Anda di halaman 1dari 42

TEORI DASAR

A. Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi adalah bagian awal dalam perencanaan bangunan-bangunan hidraulik.

Bangunan hidraulik dalam bidang teknik sipil bisa berupa bending, gorong-gorong, bangunan

pelimpah, tanggul penahan banjir dan masih banyak lagi. Ukuran dan karakteristik bangunan itu

tergantung pada tujuan pembangunan dan informasi dari analisis hidrologi. Bangunan – bangunan

harus dirancang dengan perancangan yang benar sehingga diharapkan akan dapat menghasilkan

rancangan yang memuaskan. Yang dimaksud memuaskan adalah bangunan hidraulik itu harus bisa

berfungsi dengan baik dalam jangka waktu yang ditetapkan (Harto, 1993).

Analisis hidrologi memiliki langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan daerah aliran sungai beserta luasnya.

2. Menentukan luas pengaruh daerah stasiun-stasiun hujan.

3. Menentukan curah hujan maksimum harian rata-rata melalui data curah hujan yang ada.

4. Pengukuran dispersi

5. Pemilihan jenis sebaran

6. Uji kecocokan sebaran yang akan dipakai

7. Menganalis curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.

8. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan rencana dengan periode

ulang T tahun.

Pada penelitian ini akan digunakan beberapa data curah hujan diantaranya data curah hujan rata-

rata wilayah, data curah hujan tahunan, bulanan dan juga data harian maksimum akan dicari dengan

menggunakan data curah hujan stasiun terdekat dari lokasi Proyek Bendungan Pamukkulu’ dan

setelah itu akan diolah menjadi data curah hujan rata-rata dengan 4 cara diantaranya adalah Distribusi

Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person Type III dan Distribusi Gumbel.

1. Curah Hujan Rata-Rata Daerah


Curah hujan rata-rata daerah adalah nilai rata-rata curah hujan yang dihitung dari
beberapa stasion hujan yang berada di dalam atau di sekitar wilayah / daerah
tangkapan hujan tertentu.
Interpretasi & Pengolahan Data Hujan
a. Data yang diperlukan :
 Peta stasion Hujan / Stasion Klimatologi
 Curah hujan jam-jaman (kalau ada)
 Curah hujan harian
b. Melengkapi Data Hujan yang “Hilang”
 Yang dimaksud data hujan yang “hilang” adalah data hujan yang tidak tercatat
pada format pencatatan data.
 Kemungkinan penyebabnya ialah: alat rusak atau kelalaian petugas
 Pemecahan masalah :
 Manfaatkan data dari stasion hujan terdekat sebagai data pembanding.
 Jumlah stasion pembanding minimal 3 (tiga) stasion
 Data pembanding yang dibutuhkan adalah curah hujan harian (ri) dan
curah hujan rata-rata tahunan (Ri)
2. Analisa Curah Hujan Rancangan (Analisis Frekuensi)
a. Pengertian :
 Curah hujan rancangan adalah curah hujan dengan periode ulang (T) tertentu
yang diperlukan untuk menghitung debit rancangan.
 Debit rancangan adalah debit dengan periode ulang (T) tertentu yang
diperlukan untuk merancang saluran atau bangunan tertentu.
b. Penentuan Periode Ulang (T) :
 Umur ekonomis bangunan
 Besaran resiko yang akan ditanggung jika curah hujan / banjir yang terjadi
lebih besar dari curah hujan / banjir rancangan
 Tambahan biaya investasi yang dibutuhkan jika digunakan curah hujan / debit
rancangan yang periode ulangnya lebih besar.
 Ketersediaan dana untuk membiayai pembangunan konstruksi
c. Metode Analisis :
1) Distribusi Normal
𝑿𝒕 = 𝑿+ 𝑲𝑻 𝑺
Xt = curah hujan rencana (mm/hari)
𝑋 = curah hujan maksimum rata-rata (mm/hari S=
Simpangan Bak
KT = faktor frekuensi (Nilai variable reduksi Gauss)
2) Metode Gumbel (Metode Nilai Ekstrim)
Hitung curah hujan dalam periode T tahun.

X1 = 𝑋̅ + Kt + Sx

(Soewarno, 1995)

Dimana :

Xt = curah hujan dengan periode ulang tahun t tahun tertentu (mm)

t = periode ulang

𝑋̅ = curah hujan harian rata-rata (mm)

3) Hitung nilai faktor frekuensi (K)

𝑌𝑡−𝑌𝑛
Kt = 𝑆𝑛

(Soewarno, 1995)

Dimana :

Yt = reduced variated

Yn = reduced mean

Sn = reduced standart deviation

4) Menghitung standar deviasi

∑ 𝑋 2 −(𝑋𝐼−𝑋)2
Sr = √ 𝑛−1

(Soewarno, 1995)

Dimana :

Sr = Standar Deviation
n = jumlah pengamatan (tahun)

Tabel 2. Nilai-nilai YT untuk beberapa periode ulang


Tabel 3. Reduksi nilai rata-rata, Yn

Tabel 4. Reduksi Standar Deviasi, Sn

5) Metode Log Pearson Tipe III

Prosedur untuk menentukan kurva distribusi Log Person Type III, adalah sebagai berikut :

1. Menentukan logaritma dari semua nilai variat x.

2. Menghitung nilai rata-rata, dengan rumus :

∑ 𝑛
̅̅̅̅̅̅̅̅̅ log(𝑋)
log(𝑋) = 𝑖=1 𝑛

Dimana :

n = jumlah data

3. Menghitung standar deviasi dari logaritma X

̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ∑𝑛 ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑖=1 log(𝑋)−log(𝑋)
S log(𝑋) = 𝑛−1

Menghitung koefisien kemencengan

∑𝑛 (log(𝑋) ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑖=1 log(𝑋))2
Cs = (𝑛−1)(𝑛−2)(𝑆 log 𝑋))3
Sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut :

̅̅̅̅̅̅̅̅̅ + k ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
log (X1) = log(𝑋) (𝑆 log(𝑋))

