian yang sesuai dengan kebutuhan
yang dikehendaki manusia dan sesuai untuk pertumbuhan tanaman.

Pengolahan lahan dalam usaha pertanian bertujuan untuk :

1. Menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik
2. Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan
3. Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai agar dekomposisi
berjalan dengan baik
4. Menurunkan laju erosi
5. Meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan
6. Menyatukan pupuk dengan tanah
7. Mempersiapkan tanah untuk mempermudah pengaturan irigasi

Secara umum, pengolahan dilakukan dua kali, yaitu:

1. Pengolahan pertama atau primer (primary tillage)

Pengolahan primer (primary tillage) biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin bajak, sehingga
sering disebut dengan pembajakan.Tujuan dari pengolahan primer yaitu untuk membalik atau
membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan tanah. Kegiatan pembajakan dilakukan sedalam 30
sampai 50 cm.

Alat yang digunakan dalam pengolahan primer antara lain bajak singkal (mold board plow), bajak
priringan (disk plow), bajak rotari (rotary plow), bajak brujul (chisel plow), bajak bawah tanah (subsoil
plow), dan bajak raksasa (giant plow).

2. Pengolahan kedua atau sekunder (secondary tillage)

Pengolahan sekunder dilakukan setelah pembajakan (pengolahan primer) yang dapat diartikan
sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang relatif tidak terlalu dalam (kedalaman tertentu yaitu 10
sampai 15 cm). Tujuan pengolahan sekunder adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperbaiki pertanian dengan menggemburkan tanah yang lebih baik


2. Untuk mengawetkan lengas tanah
3. Untuk menghancurkan sisa-sisa tanaman yang tertinggal dan mencampurnya dengan tanah
lapisan atas
4. Untuk memecah bongkahan tanah dan sedikit memantapkan lapisan tanah atas, sehingga
menempatkan tanah dalam kondisi lebih baik untuk penyebaran perkecambahan benih
5. Mempersiapkan kondisi tanah yang siap tanam (guludan, bedengan dll)
6. Membunuh gulma dan mengurangi penguapan terutama tanah bero.

Alat yang dapat digunakan dalam pengolahan sekunder yaitu garu (harrow), bajak pengaduk tanah di
bawah permukaan (sub surface tillage and field cultivation), ataupun dapat menggunakan peralatan
dalam pengolahan primer dengan melakukan beberapa modifikasi.

Menurut intensitasnya, pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi tiga macam

1. No tillage(Tanpa Olah Tanah / TOT)

Pengolahan lahan no tillage atau TOT merupakan sistem pengolahan tanah yang merupakan adopsi
sistem perladangan dengan memasukkan konsep pertanian modern. Tanah dibiarkan tidak terganggu,
kecuali alur kecil atau lubang untuk penempatan benih atau bibit. Sebelum tanam sisa tanaman atau
gulma dikendalikan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu penempatan benih atau bibit
tersebut. Seresah tanaman yang mati dan dihamparkan dipermukaan tanah ini dapat berperan
sebagai mulsa dan menekan pertumbuhan gulma baru dan pada akhirnya dapat memperbaiki sifat
dan tata air tanah.

Pada sistem tanpa olah tanah (TOT), erosi tanah dapat diperkecil dari 17.2ton/ha/tahun menjadi 1
ton/ha/tahun dan aliran permukaan ditekan 30 – 45%. Keuntungan lain yang di dapat pada sistim
tanpa olah tanah yaitu adanya kepadatan perakaran yang lebih banyak, penguapan lebih sedikit, air
tersedia bagi tanaman makin banyak.

2. Minimum tillage(pengolahan lahan secara minimal)

Pengolahan minimum (minimum tillage) merupakan suatu pengolahan lahan yang dilakukan
seperlunya saja (seminim mungkin), disesuaikan dengan kebutuhan pertanaman dan kondisi tanah.
Pengolahan minimum bertujuan agar tanah tidak mengalami kejenuhan yang dapat menyebabkan
tanah sakit (sick soil) dan menjaga struktur tanah. Selain itu, dengan pengolahan minimum dapat
menghemat biaya produksi.

Dalam sistem pengolahan minimum, tanah yang diolah hanya pada spot-spot tertentu dimana
tanaman yang akan dibudidayakan tersebut ditanam. Pengolahan tanah biasanya dilakukan pada
bagian perakaran tanaman saja (sesuai kebutuhan tanaman), sehingga bagian tanah yang tidak diolah
akan terjaga struktur tanahnya karena agregat tanah tidak rusak dan mikroorganisme tanah
berkembang dengan baik.

