Disusun Oleh:
Muhammad Rafi Afnan Muharram 119250137
1
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
Muhammad Rafi Afnan Muharram 119250137
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknik Lingkungan ITERA
ii
iii
ABSTRAK
Studi ini berfokus pada neraca air dan konsep water reuse di suatu kawasan pusat
perbelanjaan dan apartemen Lampung City. Tujuan studi adalah menganalisis debit
kebutuhan air bersih hingga debit keluar pada sistem pengolahan. Sistem pengolahan
air limbah menggunakan Sewage Treatment Plant tipe Extended Aeration. Unit
pengolahan terdiri dari grit chamber, grease trap, bak aerasi, bak sedimentasi, bak
klorinasi, bak penampungan lumpur, bak efluen, bak klorinasi, unit filtrasi dan bak
recycle. Sumber air limbah yang dikelola berasal dari kamar mandi, dapur, dan tenan.
Kemudian studi ini menggunakan data yang mencakup data kapasitas, volume, dan
waktu tinggal dari setiap unit pengolahan. Data-data tersebut dianalisis untuk
mengetahui besaran debit yang mengalir di bangunan, yaitu hasil kali volume dan
waktu tinggal. Kuantitas debit sistem air limbah sebesar 310 m3/hari sebagai kapasitas
pengolahan air limbah. Air hasil olahan dibuang ke saluran drainase dan dimanfaatkan
untuk penyiraman area tanaman di kawasan Lampung City. Hasil studi analisis air di
Lampung City disimpulkan sudah sesuai karena jumlah debit air limbah yang masuk
dan dikeluarkan memiliki nilai yang setara antar unit pengolahan.
iii
iv
ABSTRACT
Study focuses on the water balance and the concept of water reuse in a shopping center
and apartment area of Lampung City. Purpose of the study is to analyze the discharge
of clean water needs to discharge to the treatment system. Lampung City had
wastewater treatment system uses a Sewage Treatment Plant of the Extended Aeration
type. The processing unit consists of a grit chamber, grease trap, aeration tank,
sedimentation tank, chlorination tank, sludge collection tank, effluent tank,
chlorination tank, filtration unit and recycle tank. Sources of managed wastewater
come from bathrooms, kitchens, and tenants. Then data used on case that includes data
on capacity, volume, and residence time of each processing unit. These data were
analyzed to determine the amount of discharge flowing in the building, namely the
product of volume and residence time. Quantity of the wastewater system discharge is
310 m3/day as the wastewater treatment capacity. Treated water is discharged into
drainage channels and used for watering plant areas in the Lampung City area. Results
of the water analysis study in Lampung City were concluded to be appropriate because
the amount of incoming and outgoing wastewater discharge had an equivalent value
between treatment units.
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia nikmat-Nya sehingga
penulis dapat menyusun laporan kerja praktik dengan judul “Analisis Sistem Water
Reuse pada Lampung City Mall.” dengan sebaik-baiknya.
Laporan kerja praktik ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan mata kuliah kerja praktik di Program Studi Teknik Lingkungan Institut
Teknologi Sumatera. Selama pelaksanaan kerja praktik dan penyusunan laporan ini,
penulis mendapatkan bimbingan, dukungan, serta saran yang bermanfaat dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof., Dr. Ing. Drs. Ir. Mitra Djamal, IPU selaku Rektor Institut
Teknologi Sumatera.
2. Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini,S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknologi
Infrastrukur dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera.
3. Bapak Dion Awfa, S.T., M.T., Ph.D selaku Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan Institut Teknologi Sumatera.
4. Bapak Andika Munandar, S.Si., M.Eng selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Lingkungan Institut Teknologi Sumatera.
5. Ibu Rifka Noor Azizah, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing yang turut
membimbing dalam menyelesaikan laporan.
6. Ibu Novi Kartika Sari, S.T., M.T. selaku koordinator kerja praktik Program
Studi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sumatera.
7. Bapak/Ibu dosen tim KP yang telah membantu dalam memberikan informasi
sehingga memudahkan dalam melaksanakan kerja praktik
8. Keluarga dan rekan-rekan yang telah memberikan doa dan dukungan yang
terbaik untuk kelancaran kerja praktik serta dalam penyusunan laporan ini.
v
iv
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................................................. iv
DAFTAR SIMBOL...................................................................................................... xi
iv
v
v
vi
vi
vii
5.2 Saran.................................................................................................................. 52
LAMPIRAN .................................................................................................................. 1
vii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ix
x
DAFTAR SINGKATAN
x
xi
DAFTAR SIMBOL
C = Konstanta
Fab = Faktor timbulan air kotor (50-80%) [%]
Q = Debit aliran [m3/jam] atau [Liter/detik]
Qam = Kebutuhan rerata air minum [m3/jam] atau [Liter/detik]
Qh = Kebutuhan air rata-rata domestik [m3/jam] atau [Liter/detik]
Qhmax = Kebutuhan air bersih jam puncak [m3/jam] atau [Liter/detik]
Qr = Debit rerata air kotor [m3/jam] atau [Liter/detik]
Td = Waktu detensi [jam]
V = Laju aliran [m2/detik]
V = Volume [m3]
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Kota Bandar Lampung memiliki wilayah yang cukup luas berpotensi sebagai tempat
persinggahan sementara (transit) bagi para pendatang dari pulau jawa. Perkembangan
ekonomi yang pesat juga membuktikan bahwa Bandar Lampung serius untuk
berkembang menjadi kota besar dan mandiri. Selain itu, potensi bisnis dan properti juga
memicu para investor dalam melakukan pembangunan sarana dan prasarana penunjang
bisnis pada berbagai wilayah di berbagai wilayah Bandar Lampung. Daerah Teluk
dijadikan salah satu wilayah bisnis dan properti dikarenakan adanya potensi besar
terlebih dari sisi pemandangan ke arah laut secara langsung.
Proyek pembangunan Lampung City Mall dan The Bay Apartment yang sedang
berlangsung selama kurang lebih 2 tahun di Kecamatan Bumi Waras, teluk akan
dipadukan menjadi satu kawasan bisnis dan properti Superblock Lampung.
Pengembangan Superblock Lampung seluas 15.000 m2 tersebut dalam perencanaan
mengintegrasikan konsep yang menawarkan berbagai fasilitas dalam satu area meliputi
Life Style Mall, Apartemen, Office Tower (Perkantoran), Rumah sakit Budi Medika,
Convention Hall dan Food and Beverages. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar
Lampung Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-
2030 Bab IV Bagian Ketiga Paragraf 4, pasal 55 ayat 5 tentang kawasan industri bahwa
kawasan industri komersial diarahkan salah satunya ke Kelurahan Bumi Waras, sekitar
Jalan Yos Sudarso.
Aktivitas manusia pada pusat perbelanjaan dan hunian tinggal berpotensi menghasilkan
limbah cair rumah tangga atau domestik sebagai air buangan yang berasal dari
penggunaan untuk kebersihan seperti limbah daput, kamar mandi, toiler, cucian dan
sebagainya [1]. Karakteristik air limbah kegiatan usaha pusat perbelanjaan dan
apartemen memiliki sifat yang hampir sama dengan parameter kualitas air yaitu
1
Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Total
Suspended Solid (TSS), minyak dan lemak yang dikategorikan sebagai air limbah
domestik [2]. Kandungan lemak yang tinggi akan menganggu pemprosesan air di
Sewage Treatment Plant (STP) rencana ketika sudah beroperasi sebelum dibuang ke
badan air. Baku mutu air limbah harus memenuhi sesuai peraturan yang berlaku agar
tidak merusak lingkungan dan menganggu makhluk hidup lain. Pengelolaan air limbah
domestik merupakan salah satu kebutuhan mendasar yang ditujukkan untuk
memisahkan pencemar/kotoran yang berasal dari aktivitas manusia agar mencegah
timbulnya penyakit pada lingkungan sekitar [3]. Secara umum, karakteristik air limbah
meliputi TSS 25-183 mg/l, COD 100-700 mg/l, BOD 47-466 mg/l, Total Coliform 56-
8,03x107 CFU/100 ml [4].
Lampung City Mall dan The Bay Apartment merupakan tahap bagian pembangunan
Superblock Lampung meliputi pusat perbelanjaaan dan hunian apartemen.
Pembangunan merupakan skala yang besar di daerah Teluk, sehingga prioritas sumber
daya alam dan lingkungan sekitar harus terjaga. Air limbah yang dikeluarkan bangunan
harus diolah terintegrasi dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah. Selain itu air buangan
tersebut juga harus dimanfaatkan untuk kebutuhan sekunder manajemen kawasan.
Pengolahan tambahan seperti klorinasi dan filtrasi diharapkan terus dievaluasi
perencanaanya sebagai salah satu keberhasilan sistem. Evaluasi sistem IPAL secara
berskala terkait water recycling di kawasan mall dan apartemen. Hal tersebut
ditujukkan efisiensi unit yang digunakan dan efektivitas sistem IPAL berlangsung.
2
1.3. Tujuan
Pelaksanaan Kerja Praktik di PT Nusa Raya Cipta yang dilakukan hanya terfokus pada
rumusan dan tujuan masalah yang akan ditinjau, Kerja Praktik dengan judul “Analisis
Sistem Water Reuse Pada Proyek Pembangunan Lampung City Mall” memiliki ruang
lingkup sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kerja praktik hanya berada pada proyek pembangunan Mall dan
Apartemen Lampung City Tahap I.
2. Komponen-komponen pada sistem pengolahan limbah di pembangunan Mall dan
Apartemen Lampung City.
