Anda di halaman 1dari 20

PENGAMATAN KEGIATAN PEMBONGKARAN BATUAN

MENGUNAKAN METODE PELEDAKAN PADA PT. PRO INTERTECH


INDONESIA KOTA SORONG, PROVINSI PAPUA BARAT

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Oleh :

HELEN
201540021

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
SORONG
2020
PENGAMATAN KEGIATAN PEMBONGKARAN BATUAN
MENGUNAKAN METODE PELEDAKAN PADA PT. PRO INTERTECH
INDONESIA KOTA SORONG, PROVINSI PAPUA BARAT

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktek


Pada Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan Dan Perminyakan
Universitas Papua

HELEN
201540021

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
SORONG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengamatan kegiatan pembongkaran batuan menggunakan


metode peledakan Pada PT. Pro intertech Indonesia Kota
Sorong, Provinsi Papua Barat

Nama : Helen
Nim : 201540021
Jurusan : Teknik Pertambangan
Program Studi : D3 Teknik Pertambangan

Disetujui,

Pembimbing

Rudi Hartono, ST.,MT

Diketahui,

Dekan Fakultas Teknik Pertambangan Ketua Jurusan


dan Perminyakan Teknik Pertambangan

Yulius G Pangkung, ST., M.Eng Juanita Rosalia Horman, ST.,M.T


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga proposal kerja praktek ini dapat terselesaikan. Judul
yang dipilih dalam kerja praktek yang rencananya dilaksanakan pada bulan maret
2020 ini adalah pengamatan kegiatan pembongkaran batuan menggunakan
metode peledakan di PT. Pro Intertech Indonesia (PII)
Terima kasih penulis ucapkan kepada pimpinan di PT. Pro Intertech
Indonesia (PII) yang telah menyetujui penggunaan data guna menyelesaikan
laporan kerja praktek ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Rudi Hartono, ST., MT selaku
dosen pembimbing, serta teman-teman, adik-adik S1 dan D3 Teknik
Pertambangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah dan ibu,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga proposal ini
bermanfaat.

Sorong, 17 Februari 2020

Penulis
I. LATAR BELAKANG

Kerja praktek adalah salah satu mata kuliah wajib sebagai


persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik
pertambangan Universitas Lambung Mangkurat, kerja praktek digunakan
sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama dibangku
kuliah dengan keadaan di lapangan yang sebenarnya.
Pembongkaran batuan penutup (overburden) tidak semua dapat
dilakukan dengan metode free digging dan ripping, hal ini dikarenakan
tingkat kekerasan batuan yang berbeda – beda, sehingga perlu diterapkan
metode peledakan untuk batuan yang memiki tingkat kekerasan yang tinggi.
Tujuan peledakan itu sendiri adalah untuk menghancurkan batuan yang
semula berdimensi besar menjadi berdimensi kecil sehingga mudah dalam
pembongkaran dan pengangkutannya. Dalam perencanaan yang matang dari
seorang ahli sangat menentukan dalam keberhasilan suatu kegiatan
peledakan mulai dari rancangan geometri peledakan sampai pada
perangkaian dan kegiatan peledakan itu sendiri harus direncanakan dengan
baik.
Di dalam dunia Pertambangan peledakan telah dikenal luas dan
sangat diperlukan guna memberikan kemudahan bagi alat-alat berat untuk
menggali lapisan batuan. Teknik pemboran dan peledakan (drill and blast)
pada perusahaan tambang digunakan untuk menunjang kelancaran proses
pengupasan batuan penutup . Dengan tingkat kebutuhan batubara yang
semakin meningkat, pembongkaran batuan dalam jumlah besar untuk
menyingkap lapisan batubara haruslah menggunakan teknologi yang
modern untuk mencapai target produksi yang diharapkan sehingga dicapai
hasil yang optimal.
Kegiatan peledakan merupakan salah satu pekerjaan beresiko tinggi
dimana seluruh aktifitasnya selalu berhubungan dengan bahan peledak.
Untuk itu dibutuhkan suatu manajemen yang baik dalam pengelolaan
kegiatan peledakan tersebut diantaranya yaitu perancangan geometri
peledakan yang baik agar resiko-resiko kecelakaan kerja dapat dihindari dan
produktifitas dapat lebih optimal.
Adapun judul dari kerja praktek yang ingin kami ajukan yaitu :
Pengamatan Pembongkaran Batuan Penutup menggunakan Metode
Peledakan di PT. Pro Intertech Indonesia (PII)
I. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari Kerja Praktek yang dilaksanakan