Pada pengolahan minimum, tidak semua lahan tidak diolah sehingga ada spot-spot dari lahan tersebut
yang diistirahatkan. Hal tersebut dapat memperbaiki struktur tanah karena dalam lahan yang
diistirahatkan, mikroorganisme tanah akan melakukan dekomposisi bahan-bahan organik. Selain
itu, mikroorganisme akan mengimmobilisasi logam-logam berat sisa pemupukan yang ada dalam
tanah sperti Al, Fe dan Mn.

3. Maximum tillage(pengolahan lahan secara maksimal)

Pengolahan lahan secara maksimal merupakan pengolahan lahan secara intensif yaang dilakukan
pada seluruh lahan yang akan ditanami. Ciri utama pengolahan lahan maksimal ini antara lain adalah
membabat bersih, membakar atau menyingkirkan sisa tanaman atau gulma serta perakarannya dari
areal penanaman serta melalukan pengolahan tanah lebih dari satu kali baru ditanamai.

Pengolahan lahan maksimum mengakibatkan permukaan tanah menjadi bersih, rata dan bongkahan
tanah menjadi halus. Hal tersebut dapat mengakibatkan rusaknya struktur tanah karena tanah
mengalami kejenuhan, biologi tanah yang tidak berkembang serta meningkatkan biaya produksi.

Sumber : http://chyrun.com/jenis-pengolahan-tanah-lahan-pertanian/

https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/3-jenis-pengolahan-tanah-
dan-lahan-pertanian-25
BAB I dan BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Media tanam memiliki fungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi dan
menyediakan tempat bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media tanam
tumbuh-tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Untuk budidaya tanaman dalam
wadah pot atau polybag, media tanam dibuat sebagai pengganti tanah. Oleh karena itu, harus
bisa menggantikan fungsi tanah bagi tanaman.(Alamtani,2012).
Media tanam yang baik harus memiliki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang sesuai
dengan kebutuhan tanaman. Secara umum, media tanam yang baik harus memiliki syarat-
syarat sebagai berikut: (Hendromono, 1994).
 Mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman, sekaligus juga sanggup
menopang tanaman.
 Memiliki porositas yang baik, artinya bisa menyimpan air sekaligus juga mempunyai
drainase (kemampuan mengalirkan air) dan aerasi (kemampuan mengalirkan oksigen) yang
baik.
 Menyediakan unsur hara yang cukup baik makro maupun mikro.
 Tidak mengandung bibit penyakit, media tanam harus bersih dari hama dan penyakit.
(Shakai, 1995).
Ada banyak ragam material yang bisa dimanfaatkan untuk membuat media tanam
mulai dari yang alami hingga yang sintetis. Namun dalam kesempatan kali ini kami hanya
akan membatasi pada beberapa bahan organik yang banyak tersedia di alam, murah dan
gampang pembuatannya. (Nurhalisyah, 2007).
a. Tanah (bahan utama)
Tanah yang baik untuk media tanam sebaiknya diambil dari lapisan bagian (top soil).
Tanah yang baik untuk media tanaman tidak terlalu berpasir dan tidak terlalu lempung,
melainkan harus gembur.(Hendromono, 1994).
b. Kompos atau humus
Kompos merupakan bahan organik yang berfungsi sebagai penyedia unsur hara bagi
tanaman. Penambahan bahan-bahan organik seperti kompos atau humus pada media tanam
bisa memperbaiki struktur fisik tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Kompos yang
ditambahkan sebaiknya berupa kompos yang telah matang. Kompos yang belum matang
berpotensi mendatangkan hama dan penyakit. Selain itu unsur haranya sulit diserap tanaman
karena belum terurai secara penuh.
c. Arang sekam atau sabut kelapa
Arang sekam merupakan hasil pembakaran tak sempurna dari sekam padi. Arang
sekam berguna untuk meningkatkan kapasitas porositas tanah. Penambahan arang sekam
pada media tanam akan memperbaiki struktur media tanam karena mempunyai partikel-
partikel yang berpengaruh pada pergerakan air, udara dan menjaga kelembaban.
Manfaat arang sekam adalah bisa menetralisir keasaman tanah, menetralisir racun,
meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, merangsang pertumbuhan mikroba yang
menguntungkan bagi tanaman, menjadikan tanah gembur sehingga memperbaiki drainase dan
aerasi tanah. Arang sekam lebih baik dibanding sekam padi, karena arang sekam sudah
mengalami pembakaran yang bisa menghilangkan bibit penyakit atau hama yang mungkin
saja terikut.
Selain arang sekam, bisa juga digunakan sisa-sisa sabut kelapa (coco peat). Sabut
kelapa mempunyai sifat seperti arang sekam. Media tanam sabut kelapa cocok digunakan di
daerah yang kering dengan curah hujan rendah. Sabut diambil dari bagian kulit kelapa yang
sudah tua.(Nurhalisyah, 2007).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
· Cangkul
· Ember
· Sekop kecil
· Gunting
· Pisau