3. Mempelajari mekanisme konsep water reuse di proyek Lampung City Mall
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Profil Perusahaan
PT. Nusa Raya Cipta Tbk (NRC) merupakan salah satu anak perusahaan PT. Surya
Semesta Internusa Tbk (SSIA) bersifat swasta yang bergerak dan berfokus pada bidang
jasa kontruksi dan bisnis properti di Indonesia. Pekerjaan utama perusahaan yaitu
melakukan pemborongan terhadap pembangunan fasilitas seperti gedung tinggi, pusat
perbelanjaan, jembatan, jalan tol, dan lain-lain. Pembangunan yang dilakukan
ditujukan untuk pembangunan oleh pemerintah ataupun swasta meliputi perencanaan
dan pengawasan serta konsultasi terkait material atau metode dalam pembangunan.
Pada tahun 2020, PT. Nusa Raya Cipta tercatat memperkerjakan pegawai dengan total
523 orang meliputi petinggi perusahaan, kontraktor, sub-kontraktor, engineer,
administrasi, pekerja lapangan, dan pekerja non teknik. PT. Nusa Raya Cipta menjadi
salah satu jasa kontraktor bangunan besar di Indonesia yang menangani pekerjaan
kontruksi bangunan yang berawal pada tahun 1968. Perusahaan ini juga bersertifikasi
sehingga berhasil meraih berbagai penghargaan dunia, contohnya penghargaan “50
Best Companies from the Best” tahun 2016.
4
2.1.2. Sejarah Perusahaan
PT. Nusa Raya Cipta Tbk pertama kali didirikan oleh Benjamin Arman Suriajaya dan
Ir. Marseno pada 25 Novmber 1968 dengan nama PT. National Roadbuilders &
Construction Coorporate. Kemudian beralih nama menjadi PT. Nusa Raya Cipta Tbk
pada 9 September 1975, dan sejak taun 1992 kantor utama perusahaan berada di
Gedung Graha Cipta, Jalan Mayor Jenderal D.I Panjaitan No.40, Jakarta Timur namun
kantor cabang terdapat di wilayah Medan, Semarang, Surabaya, Denpasar, dan
Balikpapan. Perusahaan memperoleh beberapa sertifikat diantaranya sebagai berikut :
1. Sertifikat ISO 9002 : 1994, tentang Sistem Manajemen Kualitas atau Model
Jaminan Kualitas Dalam Produksi.
2. Sertifikat ISO 9001 : 2000, tentang Sistem Penjaminan Mutu
3. Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dari PT. Sucofindo
International Certification Services (SICS) dan sertifikasi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia pada tanggal 10 Desember 2009
4. Sertifikat OHSAS 18001:2007 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja standar internasional
5. Sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan SNI ISO 14001:2015
6. Sertifikat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISO 45001:
2018
Pada tahun 1994, PT. Nusa Raya Cipta diakuisisi oleh Surya Semesta Internusa Group
yang bergerak pada bidang properti Indonesia. PT. Surya Semesta Internusa Tbk
sebagai pemegang saham kepemilikan perusahaan terbesar dengan persentase 63,64 %
per 31 Desember 2021 , hal tersebut menjadikan PT. Nusa Raya Cipta Tbk sebagai
salah satu anak perusahaan PT. Surya Semesta Internusa Tbk . Pusat perdagangan
saham Indonesia dibawah naungan Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencatatkan
NRCA sebagai saham dengan nilai Rp. 850- per lembar pada 27 Juni 2013 [5].
5
2.1.3. Visi dan Misi Perusahaan
PT. Nusa Raya Cipta menetapkan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan jasa
konstruksi terkemuka, terpercaya, dan berwawasan lingkungan. Sedangkan misi
perusahaan memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menyediakan produk
berkualitas, dengan memperhatikan aspek K3 (Keselamatan, dan Kesehatan Kerja) dan
lingkungan.
Struktur organisasi PT. Nusa Raca Cipta dapat dilihat pada gambar berikut :
Kantor (onsite office) PT. Nusa Raya Cipta Tbk terletak di Lantai P5, Lampung City
Mall dan The Bay Apartement, Jalan Yos Sudarso No. 85, Bumi Waras, Kecamatan.
6
Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung, Indonesia. Secara umum, wilayah kerja
berada pada lingkungan pembangunan Lampung City Mall dan The Bay Apartment.
Secara umum, dalam pelaksanaan kerja praktik terdapat beberapa data umum yang
diuraikan sebagai berikut :
1. Nama Proyek : Lampung City
2. Alamat : Jalan Yos Sudarso No. 85, Bumi Waras,
Kecamatan. Telukbetung Selatan, Kota
Bandar
Lampung
3. Spesifikasi Bangunan :
- 1 Semi Basemen + 4 Podium +
6 Parkir + 20 Lantai Apartemen +
1 Atap (Rooftop)
- Luas Semi Basemen = ± 12.955 m2
- Luas Podium = ± 6.296 m2
- Luas Parkir = ± 1.030 m2
- Luas Apartemen/Lantai = ± 875 m2
4. Pemberi Tugas : PT. Budi Graha Realty
5. Lingkup Pekerjaan : Pekerjaan Struktur, Arsitektur dan
MEP (Mechanical Electrical Plumbing)
6. Kontraktor Pelaksana : PT. Nusa Raya Cipta (NRC)
7. Konsultan Perencanaan Struktur : PT. Anugrah Multi Cipta Karya
8. Konsultan Perencanaan Arsitektur : F Architect Studio
9. Manajemen Konstruksi : PT. Budi Graha Realty
10. Waktu Pelaksanaan : 30 Bulan
11. Waktu Pemeliharaan : 1 Tahun
12. Sistem Kontrak : Lump Sum
7
13. Cara Pembayaran : Monthly Payment
Secara geografis wilayah proyek Lampung City Mall dan The Bay Apartment terletak
pada koordinat 5˚26’31” S 105˚16’50” E. Pada perencanaan proyek akan dibangun
8
pertahap sehingga akan menyatu menjadi Lampung Superblock. Berikut gambar lokasi
proyek pembangunan Lampung City Mall dan The Bay Apartment.
Secara administratif lokasi kegiatan proyek oleh PT. Nusa Raya Cipta Tbk berada di
daerah Bumi Waras, Kecamatan Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung, Provinsi
Lampung. Wilayah lokasi proyek secara administrasi kecamatan berbatasan dengan :
• Sebelah Utara : Kecamatan Kedamaian
• Sebelah Timur : Kecamatan Panjang
• Sebelah Selatan : Laut Teluk Lampung
• Sebelah Barat : Kecamatan Teluk Betung Utara dan Teluk Betung Selatan
Gambar dibawah berikut sebagai penggambaran peta administratif wilayah proyek
pembangunan Lampung City Mall dan Bay Apartment.
9
Gambar 2. 5. Peta Administrasi Kerja Praktik
Limbah merupakan buangan yang keberadaanya pada kondisi dan tempat tertentu tidak
dihendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi [6]. Buangan yang
mengandung polutan pencemaran pada ketersediaan air akan menciptakan air limbah.
Air limbah mengandung tambahan pengotor akibat pemakaian keperluan rumah tangga,
industri, komersial. Kandungan pengotor air limbah umumnya memiliki bahan atau
zat-zat yang merusak/membahayakan makhluk hidup dan kelestarian lingkungan.
Perbedaan sumber dan jenis air limbah dipengaruhi oleh tingkat hidup masyarakat,
manusia dengan ekonomi tinggi cenderung menghasilkan berbagai macam limbah [7].
Kebutuhan pengolahan diperlukan untuk menimimalisir dampak air limbah kepada
lingkungan sekitar sehingga potensi penyebaran vektor penyakit dapat terkendali.
10
Saluran pembuangan harus dipenuhi sesuai kriteria dan syarat yang berlaku di
Indonesia.
Air limbah domestik secara umum terdiri atas blackwater dan greywater. Menurut [8]
blackwater sebagai campuran tinja, urine, kerta toilet dan air bilasan. Sedangkan grey
water merupakan limbah non industri yang dihasilkan melalui proses seperti air
limpasan hujan, mencuci piring, mencuci pakaian, dan mandi. Greywater memiliki
komposisi 55% - 75% dari air limbah domestik [9]. Berdasarkan [10]limbah domestik
mengandung berbagai zat kontaminan yang dapat mendegradasi kualitas air secara berkala.
Kontaminan tersebut mencakup sisa makanan, lemak, minyak dari aktivitas dapur. Secara
kuantitatf [11]menyatakan bahwa limbah domestik terdiri atas zat organik, bahan
berbahaya, beracun, garam terlarut, lemak dan bakteri terutama golongan fekal coli, zat
patogen dan parasit. Hal tersebut sangat mempengaruhi kesehatan manusia dan
lingkungan atas pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kerusakan yang diakibatkan.
Kualitas greywater berada di antara air minum dan blackwater serta dapat diolah cukup
mudah karena kandungan patogenik yang lebih rendah dari blackwater [12]
Sumber air limbah berasal dari air limbah bungan rumah tangga seperti komplek
perumahan dan daerah perdagangan, daerah perkantoran, atau lembaga serta fasilitas
rekreasi, air limbah industri dan air limbah rembesan. Air buangan berasal dari berbagai
sumber menurut Notoatmodjo dalam [13] secara menyeluruh air buangan
dikelompokkan atas berbagai jenis berdasarkan sumbernya yaitu sebagai berikut :
a. Air buangan rumah tangga (Domestic Waste Water), yaitu air limbah dari
pemukiman penduduk. Umumnya air limbah berasal dari tinja, air seni, air bekas
cucian dapur dan kamar mandi.
11
b. Air buangan industri (Industrial Waste Water), yaitu air limbah dari kawasan dan
kegiatan industri akibat hasil produksi. Kandungan zat didalamnya bervariasi
bergantung atas bahan baku yang digunakan dalam industri.
c. Air buangan kotapraja (Municipal Waste Water), yaitu air limbah yang berasal dari
daerah perkotaan, perdagangan, hotel, restoran, tempat ibadah, fasilitas umum dan
sebagainya. Dominan kandungan zat dalam air limbah yaitu bahan-bahan organik.
