Anda di halaman 1dari 33

STUDI PEMETAAN EKSPLORASI DENGAN METODE

PENGINDRAAN JAUH CITRA SATELIT LANDSAT

LAPORAN KERJA PRAKTEK

MUH. FAHRULLAH DWI JAYA INDAH


09320170113

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

MUH. FAHRULLAH DWI JAYA INDAH


09320170113

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek (KP)
Pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Ir. Ir.
Citra Aulian
Citra Chalik,S.T.,
Aulia Khalik, ST.,M.T.
MT.
NIPS. 109 20 1571

Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP.


NIPS. 109 10 1032

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek
ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
para sahabatnya yang selalu istiqamah di jalan-Nya. Judul kerja praktek ini yaitu studi
pemetaan eksplorasi dengan metode pengindraan jauh citra satelit landsat yang
kemudian menjadi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP. selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Ir. Citra Aulia Khalik, S.T., M.T. selaku pembimbing Kerja praktek di Program
Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia.
3. Seluruh Staf Administrasi Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
4. Teman-teman angkatan 2017 Program Studi Teknik Pertambangan Universitas
Muslim Indonesia yang selalu setia dalam suka maupun duka.
5. Orangtua dan keluarga yang membantu secara moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kerja praktek ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca, demi perbaikan dan penyempurnaan laporan kerja
praktek ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam penulisan laporan kerja praktek ini terdapat banyak kekurangan, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangannya pengetahuan dan
pengalaman penulis.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 18 Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2
1.3. Batasan Penelitian .................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
1.5. Alat dan Bahan ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Filosofi Eksplorasi dan Endapan Bahan Galian ..................................... 3
2.2. Konsep Eksplorasi dan Pentahapan Eksplorasi ...................................... 6
2.3. Teknologi Dalam Eksplorasi .................................................................. 8
2.4. Sistem Pengindraan Jauh ............................................................................. 10
2.5. Citra Satelit Landsat .................................................................................... 13

BAB III TAHAPAN DAN METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Tahap Pendahuluan...................................................................................... 16
3.2 Tahap Pengambilan Data ............................................................................. 16
3.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 17
3.4 Tahap Penyajian Data .................................................................................. 18

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN


4.1 Hasil ............................................................................................................. 20
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 21

BAB V PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 25
3.2 Saran ............................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Sistem penginderaan jauh .............................................................. 11
2.2 Sistem sensor ................................................................................. 12
3.1 Tahapan penelitian ......................................................................... 19
4.1 Hasil foto udara citra satelit ........................................................... 20
4.2 Peta suhu permukaan ..................................................................... 22
4.3 Peta tutupan lahan .......................................................................... 22
4.4 Peta indeks vegetasi ....................................................................... 23
4.5 Peta hasil variasi batuan................................................................. 24

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Spesifikasi sensor Landsat 8 ......................................................... 14


2.2 Saluran/Band Landsat 8 OLI/TIRS ............................................... 15

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terutama
bahan galian berupa mineral. Banyak perusahaan yang bergerak dibidang
pertambangan untuk menemukan dan mengolah bahan galian tersebut. Sebagai suatu
industri yang padat modal, teknologi, sumberdaya dan mengandung resiko yang
tinggi, maka industri pertambangan membutuhkan usaha yang lebih untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang positif dan menguntungkan.
Peranan ilmu eksplorasi menjadi hal yang sangat penting sebagai awal dari
seluruh rangkaian perkejaan dalam industri pertambangan. Eksplorasi menjadi dasar
dalam perencanaan aktivitas industri pertambangan yang meliputi tingkat kepastian
dari penyebaran endapan, geometri badan bijih (endapan), jumlah cadangan, serta
kualitas endapan. Kegiatan eksplorasi harus terencana, terprogram dan efisien,
sehingga dibutuhkan pengelolaan kegiatan eksplorasi yang baik dan terstruktur.
Untuk itu dibutuhkan pemahaman konsep eksplorasi yang tepat dan terarah oleh para
pelaku kegiatan eksplorasi, khususnya yang meliputi disiplin ilmu geologi dan
eksplorasi tambang.
Eksplorasi merupakan kegiatan bertujuan untuk mendapatkan kepastian
tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan,
kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan
galian tersebut. Metode eksplorasi dibagi menjadi dua, yaitu eksplorasi langsung
(metode geologi) dan tidak langsung (metode geofisika dan geokimia). Metode geologi
terdiri dari survei indra jauh, surveri geologi permukaan, sumur uji dan paritan,
pemboran eksplorasi dan survei geologi bawah tanah. Sedangkan metode geofisika
terdiri dari survei geofisika udara, survei geofisika darat dan logging sumur. Sedangkan
ekplorasi geokimia terdiri dari penyontohan aliran sungai, penyontohan tanah dan
penyontohan batuan.
Maka dari itu, dalam laporan ini akan dibahas mengenai eksplorasi geologi
dengan metode survei indra jauh (remote sensing) menggunakan data citra satelit
untuk memetakan daerah potensi bahan galian yang dapat diidentifikasi dari tampak
rona/warna (variasi batuan).

1
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pemetaan eksplorasi
dengan metode citra satelit.
1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui prinsip dasar metode citra satelit dalam pemetaan eksplorasi.
2. Mengetahui karakteristik warna atau variasi batuan pada hasil citra satelit.
3. Mengetahui cara pengolahan data citra satelit.

1.3 Batasan Penelitian

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu mengacu pada sumber literatur
yang ada berupa jurnal penelitian sebelumnya tentang kajian pemetaan eksplorasi
dengan citra satelit.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan mahasiswa


khususnya penulis tentang penggunaan ilmu dan prinsip-prinsip pemetaan eksplorasi
dalam dunia pertambangan dengan metode pengindraan jauh (citra satelit).

