Anda di halaman 1dari 13

TEKNOLOGI BATUBARA

KARAKTERISTIK BATUBARA
KALIMANTAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Batubara


Semester VII Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2019/2020

Disusun oleh :
Kelompok 2

Salim Ahmad (10070116002)


M Rezky Adipratama (10070116012)
Muhammad Yusup (10070114033)
Rizky Aprila (10070116067)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2019 M
KARAKTERISTIK BATUBARA
KALIMANTAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, batubara merupakan bahan yang sangat dibutuhkan semenjak
ditemukannya mesin uap, dari dulu hingga kini batubara masih menjadi andalan
sebagai sumber energi dunia. Pada tahun 2013, batubara pada produksi global
mencapai 2,8 kali lebih besar dibanding dengan empat dekade sebelumnya yang
artinya 29% sumber energi dunia ini berasal dari batubara.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan batubara, hal ini diketahui
dari hasil eksplorasi yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta. Hasil temuan
dari kegiatan eksplorasi ini terus bertambah seiring dilakukannya kegiatan
eksplorasi di Indonesia khususnya di pulau Sumatera dan Kalimantan. Temuan
batubara disetiap tempatnya mempunyai karakteristik yang berbeda seperti dari
nilai kalori, ash, moisture, dan lain-lain yang nantinya dari nilai-nilai tersebut akan
menggolongkan batubara sesuai kelasnya.
Untuk mengetahui pemanfaatan batubara dan peruntukannya sangatlah
penting terlebih dahulu mengetahui nilai-nilai dari hasil analisis proksimat dan
analisis ultimat pada setiap batubara yang ditemukan pada daerah-daerah
tersebut. Oleh karena itu pembahasan mengenai formasi batuan pembawa
batubara di daerah Kalimantan Barat sangat penting untuk menambah wawasan
mengenai karakteristik batubara di daerah tersebut.

