Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

MATA KULIAH EKSPLORASI MINYAK DAN GAS

CEKUNGAN BARITO

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019
Cekungan Barito

Secara fisiografi, Cekungan Barito terletak bagian tenggara Kalimantan. Cekungan Barito disebelah
barat dibatasi oleh dataran sunda, sebelah timur Pegunungan Meratus, sebelah utara dibatasi oleh
Cekungan Kutai. Dari sebelah barat dekat paparan sunda terdapat Cekungan Barito dengan
kemiringan relatif datar, ke arah timur menjadi cekungan yang dalam yang dibatasi oleh sesar-sesar
naik ke arah barat dari punggungan Meratus yang merupakan bongkah naik.

Petroleum Sistem

Cekungan Barito memiliki batuan induk yang kaya dan matang, reservoir yang
baik, batuan tudung yang baik, serta memiliki banyak perangkap akibat adanya kejadian
tektonik.Pada area Tanjung raya hidrokarbon terbentuk dari source rock lower Tanjung dan lower
Warukin. Hidrokarbon terjebak pada structural trap yang mengandung lower Tanjung dan Upper
Warukin sand.

 Source rock
Tahap pertama, sedimen diendapkan di graben paleogen berupa alluvial channel dan fan
mengalami progradasi hingga ke lingkungan lacustrine. Sejumlah lapisan tipis batubara
diduga diendapkan sepanjang tepi danau. lingkungan lacustrine dalam terbentuk pada
bagian sumbu graben. lingkungan ini menghasilkan lingkungan reduksi yang baik bagi
akumulasi algae. lapisan source rock berupa lacustrine alga dapat membentuk prolific oil

 Maturasi
Dari analisi maturasi lower Tanjung source rock di ketahui Pada bagian barat laut maturasi
hidrokarbonnya immature - early mature, dan pada bagian tengahnya mature, sedangkan
dibagian tenggaranya maturasinya overmature ( bagian paling dalam basin ini).
 Reservoar
Reservoir utama berpa syinrift sand tahap 1, post rift sag fill tahap 2 dan 3. Batupasir syinrift
pada tahap 1 diendapkan dilingkungan alluvial fan dan lingkungan delta front lacustrine.
Memiliki ketebalan 30-50 meter.
Batupasir pada tahap 2 mewakili batupasir alluvial fan. Resevoar properties pada batupasir
ini lebih baik di bandingkan batupasir pada formasi lower Tanjung, batupasir ini memiliki
sorting yang bagus dan mineralogy maturity yang bagus, ketebalan 25-30 meter, dengan
nilai prioritasdan permeabilitas rata-rata yang bagus. Tidak seperti batupasir tipis dan
diskontinyu (melensa) dengan ketebalan 3-5 meter.
Tahap 3 reservoarnya terdiri dari batupasir di endapkan pada pantai barrier bar pada
lingkungan garis pantai yang terus mengalami regresi, ketebalan maksimum dari batu pasir
ini 30 meter

 Sealing Rock
Fase postrifting dari transgresi regional/subsidence setelah pengendapan dar sag-fill
sedimen menghasilkan shallow marine mudstone pada tahap 4 formasi upper Tanjung.
Batuan mudstone marine ini menyediakan sealing yang efektif bagi reservoir Lower
Tanjung. Tersusun atas 800 meter dengan dominasi neritic shale dan silty shale.

