Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENYEHATAN TANAH

PENGELOLAAN TANAH

Disusun Oleh: Kelompok 8


2D3A

1. Alia Vivi Az Zahra (P21345120005)


2. Cholifah Wahyu Ari Handayani (P21345120015)
3. Dindya Luthfiah Fa’izah (P21345120018)
4. Muhammad Raihan Rizky Nugroho (P21345120038)

PROGRAM STUDI D-III JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JAKARTA 2 2021
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120
Telp. 021.739741, 7397643 Fax. 021.7397769
E-mail: info@poltekkesjkt2.ac.id
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Pengelolaan Tanah” ini telah
selesai disusun untuk memenuhi tugas Penyehatan Tanah.

Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini, terutama kepada Ibu Catur Puspawati, ST, MKM dan Ibu
Dr.Wartiniyati, SKM. M.Kes selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing kami
sehingga makalah ini telah selesai disusun.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami meminta maaf dan tentunya juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan bagi para pembaca.

                                                                                                           

Jakarta, 28 November 2021

Kelompok 8

2
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
1.1 Pengertian Pengelolaan tanah.............................................................................................3
1.2 Jenis pengelolaan tanah.......................................................................................................4
1.3 Mekanisme Pengelolaan tanah...........................................................................................8
Daftar Pustaka...................................................................................................................................13

3
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Pengelolaan tanah
Tanah dapat diperbaiki atau ditingkatkan kesuburannya dengan melakukan
pengolahan tanah. Pengolahan tanah merupakan suatu usaha untuk mengubah kondisi
tanah pertanian dengan menggunakan alat-alat pertanian sehingga diperoleh kondisi tanah
yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
Pengolahan tanah adalah setiap usaha manipulasi tanah secara mekanis yang
bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar sesuai untuk perkecambahan dan
perkembangan akar tanaman, menciptakan porositas mikro dan makro yang seimbang,
mengendalikan tanaman pengganggu, mengelola sisa- sisa tanaman, menekan erosi dan
menciptakan konfigurasi permukaan tanah tertentu, serta melakukan pembalikan tanah,
menyisihkan batu atau membersihan akar yang mengganggu.
Pengelolaan Lahan atau tanah adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang
berkaitan dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup
manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan
lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti

4
membutuhkan pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan
pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan (struktur tanah) yang
dikehendaki oleh tanaman.
Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat
tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode
pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah juga berhubungan
dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara 2 musim tanam, sehingga
menjadi lebih riskan terhadap, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat
memadatkan tanah. Metode atau cara pengolahan lahan dibagi menjadi dua yaitu secara
tradisional (konvensional), dan secara modern.
1. Pengolahan Lahan Secara Konvensional
Pengolahan lahan dengan metode konvensional biasanya dilakukan untuk
lahan lahan yang sempit dan memiliki kemiringan tertentu.  Metode ini biasanya
banyak dilakukan di lingkungan pedesaan yang sebagian masyarakat banyak
menggunakan lahannya sebagai lahan persawahan dan tanaman sayuran.
Kelebihan dari metode ini yaitu tidak dibutuhkan modal yang cukup besar,
karena dilakukan oleh tenaga manual dan biasannya dilakukan secara gotong royong.
Tetapi pengolahan lahan dengan system ini banyak menagalami kekurangan,
diantaranya membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya.
2. Pengolahan Lahan Secara Modern
Pengolahan lahan dengan cara modern biasanya banyak dilakukan untuk
tanaman tanaman perkebunan dan memiliki lahan yang luas. Pengolahan lahan
dengan cara ini biasannya menggunakan mesin. Pengolahan lahan dengan sistem ini
memiliki kelebihan diantaranya lebih cepat dalam proses pengerjaan, serta dapat
menghemat waktu penanaman. Kekurangan dari system ini yaitu dibutuhkannya
modal yang besar dalam pengupayaannya.

