Anda di halaman 1dari 28

DESAIN KEMAJUAN PENAMBANGAN PIT … DI PT

VALE INDONESIA TBK KECAMATAN NUHA


KABUPATEN LUWU TIMUR

PROPOSAL PENELITIAN

MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320200139

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
HALAMAN PENGESAHAN

MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320200139

DESAIN KEMAJUAN PENAMBANGAN PIT … DI PT


VALE INDONESIA TBK KECAMATAN NUHA
KABUPATEN LUWU TIMUR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah tugas akhir (TA)
pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia

Disetujui Oleh,

Ir. Nurliah Jafar, S. T., M. T., IPM.


NIPS. 109 09 0891

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan FTI-UMI

Ir. Nur Asmiani, S. T., M. T., IPP.


NIPS. 109 10 1032

KATA PENGANTAR
ii
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah segala puji atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “DESAIN KEMAJUAN PENAMBANGAN PIT … DI PT VALE
INDONESIA TBK KECAMATAN NUHA KABUPATEN LUWU TIMUR” tepat
pada waktunya.
Penulis dengan segala kekurangan dan kerendahan hati menyadari bahwa
dalam proses penulisan laporan ini banyak mengalami kendala, namun berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta berkah dari Tuhan Yang Maha Esa,
penulis dapat melalui kendala kendala tersebut. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Nur Asmiani, S.T., M.T., IPP., selaku Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Ibu Ir. Nur Asmiani, S.T., M.T., IPP., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing , Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Muslim Indonesia.
3. Dosen dan Staf Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Muslim Indonesia
4. Teman-teman Angkatan 2020 yang telah berjuang bersama-sama membantu
baik suka maupun duka.
5. Orang Tua tercinta yang telah memberikan nasehat dan dukungan baik secara
materi maupun moral.
6. Seluruh kerabat, sahabat, dan teman yang selalu mensuport dan membantu
dalam kegiatan penelitian penulis.
Akhir kata, penulis menghaturkan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan maupun kekhilafan. Semoga
dikemudian hari, laporan ini dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan
dan memberikan manfaat bagi pembacanya.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 17 Agustus 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Maksud dan Tujuan............................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah................................................................................... 2
1.5 Alat dan Bahan...................................................................................... 3
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................ 3
1.7 Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah .............................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Profil Perusahaan.................................................................................. 5
2.2 Proses Penambangan di PT Vale.......................................................... 7
2.3 Profil Endapan Nikel Laterit................................................................. 11
2.4 Desain tambang terbuka........................................................................ 12
2.5 Geometri jenjang................................................................................... 14
2.6 Geometri jalan tambang........................................................................ 15
2.7 Cadangan Bijih...................................................................................... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Tahapan Pendahuluan........................................................................... 19
3.2 Tahapan Penyajian Data....................................................................... 19
3.3 Tahapan Pengolahan Data..................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Peta Tunjuk Lokasi Penelitian............................................................ 4
2.1 Wilayah Konsensi PT Vale Indonesia Tbk (Sumber: Sustainibility
Report PT Vale Indonesia, 2017......................................................... 6
2.2 Tahapan penambangan yang dilakukan PT Vale Indonesia Tbk (PT
Vale Indonesia Tbk, 2017)................................................................. 7
2.3 Proses pengupasan tanah penutup (Dokumentasi Pribadi)................. 8
2.4 Proses ore mining (Dokumentasi Pribadi).......................................... 9
2.5 Screening station (Dokumentasi Pribadi)........................................... 10
2.6 Reklamasi pada PT. Vale (Dokumentasi Pribadi).............................. 11
2.7 Bagian – bagian jenjang..................................................................... 13
2.8 Safety banch dan fungsinya................................................................ 14
2.9 Geometri Jenjang................................................................................ 15
2.10 Lebar jalan dua jalur.............................................................................. 16
2.11 Penambangan melintang rancangan lebar jalan angkut dua jalur....... 17
2.12 Lebar jalan angkut pada tikungan....................................................... 18
3.1 Bagan alir Penelitian........................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nikel laterit merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah
khususnya di daerah Sulawesi. Penambangan endapan bijih nikel laterit pada
umumnya menggunakan metode open pit mining, karena metode penambangan ini
dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih nikel,
endapan bijih besi, endapan bijih tembaga, dan lain sebagainya. Dalam proses
penambangan endapan bijih nikel laterit akan terus mengalami kemajuan setiap hari
yang tentunya akan menyebabkan perubahan bentang alam di daerah.
Nikel laterit merupakan salah satu mineral logam hasil dari proses pelapukan
kimia batuan ultramafik yang mengakibatkan pengkayaan unsur Ni, Fe, Mn, dan Co
secara residual dan sekunder (Syafrizal et al., 2011; Burger, 1996). Nikel laterit
dicirikan oleh adanya logam oksida yang berwarna coklat kemerahan mengandung
Ni dan Fe (Cahit et al., 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan
endapan nikel laterit adalah morfologi, batuan asal dan tingkat pelapukan (Kurniadi
et al., 2017). Tingkat pelapukan yang tinggi sangat berperan terhadap proses
lateritisasi (Tonggiroh et al., 2012). Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari
proses pelapukan yang intensif pada batuan peridotit (Sundari dan Woro, 2012),
selanjutnya infiltrasi air hujan masuk ke dalam zona retakan batuan dan akan
melarutkan mineral yang mudah larut pada batuan dasar. Mineral dengan berat jenis
tinggi akan tertinggal di permukaan sehingga mengalami pengkayaan residu seperti
unsur Ca, Mg, dan Si. Mineral lain yang bersifat mobile akan terlarutkan ke bawah
dan membentuk suatu zona akumulasi dengan pengkayaan (supergen) seperti Ni,
Mn, dan Co (Golightly, 1979). Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalam
mencapai sasaran kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan
untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Konsep perencanaan
tambang meliputi bagaimana merencanakan dan merancang suatu tambang untuk
memeroleh dan mengangkat mineral yang bernilai ekonomis (Sasongko, 2009).
Tujuan penelitian ini yaitu membuat desain kemajuan pit penambangan dan
rancangan geometri jalan angkut sehingga proses kegiatan penambangan dapat