Air limbah domestik memiliki kandungan air dan padatan dengan persentase dominan
yaitu air sebesar 99,9% dan padatan 0,1%. Serta persentase 70% padatan yang
terkandung merupakan komponen organik seperti protein, karbohidrat, dan lemak.
Material anorganik seperti logam, besi, grit, dan garam hanya mengisi sisa dari
kandungan dalam air limbah domestik [14]. Air limbah domestik juga mengandung zat
organik yang berfungsi bagi mikroogranisme sapropbytic, yaitu sebagai organisme
pembusuk di larutan tersebut [15]. Menurut [14] menggambarkan komposisi limbah
domestik seperti gambar 2.6 berikut.
Limbah buangan harus memenuhi tahapan pengolahan yang baik dan sesuai kebutuhan
jenis air limbah yang diolah. Air limbah yang tidak menggunakan tahapan pengolahan
12
akan menganggu lingkungan dan kesehatan manusia akibat perubahan pada kondisi air
berdasarkan parameter air seperti pH, suhu, warna, tingkat padatan tersuspensi, bau,
dan parameter lainnya. Sumber air buangan yang bersumber dari komersil (Municipal
Waste Water), yaitu air limbah yang berasal hotel, apartemen, mall dan kegiatan
komersil lainnya. Secara umum air limbah dikelompokkan sebagai berikut:
a. Greywater, adalah air bekas cucian kamar mandi. Greywater disebut juga dengan
istilah sullage. Campuran faeces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan
campuran excreta dengan air bilasan toilet disebut dengan black water. Mikroba
pathogen banyak tersedia pada excreta. Excreta merupakan proses transport utama
bagi penyakit bawaan.
b. Blackwater, Tinja (faeces) berpotensi mengandung mikroba pathogen dan air seni
(urine), umumnya mengandung Nitrogen (N) dan Fosfor serta mikroorganisme [16]
Bahan polutan yang terkandung dalam air buangan umumnya diklasifikasikan menjadi
tiga kategori yaitu bahan terapung, bahan tersuspensi dan bahan terlarut. Selain itu,
terdapat panas, warna, rasa, bau, dan radioaktif. Sedangkan menurut sifatnya polutan
dibedakan atasu mudah terurai secara biologi (biodegradable) dan tidak mudah terurai
secara biologi (non biodegradable). Menurut [17] karakteristik limbah cair domestik
dikelompokkan atas karakteristik pada tabel 2.1.
Tabel 2. 1. Karakteristik Air Limbah Domestik
Konsentrasi (mg/liter)
Parameter
Kisaran Rata Rata
Padatan
Terlarut 250 – 850 500
Tersuspensi 100 – 350 220
BOD 110 – 400 220
COD 250 – 100 500
TOC 80 – 290 160
13
Nitrogen
Organik 8 – 35 15
NH3 12 – 50 25
Fosfor
Organik 1–5 3
Anorganik 3 – 10 5
Chlorida 30 – 100 50
Minyak dan Lemak 50 – 150 100
Alkalinitas 50 – 200 100
Pada kegiatan perhotelan besar kecilnya konsentrasi air limbah yang dihasilkan
berbanding lurus dengan jumlah dan jenis kegiatan yang dilakukan di hotel. Kegiatan
tersebut dilihar berdasarkan jenis hotel, hotel non bintdang dan hotel bintang satu dapat
dikategorikan sebagai air limbah konsentrasi rendahh. Air limbah dari hotel bintang
dua dan hotel bintang tiga dikategorikan sebagai air limbah konsentrasi sedang.
Sedangkan air limbah hotel bintang empat dan hotel bintang lima dikategorikan sebagai
air limbah konsentrasi tinggi. Tipikal komposisi air limbah domestik dalam [18] melalui
acuan [19] disajikan dengan tabel 2.2.
Tabel 2. 2. Tipikal Komposisi Air Limbah Domestik
Konsentrasi
Paramater Satuan
Rendah Medium Tinggi
BOD mg/L 110 190 350
COD mg/L 250 430 800
TSS mg/L 120 210 400
Minyak dan mg/L 50 90 100
lemak
Amoniak mg/L 12 25 45
14
Total Jml/100 mL 106 - 108 107- 109 107 – 1010
Coliform
2.7. Parameter Air Limbah Domestik
Air limbah tentu memiliki batas tingkatan ukuran yang dapat diketahui melalui tingkat
kualitas air limbah tersebut. Pengukuran tersebut berdasarkan sebuah kondisi yang
diukur sebagai parameter. Parameter tersebut diantaranya antara lain:
2.7.1 pH
Power of Hydrogen (pH) merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keasaman atau
kebebasan suatu larutan. Nilai dari pH dinyatakan dalam unit pH yang bernilai antara
0-14. Pengertian lain juga menjelaskan bahwa pH adalah sebuah konsentrasi ion
hidrogen dalam air [19]. Terdapat rentang pH yang sesuai untuk berlangsungnya
kehidupan biologis yaitu antara 6 – 9. Apabila air limbah dibuang tanpa dilakukan
pengolahan untuk menyesuaikan konsentrasinya, maka akan memengaruhi konsentrasi
badan air [20].
BOD merupakan BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang diperlukan mikroorganisme
untuk mengoksidasi kandungan karbon. Jumlah zat organik yang dapat terdegradasi secara
aerobik sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen. Pengujian BOD dilakukan untuk
mengetahui tingkat pencemaran bahan organik [21] sementara hasilnya dapat digunakan
untuk penentuan kuantitas oksigen yang diperlukan sebagai parameter yang menstabilkan
zat organik secara biologis, menentukan dimensi unit pengolahan serta menjadi parameter
baku mutu dan pengukuran efisiensi sistem pengolahan. Terkhusus kandungan BOD food
court pada pusat perbelanjaan memiliki kadar BOD yang jauh lebih tinggi dibanding air
limbah domestik rumah tangga.
Parameter ini diartikan sebagai kandungan kadar oksigen dalam penentuan proses
oksidasi kimia sebagai pengoksidasi kandungan zat organik dan anorganik yang
15
homogen dengan jumlah zat yang terlarut dalam air. Parameter ini kadang menjadi
krusial karena pada air limbah kualitas air suatu hasil kegiatan rumah tangga, restoran,
hotel, pusat belanja dan limbah domestik.
TSS merupakan suatu padatan yang tersuspensi di dalam air yang berupa bahan- bahan
organik dan anorganik yang dapat tertangkap oleh filter yang dianalisis menggunakan
peralatan filtrasi. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap kualitas
air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme produsen. Secara fisika
dapat terlihat keruh pada warna air yang memiliki TSS yang tinggi. Menurut [22] TSS
juga menyatakan jumlah bahan organik (BOD.COD, TOC, dll) maupun anorganik.
Kandungan TSS memiliki hubungan erat dengan kecerahan perairan. Keberadaan
padatan tersuspensi dapat menghalangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan,
sehingga juga berpotensi ekosistem makhluk hidup yang ada di badan air tersebut.
Berdasarkan sifat fisiknya, minyak dan lemak diartikan sebagai senyawa yang tidak
larut dalam air namun dapat larut dalam pelarut yang tingkat polar lemah atau pelarut
non-polar [23]. Minyak mempunyai berat jenis lebih kecil dari air sehingga akan
membentuk lapisan tipis di permukaan air. Kondisi ini dapat mengurangi konsentrasi
oksigen dalam air karena fiksasi oksigen bebas terhambat [24]. Minyak dan lemak
harus dipisahkan dari air limbah sebelum memasuki unit pengolahan karena dapat
mengganggu proses pengolahan biologis dan menyumbat pipa atau media filter yang
digunakan.
2.7.6 Amoniak
Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang berubah menjadi ion NH4 pada pH rendah.
Amoniak berasal dari air limbah domestik dan pakan ikan. Amoniak juga berasal dari
16
proses denitrifikasi pada dekomposisi air limbah oleh mikroba kondisi anaerobik [11].
Nitrogen merupakan komponen penting dalam sintesis protein, data konsentrasi
nitrogen dibutuhkan untuk mengevaluasi kemungkinan pengolahan air limbah dengan
proses biologis. Apabila nitrogen tidak cukup, maka diperlukan penambahan nitrogen
agar air limbah dapat diolah. Namun, untuk mengontrol pertumbuhan alga pada badan
air, dibutuhkan penyisihan nitrogen pada efluen pengolahan sebelum dibuang [19].
Coliform termasuk dalam bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit [25].
Coliform adalah indikator bakteri yang dianggap penting dalam kualitas biologis.
Bakteri coliform digunakan untuk memantau tingkat keamanan air dari kemungkinan
adanya bakteri pathogen. Identifikasi bakteri dalam air dapat berfungsi sebagai evaluasi
efektivitas metode desinfeksi air [26]. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri
coliform maka semakin tinggi pula kehadiran bakteri pathogen lain [27]. Oleh karena
itu, bakteri coliform merupakan indikator kualitas air; semakin dikit kandungannya dalam
air, maka semakin baik kandungannya.
Baku mutu air limbah merupakan tolak ukur batas maksimal beban pencemar/polutan
yang diperbolehkan menuju ke sumber air dan badan air. Berdasarkan [2] baku mutu
air limbah didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya dalam air limbah yang akan dibuang atau
dilepas ke sumber air dari suatu usaha atau kegiatann, dengan dua kategori baku mutu
yakni baku mutu air limbah domestik tersendiri dan baku mutu air limbah domestik
terintegrasi. Baku mutu air limbah domestik tersendiri adalah baku mutu hasil keluaran
dari pengolahan air limbah domestik yang dilakukan secara tersendiri tanpa kombinasi
dengan pengolahan air limbah dari kegiatan lainnya.