3.1.2 Bahan
· Air
· Tanah
· Pupuk kandang
· Pasir
· Air / sekam padi
· Polibag (15x20 cm, 20 x 30 cm, 30x40 cm).

3.2 Prosedur Kerja


Langkah-langkah menyiapkan media tanam dalam bedengan sebagai berikut:
Pada Bedengan
· Panjang dan lebar bedengan diukur ,(biasanya lebar 1–1.5 m, panjang sesuai kebutuhan).
· Tanah digemburkan pada bedeng tersebut sampai pada kedalaman 25 cm dari permukaan tanah.
· Pupuk kandang dicampur ke tanah bedengan tersebut, dengan kira-kira perbandingan tanah terolah,
pupuk kandang dan sekam padi 1 : 1 : 1 .
· Diberikan batas keliling bedengan dengan belahan bambu atau papan agar media tidak longsor.
· Media disiram di bedeng tersebut sampai lembab.
· Media siap ditanam bahan tanaman.
Pada Polibag
· Tanah diambil bagian atasnya (lebih kurang sampai ketebalan 25 cm dari permukaan)
· Diambil juga pupuk kandang dan sekam padi.
· Dicampurkan tanah bagian atas tersebut dan pupuk kandang dan sekam padi secara merata dengan
perbandingan 1: 1 : 1, berdasarkan volume; misal; 1 ember tanah lapisan atas dan 1 ember pupuk
kandang dan 1 ember sekam padi.
· Polibag diambil dan dibuat lubang (jika polibag belum dilubangi) pada masing2 sisi polibag lima
lubang, tinggi lubang ± 6 cm dari dasar polibag.
· Sudut-sudut digunting polibag sehingga terjadi dua lubang dan balikan permukaan polibag.
· Media tersebut dimasukkan ke dalam wadah polybag.
· Polibag diisi ½ bagian dan dijatuhkan/dihentakan ke tanah sebanyak tiga kali, diisi kembali sampai
dua pertiga bagian dijatuh-jatuhkan kembali tiga kali, selanjutnya diisi sampai penuh.
· Media polibag disusun pada bedeng-bedeng pembibitan.
· Media tanam disiram sampai lembab.
· Media dalam wadah siap ditanam dengan bahan tanaman yang tersedia.

Berikut ini adalah syarat syarat memilih biji, yang bisa dijadikan benih :

1. Benih harus murni, yang artinya tidak boleh tercampur dengan kotoran dan biji
tanaman lain.
2. Biji harus kering dengan kadar air sebesar 10%, yaitu ditandai dengan ciri-ciri
warnanya yang mengkilat.
3. Benih berasal dari buah yang sudah tua dan tidak terserang hama serta penyakit. Jika
benih diambil dari tanaman muda biasanya bentuknya keriput dan tidak bisa tumbuh
bila ditanam.
4. Jikabenih berasal dari tanaman yang unggul, maka tanaman akan berproduksi tinggi,
rasa buahnya enak, dan tahan terhadap serangan hama penyakit.
5. Sosok benih utuh, tidak cacat karena terserang hama atau penyakit.
6. Bentuk biji normal dan berukuran besar (seragam).

https://muhammadarifin16.blogspot.com/2016/12/pengisian-polibag.html

Alamtani.2012.Media Tanam.

http://alamtani.com/media-tanam-sayuran-polybag.html
Diakses pada tanggal 20 Desember 2015, pukul 19.00 WIB

Hendromono.1994. Pengaruh Media Organik dan Tanah Mineral Terhadap Mutu Bibit
Pterygota alata Roxb. Buletin Penelitian Hutan no.617 : 55- 64.

Nurhalisyah. 2007. Pembungaan tanaman krisan (Chrysantenum sp.) pada berbagai komposisi media
tanam. Jurnal Agrisistem 3(2) : 103.

Rahardja, P.C. 1988. Kultur Jaringan: Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Moderen.
Penebar Swadaya. Cetakan II. Jakarta.

Shakai, C. Y Yamamoto, Hendromono, D Prameswari, A Subiakto. 1995. Sistem Pendingin


Dengan Pengkabutan Pada Pembiakan Vegetatif Dipterocarpaceae. Buletin Penelitian Hutan
No. 588. Bogor

https://mcp-indonesia.com/tips-supaya-benih-dari-biji-bisa-tumbuh-subur/

Anda mungkin juga menyukai