1
beroperasi dengan baik. Oleh karena itu peneliti tertarik dan mengangkat judul
penelitian mengenai “Desain Kemajuan Penambangan Pit PT. Vale Indonesia Tbk
Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur”

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian kerja praktik ini:
1. Bagaimana desain kemajuan penambangan pit …?
2. Berapa volume dan perkiraan total ore pada kemajuan penambangan pit …?
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pembongkaran dan pengangkutan
pada kemajuan penambangan pit ... ?
4. Bagaimana evaluasi geometri jalan angkut dan desain pengalihan jalan pada ?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui rancangan desain kemajuan


penambangan, volume, perkiraan total ore, lama waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan pembongkaran dan pengangkutan dan geometri jalan angkut.
1.3.2 Tujuan
1. Mengetahui desain kemajuan penambangan pit … ?
2. Mengetahui volume dan perkiraan total ore pada kemajuan penambangan pit
…?
3. Mengetahui lama waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembongkaran dan
pengangkutan pada kemajuan penambangan pit …?
4. Menentukan geometri jalan angkut yang ideal dan desain pengalihan jalan ?

1.4 Batasan Masalah

1. Desain kemajuan penambangan pit …


2. Hanya melakukan perhitungan volume dan perkiraan total ore pada kemajuan
pit penambangan
3. Hanya mengkaji lama waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembongkaran
dan pengangkutan pada kemajuan pit penambangan
4. Mengevaluasi jalan angkut pada pit … PT. Vale indonesia dan merancang
pengalihan jalan.

2
1.5 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:


1. Alat Pelindung Diri (APD)
2. Kamera handphone
3. Alat Tulis Menulis
4. Laptop

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini, yaitu:


1. Sebagai bahan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam membuat desain
kemanjuan pit penambangan
2. Meningkatkan kemampuan peneliti untuk menerapkan dan merancang
kemajuan pit penambangan
3. Sebagai referensi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang relavan dengan
penelitian ini.

1.7 Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administrasi wilayah penambangan PT Vale Tbk berada di Desa


Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini mulai dari tanggal 17 Agustus - 13 Oktober. Secara geografis terletak
pada koordinat 2°33’54.35”S 121°22’54.12”E. Lokasi penelitian dapat ditempuh dari
Makassar menuju Sorowako melalui transportasi mobil Bus selama ±13 jam.

