Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS DEBU TAMBANG PADA AREA PENAMBANGAN

DMLZ (Deep Mill Level Zone) DI PT. FREEPORT INDONESIA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penyusunan Tugas Akhir Pada
Fakultas Teknik Jurusan TekPnik Pertambangan Universitas Cenderawasih

Oleh :

CORIZH ERICK RAHADYAN MAYOR


NIM: 011 064 0134

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Dari Program Studi S1 Teknik Pertambangan dan Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Dari Universitas Cenderawasih
Oleh :

CORIZH ERICK RAHADYAN MAYOR


0110640100

Fakultas Teknik, Universitas Cenderawasih


14 Desember 2015
Mengetahui, Ketua
Program Studi

Bevie M Nahumury, ST. MT


NIP. 1981 0421 2008 121 003
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian dengan judul Analisis Debu Tambang Pada Area
Penambangan DMLZ (Deep Mill Level Zone) di PT. Freeport indonesia yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Pertambangan. Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis telah mendapatkan
banyak bantuan dari berbagai pihak.
Dalam Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. FRANS TAMBING ST.MT selaku ketua jurusan Teknik pertambangan
Uncen.
2. BEVIE NAHUMURY. ST.MT selaku ketua program study (S1) Teknik
Pertambangan Uncen.
3. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 yang telah membantu dalam
menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitan ini masih belum sempurna,


karena itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang membangun
sehingga memperkaya wawasan keilmuan semua pihak khususnya saya sebagai
penulis. Semoga laporan penelitan ini bermanfaat bagi kita semua khususnya
mahasiswa Teknik Pertambangan.
Jayapura, Januari 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1 Latar belakang ..............................................................................................1

1.2 Permasalahan ................................................................................................2

1.2.1 Rumusan masalah ...........................................................................2

1.2.2 Batasan masalah .............................................................................2

1.3 Tujuan dan Manfaat .....................................................................................2

1.3.1 Tujuan.............................................................................................2

1.3.2 Manfaat ...........................................................................................2

1.4 Keadaan Lingkungan....................................................................................3

BAB II ......................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................6

2.1 Ventilasi Tambang (Mine Ventilation) ........................................................6

2.2 Debu .............................................................................................................6

2.2.1 Klasifikasi debu ..............................................................................7

2.2.2 Faktor-Faktor yang menentukan bahaya Debu Kepada Manusia...8

2.2.3 Jenis Penyakit Akibat Debu .........................................................10

2.2.4 Metode Pengukuran Debu ............................................................12

iii
2.2.5 Analisis Konsentrasi Debu ...........................................................13

2.3 Teknologi Pengontrolan Debu ...................................................................14

BAB III ..................................................................................................................18

METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................18

3.1 Rencana penelitian .....................................................................................18

3.2 Alat dan Bahan ...........................................................................................18

3.3 Tahapan, Metode dan Teknik Penelitian ....................................................18

3.3.1 Tahapan ........................................................................................18

3.3.2 Jadwal penelitian ..........................................................................21

3.3.3 Metode dan teknik penelitian .......................................................22

Daftar Pustaka ............................................................................................................

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar1.1 PeetaLokasi Project Area PT.Freeport Indonesia (Sumber : Big


Gossan Feasibility Study March 2005). ............................................ 3
Gambar 1.2 Area PertambanganPT. Freeport Indonesia (Sumber: Vol 1-Big
Gossan Mines Feasibility Study 2-8). ................................................. 4
Gambar2.1 Metode Sampling NIOSH 0600 ......................................................... 12
Gambar 3.1diagram alir penelitian........................................................................ 22

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1-1 Range Ukuran Aerosol ................................................................ 10


Tabel 3-1 tahapan penelitian........................................................................ 18