17
Indonesia memiliki peraturan sesuai [2] Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
sebagai peraturan tertulis dan acuan kegiatan domestik. Dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 2. 3. Baku Mutu Air Limbah Domestik
pH mg/L 6-9
BOD mg/L 30
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jml/100 mL 3000
Debit L/orang/hari 100
Baku mutu diatas mengurusi setiap kegiatan yang menghasilkan air limbah untuk
rumah susun, penginapan, asrama, pelayanan kesehatan, lembaga pendidikan,
perniagaan, pasar, rumah makan, balai pertemuan, arena rekreasi, permukiman,
industri, IPAL kawasan, IPAL permukiman, IPAL perkotaan, pelabuhan, bandara,
stasiun kereta api, terminal dan lembaga permasyarakatan.
Begitu pula dengan limbah domestik di perhotelan, standar pemakaian air di hotel
adalah 250-300 liter per orang tamu per hari, dan untuk karyawan adalah 120- 150 liter
per karyawan per hari [18]. Dengan jumlah dan kadar pencemar yang tinggi, kehadiran
limbah dapat berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia. Maka dari itu perlu dilakukan suatu treatment yang dapat mengurangi
dampak tersebut, caranya dengan membuat sistem pengolahan air limbah dengan nama
18
lain Waste Water Treatment Plant (WWTP) atau Effluent Treatment Plant (ETP). Pada
proses pengolahan air limbah terdapat beberapa langkah diantaranya sebagai berikut:
Tahap pengolahan awal limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan
secara mekanik, hal ini diperlukan untuk menghilangkan pengotor tertentu atau untuk
membuat air limbah dapat menerima pengolahan selanjutnya.
b. Tangki Ekualisasi dan Stasiun Pompa Stasiun pompa dilengkapi oleh bak
ekualisasi yang digunakan untuk menampung air limbah sebelum dipompakan
[28]. Pompa ditempatkan di luar bak ekualisasi dan air limbah dipompa melalui
pipa untuk ke tahap proses selanjutnya. Pompa dan valve didesain
berdampingan agar bila pompa masuk dan terjadi kesalahan pada unit sensing
maka air tidak akan mengalami aliran balik. Waktu detensi di bak ekualisasi
maksimum 30 menit untuk mencegah terjadinya pengendapan dan dekomposisi
air limbah, namun hal ini dapat diatasi dengan dipasangkan blower udara.
Selain mengatasi pengendapan pada tangki ekualisasi, blower ini juga berfungsi
untuk mengurangi shock loading pada saat pemeriksaan pH awal air limbah.
19
2.9.2 Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar merupakan proses pengolahan
secara kimiawi. Beberapa unit pada pengolahan primer sebagai berikut :
b. Unit Flokulasi merupakan proses pembentukan flok sebagai proses lanjut dari
unit koagulasi. Ketika proses pembentukan flok terjadi dalam proses koagulasi,
selanjutnya terjadi pertumbuhan flok menjadi besar dan stabil. Pengadukan
dalam tangki flokulasi harus lambat agar menjaga kestabilan pertumbuhan flok.
Kelebihan dari proses flokulasi ini adalah flok akan lebih mudah dan cepat
terbentuk namun kendala biaya yang cukup mahal karena flokulasi harus satu
paket dengan koagulasi.
20
2.9.3 Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan
menghasilkan endapan dengan istilah sludge atau cake. Menurut [1] lumpur tersebut
tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan perlu diolah lebih lanjut. Endapan
lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai secara aerob
menggunakan bantuan oksigen untuk pertumbuhan bakteri (anaerob digestion),
kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan
pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated).
STP (Sewage Treatment Plant) adalah bangunan instalasi sistem pengolahan limbah
cair domestik. Air limbah yaitu air yang berasal dari sisa proses produksi dan kegiatan
lainnya yang tidak digunakan kembali. Air limbah domestik adalah air limbah dari
kegiatan rumah tangga, rumah susun, perumahan, perkantoran, apartemen, kantor
21
rumah dan toko, rumah sakit, pasar swalayan, mall, balai pertemuan, industri, sekolah,
maupun hotel, baik dalam bentuk greywater (air bekas) ataupun blackwater (air
kotor/tinja) [29].
STP (Sewage Treatment Plant) harus menangani jumlah limbah yang dirancang dan
memberikan hasil yang memuaskan, kualitas air yang diolah secara konsisten dan
berkelanjutan selama sekitar 10-15 tahun. Dalam perencanaan Sewage Treatment Plant
ini membutuhkan desain dan rekayasa yang tepat, dan diikuti dengan pengoperasian
dan pemeliharaan yang berkala [30].
Komponen dari Sewage Treatment Plant adalah suatu alat pendukung dari Sewage
Treatment Plant sendiri yang nantinya memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda
yang bertujuan mengurangi pencemaran di laut dan jika salah satu komponen ini ada
yang rusak pastinya akan mengurangi kinerja dari Sewage Treatment Plant itu sendiri
maka dari itu kita akan mengenal bagian-bagian dari Sewage Treatment Plant agar
nantinya dalam melakukan perbaikan dapat mengetahui komponen mana saja yang
dapat diperiksa antara lain :
1. Screen Filter
Pada tahap awal pembuangan ke STP terdapat kehilangan komponen melalui
penyaringan seperti kertas toilet, kertas plastik, padatan lain dan lain-lain. Hal-
hal tersebutlah yang nantinya akan merusak/menyumbat sistem proses
pengolahan limbah cair selanjutnya.
2. Biofilter
Bagian ini merupakan ruang aerasi yang mengolah setelah melewati screen
filter. Bantuan pompa, blower udara, jaringan perpipaan, media-media filter
dan disenfeksi (klorinator) [31].
22
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
Kerja praktik dilaksanakan sebagai studi lapangan berdasarkan persoalan pada bidang
lingkungan yang mencakup perencanaan pembangunan sistem drainase sekitar
kawasan proyek pembangunan Lampung City Mall dan The Bay Apartment.
3.1.1. Waktu
Kerja praktik dilaksanakan selama 4 minggu, terhitung dari tanggal 6 Juni 2022 s.d 6
Juli 2022 dengan hari kerja per minggu adalah 6 hari kerja dan jam operasional kerja 9
jam per hari
3.1.2. Tempat
23
.
Mulai
24
Pelaksanaan Kerja Praktik
25
3.3. Pengambilan dan Pengumpulan Data
Data primer sebagai data penunjang yang diperloeh secara langsung selama
pelaksanaan Kerja Praktik ini yaitu sebagai berikut :
a. Hasil dokumentasi lokasi dan setiap unit pengolahan Sewerage Treatment Plant
di lokasi Lampung City Mall
b. Pemantauan dan dokumentasi unit-unit tambahan untuk sistem water reuse
yang digunakan.
c. Pemantauan dan pelatihan cara kerja setiap unit yang digunakan pada
pengolahan Sewerage Treatment Plant
Data sekunder sebagai data penunjang yang diperloeh secara tidak langsung atau data
yang telah direncanakan oleh perusahaan. Data ini diperoleh melalui hasil perancangan
setiap unit oleh perusahaan terkait. Data berupa debit air limbah yang masuk per hari,
spesifikasi unit pengolahan air limbah, spesifikasi unit water reuse yang digunakan.
Selain itu, data-data gambar perancangan desain jalur pembuangan air limbah ke badan
air serta jalur pemanfaatan air limbah sebagai penyiram tanaman (planters) di kawasan
Lampung City Mall.
Pengolahan data pada penulisan laporan Kerja Praktik ini menggunakan kombinasi
data primer dan sekunder yang didapatkan. Metode yang digunakan berupa evaluasi
pengolahan air limbah sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia. Pengujian
mencakup perhitungan neraca air limbah domestik pada bangunan Mall dan Apartemen
serta efektivitas penggunaan unit pengolahan tambahan untuk keperluan penyiraman
26
tanaman. Analisis neraca air diperuntukkan sebagai acuan kelebihan atau kekurangan
air pengolahan yang berasal dari influen setiap unit hingga menuju air recycling. Hal
tersebut berguna mengidentifikasi dan analisis konsep water reuse yang digunakan di
Lampung City Mall. Setelah itu, data kualitas dan kuantitas air limbah pengolahan
(effluent) di Sewerage Treatment Plant Lampung City Mall juga disesuaikan dengan
acuan Standar Nasional Indonesia dan regulasi terkait pengelolaan air limbah domestik.
Data yang diperoleh ketika pelaksanaan Kerja Praktik akan dianalisis dengan baku
mutu air limbah yang dapat dibuang ke badan air atau dapat dikembangkan menjadi
konsep water reuse. Analisis data terdiri atas lokasi planters kawasan Mall yang akan
dialiri oleh air olahan Sewerage Treatment Plant. Setelah itu, data dilakukan analisis
terhadap pasokan debit air melalui evaluasi apakah debit dapat mencukupi semua
kebutuhan planters. Data-data juga disandingkan dengan regulasi-regulasi mengenai
baku mutu air limbah domestik. Selain itu, data analisis spesifikasi setiap unit water
reuse yang digunakan juga perlu disesuaikan dengan aturan yang mengatur konsep
water reuse. Semua data yang digunakan pada laporan Kerja Praktik ini sudah
mengantongi izin dari pihak yang perusahaan/bersangkutan untuk diolah dan
dievaluasi berdasarkan topik terkait efektivitas konsep water reuse pada Lampung City
Mall.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBBAHASAN
Lampung City merupakan bangunan komersil domestik yang terdiri atas Mall dan
Apartemen. Kebutuhan air bersih dan pengolahan air limbah menjadi salah satu hal
penunjang operasional Lampung City. Proses pengolahan yang dilakukan
menggunakan Sewage Treatment Plant (STP) berjenis extended aeration aerobik.
