TINJAUAN PUSTAKA
5
6
rombakan adalah bersifat lepas, tidak padu, permeabilitas tinggi, pada daerah
terbuka rentan erosi.
Gangguan tektonik menyebabkan terbentuknya perlipatan batuan
sedimen pada cekungan ini, yang mempunyai arah sumbu hampir sejajar
dengan arah struktur Sumatera yaitu barat laut – tenggara.
Pada akhir Miosen sampai Pliosen permulaan Kuarter terjadi
pengangkatan endapan sedimen tersebut dan membentuk perbukitan disertai
terbentuknya perlipatan dan patahan sedimen tersebut. Erosi pada sedimen
yang telah terangkat menyebabkan batuan yang lebih tua tersingkap dan
struktur perlapisan batuan umumnya membentuk Sinklin dan Antiklin dengan
sumbu arah Barat Laut-Tenggara.
Formasi Kasai (Qtk).
Formasi ini berumur Pliosen Akhir – Pleistosen Awal dengan ketebalan >
450 m. Litologi Formasi Kasai terdiri dari batupasir dan batulempung yang
umumnya tufaan, endapan volcanic asam, partikel batulempung dan sedikit
sisipan batubara. Batuan tersebut diendapkan dalam lingkungan darat atau
terestial fluvial. Ketidakselarasan memperlihatkan pengangkatan setempat pada
Pliosen akhir, tetapi tidak berkembang di seluruh wilayah dengan tingkat yang
sama (Nayoan & Martosono, 1974, Gafoer dkk, 1986). Karakteristik tanah
lapukan dan rombakan adalah bersifat lepas, tidak padu, permeabilitas tinggi,
pada daerah terbuka rentan erosi.
Endapan Alluvial.
Endapan ini terdiri dari lumpur, lempung yang mengandung gambut,
kerikil, kerakal, dan bongkah berbagai jenis batuan. Material tersebut
terakumulasi sebagai material yang bersifat lepas, belum mengalami kompaksi
(pemadatan) dan pada daerah terbuka rentan erosi. Endapan Alluvium
mempunyai umur Holosen, serta menindih secara tidak selaras formasi Kasai.
Formasi Air Benakat.
Formasi ini merupakan formasi tersier berumur akhir miosen tengah
sampai dengan awal miosen akhir dengan ketebalan 500 m, tersusun atas
perselingan antar batulempung dan batupasir, dengan sisipan konglomerat
gamping, napal dan batulanau. Ke arah bagian atas batupasir menjadi lebih
dominan dan daerah setempat mengandung batubara
Batubara terdapat pada Formasi Muara enim tersingkap akibat erosi
setelah pengangkatan (orogenesa) membentuk struktur perlipatan (Antiklin dan
Sinklin) dan sesar, lapisan Batubara yang tersingkap dengan ketebalan antara
1-25 meter. Membentuk struktur sesuai dengan Formasi Muaraenim.
8
Struktur Geologi
Struktur perlapisan batuan umumnya membentuk sinklin dan antiklin
dengan sumbu berarah barat laut – tenggara dan menghujam pada ujung
sumbu – sumbu tersebut. Sesar utama memotong sumbu Antiklin dan Sinklin
hampir tegak lurus atau berarah timur laut – barat daya. Data bawah
permukanan dari cekungan Sumatera Selatan menyakinkan bahwa sesar –
sesar ini membentuk batas utama dengan cekungan – cekungan sedimen tersier
dan memperlihatkan adanya pergeseran tegak yang besar pada awal tersier.
Sistem sesar timur laut – barat daya terbentuk sebagai suatu susunan sesar
yang memotong sesar-sesar barat laut – tenggara pada Kapur akhir sampai
Tersier awal dan sesar tersebut aktif kembali, setelah pengangkatan (Orogenesa)
pada Plio – Plistosen.
Morfologi
Kondisi topografi pada lokasi penambangan PT Citra Tobindo Sukses
Perkasa didominasi oleh bentukan wilayah perbukitan sampai pegunungan. Hal
ini dicirikan dengan adanya ketinggian lereng yang curam dan tertutup rapat
hutan belukar.
Pola Aliran Sungai
9
Pola aliran sungai umumnya adalah ‘V’ sempit dan lurus dengan pola
utama menunjukan pola “rectangular” dan “teralis” yang terbentuk di lembah
dan bukit. Bagian timur merupakan dataran rendah yang terbuka, hanya
ditutupi oleh semak belukar dan bagian kecil sementara dibeberapa tempat
berupa rawa. Bagian timur dan timurlaut daerah ini terdiri dari lahan yang
bergelombang dengan ketinggian beberapa puluh meter diatas permukaan laut.
Sungai – sungai mempunyai bentuk meander dan berpola meranting sampai
rectangular, kebanyakan sungai besar mengalir kearah baratlaut – tenggara
sejajar dengan arah struktur utama.
Dasar Klasifikasi
Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan berdasarkan dua kriteria,
yaitu: tingkat keyakinan geologi dan pengkajian layak tambang.
Tingkat Keyakinan Geologi
Tingkat keyakinan geologi ditentukan oleh kerapatan titik pengamatan,
kualitas data, dan keandalan interpretasi geologi yang diperoleh dari tiga tahap
eksplorasi, yaitu:
a. Prospeksi
b. Eksplorasi umum
c. Eksplorasi rinci
Pengkajian Layak Tambang
a. Pengkajian layak tambang berdasarkan faktor pengubah yang meliputi
faktor-faktor penambangan, pengolahan/pemurnian, ekonomi,
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan peraturan pemerintah.
b. Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumberdaya
mineral akan berubah menjadi cadangan atau tidak.
c. Berdasarkan pengkajian ini, bagian sumberdaya mineral yang layak
tambang berubah statusnya menjadi cadangan sedangkan yang belum
layak tambang tetap menjadi sumberdaya mineral.
Klasifikasi sumberdaya dan cadangan mineral dikelompokkan
berdasarkan dua kriteria yang menjadi dasar klasifikasi, yaitu keyakinan
geologi dan kelayakan tambang. Hubungan antara hasil eksplorasi,
sumberdaya mineral dan cadangan mineral tertera dalam Gambar 4.
dalam usaha menentukan besarnya cadangan batubara dan untuk hal – hal
berikut:
1. Evaluasi pada setiap tahap eksplorasi,
2. Perencanaan pengembangan atau perluasan daerah eksplorasi,
3. Sebaran kualitas dan sekaligus kuantitas,
4. Keputusan mendirikan usaha pertambangan, dan
5. Rencana penambangan.
Sebelum membuat model endapan batubara yang harus diperhatikan
adalah kondisi geologi endapan batubara tersebut yang disebut model geologi.
Model geologi yang berupa penampang geologi sangat diperlukan dalam
pembuatan kerangka endapan batubara sehingga wilayah penaksiran dapat
dibatasi seiring dengan kemenerusan batubara. Endapan batubara inilah yang
nantinya akan dibagi dalam blok-blok yang lebih kecil untuk keperluan estimasi
sumberdaya ataupun cadangan. Menurut Sujiman (2015) data surface roof
batubara, surface floor batubara dan surface ditambah batas limit penambangan
dan slope penambangan menjadi suatu model geologi penambangan.
Data-data yang diperlukan dalam proses pemodelan geologi ini adalah
data rekapitulasi lubang bor, berupa nama titik bor, elevasi titik bor, koordinat
titik bor, kedalaman lubang bor, nama seam batubara dan kedalaman seam
batubara tersebut. Pemodelan geologi bertujuan untuk mendapatkan data
dalam penaksiran cadangan batubara, sehingga memenuhi syarat dilakukan
penambangan. Pemodelan geologi ini juga bertujuan untuk mengetahui pola
penyebaran lapisan batubara, baik geometri secara umum, letak/posisi lapisan,
kedalaman, kemiringan, serta penyebaran dari tanah penutup. (Dedi Saputra,
2013).
S 1+ S 2
Vc = x L…………………………..………..……………………………..…(1)
2
Wc = Vc x γ …………………………………………………………………………...(2)
Keterangan:
Vc = Volume batubara (m)
S1, S2 = Luas penampang (m)
L = Jarak penampang (m)
Wc = Tonase batubara (MT)
γ = Densitas (1,3 ton/m3)
Gambar 6. Sketsa perhitungan volume bijih dengan rumus mean area (metode
penampang).
(Sumber: Sinclair, dkk, 2005)
S 1+ S 2
V=L ……………………………………………………………………………
2
(4)
Keterangan:
S1, S2 = Luas penampang endapan (cm2 atau m2)
L = Jarak antar penampang (cm atau m)
V = Volume cadangan (cm3 atau m3)
Pada metode ini, setiap blok ditegaskan oleh sebuah penampang yang
sama panjang ke setengah jarak untuk menyambung sayatan.
Vc = A x (L1 +L2)………………………..………………………..…………………(6)
Wc = Vc x γ …………………………………………………………………………...(7)
Keterangan:
Vc = Volume batubara (m)
A = Luas penampang (m)
L1, L2 = Jarak penampang 1 dan 2 (m)
Wc = Tonase batubara (MT)
γ = Densitas (1,3 ton/m3)
Tanah Penutup(m3 )
Stripping Ratio =
Batubara (ton)
………………………………………………..(10)
Faktor rank, kualitas, nilai kalori, dan harga jual menjadi sangat penting
dalam perumusan nilai stripping ratio. Batubara dengan harga jual yang tinggi
akan memberikan nisbah kupas yang lebih baik daripada batubara dengan
harga jual yang rendah. Namun secara umum, faktor utama untuk penentuan
nilai ekonomis stripping ratio ini adalah jumlah cadangan batubara
(marketable), volume tanah penutup (BCM), dan umur tambang.
Secara sederhana penentuan harga stripping ratio yang masih ekonomis
adalah sebagai berikut:
1. Perkirakan unit cost penambangan untuk penggalian dan pengangkutan
batubara ke stockpile.
2. Perkirakan unit cost transportasi batubara dari stock pile sampai ke
pelabuhan.
3. Perkirakan unit cost penambangan untuk penggalian dan pengangkutan
overburden ke waste dump.
4. Perkirakan volume tanah penutup, untuk total cost
5. Perkirakan recoverable reserve, untuk total revenue.
6. Perkirakan harga jual batubara per ton, untuk total revenue.
7. Perkirakan biaya investasi dan eksplorasi.
8. Perkirakan biaya lain-lain.
9. Perkirakan umur tambang.
Maka perbandingan nilai jual batubara terhadap total cost harus lebih besar
daripada 1 (revenue > total cost).