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoRan. PTFI menambang,
memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga,
emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi di Kabupaten Mimika
Provinsi Papua, Indonesia. PT. Freeport Indonesia memasarkan konsentrat yang
mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.
Kompleks tambang milik PT. Freeport Indonesia di Grasberg merupakan
salah satu penghasil tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia, dan
mengandung cadangan tembaga yang dapat diambil yang terbesar di dunia, selain
cadangan tunggal emas terbesar di dunia. Grasberg berada di jantung suatu
wilayah mineral yang sangat melimpah, di mana kegiatan eksplorasi yang
berlanjut membuka peluang untuk terus menambah cadangan kami yang berusia
panjang.
Produksi bijih saat ini adalah sekitar 200.000 ton per hari, yang mana
berasal dari Tambang Bawah Tanah DOZ (Deep Ore Zone) dan sisanya
ditambang dari Tambang Terbuka Grasberg. Saat ini, PTFI sedang
mengembangkan dua tambang bawah tanah baru yaitu DMLZ (Deep Mill Level
Zone) and GBC (Grasberg Block Cave) yang nantinya diharapkan akan dapat
menggantikan operasi tambang permukaan yang akan berakhir pada tahun 2017.
Seiring dengan aktifitas kegiatan penambangan di area DMLZ (Deep Mill
Level Zone) tentunya terdapat masalah mengenai kualitas udara yang di sebabkan
oleh debu, sehingga dapat mengganggu para pekerja yang melakukan aktifitas
kerja pada area DMLZ.
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang
melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron
sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara, baik dalam maupun
di ruang gedung (Indoor and Out Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu
indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik

1
terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Partikel
debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan
melayang layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat
mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi
kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit
karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang
relatif berbeda-beda.

1.2 Permasalahan
1.2.1 Rumusan masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan dari
penelitian adalah menganalisis debu yang timbul akibat aktifitas penambangan
pada area DMLZ demi menunjang keselamatan dan kenyamanan kerja sehingga
produksi pun dapat berjalan dengan lancar.

1.2.2 Batasan masalah


Agar dalam pembahasan tulisan ini mengerah sesuai dengan topik, maka
diperlukan batasan batasan sebagai berikut:
Daerah penelitian dilakukan pada Tambang DMLZ di PT. Freeport Indonesia.
Penelitian berfokus pada kualitas udara.

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini:
1. Mengetahui tingkat eksposur debu pada area penelitian.
2. Mengetahui kandungan silika.

1.3.2 Manfaat
1. Manfaat dari penelitian ini agar meminimalisir debu di dalam area
DMLZ (Deep Mill Level Zone) agar pasokan udara bersih bagi pekerja
tetap tercukupi sehingga menimbulkan kenyaman kerja

2
1.4 Keadaan Lingkungan
Secara garis besar area kontrak karya PT. Freeport Indonesia dapat dibagi
menjadi dua daerah (Gambar 1), yaitu: Daerah dataran rendah (lowland) dan
daerah dataran tinggi (highland).
Daerah Dataran Rendah (lowland)merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian antara 10 mdpl sampai 2000 mdpal dandaerah dataran tinggi
(highland) merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian antara 2000 mdpl
sampai 4200 mdpal yang terdiri dari wilayah pabrik pengolahan bijih (mil74), Mil
Level Adit (MLA) portal, Ali Budihardjo Tunnel (level 2510), Kasuang Portal
(level 2860), ARD Portal (level 2950), Amole Portal (level 3020), dan Agawagon
Portal (level 3046), tambang DOZ, tambang IOZ, tambang Big Gossan, tambang
Gunung bijih Timur (GBT) dan lokasi tambang terbuka Grasberg.

Gambar1.0.1 PeetaLokasi Project Area PT.Freeport Indonesia (Sumber :


Big Gossan Feasibility Study March 2005).
Lokasi PT. Freeport Indonesia terletak di pegunungan Jayawijaya,
Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua, berada pada osisi
geografis 04 06' - 04 12' Lintang Selatan dan 137 06' 137 12' Bujur Timur.
Kegiatan operasional PT. Freeport Indonesia terbentang dari lokasi penambangan
bijih tertinggi di Grasberg sampai pelabuhan Amamapare yang panjangnya lebih
kurang 125 km.

3
Wilayah kerja PT. Freeport Indonesia mempunyai iklim tropis. Tetapi
kenyataannya, kondisi iklim sebenarnya berubah secara bervariasi sesuai dengan
perubahan terhadap ketinggian. Secara umum daerah dataran rendah (lowland)dan
memiliki iklim yang panas, basah dan lembab, sedangkan daerah dataran tinggi
(highland) memiliki iklim yang basah, dan dingin.
Temperatur udara rata rata bervariasi antara 70C pada daerah pemantauan
alat meteorologi tertinggi sampai sekitar 260C pada pelabuhan Amamapare.
Temperatur bulanan rata-rata hampir selalu konstan, yang merupakan karakteristik
dari iklim tropis. Curah hujan di daerah penambangan yang dipantau dari stasiun
GBT berkisar antara (16 816 mm/bulan) dan hari hujan berkisar antara (9 31
hari hujan/bulan).
Topografi pada daerah Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia sangat
bervariasi mulai dari daerah pantai dan rawa sampai dengan daerah yang
berketinggian 4200 mdpal.
Pada area penambangan merupakan daerah yang tidak rata dan bergunung-
gunung, karena terletak di daerah pegunungan Sudirman atau Highland dengan
ketinggian antara 2000 m sampai 4200 mdpal. Daerah dataran rendah atau
Lowland mempunyai ketinggian antara 10 m sampai 2000 mdpal yang meliputi
pelabuhan Amamapare, Timika dan Kuala Kencana dan merupakan daerah yang
relatif datar dan rata.