3
Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi Penelitian

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


Sebuah ekplorasi di wilayah Sulawesi bagian timur pada tahun 1920-an
dilakukan oleh Beni Wahju, Hitler Singawinata dan tim eksplorasinya yang disebut-
sebut sebagai cikal bakal PT. Vale (sebelumnya bernama Inco). Ekspedisi ini
sekaligus untuk memastikan Indonesia memiliki 15% cadangan nikel dunia.
Kegiatan eksplorasi, kajian dan pengembangan tersebut terus dilanjutkan pada
periode kemerdekaan dan selama masa kepemimpinan Presiden Soekarno.
PT Vale (yang saat itu bernama PT International Nickel Indonesia) didirikan
pada bulan Juli 1968. Kemudian di tahun tersebut PT Vale dan Pemerintah Indonesia
menandatangani Kontrak Karya (KK) yang merupakan lisensi dari Pemerintah
Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan dan pengolahan bijih nikel.
Sejak saat itu PT Vale memulai pembangunan smelter Sorowako, Kabupaten Luwu
Timur, Sulawesi Selatan.
Sejak memulai produksi pada tanggal 1 April 1978, PT. INCO Tbk
mengalami perkembangan yang pesat. Tercatat pada tahun 1990, PT. INCO Tbk
telah menjadi perseroan terbatas dengan saham-sahamnya di Bursa Efek Jakarta
(BEJ). Selain itu, produksi nikel PT. INCO Tbk mengalami peningkatan menjadi
130,5 juta ton nikel dalam matte pada tahun 2000.
Pada tanggal 4 januari 2007, Companhia Vale do Rio Doce (CVRD) atau vale
yaitu salah satu perusahaan tambang bijih besi terbesar Brazil secara efektif
mengumumkan amalgamasi kepada Inco Limited. Tepat pada tanggal 27 Mei 2010
Vale Inco Canada Limited resmi berganti nama menjadi Vale Canada Limited
sehingga pada 24 januari 2012 nama PT Vale Indonesia Tbk secara resmi digunakan.
Perusahaan ini mengoperasikan tambang nikel open pit dan pabrik pengolahan di
Sorowako, Sulawesi, sejak tahun 1968 yang saat ini telah menjadi produsen nikel
terbesar di Indonesia dan menyumbang 5% pasokan nikel dunia.Melalui Perjanjian
Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan Januari 1996, KK
tersebut telah diubah dan diperpanjang masa berlakunya hingga 28 Desember 2025.

5
Gambar 2. 1 Wilayah Konsensi PT Vale Indonesia Tbk (Sumber: Sustainibility
Report PT. Vale Indonesia, 2017)

Pada bulan Oktober 2014, PT Vale dan Pemerintah Indonesia mencapai


kesepakatan setelah renegosiasi KK dan berubahnya beberapa ketentuan di dalamnya
termasuk pelepasan areal KK menjadi seluas hampir 118.017 hektar. Ini berarti
luasan areal KK telah berkurang hingga hanya 1,8% dari luasan awal yang diberikan
oleh Pemerintah Indonesia pada saat penandatanganan KK tahun 1968 seluas 6,6 juta
hektar di bagian timur dan tenggara Sulawesi akibat serangkaian pelepasan areal KK.
Operasi bisnis PT Vale Indonesia Tbk terdiri dari penambangan dan pengolahan bijih
nikel menjadi produk nikel dalam matte yang semuanya dijual berdasarkan
perjanjian penjualan jangka panjang dengan Vale Canada Limited (VCL) dan
Sumitomo Metal Mining Co., Ltd (SMM). PT Vale Indonesia Tbk hanya beroperasi
di Indonesia dan tidak memiliki anak perusahaan di negara lain.
Selama tahun 2017 tidak ada perubahan signifikan terkait segmen bisnis,
wilayah operasi maupun rantai pasokan. Seluruh produk nikel matte PT Vale
Indonesia Tbk dijual kepada Vale Japan (bagian dari Vale Canada Limited) dan
Sumitomo Metal Mining Co.Ltd, Jepang, sesuai dengan kontrak jangka panjang yang
telah disepakati. Selanjutnya nikel dalam matte diolah dan dijual ke industri sesuai
kebutuhannya, serta tidak ada produk yang ditarik kembali.

6
2.2 Proses Penambangan di PT. Vale
Tahapan penambangan yang dilakukan oleh PT Vale Indonesia Tbk dapat
dilihat pada Gambar 1.1. Metode penambangan yang diterapkan di PT Vale
Indonesia Tbk adalah metode penambangan open cast. Metode ini merupakan
penambangan dengan cara mengupas lapisan tanah penutup material berharga lalu
diangkut ke daerah pembuangan. Aktivitas pengupasan dan penggalian dilakukan
pada suatu permukan kerja yang berbentuk satu atau beberapa jenjang.
Perbedaan open cast mining dengan open pit mining adalah pada open pit
mining tanah penutup dikupas dan diangkut ke suatu daerah pembuangan yang tidak
ada endapan ekonomis di bawahnya, sedangkan pada open cast mining metodenya
hampir sama namun tanah penutup dibuang langsung ke lokasi yang berada di dekat
lokasi penambangan.

Gambar 2.2 Tahapan penambangan yang dilakukan PT Vale Indonesia Tbk (PT
Vale Indonesia Tbk, 2017).

Kegiatan penambangan dilakukan terdiri dari:


1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan merupakan tahap pertama dalam kegiatan pertambangan.
Tujuannya yaitu untuk mengupas top soil dan menyimpannya dalam bank of top soil.
Land clearing merupakan proses pembebasan hutan untuk disiapkan menjadi area
pertambangan baru berupa pemotongan pepohonan di sekitar area, pembabatan
hingga sampai akar-akarnya, serta pembakaran hutan. Agar tetap menjaga

7
lingkungan dan menghindarkan dampak buruk bagi warga sekitar. Untuk itu perlu
memperhatikan kondisi tanah sebelum pengecekan melakukan pembakaran atau
mengecek jenis pohon 8 yang akan ditebang. Kegiatannya dimulai dengan
memangkas pohon-pohon dan vegetasi lainnya dengan gergaji mesin oleh para
petugas tree cutting. Runtuhan pohon dan vegetasi lainnya kemudian didorong oleh
bulldozer untuk dikumpulkan lalu diangkut ke suatu tempat penyimpanan.
Selanjutnya, setelah semua jenis vegetasi tersebut habis, maka alat muat berupa
backhoe atau shovel akan mengupas top soil dengan maksimum tinggi dua meter.

2. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Stripping)


Bertujuan untuk menghilangkan material non ekonomis yang menutupi badan
bijih di bawahnya. Material yang tidak ekonomis atau overburden ini dikupas
menggunakan backhoe atau shovel dan selanjutnya ditimbun di tempat penyimpanan
overburden atau biasa disebut disposal. Disposal biasanya berbentuk lubang (pit)
besar yang sudah tidak ada lagi aktivitas penambangan.

Gambar 2.3 Proses pengupasan tanah penutup

3. Ore Mining
Cadangan mineral tambang PT Vale Indonesia Tbk dibagi ke dalam dua tipe
geologi yang berbeda yaitu East Block dan West Block. Penambangan ROM
dilakukan setelah lapisan penutup dikupas dan lapisan yang mengandung ore telah
tersingkap. Persiapan penambangan dilakukan dengan pembuatan jalan menuju level
yang telah direncanakan kemudian dilakukan penggalian bijih nikel dengan

8
menggunakan alat gali muat backhoe dan shovel serta alat angkut dump truck. Bijih
nikel kadar menengah (medium grade limonite) diangkut dan ditumpuk pada tempat
tertentu. Untuk bijih nikel kadar tinggi (saprolite ore) dengan kadar rata- rata 1,5%
untuk East Block dan 1,6% untuk West Block diangkut menuju stasiun penyaringan
(screening station).

Gambar 2.4 Proses ore mining (Dokumentasi Pribadi)

4. Stasiun Penyaringan (Screening Station)


Bijih nikel yang telah diangkut kemudian disaring di screening station. PTVI
sekarang memiliki lima screening station yang masih aktif, yaitu SS5, SS8, SS9,
SS10 dan SS11. Screening station 5,8,9,11 berada di daerah Sorowako dan SS10
berada di daerah Petea. Produk hasil dari screening station disebut screening station
product 10 (SSP) berupa ore basah yang disebut wet ore stockpile (WOS). WOS
diproses di bagian pengolahan yang menghasilkan produk yang disebut nikel matte
(80% Ni). Bijih nikel kadar menengah (medium grade limonite) diangkut dan
ditumpuk sedangkan bijih nikel kadar tinggi (saprolite ore) dengan kadar rata-rata
1,5%.
Bijih nikel kadar menengah (Medium Grade Limonite) diangkut dan
ditumpuk pada tempat tertentu, sedangkan bijih nikel kadar tinggi (Saprolite Ore)
dengan kadar rata-rata 1,5% untuk East Block dan West Block diangkut menuju
screening station.