Tabel 5. Nilai-nilai K untuk Distribusi Log Pearson Tipe III

3. Perhitungan Debit Rancangan dan Intensitas Curah Hujan


a. Pengertian
Debit rancangan adalah debit dengan periode ulang (T) tertentu yang diperlukan
untuk merancang saluran atau bangunan tertentu.
Data-data yang diperlukan
Data-data yang diperlukan untuk perhitungan debit rancangan, antara lain :
 Data curah hujan: diolah dan dianalisis untuk menentukan Curah Hujan
Rancangan
 Data teknis jaringan:
 Peta Situasi & Tata Letak Jaringan, digunakan untuk :
 Menentukan rancangan pembebanan aliran dan batas daerah
tangkapan hujan (DTH, Catchment Area)
 Menentukan panjang dan kemiringan medan / saluran.
 Peta Tata Guna Lahan & RUTR, digunakan untuk :
 Menginterpretasi karakteristik daerah tangkapan hujan (menentukan
koefisien limpasan) dan kapasitas tambahan untuk pengembangan
b. Metode Analisis
 Metode yang lasim digunakan untuk menentukan debit rancangan pada sistem
drainase adalah Metode Rasional
 Asumsi yang digunakan:
 Curah hujan tersebar merata di seluruh daerah tangkapan hujan (DTH)
atau catchment area
 Debit maksimum tercapai jika seluruh daerah tangkapan hujan telah
menyumbangkan alirannya pada penampang sungai / saluran yang
ditinjau; dengan kata lain durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi.
 Rumus yang digunakan:
Q = f. C . I . A
Dimana : f = faktor konversi satuan
Q = debit rencana [m3/detik]
C = koefisien pengaliran atau koefisien limpasan (Runoff
coefficient)
I = intensitas curah hujan [mm/jam atau mm/hari]
B. ASPEK HIDROLIKA
Hidrolika merupakan satu topik dalam Ilmu terapan dan keteknikan yang berurusan
dengan sifat-sifat mekanis fluida, yang mempelajari perilaku aliran air secara mikro
maupun makro. Mekanika Fluida meletakkan dasar-dasar teori hidrolika yang
difokuskan pada rekayasa sifat-sifat fluida. Dalam tenaga fluida,hidrolika digunakan
untuk pembangkit, kontrol, dan perpindahan tenaga menggunakan fluida yang
dimampatkan. Topik bahasan hidrolika membentang dalam banyak aspeksainsdan
disiplin keteknikan, mencakup konsep-konspen seperti aliran tertutup (pipa),
perancangan bendungan,pompa,turbin, tenaga air, hitungan dinamika fluida,
pengukuran aliran, serta perilaku aliran saluran terbuka sepertisungaidan selokan.Kata
Hidrolika berasal dari bahasa Yunani hydraulikos, yang merupakan gabungan dari
hydro yang berarti air dan aulos yang berarti pipa.Pada masaRomawi Kunotelah
dikembangkan beragam penerapan hidrolika, mencakup penyediaan air untuk umum,
sejumlah Aqueduct,kincir air, pertambangan hidrolis. Romawi Kuno termasuk
golongan awal yang menggunakan prinsipsiphonuntuk membawa air melintasi lembah,
serta menggunakan teknik tertentu bernamahushingdalam pertambangan. Mereka
menggunakan timbal dalam sistem pemipaan untuk suplai domestik dan umum, semisal
pemandian umum pada masa itu. Pada masa kejayaanIslam, terobosan dalam mekanika
fluida oleh fisikawan muslim semisalAbu Rayhan al-Biruni (973-1048) dan Al-Khazini
(penemu keseimbang-anhidrostatispada tahun 1121), menghantarkan berbagai inovasi
di bidang hidrolika dari insinyur-InsinyurArabdan para penemu. Kerajaan Arab telah
menemukan sistem pengairan domestik semisal sistem pembilasan dan sistem
transportasi air yang berdampak baik pada pertanian.
Hidrolika juga merupakan bagian dari “hidrodinamika” yang terkait dengan gerak
air atau mekanika aliran.Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran yaitu
aliran saluran tertutupdanaliran saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut dalam
banyak hal mempunyai kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan penting.
Perbedaan tersebut adalah pada keberadaan permukaan bebas, aliran saluran terbuka
mempunyai permukaan bebas, sedangkan aliran saluran tertutup tidak mempunyai
permukaan bebas karena air mengisi seluruh penampang saluran.Dengan demikian
aliran saluran terbuka mempunyai permukaan yang berhubungan dengan atmosfer,
sedang aliran saluran tertutup tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan
atmosfer.
Seperti yang telah kita ketahui, air mengalir dari hulu ke hilir, mengalir dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah (kecuali ada gaya atau tekanan yang
menyebabkan aliran kearah sebaliknya) sampai mencapai suatu elevasi permukaan air
tertentu, misalnya :Permukaan air di danau dan Permukaan air di laut.Perjalanan air
dapat juga ditambah oleh bangunan-bangunan yang dibuat oleh manusia, seperti :
Saluran Irigasi,Pipa,Gorong-gorong,talang, shypon, dan Saluran buatan yang lain atau
kanal. Walau pada umunya perencanaan saluran ditunjukkan untuk karakteristik
saluran buatan, namun konsep hidraulikanya dapat juga diterapkan sama baiknya pada
saluran alam.Apabila saluran terbuka terhdapa atmosfer, seperti sungai, kanal, gorong-
gorong, maka alirannya disebut Aliran saluran terbuka atau Aliran permukaan
bebas.Apabila aliran mempunyai penampang penuh seperti aliran melalui suatu pipa,
disebut Aliran saluran tertutup atau Aliran penuh.
Jenis-jenisaliran:Berdasarkan waktu pemantauan adalah :
 Aliran Tunak (Steady Flow)

 Aliran Taktunak (unsteady Flow)

Berdasarkan ruang pemantauan adalah :


 Aliran Seragam (Uniform flow)

 Aliran Berubah (Varied flow)


Karakteristi kaliran
Tipe aliran Kecepatan rata-rata Kedalaman
Steady, uniform V = konstan y = konstan
Steady, nonuniform V = V (x) y = y (x)
Unsteady, uniform V = V (t) y = y (t)
Unsteady, non uniform V = V (x,t) y = y (x,t)

Tipe aliran yang mungkin terjadi pada saluran terbuka adalah :


 Aliran Berubah Cepat (Rapidly Varied Flow)

 Aliran Berubah Lambat (Gradually varied flow)