Pengolahan seperti ini umumnya digunnakan untuk mengolah air limbah domestik [32]
Kontruksi bangunan yang digunakan berupa konturksi underground (bawah tanah),
pada kontruksi jenis ini terdapat manhole udara yang diteruskan masuk untuk
kebutuhan kembang biak bakteri di pengolahan STP. Pengolahan yang digunakan pada
Lampung City terdiri atas beberapa unit seperti gambar :
Treated Bak
Bak
Water Tank/ Penampungan Bak Sedimentasi
Klorinasi
Filtrasi Lumpur
Sewage Treatment Plant (STP) yang tersedia berkapasitas 310 m3/hari untuk
menampung limbah cair Mall dan Apartemen. Selain itu terdapat debit Recyle sebesar
3 m3/jam untuk lumpur aktif hasil olahan di effluent dan Reuse air pada treated water
tank untuk kebutuhan pemanfaatan air olahan STP. Penggunaan STP Extended
Aeration dipergunakan untuk mengolah limbah domestik agar memenuhi standar baku
28
mutu air limbah domestik sehingga tidak membahayakan lingkungan ketika sudah
dibuang di badan air saluran perkotaan.
Pada sistem pembuangan air limbah domestik Lampung City menerapkan sistem
terpusat melalui Sewage Treatment Plant (STP) untuk kebutuhan pengolahan air
limbah yang berasal dari Mall dan Apartemen. Sewage Treatment Plant (STP) sebagai
salah satu instalasi pengolahan limbah cair dengan tujuan prioritas untuk mengolah
kotoran hasil rumah tangga/domestik yang berbahaya bagi lingkungan dan mahkluk
hidup. Air Limbah Lampung City diperoleh melalui hasil buangan closet, peturasan
(urinal), bak mandi, lavatory, tenan dapur (kithcen sink), janitor dan floor drain. Hasil
greywater dan blackwater yang bersumber dari Mall dan Apartemen dibedakan dengan
ukuran pipa yang berbeda serta selanjutnya digabungkan ke dalam penampungan
pertama sebagai pra-pengolahan air limbah di Grit Chamber. Bak penampung ini juga
dilengkapi dengan Screen yang berfungsi untuk memisahkan kotoran berdiameter
besar potensi menghambat dan merusak peralatan pengolahan berikutnya seperti
bahan karet, plastik serta bahan non degradable lainnya.
Sedangkan air limbah dengan kandungan lemak yang bersumber dari dapur tenan Mall,
food court atau restoran diolah melalui unit Grease Trap. Bak ini bertugas melalukan
29
pemisahan antara lemak dan air, sehingga air diteruskan ke pengolahan selanjutnya.
Secara berkala lemak yang terkumpul dibersihkan dan diangkut oleh operator Sewage
Treatment Plant (STP). Umumya dilakukan tiap 3-6 bulan sekali dalam setahun untuk
meminimalisir penumpukan lemak yang terlalu pekat dan melimpah.
Proses operasional Lampung City tidak akan sama setiap harinya, hal tersebut
bergantung dari kegiatan dan jumlah pengunjung Mall tiap hari. Jumalh pengunjung
meningkat maka limbah cair yang dihasilkan juga meningkat dari segi kualitas ataupun
kuantitas. Limbah yang terkumpul akan semakin memperburuk kualitas air limbah,
terutama bila pengunjung di hari libur. Oleh karena itu, debit air limbah ditentukan
menggunakan debit rata-rata yang diperoleh sebesar 12,9 m3/jam yang kemudian
masuk ke dalam pengolahan STP. Air limbah dapat ditinja melalui segi kualitas dan
kuantitas influen yang diperoleh unit pengolahan. Air limbah memiliki beberapa
parameter penting dan krusial, dalam perencanaan perusahaan ini air limbah dikaji
melaui parameter BOD, COD, TSS dan Amonia yang diolah pada STP. Parameter uji
air limbah berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai acuan dalam
pengujian dan perencanaan unit. Kualitas dan kuantitas air limbah didapat perusahaan
dari perencanaan jumlah dan jenis kegiatan yang dilaksanakan di Lampung City,
adapun kualitas berkaitan beban pencemar yang keluar hasil kegiatan seperti food court,
toilet, dan penggunaan air limbah lainnya. Sedangkan kuantitas tersebut mencakup
30
banyaknya jumlah senyawa organik yang diuji sesuai parameter air limbah. Paramater
dan jumlah banyaknya pencemar yang masuk ke STP dapat dilihat pada tabel 4.1.
Data-data beban pencemar digunakan dalam perancangan sistem, unit dan jenis Sewage
Treatment Plant yang tepat terhadap beban pencemaran Lampung City. Beban
pencemar BOD menunjukkan banyaknya pencemaran organik yang tercampur dalam
air, umumnya bersumber dari kegiatan rumah tangga atau komersil. Amonia terindikasi
berasal dari aktivitas toilet pada Lampung City yang mengeluarkan protein terkandung
dalam air seni/urine manusia serta kotoran manusia. Kemudian, konsentrasi pencemar
TSS berkaitan mengenai zat padat yang tersuspensi dalam air dan dapat dipengaruhi
oleh peningkatan pengunjung harian dan bulanan ke Lampung City.
Sistem pengolahan air limbah Sewage Treatment Plant (STP) merupakan salah satu
alternatif pengolahan. Debit air menjadi salah satu komponen keberhasilan penerapan
sistem tersebut, terlebih Lampung City mengusung konsep water reuse sebagai
langkah pengelolaan terhadap beban pencemar ke lingkungan sehingga dapat
dilakukan terhadap pemanfaatan air limbah. STP. Saat ini STP di Lampung City
mempunyai total kapasitas pengolahan sebesar 310 m3. Kapasitas rersebut didapatkan
melalui perhitungan perkiraan kebutuhan harian air bersih Lampung City yang meliputi
wilayah pembangunan tahap I. Berikut skematik alur Lampung City pada gambar 4.3.
31
Gambar 4. 4. Skematik Alur Neraca Air Lampung City
Lampung City memiliki perkiraan data jumlah pengunjung mall dan penghuni dengan
total 5.200 orang, dimana pengolahan air kotor dibebankan menuju STP di kawasan
tersebut. Perusahaan melakukan pasokan air bersih melalui Perusahaan Daerah Air
Minum PDAM dan sumur bor (deepwell) dengan kapasitas 390 m3/hari. Air bersih
ditampung pada tempat penampungan berupa Ground Water Tank (GWT) dengan
kapasitas total 618 m3 yang dikelompokkan berdasarkan kebutuhan air bersih sebesar
390 m-3 dan cadangan hidran kebakaran 228 m3. Sehingga STP mengelompokkan air
olahan/buangan menjadi 2 kategori yaitu kategori air buangan dan kategori air
recycling. Buangan air akan diteruskan menuju saluran perkotaan dan air recycling
dimanfaatkan untuk kebutuhan siram tanaman pada setiap tata letak taman di kawasan
Lampung City. Adapun proses pengolahan yang digambarkan melalui diagram sistem
skematik Sewage Treatment Plant (STP) pada gambar 4.4 berikut.
32
Gambar 4. 5. Sistem Sewage Treatment Plant
Air limbah dikelola berdasarkan prinsip water reuse dengan memanfaatkan unit reuse
yang ditempatkan sebagai pengolahan lanjutan di Sewage Treatment Plant (STP).
Limbah cair yang masuk di STP terlebih dahulu melewati berbagai pengolahan dengan
33
sifat aerobik (dengan udara), kemudian sistem reuse air limbah diawali dengan unit
klorinasi untuk penambahan senyawa klor dengan kadar tertenu ke dalam air. Unit
filtrasi berfungsi untuk menyaring partikel kasar yang berasal dari outlet pengolahan
utama Sewage Treatment Plant (STP). Unit pengolahan air pada Lampung City melalui
sistem Sewage Treatment Plant ( STP) terdiri dari beberapa unit yaitu Grease Trap &
Grit Chamber, Bak Ekualisasi, Bak Aerasi, Bak Sedimetasi, Bak Klorinasi, Bak
Effluent, Bak Penampungan Lumpur, Unit Filtrasi (sand filter dan carbon filter) hingga
treated water tank. Lumpur juga digunakan kembali sebagai kebutuhan bakteri tumbuh
pada proses biologis aerobik pengolahan, sedangkan air hasil olahan yang sudah aman
sesuai baku mutu air limbah domestik akan disalurkan melalui saluran perkotaan
sekitar dan kebutuhan water reuse ditetapkan apabila sudah sesuai baku mutu kualitas
air paling rendah yaitu kelas IV dengan peruntukan mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Proses ini merupakan tahapan pra-pengolahan air limbah, inlet akan menempatkan air
pada bak grit chamber sebagai penyaringan partikel kasar dan grease trap untuk
menangkap/memisahkan lemak, minyak, dan sampah lain dari kitchen yang bersumber
dari tenan restoran dan dapur apartemen. Debit yang masuk kedalam Grit Chamber
sesuai perencanaan STP yaitu sebesar 310 m3/hari atau 3,59 liter/detik. Pipa yang ada
pada inlet merupakan kombinasi pipa yang berasal dari apartemen dan Mall di
Lampung City. Total pipa terdapat 4 (empat) buah yang terkelompokkan atas jenis air
34
limbah, dapat dilihat berdasarkan ukuran pipa. Debit setiap pipa sebesar 0,89 liter/detik,
hal itu menunjukkan debit yang setara dengan inlet dari sumber air limbah Lampung
City.
Pengolahan dengan unit ini bertujuan untuk menyeragamkan fluktuasi debit influen
yang masuk pada tiap unit dan optimalisasi waktu proses lumpur. Bak ekualisasi
memiliki kapasitas volume sebesar 157,5 m3 dengan debit yang mengalir bernilai 5,46
liter/detik. Tahapan unit ini dibantu oleh pompa ekualisasi untuk mengaliirkan air ke
unit aerasi. Selain pompa unit ini dilengkapi mixer/aerator untuk menyamakan air
limbah khususnya domestik, terkait kualitas selama di bak ekualisasi. Proses
berlangsung untuk mencegah pengendapan material padatan di dasar bak. Bak ini
menerima aliran debit dari grit chamber dan grease trap dengan total inlet debit masuk
35
sebesar 1,79 liter/detik. Dalam bak ekualisasi debit akan disetarakan untuk
menghindari fluktuatif debit yang menganggu tekanan dan kecepatan aliran pada unit.