Petroleum Play

 Traping Mechanism
Hydrocarbon terbentuk, bermigrasi dari lower-middle tanjung coals, carbonaceous shales,
dan lower warukin carbonaceous shales. Kitchen utama terletak pada depocentre basin
sekarang. Sealing rocks dihasilkan dari intra-formational shales. Generation, migration, dan
pemerangkapan hydrocarbon terjadi sejak middle earl Miocene. Barito basin merupakan
contoh dari efek interaksi tektonik terhadap tempat pembentukan hydrocarbon.
Extensional tectonics pada early tertiary membentuk rifted basin, dan grabennya diisi oleh
lacustrine tanjung shales dan coals. Lingkungan lacustrine inilah yang akan membentuk
tanjung source rocks. Karena subsidence yang terus berlangsung dan rifted structure makin
turun, shale diendapkan semakin melebar, dan akan membentuk seal untuk reservoir yang
ada dibawahnya. Kondisi ini juga menyebabkan pengendapan reservoir rocks. Extensional
faults merupaka media utuk migrasinya hydrocarbon yang terbentuk dibahian terbawah
graben. Selama late miocen, basin mengalami pembalikan akibat naiknya meratus,
membentuk asymmetric basin, barito basin mengalami dipping kearah NW dan makin ke SE
semakin curam . akibatnya bagian tengah dari mengalami subsidence, sehingga tanjung
source rocks semakin terkubur , dan menghasilkan kedalaman yang cukup bagi source rock
untuk menjadi hydrocarbon. Hydrocarbon mengisi jebakan melalui patahan dan melalui
permeable sands. Pada awal Pliocene, Tanjung source rocks kehabisan liquid hydrocarbon,
sehingga membentuk gas dan bermigrasi mengisi jebakan yang telah ada. Lower Warukin
shales pada depocentre basin mencapai kedalaman dari oil window selama plio-pleistocene.
Minyak terbentuk dan bermigrasi ke structural traps dibawah warukin sand
 Migrasi Hidrokarbon
Inversi struktural yang terjadi di Awal Miosen dan sangat mempengaruh cekungan pada
akhir Miosen sampai Pliosen telah menurunkan Batuan Induk dari Formasi Tanjung bagian
bawah ke kedalaman dimana hidrokarbon dapat dihasilkan. Hidrokarbon yang bermigrasi
terperangkap pada antiklin yang terbentuk selama inveri. Inversi PlioPleistosen juga
menghasilkan jebakan baru atau merusak akumulasi hidrokarbon sebelumnya, sehingga
hidrokarbon kembali bermigrasi dan terperangkap pada stuktru inversi yang lebih baru

Reservoir formasi

Secara umum stratigrafi Cekungan Barito meliputiFormasi Tanjung, Formasi Dahor, Formasi Warukin,
dan Formasi Bera

Tektonika Cekungan Barito


Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari Lempeng mikro
Sunda. Menurut Tapponnier (1982), lempeng Asia Tenggara ditafsirkan sebagai fragmen dari
lempeng Eurasia yang menunjam ke Tenggara sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India
dengan kerak Benua Asia, yang terjadi kira-kira 40 – 50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng
Eurasia ini kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi semenanjung Malaya,
Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun batas-batas yang paling
penting disebalah Timur adalah :

1. Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timurlaut, dimulai dari Pulau Jawa dan
membentuk pegunungan Meratus sekarang.

2. Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara

3. Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal dengan jalur Lupar.

Menurut Bemmelen (1949) pulau Kalimantan dibagi menjadi beberapa Zona fisiografi, yaitu :

1. Blok Schwaner yang dianggap sebagai bagian dari dataran Sunda.

2. Blok Paternoster, meliputi pelataran Paternoster sekarang yang terletak dilepas Pantai Kalimantan
Tenggara dan sebagian di dataran Kalimantan yang dikenal sebagai sub cekungan Pasir. 8

3. Meratus Graben, terletak diantara blok Schwaner dan Paternoster, daerah ini sebagi bagian dari
cekungan Kutai.

4. Tinggian Kuching, merupakan sumber untuk pengendapan ke arah Barat laut dan Tenggara
cekungan Kalimantan selama Neogen. Cekungan-cekungan tersebut antara lain:

a. Cekungan Tarakan, yang terletak paling Utara dari Kalimantan Timur. Disebelah Utara
cekungan ini dibatasi oleh “Semporna High”.

b. Cekungan Kutai, yang terletak sebelah Selatan dari Tinggian Kuching yang merupakan
tempat penampungan pengendapan dari Tinggian Kuching selama Tersier.

Secara regional wilayah kerja PT. Pertamina Hulu Energi termasuk ke dalam Cekungan
Barito. Cekungan Barito meliputi daerah seluas 70.000 kilometer persegi di Kalimantan Tenggara.
Cekungan ini terletak diantara dua elemen yang berumur Mesozoikum (Paparan Sunda di sebelah
barat dan Pegunungan Meratus yang merupakan jalur melange tektonik di sebelah timur).