Gambar 1.2 Area PertambanganPT. Freeport Indonesia (Sumber: Vol 1-


Big Gossan Mines Feasibility Study 2-8).
Keadaan morfologi daerah penambangan sangat variatif, yaitu pada daerah
pelabuhan (Portsite) merupakan daerah rawa dan pantai yang dikelilingi oleh

4
hutan bakau. Meninggalkan daerah pelabuhan ketinggian semakin besar dan rawa
bakau sedikit demi sedikit menjadi rawa nipa atau sagu. Pada jarak sekitar 40 km
memasuki area pedalaman terdapat dataran dengan ketinggian 350-500 mdpal
yang ditumbuhi oleh hutan lebat. Pada daerah ini mulai timbul pegunungan
dengan bentuk jurang yang terjal.
Mendekati daerah Tembagapura dengan ketinggian sekitar 2000 mdpal
terdapat banyak jurang dan dinding batuan yang terjal, bentuk air tejun yang besar
maupun yang kecil dan lembah-lembah yang curam. Jika memasuki daerah
penambangan dengan ketinggian sekitar 2800 m sampai 4000 m dari permukaan
air laut, pada permukaannya hampir tidak ditemui adanya pohon namun hanya
tanaman perdu, rumput dan lumut. Hal ini di sebabkan karena cuaca yang sangat
dingin dan terkadang diselimuti salju.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ventilasi Tambang (Mine Ventilation)


Ventilasi tambang merupakan teknologi pertambangan yang sangat penting
dalam mengantisipasi segala permasalahan yang berhubungan dengan kondisi
udara di dalam tambang bawah tanah.Ventilasi tambang sangat berperan di dalam
tambang bawah, dimana ventilasi tambang merupakan media pengatur kebutuhan
jumlah udara, kecepatan udara dan tekanan udara.
1. Fungsi Ventilasi Tambang
Fungsi Ventilasi tambang berfungsi untuk:
a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk
keperluan menyediakan udara segar/oksigen ( ) bagi pernafasan
para pekerja dan juga bagi segala proses yang terjadi dalam tambang
yang memerlukan oksigen ( ).
b. Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran
dari gas-gas yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan
kandungan gas dalam udara tambang yang memenuhi syarat bagi
pernafasan.
c. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran vent ilasi
tambang bawah tanah hingga ambang batas yang diperkenankan.
d. Mengatur panas dan kelembaban udara ventilasi tambang bawah
tanah sehingga dapat diperoleh suasana/lingkungan kerja yang
nyaman

2.2 Debu
Dalam tambang bawah tanah, fungsi ventilasi sangatlah penting yakni
menyediakan udara yang cukup dalam hal kuantitas dan kualitas guna mendilusi
kontaminan / pengotor udara pada konsentrasi yang aman di semua fasilitas
tambang bawah tanah dimana pekerja bekerja maupun melintas atau dengan kata

6
lain mengganti oksigen yang telah digunakan dan untuk membuang gas, asap dan
debu.
Debu adalah partikel zat halus yang berdiameter 0.1 50 mikron atau lebih
yang dihasilkan oleh proses mekanis. Proses mekanis ini dapat menimbulkan debu
yang halus yang melayang di udara dan debu yang kasar mengandap di
permukaan. Partikel-partikel debu yang dapat dilihat oleh mata adalah yang
berukuran lebih dari 50 mikron, sedangkan yang berukuran kurang dari 10 mikron
sulit atau tidak dapat untuk dideteksi oleh mata, dan hanya dideteksi oleh mata
apabila terdapat pantulan cahaya yang kuat dari partikel-partikel debu tersebut
atau dengan menggunakan mikroskop (Siswanto, 1998). Menurut Departemen
Kesehatan RI (2003) debu adalah partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh
proses mekanis sedangkan menurut The Mine Safety and Health Administration
(MSHA) debu adalah zat padat yang terbagi secara halus dimana dapat naik ke
udara dari keadaan semula tanpa adanya bahan kimia dan perubahan fisik lainnya.
Dari segi kesehatan, berdasarkan ukurannya debu digolongkan sebagai
berikut :
a. Respirable Dust
Respirable dust yaitu partikel-partikel debu kecil yang dapat
menembus hidung dan sistem pernafasan dan masuk ke dalam paru-paru.
b. Inhalable Dust
Inhalable Dust yaitu debu yang memasuki tubuh tetapi
terperangkap dalam hidung, tenggorokan dan sistem pernafasan atas.
Rata-rata diameter dari debu ini adalah 10 m.
c. Total Dust
Total Dust termasuk seluruh partikel-partikel yang naik ke udara
hartman)
dengan mengabaikan ukuran atau susunannya.

