MAKASSAR
2022
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Sebagai Syarat Kelulusan Pada Praktikum Perencanaan Tambang Bawah Tanah
Pada Laboratorium Tambang Bawah Tanah Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia
Disetujui Oleh,
ASISTEN PARAF
Halaman Pengesahan - ii
Menyetujui,
Koordinator Laboratorium Tambang Bawah Tanah
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Tambang Bawah Tanah
Kata Pengantar - iv
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2019 yang membantu dalam penyusunan
laporan lengkap Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Muslim Indonesia.
8. Orang Tua saya tercinta yang telah mendukung penuh dalam hal ini membantu
baik secara moral maupun secara materi.
Akhir kata, penulis menghanturkan maaf apabila dalam penulisan laporan
lengkap ini masih banyak kesalahan maupun kekhilafan. Semoga kemudian hari,
laporan ini dapat memberikan ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi
pembacanya.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu.
Penulis
Kata Pengantar - v
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi - vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Peta Lokasi Praktikum ................................................................ 6
1.2.1 Metode Cut and Fill .................................................................... 11
1.2.2 Metode Room and Pillar ............................................................. 13
1.2.3 Metode Block Caving .................................................................. 14
1.2.4 Metode Longwall ........................................................................ 15
1.2.5 Metode Sublevel Open Stoping ................................................... 16
1.2.6 Metode Shrinkage Stoping .......................................................... 16
1.2.7 Timber ......................................................................................... 17
1.2.8 Besi Baja ..................................................................................... 18
1.2.9 Beton ........................................................................................... 19
1.2.10 Shotcrete ...................................................................................... 20
1.2.11 Rock Bolt ..................................................................................... 21
1.2.12 Wire Mesh ................................................................................... 21
1.4.1 Metode Cut and Fill .................................................................... 24
1.4.2 Metode Room and Pillar ............................................................. 26
1.4.3 Metode Block Caving .................................................................. 27
1.4.4 Metode Longwall ........................................................................ 28
1.4.5 Metode Sublevel Open Stoping ................................................... 29
1.4.6 Metode Shrinkage Stoping .......................................................... 29
1.4.7 Timber ......................................................................................... 30
1.4.8 Besi Baja ..................................................................................... 31
1.4.9 Beton ........................................................................................... 32
1.4.10 Shotcrete ...................................................................................... 33
1.4.11 Rock Bolt ..................................................................................... 34
1.4.12 Wire Mesh ................................................................................... 34
2.2.1 Air Flow ...................................................................................... 40
2.2.2 Mine Fan ..................................................................................... 42
2.2.3 Main Fan ..................................................................................... 43
2.2.4 Auxiliary Fan .............................................................................. 44
2.2.5 Booster Fan ................................................................................. 45
2.2.6 PVC Reinforced Spiral Ventilation Mining Duct ........................ 46
2.2.7 Anemometer ................................................................................ 46
2.2.8 Sling Pshycrometer ..................................................................... 47
2.2.9 Tampilan Software Kazemaru ..................................................... 48
2.3.1 Mine Fan ...................................................................................... 49
2.3.2 Mining Duct ................................................................................. 50
2.3.3 Anemometer ................................................................................. 50
2.3.4 Sling Pshycrometer ...................................................................... 51
2.4.1 New Node ..................................................................................... 52
Tabel Halaman
1.2.1 Klasifikasi Metode Penambangan ................................................. 12
Daftar Tabel - ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Tugas Pendahuluan;
B. Lembar Asistensi;
C. Kartu Kontrol;
D. Catatan Tiap Praktikum;
E. Curriculum Vitae;
F. Foto Bersama Tambang Bawah Tanah Kelas C8.
Daftar Lampiran - x
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan - 1
1.2 Maksud dan Tujuan
Pendahuluan - 2
2. Tujuan
a. Praktikan mengetahui prinsip rancangan terowongan tambang bawah
tanah;
b. Praktikan mengetahui pengaplikasian penyangga berdasarkan RMR dan Q-
System dipemodelan numerik (Software);
c. Praktikan mengetahui pemodelan numerik dan analisis kestabilan untuk
rancangan terowongan tambang bawah tanah.
Pendahuluan - 3
b. Mouse;
c. Colokan;
d. Tabel RMR dan Q-System;
e. Alat Tulis Menulis.
2. Bahan
a. Kertas Hvs A4;
b. Tugas Pendahukuan.
1.3.4 Rancangan Terowongan Tambang Bawah Tanah
1. Alat
a. Alat tulis menulis;
b. Laptop;
c. Mouse;
d. Colokan;
e. Problem set.
2. Bahan
a. Kertas Hvs A4;
b. Tugas Pendahuluan.
Pendahuluan - 4
1.5 Lokasi, Waktu dan Tempat Pelaksaan Praktikum
Pendahuluan - 5
119°26'0"E 119°26'30"E 119°27'0"E 119°27'30"E 119°28'0"E 119°28'30"E 119°29'0"E
5°7'0"S
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
5°7'0"S
Tallo
5°7'30"S
µ
5°7'30"S
m
0 240480 960 1,440 1,920
Tamalanrea
Bontoala LEGENDA
!
H KAMPUS UMI BATAS KECAMATAN
5°8'0"S
5°8'0"S
KOTA
SUNGAI
Kampus UMI JALAN
H
!
INDEKS PETA
120°0'0"E 125°0'0"E
5°8'30"S
5°8'30"S
Makasar
Kota Makassar
0°0'0"
0°0'0"
Panakukkang
LOKASI FTI
5°0'0"S
5°0'0"S
120°0'0"E 125°0'0"E
5°9'0"S
5°9'0"S
Geographic Coordinate Syste: GCSWGS 1984
KOORDINATOR LABORATORIUM
DIBUAT OLEH
5°9'30"S
YUDHY SAPUTRA ASLAN
09320190020
Manggala
SUMBER PETA
https;//tanahair.indonesia.go.id
Rappocini
MAKASSAR
5°10'0"S
5°10'0"S
2022
Tamalate
119°26'0"E 119°26'30"E 119°27'0"E 119°27'30"E 119°28'0"E 119°28'30"E 119°29'0"E
Gambar 1.1 Peta Lokasi Laboratorium Pendahuluan - 6
5°9'30"S
BAB II
LAPORAN TIAP MATA
ACARA
PENGENALAN TAMBANG
BAWAH TANAH
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN TAMBANG BAWAH TANAH
ASISTEN LABORATORIUM
MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN TAMBANG BAWAH TANAH
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk
membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis
dari batuan induknya untuk diolah lebih lanjut sehingga dapat memberikan
keuntungan yang besar dengan memperhatikan keamanan dan keselamatan kerjayang
terbaik serta meminimalisasi dampak lingkungan yang dapat ditimbulkannya.