pada PT. Pro Intertech Indonesia (PII) ini adalah :
1. Mengetahui metode, perlengkapan dan peralatan peledakan yang
digunakan oleh PT. Pro Intertech Indonesia (PII)
2. Mempraktikkan ilmu yang didapat saat perkuliahan secara langsung di
lapangan sehingga dapat mengetahui praktik kegiatan peledakan dan
mengeetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil peledakan, serta
belajar bekerja untuk memiliki kemampuan yang diinginkan oleh dunia
industri.
Tujuan dari kegiatan Kerja Praktek yang dilaksanakan pada PT. Pro
Intertech Indonesia (PII). ini adalah :
1. Mengetahui geometri peledakan yang digunakan
2. Membandingkan efisiensi bahan peledak dari geometri peledakan yang
digunakan
3. Mengetahui volume pembongkaran batuan hasil kegiatan peledakan dan
melakukan evaluasi pencapaian target pembongkaran batuan.
4. Mengamati ukuran fragmen dan efek kegiatan peledakan.

III. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini ada tiga, yaitu :
1. Observasi (Pengamatan)
Metode ini dilakukan dengan mengamati kondisi dan kegiatan di
lapangan, kemudian dilakukan pengumpulan data yang terkait.
2. Metode Interview (Wawancara)
Metode ini dilakukan dengan cara tanya jawab kepada operator lapangan
yang menangani kegiatan peledakan pada Metode Pustaka
Metode ini dilakukan dengan studi literatur yang menyangkut
PT. dan kegiatan peledakan.

IV. BATASAN MASALAH

Dalam kegiatan kerja praktek ini masalah yang dipelajari dan


dibahas yaitu mengamati perbandingan geometri peledakan yang digunakan
pada PT. Pro Intertech Indonesia (PII) dengan geometri peledakan teoritis
menurut metode C.J. Konya.

V. DASAR TEORI

Tujuan peledakan adalah untuk mengkonversi batu dari satu bagian


padat bahan geologi menjadi beberapa potongan kecil sehingga dapat
dimuat oleh peralatan yang tersedia. Untuk mengerjakan ini ada dua faktor
utama untuk dipertimbangkan, yaitu fragmentasi dan gerakan atau
lemparan. Kedua harus sesuai dengan kebutuhan perancangan. Peledakan
tambang bawah tanah, misalnya, membutuhkan fragmentasi lebih kecil dari
permukaan peledakan karena ukuran alat yang dapat digunakan dan
kesulitan akses. Jika fragmentasi terlalu besar, peralatan tersebut tidak akan
mampu menggali batu, dan jika fragmentasi adalah terlalu kecil,
mengerjakan peledakan lebih dari yang diperlukan dan karena biaya lebih
tinggi dari yang seharusnya. Jika terlalu banyak pergerakan batu, mungkin
ada kerusakan pada bangunan sekitar atau bahkan cedera personil
(Hemphill, 1981 dalam Prastio, 2011).
Banyak cara untuk membongkar dan memberai lapisan batuan,
namun hal itu tergantung mudah atau tidaknya lapisan batuan itu untuk
digali dan diberai, mulai dari peralatan non mekanic (konvensional) seperti
cangkul dan sekop, sampai peralatan mekanik seperti backhoe, shovel,
dragline, bulldozer-ripper, dll. Jika peralatan-peralatan tersebut sudah tidak
mampu membongkar dan memberainya maka lapisan batuan tersebut harus
dibongkar dengan menggunakan cara peledakan, dengan catatan kegiatan
peledakan jika dilakukan masih bernilai ekonomis bagi perusahaan.
Tabel 1 Urutan Pembongkaran Material Berdasarkan Kuat Tekan Batuan
Kuat Tekan (Ucs)
Metode Alat
(Mpa)
Free Digging 1 – 10 Shovel, Back Hoe, BWE
Ripping 10 – 25 Ripper
Rock Cutting 10 – 50 Rock Cutter
Blasting > 25 Pemboran Peledakan
Sumber: Modul Perkuliahan Teknik Peledakan, Teknik Pertambangan FT
UNLAM, 2004

Dalam suatu operasi peledakan batuan, kegiatan pemboran


merupakan pekerjaan awal yang pertama kali dilakukan dengan tujuan
untuk membuat sejumlah lubang ledak dengan geometri dan pola yang
sudah ditentukan sesuai dengan massa batuan yang ingin diberai
(dibongkar), yang selanjutnya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak
untuk diledakkan.
Untuk memperoleh hasil pembongkaran batuan sesuai dengan yang
diinginkan maka perlu suatu perencanaan ledakan dengan memperhatikan
besaran-besaran geometri ledakan, yaitu diameter dan kedalaman lubang
ledak, burden, spasi, tinggi jenjang, stemming, dan subdrilling.

Gambar 1. Geometri Peledakan

Istilah-istilah dalam geometri peledakan :


1. B = Burden
Burden (B), adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak dengan bidang
bebas (free face) atau jarak tegak lurus antar baris.
2. S = Spasi
Spasi (S), adalah jarak di antara lubang ledak dalam satu baris.
3. T = Penyumbat (Stemming)
Stemming (T), adalah kolom material penutup lubang ledak di atas
kolom isian bahan peledak yang berfungsi untuk mengungkung gas hasil
peledakan.
4. L = Kedalaman kolom lubang ledak
Kedalaman lubang ledak (L), adalah panjang kolom ledak dari
permukaan lubang sampai ke dasar lubang ledak.
5. H = Tinggi jenjang
Tinggi Jenjang (H), adalah jarak vertikal antara permukaan lubang ledak
sampai lantai jenjang.
6. PC = Isian utama (Powder Column)
Powder Column (PC), adalah tinggi kolom pada lubang ledak yang diisi
dengan bahan peledak.
7. J = Subdrilling
Subdrilling (J), adalah panjang lubang ledak yang berada di bawah garis
lantai jenjang yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata
setelah penggalian.
Dalam merancang suatu peledakan mencakup seluruh prosedur
perhitungan dan gambar dalam menentukan :
1. Geometri peledakan
2. Pola pemboran dan peledakan
3. Kebutuhan bahan peledak dan perlegkapannya
4. Produksi peledakan
5. Penanganan pasca produksi
Pola pemboran yang dipergunakan didalam tambang terbuka dapat
dibagi 3 bagian besar :
1. Pola Empat Persegi
2. Pola Empat Persegi Panjang
3. Pola Zig-Zag (staggered)
Pola peledakan dibuat untuk mengatur waktu tunda peledakan
dengan variasi nomor tunda pada detonator. Fungsi pola peledakan:
1. Mengarahkan lemparan hasil ledakan
2. Mengurangi tingkat getaran dan flyrock
3. Memperbaiki fragmentasi

Tipe-tipe pola peledakan, yaitu sebagai berikut :


1. Pola flat face, yaitu peledakan dengan waktu tunda yang sama untuk
tiap deret lubang ledak
2. Pola V-cut atau box cut, yaitu peledakan dengan waktu tunda yang
diatur sedemikian rupa arahnya menyerupai huruf V. Variasi dari pola
ini diterapkan untuk membuka lubang terowongan yang disebut dengan
pola burn cut.
3. Pola echelon, yaitu peledakan dengan waktu tunda yang diterapkan
apabila terdapat dua bidang bebas.
Untuk merancang suatu peledakan haruslah memperhitungkan
beberapa masukan. Adapun masukan tersebut digolongkan ke dalam :
1. Faktor rancangan yang dapat dikendalikan, seperti geometri pemboran,
geometri peledakan serta bahan peledak dan perlengkapannya.
2. Fakor rancangan yang tidak dapat dikendalikan, seperti geologi, sifat dan
kekuatan batuan, diskontinuitas batuan, kondisi cuaca dan air.
Geometri peledakan menurut Konya (1990) :
1. Burden (B)
Persamaan yang digunakan yaitu (Saptono, 2006) :