1.5 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :


1. Alat tulis menulis;
2. Referensi (Buku dan Jurnal).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filosofi Eksplorasi dan Endapan Bahan Galian

Sebagai suatu industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat
sumberdaya, serta mengandung resiko yang tinggi, maka industri pertambangan
menjadi ha1 yang sangat unik dan membutuhkan usaha yang lebih untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang positif dan menguntungkan. Banyaknya disiplin ilmu dan
teknologi yang terlibat di dalam industri ini mulai dari geologi, eksplorasi,
pertambangan, metalurgi, mekanik dan elektrik, lingkungan, ekonomi, hukum,
manajemen, keuangan, sosial budaya, dan komunikasi, sehingga menjadikan industri
ini cukup kompleks (Gusman 2010).
Karena yang menjadi dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri
pertambangan adalah tingkat kepastian dari penyebaran endapan, geometri badan
bijih (endapan), jumlah cadangan, serta kualitas, maka peranan ilmu eksplorasi
menjadi ha1 yang sangat penting sebagai awal dari seluruh rangkaian pekerjaan
dalam industri pertambangan.
Secara umum, dalam industri pertambangan kegiatan eksplorasi ditujukan
sebagai berikut (Gusman 2010) :
1. Mencari dan menemukan cadangan bahan galian baru.
2. Mengendalikan (menambah) pengembalian investasi yang ditanam, sehingga
pada suatu saat dapat memberikan keuntungan yang ekonomis (layak).
3. Mengendalikan (penambahan/pengurangan) jumlah cadangan, dimana
cadangan merupakan dasar dari aktivitas penambangan.
4. Mengendalikan atau memenuhi kebutuhan pasar atau industri.
5. Diversifikasi sumberdaya alam.
6. Mengontrol sumber-sumber bahan baku sehingga dapat berkompetisi dalam
persaingan pasar.
Dilihat dari pentingnya ha1 tersebut di atas, terdapat 5 (lima) ha1 penting
yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Pemahaman filosofi eksplorasi dan cebakan bahan galian.

3
2. Pengetahuan (dasar ilmu dan teknologi) yang terkait dalam pekerjaan
eksplorasi.
3. Pemahaman konsep dan metode eksplorasi.
4. Prinsip dasar dan penerapan metode (teknologi) eksplorasi.
5. Pengambilan keputusan pada setiap tahapan eksplorasi.
Proses eksplorasi mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan dan
perilaku suatu endapan bahan galian, yaitu proses untuk mengetahui bagaimana suatu
endapan terbentuk (terakumulasi), bagaimana penyebaran dan bentuk (geometri)
endapan tersebut di alam, berapa banyak endapan tersebut yang dapat diambil, serta
bagaimana tingkat (nilai) keekonomian endapan tersebut. Karena sangat erat dengan
pengetahuan keberadaan suatu cebakan endapan, maka pemahaman filosofi
akumulasi suatu cebakan endapan menjadi sangat penting. Konsep cebakan suatu
endapan di kerak bumi dapat disederhanakan menjadi tiga faktor utama, yaitu :
1. Adanya sumber (source).
2. Adanya proses perpindahan (migration/transportation).
3. Adanya tempat/wadah/perangkap dimana bahan berharga dapat terbentuk
atau terkumpul (place).
Sumber (source), merupakan asal dari unsur-unsur logam/bahan lainnya Dari
sumbemya, logam-logam akan tenebar (disseminated) pada mantel dan kerak bumi
dalam jumlah yang sangat kecil dan setempat-setempat dengan kontrol geologi
tertentu terkonsentrasi dalam jumlah ekonomis untuk diekstrak (tubuh bijih). Secara
konsep proses pengkonsentrasian tersebut dapat disederhanakan, tapi kenyataan
sebenamya merupakan proses yang sangat kompleks.
Migrasi (migration), adalah proses perpindahan (transportasi) logam-
logam/bahan lainnya dari sumbemya (source) :
a. Logam-logam tertransport dalam larutan dari sumber ke lokasi pengendapan
yang baru pada kondisi temperatur-tekanan tinggi dalam rentang yang lebar
(hipogen), atau dapat juga sebagai kompleks anorganik/organik dalam
lingkungan temperatur rendah (supergen, residual, aluvial).
b. Batuan pada umumnya impermeabel, sedangkan batuan plutonik pada
umumnya mempunyai permeabilitas yang rendah untuk larutan dan uap
(vapour). Selanjutnya dengan melalui fungsi waktu (skala waktu geologi),

4
permeabilitas yang rendah tenebut dapat memungkinkan terbentuknya
konsentrasi mineral yang signifikan melalui difusi atau aliran.
c. Pada sistem hidrotermal, rekahan dan sesar dapat menjadi media permeabel
sebagai media perpindahan larutan mineral.
d. Pori-pori pada batuan sedimen dapat menjadi media permeabel untuk
peningkatan konsentrasi logam-logam, dan membentuk cebakan mineral
sebagai endapan yang signifikan dan dikenal sebagai “sediment-hosted base
metal deposit”.
Perangkap atau wadah (place) merupakan tempat terkumpulnya
endapan/cebakan mineral yang karena kondisi kimia-fisika yang berubah
menghasilkan presipitasi elemen-elemen atau senyawa dari larutan, atau pengkayaan
residual akibat perpindahan sebagian unsur-unsur, atau peningkatan konsentrasi dari
yang tidak ekonomis pada batuan menjadi ekonomis pada endapan yang baru.
a. Logam-logam dapat terkonsentrasi dari hidrosfir melalui peristiwa evaporasi
dari dari suatu larutan.
b. Logam-logam dapat mengalami presipitasi dari larutan sisa magma sebagai
akibat dari pengurangan temperatur dan tekanan, atau akibat kontak dan
bereaksi dengan batuan induk, atau akibat kontaminasi “fluida bijih” dengan
larutan (air) bawah perrnukaan lainnya.
c. Logam-logam dapat terkonsentrasi dan tertempatkan melalui aktivitas
biologi.
d. Logam-logam dapat terkayakan melalui peristiwa pelindian atau melalui
presipitasi dalam regolith (lapisan penutup ≈ mantle rock).
e. Logam-logam dapat menerobos dan terkonsentrasi akibat kontrol struktur
melalui pengisian rongga-rongga (porositas).
Secara umum, dengan dasar filosofi pembentukan endapan, maka dapat
dikembangkan suatu filosofi kegiatan eksplorasi dengan pendekatan (proses) sebagai
berikut :
1. Mendapatkan pengetahuan (informasi) tentang hal-ha1 dasar yang diperoleh
melalui suatu rangkaian kegiatan eksplorasi, yaitu berupa :
a. Tipe bijih
b. Lingkungan geologi batuan induk, berupa : umur, tatanan tektonik, tipe
batuan induk, hubungan dengan struktur geologi, hubungan dengan