Perencanaan Tambang merupakan suatu proses penetapan desain tambang dan
langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam menentukan kelayakan
rancangan tambang dan tahapan pelaksanaan operasi penambangan guna mencapai
hasil yang telah ditentukan. Suatu perencanaan yang baik harus ditunjang dengan
berbagai unsur yang saling terkait.
Ilmu pertambangan merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
meliputi pekerjaan penyelidikan, pencarian, studi kelayakan, persiapan penambangan,
penambangan, pengolahan dan penjualan mineral-mineral atau batuan yang memiliki
arti ekonomis (berharga). Tambang dalam tambang bawah tanah(underground mining)
adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya
dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung
berhubungan dengan udara luar.
Pada praktikum kali ini, kita mempelajari tentang berbagai metode
pernambangan pada tambang bawah tanah, infrastruktur yang digunakan pada
tambang bawah tanah serta kita mempelajari tentang jenis-jenis supporting yang
digunakan pada tambang bawah tanah. Untuk menjaga kestabilan terowongan
diperlukan pula penyangga-penyangga terowongan. Berbagai metode penyanggaan
(ground support) telah dikembangkan. Penyanggaan yang optimal akan mendukung
kelangsungan kinerja dan juga keselamatan semua pekerja. Ventilasi tambang
digunakan untuk mensuplai oksigen. Selain itu, ventilasi juga mesti memastikan agar
semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas beracunyang
ditimbulkan oleh peledakan bisa segera dibuang keluar. Untuk memaksa agar udara
mengalir ke terowongan, digunakanlah fan (kipas) raksasa (Supratman, 2018).
1.2.1 Maksud
Praktikan mencari informasi dan mengidentifikasi mengenai berbagai metode
penambangan, infrastruktur, dan jenis-jenis supporting (Penyangga) pada tambang
bawah tanah.
1.2.2 Tujuan
Mengetahui berbagai metode penambangan, infrastruktur, dan jenis-jenis
supporting (Penyangga) pada tambang bawah tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Potongan kayu yang patah dapat digunakan kembali untuk wedges , tambalan
dan sebagainya.
Kerugiannya adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan mekanik tergantung pada struktur berserat dan cacat alam yangter
jadi di dalam kayu.
2. Kelembaban memiliki efek yang sangat jelas pada kekuatan.
3. Banyak jamur hidup dalam kondisi lembab yang mempengaruhi kayusehingga
kekuatannya jauh berkurang.
2.2.2 Besi baja
Penyangga ini umumnya dibentuk seperti busur (steel arch set), dan pada umumnya
digunakan didaerah portal atau lubang utama masuk kedalam tambang, karenaumumya portal yang
ada dibagian tebing bukit, terdapat batuan-batuan yang sudahmengalamai pelapukan dan mudah
lepas, sehingga diperlukanpenyanggaan yangkuat untuk menghindari terjadinya longsor
Keuntungan penyangga besi atau baja :
1. Homogen danmemiliki sifat elastisitas yangtinggi
2. Tidakdipengaruhi oleh kelembaban
3. Lebihtahan lama
Kerugian penyangga besi atau baja :
1. harganya yangmahaldan sulit pemasangannya, karena lebihberat
2.2.3 Beton
Penyanggan ini, dibuat dari bahan-bahan semen, semen, pasir, aggregat dan air
yang kadang-kadang ditambah CaCl2 (calcium clorida) yang berfungsi mempercepat
waktu pengerasan (curing time). Dinding atau atap terowongan yang akan
disanggadengan semen cor/beton, biasanya terlebih dahulu dipasang besi-besi rebar
(mat-rebar), untuk memperkuat struktur semen cor/betonnya
Keuntungan penyangga semen atau beton Antara lain:
1. Mempunyai kuat tekan yang tinggi.
2. Tahan terhadap pengaruh cuaca
BAB II
PROSEDUR PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Karena banyak batubara yang disisakan, akan meninggalkan masalah dari segi
keamanan untuk penerapan di lapisan batubara yang mudah mengalami terbakar.
dapat menyebabkan macetnya proses penurunan. Ukuran “broken ore” tidak dapat
dikontrol.
3. Potongan kayu yang patah dapat digunakan kembali untuk wedges, tambalan dan
sebagainya.
Kerugiannya adalah sebagai berikut:
1. Keunggulan mekanik tergantung pada struktur berserat dan cacatalam
yangterjadi di dalam kayu.
2. Kelembaban memiliki efek yang sangat jelas pada kekuatan.
3. Banyak jamur hidup dalam kondisi lembab yang mempengaruhi kayu sehingga
kekuatannya jauh berkurang.
4.2.2 Besi baja
Penyangga ini umumnya dibentuk seperti busur (steel arch set), dan pada
umumnya digunakan didaerah portal atau lubang utama masuk kedalam tambang,
karenaumumya portal yang ada dibagian tebing bukit, terdapat batuan-batuan yang
sudah mengalamai pelapukan dan mudah lepas, sehingga diperlukan penyanggaan
yang kuat untuk menghindari terjadinya longsor
Keuntungan penyangga besi atau baja :
1. Homogen danmemiliki sifat elastisitas yangtinggi
2. Tidakdipengaruhi oleh kelembaban
3. Lebihtahan lama
Kerugian penyangga besi atau baja yaitu harganya yang mahal dan sulit pemasangannya,
karena lebih berat.