B. Batubara
Batubara merupakan batuan sedimen organik yang dapat terbakar,
terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan berkambium yang telah melalui
proses penggambutan dan pembatubaraan. Keterbentukan batubara ini dibagi
menjadi dua proses yaitu penggambutan adalah proses pembusukan dan
penghancuran bahan baku (tumbuhan berkambium) di daerah rawa yang rendah
oksigen sehingga bakteri-bakteri anaerob dapat hidup hingga menjadi gambut.
Selanjutnya proses pembatubaraan yaitu proses penimbunan gambut oleh
material sedimen lain sehinga terjadi proses pembebanan dari material endapan
diatasnya dan berkurangnya oksigen yang membuat mati bakteri-bakteri
pembentuk gambut, karena adanya proses penimbunan oleh material sedimen,
tekanan pada gambut akan naik yang diikuti oleh kenaikan suhu yang akan
membuat gambut mengalami proses pembatubaraan sampai menjadi batubara.
C. Batubara di Kalimantan Timur
Secara umum dikenal adanya tiga cekungan sedimentasi utama dari utara
hingga selatan, yaitu :
Cekungan Tarakan
Cekungan Tarakan terdiri dari Sub-Cekungan Tidung, Tarakan, Berau dan
Muara. Contoh endapan batubara yang diambil termasuk pada Sub-Cekungan
Tarakan dan Berau. Sub-Cekungan Tarakan berada dan berkembang di lepas
pantai timur bagian utara yang meliputi Pulau Tarakan dan Bunyu. Endapan
batubara di sub-cekungan ini terjadi selama kala Plio-Pleistosen, di sungai
Sesayap purba menghasilkan sedimen fluvio-marin yang sangat tebal terutama
terdiri dari perlapisan betupasir delta, serpih dan batubara, yang kemudian dikenal
dengan Formasi Sajau atau Formasi Tarakan-Bunyu. Sedangkan Sub-Cekungan
Berau berada di sebelah selatan Sub Cekungan Tarakan, yang sebagian besar
terletak di daratan.
Menurut beberapa peneliti terdahulu urut-urutan lithostratigrafi regional di
Cekungan Tarakan dibagi menjadi beberapa formasi dan satuan batuan dari tua
sampai muda adalah sebagai berikut :
1. Formasi Sebakung; terdiri dari batuan meta sedimen yang terlipat
kuat, diendapkan di lingkungan fluviatil hingga delta pada kala
Eosen.
2. Formasi Sailor; terdiri dari batugamping berfosil gangang dan koral,
terletak tidak selaras di atas Formasi Sembakung dan diendapkan di
lingkungan neritik hingga laut terbuka pada Oligosen Awal.
3. Formasi Tempilan; terdiri dari perselingan batupasir, napal dan
serpih, terletak selaras di atas Foramasi Sailor dan diendapkan di
lingkungan laut dangkal pada Oligosen Awal.
4. Formasi Mesaloi; terdiri dari batulampung lanauan yang berselingan
dengan batupasir, batulanau dan napal, terletak selaras diatas
Formasi Tempilan dan diendapkan di lingkungan neritik hingga laut
terbuka pada Oligosen Akhir.
5. Formasi Naintupo; terdiri dari batupasir, batulempung, napal dan
batugamping, terletak selaras diatas Formasi Mesaloi dan
diendapkan di lingkungan neritik pada Miosen Awal.
6. Formasi Meliat; terdiri dari batupasir lanauan, batupasir
konglomeratan, batulempung dan batubara, terletak selaras di atas
Formasi Naintupo dan diendapkan di lingkungan paralik pada
Miosen Tengah.
7. Formasi Tabul; terdiri dari batulempung, batupasir lanauan,
batupasir dan batubara, terletak selaras di atas Formasi Meliat dan
diendapkan di lingkungan prodelta pada kala Miosen.
8. Formasi Tarakan; terdiri dari perselingan batubara, batulempung
dan batulanau, terletak selaras di atas Formasi Tabul dan
diendapkan di lingkungan lagunal pada kala Pliosen.
9. Formasi Bunyu; terdiri dari batubara yang berselingan dengan
batupasir dan batulempung karbonan, terletak tidak selaras di atas
Formasi Tarakan dan diendapkan di lingkungan delta pada
Pleistosen hingga Holosen.Untuk mewakili contoh batubara di cekungan
ini, dipakai contoh batubara Formasi Bunyu pada Sub-Cekungan Tarakan,
selanjutnya disebut Batubara Bunyu; sedangkan pada Sub-Cekungan
Berau diwakili dengan contoh batubara Formasi Tabul, selanjutnya disebut
Batubara Berau.
Cekungan Kutai
Endapan batubara dan sedimen Tersier lainnya yang terdapat di Cekungan
Kutai, proses pengendapannya diperkirakan berhubungan dengan gerak
pemisahan Pulau Kalimantan dan Sulawesi yang kemungkinan terjadi pada akhir
Kapur hingga awal Paleogen. Sehingga secara keseluruhan batuan-batuan
sedimen yang diendapkan pada cekungan tersebut mencerminkan adanya