Besaran debit akan berubah pada pengolahan berikutnya yaitu bak aerasi. Pada inlet
unit ini, debit kurang sesuai terhadap kapasitas bak ekualisasi yaitu 5,46 liter/detik. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh minimnya kegiatan komersil yang dilakukan pada
Lampung City sehingga jam puncak tidak terlalu akurat. Operasional dan perawatan
harus rutin dilaksanakan untuk mengawasi komponen diffuser sebagai komponen yang
meningkatkan kinerja pengolahan biologis.
Pada tahap pengolahan ini debit air limbah influen ke bak aerasi sudah seragam yaitu
sebesar 3,64 liter/detik. Degradasi senyawa organik seperti BOD dan COD diterapkan
dalam kondisi aerobik (dengan udara), dan waktu retensi yang cukup realtif sungkat.
Pengolahan melalui komponen diffuser tipe fine bubble dengan gelembung udara halus
yang dirakit sepanjang bak aerasi. Kapasitas maksimal penampungan air limbah
sebesar 236,25 m3. Unit ini memiliki kekurangan terhadap efluen dan lumpur yang
dihasilakn perlu pengolahan lanjutan, oleh karena itu Lampung City merencakan
Sludge Tank untuk menampung lumpur hasil aerasi. Kapasitas yang dibebankan ke
36
aersai sebesar 0,006 liter/detik dengan pipa yang memiliki valve/katup untuk
mempermudah pengoperasian. Asumsi 20% tidak terolah bakteri dan 10% berupa
padatan. Jumlah debit yang masuk dan keluar dianggap sama dikarenakan perbedaaan
karena keberadaan sludge tank tidak berpengaruh terhadap proses aerasi. Berikur
penjabaran perhitungan rumus neraca air pada unit aerasi.
QAerasi = QBakekualisasi + QSludgetank
QAerasi = 3,64 liter/detik + (100-70)% x 0,019 liter/detik
QAerasi = 3,65 liter/detik
‘
Unit ini ditugaskan sebagai bak pengendapan yang berperan dalam pemisahan partikel
tersuspensi (TSS) dari air limbah melalui pengendapan secara gravitasi. Sedimentasi
juga berguna dalam penjernihan warna air melalui pemisahan kotoran/warna
terkandung. Padatan yang lebih kecil berat jenis akan mengapung ke permukaan air,
sedangkan sisanya akan diendapkan di dasar bak. Kapasitas volume sedimentasi STP
Lampung City sebesar 52,5 m3 dengan debit influen 3,64 liter/detik. Debit influen dan
debit keluar memiliki nilai yang sama sehingga pengolahan sudah berjalan baik dan
sesuai sistem seharusnya. Pada unit ini, jumlah padatan yang terapung seperti lumpur
dan sampah akan dihisap oleh scum skimmer, sehingga proses pengembalian lumpur
aktif berjalan normal. Lumpur akan dikembalikan kedalam bak aerasi dan sebagaian
37
akan dibuang kedalam bak penampung lumpur. Penggunannya melalui airlift pump
menggunakan tenaga udara yang dihembuskan air blower. Air olahan yang sudah
diolah mengalir ke arah celah/baffle lalu masuk ke dalam gutter di ujung bak
sedimentasi kemudian akan diteruskan menuju unit selanjutnya. Perancangan debit
diuraikan secara sistematis sebagai berikut.
QSedimentasi = VSedimentsai x td
QSedimentasi = 52,5 m3 x 4 jam
QSedimentasi = 3,64 m3/jam
QSedimentasi = QAerasi
Bak klorinasi berfungsi sebagai kontak antara air limbah dengan tambahan desinfektan
(kaporit), bertujuan untuk membunuh bakteri pathogen yang berpotensi timbul pada
aliran air limbah. Terdapat aksesoris penunjang yaitu bak tangki toren air dan dosing
pump yang berguna untuk mengatur kebutuhan debit/kadar campuran kaporit sesuai
kebutuhan lapangan. Pada unit klorinasi memiliki aksesoris berupa dosing pump, alat
tersebut bekerja dengan menginjeksikan cairan seperti zal kimia melalui laju aliran air.
Penggunaan alat disetujui karena efisien dan akurat dalam penerapannya. Debit dosing
pump STP Lampung City sebesar 10 liter/jam yang diaplikasikan dengan penggerakn
dan sistem kontrol terpusat.
38
Kapasitas debit sebesar 3,64 liter per detik untuk aliran air dari unit sedimentasi, dosing
pump tidak terlalu berpengaruh terhadap debit aliran air limbah dikarenakan pemberian
zat kimia dilakukan secara teratur dan berskala. Pemberian klor tidak dilakukan terus
menerus selama 24 jam, terdapat waktu pemberian dosis. Umumnya akan bekerja
ketika konsentrasi klor di unit klorinasi sudah menipis. Adapun perhitungan sistematis
sebagai berikut.
Besar debit masuk dan keluar pada unit ini masih seragam dengan unit sebelumnya
yaitu aerasi dan sedimentasi. Sehingga outlet debit pada unit klorinasi akan
mengeluarkan 3,64 liter/detik menuju unit effluent tank. Unit bangunan klorinasi juga
berbentuk 2 kompartemen hal tersebut disesuaikan atas kebutuhan debit air limbah
karena menjaga aliran air tetap berjalan dengan stabil. Selain itu, tujuannya untuk
menyeimbangkan tinggi muka air pada bak klorinasi. Sehingga potesi tumpahnya air
melebihi tinggi bak tidak akan terjadi.
39
Gambar 4. 12. Bak Tangki Toren Kaporit (Dosing Pump)
Penggunaan klorin pada proses pengolahan air limbah domestik Lampung City
dikarenakan kandungan klor pada kaporit akan mengoksidasi bahan organik termasuk
mikroorganisme dan patogen. Kandungan klor pada kaporit umumnya sebesar rentang
60% - 70%, sedangkan pada pengolahan di lapangan sering diberikan dosis kaporit
kandungan klor 70%. Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan efisiensi
pengolahan menggunakan klorinasi, selain itu juga kaporit juga dapat mengoksidasi
amoniak dari air limbah melalui cara reaksi senyawa kloramin yang akan oksidasi
menjadi N2 yang tidak berbahaya bagi lingkungan.
40
Merek SEKO -
Kuantitas 1 Unit
Sumber : Data Sekunder Perusahaan, 2020
Pada unit ini air yang sudah memenuhi baku mutu dipersilahkan untuk dibuang
kesaluran perkotaan di sekitar lokasi Lampung City. Terdapat aksesoris berupa pompa
sebagai pengatur air secara berkala menggunakan Water Level Control (WLC).
Kapasitas debit influen yang dihasilkan nilainya sama dengan unit klorinsai yaitu 3,64
liter/detik, dikarenakan bak effluent hanya menampung olahan hasil desinfeksi di unit
klorinasi. Pompa effluent yang digunakan hanya berpengaruh ketika akan digunakan
pada bak effluen.
QEfluen = QKlorinasi
QEfluen = 3,64 liter/detik
QEfluen = 3,64 liter/detik
Fungsi utama bak effluent adalah menampung air yang sudah selesai tahap pemberian
klorin sebelum dipompa ke kawasan atau digunakan sebagai penyiram tanaman,
kemudian dikendaikan oleh Water Level Control (WLC) untuk mengatur aliran air
secara otomatis pada ketinggian tertentu. Kondisi aliran air dengan bantuan Water
Level Control (WLC) juga berpengaruh terhadap effluent pump dan filter pump yang
ada di unit ini. Keduanya memiliki fungsi utama tersendiri, air limbah yang dibuang
akan dikerahkan oleh effluent pump menuju saluran perkotaan. Sedangkan sebanyak 2
unit filter pump diinstalasi pada bak effluent untuk menarik/pompa air menuju
pengolahan terakhir di unit filtrasi STP. Utamanya filtrasi pada pengolahan akan
menjernihkan air dari segi warna, kimia, bahan organik lainnya yang tidak terurai pada
pengolahan sebelumnya.
41
4.3.7. Bak Penampungan Lumpur
Saat ini STP Lampung City memiliki kapasitas debit lumpur sebesar 0,019 liter/detik,
namun dengan asumsi 20% lumpr tidak terolah bakteri dan 10% berupa padatan
menyebabkan lumpur akktif berkurang sekitar 30% terhadap kinerja biologis
kebutuhan bakteri di pengolahan extended aeration. Sehingga debit lumpur aktif hanya
sebesar 0,006 liter/detik saja. Identifikasi unit ini berfungsi untuk tempat penampungan
lumpur hasil proses penguraian secara mikrobiologi. Lumpur ini bersumber dari hasil
bak sedimentasi, dan akan terendap secara alamiah. Pemanfaatan lumpur kembali juga
terdapat pada STP di Lampung City dengan cara mengembalikan lumpur yang
melayang/scum menggunakan scum skimmer melalui airlift pump. Sehingga
menjadikan lumpur aktif sebagai sumber bakteri aktif untuk pengoalahan air limbah
kembali di STP. Proses dikerjakan secara otomatis melalui control panel untuk kontrol
dan pemeriksaan secara manual melalui katup yang tersedia. Lumpur mati yang
terendap pada bak penampung lumpur digunakan sistem penyedotan dengan mobil
tinja/limbah domestik pemerintah/swasta secara berkala, umunya dilakukan 2 (dua)
kali dalam satu tahun. Waktu detensi yang cukup lama mengisyaratkan bahwa proses
membutuhkan waktu relatif lama untuk mendapatkan hasil lumpur biologis yang baik.
Bakteri akan dirubah menjadi bentuk pengolahan yang meningkatkan pengolahan air
limbah sumber domestik.