Pada prinsipnya peranan hidrolika dalam perancangan drainase mencakup 3 (tiga) aspek
utama, yaitu :
(1) Mengevaluasi kapasitas jaringan yang ada (jaringan eksisting)
(2) Merancang saluran dan bangunan
(3) Mensimulasikan aliran pada jaringan drainase dengan bantuan software, misalnya
SMS, HECRAS, dsb.
1. Evaluasi kapasitas jaringan yang ada (jaringan eksisting)
Jaringan eksisting perlu dievaluasi secara berkala, mengingat bahwa :
 PUH yang digunakan relatif kecil (5 atau 10 tahun), sedangkan perkembangan
kota relatif pesat. Hal ini terutama berdampak pada peningkatan debit banjir
akibat perubahan tata guna lahan (peningkatan koefisien limpasan)
 Pembangunan jaringan yang baru memerlukan biaya besar terutama untuk
pembebasan lahan
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui apakah dimensi saluran yang ada
(saluran eksisting) masih bisa dipertahankan atau tidak. Berdasarkan hasil evaluasi
tersebut dirumuskan alternatif pemecahan masalahnya.
2. Merancang Saluran dan bangunan
Perancangan saluran pada prinsipnya berarti menentukan dimensi saluran
dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi
medan sedemikian rupa sehingga saluran tersebut mampu mengalirkan debit sesuai
debit rancangan tanpa menimbulkan pengendapan dan penggerusan pada tubuh
saluran.
 Agar tidak terjadi pengendapan :
V rencana > V minimum yang diizinkan
 Agar tidak terjadi penggerusan :
V rencana < V maksimum yang diizinkan

Asumsi yang digunakan :

1) Pada setiap ruas saluran dianggap bahwa alirannya adalah aliran tunak dan debit
yang digunakan adalah debit maksimum yang mungkin terjadi pada ruas saluran
tersebut.
2) Pada setiap ruas saluran dianggap bahwa alirannya adalah aliran seragam. Dengan
demikian prinsip dan rumus-rumus aliran seragam berlaku.

Rumus Aliran seragam yang lasim digunakan adalah Rumus Manning :

 Dalam satuan SI / Metric :


1 2 1
V R S
3 2

n
 Dalam satuan British :

Nilai n-Manning dapat dilihat pada Tabel 5.6. (Chow V.T., Hidrolika Saluran
Terbuka)
3. Kriteria Perencanaan
a. Kriteria hidrolis
 Kecepatan aliran yang terjadi harus dalam batas kecepatan maksimum dan
minimum.
 Bentuk penampang disesuaikan dengan fungsi, kapasitas dan kondisi
setempat.
 Kemiringan dasar saluran sedapat mungkin disesuaikan dengan kemiringan
medan.
 Elevasi muka air harus tetap memungkinkan masuknya aliran dari saluran
cabang dan/atau lahan sekitarnya
 Kelancaran aliran dari inlet jalan harus diperhitungkan, terutama menyangkut
letak, bentuk, jarak dan dimensi inlet jalan
 Pada penentuan dimensi saluran harus disediakan tinggi jagaan yang cukup
b. Kriteria konstruksi
 Pemilihan bentuk dan dimensi konstruksi harus mempertimbangkan
ketersediaan bahan konstruksi, ketahanan, fungsi hidrolis dan biaya
 Pemilihan jenis dan mutu bahan, harus sesuai persyaratan desain, mudah
diperoleh dan tersedia dalam jumlah yang cukup
 Analisa kekuatan dan kestabilan harus memperhitungkan semua beban yang
mungkin bekerja, umur layanan dan daya dukung tanah/pondasi
 Kehadiran atau keberadaan konstruksi tidak mengganggu fungsi bangunan
yang lain
 Murah dan mudah dalam pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan

C. BANGUNAN PELINTAS
1. Gorong – gorong
Gorong-gorong atau reinforced concrete pipe adalah konstruksi saluran air
yang di bangun untuk memberikan jalan agar air mengalir menuju aliran pebuangan.
Potongan melintang yang dimiliki desain saluran drainase ada yang diposisikan
berada di atas permukaan, tetapi dapat juga potongannya di buat tenggelam. Gorong-
gorong dengan potongan melintang di atas berfungsi sebagai saluran air terbuka.
Sehingga benda apa saja dapat mengalir melewati saluran air.

Fungsi gorong gorong sebagai konstruksi drainase saluran air

Pelaksanaan prosedur kerja saluran air drainase harus di bedakan berdasarkan


penempatannya, seperti untuk pembuangan silang, atau saluran air di bawah jalan.
Jika saluran air diperuntukan sebagai pembuangan silang maka fokus lebih
diutamakan pada pencegahan kebocoran.

Berbeda lagi fokusnya ketika konstruksi saluran air berada di bawah jalan.
Maka konstruksi harus mampu menahan beban yang berada di atas bangunan.
Gorong-gorong yang dipasang jumlahnya lebih kecil dari ukuran jembatan
penyeberangan.
Material pembuatan gorong-gorong bisa dari baja galvanis, beton,
polyethylene dengan density yang tinggi. Sementara pada prosedur pemasangan,
biasanya satu desain saluran air dapat mengkombinasikan material agar
menghasilkan struktur drainase yang sempurna. Seperti menggabungkan besi baja
dengan beton.

3 Jenis gorong gorong untuk drainase

a. Gorong gorong pipa baja bergelombang

Material utama terbuat dari corrugated steel pipe atau pipa baja
bergelombang. Saluran air yang berdesain multi plate pipe, bisa memiliki
beberapa fungsi tidak hanya saluran air, salah satunya dapat menjadi akses
jalan seperti jembatan kecil.

Umumnya gorong-gorong pipa baja dipilih lantaran dari segi harga


tergolong murah. Disamping itu proses pengerjaan tidak memakan waktu
terlalu lama. Karena sudah di set dari pabrik, sehingga pekerja tidak perlu lagi
melakukan instalasi khusus. Masa waktu pemakain tergolong lama, yakni 25
tahun. Jika nantinya akan di lakukan pembaruan, pipa baja yang lama dapat
langsung dipindahkan.

b. Gorong gorong pvc atau polyvinyl chlorida

Gorong-gorong ini terbuat dari pipa plastic dengan destiny tinggi.


Untuk pengaplikasiannya lebih sering pada area-area kecil yang tidak
memerlukan tekanan beban besar. Seperti saluran air di pemukiman warga.

c. Gorong gorong beton pracetak

Proses pengerjaan gorong-gorong beton langsung di tempat, namun


tidak sedikit yang sudah di produksi menjadi beton precast oleh pabrik.
Biasanya di aplikasikan pada medan yang membutuhkan daya tahan terhadap
beban tinggi.

Dimensi dan ukuran gorong-gorong beton mengikuti lokasi serta


besarnya debit air yang harus di tampung. Saluran air gorong gorong beton
bisa berbentuk segi empat atau biasa disebut dengan box culvert. Dan ada juga
gorong gorong beton sistem terbuka yang berbentuk seperti huruf U, yaitu u-
ditch beton.

Kedua jenis gorong gorong beton ini mempunyai spigot serta socket
pada bagian sudut-sudutnya. Dimana berfungsi mencegah air tanah masuk.
Spigot dan socket memiliki kemampuan menjaga stabilitas konstruksi saluran
drainase. Karena ukurannya yang besar, sering di fungsikan juga sebagai
jembatan.
Metode Pengaplikasian Gorong gorong sebagai saluran air

Reinforced concrete pipe merupakan salah satu jawaban untuk


optimasi lahan bangunan agar sanggup mengalirkan air. Sementara di
waktu yang bersamaan permukaan gorong-gorong bisa dimanfaatkan
sebagai fasilitasprasarana lainnya, seperti rel kereta api dan jalan raya.

Ada dua sistem yang biasanya di pergunakan


memperbaiki fungsisaluran air, di antaranya adalah :

 Sistem Drainase Major atau Primer, mempergunakan hitungan


pribadi untuk mengetahui skala dimensi dan luas gorong-gorong
nantinya. Dengan di buatnya drainase mayor, maka resiko terjadi
banjir bisa dihindari. Saluran air akan mencakup seluruh kanal-
kanal serta sungai. Sebab saluran air drainase di bangun untuk
mengalirkan air dalam debit besar.
 Sistem Drainase Mikro, umumnya pengaplikasiannya kepada
gorong- gorong dipinggir jalan yang debit airnya terbilang lebih
kecil. Nantinya air pembuangan sertaair hujan harus mengalir ke
situ. Sebab air yang menggenang terlalu lama, menandakan ada
masalah terhadap saluran drainase.

2. Inlet
Inlet adalah bangunan pelengkap pada sistem drainase yang merupakan
lubang ataubukaan pada sisi – sisi jalan yang berfungsi untuk menampung
dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang ruas jalan
menuju ke dalam saluran drainase. Sesuai dengan kondisi dan penempatan
saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis saluran terbuka tidak
diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan
bukaan bebas.
a 20 b 254 200 54
1 2
1 7

A1
B1
g 200 A I A

A3 B II B 300 c

4 3

B3
C1

5 6
f 200 C4 III C2

C3 D1

8 9

E1 D4 IV D2 300 d

e 200
E4 V E2
D3
E3

10
11 12
B. Aspek Hidrologi
Data Hujan
`
No Tahun Stasiun A Stasiun C
(mm) Stasiun B (mm) (mm)
1 2011 58.20 33.50 57.40
2 2012 60.96 77.30 71.50
3 2013 81.80 31.40 51.50
4 2014 67.50 45.69 68.30
5 2015 92.60 92.00 86.40
6 2016 83.10 98.00 63.99
7 2017 67.40 67.50 76.40
8 2018 76.10 85.20 71.30
9 2019 54.10 93.30 61.40
10 2020 74.20 88.50 61.50
11 2021 58.20 33.50 57.40
12 Average 71.60 71.24 66.97

1. Hitung curah hujan wilayah dengan metode aljabar

𝑅1+𝑅2+𝑅3 71.60+71.24+66.97
Jawab : 𝑅̅ = = = 69.93 mm
𝑁 3
2. Hitung analisis frekuensi dan distribusi curah hujan rencana
Jawab :
a. Metode Normal

Perhitungan Parameter Statistik Metode normal


Curah (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi - (Log Xi -
No. Xa
Hujan (Xi) rerata Log X) rerata Log X)2 rerata Log X)3 rerata Log X)4
1 49.70 69.93 -20.234 409.415 -8284.098 167620.442
2 54.90 69.93 -15.034 226.021 -3398.002 51085.563
3 60.50 69.93 -9.434 89.000 -839.629 7921.063
4 69.60 69.93 -0.334 0.112 -0.037 0.012
5 69.92 69.93 -0.014 0.000 0.000 0.000
6 70.43 69.93 0.496 0.246 0.122 0.061
7 74.73 69.93 4.796 23.002 110.316 529.074
8 77.53 69.93 7.596 57.699 438.283 3329.200
9 81.70 69.93 11.766 138.439 1628.870 19165.289
10 90.33 69.93 20.396 415.997 8484.671 173053.351
TOTAL 69.93 69.93 1359.930 -1859.504 422704.056

2
∑(Xi- X) ) ̅̅̅̅
1359.930
S= √ n-1 =√ 9 = 12,292

𝑛 (𝑋𝑖−𝑋)3 10 (−1859.504)
CS = = = -0.139
(𝑛−1)(𝑛−2). 𝑆 3 (10−1)(10−2). (12.292)3

𝑛 ( 𝑛∓1)(𝑋1−𝑋)4 3 (𝑛−1)2 10 ( 10∓1) (422704.056) 3 (10−1)2


CK = { } - = { } -
(𝑛−1)(𝑛−2).(𝑆)4 (𝑛−2)(𝑛−3) (10−1)(10−2).12.2924 (10−2)(10−3)

= -0.298

𝑆 12.292
CV = = = 0.176
𝑋 69.93

Tabel perhitungan curah hujan rancangan metode normal


T PUT ( Tahun) X K S XT
2 2 69.93 0.00 12.292 69.850
5 5 69.93 0.84 12.292 80.158
10 10 69.93 1.28 12.292 85.557
25 25 69.93 1.64 12.292 89.974
50 50 69.93 2.05 12.292 95.006
100 100 69.93 2.35 12.292 98.687
b. Metode Gumbel

Perhitungan Parameter Statistik Metode Gumbel


No Xi Xi - Xm (Xi - Xm)2
1 49.70 -20.235 409.439
2 54.90 -15.035 226.039
3 60.50 -9.438 89.068
4 69.60 -0.335 0.112
5 69.92 -0.015 0.000
6 70.43 0.498 0.248
7 74.73 4.798 23.025
8 77.53 7.598 57.736
9 81.70 11.762 138.354
10 90.33 20.398 416.095
Jumlah 699.3 0.000 1360.116
Rata-
rata 69.9346
Sx 12.2933
Cv 0.1758
Cs -0.1390
Ck -0.2988
Tabel perhitungan curah hujan rancangan metode gumbel
T (Thn) YT Yn Sn KT Xm Sx XT
2 0.3665 0.4952 0.9436 -0.1364 69.93 12.29 68.26
5 1.4999 0.4952 0.9436 1.0648 69.93 12.29 83.02
10 2.2502 0.4952 0.9436 1.8599 69.93 12.29 92.80
25 3.1985 0.4952 0.9436 2.8649 69.93 12.29 105.15
50 3.9019 0.4952 0.9436 3.6103 69.93 12.29 114.32
100 4.6001 0.4952 0.9436 4.3503 69.93 12.29 123.41

𝑌𝑡−𝑌𝑛 0.3665−0.4952
= = -0.1364
𝑆𝑛 0.9436
(𝑋𝑖−𝑋 )2 1360.116
S=√ =√ = 12.29
𝑛−1 10−1

𝑌𝑡−𝑌𝑛
𝑋𝑇 = X + . s = 69.93 + (-0.1364) . 12.29 = 68.26
𝑆𝑛
c. Metode Distribusi Log Pearson Type III
Perhitungan Parameter Statistik Metode log pearson type III
No Xi Log Xi Log Xi – Log X (Log Xi - Log X)2 (Log Xi - Log X)3
1 49.70 1.6964 -0.1420 0.020168 -0.002864
2 54.90 1.7396 -0.0988 0.009761 -0.000964
3 60.50 1.7817 -0.0566 0.003208 -0.000182
4 69.60 1.8426 0.0042 0.000018 0.000000
5 69.92 1.8446 0.0062 0.000039 0.000000
6 70.43 1.8478 0.0094 0.000088 0.000001
7 74.73 1.8735 0.0351 0.001235 0.000043
8 77.53 1.8895 0.0511 0.002613 0.000134
9 81.70 1.9122 0.0738 0.005452 0.000403
10 90.33 1.9558 0.1175 0.013801 0.001621
Jumlah 18.3837 0.056382 -0.001808
Rata-
rata 1.8384
Slog X 0.0791
Cv 0.0431
Cs -0.5065

Log Xi = Log 49.70 = 1.6964


Log Xi – Log X = 1.6964- 49.70 = -0.1420

(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖−𝐿𝑜𝑔𝑋)2 (0.056382 )2


S =√ =√ = 0.0791
𝑛−1 10−1

(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔𝑋)2 = (−0.1420)2


= 0.020168
(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔𝑋)3 = (−0.1418)3
= -0.002864
𝑛 (𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖−𝐿𝑜𝑔 𝑋)3 10 (−0.001808)3
Cs =
(𝑛−1)(𝑛−2). 𝑆 3
= = -0.5065
(10−1)(10−2). 0.07913

Tabel perhitungan curah hujan rancangan metode log pearson type III
T (Thn) Cs K Rerata Log X Slog X Log XT XT
2 -0.5065 0.0836 1.8384 0.0791 1.8450 69.98
5 -0.5065 0.8451 1.8384 0.0791 1.9053 80.40
10 -0.5065 1.2075 1.8384 0.0791 1.9339 85.89
25 -0.5065 1.5590 1.8384 0.0791 1.9618 91.57
50 -0.5065 1.771 1.8384 0.0791 1.9785 95.18
100 -0.5065 1.951 1.8384 0.0791 1.9928 98.36
Log XT = Log X + K . S
= 1.8384 + 0.0836 . 0.0791
= 1.8450
XT = 10logXt
= 101.8450
= 69.98
Hasil
No. Metode Distribusi Syarat Keterangan
Perhitungan
Cs = -0.1390 Cs < 1.1396
1 Distribusi Gumbel Memenuhi
Ck = -0.2988 Ck < 5.4002
2 Distribusi Normal Cs = -0.139 Cs < 0.1 Tidak memenuhi
Distribusi Log Pearson Tipe
3 Cs = -0.5065 Cs = 3 Tidak memenuhi
III

Dari hasil pengujian yang dilakukan diatas, jenis sebaran yang memenuhi syarat adalah
sebaran pada metode Gumbel.
3. Hitung Intensitas Hujan dengan Metode Mononobe
a. Kala Ulang 2 Tahun
b. Kala Ulang 5 Tahun
c. Kala Ulang 10 Tahun

Penyelesaian :
Mencari Luas Lahan
AL = m + n
AL Petak I = 20 . 200 = 4.000 m atau 0.4 Ha

Panjang Lebar Luas


PETAK
(m) (m) (Ha)
I 20 200 0.4
II 254 300 7.62
III 200 20 0.4
IV 254 300 7.62
V 20 200 0.4

 Mencari Panjang lahan terjauh

Lt = √𝑚 2 + 𝑛2 = √202 + 2002 = 201 m pada petak I

 Menghitung kemiringan lahan

𝐸𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐸𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
St = . 100%
𝐿𝑡
26.05 − 24.82
= . 100% = 0.6115% pada petak I
201
Luas Areal Elevasi ( m ) Panjang lahan ( Lt ) Kemiringan
No Petak
( Ha ) Awal Akhir (m) Lahan ( % )
1 I 0.40 26.05 24.82 201.00 0.61195
2 II 7.62 26.45 23.01 393.09 0.87513
3 III 0.40 25.33 22.95 201.00 1.18409
4 IV 7.62 24.33 22.5 393.09 0.46555
5 V 0.40 23.7 22.5 201.00 0.59702
Jumlah 16.44

 Menghitung Kemiringan saluran

Eawal − Eakhir 25.45 − 24.82


Sal I2 – I3 = . 100% = . 100% = 0.32%
Panjang lahan 200
Elevasi ( m ) Panjang Kemiringan
No Saluran
Awal Akhir Saluran ( m ) Saluran ( % )
1 SAL. II2 - II5 25.45 23.01 300 0.81
2 SAL. IV5 - IV11 23.01 22.50 300 0.17
3 SAL. II6 - II5 24.33 23.01 254 0.52
4 SAL. IV12 -IV11 23.95 22.50 254 0.57
5 SAL. I2 - I3 25.45 24.82 200 0.32
6 SAL. I4 -I3 25.33 24.82 20 2.55
7 SAL. III3 - III9 24.82 22.95 200 0.94
8 SAL. III8 - III9 23.70 22.95 20 3.75
9 SAL. V9 - V11 22.95 22.50 200 0.23
10 SAL. V10 - V11 23.05 22.50 20 2.75
Diketahui data-data sebagai berikut :
1. Sal I2 – I3 : AL = 0.4 Ha atau 4.000 m
AJ = 0.16 Ha atau 1600 m
Ls = 200 m
Lt = 201 m
St = 0.0061
CJ = 0.8
CL = 0.7

𝐿𝑡 0.77
to = 0.0197. [ ]
√𝑆𝑡

201 0.77
= 0.0197. [ ]
√0.0061
= 8.318 menit
Ls
Td = V = 0.4 m/det
V
200
=
0.4 .60
= 8.333 menit
Tc = to + td
= 8.318 + 8.333
= 16.651 menit
2tc
Cs =
2tc+td
2(16.651)
=
2(16.651)+8.333

= 0.800
CJ .AJ+CL .AL
Ct =
AJ+AL

(0.8 . 0.16+(0.7 . 0.4)


=
0.16+0.4
= 0.729
Periode ulang 2 tahun untuk saluran tersier
Penentuan intensitas dengan Metode Mononobe untuk periode ulang T = 2 Tahun
Dimana : Tc = 16.651 menit = 0.27752831 detik
R2 tahun = 68.2600
2
𝑅24 24
I2 = . [ ]3
24 𝑡
2
68.2600 24 3
= 24
. [0.27752831 ]

= 55.619 m/detik
Qs = 0.00278 . Cs . Ct . I . A
= 0.00278 . 0.800 . 0.729 . 55.619 . 4000
= 360.423 m3/jam atau 0.10012 m3/detik
Qkumulatif = Q + Qs
= 0 + 0.10012
= 0.10012 m3/detik
2. Sal III3 – III9 : AL = 0.4 Ha atau 4.000 m
AJ = 0.16 Ha atau 1600 m
Ls = 200 m
Lt = 201 m
St = 0.0118
CJ = 0.8
CL = 0.7

𝐿𝑡 0.77
to = 0.0197. [ ]
√𝑆𝑡

201 0.77
= 0.0197. [ ]
√0.0118
= 6.4516 menit
Ls
Td = V = 0.4 m/det
V
200
=
0.4 .60
= 8.333 menit
Tc = to + td
= 6.4516 + 8.333
= 14.7850 menit
2tc
Cs =
2tc+td
2(14.7850)
=
2(14.7850)+8.333

= 0.7801
CJ .AJ+CL .AL
Ct =
AJ+AL

(0.8 . 0.16+(0.7 . 0.4)


=
0.16+0.4
= 0.729
Periode ulang 5 tahun untuk saluran sekunder
Penentuan intensitas dengan Metode Mononobe untuk periode ulang T = 5 Tahun
Dimana : Tc = 14.7850 menit = 0.246416 detik
R5 tahun = 83.0200 m
2
𝑅24 24
I2 = . [ ]3
24 𝑡
2
83.0200 24 3
= .[ ]
24 0.246416

= 73.22617 m/detik
Qs = 0.00278 . Cs . Ct . I . A
= 0.00278 . 0.780 . 0.729 . 72.22617 . 4000
= 462.8251 m3/jam atau 0.128563 m3/detik
Qkumulatif = Q (SAL I2 – I3) + Q (Sal III3 – III9)
= 0.1001 + 0.1724 + 0.128563
= 0.4011 m3/detik
3. Sal V9 – V11 : AL = 0.4 Ha atau 4.000 m
AJ = 0.16 Ha atau 1600 m
Ls = 200 m
Lt = 201 m
St = 0.0060
CJ = 0.8
CL = 0.7

𝐿𝑡 0.77
to = 0.0197. [ ]
√𝑆𝑡

201 0.77
= 0.0197. [ ]
√0.0060
= 8.3978 menit
Ls
Td = V = 0.4 m/det
V
200
=
0.4 .60
= 8.333 menit
Tc = to + td
= 8.3978 + 8.333
= 16.7312 menit
2tc
Cs =
2tc+td
2(16.7312)
=
2(16.7312)+8.333

= 0.8006
CJ .AJ+CL .AL
Ct =
AJ+AL

(0.8 . 0.16+(0.7 . 0.4)


=
0.16+0.4
= 0.729
Periode ulang 10 tahun untuk saluran primer
Penentuan intensitas dengan Metode Mononobe untuk periode ulang T = 10 Tahun
Dimana : Tc = 16.7312 menit = 0.278853 detik
R10 tahun = 92.8000 m
2
𝑅24 24 3
I2 = . [ ]
24 𝑡
2
92.8000 24 3
= .[ ]
24 0.278853
= 75.375508 m/detik
Qs = 0.00278 . Cs . Ct . I . A
= 0.00278 . 0.801 . 0.729 . 75.375508 . 4000
= 488.9108 m3/jam atau 0.135809 m3/detik
Qkumulatif = Q (SAL III3 – IIII9) + Q (Sal III8 – III9) + Qs
= 0.4011 + 0.1985 + 0.1358
= 0.7353 m3/detik
Tabel Debit Rencana Untuk Periode Ulang 2 Tahun (Saluran Tersier)

Q
Q Kumulatif
No Nama saluran Aliran Permukaan Aliran dalam saluran tc Cs Cr Curah Hujan Luas (A) Rencana
(m3/det)
(m3/det)
Lt St to Ls V td T I

(m) menit (m) m/dtk menit menit Thn m/dtk m2


1 SAL. II2 - II5 393.09 0.0088 12.149 300 0.40 12.500 24.649 0.798 0.315 2 0.01190 76200 0.6337 0.6337
2 SAL. II6 - II5 393.09 0.0088 12.149 254 0.40 10.583 22.732 0.811 0.313 2 0.01255 76200 0.6752 0.6752
3 SAL. IV12 -IV11 393.09 0.0047 15.490 254 0.40 10.583 26.073 0.831 0.313 2 0.01146 76200 0.6315 0.6315
4 SAL. I2 - I3 201.00 0.0061 8.318 200 0.40 8.333 16.652 0.800 0.729 2 0.01545 4000 0.1001 0.1001
5 SAL. I4 -I3 201.00 0.0061 8.318 20 0.40 0.833 9.152 0.956 0.704 2 0.02303 4000 0.1724 0.1724
6 SAL. III8 - III9 201.00 0.0118 6.452 20 0.40 0.833 7.285 0.946 0.704 2 0.02681 4000 0.1985 0.1985
7 SAL. V10 - V11 201.00 0.0060 8.398 20 0.40 0.833 9.231 0.957 0.704 2 0.02289 4000 0.1714 0.1714

Tabel Debit Rencana untuk Periode Ulang 2 Tahun (Saluran Sekunder)


Q Q
Aliran Permukaan Aliran dalam saluran tc Cs Cr Curah Hujan Luas (A) Rencana Kumulatif
(m3/det) (m3/det)
No Nama saluran
Lt St to Ls V td T I

(m) menit (m) m/dtk menit menit Thn m/dtk m2


1 SAL. III3 - III9 201.00 0.0118 6.452 200 0.40 8.333 14.785 0.780 0.729 5 0.02034 4000 0.1286 0.4011
2 SAL. IV5 - IV11 393.09 0.0047 15.490 300 0.40 12.500 27.990 0.817 0.315 5 0.01329 76200 0.7256 2.0346
Tabel Debit Rencana untuk periode ulang 10 tahun (Saluran Primer)
Aliran Permukaan Aliran dalam saluran Curah Hujan
tc Luas (A) Q
No Nama saluran Lt St to Ls V td Cs Cr T I Q Kumulatif
Rencana (m3/det)
(m) menit (m) m/dtk menit menit Thn m/dtk m2 (m3/det)
1 SAL. V9 - V11 201.00 0.0060 8.398 200 0.40 8.333 16.731 0.801 0.729 10 0.02094 4000 0.1358 0.7353