pengaruh siklus transgresi dan regresi air laut. Urutan transgresi yang ada di
Cekungan Kutai menghasilkan sedimen-sedimen klastik kasar dan serpih yang
diendapkan pada lingkungan paralik hingga laut dangkal. Pengendapan ini
berlangsung hingga kala Oligosen yang memperlihatkan periode genang laut
maksimum dan pada umumnya terdiri dari endapan serpih laut dalam dan
batugamping serara lokal. Sedangkan pada urutan regresi menghasilkan lapisan-
lapisan sedimen klastik dan lapisan-lapisan batubara yang diendapkan pada
lingkungan delta hingga paralik. Sistem Delta yang berumur Miosen Tengah
berkembang baik ke arah timur dan tenggara daerah cekungan. Berdasarkan urut-
urutan litostratigrafi Cekungan Kutai dari tua ke muda dibagi menjadi beberapa
Formasi batuan yaitu sebagai berikut :
1. Formasi Pamaluan; berumur Miosen Bawah, terletak selaras di atas
Formasi Gunung Sekerat, terutama terdiri dari batulempung dengan
sisipan-sisipan tipis batupasir, batubara, dan batugamping,
diendapkan pada lingkungan delta marine.
2. Formasi Bebuluh; berumur Miosen Awal bagian atas, terletak beda
fasies dengan Formasi Pamaluan, terutama terdiri atas
batugamping, sisipan batugamping pasiran dan serpih, diendapkan
pada lingkungan marine.
3. Formasi Pulaubalang; berumur Miosen Tengah, terletak selaras di
atas Formasi Pemaluan terutama terdiri dari batulempung, batupasir
lempungan dan batupasir, yang merupakan endapan deltafront. Ciri-
ciri batubara mempunyai variasi seam kecil dan relatif sub bituminus
4. Formasi Balikpapan; berumur Miosen Tengah, terletak selaras di
atas Formasi Pulaubalang, terdiri dari batupasir, batupasir
lempungan, batulempung dan batubara. Lapisan batupasir dan
batupasir lempungan terutama dijumpai pada bagian bawah.
Lingkungan pengendapannya adalah delta (delta front sampai delta
plain). Ciri-ciri batubara yang dijumpai adalah multiseam dengan
ketebalan rata-rata 2-5 meter dan batubara lebih bersifat sub-
bituminus.
5. Formasi Kampungbaru; berumur Miosen Atas sampai Pliosen.
diendapkan selaras di atas Formasi Balikpapan, bagian bawahnya
terdiri dari batulempung, batupasir, batupasir gampingan yang
diendapkan pada lingkungan litoral, sedangkan pada bagian atasnya
terdiri dari batulempung, batubara dan konkresi-konkresi lempung
bagian (clay stone), diendapkan pada lingkungan transisi paralik.
Ciri-ciri batubara yang dijumpai adalah seam tidak banyak variasi
dengan ketebalan yang relatif tipis dan bersifat lignitan.
 Endapan Kuarter; tersusun oleh lempung, pasir, kerikil dan sisa
tumbuh-tumbuhan, bersifat lepas. Endapan ini disebabkan oleh
adanya limpahan banjir Sungai Bontang, Sungai Guntur, Sungai
Nyerakat dan Sungai Santan yang membentuk rawa-rawa. Untuk
mewakili cekungan ini dipakai contoh endapan batubara dari Formasi
Kampungbaru, selanjutnya disebut Batubara Kutai.
Cekungan Barito (Sub-Cekungan Pasir)
Sub-Cekungan Pasir berada di bagian timur Cekungan Barito yang
dibatasai Pegunungan Meratus. Sub-Cekungan Pasir memiliki tatanan stratigrafi
yang rumit sehingga oleh beberapa peneliti Sub-Cekungan Pasir dimasukkan ke
dalam bagian Cekungan Barito, selain itu juga karena litologi yang terdapat dalam
cekungan ini memiliki posisi menjari dan kesamaan dengan Cekungan Barito.
Adapun urutan litostratigrafi Cekungan Barito (Sub-Cekunan Pasir) dari tua hingga
muda sebagai berikut:
1. Formasi Tanjung; diendapkan pada kala Eosen, terletak tidak
selaras di atas batuan dasar yang yang merupakan batuan beku dan
metamorf berumur Pra-Tersier. Pada bagian bawah formasi ini terdiri
dari konglomerat, batupasir, batulempung dan sisipan batubara,
sedangkan bagian bawah terdiri dari batulempung dan napal dengan
sisipan batupasir dan batugamping.
2. Formasi Berai; diendapkan selaras diatas Formasi Tanjung pada
kala Oligosen hingga Miosen Bawah, terdiri dari Anggota Berai
Bawah yang disusun oleh napal, batulanau, batugamping dan
sisipan batubara; Anggota Berai Tengah dicirikan oleh batugamping
masif dengan interklas napal dan Anggota Berai Atas tersusun oleh
serpih dengan sisipan batugamping berselingan dengan napal,
batulempung napalan dan sedikit batubara\Formasi Warukin;
diendapkan selaras diatas Formasi Berai pada kala Miosen Tengah