42
Adapun sistem filter pump yang diterapkan pada STP di Lampung City memiliki
kapasitas dan spesifikasi sesuai tabel sebagai berikut :
Tabel 4. 3. Spesifikasi Filter Pump Yang Digunakan
Spesifikasi Filter Pump 1-2
Kapasitas 0.135 M3/menit
Tekanan/Head 25 M
Tipe Pompa Sentrifugal -
Model JP4.47 -
Tenaga Listrik 0.85 – 220 – 1 – 50 KW – V – PH – Hz
Aksesoris Check dan Ball Valve -
Merek GRUNDFOS -
Kuantitas 2 Unit
Sumber : Data Sekunder Perusahaan, 2020
4.3.8. Filtrasi
Pengolahan tahap ini adalah proses penyempurnaan produk (recycling) dari olahan
limbah proses sebelumnya. Unit filttrasi yang tersedia di STP Lampung City melalui
media filter sand filter dan carbon filter. Media filter tersebut akan menghilangkan
kekeruhan pada air dan menyerap berbagai kandungan , bau, rasa, dan warna pada
limbah cair yang akan diolah. Berikut adalah spesifikasi unit sand filter tank dan
carbon filter tank. Konsep water reuse merupakan pengolahan lanjutan dari STP
melalui pompa filter yang meneruskan air ke media filter untuk pemurrnian air limbah
cair domestik. Pengolahan filter memerlukan debit hanya 2,25 liter/detik untuk
mengisi media filter dengan fluida (air limbah) agar alat bekerja maksimal sesuai
perencanaan filter pump.
43
Gambar 4. 14. Unit Filtrasi
Umumnya pada STP limbah cair domestik, proses ini marak dijadikan unit pilihan
spesifikasi minimal untuk memiliki sand filter dan carbon filter dikarenakan banyak
pemanfaatan atau penggunaan kembali air limbah yang sudah diolah. Unit-unit filtrasi
dilengkapi dengan keran-keran yang berfungsi sebagai pengatur arah aliran, filtrasi
ataupun proses backwash dengan cara memutar keran sesuai petunjuk penggunaan
untuk pencucian balik. Media filter yang digunakan antara lain pasir silika, batu kerikin
untuk sand filter dan karbon aktif untuk carbon filter. Kapasitas kedua unit filter yaitu
sebesar 0,83 liter/detik, jumlah tersebut akan dilakukan pembagian terhadap jalur pipa.
Pipa saluran perkotaan untuk air olahan limbah yang sesuai persyaratan baku mutu
dengan debit 2,89 liter/detik. Sedangkan pipa lain akan mengalirkan air menuju
Recycle Tank dengan kapasitas 0,58 liter/detik. Unit filter akan mengurangi debit dari
filter pump karena debit dikelola pada Sand Filter dan Carbon Filter.
44
Gambar 4. 15. Sand Filter dan Carbon Filter
Spesifikasi Unit
Keterangan Sand Filter Tank Carbon Filter Tank
Kapasitas 3 M3/jam 3 M3/jam
Tekanan/Head 4–6 BAR 4–6 BAR
Tipe Manual - Manual -
Model FRP 14x65 - FRP 14x65 -
Tenaga - - - -
Listrik
Aksesoris Ball Valve, Pressure - Ball Valve, Pressure -
Gauge Gauge
Merek Lokal - Lokal -
Kuantitas 1 Unit 1 Unit
Sumber : Data Sekunder Perusahaan, 2020
Berdasarkan perencanaan awal dan lapangan terdapat perbedaan besar diameter tabung
filter yang digunakan, unit filtrasi Sewage Treatment Plant di Lampung City digunakan
tabung filter 1665 dengan ukuran diameter 16 inch yang digunakan dalam menyimpan
45
variasi media filter. Tabung filter terbuat dari bahan polyethlene (PE) untuk bagian
dalam serta dilapisi serat kaca dengan resin epoxy berkekuatan tinggi, sehingga sering
juga disebut tabung FRP (Fiber Reinforced Polymer). Maksimal laju air yang diproses
sepesar 4,5 m3/jam, sehingga untuk kebutuhan planter mall dan apartemen akan
tercukupi. Penggunaan tabung FRP ini sangat praktik dikarenakan sudah terinstalasi
kepala kran 3 way valve, yang memungkinkan bebas getaran, dapat mengantisipasi
kebocoran tabung, tekanan yang dihasilkan untuk air akan terkontrol dan optimal.
Selain itu instalasi tabung didesain secara khusus agar pengoperasian dan pemeliharaan
tabung mudah dilakukan, fasilitas tersebut mencakup fasilitas filter, backwash dan fast
rinse. Penggunaan ketiga fasilitas hanya dengan memindahkan arah valve/katup sesuai
dengan tujuan pemfilteran.
Perubahan antara rencana dan kondisi lapangan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya untuk memenuhi kebutuhan debit yang berpotensi lebih besar. Sehingga
keperluan water reuse akan menghasilkan keluaran debit besar dan akan
mengakomodasi setiap planter yang ada di kawasan mall dan apartemen. Kemudian
dengan besarnya ukuran diameter selaran menambah volume dan media filter untuk
keperluan input debit yang akan dikelola menjadi air layak pakai. Segi instalasi
pemasangan sand filter dan carbon filter, pada umumnya lebih dahulu sand filter
dikarenakan untuk mengurangi beban kerja karbon agar tidak diganti secara cepat
mengingat biaya karbon yang mahal.
46
organisme hidup dari media filter yang ada di dalam tabung filter. Proses pencucian
dilakukan secara manual dengan hanya memindahkan arah katup yang ada di kepala
tabung filter.
Lampung City sebagai pusat komersil pastinya dalam mengelola limbah cair
memerlukan tahapan yang intens dari pihak pengelola (owner). Karena hal tersebut
berkaitan mengenai sustainability bangunan dan lingkungan sekitar, proses
pengelolaan yang baik akan meminimasi kadar limbah yang terbuang ke lingkungan.
Hal tersebut juga berkaitan tentang kesehatan masyarakat sekitar yang terkena dampak
dan pencemaran lingkungan. Unit filtrasi ini membantu meningkatkan kualitas air yang
dibuang ke badan air sesuai baku mutu limbah cair domestik di Indonesia, selain itu
mendukung proses konsep dan sistem water reuse pada bangunan untuk kebutuhan
kawasan. Sebagai contoh pembersihan toilet (flushing), pencucian kendaraan,
akukultur atau menyiram tanaman. Sekaligus konsep ini menjadi satu inovasi baru pada
kawasan perbelanjaan dan perhotelan di daerah Lampung akan kesadaran pengelolaan
air menjadi layak pakai bahkan layak konsumsi yang memenuhi kelas baku mutu
kualitas air agar tidak membebani pencemar terhadap air permukaan atau air tanah
sekitar kawasan.
Pada proses akhir setelah filtrasi, air yang dikeluarkan melalui outlet carbon filter akan
ditampung dahulu kedalam bak penampungan. Bak tersebut difungsikan sebagai
wadah air hasil olahan sebelum dipompa menuju pipa-pipa yang terhubung menuju
planter mall. Pipa sambungan dari unit filtrasi mengalirkan air dengan kapasitas 0,59
liter/detik. Sedangkan debit reuse water/recycling sebesar 0,69 liter/detik, salah satu
faktor perbedaan nilai debit disebabkan pada proses filtrasi. Unit filter memerlukan
debit yang lebih dari umumnya, karena filter mampu mengelola debit maksimal hingga
1,25 liter/detik. Kedua unit filter mememrlukan tambahan debit melalui debit influen
ke unit filter, selain itu kebutuhan backwash filter juga dapat mengurangi debit aliiran
influen pada unit bak penampungan filtrasi (Recycle Tank).
47
Gambar 4. 16. Bak Penampungan Filtrasi
Karena proses filtrasi berlangsung secara cepat dan relatif dilakukan terus menerus,
maka diperlukan kolam penampungan yang cukup besar untuk menampung jumlah air
hasil olahan. Dimensi bak penampungan filtrasi / treated water tank sebagai berikut :
Panjang = 2,1 meter
Lebar = 6 meter
Tinggi = 3,1 meter
Berdasarkan kebutuhan pengolahan limbah cair maka penempatan unit ini sangat
cocok dibangun karena selain menampung air yang sudah bersih, bak juga digunakan
sebagai sumber kebutuhan water reuse yang diterapkan di Lampung City yaitu berupa
penyiraman tanaman.
Pada Lampung City analisis terhadap neraca air dibutuhkan sebagai informasi jumlah
air pada kegiatan di kawasan tertentu serta ketersediaan air berlebih (surplus) ataupun
kekurangan (defisit). Hal tersebut umumnya dilakukan untuk langkah antisipasi
berbagai kemungkinan terjadi pada kawasan seperti bencana banjir, kondisi hidrologi
air tanah, ketersediaan air permukaan, perubahan iklim dan sebagainya. Untuk
mengetahu neraca air suatu kawasan/daerah diperlukan perhitungan kebutuhan air
bersih hingga menuju sistem air kotor (limbah).
48
Perhitungan Neraca Air diuraikan sebagai berikut :
A. Kebutuhan air bersih
Keterangan :
Kebutuhan air bersih per orang per hari = 150 liter
Kebutuhan harian air bersih total (Qd) = 390 m3/hari
Kebutuhan air bersih rata-rata perjam (Qh)
Qh = Kebutuhan air tata-rata untuk air domestik
Qd
Qh =
h
390 𝑚𝑚3 /ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
=
10 jam/hari
= 39 m3/jam
Kebutuhan air bersih jam puncak (Qh – max)
C = Konstanta (1,5 – 2 )
Qh max = Qh x C
= 39 m3/jam x 2
= 78 m3/jam (kebutuhan Mall dan Apartemen)
B. Sumber Air dari PDAM
Air yang bersumber dari PDAM dapat mensuplai kebutuhan selama 1 hari penuh (24
jam) dengan tempat penampungan di reservoir bawah atau atap. Diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih pada bangunan Mall dan Apartemen. Air PDAM
menjadi opsi untuk suplai air bersih cadangan apabila air sumur dalam (deep well)
mengalami kerusakan/masalah.