1.2 Jenis pengelolaan tanah


Teknik persiapan lahan dalam praktiknya dikelompokkan ke dalam sistem olah tanah
sempurna (OTS), tanpa olah tanah (TOT) dan olah tanah bermulsa. Sistem olah tanah
sempurna merupakan cara yang umum diterapkan oleh petani dalam kegiatan persiapan
lahan.
Pengolahan tanah sempurna dimaksudkan agar tanah lebih gembur sehingga aerasi
meningkat dan menghilangkan gulma di areal budidaya. Namun, pengolahan tanah yang

5
intensif akan menyebabkan degradasi lahan yang menyebabkan daya dukung dan
produktivitas lahan semakin menurun (Syam’um, 2002).
1. Tanpa Olah Tanah (TOT)
Teknik tanpa olah tanah (TOT) atau no tillage adalah sistim pengolahan tanah yang
merupakan adopsi sistim perladangan dengan memasukkan konsep pertanian modern.
Tanah dibiarkan tidak terganggu, kecuali alur kecil atau lubang untuk penempatan benih
atau bibit. Sebelum tanam, sisa tanaman atau gulma dikendalikan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu penempatan benih atau bibit tersebut.
Pengendalian gulma, terutama alang-alang biasanya menggunakan herbisida sistemik
yang ramah lingkungan. Sisa-sisa tanaman ini kemudian dimanfaatkan untuk menutupi
permukaan tanah dan perakaran yang mati dibiarkan tinggal di dalam tanah. Seresah
tanaman yang mati dan dihamparkan dipermukaan tanah ini dapat berperan sebagai mulsa
dan menekan pertumbuhan gulma baru dan pada akhirnya dapat memperbaiki sifat dan
tata air tanah (Rauf, 2005).
Dalam pelaksanaan TOT sangat erat kaitannya dengan herbisida, karena herbisida
diperlukan sebagai pengganti olah tanah untuk mematikan sisa-sisa tanaman musim lalu
dan untuk menyiapkan lahan tanam yang bebas dari gulma. Sistem TOT menggunakan
herbisida yang tepat berpengaruh baik terhadap tanaman dan dapat meningkatkan hasil
tanaman dan mampu mengendalikan gulma. Di samping itu TOT juga efisien terhadap
waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga menguntungkan dibandingkan olah
tanah sempurna (Listyobudi, 2011)
Teknik TOT dapat diterapkan dengan baik pada berbagai tipe tanah, terutama tanah
lempung berpasir sampai lempung berliat. TOT umumnya meningkatkan kelembaban
tanah dengan berkurangnya evaporasi. Di daerah dengan curah hujan rendah dan tanah
yang dapat menyimpan air, peningkatan kelembaban tanah akan meningkatkan
penyerapan nutrisi yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Dengan
meningkatnya kelembaban tanah, suhu tanah menjadi lebih rendah (Utomo, 2000 cit.
Listyobudi, 2011).
2. Olah Tanah Sempurna (OTS)
Pengolahan tanah maksimum atau pengolahan tanah sempurna (full tillage) dapat
memberikan lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman (struktur tanah menjadi ramah
dan mengendalikan pertumbuhan gulma), sehinga diperoleh hasil yang tinggi. Akan tetapi
pengolahan tanah sempurna memiliki dampak negatif antara lain menyebabkan tanah

6
lebih terbuka sehingga mudah tererosi, meningkatkan degradasi lingkungan dan
menurunkan produktivitas lahan (Sinukaban, 1981 cit. Baderun, 1999).
3. Pupuk NPK
Menurut Noviani (2010), pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik
langsung maupun tidak langsung, guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan
produksi atau memperbaiki kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Pupuk
akan sampai pada sasarannya jika diaplikasikan secara benar.
Dalam aplikasi pupuk, hal penting yang perlu diperhatikan adalah jenis tanaman yang
akan dipupuk dan jenis pupuk yang digunakan. Dengan aplikasi yang tepat dan benar
maka akan diperoleh efisiensi dan efektivitas pemupukan. Secara garis besar, aplikasi
pemupukan dapat dibedakan berdasarkan aplikasi pupuk padat dan aplikasi pupuk cair.
Pemupukan dilakukan karena tanah tidak mampu menyediakan satu atau beberapa unsur
hara untuk menjamin suatu tingkat produksi tertentu.
Tujuan dilakukan pemupukan yaitu untuk memperoleh produksi yang tinggi dan
bernilai dengan memperbaiki penyediaan hara sambil memperhatikan atau memperbaiki
kesuburan tanah tanpa merusak lingkungan (Pratiwi 2003 cit., Noviani, 2010).
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk lengkap. Pupuk majemuk adalah pupuk yang
mengandung lebih dari satu jenis unsur hara untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk
NPK terdiri dari berbagai jenis tergantung dari komposisi nitrogen, fosfor, dan kalium
yang dikandungnya. NPK adalah tiga unsur hara yang mutlak harus ada dan dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang banyak,sehingga sejak dahulu pupuk yang diproduksi
diutamakan yang mengandung nitrogen, fosfordan kalium (N,P,K) (Lingga & Marsono,
2007).
Pupuk majemuk NPK Mutiara 16:16:16 merupakan pupuk majemuk anorganik yang
mengandung unsur nitrogen, fosfor dan kalium yang semuanya mutlak dibutuhkan
tanaman untuk tumbuh dan berproduksi maksimal. Penggunaan pupuk ini merupakan
salah satu alternatif pemupukan yang diberikan pada tanaman untuk meransang
pertumbuhan. Pupuk ini di aplikasikan dengan cara ditebar ke tanah. Pupuk akan diserap
tanaman lewat akar (Novizan, 2002).
Murbandono (1994) menyatakan bahwa unsur hara yang diperlukan tanaman dapat
dibagi tiga golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Ketiga golongan
tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti
nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium atau kalium (K).

7
2. Unsur hara sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil, seperti sulfur/belerang (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg).
3. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti
besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), khlor (Cl), boron (B), mangan (Mn), dan
molibdenum (Mo).

Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari pupuk
tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu
jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan pupuk majemuk adalah
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman, seperti gabungan antara
N dan P, N dan K atau N dan P dan K (Sabiham et al., 1989).

4. Pengolahan Lahan Sempurna


Pengolahan lahan secara sempurna yaitu pengolahan lahan yang meliputi seluruh
kegiatan pengolahan lahan. Dimulai dari awal pembukaan lahan hingga lahan siap untuk
ditanami, meliputi pembajakan, pemupukan dan rotary.
5. Olah Lahan Minimum.
Pegolahan lahan dengan olah tanah minimum hanya meliputi pembajakan( tanah
diolah, dibalik, kemudian tanah diratakan). Pada pengolahan tanah ini biasanya banyak
dilakukan untuk lahan persawahan.

Pengolahan lahan juga tentunya harus memperhatikan topografi dan kontur keadaan
lahan. Semakin curam keadaan maka akan semakin besar tingkat erosi yang terjadi. Jika
tingkat erosi semakin besar maka humus dan zat hara dalam tanah akan semakain banyak
hilang. Berikut adalah tingkat kecuraman dan sifat tanah:

1. Hampir Datar
Pada topografi ini tanah memiliki sifat diantaranya  pengairan baik, mudah diolah
ancaman erosi kecil, , tidak terancam banjir. kemampuan menahan air baik, subur, dan
respon terhadap pupuk. Pada lahan seperti ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan
pertanian
2. Lereng Landai                             
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya struktur tanah kurang baik,
ada ancaman erosi, pengolahan harus hati-hati,
3. Lereng Miring

8
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya baik ditanami untuk
tanaman semusim mudah tererosi bergelombang tanahnya padas, kemampuan menahan
air rendah.
4. Lereng Miring dan Berbukit
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya lapisan tanah tipis,
kemampuan menahan air rendah sangat mudah tererosi dan, sering banjir. kandungan
garam natrium tinggi
5. Datar
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tidak cocok untuk
pertanian, selalu tergenang air dan tanahnya berbatu-batu
6. Lereng Agak  Curam
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu-batu, erosi
kuat, tidakcocok untuk pertanian.
7. Lereng Curam
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya tanah berbatu, erosi sangat
kuat, perakaran sangat dangkal, hanya  untuk  padang rumput
8. Lereng Sangat Curam
Pada topografi tanah seperti ini memiliki sifat diantaranya berbatu dan kemampuan
menahan air sangat rendah  tidak cocok untuk pertanian, lebih sesuai dibiarkan (alami)

1.3 Mekanisme Pengelolaan tanah


Konservasi Tanah dan air. Kerusakan tanah dapat dikurangi dan dicegah melalui
konservasi tanah. Konservasi tanah yaitu pemeliharaan dan perlindungan terhadap tanah
secara teratur guna mengurangi dan mencegah kerusakan tanah dengan cara pelestarian.
Strategi dalam konservasi tanah harus mengarah pada ketentuan:
1. Melindungi tanah dari hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah.
2. Mengurangi aliran permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi.
3. Meningkatkan stabilitas agregat tanah.
4. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan
lahan.

9
Teknologi konservasi tanah diterapkan untuk mengendalikan erosi dan mencegah
degradasi lahan. Untuk memanen air dan mencegah kehilangan air melalui aliran permukaan,
perkolasi, dan evaporasi diperlukan teknologi konservasi air.

Berikut diuraikan berbagai macam teknologi konservasi tanah dan air. Secara umum ada
tiga cara pendekatan pengendalian erosi yang dapat dilakukan dan satu sama lain harus
menunjang, yaitu cara vegetatif, cara mekanis dan cara kimia.

1. Cara vegetasi
Hutan, perkebunan dan pola tanam campuran (pertanian terpadu) perlu dikembangkan
sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai pelindung tanah dari daya perusak.
Termasuk dalam cara vegetatif dalam usaha konservasi tanah dan air antara lain
adalah:
1. Rotasi atau pergiliran tanaman.Penghijauan dan reboisasi.Melaksanakan strip
cropping.
2. Penanaman dengan rumput makanan ternak (permanent pasture).
3. Menutup tanah dengan mulsa.
4. Penanaman saluran-saluran pembuangan dengan rumput.

Alley cropping sebagai cara rotasi atau pergiliran tanaman (vegetatif) dinilai
mempunyai prospek yang cukup baik, karena sekaligus meningkatkan produksi, murah
dan mudah penggunaannya. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan sistem alley
cropping ini antara lain:

1. Terjadinya sikus bahan organik yang lancar, karena limbah dapat dipergunakan.
2. Mengurangi biaya produksi, khususnya biaya pemupukan karena daun lamtoro
mengandung nitrogen yang tinggi.
3. Terciptanya agroekosistem yang mantap dan tetap terpeliharanya kesuburan
tanah.Mudah penerapannya sebagai konservasi tanah dan air.
2. Cara Mekanis
Cara mekanis dalam pengawetan tanah dan memelihara kesuburan tanah merupakan
penerapan teknologi sipil untuk mempertahankan, memulihkan, meningkatkan
kesuburan tanah. Pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi banyaknya tanah yang
hilang dari tanah pertanian terutama lapisan top soil.
Cara-cara mekanis ini meliputi:

10
1. Pengolahan tanah (tillage) yang tepat, yaitu menurut arah contour atau memotong
arah kemiringan lereng.
2.  Pembuatan galengan dan saluran menurut contour.Pembuatan waduk,
penghambat, rorak, tanggul dan sebagainya.
3. Pembuatan terras dan sengkedan.
4. Pembuatan drainase pada tempat tertentu.

Bangunan yang dibuat pada umumnya berfungsi memperlambat run off serta
menampung dan menyalurkan air permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak.
Pengaturan aliran air permukaan yang menjadi penyebab utama kerusakan tanah
pertanian sangat efektif diatur denagan terras.

3.  Cara kimia
Salah satu usaha untuk mencegah tejadinya pengikisan lapisan top soil adalah
memperbaiki struktur tanah. Usaha memantapkan struktur tanah dapat dilakukan dengan
penambahan senyawa kimia baik secara buatan maupun alami. Pemberian bahan
pemantap tanah (soil conditioner) bertujuan untuk meningkatkan daya ikat antara
partikel-partikel tanah sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti aerasi,
porositas, dan infiltrasi.
Cara pemberian bahan pemantap tanah ke dalam tanah dapat dilakukan dengan
penyemrotan langsung ke atas permukaan tanah, dicampur dengan tanah secara merata
dan dengan cara memasukkan langsung ke dalam lubang tanaman.
Penyehatan tanah Bioremediasi adalah suatu cara untuk melakukan penyehatan tanah,
dengan bantuan mikroorganisme. Cara penyehatan tanah yang telah tercemar, terbagi
atas yaitu:
1. Bioremediasi in-situ (dilakukan di tempat, tanpa pemindahan). Harus
mengeksplorasi dan mengetahui secara mendalam mengenai unsur yg
mengkontaminasi, serta memerlukan oksigen dan nutrisi untuk memaksimalkan
kerja organisme.
2.   Bioremediasi eks-situ. Menggunakan teknik landframing, dengan meratakan
tanah hingga ke lapisan kedap air, lalu melepaskan mikroorganisme pengurai.

Tanah yang subur adalah tanah yang mengandung unsur hara, air, dan bahan-bahan
pemantap tanah lain dalam komposisi yang pas untuk pertumbuhan tumbuhan.

11
Kesuburan tanah dapat berkurang dan hilang akibat pengolahan tanah yang kurang
hati-hati terutama pada lahan miring. Oleh karena tanah sangat penting untuk dijaga
kesuburannya, berikut cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah.

1. Menggunakan pupuk kimia secara bijaksana. Pupuk memang bertujuan untuk


menambah unsur hara dalam tanah. Akan tetapi jika penggunaannya berlebihan, justru
akan menimbulkan pencemaran pada tanah dan air oleh zat kimia. Penggunaan pupuk
organik seperti pupuk kompos dan pupuk kandang lebih aman karena risiko
pencemarannya jauh lebih sedikit (bisa dikatakan sangat aman).
2. Membuat sengkedan/terasering pada tanah miring. Tujuannya untuk mencegah erosi.
Apabila tanah sangat miring, harus ditambahkan penguat seperti tumpukan batu atau
pohon besar. Daerah yang tanahnya tidak subur sebaiknya ditanami kacang-kacangan
untuk menambah unsur nitrogen dalam tanah.
3. Mengusahakan agar permukaan tanah selalu tertutup oleh tanaman untuk mengurangi
kerusakan tanah akibat sinar matahari, longsor, dan banjir.
4. Penghijauan pada tanah-tanah yang tidak diolah agar tanah tidak menjadi gersang.
5. Penertiban pembuangan sampah secara sembarangan, karena dapat mencemari tanah,
air, dan udara. Sampah-sampah yang dapat didaur ulang harus didaur ulang.
Penertiban pembuangan limbah industri yang mengandung logam berat, bahan-bahan
yang sulit hancur, atau zat-zat yang termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun).

Selain cara-cara di atas, dikenal pula metode pengawetan tanah untuk


mempertahankan kesuburan tanah. Pengawetan tanah secara garis besar dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu dengan metode vegetatif dan metode mekanik.

Untuk setiap daerah berbeda dalam menerapkan kedua metode tersebut. Kadang
kedua metode diterapkan secara berimbang di suatu daerah. Tetapi, di daerah lain
mungkin salah satu metode lebih diutamakan.

Metode vegetatif sangat efektif dalam pengendalian erosi tanah. Sebagai contoh,
padang rumput alami dan vegetasi hutan membatasi atau mengendalikan erosi tanah pada
tingkat normal. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.

1. Penanaman tanaman secara berjalur tegak lurus terhadap arah aliran (strip cropping).

12
2. Penanaman tanaman secara berjalur sejajar garis kontur (contour strip cropping).
Cara penanaman ini bertujuan untuk mengurangi atau menahan kecepatan aliran air
dan menahan partikel-partikel tanah yang terangkut aliran air.
3. Penutupan lahan yang memiliki lereng curam dengan tanaman keras (buffering).
4. Penanaman tanaman secara permanen untuk melindungi tanah dari tiupan angin(wind
breaks).

Beberapa metode mekanik yang umum dilakukan sebagai berikut:

1. Pengolahan lahan sejajar garis kontur (contour tillage).  Pengolahan lahan dengan cara
ini bertujuan untuk membuat pola rongga-rongga tanah sejajar kontur dan membentuk
igirigir kecil yang dapat memperlambat aliran air dan memperbesar infiltrasi air.
2. Penterasan lahan miring (terracering). Penterasan bertujuan untuk mengurangi
panjang lereng dan memperkecil kemiringan lereng sehingga dapat memperlambat
aliran air.
3. Pembuatan pematang (guludan) dan saluran air sejajar garis kontur. Pembuatan
pematang bertujuan untuk menahan aliran air.
4. Pembuatan cekdam. Pembuatan cekdam bertujuan untuk membendung aliran air yang
melewati parit-parit sehingga material tanah hasil erosi yang terangkut aliran tertahan
dan terendapkan. Adanya cekdam maka parit-parit erosi lama-kelamaan mengalami
pendangkalan, erosi tanah dapat dikendalikan, lapisan tanah menebal, dan
produktivitas tanah meningkat.

13
Daftar Pustaka

Naomie Geo. Pengelolaan Tanah. Naomie Geo: Pengelolaan Tanah


(naomigeokitty.blogspot.com)

Kesehatan Lingkungan. 2016. Penyehatan Tanah. kesehatan lingkungan: penyehatan


tanah (mynewkesling.blogspot.com)

http://repository.uin-suska.ac.id/5352/3/BAB%20II.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai