Anda di halaman 1dari 5

sugeng.

herbudiyanto Page 1 11/4/2010

3.1.1. Geologi Regional


Secara regional, daerah wilayah kerja PHE ONWJ adalah bagian dari cekungan Jawa
Barat Utara yang relatif stabil yang merupakan bagian tepi dari kontinen Sundaland, dan
terbentuk akibat aktifitas rifting pada jaman Eosen. Cekungan Jawa Barat Utara terdiri
dari 4 depocenter yaitu sub-cekungan Arjuna Utara, Tengah, Selatan dan sub-cekungan
Jatibarang. Deposenter tersebut diisi secara dominan oleh endapan Tersier dengan
ketebalan di tempat terdalam mencapai lebih dari 5500 meter. Peta cekungan dan
tektonik diperlihatkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1.: Peta Tektonik dan Sub-Cekungan pada Cekungan Jawa Utara.

3.1.1.1. Struktur dan kerangka Tektonik


Dari segi tektonik, di wilayah ini pernah terjadi 2 aktifitas tektonik. Aktifitas tektonik
pertama terjadi pada zaman kapur akhir, terjadi tumbukan antara Lempeng Sunda dan
Lempeng Mikro Kangean dan aktifitas tektonik selanjutnya adalah tumbukan antara
Lempeng Sunda dengan Lempeng Indo Australia pada zaman tersier bawah. Kondisi
tektonik seperti ini berlangsung sampai awal zaman pliosen, dimana kemudian
deformasi bergeser ke arah selatan Pulau Jawa dan wilayah Jawa barat utara berubah
menjadi wilayah stabil secara tektonik. Struktur yang terbentuk akibat aktivitas tektonik
tersebut terdiri dari berbagai jenis tinggian yang berasosiasi dengan antiklin yang
terpatahkan dan Horst-Block, juga lipatan disisi bagian turun dari sesar besar. Struktur
sugeng.herbudiyanto Page 2 11/4/2010

struktur tersebut adalah merupakan perangkap yang efektif dalam mengakumulasi


hidrokarbon.

Kondisi tektonik seperti ini berlangsung sampai awal zaman pliosen, dimana kemudian
deformasi bergeser ke arah selatan Pulau Jawa dan wilayah laut Jawa Barat Utara
berubah menjadi wilayah stabil secara tektonik. Terbukti dengan tidak ditemuinya sesar
aktif pada Formasi Cisubuh yang diendapkan pada Zaman Pliosen sampai Pleistosen.
Ini diperkuat dengan tidak ditemuinya aktifitas tektonik yang bersumber di area laut
Jawa Barat Utara selama lebih dari 35 tahun berproduksi. Dari beberapa bukti tersebut
dapat disimpulkan bahwa wilayah sekitar laut Jawa Barat Utara saat ini adalah daerah
dengan setting tektonik yang stabil dan aman untuk kegiatan eksploitasi minyak dan
gas.

3.1.1.2. Tatanan Stratigrafi


Sedimentasi Tersier dari cekungan Jawa Barat Utara dapat dipisahkan dalam dua
kelompok utama, yaitu pengisian sediment yang berhubungan dengan rifting, pada
umumnya didominasi oleh urutan sedimen non marine atau darat, dan yang kedua
adalah pengisian pada saat penurunan cekungan (post rift, sag) yang didominasi oleh
urutan sedimentasi marine dan marginal marine.

Kolom Stratigrafi Regional West Java disajikan pada Gambar 3.2.

Secara stratirafi, endapan Tersier di cekungan Jawa Barat Utara dapat di bagi menjadi 6
formasi batuan utama, yaitu Banuwati/Jatibarang, Talang Akar, Baturaja, Main-Massive,
PreParigi-Parigi, dan Cisubuh.

Empat diantaranya sudah terbukti sebagai perangkap hidrokarbon yang cukup efektif,
yaitu formasi Talang Akar, Baturaja, Main-Massive, dan Parigi. Dari empat formasi
tersebut terdapat kurang lebih dua puluh zona reservoir penghasil hidrokarbon dengan
kedalaman berkisar antara 500 - 2.000 meter di bawah permukaan laut. Uraian di
bawah ini memberikan penjelasan mengenai kelima formasi batuan tersebut.

a. Formasi Jatibarang/Banuwati:
Merupakan batuan yang diendapkan pada Early- Rift system, berumur Eosen. Endapan
danau dan darat mendominasi urutan batuan ini dan umumnya terdiri dari klastik berupa
fanglomerate, batu pasir konglomerat, batu pasir fluvial dan serpih. Sangat sedikitnya
hidrokarbon yang terperangkap pada formasi ini membuktikan bahwa formasi ini kurang
effektif sebagai batuan reservoir.
sugeng.herbudiyanto Page 3 11/4/2010

b. Formasi Talang Akar

Formasi ini dibeberapa tempat terletak tidak selaras diatas formasi


Jatibarang/Banuwati,dan diendapkan pada saat Syn-Rift.

Gambar 3.2: Stratigrafi cekungan Jawa Barat Utara.

Formasi ini terbagi menjadi dua anggota. Talang Akar bagian bawah berumur Oligosen
awal dan di dominasi oleh endapan endapan danau berupa batupasir dengan
perselingan batulempung. Batu Pasir pada anggota Talang Akar bawah sangat jarang
ditemui sebagai batuan reservoir.

Anggota Talang Akar berikutnya adalah Talang Akar Atas yang berumur Oligosen awal
bagian tengah hingga Miosen awal. Talang Akar bagian atas ini dapat dibagi dua sub-
member yaitu Talang Akar Deltaic dan Talang Akar Marine.
sugeng.herbudiyanto Page 4 11/4/2010

Talang Akar deltaic diendapkan dalam lingkungan delta. Bagian ini di dominasi oleh
endapan batupasir, batuan serpih, juga batu bara. Batupasir dari formasi ini secara
ekonomi penting karena ditemukan sebagai reservoir minyak yang utama dibeberapa
lapangan. Dibagian dalam pada sub-cekungan, batuan serpih berkarbon merupakan
batuan induk dimana hidrokarbon terbentuk.

Talang Akar Marine didominasi oleh marine-shale yang disisipi oleh lapisan tipis
batugamping.

c. Formasi Baturaja

Formasi Baturaja diendapkan pada saat Post-Rift dan secara keseluruhan


mencerminkan dimulainya sistem transgresive yang berhubungan dengan naiknya muka
laut pada jaman Miosen awal.

Formasi ini sebagian besar terdiri dari batugamping dengan sedikit perselingan
batulempung. Formasi ini berumur Miosen awal, dan diendapkan pada lingkungan laut
dangkal. Dibeberapa tempat yang merupakan paleo-high, formasi ini ditemukan
sebagai batu gamping terumbu dan dibeberapa lapangan dapat menjadi reservoir
minyak yang cukup berarti.

Formasi Talang Akar dan Baturaja dapat di sebandingkan dengan Formasi Cibulakan
bawah yang berada di bagian selatan Pulau Jawa.

d. Formasi Main-Massive

Formasi Main-Massive secara selaras terletak di atas formasi Baturaja, merupakan


pengisian pada saat penurunan cekungan (Sag basin fills) dan diendapkan dalam
lingkungan laut dangkal pada zaman Miosen tengah.

Formasi ini didominasi oleh batupasir yang mengandung glaukonit dengan perselingan
batu lempung dan sedikit batugamping tipis. Batupasir dalam formasi Main-Massive
mempunyai pelamparan yang sangat luas dan merupakan reservoir minyak yang sangat
penting karena lapangan minyak yang utama di wilayah kerja PHE ONWJ berproduksi
dari formasi ini.

Formasi Main-Massive dapat di sebandingkan dengan Formasi Cibulakan atas yang


terdapat di bagian lain Pulau Jawa.
sugeng.herbudiyanto Page 5 11/4/2010

e. Formasi Pre Parigi - Parigi

Formasi ini masih merupakan kontinuitas pengisian endapan pada saat penurunan
cekungan (Sag basin fills) pada jaman Miosen akhir dan merupakan endapan
batugamping dilingkungan laut dangkal.

Batugamping formasi ini mempunyai pelamparan yang luas dan dibeberapa tempat
yang merupakan basement high, formasi ini dapat membentuk batugamping terumbu
yang tumbuh dan berelongasi Baratlaut – Tenggara, terdiri dari batuan packstone,
wackestone, and grainstone yang berselingan dengan batulempung.

Batugamping Pre Parigi dan Parigi merupakan reservoir gas yang utama dan pada
lapangan di wilayah kerja PHE ONWJ, gas telah diproduksikan dari formasi ini.

f. Formasi Cisubuh

Formasi ini diendapkan pada saat akhir penurunan cekungan (Late Sag Basin fills) yang
terjadi pada jaman Pliosen hingga Pleitosen, merupakan urutan terakhir dalam stratigrafi
cekungan Jawa Barat Utara dan juga merupakan ciri dari berakhirnya aktivitas tektonik
pada cekungan ini.

Formasi Cisubuh dibentuk dan dicirikan oleh batulempung abu abu yang diendapkan
dalam lingkungan laut dangkal sampai laguna. Pada formasi ini kadang kadang ditemui
sisipan batupasir tipis. Meskipun jarang ditemui, sisipan batupasir tersebut dapat berisi
gas dangkal yang dapat dikenali keberadaannya dari seismik survey, untuk kemudian
dipetakan, sehingga dapat dihindari pada saat pengeboran sumur.

Anda mungkin juga menyukai