Perhitungan sumber air dari PDAM :
Jam Pengaliran / operasi = 14 Jam
Laju aliran rata-rata (v) = 28 m3/jam
= 467 Liter/menit
Volume air sumber PDAM = 27,8 m3/jam x 14 jam
= 390 m3/hari
49
Kecepatan maximum air PDAM = 0,5 m/s
Diameter sambungan PDAM = pipa 80 mm
C. Volume bak penampung (Ground Water Tank)
Kapasitas bak penampung sebagai wadah air untuk kebutuhan air bersih dan air
pemadam kebakaran. Lampung City memiliki 2 bak penampungan GWT, dengan
berikut data masing-masing volume GWT yang dibangun untuk mencukupi kebutuhan
Mall dan Apartemen di Lampung City :
Volume GWT Mall = 110 m3
Volume GWT Apartemen = 280 m3
Total GWT Air Bersih = 390 m3
Cadangan Pemadam Kebakaran = 228 m3
Kapasitas Total Ground Water Tank = Total GWT Air Bersih + Cadangan
Pemadam Kebakaran
= 390 m3 + 228 m3
= 618 m3 ≈ 620 m3
D. Sistem Air Kotor/Air Limbah
Sebuah sistem pengolahan yang bertujuan mengurangi kandungan zat kimia, organik
hasil buangan dari bangunan Mall dan Apartemen dengan dominansi dari buangan
toilet, westafel (sink), tenan makanan, restoran dengan faktor timbulan air berkisar
50%-80% dalam penyaluran air buangan/air kotor. Perhitungan sebagai berikut :
Keterangan:
Qr = Debit rerata air kotor (L/detik)
Fab = Faktor timbulan air kotor (50-80%)
Qam = Kebutuhan rerata air minum (L/detik)
Kapasitas STP Lampung City (Qr) = Fab x Qam
= 80 % x 390 m3/hari
= 310 m3/hari (pembulatan)
50
Adapun berikut denah layout pipa penyiraman tanaman di Lampung City :
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Diadakannya perawatan rutIn setiap minggu untuk setiap unit STP sebagai
langkah pencegahan kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi.
2. Pihak pemilik harus menyediakan alternatif lain pemanfaatan olahan air limbah
seperti untuk kegunaan flushing toilet agar saluran kota tidak terbebani.
52
DAFTAR PUSTAKA
[1] Puji dan R. Nur, Pengolahan Limbah Cair Domestik Menggunakan Lumpur Aktif
Proses Anaerob., Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 2009.
[2] M. L. H. D. K. RI, Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia No: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik, MenLHK, 2016.
[3] A. Flores, C. Bukley dan R. Fenner, “Selecting Wastewater Sistem for
Sustainability In Developing Countries.,” dalam 11th International Conference
on Urban Drainage, Ediburgh, 2008.
[4] J. Nadayil, D. Mohan, K. Dileep, M. Rose dan R. R. Parambi, “A Study on Effect
of Aeration on Domestic Wastewater,” International Journal Interdiscip. Res.
Innov., vol. 3, no. 2, pp. 10-15, 2015.
[5] PT. Nusa Raya Cipta Tbk, “Annual Report : Embracing Challenges Acquiring
New Projects,” PT. Nusa Raya Cipta Tbk, Jakarta, 2020.
[6] P.P.R.I, Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta,
2001.
[7] A. Almufid, “Perencanaan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) Studi Kasus
Proyek IPAL PT. Sumber Masanda Jaya di Kabupatem Brebes Provinsi Jawa
Tengah Kapasitas 250 m2/hari,” Jurnal Teknik, vol. 9, no. 1, pp. 92-100, 2020.
[8] Knerr.H, Rechenburg.A, Kistemann.T dan Schmitt.T.G., “Performance of a
MBR for the treatment of blackwater,” Wat Scien and Tech, vol. 63, no. 6, pp.
1248-1254, 2011.
[9] Shaikh, Sameer.S.K dan Younus.S.K., “Grey Water Reuse: a Sustainable
Solution of Water Crisis in Pusad City in Maharashtra, India,” Interantional
53
Journal on Recent and Innovation Trends in Computing and Communication,
vol. 3, no. 2, pp. 167-170, 2015.
[10] I.-N. Abdullahi, H. K. Aliyu dan M. Dalil, “The Challenges of Domestic
Wastewater Management in Nigeria: A Case Study of Minna, Central Nigeria,”
International Society for Development and Sustainability, vol. 2, no. 2, pp. 1169-
1182, 2013.
[11] T. Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
[12] M. R, “Pengolahan Limbah Domestik Salinitas Tinggi (Saline Domestic
Wastewater) Dengan Teknologi Membran,” dalam Thesis, Semarang, Sekolah
Pascasarjana UNDIP, 2018.
[13] D. Angreni., “Efektifitas Tanaman Rumput Tiga Segi (Cyperus Odoratus) Dalam
Menurunkan Kandungan BOD Pada Air Buangan yang Bersumber Dari Rumah
Tangga (Domestic Wastes Water),” 2009. [Online]. [Diakses 22 Desember
2011].
[14] D. Mara, Domestic Wastewater Treatment in Developing Countries, United
Kingdom: Earthscan, 2004.
[15] M. Kholif, Pengelolaan Air Limbah Domestik, Surabaya: Scopindo Media
Pustaka, 2020.
[16] C. Tendean, T. S dan H. Karongkong, “Pengelolaan Air Limbah Domestik di
Permukiman Kumuh di Kelurahan Calaca dan Istiqal Kecamatan Wenang,”
Jurnal Lingkungan Binaan Arsitektur (Sabua), vol. 6, no. 3, pp. 293-306, 2014.
[17] Metcalf dan Eddy, Wastewater Engineering : Treatment, Disposal, Reuse, New
York: McGraw-Hill, 1979.
[18] D.L.H, Petunjuk Teknik : Pengelolaan Limbah Cair Kegiatan Pehotelan,
Surabaya: Dinas Lingkungan Hidup, 2019.
[19] G. Tchobanoglous, F. Burton dan H. Stendel, Wastewater Engineering Treatment
and Resue Edisi 4, New York: McGraw-Hill Education, 2004.
54
[20] W. N, “Analisis Perencanaan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) Pada
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Setiabudi PD Pal Jaya,” dalam Tugas
Akhir, Lampung Selatan, Institut Teknologi Sumatera, 2021.
[21] Setioyono dan Rahayu, Teknologi Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan,
2017.
[22] I. Gazali, Widiatmono.R.B dan Wirosoedarmo.R, “Evaluasi Dampak
Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas Terhadap Kualitas Air Sungai Klinter
Kabupaten Nganjuk,” Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biositem,, vol. 1,
pp. 1-8, 2013.
[23] Y. Ngili, Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul Edisi Pertama, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009.
[24] S. Hardiana dan A. Mukimin, “Pengembangan Metode Analisis Parameter
Minyak dan Lemak pada Contoh Uji Air,” Jurnal Riset Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri, vol. 5, no. 1, pp. 1-6, 2014.
[25] W. E.A, “The Influence of PH Characteristics on the Occurance of Coliform
Bacteria in Madura Strait,” Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 1, no. 3, 2015.
[26] Fatemeh.D, Z. Reza, A. Mohammad, K. Salome dan a. et, “Rapid Detection of
Coliforms in Drinking Water of Arak City Using Multiplex PCR Method in
Comparison with the Standard Method of Culture (Most Probability Number).,”
Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine, vol. 4, no. 5, pp. 404-409, 2014.
[27] L. Natalia, B. S.H dan M. D, “Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang
di Kabupaten Blora,” Unnes Journal of Life Science, vol. 3, no. 1, 2014.
[28] S. Bharadwaj dan J. Shraddha, “Automatic Wastewater Treatment Process to
Reduce Global Warming,” International Journal of Environmental Science, vol.
4, no. 2, 2013.
[29] Sugiharto, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Jakarta: UI PRESS, 1987.
55
[30] A. Kodavasal, The STP Guide : Design, Operational and Maintenance, Banglore:
Karnataka State Pollution Control Brand, 2011.
[31] S. Bennamoun, Teknik Pengolahan Air, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
[32] H. Singh, B. M.S dan R. A.S, “Decolourization of textile dyebath chloride rich
wastewater by electrolytic processes,” International Journal of Electrochemical
Science, vol. 12, no. 5, pp. 3662-3674, 2017.
[33] Suripin, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Yogyakarta: Andi
Offset, 2004.
[34] Kusuma, “Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Green Mansion
Residence Sidoarjo,” dalam Undegraduate Thesis, ITS, 2017.
[35] Gasali dan Ardiansyah, “Perencanaan Sistem Drainase (Studi Kasus Jalan Sungai
Beringin Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir),” Jurnal Selodang
Mayang, vol. 6, no. 3, 2020.
[36] B. Triatmodjo, Hidrologi Terapan, Yogyakarta: Betta Offset, 2010.
[37] PT. Nusa Raya Cipta TBK, “Nusa Raya Cipta,” PT. Nusa Raya Cipta, 17 May
2018. [Online]. Available: https://nusarayacipta.com/. [Diakses 2022 07 30].
[38] N. Said, Teknologi Pengolahan Air Limbah, Jakarta: Erlangga, 2017.
56
LAMPIRAN
1
2
3
Lampiran 2. Lembar Bimbingan oleh Pembimbing Prodi Teknik Lingkungan
4
Lampiran 3. Pernyataan Selesai Kerja Praktik dari Pihak PT.Nusa Raya Cipta
5
Lampiran 4. Penilaian Pembimbing Kerja Praktik
6
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan
7
8