hingga Miosen Atas, terdiri dari Anggota Warukin Bawah yang
disusun oleh napal, batulempung dan sisipan batupasir; Anggota
Warukin Tengah relatif sama dengan Warukin Bawah, hanya pada
batupasirnya menjadi tebal dan banyak dijumpai lapisan tipis
batubara.
3. Formasi Dahor; diendapkan tidak selaras diatas Formasi Warukin
pada Mio-Pliosen, terdiri dari batupasir, batulempung, batubara dan
lensa-lensa konglomerat. Formasi ini diendapkan di lingkungan
paralik-lagunal. Endapan Kuarter; terdiri dari hasil rombakan batuan
yang lebih tua, berupa material berukuran kerakal hingga lempung,
menumpang tidak selaras di atas Formasi Dahor. Secara keseluruhan,
sistem sedimentasi yang berlangsung di cekungan ini melalui siklus
transgresi dan regresi serta beberapa sub siklus yang bersifat lokal.
Turunnya bagian tengah cekungan dan erosi yang aktif di bagian Tinggian
Meratus menyebabkan pengendapan sedimen yang banyak, membentuk
urutan endapan paralik hingga delta. Hal tersebut juga tercermin endapan
batubara yang relatif tebal.
Kualitas Batubara Daerah Cekungan Di Kalimantan Timur
Setiap cekungan yang ada di Kalimantan Timur memiliki formasi- formasi
pembawa batubara antara lain:
Cekungan Kutai
1. Formasi pembawa batubara adalah Formasi Pulaubalang, Balikpapan dan
Kampungbaru. Dalam Formasi Pulaubalang terdapat 4 lapisan batubara,
tebal 0,10-5,30 m dan kemiringan 12°-85°. Formasi Pulaubalang
kandungan air tertambat 9,20%; abu 2,80%; sulphur 1,59%, nilai kalori
6.225 kal/gr dan nilai HGI 61 termasuk jenis batubara Bituminus C.
2. Formasi Balikpapan terdapat 18 lapisan batubara, tebal 0,15-11,00 m dan
kemiringan 5°–88°. Hasil analisa kimia batubara menunjukan Formasi
Balikpapan kandungan air tartambat 10,32%; abu 2,64%; sulphur 1,06%,
nilai kalori 5.995 kal/gr dan nilai HGI 44 termasuk kelas Sub- Bituminus B.
3. Formasi Kampungbaru terdapat 22 lapisan batubara, tebal 0,15- 6,00 m
dan kemiringan 5°–72°. dan Formasi Kampungbaru kandungan air
tertambat 11,17%; abu 3,80%; St 1,67%, nilai kalori 5.838 kal/gr dan nilai
HGI 40 termasuk kelas Sub-Bituminus B.
Cekungan Tarakan
1. Formasi pembawa batubara didaerah ini adalah Formasi Meliat dan
Formasi Sajau. Formasi Meliat dijumpai 11 lapisan batubara, dengan
kualitas relatif bagus pada Formasi Meliat memiliki dua lapisan batuba
dengan ketebalannya berkisar 0,40–0,50 meter. Formasi Meliat yang
diambil dari hasil penyelidikan terdahulu (Purnomo, dkk.,2010),
menunjukkan kandungan air bebas (FM,ar) 4,5%, kandungan air total (TM,
ar) 7,09%, kandungan air terikat (M, adb) 2,71%, kandungan gas terbang
(VM, adb) 51,83%, karbon tertambat (FC,adb) 40,62%, kandungan
abu(Ash, adb) 4,84%, kadar sulfur total (ST, adb)1,03%, HGI 45, dan nilai
kalori (CV, adb) 7.628 kal/gr.
2. Formasi Sajau dengan ketebalan bervariasi antara 0,1–1,8 m yang kualitas
batubara dengan total moiture 17,41 %(adb), ash 4,82 % (db), volatile
matter 52,22 %(db), Nilai kalor 4.697 kal/g.
Cekungan Barito/Pasir
1. Formasi pembawa batubara di daerah Formasi Tanjung, Formasi Warukin
dan Formasi Dahar. Formasi Tanjung nilai kalori antara 6.000 kal/g dan
7.000 kal/g, kadar abu 3% dan 14%, zat terbang 30% dan 50%, karbon
padat 35% dan 45%, belerang total 0,20 dan 2%, dan kadar air 3% dan
6%. Formasi Tanjung terdiri atas lapisan-lapisan tipis <7m, berlapis sangat
baik, keras, padat, lapisannya relatif menerus.
2. Batubara Formasi Warukin teridiri atas lapisan-lapisan tebal hingga 20m,
berlapis baik, lunak, lapisannya umumnya melensa. Formasi Warukin
kualitas endapan batubara di cekungan ini termasuk pada batubara
peringkat rendah (lignit) dengan nilai kalori rendah (<5000 kcal/kg),
kandungan sulfur hingga 0,2%, karbon padat 31,4%, zat terbang 37,6%,
kadar abu 3,3%, kandungan air lembab bawaan 27,7% dan air lembab
keseluruhan mencapai 34,5% (dalam Koesoemadinata, 2000). Untuk
mewakili cekungan ini dipakai contoh batubara dari Formasi Warukin dan
selanjutnya disebut Batubara Pasir.
3. Formasi Dahor nilai kalori antara 4.000 kal/g dan 5.000 kal/g, kadar abu
21% dan 30%, zat terbang 30% dan 50%, karbon pada 20% dan 30%,
belerang total 2 dan 4%. Batubara Formasi Dahor terdiri atas lapisan
sedang <20m, berlapis kurang baik ,sangat lunak, struktur kayu masih
terlihat.