ρe

Keterangan :
B =3,15 x d e x
√(
3
ρr )
B = burden (ft)
de = diameter bahan peledak (inci)
e = berat jenis bahan peledak (gr/cc)
r = berat jenis batuan (ton/m3)
2. Spacing (S)
Spasi ditentukan berdasarkan sistem tunda yang direncanakan, dimana
menurut Konya (1990) adalah:
a. Serentak tiap baris lubang ledak (instantaneous single-row blastholes)
H +2B
H <4B → S=
3 ; H >4B → S=2B
b. Berurutan dalam tiap baris lubang ledak (sequenced single-row
blastholes)
H +7B
H <4B → S=
8 ; H >4B → S=1,4B
3. Subdrilling (J)
Adapun persamaan untuk mencari jarak subdrilling menurut Konya
(1990) adalah :
J = 0,3 B

4. Stemming (T)
Persamaan yang digunakan untuk menghitung jarak stemming adalah :
a. Batuan massif, T=B
b. Batuan berlapis, T = 0,7B
5. Tinggi jenjang (H)
Tinggi jenjang (H) ditentukan oleh H/B (Stifness Ratio). Nilai Stifness
Ratio yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda terhadap
fragmentasi, airblast, flyrock, dan getaran tanah. Berikut adalah tabel
Stifness Ratio dan pengaruhnya terhadap hasil ledakan.
6. Diameter lubang ledak (D)
Diameter lubang ledak dapat ditentukan dengan menerapkan Rule of
Five, yaitu ketinggian jenjang (dalam feet) lima kali diameter lubang
ledaknya (dalam inci).
7. Kedalaman lubang ledak (L)
Berdasarkan gambar geometri bahan peledak, kedalaman lubang ledak
dapat dirumuskan dengan :
L=H+J
Keterangan : H = tinggi jenjang (m)
J = sub drilling (m)
8. Loading Density (Densitas Pemuatan)
Loading density merupakan jumlah bahan peledak yang dibutuhkan
setiap satu meter kedalaman lubang ledak. Loading density dapat
ditentukan menggunakan rumus :
de = 0,34 x SGe x De2
Keterangan : de = loading density (lb handak/ft kolom isian)
SGe = berat jenis bahan peledak (gr/cc)
De = diameter bahan peledak (inci)
Banyaknya bahan peledak yang dipergunakan dalam setiap lubang
digunakan rumus :
E = Pc x de x N, dan Pc = L – T
Keterangan : E = jumlah bahan peledak (lb)
Pc = tinggi kolom isian (ft)
De = loading density (lb/ft)
N = jumlah lubang ledak

Untuk meledakkan material diperlukan bahan peledak. Bahan


peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan
sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk
padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan,
gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis
sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas
disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000C.
Adapun tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa
mencapai lebih dari 100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm² atau 9.850
MPa ( 10.000 MPa). Sedangkan energi per satuan waktu yang ditimbulkan
sekitar 25.000 MW atau 5.950.000 kcal/s. Cepat rambat berkisar antara
2500 - 7500 meter per sekon (m/s).
Adapun karakteristik bahan peledak adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan (Strenght)
Kekuatan suatu bahan peledak tergantung pada campuran kimiawi yang
mampu menghasilkan energi panas ketika terjadi inisiasi.
2. Kecepatan Detonasi
Merupakan laju rambatan gelombang detonasi sepanjang bahan peledak
dengan satuan millimeter per sekon (m/s) atau feet per second (fps).
Makin tinggi kecepatan rambat gelombang ledak suatu bahan peledak,
makin kuat bahan peledak tersebut.
3. Tekanan Detonasi
Adalah tekanan yang terjadi disepanjang zona reaksi peledakan hingga
terbentuk reaksi kimia seimbang sampai ujung bahan peledak yang
disebut sebagai bidang chapman-jouguet (C-J Plane).
4. Densitas
Secara umum adalah angka yang menyatakan perbandingan berat per
volume. Densitas dapat dinyatakan dalam 3 (tiga) cara :
a. Berat per unit volume
b. Loading density (berat bahan peledak per
unit panjang isian, lb/ft).
c. Catridge Count, banyaknya catridge atau
batang bahan peledak.
5. Sensitifitas
Adalah sifat yang menunjukkan tingkat kemudahan inisiasi bahan
peledak atau ukuran minimal booster yang diperlukan. Sifat sensitif
bahan peledak bervariasi tergantung pada komposisi kimia bahan
peledak, diameter, temperatur, dan tekanan.
6. Ketahanan Terhadap Air
Adalah ukuran kemampuan suatu bahan peledak untuk melawan air
disekitarnya tanpa kehilangan sensitifitas atau efisiensi.
7. Kestabilan Kimia (Chemical Stability)
Kemampuan untuk tidak berubah secara kimia dan tetap
mempertahankan sensitivitas selama dalam penyimpanan di dalam
gedung dengan kondisi tertentu.
8. Karakteristik Gas ( Fumes Characteristics)
Detonasi bahan peledak dan menghasilkan fume, yaitu gas-gas, baik
yang tidak beracun (non-toxic) maupun yang mengandung racun
(toxic).
Tabel 3
Klasifikasi Bahan Peledak Menurut Anon (1977)
Jenis Reaksi Contoh
Bahan peledak lemah
Deflagrate (terbakar) black powder
(low explosive)
Bahan peledak kuat
Detonate (meledak) NG, TNT, PETN
(high explosive)
Blasting agent Detonate (meledak) ANFO, slurry, emulsi
Sumber: Introductory Mining Engineering, United State of America

Perlengkapan peledakan adalah bahan pelengkap yang habis pakai


dalam sekali peledakan. Peralatan peledakan adalah alat bantu peledakan
yang dapat dipakai berulang-ulang dalam kegiatan peledakan, secara umum
terdiri atas alat pemicu peledakan, serta alat pencampur dan pengisi.
Berikut ini perlengkapan serta peralatan yang digunakan pada suatu
kegiatan peledakan :

1. Sumbu Api (Safety Fuse)


Perlengkapan : plain detonator, safety fuse dan penyambung sumbu api.
Peralatan : crimper, lead splitter/fuse lighter.
2. Sumbu Ledak (Detonating Cord)
Perlengkapan : detonating cord, detonating relay connectors dan
initiator (detonator).
Peralatan : blasting machine/exploder, blasting ohm meter (BOM),
lead wire.
3. Electric Detonator
Perlengkapan : detonator listrik, connecting wire.
Peralatan : blasting machine/exploder, blasting ohm meter (BOM), lead
wire, circuit tester (volt meter).
4. Non Elektric Detonator (Nonel)
Perlengkapan : detonator non elektrik (nonel), sumbu nonel (nonel tube),
MS-connector.
Peralatan : shotgun/shotfire, “J” hook, circuit tester (volt meter).
(Saptono, 2006).
Kegiatan peledakan akan mengakibatkan terjadinya efek peledakan,
Efek peledakan yang dimaksud adalah pengaruh adanya peledakan terhadap
lingkungan sekitarnya yang berkaitan dengan keamanan. Efek peledakan
yang ditimbulkan adalah getaran tanah, dan suara ledakan.
1. Getaran Tanah (Ground Vibration)
Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elastis. Pada
daerah ini tegangan yang diterima material lebih kecil dari kuat tarik
material sehingga hanya menyebabkan perubahan bentuk dan volume.
Sesuai dengan sifat elastis material maka bentuk dan volume akan
kembali pada keadaan semula setelah tidak ada tegangan yang bekerja.
(Berta, 1990 dalam Silaban, 2011)
2. Ledakan Udara (Airblast)
Air blast adalah suara keras yang ditimbulkan oleh atau pada saat
terjadi ledakan. Air blast merupakan gelombang tekanan yang terjadi
pada atmosfer yang terindikasi oleh suatu frekuensi tinggi,
frekuensi rendah, bahkan yang tidak terdengar sama sekali.
Suatu operasi peledakan dinyatakan berhasil dengan baik pada
kegiatan penambangan apabila diperoleh fragmentasi batuan berukuran
merata dengan sedikit bongkah (kurang dari 15% dari jumlah batuan yang
terbongkar per peledakan) (Koesnaryo, 1988 : 1-2 dalam Hasanah, 2009).
Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap
bongkah batuan hasil peledakan.
Ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya. Untuk
tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar atau boulder diperlukan,
misalnya disusun sebagai penghalang (barrier) di tepi jalan tambang.
Namun kebanyakan diinginkan ukuran fragmentasi yang kecil karena
penanganan selanjutnya akan lebih mudah. Ukuran fragmentasi
terbesar biasanya dibatasi oleh dimensi mangkok alat gali (excavator atau
shovel) yang akan memuatnya ke dalam truck dan oleh ukuran gap bukaan
crusher (Suwandi, 2004 dalam Titin, 2009).

VI. METODE KEGIATAN KERJA PRAKTEK

Dalam pelaksanaan kerja praktek saya akan menggunakan metode


peledakan yang dipakai di Selatan dengan menggunakan peralatan yang ada
atau tersedia di perusahaan.
Dalam kegiatan praktek diperlukan pengambilan data, data yang
diperlukan berupa data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dari
hasil pengamatan langsung di lapangan. Khususnya mengenai tata laksana
kegiatan peledakan dan cara-cara melakukan peledakan serta data yang
diperoleh dari hasil peledakan khususnya dalam hal praktiknya. Data
sekunder diperoleh dari perusahaan terkait berupa kondisi geologi, letak
topografi dan lain-lain.
Selanjutnya data yang diperoleh dari hasil kegitan ini serta data yang
diperoleh dari hasil pengamatan dan bahan-bahan yang dikumpulkan,
kemudian dikelompokan untuk selanjutnya disusun untuk dibuat laporan.
VII. WAKTU PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Kegiatan kerja praktek ini kami usulkan/ajukan dilaksanakan selama


30 hari (1 bulan), dari tanggal sampai dengan . Dengan rincian kegiatan
sebagai berikut :

Kegiatan minggu ke -
Kerja
Praktek 1 2 3 4
Orientasi
Lapangan                                            
Pengambila
n Data                                                        
Pembuatan
Laporan                                                        
Presentasi                                                        
VIII. TEMPAT PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Kegiatan kerja praktek ini bertempat di wilayah PT Pro Intertech


Indonesia Kota Sorong, Provinsi Papua Barat.
IX. PENUTUP

Demikianlah proposal pengajuan ini di buat sebagai bahan


pertimbangan bagi Bapak/Ibu untuk dapat menerima saya untuk
melaksanakan kerja praktek PT. Pro Intertech Indonesia. Selanjutnya
penulis sangat mengharapkan bimbingan serta arahan dari Bapak/Ibu serta
kemudahan dalam pengambilan data-data yang diperlukan dalam
pelaksanaan kerja praktek ini nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Modul Penuntun Perkuliahan Teknik Peledakan. Teknik


Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Hasanah, Titin. 2009. Evaluasi Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan pada PT
Kalimantan Prima Persada, Desa Riam Adungan, Kec Kintap, Kabupaten
Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Teknik Pertambangan Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Howard L. Hartman, Jan M. Mutmansky. 2002. Introductory Mining Engineering.
United States Of America
Langerfors, Kihlstrom. 1978. The Modern Technique Of Rock Blasting.
Universitas Michigan. Wiley.
Prastio, Oki. 2011. Pengamatan Kegiatan Peledakan di PT Madhani Talatah
Nusantara Site Gendang Timburu, Kec Sungai Durian, Kab Kotabaru,
Klien PT Kalimantan Energi Lestari, Kalimantan Selatan. Teknik
Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Saptono, Singgih. 2006. Teknik Peledakan. Teknik Pertambangan FTM
Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta.
Silaban, Douglas Widodo. 2011. Analisis Ground Vibration pada Peledakan PT
THIESS Contractor Indonesia Site Senakin. Kalimantan Selatan. Teknik
Pertambangan Universitas Nasional ”Veteran”. Yogyakarta.
L

Anda mungkin juga menyukai