Orogenesa yang terjadi pada Pliosen-Plistosen mengakibatkan bongkah Meratus bergerak ke


arah barat. Akibat dari pergerakan ini sedimen-sedimen dalam Cekungan Barito tertekan sehingga
terbentuk struktur perlipatan. Cekungan Barito memperlihatkan bentuk cekungan asimetrik yang
disebabkan oleh adanya gerak naik dan gerak arah barat dari Pegunungan Meratus. Sedimen-
sedimen Neogen diketemukan paling tebal sepanjang bagian timur Cekungan Barito, yang kemudian
menipis ke barat.

Formasi Tanjung yang berumur Eosen menutupi batuan dasar yang relatif landai, sedimen-
sedimennya memperlihatkan ciri endapan genang laut. Formasi ini terdiri dari batuan-batuan
sedimen klastik berbutir kasar yang berselang-seling dengan serpih dan kadangkala batubara.
Pengaruh genang laut marine bertambah selama Oligosen sampai Miosen Awal yang mengakibatkan
terbentuknya endapanendapan batugamping dan napal (Formasi Berai).

Pada Miosen Tengah-Miosen Akhir terjadi susut laut yang mengendapkan Formasi Warukin.
Pada Miosen Akhir ini terjadi pengangkatan yang membentuk Tinggian Meratus, sehingga
terpisahnya cekungan Barito, Sub Cekungan Pasir dan Sub Cekungan Asam-Asam.

Umur Cekungan Barito

Cekungan Barito yang terdapat di sebelah barat pegunungan Meratus. Adapun uruturutan stratigrafi
Formasi Cekungan Barito berdasarkan waktu terbentuknya adalah : 1. Formasi Tanjung Formasi
paling tua yang ada di daerah penambangan, berumur Eosen, yang diendapkan pada lingkungan
paralis hingga neritik dengan ketebalan 900-1100 meter, terdiri dari (atas ke bawah ) batulumpur,
batulanau, batupasir, sisipan batubara yang kurang berarti dan konglomerat sebagai komponen
utama. Hubungannya tidak selaras dengan batu pra-tersier. 2. Formasi Berai Formasi ini diendapkan
pada lingkungan lagoon hingga neritik tengah dengan ketebalan 107-1300 meter. Berumur Oligosen
bawah sampai Miosen awal, hubungannya selaras dengan Formasi Tanjung yang terletak
dibawahnya. Formasi ini terdiri dari pengendapan laut dangkal di bagian bawah, batu gamping dan
napal di bagian atas. 3. Formasi Warukin Formasi ini diendapkan pada lingkungan neritik dalam
hingga deltaic dengan ketebalan 1000-2400 meter, dan merupakan formasi paling produktif,
berumur 12 Miosen Tengah sampai Plestosen Bawah. Pada formasi ini ada tiga lapisan paling
dominan, yaitu : a.. Batulempung dengan ketebalan ± 100 meter b. Batulumpur dan batu pasir
dengan ketebalan 600-900 meter, dengan bagian atas terdapat deposit batubara sepanjang 10
meter. c. Lapisan batubara dengan tebal cadangan 20-50 meter, yang pada bagian bawah lapisannya
terdiri dari pelapisan pasir dan batupasir yang tidak kompak dan lapisan bagian atasnya yang berupa
lempung dan batu lempung dengan ketebalan 150-850 meter. Formasi warukin ini hubungannya
selaras dengan formasi Berai yang ada dibawahnya. 4. Formasi Dohor Formasi ini diendapkan pada
lingkungan litoral hingga supralitoral, yang berumur miosen sampai plio-plistosen dengan ketebalan
450-840 meter. Formasi ini hubungannya tidak selaras dengan ketiga formasi di bawahnya dan tidak
selaras dengan endapan alluvial yang ada di atasnya. Formasi ini terdiri dari perselingan batuan
konglomerat dan batupasir yang tidak kompak, pada formasi ini juga ditemukan batulempung lunak,
lignit dan limonit. 5. Endapan Alluvium Merupakan kelompok batuan yang paling muda yang
tersusun oleh kerikil, pasir, lanau, lempung, dan lumpur yang tersebar di morfologi dataran dan
sepanjang aliran sungai.

Anda mungkin juga menyukai