D. Batubara di Kalimantan Barat


Setiap batubara yang ditemukan di Indonesia memiliki ciri khas yang
berbeda, hal itu bergantung pada formasi keterdapatan batubara, tempat
pengendapan dan cara akumulasi gambutnya. Faktor tersebut akan
mempengaruhi unsur-unsur penting pada batubara. Di Kalimantan Barat, ada
beberapa tempat yang mempunyai formasi pembawa batubara diantaranya
adalah :
Tabel 1
Formasi Pembawa Batubara Kalimantan Barat
Provinsi Cekungan Formasi Umur
Ketunggau Oligosen
Ketunggau
Kantu Eosen Atas
Kalimantan Barat
Melawi Tebidah Oligosen
Mandai Keriau Mandai Eosen
Sumber : Pusat Sumberdaya Geologi, 2015

Gambar 1
Peta Geologi Lembar Sanggau
E. Penyelidikan Terdahulu
Pada blok I, singkapan batubara dijumpai dilokasi BB-01 dan BB-02 pada
Sungai Belitang yang terletak dibagian utara dari dusun Nanga Ansar, dimensi
batubara tidak bisa diketahui karena singkapan batubara terendam air karena
banjir, pengambilan contoh batubara dilakukan dengan cara penyelaman.
Sedangkan singkapan batubara yang terletak dilokasi BB-03 yang merupakan
jalan perkebunan dusun Nanga Ansar tersingkap dengan ketebalan 0,25 meter
o o
dengan kedudukan arah jurus dan kemiringan N 65 E/20 .
Pada blok II singkapan batubara dijumpai di sungai-sungai Seluah Hulu
dan Seluah Hilir yaitu pada lokasi-lokasi SPL-03 dan SPL-06, dimana dikedua
tempat ini batubaranya terendam air karena banjir, untuk pengambilan contoh
dilakukan dengan penyelaman.
Atas dasar kompilasi penyelidik terdahulu, tebal lapisan batubara dilokasi
o o
ini berkisar antara 0,80 - 0,90 meter dengan kedudukan perlapisan N 280 E/10
o o
dan N 285 E/10 . Secara fisik kenampakan batubaranya berwarna hitam
kecoklatan, kusam, nampak berlapis dengan sisipan lempung karbonan,
mengandung butiran-butiran pirit sangat halus.

Gambar 2
Struktur Utama di Cekungan Ketungau
Pada lokasi SPL-04 batubara tersingkap pada rencana jalan yang akan
menghubungkan Balai Karangan - Sintang dengan ketebalan antara 10-20 cm,
o o
dengan kedudukan N 245 E/15 menyisip pada lapisan batulempung. Sedangkan
dilokasi BGP-05 batubara tersingkap didasar sungai berlumpur, dimensinya tidak
bisa diketahui, perkiraan ketebalan 0,70 meter yang diapit oleh lempung abu-abu
bersifat lunak. Secara fisik batubaranya berwarna hitam, nampak masif, kilap kaca
dengan pecahan konkoidal, keras dan getas serta ringan. Singkapan-singkapan
batubara pada blok II merupakan bagian singkapan batubara pada sayap selatan
Formasi Ketungau (Eddy R.S., 1991)
Penyebaran batubara didaerah Sungai Pisau, Enteli, Bekuan dan Makan
Tinggi-Senaning.Pada umumnya batubara yang tersingkap merupakan batubara
dalam Formasi Ketungau dan biasanya terdapat diantara lapisan lempung dan
batupasir halus. Singkapan dijumpai setempat dalam bentuk lensis ataupun pita.
Pada Singkapan batubara yang dijumpai dilakukan test pit dengan kedalaman
150cm – 200cm untuk mengetahui ketebalan dan strata lapisan batuan didaerah
setempat (Harry Pramudito., 2017)

F. Kualitas Batubara
Dari hasil pengamatan secara megaskopis dilapangan, batubara dengan
warna hitam mengkilat, masif, kilap sutera, belahan kubik hingga tidak beraturan,
dijumpai beberapa sisipan lempung (2cm – 3cm), tebal lapisan batubara 60cm –
80cm. Batubara diperkirakan mempunyai kualitas nilai bakar sekitar 5200kal/gram
– 6700kal/gram (Sub. Direktorat Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM,
Departemen ESDM).
Dari hasil analisa kimia batubara dan petrografi, untuk Blok I Sungai
Belitang, menunjukan nilai kalori 672 kal/gram dan nilai revlektasi vitriit 0,69%.
Sedangkan untuk daerah Blok II sungai Sai, menunjukan nilai kalori 4520-6650
kal/gram dan nilai revlektansi vitrinit 0,49 – 0,64%.

G. Kesimpulan
 Lokasi temuan batubara terdapat pada dua tempat yaitu di Sungai Belitang
dan di daerah Sungai Sai, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat.
 Secara geologi batuan di daerah penyelidikan termasuk ke dalam Formasi
Tebidah (Tot) dan Formasi Ketungau (Teke), dimana keduanya merupakan
formasi pembawa batubara.
 Dari hasil pengamatan lapangan di Sungai Belitang dan Sungai Sai hanya
ditemukan lapisan batubara dengan ketebalan antara 5 centimeter sampai
0,70 meter.
 Hasil analisa kimia batubara menunjukkan kualitas cukup baik yaitu nilai
kalorinya 6725 kal/gram contoh dari S. Belitang dan antara 4520-6650
kal/gram conto batubara dari S. Sai. Sedangkan hasil analisa petrografi
batubara untuk daerah S. Belitang komposisi maseralnya didominasi oleh
vitrinit yaitu 81% dengan komposisi maseral lainnya relatif kecil, sedangkan
nilai reflektan rata-ratanya 0,69%. Untuk S. Sai dan sekitarnya dari hasil
analisis petrografi batubara, komposisi maseral vitrinitnya berkisar antara
80-85 % dengan komposisi maseral lainnya relatif kecil, nilai reflektan rata-
ratanya 0,49-0,60 %
 Sumberdaya batubara di daerah Sungai Belitang dan daerah Sungai Sai
tidak dilakukan perhitungan, karena lapisan batubaranya relatif tipis yaitu
0,25 – 0,70 meter.
DAFTAR PUSTAKA

1. Harry Pramudito, dkk, 2017; Prospeksi Endapan Batubara Di Daerah


Senaning Dan Sekitarnya, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat,
Trisakti, Jakarta.

2. Heryanto, R. dkk 1993; Peta Geologi Lembar Sintang, Skala 1 : 250.000,


Puslitbang Geologi, Bandung.

3. Mulyana, dkk. 1999; Prospeksi Endapan Batubara Di Daerah Sungai


Belintang Dan Sungai Sai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Sub.
Direktorat Eksplorasi Batubara dan Gambut, DSM, Bandung.

4. Supriatna, S, dkk, 1993; Peta Geologi Lembar Sanggau, Skala 1 : 250.000,


Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai