Anda di halaman 1dari 5

A.

Cekungan Sumatera Selatan ( Indonesia Barat )


Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan busur belakang berumur Tersier
yang terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari
lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini pada sebelah
barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh Paparan
Sunda (Sunda Shield), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh dan ke arah
tenggara dibatasi oleh Tinggian Lampung (Pulunggono ,1992)
Menurut Ginger dan Fielding (2005), Stratigrafi regional di Cekungan Sumatera
Selatan tersusun atas Batuan Dasar, Formasi Lahat dan Lemat, Formasi Talang Akar,
Formasi Baturaja, dan Formasi Gumai yang terbentuk selama fasi transgresi, serta Formasi
Air Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai.

Kolom stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan (Ginger dan Fielding , 2005 )


Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan

a. Batuan Dasar ( Basement )


Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock) dari Cekungan Sumatra
Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum, batuan metamorf Paleozoikum,
Mesozoikum, dan batuan karbonat yang termetamorfosa.
Batuan metamorf Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan sedimen mengalami
perlipatan dan pensesaran akibat intrusi batuan beku selama episode orogenesa
Mesozoikum Tengah (Mid-Mesozoikum).

b. Formasi Lahat
Formasi Lahat merupakan suatu rangkaian breksi vulkanik tebal, tuf, serpih
tufaan, endapan lahar, dan aliran lava, serta dicirikan dengan kehadiran sisipan
lapisan batupasir kuarsa. Formasi Lahat diendapan pada lingkungan darat, serta
berumur Eosen– Oligosen Awal.

c. Formasi Talang Akar


Formasi Talang Akar yang terendapkan tidak selaras diatas Formasi Lahat.
Setelah masa hiatus umur Oligosen Tengah, kemudian diendapkan sedimen pada
topografi yang rendah pada Oligosen Akhir.
Batuan sedimen pada Formasi Talang Akar terbentuk bersamaan dengan fase
regresi. Selama fase thermal sag pada akhir syn-rift hingga awal post-rift dari evolusi
tektonik Cekungan Sumatera Selatan, terjadi pengendapan fluvial hingga delta di
cekungan tersebut.
Formasi Talang Akar terdiri dari batupasir yang berasal dari delta plain, serpih,
lanau, batupasir kuarsa, dengan sisipan batulempung karbonat, batubara dan di
beberapa tempat konglomerat.
d. Formasi Batu Raja
Formasi Batu Raja diendapkan secara selaras diatas Formasi Talang Akar pada Miosen
awal. Peristiwa transgresi berlangsung hingga awal Miosen dengan pengendapan shale
laut dalam yang mengisi area graben dan kondisi laut dangkal sepanjang tepian tinggian
yang banyak dijumpai pada bagian timur cekungan.
Pada daerah tinggian karbonat berkembang baik, sehingga dapat terbentuk
batugamping terumbu dan batugamping paparan, sedangkan di bagian dalam cekungan
satuan ini berkembang sebagai fasies karbonat berupa mudstone atau wackestone.
e. Formasi Gumai
Puncak transgresi pada Cekungan Sumatera Selatan dicapai pada waktu
pengendapan Formasi Gumai. Formasi ini diendapkan selaras diatas Formasi
Baturaja dan anggota Transisi Talang Akar. Formasi ini tersusun atas sedimen
klastika halus berupa serpih, napal, batulempung gampingan, batulanau dengan
foraminifera plankton yang melimpah. Formasi ini memiliki umur Miosen Tengah.
f. Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi Gumai, dan
merupakan awal fase regresi. Formasi ini teredapkan pada Miosen Tengah hingga
Miosen Akhir dengan lingkungan laut dangkal. Hal ini dipengaruhi suplai sedimen
yang terus mengisi cekungan. Formasi ini didominasi oleh shale sisipan batulanau,
batupasir dan batugamping.

g. Formasi Muara Enim


Formasi ini berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal. Secara umum ditandai dengan
berkembangnya batubara. Formasi ini tersusun oleh perselingan batulempung,
batulanau, batupasir tufan dan lapisan batubara. Formasi ini menunjukkan sekuen
pengendapan pengkasaran ke atas dengan lingkungan pengendapan laut dangkal hingga
darat.
h. Formasi Kasai
Formasi Kasai atau Palembang Atas diendapkan selaras di atas Formasi Muara
Enim pada Miosen Akhir – Pliosen tersusun oleh perselingan konglomerat, batupasir
tufaan, tufa dan batulempung tufaan. Aktivitas vulkanik yang semakin meningkat pada
Pliosen Akhir mengakibatkan komponen volkaniklastik sangat dominan

II. TEKTONIK CEKUNGAN SUMATERA SELATAN


a. Syn-Rift Megasequence ( c.40 – c.29 Ma)
Subduksi sangat intensif terjadi di sepanjang West Sumatran Trench, kerak benua pada
area Sumatera Selatan mengalami fase ekstensi sejak Eosen hingga Oligosen Awal.
Fase ekstensi ini menyebabkan terbentuknya half-graben yang memiliki geometri dan
orientasi sesuai dengan heterogenitas dari basementnya. Pada awalnya, fase ekstensi ini
memiliki pola yang berarah timur – barat sehingga menghasilkan horst dan
graben yang memiliki orientasi utara – selatan. Menurut Hall (1995) dalam Ginger dan
Fielding (2005), Sumatera Selatan mengalami rotasi sebesar 15° searah jarum jam sejak
Miosen sehingga kondisi horst dan graben saat ini memiliki orientasi north-norteast
dan south-southwest.
b. Post Rift ( c.29 – c.5 Ma )
Fase rifting berakhir sekitar 29 juta tahun yang lalu, namun kerak benua yang tipis
dibawah Cekungan Sumatera Selatan terus mengalami subsidence akibat lithospheric
thermal equilibrium (keseimbangan panas litosfer). Tingginya laju subsidence dan
tingginya kenaikan muka air laut relatif menyebabkan adanya proses transgresi yang
cukup lama pada cekungan hingga mencapai maksimum pada 16 juta tahun yang lalu.
Penurunan laju subsidence dan atau peningkatan suplai sedimen ke dalam cekungan
sejak 16 hingga 5 juta tahun yang lalu menyebabkan adanya proses regresi. Tidak ada
bukti adanya aktivitas tektonik secara lokal yang cukup signifikan selama proses regresi
(Ginger dan Fielding, 2005).
c. Syn – Orogenic/Inversion (c.5 Ma – now)
Pegunungan Barisan terbentuk oleh peristiwa orogenic yang terjadi di sepanjang
Sumatera sejak 5 juta tahun yang lalu hingga sekarang. Menurut Chalik et al., (2004)
dalam Ginger dan Fielding (2005), terdapat pula peristiwa lokal berupa uplift sekitar
10 juta tahun yang lalu. Pada fase ini terbentuk elongate transpressional folds, dan
subsidence pada cekungan terus berlangsung seiring dengan penambahan suplai
sedimen oleh proses erosi dari Pegunungan Barisan di bagian selatan dan barat.
PENYEBAB PERBEDAAN STRATIGRAFI DAN TEKTONIK CEKUNGAN INDONESIA
BAGIAN BARAT DENGAN CEKUNGAN INDONESIA BAGIAN TIMUR
1. Jenis Kerak
Indonesia Barat tersusun oleh asembling berbagai kerak benua, sedangkan Indonesia
Timur terdiri dari laut dalam yang terpisah-pisah oleh kepulauan

2. Umur Batuan
Indonesia Barat umumnya tertutup oleh sedimen berumur Kenozoikum yang tebal.
Sedangkan Indonesia Timur tersusun oleh batuan sedimen berumur Mesozoikum
yang tipis

3. Tektonik Lempeng
Perbedaan stratigrafi cekungan Indonesia bagian barat dengan cekungan Indonesia
bagian timur secara umum dipengaruhi oleh aktivitas tektonik yang terjadi. Pada
Cekungan Sumatera Selatan yang mewakili cekungan Indonesia bagian barat, aktivitas
tektonik yang dominan terjadi ialah adanyanya proses pemekaran (rifting) membentuk
cekungan berupa half graben sehingga terjadi pengendapan material hasil erosi daerah
sekitar half graben. Aktivitas tektonik ini dimulai dari synrift pada Eosen Tengah yang
dilanjutkan dengan cekungan mengalami postrift pada Oligosen Akhir. Lalu pada
Oligosen akhir, terjadi subduksi di bagian barat Sumatera, yang menyebabkan kompresi
dan pengangkatan (uplifting) Bukit Barisan sejak Miosen, dan intensif pada Pliosene.
Sedangkan pada Cekungan ....
DAFTAR PUSTAKA

Ginger, D.; K. Fielding. 2005. The Petroleum System and Future Potential of South Sumatra
Basin. IPA, 2005 – 30th Annual Convention Proceedings. Jakarta: Indonesia Petroleum
Association.

Pulunggono, A., Haryo, A., and Kosuma, C.G., 1992, Pre-Tertiary and Tertiary fault systems
as a framework of the South Sumatra Basin : a study of SAR-maps, Jakarta: Proceedings
Indonesian Petroleum Association 21st Annual Convention.

Anda mungkin juga menyukai