Qtotal = Q (SAL. V9 – V11) + Q (V10 – V11) + Q (IV12 – IV11) + Q (IV5 – IV11)


= 0.7353 + 0.1714 + 0.6315 + 2.0346
= 3.5729 m3/detik
Qtotal dipakai untuk perencanaan Outfall (Saluran Pembuang)
C. Aspek Hidrolika
a. Saluran menggunakan pasangan trapezium dengan kemiringan talud 1;2
Keterangan : Untuk perbandingan antara lebar dasar (Bo) dan kedalaman air (h), nilai koefisien
Strickler, nilai tinggi jagaan (w), dan nilai kecepatan ijin air di saluran data-datanya dapat diperoleh
pada table literatur dengan mengacu pada nilai debit rencana yang telah dihitung.
Penyelesaian :
Dik : Kecepatan rencana (V) = 1,5 m/det
Koefisien kekasaran manning (n) = 0,013
Kemiringan talud rencana =1:2

1 ℎ√2

 Penampang ekonomis
b = 1,5h
 Luas penampang trapezium
𝑅
A =
𝑉
Dimana : A = ( b + m . h ) h misal m = 1
= (1,5 + 1 . h ) h
= 2,5h2
 Keliling basah (p)
P = b + 2h √1 + 𝑚 2

= 1,5 + 2h √1 + 12
= 1,5h + 2h. √2
= 4,328h
 Jari-jari hidrolika (R)

𝑅
A =
𝑉
2,5ℎ2
=
4,328ℎ
= 0,578
Saluran I2-I3 (Saluran tersier)
Qmaks = 0.1001
V = 0,4
S = 0,0031
n = 0,013

𝑄 1 𝐴
= . ( )2/3. S1/2
𝐴 𝑛 𝑃
n . Q . p2/3 = A5/3 . S1/2
𝐴5/3 𝑛.𝑄
= ….. (1)
𝑃2/3 𝑠 1/2
Dari persamaan 1 didapatkan :
5
𝐴3 𝑛.𝑄
2 = 1
𝑃3 𝑠2
1/3 𝑛.𝑄
(2,5ℎ 2)5
[ 2
] = 1
(4,328ℎ)
𝑠2

97,656ℎ10
= (0,0131 . 𝑄)3
18,732ℎ2 𝑠2
𝑄
5,2135h8 = 0,0000022 . ( 1 )3
𝑠2
𝑄
h8 = 0,00000042 . ( 1 )3
𝑠2
0,0079 3/8
h = 0,1596 . ( 1 )
0,00312

h = 0.19831

b = 1,5h
= 1,5 (0.19831)
= 0.29747 m
A = 2,5h
= 2,5 (0.19831)
= 0.09832
P = 4,328h
= 4,328 (0.19831)
= 0.85829
R = 0,578h
= 0,578 (0.19831)
= 0.11455
W = 0,25 . h + 0,3
= 0,25 (0.19831) + 0,3
= 0.349578 m
Vsaluran = 1/n . R2/3 . S1/2
= 1/0,013 . 0,023902/3 . 0,00311/2
= 1.018305 m/det
Qsaluran= V . A
= 1.018305. 0.09832
= 0.10012 m3/det
Bo = 2/3. h√3
= 2/3 . (0.19831) √3
= 0.229 m
Koefisien Strickler (k)
Koefisien nilai debit (Q) yang diperoleh sebesar 0.1001 m3/det. Maka nilai koefisien strickler (k)
adalah 35 m1/3/det yang dapat dilihat pada table dibawah ini

Debit rencana m3/det K m1/3/det


Q > 10 45
5 < Q < 10 42,5
1<Q<5 40
Q<1 35

W = 0.350

1
h = 0,198
m

0,297
Tabel perhitungan dimensi saluran tersier

Dimensi Saluran V Q
Q maks v w
No. saluran A h b n m P R S saluran saluran

m3/dt m/dt m2 m m m m/dtk m3/dtk

1 SAL. II2 - II5 0.63372 0.40 0.27491 0.33161 0.49741 0.013 1 1.43520 0.19155 0.00813 0.3829 2.3052 0.63372
2 SAL. II6 - II5 0.675216 0.40 0.34103 0.36934 0.55401 0.013 1 1.59851 0.21334 0.005197 0.39234 1.97992 0.67522
3 SAL. IV12 -IV11 0.631499 0.40 0.31311 0.35390 0.53085 0.013 1 1.53167 0.20442 0.005709 0.38847 2.01687 0.63150
4 SAL. I2 - I3 0.100118 0.40 0.09832 0.19831 0.29747 0.013 1 0.85829 0.11455 0.00315 0.34958 1.01831 0.10012
5 SAL. I4 -I3 0.172374 0.40 0.06746 0.16426 0.24639 0.013 1 0.71093 0.09488 0.0255 0.34107 2.55538 0.17237
6 SAL. III8 - III9 0.198474 0.40 0.06488 0.16110 0.24165 0.013 1 0.69724 0.09306 0.0375 0.34028 3.05894 0.19847
7 SAL. V10 - V11 0.171448 0.40 0.06531 0.16163 0.24244 0.013 1 0.69952 0.09336 0.0275 0.34041 2.62523 0.17145

Tabel perhitungan dimensi saluran sekunder


V Q
Dimensi Saluran n m P R S w
Q maks v saluran saluran
No. saluran A h b
m3/dt m/dt m2 m m m m/dtk m3/dtk

1 SAL. III3 - III9 0.40105 0.40 0.18512 0.27212 0.40818 0.013 1 1.17774 0.15719 0.00935 0.36803 2.1664 0.40105
2 SAL. IV5 - IV11 2.03458 0.40 1.18592 0.68874 1.03311 0.013 1 2.98088 0.39784 0.0017 0.47219 1.71562 2.03458
Tabel perhitungan dimensi saluran primer

Dimensi Saluran V Q
No. saluran Q maks v n m P R S w
A h b saluran saluran
m3/dt m/dt m2 m m m m/dtk m3/dtk
1 SAL. V9 - V11 0.73534 0.40 0.49764 0.44616 0.66923 0.013 1 1.93096 0.25771 0.00225 0.41154 1.47766 0.73534
``
D. Bangunan Pelintas
Perhitungan gorong-gorong
Saluran I2 – III3
Bangunan pelintas gorong-gorong bentuk segi empat
Qsaluran = Q [Sal I2 – I3] + Q [Sal I4 – I3]
= 0.1001 + 0.1724
= 0.2725
V1 = 0.4 m/s
V2 = 1.5 m/s
V3 = 0.4 m/s
G = 9.81 m/s2
N = 0.013
Luas penampang gorong-gorong
𝑄
A =
𝑉2
0.2725
= = 0.1817 m2
1.5
Tinggi permukaan air gorong-gorong (h) dapat dihitung :
A =bXh (Asumsi h = b)
0.1817 = h X x
h = 0.43 m
Jadi lebar gorong-gorong
b = 0.43 m
Keliling basah
P = b + 2h
= 0.43 + 2.0.43
= 1.279 m
Jari – jari hidrolis
𝐴
R =𝑃
0.1817
= 1.279 = 0.1421 m
Kemiringan dasar saluran
𝑉2 .𝑛
S = ( 𝑅2/3 )2
1.5 .0.013
= ( 0.272 )2 = 0.0051 = 0.51%
Kehilangan energi :
1. Akibat pemasukan
(𝑣1−𝑣2 )2
Hc = 0.50 2.𝑔
(1.5−0.40 )2
= 0.50
2. 9,81
= 0.0308 m

2. Akibat gesekan
Nilai koefisien kekasaran stickler (K) untuk beton 70
𝐶𝑓 . 𝑣22 1 1
Hf = 2.𝑔
cf = 𝑘
𝑅1/6 = 70 . 0,1421/6 = 0.010 m
0.010 . 1.52
= = 0.0012 m
2.9,81
3. Akibat pengeluaran
(𝑣2 . 𝑣3)2
Ho = 0.11 2.𝑔
(1.5 . 0.40)2
= 0.11 2. 9,81
)= 0.0068 m
4. Htotal = hc + hf + ho

= 0.0308 + 0.0012 + 0.0068


= 0.0388 m
Sketsa penampang gorong-gorong Sal I3 – III3

0.43 m
=
h

b = 0.43 m
Perhitungan Inlet pada Trotoar
Diketahui data-data sebagai berikut :
Jalan trotoar yang direncanakan SAL II6 – II5
Panjang saluran = 254 m
Lebar jalan =8m
Lebar trotoar = 0.5 m
Jalan + Trotoar =9m
Jarak antara street inlet (D)
280
D= X √𝑠 ≤ 50 m
𝑤

Dimana : w = lebar jalan (m)


S = Kemiringan jalann (qo) = 2%
D = jarak antara street inlet (m)
Kapasitas untuk inlet tegak
Q = 0.36 X g X d1/2
L
Dimana : Q = Kapasitas inlet (m3/detik)
L = lebar bahan inlet (m)
G = kecepatan gravitasi (m/detik2)
D = kedalaman air
Perecanaan inlet pada jalur trotoar saluran II6- II5
Dik :W =8m
S = 0.02 = 2%
G = 9.8 m/s2
Jarak antara street inlet (D)
280
D = 𝑤
X √𝑠 ≤ 50 m
280
= 8
X √2 ≤ 50 m

= 49.50 ≤ 50 m (OKE)
Selanjutnya jumlah inlet tegak yang dibuat disepanjang jalan :
𝐿𝑡𝑜𝑡 254
N = 𝐷
= 49.50 = 6

Luas 1 inlet :
1
.𝑤 .𝐷
A = 210000
1
.8 .49
2
=
10000

= 0.02 ha
Kapasitas inlet tegak (curb inlet)
Mencari Lt :
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛
Y=
2
8
= 2
=4m
𝑘𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 .𝑦
Y= 100
2 .4
= = 0.08 m
100

Panjang terjauh (Lt)


Lt = (y2 + x2)1/2
= (42 + 0.082)1/2
= 4.001 m
Data – data
A = 0.02 ha
Lt = 4.001 m
Ls = 254
St = 2%
C = 0.8
Perhitungan
𝐿𝑡
To = 0.0197 ((𝑠𝑡)0.5)0.77
4.001
= 0.0197 ( )0.77
(2.000)0.5

= 0.0439 menit
𝐿𝑠
Td = 𝑣
Untuk kemiringan 1-2 % = 0.6
254
= 0.4
= 635 detik = 10.58 menit

Tc = to + td
= 0.043876 + 10.583
= 10.627 menit
2 𝑡𝑐 2 .10.627
Cs = 2 𝑡𝑐+𝑡𝑑
= 2.10.627+10.58 = 0.67

Gunakan curah hujan mksimum antara periode 2, 5, 10, 50 dan 100 tahun
𝑅 24 2
I100 = 24 X ( 𝑡𝑐 )3
60
2
123.4 24
= X ( 10.627 )3
24
60

= 135.65 mm/jam
Tegangan genangan air
d = 0.046 (D.l)0.5 . (1.S)0.2
= 0.046 (49 . 135.65 )0.5 . (1.2)0.2
= 3.2814 mm
Dimana tinggi genangan maksimum yang diijinkan untuk jalur jalan yang lurus = 6.5 mm
Q = 0.36 g.d3/2.L
Dimana : Q = Kapasitas inlet tegak (m3/detik)
G = percepatan gravitasi (m/det2) = 9.81 m/det2
L = Lebar bukaan curb (m)
Diambil l = 20 cm + 0.20 m
d = kedalaman air dalam curb (m)
diambil d = 13 cm = 0.13 m
Q = 0.36 X 9.8 X 0.0469 X 0.2
= 0.033107 m3/detik
= 33. 10675 lt/det
Sketsa inlet

d = 0.13 m
L
0.20 m
Kecepatan Aliran Dimensi
Nama Gorong- Q1 Koefisien P R S
No
Gorong V1 V2 V3 A h b Manning
m3/det m/dt m/dt m/dt m2 m m (n) m m %
1 SAL. I3 - III3 0.2725 0.40 1.5 0.40 0.18 0.43 0.43 0.013 1.28 0.14 0.513
2 SAL. II5 - IV5 1.3089 0.40 1.5 0.40 0.87 0.93 0.93 0.013 2.80 0.31 0.180
3 SAL. III9 - V9 0.5995 0.40 1.5 0.40 0.40 0.63 0.63 0.013 1.90 0.21 0.303
4 SAL. IV11 - V 11 2.6661 0.40 1.5 0.40 1.78 1.33 1.33 0.013 4.00 0.44 0.112

Kehilangan Energi
Nama Gorong-
No hc hf ho H
Gorong
m m m m
1 SAL. I3 - III3 0.0308 0.0012 0.0068 0.0388
2 SAL. II5 - IV5 0.0308 0.0013 0.0068 0.0390
3 SAL. III9 - V9 0.0308 0.0013 0.0068 0.0389
4 SAL. IV11 - V 11 0.0308 0.0014 0.0068 0.0391

Anda mungkin juga menyukai