TAMBANG TERBUKA
ESTIMASI NIKEL LATERIT
Oleh:
Talitha Hasna Fauzi
11200980000012
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS BESAR
MATA KULIAH TAMBANG TERBUKA
ESTIMASI NIKEL LATERIT
Oleh :
Teknik Pertambangan
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Menyetujui
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas besar ini singkat tepat pada waktunya. Adapun topik bahasan
dari tugas besar mata kuliah tambang terbuka ini adalah estimasi cadangan nikel laterit
menggunakan metode IDW (Inverse Distance Weighting).
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata
kuliah tambang terbuka, yakni Bapak Ahmad Fauzan Haryono, M.T dan Bapak Supardi Razak,
M.T yang telah membimbing kami selama bimbingan dalam menyelesaikan tugas besar ini.
Beserta asisten mata kuliah tambang terbuka yaitu Bang Nadhif Gahara, S.T serta Bang Vigo
Najmiadhim Perdana, S.T. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman angkatan saya yang telah membantu dan bersedia bekerja sama dalam belajar
bersama memahami tugas besar mata kuliah tambang terbuka ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan tugas besar tambang terbuka ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat
membuat tugas besar tambang terbuka ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.
3
DAFTAR ISI
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Estimasi Sumberdaya Nikel laterit Metode IDW ........................................... 25
Tabel 4.2 Hasil Estimasi Material Waste dan Ore Metode IDW ............................................. 25
Tabel 4.3 Hasil Estimasi Unsur Nikel (Ni) dan Besi (Fe) Metode IDW ................................. 25
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bijih nikel merupakan salah satu barang tambang penting di dunia. Manfaatnya
yang begitu besar bagi kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan logam anti karat,
campuran dalam pembuatan stainless steel, baterai Nickel-metal hybride, dan berbagai
jenis barang lainnya. Keserbagunaan ini pula yang menjadikan nikel sangat berharga
dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran dunia. (Waheed, 2002), (Notosiswoyo, S.,
2005) Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni nikel bersifat lunak,
7
tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan logam lainnya dapat membentuk baja tahan
karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat
(stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan
memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri
(Sukandarrumidi, 2007).
1. Bagaimana hubungan antara kadar unsur nikel (Ni) terhadap unsur besi (Fe),
sehingga memengaruhi tonase sumberdaya nikel laterit pada studi kasus yang
diketahui
2. Berapa jumlah tonase nikel laterit apabila dilakukan estimasi dengan metode
Inverse Distance Weighting (IDW).
1.3 Tujuan
8
1.4 Batasan Masalah
1. Hanya membahas mengenai unsur nikel (Ni) dan juga unsur besi ( Fe) yang terdapat
pada endapan yang akan diestimasi
2. Hanya membahas estimasi sumberdaya unsur Nikel (Ni) menggunakan metode
Inverse Distance Weighting (IDW) tidak dengan metode lain
3. Hanya menganalisis estimase sumberdayaa unsur Nikel (Ni) menggunakan bantuan
software Geovia Surpac 6.6.2, tidak menggunaan perhitungan manual
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pengerjaan tugas besar ini yaitu
menghitung sumberdaya nikel laterit dengan menggunakan metode Inverse Distance
Weighting (IDW). Data yang dikumpulkan dalam penyusunan ialah data sekunder yang
diberikan oleh dosen mata kuliah tambang terbuka. Data sekunder yang telah diketahui
berdasarkan studi kasus yang ada kemudian diolah serta dianalisis agar lebih mudah
dalam pemecahan masalah. Adapun pengolahan data yang dilakukan dalam estimasi
sumberdaya yaitu menggunakan metode Inverse Distance weighting (IDW) dengan
bantuan software Geovia Surpac 6.6.2. Dalam pengolahan data tersebut, diperlukan
data diantaranya yaitu:
a. Data litologi, yaitu berupa data profil nikel laterit titik bor.
b. Data assay, merupakan data hasil analisa kadar nikel.
c. Data collar, merupakan data koordinat serta elevasi titik bor.
d. Data survey, adalah data total kedalaman titik bor.
Data di atas kemudian diolah dengan bantuan Microsoft. excel untuk membuat
database awal dan kemudian data tersebut diimpor ke software Geovia Surpac 6.6.2
untuk selanjutnya agar dapat mengetahui sumberdaya nikel laterit.
Diagram alir pada alur pengerjaan estimasi sumberdaya mineral nikel laterit
adalah sebagai berikut.
9
Studi Literatur
Estimasi Sumber Daya
Pengumpulan dan
Pengolahan Data
Dilakukan penyusunan
BAB II laporan
tugas besar
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tambang Terbuka
Penambangan dengan metoda tambang terbuka adalah suatu kegiatan penggalian bahan
galian seperti batubara, ore (bijih), batu dan sebagainya di mana para pekerja berhubungan
langsung dengan udara luar.dan iklim. Tambang terbuka (open pit mining) juga disebut dengan
open cut mining; adalah metoda penambangan yang dipakai untuk menggali mineral deposit
yang ada pada suatu batuan yang berada atau dekat dengan permukaan. Metode ini cocok
dipakai untuk ore bodies yang berbentuk horizontal yang memungkinkan produksi tinggi
dengan ongkos rendah. Walaupun “stripping” dan “quarrying” termasuk ke dalam open pit
mining, namun strip mining biasanya dipakai untuk penambangan batubara dan quarry mining
yang berhubungan dengan produksi non-metallic minerals seperti dimension stone, rock
aggregates, dll. Apabila diyakini keberadaan endapan mineral dekat dengan permukaan,
hingga dapat dipastikan pemilihan metoda penambangannya adalah tambang terbuka (open
pit); hanya perlu dipertanyakan tentang “economic cut off limitnya”, hingga dimungkinkan
adanya perubahan metode penambangan ke arah underground (tambang bawah tanah) bila
penyebaran endapan mineral dapat menjamin
11
pengetahuan geologi yang spesifik. Sumberdaya mineral dikelompokkan lagi berdasar tingkat
keyakinan geologinya, kedalam kategori tereka, tertunjuk, dan terukur. Gambar 2.1
memperlihatkan hubungan antara hasil eksplorasi, sumberdaya mineral dan cadangan bijih.
Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi dan kemenerusan dari sumberdaya mineral harus
diketahui, diestimasi atau diintepretasikan berdasar bukti-bukti dan pengetahuan geologi yang
spesifik
Secara umum, penentuan volume deposit pada kawasan yang telah dilakukan pemboran
dapat dilakukan proses estimasi. Kadar dan atribut yang lain perlu diperhatikan saat proses
estimasi berlangsung. Keadaan geologi yang bervariasi mengakibatkan estimasi sulit untuk
dilakukan. Sehingga, perlu digunakan beberapa jenis dari metode estimasi yang dirancang
untuk tujuan yang berbeda-beda. Estimasi sumberdaya membutuhkan pertimbangan detail
sejumlah masalah kritis. Secara keseluruhan masalah terkait sedemikian rupa sehingga kualitas
sumber dapat merepresentasekan daya standar perkiraan dari suatu perusahaan. Ketika salah
satu faktornya tidak diperhatikan maka akan mempengaruhi hasil perkiraan sumberdaya yang
dilakukan. Kualitas perkiraan sumber daya mineral tergantung pada data yang tersedia dan
kompleksitas geologi. Namun, perkiraan sumber daya juga sangat kuat bergantung pada
keseluruhan keterampilan teknis dan pengalaman staf tambang, bagaimana masalah yang
dihadapi diselesaikan, tingkat perhatian terhadap detail pada setiap tahap, pengungkapan
terbuka asumsi dasar beserta pembenarannya, dan kualitas dokumentasi untuk setiap Langkah.
12
diinginkan. Ini sering tidak terjadi dan beberapa koreksi akan terjadi yg dibutuhkan. Jika
sampel tidak representatif, maka terjadi kesalahan akan diperkenalkan yang akan membiaskan
perkiraan sumber daya pada tahap akhir (Rossi, 2014).
Gambar 2.1 Hubungan antara hasil eksplorasi, sumberdaya mineral dan cadangan bijih
13
Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses pelapukan batuan ultrabasa, dalam
hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen, magnesium
silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.
Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air tanah yang kaya
akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan mengurai mineral-mineral
yang terkandung dalam batuan harzburgit tersebut. Kandungan olivin, piroksen, magnesium
silikat, besi, nikel dan silika akan terurai dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang
telah terbentuk tersebut, besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri
hidroksida. Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga kandungan
air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida menjadi mineralmineral seperti
goethite (FeO(OH)), hematit (Fe2O3) dan cobalt. Mineral-mineral tersebut sering dikenal
sebagai “besi karat”. Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan
magnesium, nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama
suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan
proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri merupakan unsur tambahan di dalam batuan
ultrabasa. Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine
group. Rumus kimia dari kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut
tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan
kombinasinya. Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka
Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah tidak
dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang
berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan rumus kimia
(Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi
adalah proses pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona pengkayaan supergen ini
terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk
zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang
selalu berubah-ubah, terutama dari perubahan musim. Dibawah zona pengkayaan supergen
terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun
pelindihan, yang sering disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu
batuan Harzburgit
14
Nikel merupakan salah satu komoditi tambang utama Indonesia yang masih menjadi
komoditi penghasil devisa cukup besar bagi negara. Profil endapan nikel laterit secara umum
dapat dibedakan dengan analisis profil dari atas ke bawah yaitu:
a. Iron cap (Ferric Crust), Iron cap merupakan lapisan teratas dalam profil endapan nikel
laterit dan berfungsi untuk melindungi lapisan di bawahnya dari bahaya erosi. Lapisan
ini dikenal pula sebagai zona tudung besi (ferriginous duricrust) karena mengandung
konsentrasi besi yang tinggi.
b. Limonit, Bagian ini dibagi menjadi dua lapisan karena terdapat perbedaan kandungan
konsentrasi besi. Lapisan bagian atas disebut limonistik sebab walaupun relatif kaya
akan oksida besi, lapisan ini tercampur dengan tanah penutup (top soil). Sementara
lapisan bagian bawah sangat kaya dengan oksida besi. Pengayaan (enrichment) tersebut
terjadi akibat proses pelindihan pada pembentukan zona saprolite. Zona limonit
merupakan hasil lapukan lebih lanjut dari batuan beku ultramafic yang didominasi oleh
oksida besi, goetit, dan magnetit. Ketebalan lapisan limonit berkisar antara 8 – 15 m
sehingga sering disebut overburden.
c. Saprolit, Zona saprolit merupakan zona yang kaya akan nikel sebagai hasil pelapukan
dari batuan asal masih terlihat, dari ukuran kerikil hingga bongkah. Komposisi
utamanya antara lain besi oksida, serpentin batuan ultrabasa, antara lain harzburgite,
peridotit, atau dunit dengan ukuran bongkahan yang besar, lebih dari 75 cm. Umumnya
tidak ditemukan-mineral ekonomis pada zona ini.
Ketebalan endapan laterit umumnya berkisar dari 10 sampai 40 meter dalam berbagai
kasus, serta mengandung lebih dari 1% Ni dan kurang dari 0,15%. British Geological Survey
(2009) menyatakan kadar kobalt yang ekonomis dalam endapan laterit berkisar antara 0,05-
0,15%. Adapun lapisan limonit cenderung mengandung kadar kobalt yang lebih tinggi,
sedangkan saprolit mengandung kadar nikel yang lebih tinggi.
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk
kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor
atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi telah ditemukan sejak zaman
dahulu dan tidak diketahui siapa penemu sebenarnya dari unsur ini. Besi dan unsur keempat
banyak dibumi dan merupakan logam yang terpenting dalam industri. Besi murni bersifat agak
15
lunak dan kenyal. Oleh karena itu, dalam industri, besi selalu dipadukan dengan baja. Baja
adalah berbagai macam paduan logam yang dibuat dari besi tuang kedalamnya ditambahkan
unsur-unsur lain seperti Mn, Ni, V, atau W tergantung keperluannya. Besi tempa adalah besi
yang hampir murni dengan kandungan sekitar 0.2% karbon. Besi terdapat di alam dalam bentuk
senyawa, misalnya pada mineral hematite (Fe2O3), magnetit (Fe2O4), pirit (FeS2), siderite
(FeCO3), dan limonit (2Fe2O3.3H2O). Unsur besi sangat penting dalam hampir semua
organisme yang hidup. Pada manusia besi merupakan unsur penting dalam hemoglobin darah.
Block model adalah suatu matrik block (atau disebut juga cell) dari dimensi x, y, z,
yang akan menampilkan volume deposit kepada yang diinginkan. Setiap block menentukan
bagian ruang tiga dimensi tertentu. Biasanya block berbentuk empat persegi panjang, juga
dapat berbentuk jajaran genjang. Setiap block diidentifikasi dengan sebuah nomor indeks dan
koordinat centroid. Setiap block juga ditetapkan untuk menyimpan hasil pengujian kadar logam
atau value-value kualitas yang diperlukan, dan informasi geologi dan spatial lainnya untuk tiap
hal penting yang terdapat dalam deposit.
Sebuah block model yang terdiri dari block-block uniform dimension disebut regular
block model atau konvensional block model. Ada dua jenis lainnya yang terdapat pada sebuah
block model, yaitu sparseness dan subceling. Dalam sebuah sparse block model, hanya satu
bagian dari jumlah total cell yang disimpan dalam block model. Biasanya, cell-cell yang tidak
disimpan dalam sebuah model itu berisi udara atau material yang tidak dapat ditambang
(nonmineable). Sebuah sparse block model memiliki syarat-syarat penyimpanan yang lebih
kecil daripada regular block model. Dalam sebuah subcell block model, tiap parent cell dapat
dibagi ke dalam unit-unit yang lebih kecil agar dapat menampilkan batas-batas geologi dengan
lebih baik, atau variasi dalam tingkat/kualitas, sehingga resource model yang memuaskan dapat
dicapai. Sebuah subcell block model memiliki syarat-syarat penyimpanan yang lebih besar
16
daripada regular block model, karena lebih banyak memiliki cell-cell dan karena dimensi cell-
cell ini harus disimpan dalam block model tersebut.
Inverse Distance Weighting (IDW) adalah salah satu metode interpolasi untuk menaksir
suatu nilai pada lokasi yang tidak tersampel berdasarkan data disekitarnya. Metode ini sering
digunakan dalam kegiatan eksplorasi karena dalam proses perhitungannya lebih sederhana dan
mudah dipahami. Menurut Voltz dan Webster (1990) untuk mendapatkan model variogram
yang stabil memerlukan 100 sampai 150 data, sedangkan metode IDW memerlukan minimal
17
14 data bila sebaran data cukup mewakili (Yasrebi dkk, 2009). Di samping itu, metode ini
memberikan hasil yang cukup akurat, sehingga penggunaannya cukup luas pada berbagai
bidang ilmu, termasuk Sistem Informasi Geografis (SIG). IDW menentukan nilai dari suatu
titik yang belum diketahui nilainya menggunakan kombinasi bobot linier dari suatu set titik-
titik sampel. Titik-titik sampel yang dimaksud merupakan titik-titik yang sudah diketahui
nilainya dan secara spasial letaknya paling dekat dengan titik yang akan ditentukan nilainya.