5
gejala-gejala anomali geokimia dan ciri-ciri alterasi, aliran fluida dalam
batuan induk, sejarah metamorfik tanda-tanda sifat geofisika yang dapat
dimanfaatkan.
c. Pendekatan realistik dari kadar.
d. Kondisi dan sifat mineralogi bijih.
e. Ukuran (geometri) dan jumlah (kuantitas) endapan.
2. Pengetahuan tentang proses-proses fisika dan kimia yang menyertai peristiwa
pengkonsentrasian suatu logam/endapan/mineral, terrnasuk kondisi iklim,
karena kondisi iklim yang berbeda pada skala waktu geologi, dapat
memungkinkan adanya perbedaan dalam karakteristik geologi perrnukaan,
geofisika, dan geokimia.
3. Pemahaman untuk dapat menghasilkan (mengembangkan) suatu bentuk
pemikiran lateral dari pengetahuan konseptual (teoritis) terhadap karakteristik
suatu endapan yang dicari, yang sebelumnya belum diketahui keberadaannya,
melalui teknik-teknik (teknologi-metodologi) yang sesuai dengan
karakteristik endapan tenebut.

2.2 Konsep Eksplorasi dan Pentahapan Eksplorasi

Banyak definisi yang dapat diuraikan dalam istilah eksplorasi, namun dalam
konteks ini secara umum, eksplorasi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk
mencari, menemukan, dan mendapatkan suatu bahan tambang (bahan galian) yang
kemudian secara ekonomi dapat dikembangkan untuk diusahakan. Secara konsep,
dalam lingkup industri pertambangan, eksplorasi dinyatakan sebagai suatu usaha
(kegiatan) yang karena faktor resiko, dilakukan secara bertahap dan sistematik untuk
mendapatkan suatu areal yang representatif untuk dapat dikembangkan lebih lanjut
sebagai areal penambangan (dieksploitasi).
Kegiatan eksplorasi dapat dimulai setelah target endapan yang akan
dieksplorasi telah ditetapkan. Prosedur berikut merupakan prosedur umum yang
diterapkan dalam suatu program eksplorasi :
1. Melakukan pengumpulan data awal mineral dan informasi-informasi yang
berhubungan dengan mineral target, dan melakukan analisis terhadap
informasi-inforrnasi tersebut untuk mendapatkan hubungan antara ukuran

6
(size), keterdapatan (sebaran), serta kadar endapan tenebut dalam beberapa
kondisi geologi yang berbeda.
2. Melakukan seleksi data serta membuat sintesis-sintesis untuk menyusun
model yang menggambarkan endapan pada beberapa kombinasi lingkungan
geologi.
3. Menyusun skala prioritas berdasarkan gambaran kondisi daerah target
eksplorasi.
4. Melakukan survei geologi pendahuluan dan pengambilan beberapa contoh
untuk dapat menghasilkan gambaran awal berdasarkan kriteria seleksi
geologi yang telah ditetapkan pada daerah terpilih.
5. Mencari informasi pada tambang-tambang endapan sejenis yang telah ditutup
maupun sedang beroperasi, dan mencoba menerapkannya jika mempunyai
kondisi geologi yang mirip. Jika ternyata mempunyai kondisi yang tidak
sesuai, maka perlu dilakukan modifikasilpenyesuaian.
6. Jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif, maka perlu
disiapkan suatu program sosialisasi dengan komunitas lokal, berupa transfer
inforrnasilgambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan.
7. Menyusun program dan budget eksplorasi untuk pekerjaan-pekerjaan
lanjutan.
a. Program geologi tinjau dan pemetaan
b. Program survei dan sampling geokimia
c. Program survei geofisika
d. Program pemboran dan sampling
e. Program evaluasi dampak lingkungan.
Program dan budget eksplorasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa
tahapan sebagai berikut (Gusman 2010) :
Tahap I (Preliminary), yaitu program dengan budget rendah yang ditujukan
untuk memperoleh informasi umum. Tahap I ini pada umumnya dapat berupa
kegiatan :
a. Survei geologi tinjau (reconaissance).
b. Pengecekan-pengecekan data yang sudah ada pada peta geologi regional
(desk study).
c. Pengambilan beberapa sampel awal geokimia.

7
Tahap II (Prospecting), yaitu program yang disusun berdasarkan gambaran-
gambaran yang telah diperoleh pada tahap I. Tahap II ini pada umumnya berupa
kegiatan :
a. Pemetaan geologi.
b. Sampling dan survei geokimia sistematik.
c. Beberapa pemboran dangkal (scout drilling).
d. Survei geofisika.
Tahav III (Finding and Calculation/Evaluation), yaitu program yang
ditujukan untuk memastikan kondisi endapan yang disusun berdasarkan hasil analisis
dan interpretasi hasil tahap II (model genetik). Target awal dipersempit sesuai
dengan anomali geokimia dan geofisika yang ditemukan. Pada umumnya program
yang direncanakan berupa pemboran dan sampling untuk pemastian anomali-anomali
yang ada.

