MAPEL GEOGRAFI
DISUSUN OLEH :
Penyusun juga mengucapkan terima kasih atas bantuan materi-materi yang telah diberikan oleh
Guru lewat pembelajaran modul dari sekolah, walaupun masih dalam masa pandemi. Di mana
siswa dan guru belajar dalam jarak jauh. Selain itu, penyusun berterima kasih kepada beberapa
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah berjudul ‘Tanah (pedosfer)' ini
dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini, tersaji tentang materi Geografi yaitu pada bab tentang Tanah (pedosfer).
Penyusun makalah ini berharap dengan materi yang disajikan dapat menambah pengetahuan
mengenai materi tanah (pedosfer)
Tak luput dari banyaknya kesalahan, penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dipersilahkan diutarakan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................
Daftar Isi......................................................................................................
Pembahasan
1. Pengertian Tanah.....................................................................................
2. Faktor Pembentuk Tanah.........................................................................
3. Pemanfaatan Tanah
4. Tekstur Tanah
5. Karakteristik Tanah
6. Jenis-jenis Tanah (Pedosfer)
7. Konservasi Tanah (Pedosfer)
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tanah
Tanah atau biasa juga disebut pedosfer adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari
mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena
tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Tanah adalah lapisan kulit terluar dari bumi yang terbentuk karena proses
pelapukan dari bahan induk batuan. Batuan yang menjadi bahan induk akan mengalami proses
pelapukan yang panjang sebelum akhirnya berubah wujud, sifat dan karakteristiknya.
Disini suhu udara akan mempengaruhi pada kecepatan proses pelapukan batuan fisik
dimana apabila suhu semakin tinggi maka pelapukan akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya
apabila suhu semakin rendah, maka pelapukan akan melambat.
b. Curah Hujan
Dalam hal ini curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi asam tanah (pH tanah),
dimana pH tanah akan semakin meningkat sehingga akan terjadi korosi tanah secara kimia.
2. Organisme
Organisme yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah adalah vegetasi dan mikroba
tanah. Keduanya akan mempengaruhi hal-hal seperti berikut :
a. Tekstur
Tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah. Hal ini dikarenakan permeabilitas itu
adalah melewati tekstur tanah. Misalnya tanah yang bertekstur pasir akan mudah melewatkan air
dalam tanah.
b. Struktur
Struktur juga mempengaruhi permebilitas. Semakin banyak ruang antar struktur, maka
semakin cepat juga permeabilitas dalam tanah tersebut. Misalnya tanah yang berstruktur lempeng
akan sulit di tembus oleh air daru pada berstruktur remah.
c. Porositas
Porositas atau ruang pori adalah rongga antar tanah yang biasanya diisi air atau udara. Pori
sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin besar pori dalam tanah tersebut, maka
semakin cepat pula permeabilitas tanah tersebut.
d. Viskositas
Viskositas sama juga dengan kekentalan air, semakin kental air tersebut, maka semakin sulit
juga air untuk menembuas tanah tersebut.
e. Gravitasi
Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi juga sangat menentukan permeabilitas tanah, karena
permeabilitas adalah gaya yang masuk ke tanah menrut gaya gravitasi.
- Faktor yang dipengaruhi permeabilitas, yaitu :
•> Drainase
Apabila permeabilitas tanah baik, maka waktu dalam pergerakan air akan semakin cepat,
begitu pula sebaliknya.
•> Infiltrasi
Penyerapan yang dilakukan tanah akan semakin cepat apabila drainase tanah itu baik.
•> Pengolahan
Apa bila drainase dalam tanah tersebut baik, maka pengolahan dalam tanah akan semakin
mudah.
•> Perkolasi
Pergerakan air dalam tanah akan baik bila drainase dalam tanah juga baik.
•> Erosi
Pengikisan juga dipengaruhi oleh permebilitas, semakin baik permeabilitas dalam tanah,
maka erosi akan minimum.
•> Evaporasi
Permeabilitas tanah ditunjukkan oleh kecepatan air meresap ke dalam tanah melalui pori
pori tanah baik secara horizontal maupun vertikal. Cepat lambatnya perembesan air sangat
ditentukan oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah, semakin cepat perembesan air.
Ketebalan solum tanah menunjukkan ketebalan tanah dari permukaan sampai ke batuan
induk. Erosi berhubungan dengan banyaknya partikel partikel tanah yang terpindahkan. Drainase
adalah pengeringan air berlebih pada tanah, yang mencakup proses pengatusan dan pengaliran
air yang berada dalam tanah atau pada permukaan tanah yang tergenang.
b. Cokelat, berasal dari bahan bahan organik bersifat asam yang lapuk sebagian.
c. Putih, berasal dari mineral mineral silikat (SiO2), kapur (CaCO3), kaolin, bauksit,
alumunium, dan silikat, gipsum, (CaSO4 2H2O) nitrat, garam garam terlarut serta koloid organik
tertentu
d. Hitam, berasal dari bahan bahan organik yang telah terurai hebat, dan umumnya
berhubungan dengan unsur unsur karbon (C), magnesium (Mg), serta belerang (S)
e. Merah, berasal dari mineral hematit (Fe2O3) atau turgit (2FeO3 H2O)
Tanah Organosol yaitu jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam, tanah ini
merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa.