2.2.1 Klasifikasi debu


Secara fisik debu diklasifikasikan ke dalam kategori aerosol yaitu
hamburan partikel padat dan atau cair di dalam medium gas/udara. Pada tambang
bawah tanah, debu ini dihasilkan oleh aktifitas penambangan seperti pemboran,

7
peledakan, pemuatan, pengangkutan dan penumpahan bijih. Berikut ini klasifikasi
debu berdasarkan tingkat bahayanya, yaitu :
a) Debu fibrogenik
Merupakan debu yang berbahaya terhadap pernafasan, seperti silika
(kuarsa dan chert), silikat (asbestos, talk, mika dan silimanit), meal fumes
(asap logam), bijih timah, bijih besi, karborondum dan batubara (anthrasit,
bitumineous).
b) Debu karsiogenik
Contohnya kelompok radon, asbestos dan arsenik.
c) Debu beracun
Merupakan debu yang mengandung racun yang berbahaya terhadap
organ dan jaringan tubuh, seperti bijih berilium, arsenik, timah hitam,
uranium, radium, thorium, khromium, vanadium, air raksa, kadmium,
antimoni, selenium, mangan, tungsten, nikel dan perak (khususnya oksida
dan karbonat).
d) Debu radioaktif
Merupakan debu yang berbahaya karena radiasi sinar alpha dan sinar
beta, seperti bijih uranium, radium dan thorium.
e) Debu yang dapat meledak (terbakar di udara)
Contohnya debu logam (magnesium, alumunium, seng, timah dan
besi), batubara (bituminous dan lignit), bijih sulfida dan debu organic.
f) Debu pengganggu
Contohnya gypsum, gamping dan kaolin.
2.2.2 Faktor-Faktor yang menentukan bahaya Debu Kepada Manusia
Tingkat bahaya debu pada kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain, komposisi debu, konsentrasi, ukuran partikel, lamanya waktu terpapar
dan kemampuan individual.
a) Komposisi Debu
Ditinjau dari tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan komposisi
mineralogi debu lebih penting dibandingkan komposisi kimiawi atau sifat
fisiknya. Sebagai contoh silika bebas memiliki aktifitas kimia yang lebih

8
besar di dalam paru-paru dibandingkan silika campuran. Namun pada
kasus asbestos, efek mekanik lebih penting sedangkan untuk debu beracun,
kelarutan merupakan faktor penting.
b) Konsentrasi
Penurunan konsentrasi rata-rata debu berarti menurunkan peluang untuk
terjadinya penyakit paru-paru, sehingga perlu dilakukan usaha untuk
menurunkan konsentrasi debu pada daerah kerja tambang bawah tanah.
Konsentrasi debu di udara dapat dinyatakan dengan 2 cara, yaitu :
Atas dasar jumlah = mppcf (million of particles per cubic foot)
3
Atas dasar berat = mg/m
Faktor konsentrasi merupakan faktor terpenting kedua setelah komposisi.
Secara umum debu dapat membahayakan paru-paru jika konsentrasinya lebih
3
besar dari 0,5 mg/m . Untuk debu-debu beracun radioaktif konsentrasi yang lebih
kecilpun dapat membahayakan.
c) Ukuran Partikel
Debu berukuran halus (< 5 m) merupakan debu yang paling berbahaya
karena luas permukaannya besar dengan demikian aktifitas kimianya pun besar.
Selain itu debu halus tergolong debu yang dapat dihirup (resiprable dust) karena
mungkin tersuspensi di udara.
Debu yang berbahaya, respirable dust, tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Meskipun begitu, kita dapat mengasumsikan bahwa pada daerah yang
mempunyai kensentrasi debu yang ringgi dan dapat dilihat oleh mata telanjang
memiliki konsentrasi respirable yang tinggi pula. Aspek lain yang kurang
menguntungkan dari respirable dust adalah kecilnya settling velocity yang
mengakibatkan partikel tersebut dapat tersuspensi diudara dalam waktu yang tidak
dapat ditentukan. Range ukuran aerosol yang umum berada dialam dapat dilihat
pada tabel