4.2.3 Beton
Penyangga ini dibuat dari bahan-bahan semen, semen, pasir, aggregat dan air
yang kadang-kadang ditambah CaCl2 (calcium clorida) yang berfungsi mempercepat
waktu pengerasan (curing time). Dinding atau atap terowongan yang akan disangga
dengan semen cor/beton, biasanya terlebih dahulu dipasang besi-besi rebar (mat-
rebar), untuk memperkuat struktur semen cor/betonnya
Keuntungan penyangga semen atau beton Antara lain:
1. Mempunyai kuat tekan yang tinggi.
2. Tahan terhadap pengaruh cuaca.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum ini adalah kita dapat
mengetahui metode penambangan yang digunakan dan jenis supporting (penyangga)
pada tambang bawah tanah.
5.2 Saran
MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
VENTILASI TAMBANG BAWAH TANAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Praktikan mengetahui prinsip dan peralatan serta dapat merancang jaringan
ventilasi udara pada tambang bawah tanah.
1.2.2 Tujuan
1. Praktikan mengetahui prinsip dan peralatan ventilasi tambang bawah tanah.
2. Praktikan mengetahui penggunaan program computer untuk ventilasi
tambang bawah tanah.
3. Praktikan dapat merancang jaringan ventilasi udara tambang bawah tanah.
1.3.1 Alat
1. Mine Fan;
2. PVC reinforced spiral ventilation mining duct;
3. Anemometer;
4. Sling Psychrometer;
5. Software Kazemaru;
6. Laptop;
7. Mouse;
8. Stop kontak.
1.3.2 Bahan
1. Alat tulis menulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem ventilasi pada kegiatan penambangan bawah tanah merupakan hal yang
sangat penting, berbeda dengan tambang terbuka, pada tambang bawah tanah
ketersediaan udara sangat terbatas. Pada tambang bawah tanah udara yang ada sangat
terbatas ditambah dengan aktivitas penambangan yang menimbulkan debu sehingga
keberadaan ventilasi sangat dibutuhkan dalam sistem penambangan bawah tanah.
Apabila tidak ada ventilasi dalam tambang bawah tanah akan berakibat, sulitnya para
pekerja bernafas dan yang lebih buruk dapat menyebabkan kematian.
Dengan adanya ventilasi yang baik pada tambang bawah tanah maka para
pekerja akan merasa nyaman ketika mereka bekerja. Pada tambang bawah tanah sistem
ventilasi sangat berperan penting dalam hal pemenuhan kebutuhan udara pernafasan
pekerja, membersihkan udara kotor dan gas-gas beracun, mengurangi konsentrasi debu
dan juga mengatur panas dan kelembaban udara di dalam tambang sehingga tercipta
kondisi kerja yang aman dan nyaman. Jika temperatur udara tidak sesuai dengan
temperatur efektif yang disarankan oleh KEPMEN-555K yaitu antara 18˚-24˚C maka
front kerja tersebut harus dikondisikan agar sesuai denganpersyaratan tersebut.
Pada tambang batubara bawah tanah (underground mine), dapat diasumsikan
terjadi berbagai macam sumber panas yang dapat meningkatkan suhu udara di area
tambang bawah tanah. Diantaranya panas dari batuan, panas dari alat yang digunakan,
dan panas dari tubuh pekerja. Ditambah dengan sistem ventilasi yang kurang baik
maka peningkatan suhu di area penambangan bawah tanah tidak dapat dihindarkan.
Kemudian agar udara yang masuk ke dalam tambang bawah tanah dapat sesuai
dengan kebutuhan udara yang dibutuhkan oleh para pekerja, maka diperlukan
perhitungan jumlah karyawan yang bekerja di dalam tambang bawah tanah,
menghitung luas penampang terowongan, menghitung kecepatan angin, jumlah angin
masuk dan yang keluar dari dalam tambang bawah tanah tersebut. Untuk
menciptakan kondisi kerja yang nyaman bagi pekerja, perlu dilakukan pengkajian
terhadap beberapa parameter yang meliputi; jumlah dan kondisi gas, jumlah peralatan
mesin yang beroperasi serta kondisi suhu dan kelembaban udara sehingga dengan
dilakukan pengkajian terhadap parameter ini, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
udara yang diperlukan untuk kelangsungan operasional yang memenuhi persyaratan
kepmen 555k (Heriyadi, 2017).
Dalam tambang bawah tanah, ventilasi merupakan hal yang sangat penting
dalam pendukung semua kegiatan pertambangan bawah tanah yang dapat dibilang
minim udara bersih. Dalam pembuatan ventilasi tambang bawah tanah ini maka harus
didukung oleh peralatan-peralatan yang dapat digunakan, agar tercipta supply udara
yang baik serta cukup dalam suatu tambang bawah tanah.
pekerja tambang tapi juga bagi alat-alat mekanis di lokasi tersebut. Pada dasarnya,
sistem ventilasi tambang bawah tanah ini memiliki tiga fungsi umum, yaitu:
1. Sebagai kontrol kualitas dan kuantitas udara, yaitu menyediakan dan mengalirkan
udara segar ke dalam tambang untuk kebutuhan pernafasan pekerja dan proses lain
yang ada di dalamnya, termasuk debit dan tekanan.
2. Melarutkan dan membuang gas-gas pengotor hingga mencapai kondisi balance
(equilibrium) terutama setelah aktivitas peledakan dan memenuhi syarat bagi
aktivitas penambangan.
3. Menyingkirkan debu dan partikuler hingga berada di bawah nilai ambang batas
(NAB) dan aman untuk melaksanakan aktivitas tambang.
4. Mengatur (adjustment) temperatur, kelembaban di dalam tambang sehingga
memberikan kondisi yang nyaman untuk bekerja.
Udara diperlukan tidak hanya untuk bernafas tetapi juga untuk membubarkan
kontaminasi kimia dan fisika (gas, debu, panas, dan kelembaban). Di seluruh dunia,
praktek ventilasi tambang sangat diatur, terutama pada tambang yang mengandung gas
(non coal) tambang batubara dan ketetapan lainnya terkait untuk jumlah udara yang
dibutuhkan untuk mencairkan emisi diesel, asap peledakan, radiasi, debu, emisi
baterai, dan banyak kontaminasi lainnya. Untuk menjaga ventilasi yang sesuai
sepanjang berlangsungnya tambang, perencanaan awal harus diperhitungkan karena
sangat penting untuk kedepannya.
Ventilasi tambang merupakan salah satu aspek penunjang bagi peningkatan
produktivitas para pekerja tambang bawah tanah. Pada tambang bawah tanah sistem
ventilasi sangat berperan penting guna memenuhi kebutuhan pernapasan manusia
(pekerja) dan juga untuk menetralkan gas-gas beracun, mengurangi konsentrasi debu
yang berada di dalam udara tambang dan untuk mengatur temperatur udara tambang
sehingga kaan tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman.
diandalkan. Alat yang dapat menciptakan perbedaan tekanan udara yang memadai
perlu dipasang. Alat ini disebut fan atau kipas.
Mine fan digunakan untuk menyuplai udara dari luar tambang bawah tanah ke
dalam tambang bawah tanah dengan kecepatan tertentu serta debit udara tertentu sesuai
dari kecepatan udara yang disuplai serta besar duct yang digunakan nantinya.
untuk memasok udara ke permuka kerja (working face). Kipas bantu terhubungdengan
ventilasi bantu dan dirancang secara mandiri dari sistem ventilasi utama sehingga tidak
akan mempengaruhi aliran udara keseluruhan di tambang bawahtanah.
Kipas bantu yang terhubung dengan ventilasi bantu mempunyai peran penting
untuk menjamin sirkulasi udara di bukaan buntu. Dengan berbagai alat berat diesel
yang beroperasi di permuka kerja, akan meningkat pula emisi gas buang, panas, dan
partikel-partikel diesel ke udara. Pasokan udara oleh ventilasi bantu harus mampu
melarutkan semua emisi tersebut sekaligus menyuplai oksigen yang cukup buat
pekerja.
Pada dasarnya sistem dari kipas bantu hampir sama dengan kipas utama yaitu
hembus (forcing) dan hisap (exhausting). Jenis mana yang akan dipilih tergantung
pada jumlah polutan, debu, gas, dan tingkat panas di permuka kerja.
c. Booster Fan
Booster fan adalah perangkat ventilasi bawah tanah dipasang secara seri dengan
kipas permukaan utama dan digunakan untuk meningkatkan tekanan aliran udara yang
melewati. Ukuran dan pemasangan yang benar dapat digunakan untuk
menciptakan kondisi kerja yang aman dan memungkinkan ekstraksi mineral dari
pada kedalaman yang tinggi.
Gambar 2. 7 Anemometer
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
4. Sling Psychrometer
Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban udara dalam ruang terbuka.
sling psychrometer terdiri dari dua buah thermometer air raksa yang bertujuan untuk
mengukur temperatur cembung kering (dry bulb) dan cembungbasah (wet bulb). Pada
prinsipnya temperatur cembung kering adalah ukuran panas sensible di atmosfir.
Untuk kondisi jenuh, penguapan tidak terjadi dan temperatur cembung basah
dan kering akan sama. Bila kondisi tidak jenuh, air akan menguap dari permukaan
thermometer cembungbasah dengan laju tertentu yang sebenarnya berbanding terbalik
dengan tekanan uap dari uap air yang berada di udara. Penguapan akan mendinginkan
ujung thermometer dan temperatur akan turun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk lubang bukaan berikutnya kita asusmsikan dengan elevasi -10 pada
underground mining.
Pada lubang bukaan berikutnya memakai elevasi -20 dan seterusnya jika terus
mengarah kebawah ventilasi yang akan kita pasang
New Road adalah suatu garis yang dimana menghubungkan satu titik-titik yang
telah dibuat agar membentuk sebuah pipa saluran udara. Setelah itu kita buat jalur
udara, dengan cara klik new road kemudian hubungkan lubang bukaan surface dengan
underground dengan resistance 0.98.
New fan adalah dimana bertujuan untuk mebuat kipas agar memasukkan
udara kedalam pipa yang telah dibuat dan mengeluarkan udara dari dalam pipa
tersebut ( Surface ke Underground).
Kebetulan lubang bukaan yang kita buat ini adalah 2D maka kita akan
mencoba melihat bentuk ventilasi ini dalam 3D.
Kviewf adalah suatu aplikasi yang menampilkan hasil dari software kazemaru
yang telah dibuat dan menampilkan hasil 3D pada desain yang telah dibuat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum ini adalah kita dapat
mengetahui prinsip dan peralatan ventilasi tambang bawah tanah, mengetahui
penggunaan program komputer untuk ventilasi tambang bawah tanah serta dapat
merancang jaringan ventilasi udara tambang bawah tanah.
5.2 Saran
M. RUDIANSYAH, S.T.
MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN PENYANGGAH DARI KLASIFIKASI MASSA BATUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Praktikan mencari informasi dan mengidentifikasi mengenai klasifikasi massa
batuan dan penyangga awal pada terowongan tambang bawah dengan menggunakan
klasifikasi RMR dan Q-system.
1.2.2 Tujuan
Mengetahui penggunaan klasifikasi massa batuan dan penyangga awal pada
terowongan tambang bawah dengan menggunakan klasifikasi RMR dan Q-system.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda tidak
mempunyai komposisi kimia tetap. Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga
sains yang tujuannya adalah mempelajari perilaku (behaviour) batuan di tempat
asalnya untuk dapat mengendalikan pekerjaan-pekerjaan yang dibuat pada batuan
tersebut (seperti penggalian dibawah tanah, dan lain-lainnya). Menurut Talobre, orang
yang pertama kali memperkenalkan Mekanika Batuan di Perancis pada tahun (1943),
batuan adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang berada
didalamnya (seperti air, minyak dan lain-lain).
Menurut Hoek dan Bray (1981) massa batuan adalah batuan insitu yang
dijadikan diskontinuitas oleh sistem struktur, seperti kekar, sesar dan bidang pelapisan.
Bidang diskontinuitas memiliki beberapa jenis yang dapat digolongkan berdasarkan
ukuran dan proses keterbentukannya, sebagai berikut: patahan, kekar, fracture dan
crack.
Berkaitan dengan rekayasa batuan, klasifikasi massa batuan merupakan
kegiatan mengumpulkan data dan mengklasifikasikan singkapan tubuh batuan
berdasarkan parameter-parameter yang telah diyakini dapat menjadi representasi
kualitas massa batuan tersebut. Metode klasifikasi massa batuan terus berkembang dari
waktu ke waktu. Pada penelitian ini, metode klasifikasi massa batuan yang digunakan
adalah metode RMR (rock mass rating) yang dikembangkan oleh Bieniawski (1989).
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang
timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik,
observasi lapangan, pengukuran, dan engineering judgement. Di karenakan
kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk mencari
hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa batuan. Banyak dari
metode•metode tersebut telah dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang banyak
digunakan untuk penelitian awal atau bahkan untuk desain akhir. Ada beberapa sistem
klasifikasi masa batuan yang terkenal pada saat ini, namun yang paling
sebagai presentasi dari perolehan inti bor (core) yang secara tidak langsung
didasarkan pada jumlah bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa
batuan yang diamati dari inti bor (core). Hanya bagian yang utuh dengan panjang
lebih besar dari 100 mm (4 inchi) yang dijumlahkan kemudian dibagi panjang total
pengeboran (core run).
Rumus:
RQD = x 100
Prosedur yang benar untuk mengukur RQD yang harus diperhatikan adalah
bahwa persentase RQD hanya terdiri dari potongan inti bor (core) yang segar dan
lebih panjang dari 100 mm yang dijumlahkan kemudian dibagi dengan panjang
kemajuan pemboran.
3. Jarak diskontinuiti
Diskontinuitas adalah bentuk-bentuk ketidakmenerusan massa batuan,seperti
kekar, bedding atau foliasi, shear zones, sesar minor atau bidang lemah lainnya.
Jarak diskontinuitas dapat diartikan sebagai jarak rekahan bidang-bidang yang
tidak sejajar dengan bidang-bidang lemah lain. Sedangkan spasi bidang
diskontinuitas adalah jarak antar bidang yang diukur secara tegak lurus dengan
bidang diskontinuitas.
4. Kondisi diskontinuiti
Kondisi diskontinuitas merupakan suatu parameter yang terdiri daribeberapa
sub-sub parameter, yakni kemenerusan bidang diskontinuitas (persistence), lebar
rekahan bidang diskontinuitas (aperture), kekasaran permukaan bidang
diskontinuitas (roughness), material pengisi bidang diskontinuitas (infilling) dan
tingkat pelapukan dari permukaan bidang diskontinuitas (weathered).
5. Kondisi air tanah
Air tanah sangat berpengaruh terhadap lubang bukaan suatu terowongan,
sehingga posisi muka air tanah terhadap posisi lubang bukaan sangat perlu
diperhatikan. Kondisi air tanah dapat dinyatakan secara umum, yaitu kering(dry),
lembab (damp), basah (wet), menetes (dripping) dan mengalir (flowing).
2.3.2 Q-System
Q-Sytem merupakan suatu sistem yang memperhitungkan enam parameter:
RQD, jumlah kekar, kekasaran kekar, perubahan kekar, kondisi air pada kekar dan
faktor tekanan (Barton dkk.,1974). Parameter dasar geoteknik menurut Barton (1988)
adalah ukuran blok, kuat geser minimum antar blok dan tekanan aktif.
Keterangan:
RQD = Rock Quality Designation
Jn = Jumlah Kekar
Jr = Kekasaran Kekar
Ja = Derajat Alterasi
Jw = Aliran Air
SRF = Faktor Reduksi Tegangan
Dalam menjelaskan keenam parameter yang dipakai untuk menghitung Q, Barton
(1974) membagi enam parameter tersebut menjadi tiga bagian:
a. RQD/Jn. Merepresentasikan struktur dari massa batuan, menunjukkan ukuran
blok batuan.
b. Jr/Ja. Menunjukkan suatu kekasaran (roughness) dan karakteristik geser dari
permukaan bidang diskontinu atau filling material dari bidang diskontinu tersebut.
Suatu bidang diskontinu dengan permukaan yang kasar dan tidak mengalami
alterasi dan mengalami kontak dengan permukaan bidang lainnya, akan
mempunyai kuat geser yang tinggi dan menguntungkan untuk kestabilan lubang
bukaan. Adanya lapisan mineral clay pada permukaan kontak antara kedua bidang
diskontinu tersebut, akan mengurangi kuat geser secara signifikan. Selanjutnya
kontak antar permukaan bidang diskontinu yang mengalami pergeseran juga akan
mempertinggi potensi failure pada lubang bukaan. Dengan kata lain Jr/Ja
menunjukkan shear strength atau kuat geser antar blok batuan.
c. Jw/SRF terdiri dari dua parameter stress. Parameter Jw adalah ukuran tekanan air
yang dapat mempengaruhi kuat geser dari bidang diskontinu. Sedangkan
parameter SRF dapat dianggap sebagai parameter total stress yang dipengaruhi
oleh letak dari lubang bukaan yang dapat mereduksi kekuatan massa batuan.
Secara empiris Jw/SRF mewakili aktif stress yang dialami batuan.
Menurut Barton, dkk parameter Jn, Jr dan Ja memiliki peranan yang lebih
penting dibandingkan pengaruh orientasi bidang diskontinu. Oleh karena itu dalam Q-
system tidak terdapat parameter adjustment terhadap orientasi bidang diskontinu. Nilai
Q yang didapat dihubungkan dengan kebutuhan penyanggan terowongan dengan
menetapkan dimensi ekivalen (equivalent dimension) dari galian. Dimensi ekivalen
merupakan fungsi dari ukuran dan kegunaan dari galian, didapat dengan membagi
span, diameter atau tinggi dinding galian dengan harga yang disebut Excavation
Support Ratio (ESR).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Problem Set RMR (Rock Mass Rating)
Tambang bawah tanah PT Tambang Asik dengan bentuk tapal kuda dan ukuran
6 m x 13 m telah mengalami failure pada saat penggalian di kedalaman 3093 m dari
permukaan bumi (arah penggalian N 357° E) sehingga evaluasi akan dilakukan
evaluasi sistem penyanggaan yang digunakan sebelumnya. Pada lubang bukaan
tersebut ditemukan air tanah yang berpengaruh pada batuan dengan kondisi batuan
teraliri air. Karakteristik massa batuan pada terowongan, yakni: nilai kuat tekan batuan
145 MPa, RQD 45%, jarak antar bidang diskontinu 0,5 m, persistensi 53,2m, bukaan
kekar 1,2 mm dengan kekerasan sedikit kasar, terdapat isian yang keras dengan ukuran
3,7 mm, pelapukan kekar tidak terlapukkan serta kemiringandan arah umum bidang
diskontinu 76°/N 117° E. Tentukan kelas batuan,rekomendasi penyanggah, metode
penggalian dan stand-up time terowongan tersebut menggunakan klasifikasi massa
batuan Rock Mass Rating!
4.1.2 Problem Set Q-System
PT Scout Resources akan menggali terowongan (stope/lombong) untuk
keperluan penambangan emas dengan metode cut and fill, berbentuk horse shoe dan
ukuran 800 cm x 600 cm pada kedalaman 450 m dan 800 m. Karakterisktik massa
batuan pada terowongan tersebut, yakni: RQD 45%, tiga keluarga kekar teracak,
bidang diskontinu smooth undulating, kontak dinding terowongan terdapat sedikit
jejak alterasi dan zona lemah memotong area penggalian dengan single shear zone
in competent rock (clay free). Letak terowongan berada pada daerah yang kering
sehingga keterdapatan air tanah hanya dijumpai secara lokal dengan aliran yang
sangat kecil. Hasil uji laboratorium menunjukkan nilai UCS 85 MPa dan bobot isi
0,067 MN/m3. Tentukan kelas batuan, rekomendasi penyanggah, spasi dan panjang
rock bolt (L), panjang maksimum span yang tidak disanggah dan tekanan pada roof!
4.2 Pembahasan
4.2.1 Problem Set RMR (Rock Mass Rating)
Dik: Dimensi = 5 x 11 m
Kedalaman = 1093 m
Arah = N 355° E
Kuat Tekan = 014 MPa
RQD = 14%
Jarak bidang diskontinu = 1,25 m
Presistensi = 1,55 m
Bukaan kekar = Kasar, terisi (0,77 mm), pelapukan menengah
Arah bidang diskontinu = 78° N/ 117° E
Ditanyakan:
a. Tentukan kelas batuan
b. Rekomendasi Penyangga
c. Metode Penggalian
d. stand-up time terowongan Penyelesaian
e. Kelas Batuan Berdasarkan Rock Mass Rating
Penyelesaian:
a. Kelas Batuan Berdasarkan Rock Mass Rating
RMR = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 - 5
A1 = Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material)
A2 = Rock Quality Designation (RQD)
A3 = Jarak antara diskontinuitas (Spacing of discontinuities)
A4 = Kondisi diskontinuitas (Condition of discontinuities)
A5 = Kondisi air tanah (Ground water condition)
A1 = Kuat Tekan Batuan 014
= Bobot 2
A2 = RQD 14
= Bobot 3
A3 = Jarak Diskontinu 1,25 m
= Bobot 15
A4 = Kondisi Diskontinu yaitu kasar, terisi (0,77 mm), pelapukan menengah
= Bobot 25
A5 = Kondisi air tanah yaitu kering.
= Bobot 15
RMR = 2 + 3 + 15 + 25 + 15
= 60
Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
81-100 61-80 41-60 21-40 <21
Berdasarkan tabel klasifikasi batuan, kelas batuan ini tergolong Baik. Karena,
mendapatkan poin RMR 60 yaitu berada di rating antara 41-60.
b. Untuk batuan kali ini termasuk golongan KELAS II yaitu batuan baik dengan
rate (61-80) sehingga mendapatkan rekomendasi penyangga yaitu,
1. ROCK BOLT (20mm, Fully Gruted)
Bold sistematis panjang 4m dengan spasi 1,5-2 m di atap dan di dinding.
Pada atap dibuat dengan wire mesh.
2. SHOTCRETE
50-100 mm di atap dan 30mm di dinding (sides).
3. STEEL SETS
Tidak Ada
Kedalaman = 800 m
Nilai kuat tekan = 85 MPa
RQD = 14
Jn = 4 keluaga kekar
Jr = Diskontinuous joint
Ja = Terdapat sedikit jejak alterasi dan kotak dinding
terowongan
Jw = Kondisi air kering
SRF = Zona lemah
Ditanyakan:
a. Tentukan kelas batuan
b. Rekomendasi Penyangga
c. Spasi dan Panjang Rockbolt
d. Panjang maksimum span yang tidak disanggah
e. Tekanan pada roof
Penyelesaian
a. Kelas Batuan Berdasarkan Q-System
Berdasarkan tabel klasifikasi batuan, kelas batuan ini tergolong very poor.
Karena mendapatkan poin Q-System 0,5.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PERENCANAAN TAMBANG BAWAH TANAH
LABORATORIUM TAMBANG BAWAH TANAH
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
RANCANGAN TEROWONGAN TAMBANG BAWAH TANAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Adapun maksud praktikum yaitu mengetahui prinsip dalam marancang
terowongan bawah tanah dengan menggunakan Software Phase 2 pemodelan numeric
dan mengetahui deformasi tegangan di sekitar terowongan.
1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui prinsip rancangan terowongan tambang bawah tanah;
2. Mengetahui pengaplikasian penyangga berdasarkan RMR dan Q-System di
pemodelan nuerik (Software);
3. Mengetahui pemodelan numerik dan analisis kestabilan untuk rancangan
terowongan bawah tanah.
1.3.1 Alat
1. Mouse;
2. Aplikasi Phase 2;
3. Laptop;
4. Terminal.
1.3.2 Bahan
1. Kertas Hvs.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebuh potensi kelongsoran yang lebih cepat dan volume longsoran besar sehingga nilai
Faktor Keamanan lereng akan berada di bawah sebuah nilai Faktor Keamanan yang
diijinkan. Tampilan deformasi kelongsoran pada lereng menggunakan program Phase2.
Gambar 2.2 Tampilan deformasi kelongsoran lereng menggunakan Software Phase 2
v80
1. Discretize
Anda harus terlebih dahulu discretize batas-batas dengan memilih opsi
discretize. Proses ini membagi segmen garis batas ke discretizations yang
akan membentuk kerangka jaring elemen hingga.
2. Mesh
Setelah diskretisasi, pilih opsi Mesh, untuk menghasilkan mesh elemen
hingga, yang akan didasarkan pada diskritisasi, dan jenis mesh serta elemen
pada opsi Mesh Setup.
Mesh dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
a. Pilih Mesh → Mesh Setup
b. Pilih Mesh → Discretize
c. Pilih Mesh → Mes
2.2.4 Boundary Condition
Secara default, ketika mesh dihasilkan, semua node di external boundary
diberikan fixed, perpindahan boundary condition adalah nol. Hal ini ditunjukkan dengan
segitiga "Pin" simbol yang Anda lihat di setiap node dari external boundary. Pada studi
ini melihat besarnya penurunan tanah di atas terowongan boundary condition harus
ditentukan. Boundary condition-nya yaitu freeuntuk permukaan tanah, fixed x untuk
menahan gaya yang bekerja dalam arah x pada bagian kanan dan kiri boundary, serta
fixed xy untuk menahan gaya yang bekerja dalam sebuah arah x dan y pada bagian bawah
boundary. Berikut adalah cara untuk menentukan boundary condition.
1. Pilih Displacements → Free
2. Pilih Displacements → Restrain X
3. Pilih Displacements → Restrain X.Y
2.2.5 Field Stress
Field Stres memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan in-situ kondisi stres
sebelum penggalian. Dua pilihan yang tersedia untuk mendefinisikan stres lapangan di
Phase2, Constant atau Gravity field stress. Constant field stress digunakan untuk
pemodelan penggalian yang dalam. Sedangkan Gravity field stress digunakan untuk
pemodelan penggalian dipermukaan atau yang dekat permukaan.
1. Pilih Loading → Field Stress
2.2.6 Support
Bolt ditambahkan pada sebuah model menggunakan pilihan Add Liner
1. Pilih Support → Add Liner.
Pilih segmen garis batas yang ingin Anda liner. Liners ditambahkan ke
excavation. Ketika Anda selesai memilih, tekan Enter atau klik kanan dan pilih
Done Selection. Semua segmen yang dipilih akan menampilkan segmen garis
birutebal di sepanjang excavation.
2.2.7 Properties
Properti didefinisikan menggunakan pilhan sebuah Define pada toolbar ataumenu
Properties. Parameter tanah, bolt dan lining akan di di input dalam sebuah sub menu pada
difine material, define bolth dan define liner. Langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Pilih Properties → Define Materials
2. Pilih Properties → Define Liner
3. Pilih Properties → Define Joint
2.2.8 Excavating
Assign Properties digunakan untuk memasukkan lapisan batuan, menggali bahan
dari dalam batas penggalian, memasukkan rockbolt dan liner, caranya adalah sebagai
berikut:
1. Pilih Properties → Assign Propertie→ Assign Material
2. Pilih Properties → Assign Properties→ Assign Liners
2.2.9 Compute (Perhitungan dalam Phase2)
Simpan file terlebih dahulu sebelum menganalisis sebuah model yang telah
dibuat.
1. Pilih File → Save
Gunakan dialog Save As untuk menyimpan file. Sekarang siap untuk
menjalankan analisis
2. Pilih Analysis → Compute
Compute Phase2 akan menjalankan analisis. Ketika selesai, maka hasil dapat
dilihat dalam Interpret.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
12. Pilih Mesh kemudian klik Mesh Setup klik Discretize kemudian klik Mesh lalu
ok
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pertama masuk pada software Phase2, kemudian klik analysis, kemudian pilih
project settings, Setelah project setting akan muncul kotak kemudian ubah pada bagian
general dan strength reduction. Kemudian pilih Bounderis dan pilih Add External
Setelah Add External, kita buat contoh lereng Setelah itu kita membuat vein, atau Add
Excavation Kemudian kita buat mulut terowongan dan pada bagian mulut terowongan
kita memilih Asign material kemudian pilih Excavate Kemudian kita imput nilai
material 1, material 2 dan material 3. Sesuai dengan data yang ada di problem set
Kemudian ubah warna material 1, material 2 dan material 3 tambahkan mesh Dan bolt
pattern pada model terowongan Setelah itu kita Compute kemudian di Interpret.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Rancangan terowongan Bawah Tanah ditinjau dari aspek mekanika batuan atau
geomekanika mencakup aspek-aspek rencana untuk lokasi, menentukan ukuran dan
bentuknya, orientasi dan tata-letaknya, metode penggalian, pemilihan penyangga dan
instrumentasi. Jadi peran geomekanika dalam suatu proses rancangan penggalian bawah
tanah adalah memberikan data masukan dan analisis rancangan, mulai dari tahap
rancangan awal sampai rancangan final, berlanjut ketahap operasional penggalian.
Pada praktikum mata acara Rancangan Terowongan Bawah Tanah ini tujuan
utamanya yaitu kita mampu mengetahui apa itu Rancangan Terowongan Bawah Tanah
dengan menggunakan Software yaitu Phase 2, dimana tujuan dari mata acara ini kita
dapat mengetahui cara membuat basis data untuk membuat rancangan terowongan
dengan menghasilkan luaran pemodelan berupa hasil interpret, display elemen dan
deformation vector dan menjelaskan hasil analisi kestabilan berdasarkan tegangan dan
potensi deformasi yang dapat bekerja disekitar terowongan.
5.2 Saran
3.1 Kesimpulan
Penutup - 103
faktor tekanan. Parameter dasar geoteknik adalah ukuran blok, kuat geser minimum
antar blok dan tekanan aktif.k berbagai kepentingan dan disesuaikan dengan standar
internasional.
3.1.4 Rancangan Terowongan Tambang Bawah Tanah
Rancangan terowongan Bawah Tanah ditinjau dari aspek mekanika batuan atau
geomekanika mencakup aspek-aspek rencana untuk lokasi, menentukan ukuran dan
bentuknya, orientasi dan tata-letaknya, metode penggalian, pemilihan penyangga dan
instrumentasi. Jadi peran geomekanika dalam suatu proses rancangan penggalian
bawah tanah adalah memberikan data masukan dan analisis rancangan, mulai dari
tahap rancangan awal sampai rancangan final, berlanjut ketahap operasional
penggalian.
Pada praktikum mata acara Rancangan Terowongan Bawah Tanah ini tujuan
utamanya yaitu kita mampu mengetahui apa itu Rancangan Terowongan Bawah Tanah
dengan menggunakan Software yaitu Phase 2, dimana tujuan dari mata acara ini kita
dapat mengetahui cara membuat basis data untuk membuat rancangan terowongan
dengan menghasilkan luaran pemodelan berupa hasil interpret, display elemen dan
deformation vector dan menjelaskan hasil analisi kestabilan berdasarkan tegangan dan
potensi deformasi yang dapat bekerja disekitar terowongan.
3.2 Saran
Penutup - 104
5. Kak Arif Haedar, S.T.
Saran saya agar tetap mempertahankan caranya dalam menyampaikan
materi dan tetap membantu praktikan dalam mempelajari software.
6. Kak M. Fajri Nur Ihsan, S.T.
Saran saya yaitu agar konsisten dalam perkataannya dan mempertahankan
hubungan baik dengan para praktikannya.
3.2.2 Saran Untuk Laboratorim
Agar laboratorium menyediakan ruangan yang besar dan kursi untuk praktikan
agar praktikum berjalan dengan lancar.
3.2.3 Saran Untuk Praktikum Selanjutnya
Agar praktikum selanjutnya dapat lebih mematuhi peraturan SOP yang ada
pada laboratorium tambang bawah tanah dan lebih memahami mengenai software.
Penutup - 105
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Tasrif, 3 Mei 2020 Mineral Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia.
Asnawi, A. (2020). Genesa Endapan Nikel Laterit. Diakses pada: 09 Oktober 2022.
Astuti, w. Et al. (2016) ‘comparison of effectiveness of citric acid and other acids in
leaching of low-grade indonesian saprolitic ores’, minerals engineering,
85(january), pp. 1–16. Doi: 10.1016/j.mineng.2015.10.001.
Burger, P. A., 1996. Origins and Characteristic of Lateritic Deposits. Proseding
nickel’96 PP 179 – 183 the australisian institute of mining and metallurgy.
Meulbourne.
Fikri, A. (2014). Estimasi Sumberdaya dan Cadangan II. Diakses pada: 20 Oktober
2022.
Freyssinet, p.c.r.m butt, r.cmorris, dan p pianton, 2005. Ore forming processes realated
to lateretic weatering, economic geologi 100 th anniversary volume, pp 681-
722.
Hasbi Bakri. (2016). Resource Estimation is potential estiomation of ore mineral
deposit which located in surface of. 04(1), 19–22.
Himpunan Mahasiswa Geologi Fakultas Teknik UNHAS. 2022. Geological Software
Surpac. Diakses pada: 09 Oktober 2022.
Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi. 2017. Gemcom Surpac. Diakses pada: 09
Oktober 2022.
Isjudarto, a. (2013) ‘pengaruh morfologi lokal terhadap pembentukan nikel laterit’,
seminar nasional, 8, pp. 10–14.
Jessup, a. And mudd, g. M. (2008) ‘environmental sustainability metrics for nickel
sulphide versus nickel laterite’, environmental engineering, (january), pp. 1–9.
Lintjewas, L dkk. (2019). Profil Endapan Nikel Laterit di Daerah Palangga, Provinsi
Sulawesi Tenggara Profile Of Nickel Laterite Deposit in Palangga, Southeast
Sulawesi Province. Sulawesi Tenggara.
Mustika, R. (2016). Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit Dengan Metode Inverse
Distance Weighting (Idw) Pada Pt. Vale Indonesia, Tbk. . Kecamatan Nuha
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Geomine, 1(1), 63–68.
https://doi.org/10.33536/jg.v1i1.11
Pebcy, A. (2017). Proses Laterasi Batuan Ultramafik. Diakses pada: 09 Oktober 2022.
Rafsanjani, R.M. (2016). Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit dengan Menggunakan
Metode IDW di Provinsi Sulawesi Tenggara. Makassar.
Rasid, W., Handayani, E., Bochon. 2019. Perencanaan Teknis Desain Pit Pada
Penambangan Batubara di Pit III Jambi, Vol 3 No. 2.
Rifandy, A., Sutan, S. 2018. Optimasi Pit Tambang Terbuka Batubara dengan
Pendekatan Incremental Pit Expansion, BESR dan Profit Margin.
Saleng, A. 2004. Hukum Pertambangan. UII Press. Yogyakarta.
Setiadi, A. 2015. Tutorial Surpac 6.4 Geological Database Persiapan Membuat
Database. Diakses pada: 09 Oktober 2022.
Sufriadin, 2013. Mineralogy, Geochemistry, And Leaching Behavior of the Soroako
Nickeliferous Laterite Deposits, Sulawesi, Indonesia. Disertasi Fakultas
Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada.
Syafrizal, 2011. Karakterisasi Mineralogy Endapan Nikel Laterit di daerah Tinanggea
Kabupaten Palangga Provinsi Sulawesi Tenggara. JTM. 18, (4).
Thamsi, A. B., Jafar, N., & Fauzie, A. (2021). Analisis Pengaruh Morfologi Pada
Pembentukan Nikel Laterit Pt Prima Sentosa Alam Lestari Kabupaten
Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal GEOSAPTA, 7(2), 75.
https://doi.org/10.20527/jg.v7i2.9114
Tim Asisten Laboratorium Perencanaan Tambang Bawah Tanah. 2022.
Tim Penyusun 1987.Pengetahuan Peta.Penerbit ITB Bandung.
Wawan, dkk. (2019). Pemodelan dan Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit Site Pulau
Pakal PT. ANTAM (Persero) Tbk Ubp Nickel Maluku Utara Menggunakan
Metode Inverse Distance Weight dan Ordinary Kriging. Hal. 19 - 28.
Wicaksana, A. (2022). Modul Praktikum Perencanaan Tambang Terbuka.
Https://Medium.Com/. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-
case-a7e576e1b6bf