3. Tanah Laterit
Tanah Laterit yakni tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara
namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.Tanah ini
banyak mengandung zat besi dan aluminum. Sifatnya tidak subur, berwarna merah muda dan
sering disebut tanah merah.
4. Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu
tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara
sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia.
5. Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran
terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian
timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
6. Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan
ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api
kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
7. Grumosol
Tanah ini merupakan tanah mineral yang memiliki perkembangan profil, agak tebal,
tekstur lempung berat, struktur granular di lapisan atas dan gumpal sampai pejal di lapisan
bawah, konsistensi jika basah sangat lekat dan plastis.Namun, jika kering sangat keras dan tanah
retak-retak, kejenuhan basa, permeabilitas lambat, dan peka erosi. Penyebarannya di daerah
iklim subhumid, dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
8. Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah,
topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat.
Kesuburan tanah rendah.
9. Andosol
Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan kandungan mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak cokelat kekelabuan sampai hitam,
kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat
licin berminyak agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembapan tinggi,
permeabilitas sedang, serta peka terhadap erosi.
Konservasi tanah adalah serangkaian strategi pengaturan untuk mencegah erosi tanah dari
permukaan bumi atau terjadi perubahan secara kimiawi atau biologi akibat penggunaan yang
berlebihan, salinisasi, pengasaman, atau akibat kontaminasi lainnya.
Konservasi tanah adalah usaha untuk memanfaatkan sebidang tanah dengan cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai
dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Konservasi tanah penting untuk dilakukan agar tanah tetap terpelihara dan tetap tersedia.
Jika konservasi tidak dilakukan, dikhawatirkan akan muncul masalah, sebagai berikut:
Unsur hara yang seharusnya terkandung dalam tanah dan bahan organik akan hilang
Terjadi proses salinisasi atau terkumpulnya garam / racun dalam tanah
Air tawar pada akar dan batang akan jenuh
Erosi tanah
Strategi yang biasanya dipakai, yaitu:
Pemilihan vegetasi penutup lahan
Pencegahan erosi
Pengaturan kadar garam
Pengendalian keasaman
Meningkatkan kelestarian organisme tanah yang menguntungkan
Pencegahan dan remediasi tanah dari kontaminasi mineralisasi
Strategi lainnya yang biasa dipergunakan dalam bidang pertanian yaitu:
Pertanian tanpa pengolahan tanah
Pengolahan tanah berkontur
Alur penahan angin (windbreak)
Rotasi tanaman
Penggunaan pupuk alami
Mengistirahatkan lahan
1.Metode Vegetatif
Metode vegetatif yaitu metode yang menggunakan tanaman atau bagian tanaman untuk
mengurangi daya tumbuk air hujan dengan tanah. Tujuannya adalah agar air hujan tidak
langsung bertabrakan dengan tanah, mengurangi laju dan jumlah air di permukaan sehingga
mengurangi erosi tanah.
a. Pertanian Lorong
Pertanaman Lorong atau (alley cropping) adalah melakukan penanaman tanaman perdu
leguminosa yang ditanam berbaris dan rapat (10 cm – 25 cm) mengikuti kontur tanah atau
sebagai pagar. Umumnya cara ini dilakukan pada lahan dengan kondisi miring untuk menahan
erosi.Teknik ini terbukti efektif dalam menghambat erosi. Melalui pembuatan tanaman lorong,
maka secara alami 3-4 tahun kemudian akan tercipta teras dengan sendirinya. Oleh sebab itu,
metode ini juga populer dikeanal dengan teras kredit.
b. Sistem Silvopastura
Sistem Silvopastura adalah salah satu dari sistem tumpangsari, yaitu menanam tanaman
pakan dibawah tegakan pohon, seperti rumput gajah dan setaria. Sehingga tanaman pakan
tersebut juga dapat digunakan untuk konsumsi hewan ternak.Beberapa penerapan teknik
silvoapstura di Indonesia antara lain :
c. Pemberian Mulsa
Pemberian Mulsa adalah menutupi tanah dengan mulsa agar permukaan tanah tidak
terkena air hujan secara langsung. Mulsa tersebut berupa sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman,
dan lain sebagainya.Penggunaan mulsa cukup efektif untuk mencegah erosi, terutama akibat
erosi percik. Selain itu, mulsa akan memberikan bahan-bahan organik pada tanah melalui proses
dekomposisi.
2.Metode Mekanik
Metode Mekanik, yaitu perlakuan fisik yang diberikan kepada tanah dengan membuat
bangunan untuk mengurangi aliran permukaan air, sehingga tidak terjadi erosi dan dapat
meningkatkan penggunaan tanah.
•> Berikut ini adalah beberapa metode mekanik yang umumnya diterapkan:
Pengolahan tanah
Teras
Guludan (pembuatan pematang tanah secara sejajar dengan garis kontur)
Penghambat
Waduk
Rorak / parit (saluran air buntu untuk sedimentasi)
Pembuatan drainase
Irigasi
Lubang resapan (biopori)
Sumur resapan
2. Metode Kimia
Metode Kimia, selain metode vegetatif dan mekanik terdapat pula metode kimia untuk
mecegah erosi. Tanah akan diberikan soil conditioner untuk memperbaiki struktur tanah.