2.3 Teknologi Dalam Eksplorasi

Kegiatan eksplorasi mempunyai hubungan yang erat dengan teknologi yang


tenedia, baik berupa peralatan, metode analisis dan interpretasi, serta sarana
komputasi. Para pelaku eksplorasi (the explorationist) harus sudah terampil dalam
penggunaan teknologi. Berikut dijabarkan beberapa ha1 penting berkaitan dengan
teknologi eksplorasi (Gusman 2010) :
1. Sarana transportasi/komunikasi yang memadai (untuk keamanan don
kemudahan akses serta logistik). Untuk transportasi umumnya digunakan
wheel drives vehicles, fixed and rotary wing aircraft, boat dan lain-lain,
sedangkan untuk komunikasi adalah radio, HT, HP, SSB, dll.
2. Teori sampling dan metode sampling geokimia
a. Soil sampling
b. Stream Sediment sampling
c. Rock Chip sampling
d. Mine sampling
e. Waste dump sampling
f. Drillcore sampling
3. Geological mapping
a. Survei topografi untuk updating peta

8
b. lnterpretasi foto udara dan citra satelit (batuan, struktur)
c. Identifikasi batuan & mineral baik di lapangan maupun di laboratorium
d. Sistem navigasi yang presisi don modem
4. Sistim data base dan manajemen informasi
5. Kartografi dan peta-peta digital (digitasi)
6. Eksplorasi geofisika dan aplikasinya, meliputi instrumen, pengambilan data,
prosesing dan interpretasi data, menggunakan metode :
a. Survei Magnetik (airborne dan ground)
b. Survei Gayaberat (Gravity)
c. Survei Elektrik (IP, metode magnetotelurik, tahanan jenis, SP, dll.)
d. Seismik (refleksi dan refraksi)
e. Georadar
7. Analisis data mulai dari kompilasi data yang potensial serta aplikasinya
sampai analisis untuk penentuan zona-zona anomali.
8. Pemboran, yang ditujukan untuk pengujian anomali yang ada dan untuk
sampling. Beberapa alat pemboran :
a. Mudpuncher
b. Auger
c. Rotary Air Blast
d. Rotary Percussion
e. Reverse circulation
f. Core drilling
g. Deep-well rotary drilling
Selain itu, para pelaku dapat memahami (memiliki kemampuan) untuk
kelancaran pemboran, yaitu :
a. Pemilihan alat bor
b. Desain lubang bor
c. Teknik pemboran (arah pemboran, kontrol fluida)
d. Prosedur sampling
e. Pengelolaan inti bor
f. Chip & core drilling
9. Pemodelan endapan baik manual maupun dengan bantuan perangkat lunak
(geostatistik s/d pemodelan 3D)

9
10. Pengelolaan sistem komputer

2.4 Sistem Pengindraan Jauh

Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh


informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa adanya kontak langsung dengan obyek, daerah,
atau fenomena yang dikaji. Penginderaan jauh (remote sensing) dapat diartikan
sebagai proses membaca. Berbagai sensor digunakan dalam mengumpulkan data dari
jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang obyek, daerah,
atau fenomena yang diteliti (Fitrianda 2013).
Metode penginderaan jauh merupakan metode yang paling sering digunakan,
karena hasil yang didapat akan menghasilkan data dengan cakupan yang sangat
bervariasi. Yaitu, mulai dari wilayah luasan yang kecil hingga mencakup wilayah
luasan yang besar, dapat memberikan gambaran unsur-unsur spasial yang
komprehensif dengan bentuk-bentuk geometri yang sangat meyerupai aslinya,
periode pengamatan yang relatif singkat dan dapat diulang kembali dengan cepat dan
konsisten (Fitrianda 2013).
Teknik penginderaan jauh merupakan suatu teknik perekaman data
menggunakan sensor sebagai alat perekam obyek bumi. Sensor dipasang pada
wahana (platform) dan letaknya jauh dari obyek yang diamati, maka diperlukan
energi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh obyek tersebut.
Komponen dasar dari sistem penginderaan jauh adalah obyek, sumber energi, alur
transmisi, dan sensor. Komponen dalam sistem ini bekerja sama untuk mengukur dan
mencatat informasi mengenai target tanpa menyentuh obyek tersebut. Sumber energi
yang menyinari atau memancarkan energi elektromagnetik pada target mutlak
diperlukan. Energi berinteraksi dengan target dan sekaligus berfungsi sebagai media
untuk meneruskan informasi dari target kepada sensor. Sensor merupakan sebuah
alat yang mengumpulkan dan mencatat radiasi elektromagnetik. Setelah dicatat, data
akan dikirim ke stasiun penerima dan diproses menjadi format yang siap dipakai,
diantaranya berupa citra. Citra tersebut kemudian diinterpretasi untuk menyajikan
informasi mengenai target. Proses interpretasi biasanya berupa gabungan antara
visual dan automatic dengan bantuan komputer dan perangkat lunak pengolah citra
(Fitrianda 2013).

10
Sistem penginderaan jauh mencakup beberapa komponen utama, yaitu : (1)
Sumber energi; (2) Sensor sebagai alat perekam data; (3) Stasiun bumi sebagai
pengendali dan penyimpan data; (4) Fasilitas pemrosesan data; dan (5) Pengguna
data. Sistem penginderaan jauh secara digramatik diperlihatkan pada Gambar 2.1.
Sumber energi yang digunakan dalam sistem penginderaan jauh adalah dari matahari
yang biasa disebut dengan sistem pasif dan sebaliknya (sistem aktif) yang tidak
menggunakan matahari sebagai sumber energi utama. Sensor yang dapat digunakan
untuk perekam data dapat berupa multispektral scanner, vidicon atau multispektral
camera. Rekaman data disimpan sementara di dalam alat perekam yang ditempatkan
di satelit kemudian dikirimkan secara telemetri ke stasiun penerima bumi sebagai
data mentah (raw data). Di stasiun bumi, data diproses awal (pre-processing) seperti
koreksi radiometrik dan koreksi geometrik sebelum dikemas dalam bentuk format
baku yang siap untuk dipakai pengguna (Fitrianda 2013).

Gambar 2.1 Sistem penginderaan jauh (Fitrianda 2013)

Matahari merupakan sumber energi alamiah yang utama. Energi matahari


dipancarkan ke segala arah, sebagian mengarah ke bumi. Energi yang mengarah ke
bumi sebagian ditahan oleh atmosfer serta kandungannya, sebagian lagi mencapai
permukaan bumi dan mengenai obyek. Kemudian oleh obyek di permukaan bumi,
sebagian energi ini diserap, ditransmisikan (menembus obyek), dan dipantulkan ke
sensor. Energi yang dipantulkan disebut energi pantulan, di samping energi pantulan
ada energi pancaran, yaitu energi yang dipancarkan oleh obyek di permukaan bumi.