9
Tabel 1-1 Range Ukuran Aerosol
-6 -6
Tipe Aerosol Ukuran Terendah(10 m) Ukuran tertinggi (10 m)
Respirable dust - 7
Batubara 0.1 100
Debu atmosfer normal 0.001 20
Asap diesel 0.05 1
Virus 0.003 0.05
Bakteri 0.015 30
Asap tembakau 0.01 1
Serbuk penyebab alergi 18 60
Kabut 5 50
Mist 50 100
Light drizzle 100 400
Sumber : Malcolm J. McPherson, Subsurface Ventilation and Envirimental Engineering, Chapman
& Hall London, 1993.
d) Lamanya Waktu Terdedah (Exposed Time)
Penyakit akibat debu umumnya timbul setelah seseorang bekerja di
lingkungan yang berdebu untuk suatu jangka waktu yang cukup lama.
Waktu rata-rata perkembangan penyakit silicosis berkisar antara 20 sampai
30 tahun.
e) Kemampuan Individual
Faktor kemampuan individu terhadap bahaya debu sampai saat ini
merupakan faktor yang belum dapat dikuantifikasi. Daya tahan tubuh perorangan,
setiap individu mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap pengaruh
debu, sesuai dengan kondisi kesehatan dan kepekaan terhadap debu.

2.2.3 Jenis Penyakit Akibat Debu


Berdasarkan pengelompokan debu tersebut maka macam-macam penyakit
yang diakibatkan adalah sebagai berikut:
1. Pneumoconiosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
perut (Silikosis, antrakosilikosis, asbestosis). Gejala penyakit ini berupa
sakit paru-paru, namun berbeda dengan penyakit TBC paru.

10
2. Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan penyakit
Pneumokoniosis. Penyebabnya adalah silica bebas ( ) yang terdapat
dalam debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru-paru
dengan masa inkubasi 2 - 4 tahun. Pekerja yang sering terkena penyakit ini
umumnya yang bekerja di perusahaan seperti tambang timah putih,
tambang besi, tambang batu bara, dan lain-lain. Gejalanya penyakitnya
dibedakan pada tingkat ringan dan berat. Gejala tingkat ringan misalnya
seperti: batuk ringan dan pengembangan paru-paru. Pada tingkat berat
terjadi sesak nafas yang mengakibatkan cacat total, hypertofi jantung
kanan, kegagalan jantung kanan.
3. Antrakosilikosis adalah pneumoconiosis yang disebabkan oleh silika bebas
bersama debu arang batu. Penyakit ini mungkin ditemukan pada tambang
batu bara atau karayawan industri yang menggunakan bahan batu bara
jenis lain. Gejalanya berupa sesak nafas, bronchitis chronis batuk dengan
dahak hitam (Melanophtys).
4. Absestosis adalah jenis pneumokniosis yang disebabkan oleh debu asbes
dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai
silikat. Yang terpenting adalah campuran magnesium silikat pekerja yang
umumnya terkena penyakit ini adalah pengelola asbes, penenunan,
pemintalan asbes dana reparasi tekstil yang terbuat dari asbes. Gejala yang
timbul berupa sesak nafas, batuk berdahak/riak dengan rhonchi di basis
paru, cyanosis terlihat bibir biru.
5. Berryliosis, penyebabnya adalah debu yang mengandung Berrylium,
terdapat pada pekerja pembuat aliasi berrylium tembaga, pada pembuatan
tabung radio, dan lain-lain.
6. Byssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya dikenal dengan:
"Monday Morning Sydroma "atau" Monday Fightnesi" sebagai gejala
timbul setelah hari kerja sesudah libur, terasa demam, lemah badan, sesak
nafas, batuk-batuk, "Vital Caoacity" jelas menurun setelah 5-10 tahun
bekerja dengan debu.
7. Stannosis disebabkan debu bijih timah putih (SnO).

11
8. Siderosis disebabkan oleh debu yang mengandung .

2.2.4 Metode Pengukuran Debu


Metoda pengukuran debu yang digunakan oleh PT. Freeport Indonesia ialah
berdasarkan NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Healthy)
3
Metode 0600 (0.05 - 10 mg/m respirable quartz) dengan teknik pengukuran
Gravimetrik (filter weight).
Alat pengambilan sampelnya yaitu: Cyclone + Filter (10mm DO nylon
cyclone + tared 5 m PVC membrane filter, 37 mm diameter). Dengan standar:
Flow rate: 1.7 l/min 5% (min. = 1.615, max. = 1.785 l/min).
3
Sample Volume min. = 400 l, max. = 860 l @ 2.32 mg/m
Blanks: >10%, 1 field blank per sampling day.
Ketelitian: <10 g with 0.001 mg sensitivity balance; <70 g with 0.01 mg
sensitivity balance.

Gambar2.0.1 Metode Sampling NIOSH 0600

Cyclone adalah alat pemisah antara respirable partikel dengan yang tidak
dapat terhisap oleh pernafasan manusia, berbentuk kerucut terbalik.
Filter adalah membaran tipis dari bahan polyvinyl clorida untuk Dust
sampling sebagai bagian terpenting dari sampling yang akan dianalisa untuk
mendapatkan konsentrasi Debu.
Kaset (Cassette) adalah tempat filter diletakan, harus dalam kondisi tertutup
dari kemungkinan kebocoran angin.

12
Pompa adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan dust yang ada di
area kerja, sehingga partikel-partikel tersebut tersaring pada filter, yang kemudian
akan dianalisa selanjutnya. Hisapan pompa akan di set sesuai dengan yang dihisap
manusia secara normal per menitnya.

2.2.5 Analisis Konsentrasi Debu


Untuk menghitung eksposur debu digunakan standar persamaan:
DE = DW x 1000 (2.1)
SV

S.W.A = DE x RT (2.2)
480

Dimana :
DE = Dust Exposure (mg/m)
DW = Berat Debu (gram)
SV = Sample Volume (mg)
S.W.A = Shift Weight Average (mg/m)
RT = Run Time (menit)
480 = Ketetapan per Shift Kerja

Dust Exposure merupakan debu yang dihasilkan akibat proses kegiatan


tambang ataupun dari aktivitas peralatan (equipment).
Run Time adalah total waktu yang didapat pada saat pengukuran (sampling)
dimulai hingga akhir pengukuran.
Sample Volume ialah hasil perkalian dari aliran rata-rata aktivitas pompa
pengukuran dengan Run Time dalam satuan mg.
Permissible Exposure Limit (PEL) adalah nilai batas yang diizinkan untuk
terkontak/terdedah selama 8 jam atau per shift kerja dan tidak terkena efek
kesehatan yang merugikan.
Untuk menentukan nilai PEL, dapat menggunakan standar formula dari
MSHA (The Mine Safety and Healthy Administration), ACGIH (American
Conference of Govermental Industrial Hygienist) 2005, ACGIH 2006, dan DOM.

13
MSHA : 10
(% Silica + 2)

ACGIH 2005 : 5,085


(% Silica + 1,695)

ACGIH 2006 : 2,52


(% Silica + 0,84)

DOM : 10,345
(% Silica + 3,448)

Untuk mendapatkan kandungan silica dilakukan pengukuran dengan teknik


Infrared Absorption Spectrophotometry dimana alat sample menggunakan
cyclone+filter (10-mm nylon, atau Higgins-Dewell (HD)+0.8-m atau 5-m PVC
atau membrane MCE) dengan flow rate 1.7 L/min (nylon cyclone) dan 2.2 L/min
(HD cyclone). Rumus perhitungan konsentrasi silica:

C = Wq , mg/m

%S = Wq
x 100
Ws

Dimana : C = Konsentrasi Silika (mg/m)

Wq = Berat Silika (g)

Ws = Berat Total Sample (g)

V = Volume Udara yang disampel (L)

2.3 Teknologi Pengontrolan Debu


Pengotrolan aerosol, khususnya debu pada daerah pertambangan adalah
salah satu tujuan utama dari ahli ventilasi karena hubungannya dengan kesehatan
dan keselamatan para pekerja. Terdapat banyak cara untuk mengotrol debu
tambang, beberapa strategi yang dikembangkan untuk mengotrol partikel debu

14
dapat dilihat pada tabel 3.7. Metode yang ada ditulis berdasarkan biaya dan
efisiensi.

Tabel 3.5
Metoda dan Strategi Dasar Pengotrolan Debu

Strategi Metoda Biaya Efisiensi


Water/steam infusion Tinggi Moderat
Preventif Foam infusion Tinggi Moderat
Wet drilling Rendah Tinggi
Removal Dust Collector-wet Moderat Tinggi
Dust Collector-dry Moderat Tinggi
Water spray Rendah Moderat
Wet cutting Rendah Moderat
Foam Moderat Moderat
Suppression Cutting variable optimization Rendah Moderat
Deliquestcent chemicals Moderat Moderat
Rock dusting Moderat Moderat
Waterjet-assisted cutting Tinggi Moderat

Strategi Metoda Biaya Efisiensi


Main ventilation stream Moderat Moderat
Dilution Localventilationdilution Rendah Moderat

rd
Sumber: Howard L. Hartman, mine Ventilation and Air Conditioning, 3
edition, Jhon Wiley & sons, 1997.

a. Prevention
Modifikasi Operasi/penambangan.
Pemeliharaan Peralatan.
b. Removal
Pembersihan Tempat Kerja
Pembersihan Udara dengan Dust Collector

c. Suppression
Infusion with water or steam
Allaying with water or foam
Penanganan debu yang mengendap
Rock dusting
d. Isolation
Restricted Blasting
Enclosure of Operation
Local Exhaust System
Separate Split of Air
e. Dilution
Local Dilution by Aux Ventilation
Dilution by Main Ventilation

Beberapa metoda Pengotrolan debu yang efektif dalam dunia tambang


adalah:
a. Kontrol dengan menggunakan bahan dasar air
Metoda ini adalah metoda yang paling banyak digunakan dan paling efektif
untuk mengontrol debu di area penambangan. Cara penggunaan air juga
bervariasi. Dasar dari metode ini adalah memasukkan air atau uap kedalam
deposit mineral agar menjadi basah dan mengurangi kesempatan bagi debu untuk
dapat mengapung di udara. Menurut Cervik (1997), water infusion pada tambang
batubara Eropa mempunyai efektifitas sebesar 50 % sampai 95 % dalam
mereduksi debu tambang.
Metode lain yang paling umum digunakan, berbiaya rendah, dan dapat
digunakan untuk berbagai sumber debu adalah penggunaan air dalam pengeboran,
cutting, dan operasi continuous mining. Pengeboran basah menjadi umum
digunakan setelah masalah silicosis diumumkan pada sekitar tahun 1930.
Water spray digunakan untuk debu yang telah berada di udara. Apabila debu
telah berada di udara, penggunaan air menjadi kurang efisien karena partikel debu
menjadi lebih sukar untuk dibasahi. Jenis water spray yang lazim digunakan
adalah:

- Solid Stream
- Hollow Cone
- Flat Spray
- Atomizing Spray
- Full cone
- Ventury spray.
b. Dust collectors
Alat ini semakin umum digunakan dalam dunia industri, termasuk
pertambangan dan mineral processing, selama beberapa dekade karena alasan
kesehatan dan masalah debu yang semakin meningkat. Wet scrubber dan filter
digunakan untuk tambang bawah tanah sementara cyclone digunakan untuk
tambang terbuka. (Divers dan janosik, 1978; Organishak et al., 1983; Divers dan
Cecala, 1990).
c. Kontrol umum dan lokal
Pada banyak situasi, pemakaian air dan dust collector dalam tambang adalah
sangat sulit atau tidak mungkin. Dalam kondisi ini kontrol umum dan local dapat
digunakan.
Contoh penggunaannya antara lain:
Pembuatan dan penggunaan alat yang menghasilkan debu yang rendah.
Penggunaan tabir udara dan cabs.
Penggunaan system exhaust untuk menghilangkan debu dari udara
kerja tambang.
Penggunaan saat kimia pengikat untuk menghindarkan debu yang
berada diudara.
d. Dilusi oleh ventilasi.
Dilusi oleh sistem ventilasi saat ini masih dianggap sebagai metoda utama
yang digunakan untuk mengontrol debu tambang yang ada. Dalam metode ini,
kecepatan aliran udara lebih berperan daripada kuantitas udara. Pada setiap lubang
bukaan yang menghasilkan debu, jarak partikel yang terbawa oleh aliran udara
bergantung pada kecepatan udara dan kecepatan pengendapan dari partikel
tersebut.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rencana penelitian


Adapun rencana penelitian ini akan dilakukan pada perusahaan tambang
terbuka di PT. Freeport Indonesia untuk menganalisi debu yang terjadi di tambang
DMLZ dalam menjamin kenyamanan dan kesehatan para pekerja tambang. Waktu
penelitian diperkirakan 3 bulan dengan data yang diambil berupa data primer
dan data sekunder (lihat gambar 5. Diagram alir penelitian).

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada proses penelitian ini antara lain
Kompas Geologi, meteran, laptop beserta program Microsoft word dan Microsoft
Excel

3.3 Tahapan, Metode dan Teknik Penelitian


3.3.1 Tahapan
Tabel 3-1 tahapan penelitian

Kegiatan Keterangan Hasil


o.
Persiapan Mencari, mengumpulkan pustaka dan Proposal
. studi literatur Surat bukti bimbingan
Konsultasi dan ujian proposal Surat ijin penelitian
Konsultasi sebelum melakukan
penelitian
Surat bukti bimbingan skripsi yang
dikeluarkan oleh pengelola program
studi
Surat ijin penelitian yang dikeluarkan
oleh fakultas yang ditunjukkan kepada
instansi di lokasi penelitian

Studi Membaca dan memahami buku-buku Photo copy buku dan
. Kepustakaan kepustakaan dan jurnal maupun jurnal jurnal ilmiah sebagai
ilmiah yang berisi teori, pendapat dari referensi
peneliti buku yang akan dijadikan
referensi sebagai landasan teori yang
merupakan hasil analisis penelitian
Metode Observasi : pengamatan langsung Memahami metode
. Penelitian dilapangan yang digunakan
Dokumentasi : mengumpulkan
dokumen-dokumen terkait penelitian
dan mengambil atau memotret gambar
lokasi penelitian
Data yang Diteliti Data primer adalah data yang diambil Data-data yang didapat
dan diolah sendiri oleh peneliti dilapangan
Data sekunder adalah data yang di
ambil dari laporan perusahaan.
Pengolahan Data Dengan melakukan serangkaian
. perhitungan dari :
Penyusunan Halaman Judul
. Laporan Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi

19
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Pustaka
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar belakang
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4. Keadaan Lingkungan
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Vrentilasi Tambang
2.2. Debu
2.2.1 Klasifikasi Debu
2.2.2 Faktor-Faktor bahaya
debu pada manusia
2.2.3 Jenis-jenis penyakit
yang timbul akibat
debu
Bab III Metodologi Penelitian
3.1. Rencana Penelitian
3.2. Bahan dan Peralatan
3.3. Tahapan, Metode dan Teknik
Penelitian
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Bab V Penutup
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Pelaksanaan Pembimbingan Nilai dan pengesahan
. Ujian Seminar Hasil hasil Tugas Akhir

20
Kolekium
Ujian Sidang

3.3.2 Jadwal penelitian

Kegiatan Februari Maret April

Persiapan

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Penyusunan Laporan

21
3.3.3 Metode dan teknik penelitian
a. Diagram alir penelitian

Analisis debu tambang pada area


penambangan DMLZ (Deep Mill Level Zone)

Persiapan
Studi Literatur

Data Primer Data Sekunder

Pengambilan data
Sampling1 Sampling2 Sampling3

Ws Wa SV DW Run Time Data Produksi

Pengolahan data
C %S DE

SWA

Kandungan Dust
Hasil

Silica Exposure

Gambar 3.1 diagram alir penelitian

22
b. Studi pustaka
Langkah selanjutnya yang peneliti ambil adalah studi pustaka yaitu
peneliti terlebih dahulu mencari, mengumpulkan, dan mempersiapkan beberapa
literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini yaitu terkait dengan sistem penyangga tambang bawah tanah.
c. Pengambilan data
Dimana peneliti melakukan Penelitian. pengumpulan data dan
mengelompokan data untuk mempermudah proses perhitugan.
d. Pengolahan data
Tahap Pengolahan data ini merupakan tahap terpenting dari suatu
penelitian, karena hasil dari penelitian ini akan dijadikan sebagai solusi untuk
permasalahan yang akan dibahas. Hasil
e. Analisa Dan Pembahasan
Pada tahap ini, semua hasil-hasil yang telah diperoleh dari pengolahan data
yang berupa perhitungan dari metode RMR pada lokasi penelitian dianalisis dan
dibahas untuk mengidentifikasi kebutuhan penyangga pada lokasi penelitian.
Daftar Pustaka
Tentang PTFI. (t.thn.). Diambil kembali dari Pt. Freeport Indonesia:
http://www.ptfi
Ventilasi tambang (2012, 04) Diambil kembali dari Lingkup Ventilasi Tambang
http://bigminer.blogspot.com/2012/04/.html

Anda mungkin juga menyukai