Sementara bobot yang dimaksud adalah fungsi jarak terbalik (inverse distance) titik-titik
sampel tersebut terhadap titik yang akan ditentukan nilainya
18
BAB III
PERENCANAAN TAMBANG TERBUKA
Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu perencanaan
akan berjalan dengan menggunakan dua pertimbangan yaitu pertimbangan ekonomis dan
pertimbangan teknis. Untuk merealisasikan perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program-
program kegiatan yang sistematis berupa rancangan kegiatan yang dalam perencanaan
penambangan disebut rancangan teknis penambangan Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan
karena merupakan landasan dasar atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang
khususnya tambang bijih nikel.
19
Cadangan Bijih Dari data hasil pemboran dan eksplorasi, dapat diketahui jumlah cadangan
bijih yang dapat ditambang (mineable). Dari jumlah bijih nikel hasil perhitungan cadangan
tersebut terdapat standar pengurangan yang digunakan oleh perusahaan sehinggga diperoleh
mining recovery. Standar pengurangan tersebut dapat berupa: Geologi faktor, Mining loss,
Dilution - Batas Penambangan (Pit Limit) dan Stripping ratio Batas penambangan ditentukan
dengan cara menentukan daerah yang layak untuk diproduksi. Cara penentuannya adalah
dengan memisahkan daerah yang layak dalam masalah kadar,diman kelayakan kadar adalah
cut off grade (COG). COG adalah kadar rata-rata terendah yang asih menguntungkan.
Kemudian langkah selanjutnya adalah menghitung stripping ratio (SR). SR adalah
perbandingan antara volume tanah penutup yang dipindahkan per satuan berat bijih (satuan
m3/ton). Sehingga dengan mengetahui nilai SR, maka dari daerah yang sudah memenuhi syarat
COG dilihat lagi SRnya. Jika SRnya lebih besar dari SR yang ditentukan perusahaan, maka
daerah tersebut tidak layak untuk diproduksi.
Wmin = 2R +JP + C + JA
Dimana:
W min = Lebar jenjang minimum
R = Radius putar alat muat excavator back hoe
JP = Jangkauan penumpahan back hoe
20
C = Lebar alat angkut
JA = Jarak aman
Analisis kemantapan lereng (slope stability) diperlukan sebagai pendekatan untuk
memecahkan masalah kemungkinan longsor yang akan terjadi pada suatu lereng. Lereng pada
daerah penambangan dapat mengalami kelongsoran apabila terjadi perubahan gaya yang
bekerja pada lereng tersebut. Perubahan gaya ini dapat terjadi karena pengaruh alam atau
karena aktivitas penambangan. Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak (driving
force) yaitu gaya yang menyebabkan kelongsoran dan gaya penahan (resisting force) yaitu
gaya penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang gelincir tersebut serta
tergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang gelincir atau sudut lereng Dimana: Fk > 1
berarti lereng aman Fk = 1 berarti lereng dalam keadaan seimbang Fk < 1 berarti lereng
dianggap tidak stabil
Pembongkaran adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan
induknya baik dengan cara penggalian dengan enggunakan alat gali maupun dengan cara
pemboran dan peledakan. Pada intinya pembongkaran ini bertujuan agar batuan dapat dengan
mudah dan cepat dilepaskan serta alat muat dapat dengan mudah memuat material ke alat
angkut. Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada loading point
yang bertujuan untuk memuat material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik dumping baik
itu grizzly atau pada disposal area. Penirisan tambang adalah upaya untuk mencegah atau
mengeluarkan air yang masuk atau menggenangi suatu daerah penambangan yang dapat
aktivitas penambangan. Perkiraan air yang masuk ke dalam tambang berasal dari air lipasan
berupa air hujan dan air tanah berupa rembasan. Sumuran dibuat untuk menampung air yang
masuk kedalam tambang dan dibuat pada dasar bukaan kemudian dipompa keluar menuju
kolampengendapan atau settling pond yang lainnya. Setelah dari tambang tersebut diendapkan,
sebagian dipergunakan untuk keperluan.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Data yang diperoleh untuk melakukan estimasi sumberdaya didasarkan pada data yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah tambang terbuka. Data tersebut berupa data titik
bor yang didapatkan dari hasil pemboran. Data titik bor yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 125 titik dengan eksplorasi pengeboran detail spasi 25 meter. Data yang diperlukan
yaitu data hasil pemboran coring, dimana dari hasil pemboran tersebut diperoleh data antara
lain: hole id, kadar (Ni), easting, northing, elevation, depth, dip, Data kadar tersebut diperoleh
setelah data pemboran kemudian diakumulasi dalam satu tabel data berupa tabel data
spreedsheet yang selanjutnya diolah dengan bantuan Microsoft Excel lalu data tersebut diimpor
ke software Geovia Surpac 6.6.2 untuk selanjutnya agar dapat mengetahui sumberdaya nikel
laterit.
Adapun tahapan yang dilakukan dalam estimasi sumberdaya adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan database berfungsi untuk membuat suatu bentuk sistem database dari data
pemboran (drilling), sekaligus mempermudah dalam mengelola input data, up date data, proses
data, ouput data dan layout-nya untuk mengetahui potensi bahan galian tersebut. Pembuatan
database digunakan untuk mengoreksi pengelompokkan serta kebenaran data eksplorasi yang
akan menghasilkan penyebaran titik bor yang merupakan data dasar dalam melakukan estimasi
sumberdaya. Perancangan sistem estimasi sumberdaya harus melihat parameter yang telah
ditentukan sebagai unit kontrol dalam melakukan perhitungan maupun standarisasi basis
(database) data bor. Database dibuat berdasarkan beberapa variabel seperti hole id (lubang bor),
koordinat titik bor (easting, northing, elevation/x, y, dan z), litologi nikel laterit yaitu limonit
(L), saprolit (S) dan bedrock (BDR), kedalaman lubang bor (eoh/end of hole), ketebalan setiap
lapisan nikel laterit (depth from – depth to), dan data kadar Ni. Hasil yang akan diperoleh dari
pengolahan data yang telah di import kedalam software Geovia Surpac 6.6.2 yaitu berupa
sebaran titik bor tiga dimensi dimana gambar titik bor tiga dimensi ini menampilkan gambaran
sebaran kadar dari bijih serta bentuk lapisan dari endapan bijih itu sendiri, dapat dilihat pada
gambar 4.1
22
Gambar 4.1 Drill hole 2D Planes Mode
Gambar 4.1 merupakan kenampakan titik bor yang telah diatur sehingga menampilkan
warna yang berbeda antara limonit, saprolit dan bedrock untuk memudahkan dalam
membedakan batas-batas penyebaran ore pada setiap lapisan. Selain itu pembedaan warna juga
dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan estimasi sumberdaya dengan
memisahkan kadar ore diatas COG dari masing-masing titik. Adapun pembagian warna yang
digunakan yaitu warna hijau untuk lapisan limonit, kuning untuk lapisan saprolit dan warna
merah untuk bedrock.
b. Pembuatan blok model merupakan bentuk atau media untuk menampilkan data-data yang
dihasilkan dari geological database dengan tujuan dapat mengetahui hasil, nilai atau model
yang akan dibuat nantinya untuk menaksir besar sumberdaya dari kadar yang telah ditentukan
sesuai dengan COG dari perusahaan sebagaiacuan dalam estimasi sumberdaya berdasarkan
penyebaran titik bor. Sebaran titik bor yang telah diperoleh dari pengolahan database dan telah
dilakukan proses klasifikasi kadar, dimana kadar tersebut dikelompokkan berdasarkan tipe
bijih (lapisan) yang sesuai dengan klasifikasi yang telah ditetapkan pada setiap titik bor agar
mendapatkan hasil yang akurat. Berikut hasil pembuatan blok model untuk endapan nikel
laterit yang diketahui tertera pada gambar 4.2
23
Gambar 4.2 Block Model Lapisan Saprolite
24
Tabel 4.1 Hasil Estimasi Sumberdaya Nikel laterit Metode IDW
Tabel 4.2 Hasil Estimasi Material Waste dan Ore Metode IDW
Tabel 4.3 Hasil Estimasi Unsur Nikel (Ni) dan Besi (Fe) Metode IDW
25
4. 2 Pembahasan
Sebelum melakukan perhitungan sumberdaya, terlebih dahulu harus mengetahui
parameter-parameter penting yang akan digunakan dalam estimasi sehingga estimasi yang
dilakukan akan lebih akurat hasilnya. Adapun parameter-parameter penting yang digunakan
dalam estimasi diantaranya yaitu densitas material. Densitas material sangat berperan penting
dalam melakukan estimasi, hal ini disebabkan karena densitas material adalah suatu parameter
yang digunakan untuk mendapatkan angka tonase dari suatu cadangan yang didapatkan dari
hasil kali volume dengan densitas material itu sendiri. Adapun densitas material bijih nikel
berdasarkan hasil kajian studi literatur untuk nikel laterit umumnya sebesar 1.83 ton/m3. Selain
itu untuk mengestimasi bijih,tentunya ada kadar batas penambangan yang dilakukan sehingga
klasifikasi bijih nikel berbeda. Berdasarkan data yang diketahui didapatkan parameter
klasifikasi bijih nikel dengan cut off grade Ni ≥ 1.35%. Dari parameter-parameter yang
disebutkan sebelumnya, estimasi sumberdaya dengan metode inverse distance weighted (IDW)
dengan menggunakan software Geovia Surpac 6.6.2 dapat dilakukan.
Dari hasil estimasi sumberdaya dengan menggunakan metode IDW pada analisis studi
kasus ini diperoleh tonase sumberdaya sebesar 1.359.399 ton.
26
BAB V
SIMPULAN
5.1 Simpulan
Dari hasil analisis estimasi sumberdaya nikel laterit menggunakan metode IDW yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dengan volume 1.637.831m3, rata-rata kadar Ni
1,38% dengan densitas 1.83 ton/m3 terdapat 1,9ton/m3 diperoleh hasil tonase sumberdaya
terindikasi sebesar 1.359.399 ton dari jumlah titik bor sebanyak 125 dengan spasi titik bor 25
m dan COG 1,35%.
Saya ucapkan terima kasih atas bimbingannya selama pembelajaran mata kuliah
tambang terbuka yang sudah dilakukan selama satu semester ini kepada Bapak Ahmad Fauzan
Haryono, M.T dan Bapak Supardi Razak, M.T. Selain itu, saya ucapkan terima kasih juga
kepada teman-teman angkatan saya yang sudah mau berjuang bersama-sama menyelesaikan
tugas besar dari mata kuliah tambang terbuka ini. Semoga ilmu yang didapat bisa bermanfaat
dan bisa diaplikasikan di masa yang akan datang
27
DAFTAR PUSTAKA
Buchanan, M.F. 1807. A Journey From Madras Through the Countries Of Mysore. Canada and
Malabar, Vol. 3
Voltz, M., Webster, R., 1990, A Comparison of Kriging, Cubic Splines and Classification for
Predicting Soil Properties from Sample Information. J. Soil Sci. 41, 473-490.
Waheed, Ahmad., 2002. Chemistry Mineralogy and Formation of Nickel Laterite, PT Inco
Indonesia.
Yasrebi, J., Saffari, M., Fathi, H., Karimian, N., Moazallahi, M and Gazni, R., 2009, Evaluation
and Comparison O f Ordinary Kriging and Inverse Distance Weighting Method For
Prediction Of Spatial Variability Of Some Soil Chemical Parameters. Research Journal
of Biological Science 4(1): 93-102.
28