9
Kegiatan penambangan berakhir sampai ore berada di stockpile. Kegiatan
selanjutnya dilakukan oleh pihak pabrik dengan memproses produk hasil dari
screening station atau yang biasa disebut dengan SSP lalu diumpankan ke tanur
pereduksi, dipanaskan, dan dilebur dalam tanur pelebur bertenaga listrik dan
dikonversi menjadi produk nikel dalam matte. Hasil dari proses ini disebut dengan
Dryer Kiln Product (DKP). Pengolahan nikel pada akhirnya menghasilkan nikel
berkadar 78% Ni dan dikemas dalam kemasan (bag) dengan kapasitas 3 ton nikel
matte yang diangkut ke Pelabuhan Balantang. Kegiatan berkunjung ke screening
station dilakukan pada tanggal 24 Desember 2021 di daerah Petea. Stasiun
penyaringan (screening station) dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 2.5 Screening station (Dokumentasi Pribadi)

5. Stockpile
Kegiatan penambangan berakhir sampai ore berada di stockpile dilakukan
oleh pihak pabrik dengan memproses produk hasil dari screening station lalu
diumpankan ke tanur pereduksi, dipanaskan, dan dilebur dalam tanur pelebur
bertenaga listrik dan dikonversi menjadi produk nikel dalam matte disebut dengan
dryer kiln product.
6. Reklamasi
Penghijauan atau kegiatan reklamasi dilakukan di daerah bekas tambang
(mine out) yang terlebih dahulu dijadikan disposal. Tahapan dalam penghijauan
adalah penyiapan benih pohon yang akan digunakan dalam penghijauan, persiapan

10
lahan yang akan dihijaukan, penyebaran top soil, penanaman rumput dan penanaman
pohon. PT. Vale Indonesia, mempunyai 2 site plant penambangan yang besar yaitu
Site Plant Sorowako dan Petea.

Gambar 2.6 Reklamasi pada PT. Vale (Dokumentasi Pribadi)

2.3 Profil Endapan Nikel Laterit


Endapan nikel laterit terbentuk pada
1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan tanah penutup ini terletak pada bagian atas permukaan.
Kondisi fisik lunak dan memiliki warna coklat kemerahan hingga gelap.
Kadar Ni kurang dari 1,3%. Di PT. Vale biasanya tebal dari lapisan
overburden sekitar 7 meter.
2. Limonit
Lapisan limonit terletak di bawah overburden, biasanya berwarna
kuning kecoklatan, agak lunak dengan unsur batuan yang halus dan
mengandung kandungan nikel rata-rata 1,4%-1,5%. Zona ini merupakan zona
transisi dari overburden ke saprolite dengan ketebalan sekitar 2-10 meter.
3. Saprolit
Lapisan ini terletak dibawah limonit. Lapisan ini biasanya di sebut
dengan ore zone. Tekstur dan struktur batuan dasar dapat dengan mudah
dikenali, berwarna kuning kecoklatan hingga kemerah-merahan. Zona ini

11
merupakan zona berkadar Ni yang tinggi. Yang memiliki kadar nikel 1,8%
dengan ketebalan rata-rata 2-15m.

4. Batuan dasar (Bedrock/Blue Zone)


Pada umumnya lapisan ini ditandai dengan bongkahan batuan-batuan
yang keras atau masif, berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan.
Secara lokal batuan ini disebut blue zone.
Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari
morfologi dan relief, umumnya endapan laterit

2.4 Desain tambang terbuka


Penambangan mineral dan batubara memakai sistem tambang terbuka
menyebabkan perubahan rona atau bentuk topografi suatu daerah menjadi sebuah
front penambangan. Secara umum tambang terbuka terdiri dari beberapa jenjang
(bench) dan jalan angkut.
1. Bench ( Jenjang )
Jenjang (bench) didefinisikan sebagai undakan di antara level tunggal dimana
bahan galian dan pengotornya ditambang pada muka jenjang (bench face). Beberapa
jenjang dapat dikerjakan secara bersamaan pada elevasi berbeda. Tinggi jenjang
adalah jarak vertikal antara titik tertinggi (crest) dan terendah (toe). Tinggi jenjang
biasanya menyesuaikan dengan spesifikasi alat yang beroperasi, misalnya alat bor
dan alat gali-muat.
Kemiringan jenjang (bench slope) adalah sudut antara garis horizontal dan
garis muka jenjang, biasanya dinyatakan dalam derajat. Untuk menambah kestabilan
lereng pit dan dengan alasan keselamatan, dibuat berms. Berm adalah lebar
horizontal dibatas lereng akhir. Interval, sudut lereng, dan lebar berm ditentukan
berdasar aturan geoteknik. Berm disebut pula dengan jenjang penangkap. Sudut
kemiringan lereng keseluruhan (overall pit slope angle ) adalah sudut dimana lereng
tambang terbuka dapat bertahan, diukur antara garis horizontal dengan garis imajiner
yang menghubungkan crest teratas dan toe terbawah.
Angle of repose atau angle of rest adalah kemiringan maksimum dimana
material lepas tetap bertahan tanpa mengalami longsoran. Suboutcrop depth adalah

12
kedalaman material pengotor yang harus dipindahkan sebelum bahan galian
tersingkap ke permukaan, atau dikenal dengan istilah pengupasan praproduksi

Gambar 2.7 Bagian-bagian jenjang

2. Safety bench (jenjang pengaman)


Setelah “cut“ pada Working bench dipotong tinggal tersisa Safety bench
(SB), Safety bench ini digunakan untuk acuan menghitung sudut total lereng
dalam penentuan batas pit ekonomis. Tujuan dari pembentukan jenjang ini
adalah :
a. Menangkap material longsoran dari jenjang bagian atas.
b. Menahan luncuran batuan dari atas

Biasanya lebar safety bench adalah 2/3 dari tinggi jenjang, kadang-
kadang dikurangi pada akhir penambangan sekitar 1/3 dari tinggi jenjang.
Dalam aplikasinya terkadang dibuat tumpukan dari material lepas (safety
berm) di antara kepala jenjang dan kaki jenjang yang berfungsi :

a. Membentuk parit antara tumpukan safety berm dengan kaki jenjang.


b. Penangkapan material yang jatuh.

13
Gambar 2.8 Safety bench dan fungsinya

2.5 Geometri Jenjang


Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal dan
lebar dari jenjang penangkap (catch bench). Rancangan geoteknik jenjang biasanya
dinyatakan dalam bentuk parameter-prameter untuk tiga aspek ini. Tinggi jenjang:
biasanya alat muat yang digunakan harus mampu pula mencapai pucuk atau bagian
atas jenjang. Sudut lereng jenjang: penggalian oleh alat gali mekanis seperti loader
atau shovel di permukaan jenjang pada umumnya akan menghasilkan sudut lereng
antara 60-65 derajat. Lebar jenjang penangkap: ditentukan oleh pertimbangan
keamanan. (Hustrulid & Kuchta,1995)
Pembentukan lereng dipengaruhi oleh karakteristik batuan, bentuk cadangan,
stripping ratio. Sudut muka jenjang dapat bervariasi tergantung dari karakteristik
batuan. Umumnya pada batuan masif sudut lereng antara 55˚ -80 ˚ . Sedangkan
batuan sedimen sudut lerengnya 50 ˚ -60 ˚ dengan tinggi jenjang 12-15 m.
Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal dan
lebar jenjang. Rancangan geoteknik jenjang biasanya dinyatakan dalam bentuk
parameter-parameter untuk ketiga aspek ini:
1. Tinggi Jenjang (Bench Height) Biasanya alat gali-muat yang digunakan
harus mampu mencapai crest (bagian atas jenjang). Apabila diinginkan
peningkatan dimensi jenjang maka ukuran alat gali-muat harus
menyesuaikan dengan pertimbangan tersebut.

14
2. Sudut Lereng Jenjang (face Angel) Pada umumnya pekerjaan penggalian
yang dilakukan memakai alat mekanis seperti backhoe atau shovel
dipermukaan jenjang akan menghasilkan sudut lereng antara 60 ˚ -70 ˚.
3. Lebar Jenjang (Bench Width) Lebar jenjang ditentukan berdasarkan faktor
keamanan. Tujuan pembuatan jenjang adalah untuk menahan tanah atau
batuan yang runtuh. Pembersihan berkala pada jenjang ini dilakukan
menggunakan bulldozer kecil atau motor grader.

