TINJAUAN PUSTAKA
kepustakaan maupun teori yang ada yang berhubungan dengan judul penelitian.
CV. AIR MATA EMAS merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KW 1373 AME 6605). CV. AIR MATA EMAS
(lima) tahun. Selanjutnya pada tanggal 31 Mei 2016, berdasarkan Keputusan Gubernur
Usaha Pertambangan Operasi Produksi Batubara CV. Air Mata Emas di Kota Sawahlunto
Sehubungan dengan adanya daerah tanpa cadangan batubara dalam IUP OP CV.
AIR MATA EMAS, maka pihak perusahaan mengajukan penciutan wilayah IUP OP dan
6
7
Secara administrasi lokasi izin tersebut berada di Kumanis Atas Desa Tumpuak
penambangan yang diterapkan adalah sistem tambang terbuka dengan metode open pit
dan tambang bawah tanah dengan metoda room and pillar, pada akhir penambangan akan
dilakukan sistem back filling terhadap lahan bekas tambang. Dari luas wilayah 80,81 Ha,
kegiatan penambangan yang telah dilakukan pada area seluas 2,5 Ha.
sturtur geologi berupa patahan atau sesar yang sangat mempengaruhi pola
menganan sistem sesar Sumatera pada masa pleosen awal. Akibatnya terjadi
tarikan yang membatasi oleh sistem sesar normal berarah utara–selatan. Daerah
mengiri antara sesar setangkai dan sesar silungkang yaitu terban Talawi.
oleh terbentuknya sesar naik dan lipatan (sesar sinamar). Ketebalan batuan
diyakini terletraka pada sub-cekungan kiliran yang merupakan bagian dari suatu
b. Litologi
Daerah parambahan terdiri dari empat batuan yaitu batuan pasir (sandtone),
Adalah batuan sedimen yang terutama terdiri dari mineral berukuran pasir
atau butir-butir batuan yang dapat berasal dari pecahan batuan-batuan lainya. Batu
pasir memiliki berbagai jenis warna diantaranya: coklat muda, coklat, kuning,
Adalah batuan yang memiliki struktur padat dengan susunan mineral yang
lebih banyak dari batu lanau. Tersususn dari hidrous aluminium silikat (mineral
lempung) yang ukuran butirannya halus yakni tidak lebih dari 0,002 mm.
3) Batubara (coal)
Adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
batu pasir dan lempung. Batu lanau termasuk dalam sedimen, karena batu ini
terbentuk akibat litifikashi bahan rombakan batuan asal atau denudasi. Batuan asal
c. Morfologi
perbukitan yang rendah sampai terjal, dengan sudut kemiringan lereng berkisar
antara 5˚ samapi 30˚, yang dikontrol oleh litologi berupa rijang, metagamping,
lava, batu pasir, batu lanau, dan batu lempung, serta stuktur sesar. Sedangkan pada
brkisar antara 0˚sampai 4˚. Dengan litologi batu pasir, batu lempung, serta
Ketingian bukit berkisar antara 140m hingga 300 m dari permukaan laut
(dpl). Puncak tertinggi lereng timur berupa bukit kapur dengan ketinggian 300 m
Pada umumnya sungai yang mengalir pada daerah penelitian berada pada
stadiun muda dimana dasaranya relatif terbentuk “V” adanya erosi horizontal
yang relatif lebih intensif dibandingan dengan erosi vertikal dibeberapa tempat
sehingga terlihat pada beberapa sungai mempunyai dasar telah berbentuk “U”.
Secara umum pola aliran diwilayah ini dapat dikategorikan sebagai sistim pola
aliran sub paralel. Kenaikan permukaan air sungai pada saat musim hujan antara
d. Stratigrafi regional
Berdasar peta geologi lembak Solok Sumatera Barat oleh P.H Silitoga 1975
maka startigrafi daerah penyelidikan dan sekitarnya berurutan dari muda ke tua
terdiri dari satuan aluvial (kuater) dan satuan batu lanau, batubara, serpih (tersier),
a) Formasi Silungkang
Nama formasi ini mula-mula diusulkan oleh Klompe, Katili dan Sekunder
pada tahun 1958. Secara petrografi formasi ini masih dapat dibebankan menjadi
empat satuan yaitu: satuan lava andesit, satuan lavabasalt, satuan tufa andesit dan
satuan tufa basalt. Umur dan formasi ini diperkirakan perm sampai trias.
b) Tuhur
sisipan-sisipan batu pasir dan batu gamping hitam. Diperkirakan formasi ini
berumur trias.
a) Formasi Sangkarewang
Nama formasi ini pertama diusulkan oleh Kastowo dan Silitonga pada 1975.
Formasi ini terutama terdiri dari serpih gampingan sampai napal berwarna coklat
kehitaman, berlapis halus dan mengandung fosil ikan serta tumbuhan. Formasi ini
b) Formasi Sawahlunto
Nama formasi ini diusulkan oleh R.P.Koesoemadinata dan Th. Matasak pada
1979. Formasi ini merupakan formasi yang paling penting karena mengandung
lapisan batubara. Formasi ini dicirikan oleh batu lunau, batu lempung, dan
batubara yang berselingan satu sama lain. Diperkirakan formasi ini berumur
oligosen.
12
Nama formasi ini pertama kali diusulkan oleh Kastowo dan Silitonga pada
tahun 1975. Bagian bawah dari formasi ini dicirikan oleh beberapa siklus endapan
yang terdiri dari batu pasir konglomerat, batu lunau dan batu lempung. Bagian
atas didominasi pada umumnya oleh batu pasir konglomerat tanpa adanya sisipan
lempung atau batu lunau, umur dari formasi ini diperkirakan lebih tua dari miosen
bawah.
d) Formasi Ombilin
Nama formasi ini diusulkan pertama kali oleh Kastowo dan Silitonga pada
tahun 1975. Formasi ini terdiri dari lempung gamping. napal dan pasir gampingan
yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis dan mengandung fosil. Umur
e) Formasi Ranau
Nama ini diusulkan pertama kali oleh Marks pada tahun 1961. satuan ini
terdiri dari batu apung berwarna abu-abu kehitaman. Umur dari formasi ini
diperkirakan Pleistosen.
tidak beraturan atau irregular dan regular geometri seperti silinder prisma dan
salah satu parameter di dalam kestabilan peyangga. Uji point load diketahui
gambar 2.2 Dan RQD juga dapat ditentukan dengan mengamati jumlah
RQD = 100(0,1ƛ+1)e-0,1ƛ……………………..………………….(2.1)
Keterangan
Excellent 90-100 20
Good 75-95 17
Pair 50-75 13
Poor 25-50 8
Very poor <25 3
Sumber : refky adi nata (2017)
kekar lebar bukaan kekar atau aperture, material pengisi kekar dan kondisi
berikut:
Parameter Ratings
Discontinuity <1 m 1-3 m 3-10 m 10-20 20m
length(persistence/ m
continuity) 6 4 2 1 0
Separation None <0.1 mm 0.1-1.0 1-5 mm >5 mm
(aperture) mm
6 4 2 1 0
Roughness of Very rough Rough Slightly Smooth Slicksided
discontinuity rough
surface 6 5 3 1 0
Infillings (gouge) None Hard filling Soft filling
<5 mm >5 <5 mm >5
mm mm
6 4 2 2 0
Weathering Unweathere Slightly Moderat Highly Decompo
discontinuity d weathered ely weather sed
surface weathere ed
d
6 5 3 1 0
Sumber : refky adi nata (2017)
principalstess
General description Comple Damp Wet Dripping Flowing
tely dry
Rating 15 10 7 4 0
tambang bawah tanah jika arah sumbu tegak lurus maka menguntungkan
apabila sejajar dengan sumbu terowongan maka tidak kestabilan nya akan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah bobot isi,
porositas dan kadar air. Berikut penjelasan dari sifat fisik batuan:
Semakin besar bobot isi suatu batuan atau tanah, maka gaya penggerak yang
Bobot Isi Asli (γn) merupakan perbandingan antara berat batuan asli dengan
ɣn = Wn / (Ww – Ws)……………………..………………..………….(2.2)
Bobot Isi Kering (γo) merupakan perbandingan antara berat batuan kering
ɣo = Wo / (Ww-Ws)………………………………………..………… (2.3)
Bobot Isi Jenuh (γw) merupakan perbandingan antara berat batuan jenuh
2) Kadar Air
Kandungan air pada suatu material baik tanah maupun batuan sangat
suatu lereng maka semakin kecil nilai kemantapan dari suatu lereng. Kadar ait
terdiri dari:
Kadar Air Asli merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan asli
Kadar air jenuh (ωsat) merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan
3) Porositas (n)
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
lereng. Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang
memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan
pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu,dinyatakan
Keterangan:
tekan dalam satu arah dengan irreguler geometri dari sampel batuan, dan
titik diketahui untuk memprediksi nilai UCS suatu batuan tidak langsung di
sampel mudah dan dapat dilakukan di lapangan (Made Astawa Rai. 2010).
digunakan untuk memperoleh nilai UCS. Jika pengujian UCS dilakukan dengan
penekanan pada permukaan sampel, pada pengujian point load indeks sampel diuji
Menurut Broch dan Franklin (1972) point load ideks (Is) suatu contoh batuan
P
IS = ….……….…………….....................………………………...(2.7)
D2
Akan tetapi untuk sampel yang diameternya bukan 50 mm serta sampel tidak
teratur (Irregular) maka diperlukan faktor koreksi (F) yang diturunakan oleh
tergantung besarnya diameter, karena diameter sampel yang ideal adalah 50 mm,
P
IS =F ……….…………………………..........................................(2.8)
D2
F = (d / 50)0,45 ……………………………………………………..(2.9)
Point Load Index(Is) persamaan 2.9. Sehingga jika Point Load Indeks telah
σc = 23 x Is……………………..………………………………….(2.10)
Keterangan:
Pengujian point load indeks merupakan pengujian yang sederhana dan mudah
dibawa. Berikut ini adalah alat yang digunakan untuk Uji Point Load.
2) Kohesi (ʗ)
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan
dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika
kekuatan gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari nilai RMR
Sudut geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara
tegangan normal dan tegangan geser didalam material tanah atau batuan. Sudut
geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenai
tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya. Nilai Sudut
geser dalam (𝜃) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu pengujian Kuat Geser
Langsung (Direct Shear Strength Test), pengujian Triaxial (Triaxial Test). Dan
nilai sudut geser dalam juga bisa diperoleh dari nilai atau rating dari RMR dengan
Semakin besar sudut geser dalam suatu material maka material tersebut akan
modulus elastisitas batuan bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah
geologi ke daerah geologi lainnya karena adanya perbedaan dalam hal formasi
oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel, dan kandungan air. Modulus
Keterangan:
E = Modulus young
RMR = Rock mass rating
(RMR−10)
Е=πr 2 = 10 40 .........…………………………………………… (2.12)
Keterangan:
E = Modulus young
RMR = Rock mass rating
5) Poisson Ratio
Poisson ratio didefinisikan sebagai rasio antara radial dan regangan aksial
dalam bahan elastis yang dimuat secara uniaksial. Lebih umum, Poisson ratio
adalah rasio antara regangan dalam satu arah koordinat (karena tekanan ke arah
itu) dan regangan yang disebabkan dalam arah koordinat lainnya dengan tekanan
yang sama (Somerville dan Paul 1983). Jika suatu material direganggankan
pada arah lainnya. Sebaliknya, jika suatu material ditekan, material tersebut akan
kecenderungan material untuk mengkerut atau menembang dalam arah tegak lurus
terhadap arah pembebanan dikenal sebagai efek poisson. Poisson Ratio sanggat
berfariasi sesuai dengan deformasi yang dialami batuan tersebut. Poisson Ratio
sangat jarang bernilai negatif atau lebih besar dari 0,5. Untuk batuan Isotropik
nilainnya berada diantara 0-0,5. Sementara itu, untuk batuan yang umumnya nilai
Poisson Ratio berkisar 0,05 – 0,45 sedangkan untuk aplikasi rekayasa nilainnya
24
sekitar 0,2 – 0,3 dan untuk batubara berkisar 0,25 – 0,346 (Astawaray,
Kramadibrata ,dan Wattimena 1998). Dan poisson ratio dapat dihitung denga
persamaan :
1−sin(0.64∅′ )
V= .........………………………………………….……… (2.13)
2
Keterangan:
V= poisson ratio
dalam keadaan Stabil, FK=1 menjelaskan dalam keadaan Kritis, dan FK<1 Tidak
runtuhan pada beberapa bidang lemah, maka dari itu perhitungan FK dengan
lubang bukaaan. Keruntuhan massa batuan dapat terjadi saat kurva Mohr-
Coulomb telah menyinggung lingkaran Mohr atau dapat dikatakan bahwa batuan
dapat mengalami keruntuhan pada dua bidang dengan kondisi tegangan yang
kemampuan untuk runtuh juga sebaliknya, lubang bukaan memilki FK < 1tetap
hasil percobaan, dimana kriteria ini mengandung satu atau lebih parameter sifat
mekanik batuan, menjadi sederhana jika dihitung dalam 2 dimensi dengan asumsi
regangan bidang (plane strain) atau tegangan bidang (plane stress). Dalam kriteria
2∁ × cos 𝜃
𝜎1 = …………………………………………………........(2.14)
1 − sin 𝜃
2∁ × cos 𝜃
𝜎3 = ………………………………………………………(2.15)
1+ sin 𝜃
𝜎1+ 𝜎3
𝑎 ( ) sin 𝜃+ ʗ.cos 𝜃
FK = = 2
𝜎1− 𝜎3 ……………………………………… (2.16)
𝑏 ( )
2
Keterangan :
ʗC = kohesi (Mpa)
Alur penelitian dapat dilihat pada kerangka konseptual seperti yang dijelaskan
INPUT PROSES
Data Primer Pengolahan Data
1. Dimensi terowongan 1. Kuat tekan point load dengan
2. Sampel batuan persamaan 2.8
3. Data kekar 2. Kuat tekan UCS dengan
4. Kondisi air tanah persamaan 2.10
3. Spesifikasi kekar berdasarkan
Data Sekunder tabel 2.3
1. Peta Geologi 4. Rock Quality Design berdasarkan
2. Peta topografi tabel 2.2
3. Peta Kesampaian Daerah 5. Kondisi kekar berdasarkan tabel
2.4
6. Kondisi air tanah berdasarkan
tabel 2.5
7. Orientasi kekar
8. Pengolahan displacement dan
strength factor menggunakan
software plaxis
OUTPUT
1. Nilai Kelas massa batuan berdasarkan
RMR