11
Energi yang dipancarkan pada umumnya dalam bentuk energi termal. Energi termal
yang dipancarkan bukan berupa suhu kinetik melainkan suhu pancaran atau radiasi.
Berbeda dengan suhu kinetik yang hanya dapat diindera dengan kulit maupun
termometer yang ditempelkan langsung pada bendanya, suhu pancaran dapat
direkam oleh sensor dari jarak jauh (Fitrianda 2013).
Menurut Lillesand dan Kiefer (1997), dalam dunia penginderaan jauh,
terdapat dua sistem energi pada wahana, yaitu sistem aktif dan sistem pasif.

Gambar 2.2 Sistem sensor (Fitrianda 2013)

Pada wahana yang menggunakan sistem sensor pasif (Gambar 4.2 a), sumber
energi utama yang dibutuhkan oleh satelit berasal dari sumber lain yang tidak
terintegrasi dalam wahana. Sumber energi yang dimaksud biasanya berupa energi
yang berasal dari matahari. Untuk semua energi yang direfleksikan, sensor pasif
hanya dapat digunakan pada saat ada penyinaran matahari. Sedangkan pada malam
hari tidak ada refleksi energi dari matahari yang digunakan. Pada sisitem pasif radiasi
gelombang pendek dipancarkan dari target yang dideteksi. Beberapa wahana yang
menggunakan sistem ini antara lain satelit Aster, Landsat, SPOT, NOAA, MODIS,
dan lainnya.
Pada wahana yang menggunakan sistem sensor aktif (Gambar 4.2 b), sumber
energi utama yang dibutuhkan oleh wahana menggunakan energi elektromagnetik
yang dibangkitkan oleh sensor Radar (radio detecting and ranging) yang terintegrasi
pada wahana tersebut (tidak menggunakan matahari sebagai sumber energi).

12
Beberapa wahana yang menggunakan sistem ini antara lain Radarsat, JERS,
ADEOS dan lainnya. Berkenaan dengan hukum kekekalan energi maka bentuk
interaksi energi dengan obyek yang dapat terjadi adalah pemantulan, penyerapan,
penerusan, dan transmisi. Hubungan tersebut menunjukkan hubungan timbal balik
antara mekanisme energi pantulan, energi serapan, dan energi transmisi. Besarnya
energi tersebut berbeda untuk tiap obyek pada permukaan bumi bergantung pada
jenis materi dan kondisinya. Perbedaan ini memungkinkan untuk membedakan
obyekyang berbeda pada suatu citra.

2.5 Citra Satelit Landsat

Satelit penginderaan jauh merupakan teknologi modern untuk memperoleh


data citra digital tentang permukaan bumi menggunakan gelombang elektromagnetik.
Beberapa panjang gelombang pada gelombang elektromagnetik dapat dimanfaatkan
untuk aplikasi penginderaan jauh. Adanya teknologi penginderaan jauh dan
pengolahan citra satelit memungkinkan untuk mengakses informasi spasial-temporal
dari suatu wilayah tertentu. Keberadaan data-data spasial ini sangat bermanfaat jika
didukung oleh perkembangan pada dasa warsa terakhir dimana satelit semakin
banyak serta jangkauan spasial yang semakin luas. Berdasarkan misinya, satelit
penginderaan jauh dikelompokkan menjadi dua macam yaitu satelit cuaca dan satelit
sumber daya alam (Fitrianda 2013).
Landsat (Land satellite) merupakan satelit milik Amerika Serikat yang
diluncurkan pertama kali pada 1972 dengan nama Eart Resources Technology
Satellite-1 (ERTS-1). Proyek ini sukses dan dilanjutkan dengan peluncuran seri
selanjutnya, yakni ERTS-2 yang kemudian dinamakan Landsat. Maka ERTS-1 pun
juga berganti nama menjadi Landsat-1.
Landsat 1 sampai 3 memuat dua macam sensor, yaitu Return Beam Vidicom
(RBV) dan Multispectral Scanner (MSS). Landsat 4 dan 5 membawa sensor
Thematic Mapper (TM), yang mengumpulkan data multispektral 7 band dengan
resolusi spasial 30 meter kecuali band inframeral termal, yaitu 120 meter. Sedangkan
Landsat 6 hilang saat diluncurkan tahun 1993. Kemudian diluncurkan Landsat 7
pada April 1999 dengan membawa sebuah sensor yang dinamakan Enhanced
Thematic Mapper Plus (ETM+), dengan kemampuan spektral dan spasial yang
hampir sama dengan sensor TM. Sebagai tambahan adalah sebuah band pankromatik

13
pada resolusi 15 meter dan band termal dengan resolusi yang lebih tajam 60 meter.
Satelit penginderaan jauh saat ini telah mencapai Landsat 8. Landsat 8 adalah
satelit terbaru setelah Landsat 7. Sejak tahun 2003 Landsat 7 ETM mengalami
gangguan atau kerusakan yang menyebabkan kerusakan pada sensor optiknya yang
menyebabkan terjadinya sejumlah garis dengan ukuran lebar beberapa piksel
kehilangan datanya atau dikenal dengan istilah “stripping” (Fitrianda 2013).
Landsat 8 diluncurkan pada 2013 dengan memiliki sensor Onboard
Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah
band sebanyak 11. Diantara kanal-kanal tersebut, 9 band (band 1-9) berada pada OLI
dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS. Sebagian besar band memiliki spesifikasi
mirip dengan Landsat 7. Data citra Landsat 8 memiliki resolusi spasial 30 m untuk
band 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan band 9, sedangkan band panchromatic memiliki resolusi
spasial 15 m. Selain beresolusi spasial 30 m dan 15 m, pada band 10 dan 11 yang
merupakan band TIR-1 dan TIR-2 memiliki resolusi spasial 100 m (Fitrianda 2013).
Tabel 2.1 Spesifikasi sensor Landsat 8 (Fitrianda 2013)
Band Gelombang Spektral (µm) Resolusi (m)
1 Coastal aerosol 0,43 – 0,45 30
2 Blue 0,45 – 0,51 30
3 Green 0,53 – 0,59 30
4 Red 0,64 – 0,67 30
5 Near Infrared (NIR) 0,85 – 0,88 30
6 SWIR 1 1,57 – 1,65 30
7 SWIR 2 2,11 – 2,29 30
8 Panchromatic 0,50 – 0,68 15
9 Cirrus 1,36 – 1,38 30
10 Thermal Infrared (TIRS) 1 10,60 – 11,19 100
11 Thermal Infrared (TIRS) 2 11,50 – 12,51 100

Landsat 8 memiliki 11 saluran yang mana pada setiap saluran menggunakan


panjang gelombang tertentu. Setiap warna pada citra satelit memiliki makna tertentu,
warna citra merupakan refleksi dari vegetasi, tubuh perairan dan/atau tubuh batuan
yang ada dipermukaan bumi. Oleh karena itu, interpretasi geologi melalui citra
Landsat lebih didasarkan pada perbedaan nilai refleksi tersebut.

14
Tabel 2.2 Saluran/Band Landsat 8 OLI/TIRS (Monita and Ikhsantamma 2015)
Panjang
Kanal Gelombang Keterangan
(µm)
Studi aerosol dari wilayah
1 – Aerosol pesisir 0,43-0,45
pesisir
Pemetaan bathimetrik,
membedakan tanah dari
2 - Biru 0,45-0,51
vegetasi dan daun dari
vegetasi konifer
Mempertegas puncak puncak
3 – Hijau 0.53 – 0.59 vegetasi untuk menilai
kekuatan vegetasi
4 – Merah 0.64 – 0.67 Membedakan sudut vegetasi.
5 - Near Infrared Menekankan konten
0,85 – 0,88
(NIR) biomassa dan garis pantai
6 – Short-Wave Mendiskriminasikan kadar air
1,57 – 1,65
Infrared (SWIR 1) tanah dan vegetasi,
menembus awan tipis
7 - Short-Wave Peningkatan kadar air tanah
Infrared (SWIR 2) 2,11 – 2,29 dan vegetasi dan penetrasi
awan tipis
Resolusi 15 m, penajaman
8 - Pankromatic 0.50 – 0.68
citra
9 - Sirus Peningkatan deteksi awan
1.36 – 1.68
sirus yang terkontaminasi
Resolusi 100 m, pemetaan
10 - TIRS 1 10.60 – 11.19 suhu dan penghitungan
kelembaban tanah
Resolusi 100 m, Peningkatan
pemetaan suhu dan
11 - TIRS 2 11.5 -12.51
penghitungan kelembaban
tanah

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Pendahuluan

3.1.1 Persiapan Administrasi


Pada tahapan ini berupa pengurusan persyaratan dari Jurusan dan Fakultas
sebelum melakukan penyusunan laporan kerja praktek penelitian dengan topik
khusus.
3.1.2 Studi Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis melakukan beberapa kegiatan guna
memperlancar penyelesaian didalam penulisan penelitian ini, diantaranya dengan
mempelajari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penulisan judul kerja
praktek dan mengutip hal-hal penting yang diperlukan dalam penulisan ini.

3.2 Tahap Pengambilan Data

3.2.1 Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penulisan laporan kerja praktek ini yaitu
data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak
perusahaan/instansi berdasarkan hasil pengamatan atau penelitian sebelumnya seperti
jurnal dan buku sebagai referensi penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek
tersebut. Adapun data sekunder yang diperoleh dari beberapa referensi yaitu sebagai
berikut :
1. Spesifikasi sensor Landsat 8 yang diperoleh dari jurnal Digital Repository
Universitas Universitas Jember oleh Meilina Indah Fitrianda (2013).
2. Saluran/Band Landsat 8 OLI/TIRS yang diperoleh dari jurnal Universitas
Hasanudin oleh Monita dkk. (2015).
3. Peta suhu permukaan, peta tutupan lahan, peta indeks vegetasi, peta geologi
hasil interpretasi yang diperoleh dari jurnal Studi Kasus Tambang Batu
Kapur Pt. Semen Gresik Persero Tbk. Pabrik Tuban oleh Nurjannah dan
Yuwono. (2013).
1.2.2 Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan sebagai literatur dalam penyusunan
laporan yaitu diambil dari buku dan jurnal, yakni sebagai berikut :
16
1. Digital Repository Universitas Jember. Fitrianda, Meilina Indah. 2013.
2. Konsep Eksplorasi. Gusman, Mulya. 2010. Universitas Negeri Padang.
3. Deliniasi Daerah Potensi Bijih Besi Primer Menggunakan Metode Remote
Sensing Citra Landsat 8 Oli/Tirs dan Citra Radar DEM SRTM Pada Kegiatan
Eksplorasi. Monita, Amelia Puspa, and Shatria Qintadali Ikhsantamma. 2015.
4. Permodelan Estimasi Potensi Tambang Batu Kapur Dari Hasil Analisa Data
Citra Satelit Landsat 7 ETM+. Nurjannah, Nurjannah, and Yuwono Yuwono.
2013. (Studi Kasus : Tambang Batu Kapur Pt. Semen Gresik Persero Tbk.
Pabrik Tuban).” Geoid 9 (1): 81.
1.2.3 Teknik Pengambilan
Data Pada teknik pengambilan data, penulis melakukan pengamatan,
pengumpulan data dan informasi terhadap literatur yang akan digunakan.
Pengambilan data dilakukan dengan cara membaca semua literatur yang digunakan
yaitu buku dan jurnal hasil penelitian sebelumnya kemudian penulis mengumpulkan
inti dari data dan informasi tersebut untuk membahas hasil sesuai dengan judul
laporan kerja praktek (topik khusus).

3.3 Tahap Pengolahan dan Analisis Data

3.3.1 Teknik pengolahan data


Pengolahan data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini
menggunakan teknik non-statistik atau pengumpulan data secara kualitatif.
Pengambilan kesimpulan umum berdasarkan hasil observasi dari buku atau referensi
yang berkaitan dengan topik khusus yang dibahas. Metode ini dilakukan oleh penulis
dengan membaca buku dan literatur terkait dengan studi yang akan dibahas.
3.3.2 Metode analisis data
Dalam kerja praktek ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
kualitatif deskriptif. Penulis menggunakan metode deskriptif untuk memperoleh
gambaran dan data secara sistematis tentang hal yang berkaitan dengan judul laporan
sehingga penulis dapat mengolah dan menyajikan data yang sistematis, aktual dan
akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

17
3.4 Tahap Penyajian Data

3.4.1 Tahap penulisan laporan


Dari data-data yang telah didapatkan kemudian diolah, diakumulasikan dan
dituangkan dalam bentuk laporan hasil kerja praktek sesuai dengan format dan
kaidah penulisan laporan kerja praktek yang telah ditetapkan pada Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Muslim Indonesia.
1.4.2 Seminar
Pada tahap ini, laporan yang telah disusun berdasarkan data yang diperoleh
dari studi literatur dipersentasikan melalui seminar sebagai persyaratan kelulusan
mata kuliah kerja praktek (KP).

18
TAHAPAN METODOLOGI PENELITIAN

Tahap Pendahuluan
Persiapan Administrasi
Studi pustaka

Tahap Pengambilan Data

Jenis Data

Data Sekunder
1. Spesifikasi sensor Landsat 8.
2. Saluran/Band Landsat 8 OLI/TIRS.
3. Peta Suhu Permukaan
4. Peta Tutupan Lahan
5. Peta Indeks Vegetasi
6. Peta variasi batuan hasil interpretasi

Sumber Data

Teknik Pengambilan Data


Studi Literatur

Tahap Pengolahan & Analisis Data

Tahap Penyajian Data


Tahap Penulisan Laporan
Seminar

Gambar 3.1 Tahapan penelitian

19
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Citra Landsat merupakan salah satu jenis citra satelit penginderaan jauh yang
dihasilkan dari sistem penginderaan jauh pasif, pada prinsipnya interpretasi citra
satelit juga menggunakan unsur dasar pengenalan (rona/warna, tekstur, bentuk,
ukuran, pola, letak, asosiasi, dan bayangan) dan unsur dasar interpretasi geologi
(relief, pola penyaluran, vegetasi, dan objek budaya), umumnya interpretasi citra
satelit sama halnya dengan interpretasi foto udara dan interpretasi citra radar (Monita
and Ikhsantamma 2015).

Gambar 4.1 Hasil foto udara citra satelit

Identifikasi variasi batuan pada citra ini mengacu pada anomali


pembacaannya melalui rona/warna, sehingga diperoleh informasi variasi batuan yang
menunjukan adanya potensi zona metasomatisme kontak dengan harapan adanya
endapan skarn yang merupakan salah satu tempat terbentuknya bijih besi. Informasi
tersebut didapatkan dengan cara menggabungkan saluran 4,5,7 karena menurut
(Soetoto, 1988) kombinasi tersebut merupakan kombinasi band terbaik untuk studi
geologi yang salah satunya untuk menduga variasi batuan.
Soetoto, 1988 menjelaskan fungsi dari setiap saluran yang digunakan, sebagai

20
berikut :
1. Band 4 (Red) berfungsi untuk membedakan lereng vegetasi, karena vegetasi
menyerap hampir semua cahaya merah (kadang-kadang disebut pita
penyerapan klorofil) pita ini dapat berguna untuk membedakan antara
vegetasi dan tanah dalam memantau kesehatan vegetasi.
2. Band 5 (Near Infrared) berfungsi untuk menekankan kandungan biomassa
dan garis pantai, karena air menyerap hampir semua cahaya pada badan air
panjang gelombang ini tampak sangat gelap. Band ini kontras dengan
pantulan terang untuk tanah dan vegetasi sehingga band ini adalah band yang
baik untuk mendefinisikan antar muka air/darat.
3. Band 7 (Short Wavelength Infrared 2) berfungsi untuk peningkatan kadar air
tanah dan vegetasi dan penetrasi awan tipis, band ini juga digunakan untuk
kelembaban vegetasi serta untuk pemetaan tanah dan geologi hingga batuan
ubahan hydrothermal yang berasosiasi dengan deposit mineral.
Pengolahan data citra inderaja Landsat 8 OLI/TIRS dilakukan menggunakan
bantuan software ArcMap Versi 10.3 untuk menggabungkan beberapa band atau
saluran sehingga dapat dilakukan interpretasi rona/warna. Dari data interpretasi
tersebut, dilakukan interpretasi kembali untuk melakukan pendugaan variasi batuan.

4.2 Pembahasan

Lokasi penelitian didominasi oleh suhu permukaan dengan kisaran suhu 34°C
– 36°C seluas 3,838 hektar dan kisaran suhu 32°C – 34°C seluas 3,359.7 hektar.
Berdasarkan peta geologi skala 1: 100.000 lembar jatirogo dapat dilihat bahwa lokasi
penelitian didominasi oleh formasi paciran dengan satuan batu gamping pejal dan
batu gamping dolomitan. Jika demikian, berdasarkan tabel emisivitas maka suhu
permukaan yang mendominasi seharusnya adalah suhu 38°C, namun pada hasil
pengolahan citra band 61 suhu permukaan 38°C hanya 319,7 hektar . Oleh karena itu
hasil pengolahan citra yang ada perlu dilakukan koreksi dengan melakukan
pengecekan lapangan (Nurjannah and Yuwono 2013).

21
Gambar 4.2 Peta suhu permukaan

Pada lokasi penelitian didapatkan 4 tipe tutupan lahan yaitu permukiman,


sawah, air, semak belukar, ladang/tegalan.

Gambar 4.3 Peta tutupan lahan

Berdasarkan parameter penutup lahan, maka untuk mengidentifikasi potensi


batu kapur tutupan lahan yang diperkiraan terdapat batu kapur adalah tutupan lahan
ladang dan semak belukar.

22
Gambar 4.4 Peta indeks vegetasi

Jika ditinjau dari parameter kerapatan vegetasi, menurut Syaeful dalam bahri
menyatakan bahwa salah satu syarat terbentuknya kawasan karst (dengan dominasi
batu kapur dan dolomit) adalah memiliki vegetasi penutup lahan dengan kerapatan
tinggi. Namun ketika dilakukan pengolahan di citra dan pengecekan dilapangan di
dapatkan hasil bahwa indeks vegetasi yang ada di lokasi tambang batu kapur tersebut
masuk dalam tipe kerapatan vegetasi yang jarang (range -1 sampai 0,32). Hal
tersebut dikarena lokasi tambang yang ada sudah berubah menjadi dari semak
belukar menjadi ladang/tegalan. Range -1 sampai 0.32 memiliki luasan paling besar
dalam pembagian tipe indeks vegetasi yaitu 8374,6 hektar.
Berdasarkan hasil interpretasi visual, peta geologi lembar jatirogo, dan
pengecekan dilapangan didaptkan hasil bahwa batuan yang ada di lokasi penelitian
antara lain :
1. Anggota ngrayong, formasi tuban (Tmtn) Batupasir kuarsa berselingan
batugamping dan batulempung.Dalam kenampakan di citra memiliki warna
biru cerah dengan selingan warna kuning dan orange.
2. Formasi paciran (Tpp) Batugamping pejal, dan batugamping
dolomitan.Dalam kenampakan di citra memiliki warna biru cerah dan
diselingi warna biru tua.
3. Aluvium (Qa) Pasir, lempung, lanau, dan kerikil. Dalam kenampakan di citra
memiliki warna merah diselingi warna biru tua.

23
Gambar 4.5 Peta hasil variasi batuan

Dari hasil pengolahan citra diketahui bahwa tambang batu kapur berada pada
formasi paciran (tpp) dengan satuan batuan satuan batugamping pejal, dan
batugamping dolomitan. Formasi ini memiliki luasan 8225,1 hektar.

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka didapatkan beberapa


kesimpulan tentang studi kestabilan lereng dengan metode kesetimbangan batas
sebagai berikut :
1. Satelit penginderaan jauh merupakan teknologi modern untuk memperoleh
data citra digital tentang permukaan bumi menggunakan gelombang
elektromagnetik. Citra Landsat merupakan salah satu jenis citra satelit
penginderaan jauh yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh pasif, pada
prinsipnya interpretasi citra satelit juga menggunakan unsur dasar pengenalan
(rona/warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, letak, asosiasi, dan bayangan) dan
unsur dasar interpretasi geologi (relief, pola penyaluran, vegetasi, dan objek
budaya).
2. Berdasarkan hasil interpretasi visual, peta geologi lembar jatirogo, dan
pengecekan dilapangan didaptkan hasil bahwa batuan yang ada di lokasi
penelitian antara lain : (a) Anggota ngrayong, formasi tuban (Tmtn) Batupasir
kuarsa berselingan batugamping dan batulempung.Dalam kenampakan di
citra memiliki warna biru cerah dengan selingan warna kuning dan orange;
(b) Formasi paciran (Tpp) Batugamping pejal, dan batugamping
dolomitan.Dalam kenampakan di citra memiliki warna biru cerah dan
diselingi warna biru tua; dan (c) Aluvium (Qa) Pasir, lempung, lanau, dan
kerikil. Dalam kenampakan di citra memiliki warna merah diselingi warna
biru tua.
3. Pengolahan data citra inderaja Landsat dilakukan menggunakan bantuan
software ArcMap Versi 10.3 untuk menggabungkan beberapa band atau
saluran sehingga dapat dilakukan interpretasi rona/warna. Interpretasi geologi
melalui citra Landsat lebih didasarkan pada perbedaan nilai refleksi. Refleksi
ini berdasarkan pada band (saluran) Aerosol, biru, hijau, merah, NIR, SWIR
1, SWIR 2, pankromatic, Sirus, TIRS 1 dan TIRS 2. Tahapan pengolahan
data citra satelit dimulai dari Pemotongan (cropping), Koreksi Geometrik,
RMSE, Citra diolah menjadi 4 peta (peta suhu permukaan, tutupan lahan,
25
indeks vegetasi dan sebaran batuan), Ground Truth, Uji ketelitian dan overlay
untuk mendapatkan peta potensi bahan galian.

5.2 Saran

Saran saya untuk pembimbing agar tetap sabar dalam memberikan


pengarahan kepada mahasiswa secara daring dan senantiasa memberi motivasi
terlebih sistem kerja praktek (KP) topik khusus mahasiswa sangat minim
pengalaman.

26
DAFTAR PUSTAKA

Fitrianda, Meilina Indah. 2013. “Digital Digital Repository Repository Universitas


Universitas Jember Jember Digital Digital Repository Repository Universitas
Universitas Jember.”
Gusman, Mulya. 2010. “Konsep Eksplorasi.” Universitas Negeri Padang.
Monita, Amelia Puspa, and Shatria Qintadali Ikhsantamma. 2015. “DELINIASI
DAERAH POTENSI BIJIH BESI PRIMER MENGGUNAKAN METODE
REMOTE SENSING CITRA LANDSAT 8 OLI / TIRS DAN CITRA RADAR
DEM SRTM PADA KEGIATAN EKSPLORASI.”
Nurjannah, Nurjannah, and Yuwono Yuwono. 2013. “Permodelan Estimasi Potensi
Tambang Batu Kapur Dari Hasil Analisa Data Citra Satelit Landsat 7 Etm+
(Studi Kasus : Tambang Batu Kapur Pt. Semen Gresik Persero Tbk. Pabrik
Tuban).” Geoid 9 (1): 81. https://doi.org/10.12962/j24423998.v9i1.748.

27

Anda mungkin juga menyukai