Gambar 2.9 Geometri jenjang

2.6 Geometri Jalan Tambang


Geometri jalan ditentukan berdasarkan peralatan yang dipakai. Oleh karena
itu diperlukan rancangan jalan yang benar pada suatu tambang yang baru letak jalan
(ramp) keluar tambang sangat penting untuk diperhitungkan. Umumnya lebar jalan
yang aman adalah 4 kali lebar dump truck, berdasarkan dimensi tersebut
memungkinkan untuk lalu lintas dua arah, ruangan untuk truck yang akan menyusul,
selokan penyaliran, dan tanggul pengaman. Kemiringan jalan angkut didalam
tambang biasanya dirancang pada kemiringa 8 % atau 10 %.
Selama proses penambangan berlangsung, jalan angkut di dalam pit (ramp)
harus dibuat. Pemilihan ramp tergantung pada bentuk dan ukuran badan bijih,
ekonomis alat angkut, dan kestabilan lereng pit.

15
Gambar 2.10 Lebar jalan dua jalur
Jalan tambang merupakan salah satu sarana penting yang sangat
mempengaruhi kelancaran dan mempengaruhi biaya pertambangan. Oleh karena itu
jalan tambang harus dibuat berdasarkan kriteria teknik dan keselamatan kerja. MHR
(Mine Hauling Road) adalah sebuah istilah yaitu jalan yang di design untuk
menghubungkan area-area tertentu pada lokasi pertambangan. Fungsi utamanya yaitu
untuk menunjang kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan
pengangkutan.
Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan salah satu faktor penting
yang harus diamati secara detail dalam suatu kajian terhadap kondisi jalan tambang
karena akan mempengaruhi kinerja alat angkut yang melaluinya. Kemiringan jalan
angkut biasanya dinyatakan dalam bentuk persen (%). Kemiringan (α) 1% berarti
jalan tersebut naik (ramp up) atau turun (ramp down) 1 m pada jarak mendatar
sejauh 100m. Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan
baik oleh alat angkut besarnya kurang 10%. Namun untuk jalan naik maupun turun
pada daerah perbukitan, lebih aman menggunakan kemiringan jalan maksimum
sebesar 10% atau 45° (PT Vale Indonesia Tbk, 2019).
Ada beberapa geometri yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk
menunjang kelancaran dalam operasi pengangkutan antara lain:

16
1. Lebar jalan pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimun untuk jalan lurus didasarkan
pada Rule of Thumb yang dikemukakan Aasho Manual Rulal High-way
Design adalah:

Gambar 2.11 Penambang Melintang Rancangan Lebar Jalan Angkut Dua Jalur

L = n x Wt + (n + 1) (0,5 x Wt)
Keterangan:
L = Lebar jalan minimum pada jalan lurus
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar dump truck
Perumusan di atas hanya digunakan untuk lebar jalan dua jalur (n),
nilai 0,5 artinya adalah lebar terbesar dari alat angkut yang digunakan dari
ukuran aman masing-masing kendaraan di tepi kiri-kanan jalan.
2. Lebar jalan pada tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada jalan
lurus. Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung
berdasarkan pada:
a. Lebar jejak ban alat angkut.
b. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan
dan belakang pada saat membelok.
c. Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.

17
d. Jarak (space) alat angkut dengan tepi jalan.

Gambar 2.12 Lebar Jalan Angkut pada Tikungan

3. Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang
terbentuk oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam
karena perbedaan ketinggian. Bagian tikungan yang diberi superelevasi
dengan cara meninggikan jalan pada sisi luar tikungan. Hal tersebut
bertujuan untuk menghindari dan mencegah kendaraan agar tidak
tergelincir keluar jalan atau terguling. Selain itu, kendaraan dapat
mempertahankan kecepatan saat melewati tikungan.

2.7 Cadangan Bijih


Penentuan jumlah cadangan atau jumlah sumberdaya mineral yang memiliki
nilai ekonomis atau akan ditambang adalah suatu hal yang pertama harus dikaji,
dihitung secara benar sesuai standar perhitungan cadangan yang lazim/berlaku,
karena akan berpengaruh terhadap optimalisasi rencana usaha tambang, umur
tambang dan hasil yang akan di peroleh. Dalam hal penentuan cadangan bijih
Data utama yang diperlukan untuk menentukan taksiran cadangan bijih dapat
berupa data geologi, data kadar, data lokasi, peta topografi. Untuk menghitung
tonase ore (ton) diperoleh dari hasil kali volume ore (m3) dengan density batuan
(ton/m3).
Tonase Ore = Volume x Density

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Pendahuluan

Tahapan ini merupakan persiapan awal yang dilakukan sebelum penelitian


dengan tujuan mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan yaitu:
3.1.1 Persiapan Administrasi
Pada tahapan ini penulis mempersiapkan berkas-berkas administrasi sebagai
persyaratan dari jurusan dan fakultas sebelum melakukan penelitian.
3.1.2 Studi Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan studi literatur, yaitu
mempelajari berbagai referensi dari artikel, buku maupun jurnal penelitian
sebelumnya yang ada hubungannya dengan judul penelitian yang dipilih.

