Anda di halaman 1dari 26

AIR HUJAN SEBAGAI

SUMBER AIR BERSIH


KELOMPOK 3 2D3A
• Ana Kirana Aisah (P21345120009)
• Annisa Andiani Putri (P21345120012)
• Dindya Luthfiah Faizah (P21345120018)
• Fairuz Atikah Shafarani (P21345120023)
• M. Raihan Rizky Nugroho (P21345120038)
KARAKTERISTIK DAN KUALITAS
AIR HUJAN

1. Karakteristik air hujan


Pengkajian Ph air hujan rata-rata bulanan tertimbang untuk melihat
kecenderungan dan terjadinya hujan asam di P. Jawa. Dilakukan pula
analisis anion dan kation dari ion-ion terbesar dalam air hujan untuk
memahami sumber-sumber yang berperanan dalam kimia air hujan.
Hasil analisis Ph air hujan terlihat kecenderungan penurunan angka Ph
NI14+> Mg2+ sangat berperanan dalam mengontrol keasaman air hujan.
2. Kualitas Air Hujan
Kualitas air hujan (untuk parameter uji Ph, DHL, Nsa, Cl, Ca, NO2, NO3,
NH4) selama hujan buatan masih dalam batas-batas toleransi yang
diterapkan sesuai dengan baku mutu air golongan A. Kualitas air hujan
buatan untuk diperuntukkan bagi pertanian dan perikanan.
CARA MENGUMPULKAN DATA
CURAH HUJAN
Kegiatan pengumoulan data curah hujan :
1. Kegiatan pencatatan dan pembacaan data di masing-masing pos. Kegiatan
ini dilakukan oleh para petugas lapangan/pengamat secara rutin sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan tugas di lapangan yang telah ditetapkan.
2. Kegiatan pengumpulan data lapangan.
3. Menggunakan alat penakar hujan.
• Tipe Hilman
• Tipe Theiss
• Alat penakaran hujan automatik (Automatic Rainfall Recar/ARR)
4. Pelepasan kertas grafik hasil pencatatan jumlah curah hujan
PENGERTIAN CURAH HUJAN,
INTENSITAS CURAH HUJAN, LAMA HUJAN
INTENSITAS

01 CURAH HUJAN
Ketinggian air hujan
02 HUJAN
Jumlah curah hujan
03 LAMA HUJAN
Waktu tertentu
yang terkumpul dalam dalam suatu satuan yang diperoleh
tempat yang datar, waktu tertentu, yang dari banyaknya
tidak menguap, tidak biasanya dinyatakan jumlah hujan.
meresap, dan tidak dalam mm/jam,
mengalir. mm/hari, mm/tahun,
dan sebagainya.
ANALISA CURAH HUJAN
(POINT & AREA)

Penakar hujan merupakan alat pengukur jumlah curah hujan yang


turun ke atas permukaan tanah per satuan luas. Penakar hujan
yang umumnya digunakan bernama ombrometer.Prinsip alat ini
adalah mengukur tinggi jumlah air yang masuk ke alat tersebut.
Sebagai contoh, di satu lokasi pengamatan memiliki curah hujan 20
mm, artinya lokasi tersebut digenangi oleh air hujan setinggi 20
mm (millimeter).
ANALISA CURAH HUJAN TITIK
(POINT)

Definisi curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima
oleh permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi,
dan perembesan ke dalam tanah. Pengukuran curah hujan titik
berbeda dengan curah hujan wilayah. Perbedaannya adalah lokasi,
jika pengukuran curah hujan titik dilakukan di hanya satu lokasi
tertentu sedangkan pengukuran curah hujan wilayah dilakukan di
wilayah yang lebih luas (regional).
Karakteristik hujan adalah hal-hal yang menyangkut jeluk (depth)
curah hujan yang dihubungkan dengan dimensi waktu dan ruang.
Karakteristik data hujan yang dibutuhkan antara lain :

1. Intensitas – menyangkut jeluk hujan persatuan waktu.

2. Frekuensi – menyangkut banyaknya kejadian hujan dalam selang waktu


tertentu.

3. Distribusi – menyangkut daerah persebaran hujan dan pola


penyebabnya.

4. Duration – menyangkut lama nya hujan pada tiap kejadian.


Adapun langkah-langkah dalam menganalisa adalah sebagai berikut :

a. Durasi dan Intensitas Hujan

1. Menghitung selang waktu pengamatan curah hujan

Rumus : t = t2-t1

Keterangan :

t1 = selang waktu pertama

t2 = selang waktu kedua


2. Menghitung lama hujan dengan menjumlahkan tiap selang waktu pengamatan

Rumus : t = t2+t1

3. Menghitung jumlah hujan dengan

Rumus : ∑CH2 = d1 + d2

Keterangan :

∑CH2 = jumlah hujan selang waktu ke dua (mm)

d1 = Jeluk hujan selang pertama (mm)

d2 = Jeluk hujan selang ke dua (mm)


4. Menghitung intensitas hujan tiap selang
waktu pengamatan dengan
5. Membuat grafik presipitasi (x=lama
Rumus : I = d/t hujan dan y=jumlah hujan)

Keterangan : 6. Membuat grafik batang (x=waktu

I = Intensitas hujan (mm/jam) dan y=jeluk hujan)

d = Jeluk hujan (mm) 7. Membuat hietograf (x=lama hujan


dan y=intensitas hujan)
t = Selang Waktu (jam)
b. Frekuensi dan Distribusi Hujan

1. Mengurutkan data curah hujan harian selama setahun


dari yang terbesar hingga yang terkecil

2. Menghitung periode ulangan hujan dengan

Rumus :
3. Menentukan distribusi hujan dengan mencari hujan
rata-rata tiap bulan dengan menjumlahkan jeluk
hujan yang terjadi

4. Membuat grafik batang (x=bulan dan y=curah hujan


bulanan)
ANALISA CURAH HUJAN
WILAYAH (AREA)

Nilai curah hujan rata-rata yang jatuh di suatu kawasan tertentu


disebut curah hujan wilayah. Untuk mengetahui rata-rata curah
hujan wiayah (misalnya daerah aliran sungai) diperlukan data curah
hujan dari beberapa stasiun yang berada pada wilayah tersebut.
Perlunya menghitung curah hujan wilayah adalah untuk
penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan
pengendalian banjir.
Metode yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rata-rata wilayah daerah
aliran sungai (DAS) :
1. Metode Aritmatik
Merupakan metode yang paling sederhana, didasarkan pada pengertian bahwa
tiap stasiun di daerah tersebut menerima curah hujan untuk seluruh daerah,
sehingga dalam perhitungannya tiap stasiun diberi bobot sama.
2. Metode Poligon Theiss
Metode ini memberikan nilai bobot pada tiap stasiun dengan memberi batasan
berupa polygon. Poligon pembatas ini dibuat dengan menarik garis berat atas garis
yang mneghubungkan setiap stasiun. Metode ini mengabaikan efek topografi dan
satu poligon mewakili oleh satu stasiun penakar hujan.
3. Metode Isohyet
Merupakan pendekatan presipitasi wilayah yang terbaik, dengan syarat jumlah
stasiun penakar hujannya memadai dan peletakannya mempertimbangkan
topografi setempat.
Adapun langkah-langkah dalam menganalisa adalah sebagai berikut :

1. Metode Aritmatik

a. Plot semua lokasi stasiun pengukuran dan tinggi hujan yang ada di sekitar daerah
aliran sungai yang akan ditentukan curah hujan wilayahnya.

b. Menentukan berapa banyaknya stasiun pengukuran hujan yang terletak di dalam batas
daerah aliran sungai tersebut.

c. Menjumlahkan tinggi hujan dari sejumlah stasiun pengukuran hujan yang telah
ditentukan pada tahap kerja b.
d. Curah hujan diperoleh dengan cara membagi jumlah tinggi hujan hasil tahap
kerja c dengan banyaknya stasiun pengukuran hujan hasil tahap kerja b. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

R adalah curah hujan wilayah. Ri adalah curah hujan stasiun ke-I, dan n adalah
banyaknya stasiun pengukur hujan yang terletak di dalam adaerah aliran sungai.
2. Metode Poligon Theiss
a. Plot semua lokasi stasiun pengukuran dan tinggi hujan yang ada di sekitar daerah aliran
sungai yang akan ditentukan curah hujan wilayahnya.
b. Menyambungkan setiap stasiun pengukuran hujan dengan stasiun pengukuran
terdekatnya terutama untuk stasiun-stasiunpengukuran hujan yang berada dalam dan
paling dekat dengan batas daerah aliran sungai. Sambungan antar stasiun akan
membentuk deret segitiga yang tidak boleh saling memotong satu sama lain.
c. Menentukan titik tengah dari setiap sisi segitiga kemudian membuat sebuah garis tegak
lurus terhadap masing-masing sisi segitiga tersebut tepat di titik tengahnya.
d. Menghubungkan setiap garis tegak lurus tersebut satu sama lain asehingga membentuk
poligon-poligon dimana setiap polygon hanya diwakili oleh satu stasiun pengukuran
hujan yang berada di dalam atau paling dekat dengan batas daerah aliran sungai.
e. Menentukan luas daerah masing-masing polygon dengan menggunakan planimeter atau
kertas millimeter blok. Jumlah dari luas daerah masing-masing poligonakan sama dengan
total luas daerah aliran sungai.
f. Menentukan persentase luas dari setiap poligon terhadap luas total daerah
aliran sungai.

g. Mengalikan persentase luas setiap polygon (hasil tahap kerja f) dengan tinggi
hujan yang jatuh di dalam poligon-poligon tersebut.
h. Curah hujan wilayah diperoleh dengan cara menjumlahkan perkalian persentase luas
poligon dengan tinggi hujan yang jatuh di dalam poligon tersebut (penjumlahan setiap
perkalia pada tahap kerja g). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

R adalah curah hujan wilayah, Ai adalah luas poligon ke-I, Ri adalah curah hujan stasiun yang
ada di dalam poligon ke-I, dan n adalah banyaknya poligon.
PENAMPUNGAN AIR
HUJAN

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah mengembangkan dua


bentuk pemanfaatan dan pengolahan air hujan untuk air minum. Keduanya
bernama Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Pengolahan Air Siap Minum
(ARSINUM). Berdasarkan ulasan yang diterbitkan BPPT, SPAH terdiri atas
Penampungan Air Hujan (PAH) dan pengolahan air hujan.

Prinsip dasar PAH adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap
bangunan melalui talang air untuk dialirkan ke tangki penampung. Limpasan air
dari tangki penampung yang telah penuh lalu di salurkan ke sumur resapan.
PAH terdiri dari beberapa komponen sebagaimana dicantukam dalam :
DAFTAR PUSTAKA
Setyawaty, dkk. 2014. Penampungan Air Hujan. Bandung: PUSKIM
Dasanto Bambang Dwi, Muin Sisi Febriyanti. 2013. Modul MATA KULIAH:
HIDROLOGI. Program Diploma IPB. Bogor
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Handajani Novie. 2005. Jurnal Rekayasa Perencanaan Analisa Distribusi Curah
Hujan dengan Kala Ulang Tertentu. Staf Pengajar Teknik Sipil UPN “Veteran”
Jawa Timur. Vol 1, No. 3, Juni 2005.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai