Diajukan Oleh :
Karlos.D.Simbiak
20150611044063
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
ramatNya dengan segala kemurahan-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal
Tugas Akhir ini yang berjudul “KAJIAN TEKNIS ALAT BOR
CRAWLER ROCK DRILL (CRD)FURUKAWA PNEUMATIC
CRAWLER ROCK(PCR) 200 DALAM PEMBUATAN LUBANG
LEDAK PADA AKTIVITAS PELEDAKAN DI PT.PRO
INTERTCH KABUPATEN SORONG PAPUA BARAT”.Yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik
pertambangandi jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas
Cenderawasih.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i
iii
2.10 Faktor –faktor yang mempengaruhi pemboran ........................................ 13
iv
4.2.1 Waktu Edar Pemboran .......................................................................... 29
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu operasi peledakan batuan, kegiatan pemboran merupakan
pekerjaan yang pertama kali dilakukan dengan tujuan untuk membuat sejumlah
lubang ledak dengan geometri dan pola pemboran tertentu pada massa batuan,
yang selanjutnya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk diledakkan.
1
2
sebagai berikut :
Jalan tambang : ± 1 km
Lebar jalan : ± 10 m
Jalan desa : ± 10 km
sekitar 1 jam dan jarak tempuh kurang lebih 27 km dari Kota Sorong.
4
(http://disdukcapilkotasorong.com/wpcontent/uploads/2010/07/PETAADMIN
ISTRATIF-KOTA-SORONG-BR1.jpg)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Geologi
Kondisi Geologi Daerah penambangan pada PT. Pro Intertech Indonesia
mempunyai wilayah yang terdapat cadangan batuan andesit dan terbentuk dalam
bentuk bukit. Andesit merupakan jenis batuan luar, pembekuannya berada di
permukaan bumi sehingga menghasilkan kristal yang halus akibat pendinginan
magma yang cepat. Komposisi dan presentase secara umum dari mineral
pembentuk batuannya adalah plagioklas, mineral masif, juga mengandung SiO2.
Batuan beku intermedit termaksud batuan hipabisal. Dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku belah untuk bahan kontruksi ( bangunan dan jalan), bangunan
perumahan, alas jalan, pondasi, batu hias dan lain-lain.
Andesit juga dapat dijadikan sebagai bahan baku industri poles (tegel,
ornamen, dll). Batuan ini sangat potensial untuk dikembangkan kearah eksploitasi
(penambangan) secara skala besar.
5
6
2.2 Topografi
Lokasi penambangan PT. Pro Intertech Indonesia di Kelurahan Saoka,
Distrik Sorong Barat, Kotamadya Sorong, Propinsi Papua Barat terletak pada
daerah pesisir pantai yang dibatasi oleh perbukitan yang mengelilingi lokasi
penambangan. Areal perusahaan terletak pada ketinggian 5 – 122 m dari
permukaan air laut, mempunyai batuan induk berupa batuan beku intermediate
yang penyebarannya merata dengan litologi batuan yang seragam.
2.3 Vegetasi
Vegetasi yang terdapat pada lokasi penambangan PT. Pro Intertech
Indonesia yaitu alang-alang (interata cyldrica), pisang (Paradisiaca).
Vegetasi daerah perbukitan ditumbuhi dengan pohon-pohon berukuran
kecil hingga besar dan juga terdapat semak belukar.
7
2.4 Morfologi
Morfologi daerah penambangan berupa perbukitan dengan lokasi
penambangan berada di pinggir pantai.
2.8.1 Pembongkaran
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara bahan galian
dengan batuan induk. Kegiatan pembongkaran batu andesit pada PT. PII
dilakukan dengan cara peledakan. Setelah batuan diledakkan, kemudian
dikumpulkan dengan menggunakan backhoe. Sebelum melakukan kegiatan
9
peledakan, terlebih dahulu disiapkan lubang bor. Alat bor yang digunakan adalah
CRD Furukawa PCR 200 dengan mata bor buttonbit 3,5 inchi dan panjang batang
bor 3 meter. Sistem pemboran yang digunakan adalah pemboran Putar ( Rotary
Drill ). Metode pemboran menggunakan udara bertekanan dari kompresor
sehingga disebut down the hole hammer (DTH Hammer). Inklinasi atau
kemiringan lubang yang digunakan dalam pembuatan lubang tembak dan pola
pemboran yang secara berselang-seling (staggered) seperti pada
gambar 2.6.
Sumber : mesinkomplit.indonetwork.co.id
Gambar pick hummer
Sumber : mesinkomplit.indonetwork.co.id
Gambar jack hammer
Down The Hole Hammer
Metode pemboran down the hole adalah metode pemboran
tumbuk-putar yang sumber dasarnya menggunakan udara
bertekanan tinggi. Sehingga DTH hammer di pasang di belakang
mata bor,di dalam lubang sehingga hanya sedikit energi tumbukan
yang hilang akibat melewati batang bor dan sambungan-
sambungannya.contoh dari alat bor dengan menggunakan temper
tumbuk putar adalah jack leg.
berlainan.
2.11 Peledakan
Geometri peledakan merupakan suatu cara perhitungan mengenai kegiatan
diantaranya Anderson (1952), Pearse (1955), R.L Ash (1963), Langefors (1978),
Sumber : 1902miner.wordpress.com
Gambar 2.1
Geometri Peledakan
Dari gambar 2.1 dapat dijelaskan bagian-bagian dari geometri peledakan dengan
menggunakan sistem jenjang. Dimana :
B : Burden L : Tinggi Jenjang
J : Subdrilling PC : Powder Column
T : Stemming B’ : Burden Semu
S : Spacing
H : Hole Dept
Dalam melakukan kegiatan peledakan dalam suatu area tidaklah dapat dipungkiri
terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan peledakan, faktor
tersebut sangatlah berperan penting untuk membuat keputusan ketika akan
memulai kegiatan peledakan. Faktor-faktor tersebut dimulai dari aspek teknis,
merupakan suatu parameter yang menjadikan keberhasilan target produksi
berdasarkan ketepatan data actual dilapangan dengan perhitungan yang telah
dilakukan. Aspek keselamatan kerja, merupakan suatu aspek yang memperhatikan
keselamatan kerja pada seluruh rangkaian kegiatan peledakan beserta faktor
daerah kerja. Aspek lingkungan, merupakan suatu aspek yang memperhatikan
dampak-dampak yang akan muncul ketika kegiatan peledakan selesai dilakukan
yang berpengaruh kepada lingkungan sekitar.
16
Sumber : 1902miner.wordpress.com
Gambar 2.2
Pengaruh Diameter Lubang Tembang Pada Stemming
Sumber : 1902miner.wordpress.com
Gambar 2.3
Pengaruh Diameter Lubang Bor Terhadap Kedalaman
2.12.3 Burden
Burden merupakan jarak dari lubang bor terhadap bidang bebas yang
terdekat pada saat terjadi kegiatan peledakan. Burden ini sangat berpengaruh
terhadap fragmentasi dan efek peledakan.
Gambar 2.4
Burden Terhadap Fragmentasi
Yang mempengaruhinya ialah dari jaraknya apabila jarak burden terlalu dekat
maka akan timbul flyrocks dan sebaliknya bila jarak burden terlalu dekat maka
akan tibul retak-retak disekeliling lubang bor bahkan terjadi flyrocks kearah atas
(vertikal). Untuk menentukan dimensi burden pada tempat yang berbeda maka
digunakan burden adjustment pada batuan dan jenis handak. Dalam pengeboran
tegak hanyalah dikenal satu burden, sebaliknya pada pengeboran miring terdapat
dua burden yaitu burden sebenarnya (true burden) dan burden semu (apparent
burden), yang dimana bahwa burden semu merupakan jarak antar surface dan
19
lubang bor dalam posisi miring sesuai dengan sudut kemiringan lubang. Berikut
merupakan rumus burden :
Menurut C.J. Konya
SGe
B 3,15.De.3
SGr
Dimana : B = burden (ft)
De = diameter lubang tembak (inch)
Sge = specific gravity bahan peledak
SGr = specific gravity batuan yang diledakkan
Menurut R.L. Ash
d
B Kb.
12
Dimana : B = burden (ft)
Kb = burden ratio (14 – 49 ; harga rata-rata 30)
d = diameter mata bor (inch)
2.12.4 Spasing
Spacing adalah jarak antara lubang tembak dalam satu baris (row) dan
diukur sejajar terhadap pit wall. Biasanya spacing tergantung pada burden,
kedalaman lubang bor, letak primer, waktu tunda, dan arah struktur bidang batuan.
Berikut merupakan rumus spasing :
Menurut C.J. Konya
S B.L
Dimana : S = spacing (m)
L = kedalaman lubang ledak (m)
B = burden (m)
Menurut R.L. Ash
S Ks.B
Dimana : S = spacing (ft)
20
2.12.5 Subdrilling
Subdrilling adalah tambahan kedalaman daripada lubang bor dibawah
rencana lantai jenjang. Subdrilling perlu untuk menghindari problem tonjolan
pada lantai (toe), karena dibagian ini adalah tempat yang paling sukar diledakkan.
Dengan demikian, gelombang ledak yang ditimbulkan pada lantai dasar jenjang
yang akan bekerja secara maksimum. Berikut merupakan rumus Subdrilling :
Menurut C.J. Konya
2.12.6 Stemming
Stemming adalah panjang isian lubang ledak yang tidak diisi dengan bahan
peledak tapi diisi dengan material seperti tanah liat atau material hasil pemboran
(cutting), dimana stemming berfungsi untuk mengurung gas yang timbul sehingga
air blast dan flyrock dapat terkontrol.
Panjang pendeknya stemming juga akan mempengaruhi hasil dari
peledakan, jika stemming terlalu panjang, maka :
a. Ground vibration tinggi (getar tinggi).
b. Lemparan kurang.
c. Fragmentasi area jelek.
21
d. Suara kurang.
Jika stemming terlalu pendek :
a. Fragmentasi diarea bawah jelek.
b. Terdapat toe di floor (tonjolan di floor).
c. Terjadi flying rock.
d. Suara keras (noise) atau (airblast).
Menurut C.J. Konya
H L J
Dimana : H= kedalaman lubang ledak (m)
L = tinggi bench (m)
J= subdrilling (m)
22
L
H J
cos
Dimana :H = kedalaman lubang ledak (m)
L = tinggi bench (m)
J = subdrilling (m)
Dimana : V= V
23
24
Bab ini membahas terkait dengan cara penulisan Tugas Akhir dan
langkah-langkah prosedur pengambilan data lapangan.
A. Persiapan
Dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang penelitian yang diperoleh dari :
Instansi yang terkait
Perpustakaan
Internet
Peneliti terdahulu
Surat izin penelitian
B. Pengambilan Data
Data Primer
Pengambilan data primer akan dilakukan beberapa tahap, yaitu:
1. Cycle time alat bor
2. Kecepatan pemboran rata-rata
3. Produktivitas effisiensi
4. Volume setara
Data Skunder
1. Sejarah perusahan
2. Data curah hujan
3. Peta lokasi
25
Persiapan
1. Penentuan judul
2. Studi literatur
Pengambilang data
Data primer
Data sekunder
1. Cycle time alat bor
1. Sejarah perusahan
2.Kecepatan pemboran rata-rata 2. Data curah hujan
3. Peta lokasi
3. Produktivitas effisiensi alat bor
4. Volume setara
Pengolahan data
Hasil
kesimpulan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemboran Lubang Ledak
Pemboran merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan sebelum
pengisian bahan peledak dan pembuatan rangkaian peledakan pada daerah yang
akan diledakkan. Pemboran ini bertujuan untuk membuat lubang ledak.
Alat bor yang digunakan adalah Furukawa Rock Drill PCR 200 (gambar 4.1) Alat
ini mempunyai prinsip kerja sebagai berikut:
26
27
1. Kompresor
Kompresor merk “SCREW PDS 655 S” yang terlihat pada gambar 4.2
adalah alat yang digunakan sebagai sumber tenaga penggerak mesin bor.
2. Batang Bor
3. Mata Bor
Sedangkan mata bor yang digunakan sebagai penetrasi batuan andesit berjenis
button bit dengan diameter 3 inch
No H Bt At Pt Dt Ct
Kedalam detik detik detik detik detik
lubang bor
1 12 856 47 30 933
2 12 906 58 50 1014
3 12 915 53 20 988
4 12 789 40 45 874
5 12 660 40 30 730
6 12 720 50 20 790
7 12 600 57 15 672
8 12 780 46 80 906
9 12 670 49 68 787
10 12 710 58 59 827
11 12 810 53 54 917
12 12 840 48 60 948
14 12 630 52 30 712
15 12 715 56 40 811
16 12 645 58 25 728
17 12 690 44 27 761
18 12 825 66 42 933
22 12 688 49 23 760
23 12 772 51 32 855
24 12 730 58 34 822
Jumlah 19674
Keterangan :
Bt = Waktu Pemboran
Ct = Waktu edar
Berdasarkan data tabel di atas, maka waktu edar (cycle time) rata-rata
dari 24 lubang bor adalah:
19674 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Waktu Edar (Ct) =
60
327 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
=
24
= 13,6 menit/lobang
Jadi, waktu yang dibutuhkan oleh mesin bor untuk membuat satu
lubang bor adalah 13,6 menit/lubang.
𝐻 12
GDR = =
𝐶𝑡 13,6
32
Jadi kecepatan pemboran rata-rata yang bisa dicapai oleh mesin bor
adalah 52,8 meter/jam.
waktu kerja yang tersedia dan waktu kerja produktif berdasarkan waktu
kerja yang ditetapkan PT.Pro Intertech dalam satu hari kerja (Tabel 4.2
Tabel jadwal waktu kerja).
4 Istirahat 12.00-13.00 60
= 220 + 180
= 400 menit
Jadi, waktu kerja produktif pemboran dalam satu hari adalah 400 menit.
𝑊𝑃
EK = x 100%
𝑊𝑇
400
= x 100%
480
= 83.33 %
400 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/ℎ𝑎𝑟𝑖
=
13,6 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
= 29 lubang/hari
sebelum sesudah
Hambatan
yang
No Jenis kegiatan Waktu kerja mengurangi
produktif (menit) waktu
produktif
(menit)
3 Keperluan operator 17
400 75
Jumlah
400-75 = 325
75
=
13,6 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡/𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔
= 6 lubang/ hari
Sehingga total lubang bor = ∑ Lubang bor yang di hasilkan +∑ Lubang bor yang
tidak di hasilkan
= 24 lubang + 6 lubang
Dengan geometri peledakan tersebut di atas, maka volume setara dapat dihitung
sebagai berikut :
𝑉
Veq =
∑𝐻
1500 𝑚ᵌ/𝑚
V =
24 × 12
1500 𝑚ᵌ/𝑚
V = 288
= 5,20 mᵌ/m
= 2.2879,08 mᵌ/jam
Jadi, volume batuan yang bisa dibongkar oleh mesin bor adalah 22879.08
mᵌ/jam
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan atas kegiatan pemboran di PT.Pro
Intertch, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Alat-alat yang dipakai saat pemboran adalah:
• Furukawa “PCR 200”
• Kompresor merk “Screw compressor PDS 655 S”
• Total panjang batang bor adalah 3 meter
• Mata bor yang digunakan sebagai penetrasi batuan andesit berjenis button
bit dengan diameter 3 inchi.
2. Geometri pemboran yang diterapkan:
• Kedalaman = 12 meter
• Diameter = 3 inchi
• Kemiringan = miring
• Pola = zigzag bujursangkar 2,5 x 2,5
3. Produktifitas yang dihasilkan:
• Waktu edar = 13,6 menit/lubang
• Kecepatan pemboran = 52,8 meter/jam
• Efisiensi kerja = 83,33 %
• Kemampuan pemboran = 24-25blubang/hari
• Volume setara = 5,20 m3/meter
• Produksi pemboran = 22879.08 m3/jam
5.2 Saran
Setelah dilakukan pengamatan dan perhitungan di lapangan, maka penulis
menyarankan:
1 . Karena kemampuan alat melakukan pemboran adalah 30 lubang/hari,
sedangkan kenyataan di lapangan hanya 24-25 lubang/hari, maka perlu
dilakukan suatu koreksi terhadap kinerja operator dan menyediakan keperluan
bahan bakar minyak sebelum operasi pemboran di mulai.Seperti yang terjadi
36
37
38
LAMPIRAN I
SPESIFIKASI ALAT
Dimension
Panjang Keseluruhan 5400 mm
Feed travel 3710 mm
Panjang Trek 2580 mm
Panjang Contactel dari Tanah 1885 mm
Tow hitch height 550 mm
Lebar Keseluruhan 2390 mm
Lebar Lintasan 2200 mm
Lebar Grousers 300 mm
Tinggi Keseluruhan 1250 mm
Ground clearance 280 mm
Pneumatic drifter
Tipe rotary-percussive,
independent gear motor
rotation
Berat (without shank rod) 180 kg
Panjang (without shank rod) 1020 mm
Diameter Silinder 130 mm
Piston Stroke 80 mm
Jumlah Tumbukan Approx.1600 bpm
Jenis Putaran Motor Gear motor
Kecepatan Rotasi 0-380 rpm
Torsi Rotasi 36,5 kg-m
Konsumsi Udara Approx.16 m3/min
Tekanan Udara 5,5 kg/cm2
Guide shell
Model PCR200
Length 5440 mm
Feed length 3710 mm
Rod length 3050 mm
Guide slide length 1200 mm
Feed motor - model MC2
Feed motor - type piston type, 5 cylinders with
reduction gears
Feed motor - output 5 (at 6 kg/cm2) hp
Feed motor - air consumption 0,05 M3 /min
Rod pull max. 1000 (at 6 kg/cm2) kg
Boom
Model PCR200
Type Overturn
Boom length 2000 mm
Boom lift angle -25 - +45 degrees
Guide tilt angle (without pin change) 180 degrees
Guide swing angle (with pin change) -15 - +95 degrees
Boom swing angle -45 - +45 degrees
Power pump
Model MP12
Air motor - type piston type, 5 cylinders
Air motor - output 5 (at 6 kg/cm2) hp
Oil pump gear type
Delivery pressure 210 kg/cm2
Oil reservoir capacity 17 litres
Line oiler
Oil capacity 15 litres
Normal rock drill oil consumption 20 - 25 Cc/min
Crawler traction
Track length 2580 mm
Track width 2200 mm
Width of grousers 300 mm
Length of ground contact 1885 mm
Ground clearance 280 mm
Tow hitch height 550 mm
Ground contact pressure 0,45 Kg/cm2
Travelling speed (towing a 3.2 Km/h
compressor on levelling ground)
Gradeability (without towing a 35 degrees
compressor)
Gradeability (with towing a 22 degrees
compressor)
Oscillating angle 15 degrees
Oscillating system hydraulic cylinders
Traction motor - model MR13
Traction motor - type piston type, 5 cylinders
LAMPIRAN 2
SFESIFIKASI TEKNIS COMPRESOR SCREW PDS 655 S