3.2 Tahap Penyajian Data

1. Penyusunan Laporan
Tahap penulisan laporan merupakan tahapan yang paling akhir dalam proses
yaitu penyusunan laporan. Tahap ini dilakukan dilokasi dan di Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.

3.3 Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data berupa pembuatan rancangan tambang dan sequence


penambangan menggunakan software surpac 6.5.1 serta mengitung produktivitas alat
mekanis.
1. Desain Kemajuan pit Penambangan PT. Vale Indonesia.
a. Penginputan data koordinat sebaran pada aplikasi microsoft excel.
b. Penginputan data koordinat dengan format CSV pada software Maptek
Vulcan
c. Pembuatan desain kemajuan penambangan pit … menggunakan software
Maptek Vulcan
2. Perhitungan volume menggunakan persamaan 2.1 dan tonase menggunakan
persamaan 2.2.

19
3. Perhitungan lama waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pembongkaran dan
pengangkutan pada kemajuan penambangan pit ...
a. Perhitungan produktivitas alat gali-muat menggunakan persamaan 2.14 dan
produktivitas alat angkut menggunakan persamaan 2.15.
4. Perhitungan Geometri Jalan Angkut.
a. Perhitungan geometri jalan angkut menggunakan persamaan 2.3,
persamaan 2.4 dan persamaan 2.8.
b. Pembuatan desain pengalihan jalan

20
TAHAP PENDAHULUAN
1. Administrasi
2. Studi Pustaka/Literatur
3. Pengenalan Perusahaan

TAHAP PENGAMBILAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

1. Dokumentasi 1. Data Topografi

2. Data Koordinat 2. Data geologi regional


3. Data alat gali muat
dan akat angkut

PENYUSUNAN LAPORAN
Penyusunan laporan kerja praktek ini
disusun berdasarkan format
penyusunan laporan Program Studi
Teknik Pertambangan FTI-UMI

SEMINAR
“DESAIN KEMAJUAN PENAMBANGAN PIT … DI PT.
VALE INDONESIA TBK KECAMATAN NUHA
KABUPATEN LUWU TIMUR”

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian

21
DAFTAR PUSTAKA

Cahit, H., Selahattin, K., Necip G, Tolga Q, Ibrahim G, Hasan S, Osman P., 2017.
Mineralogy and genesis of the lateritic regolith related Ni-Co deposit of the
Çaldağ area (Manisa, western Anatolia), Turkey. Canadian Journal of Earth
Sciense.
Golightly, J, P., 1979. Nickeliferous Laterite Deposits, Economic Geology 75th
Anniversary Volume, 710-735.
Hasanuddin, D.,Karim dan Djajulit, A., 1999, Pemantauan Teknologi Penambangan
Bijih, Dir. P.U. PPTM, Bandung.
Hustrulid, W. & Kuchta, M., (1995), “Open Pit Mine Planning and Design : Vol. 1-
Fundamentals”, AA Balkema, Netherland
Kurniadi, A., Rosana, F. M., Yuningsih, T. E., Pambudi, L., 2017. Karakteristik
Batuan Asal Pembentukan Endapan Nikel Laterit Di Daerah Madang dan
Serakaman Tengah. Padjadjaran Geoscience Journal, 1(2).
Tonggiroh, A., Mustafa, M., Suharto, 2012. Analisis Pelapukan Serpentin dan
Endapan Nikel Laterit Daerah Pallangga Kabupaten Palangga Sulawesi
Tenggara
Syafrizal, 2011. Karakterisasi Mineralogy Endapan Nikel Laterit di daerah
Tinanggea Kabupaten Palangga Provinsi Sulawesi Tenggara. JTM. XVIII
(4/2011).
Sundari dan Woro., 2012, Analisis Data Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk
Estimasi Cadangan dan Perancangan PIT pada PT. Timah Eksplorasi Di Desa
Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara, Universitas Nusa Cendana: Kupa

Anda mungkin juga menyukai