Anda di halaman 1dari 19

Pemetaan Geologi Struktur

Pendahuluan Pemetaan Geologi Struktur


     Pemetaan geologi struktur bertujuan untuk mendapatkan gambaran
struktur/tektonik di suatu daerah/wilayah, sehingga penyebaran, jenis serta
genetik pembentukannya dapat diketahui.
     Dalam pemetaan geologi struktur, kegiatan yang perlu dilakukan adalah
mengamati, mengukur dan menganalisis gejala-gejala struktur yang tersingkap di
lapangan. 
     Gejala struktur di lapangan dapat berupa struktur bidang maupun garis
(bidang sesar, bidang kekar, gores-garis, bidang lapisan, gores-garis, cleavage,
dsb) dan dapat pula merupakan jejak-jejak struktural lainnya (breksi sesar,
milonit dsb). Disamping adanya bentuk geometri, juga dikenal adanya bentuk
morfologis topografi misalnya kelurusan topografi, kelurusan dan kelokan sungai,
bergesernya punggungan bukit dsb.
     Pengetahuan geologi struktur wajib dipahami oleh seseorang yang akan
melakukan pemetaan geologi, terlebih lagi bagi yang khusus meneliti tektonik
suatu daerah. Kualitas hasil penelitian geologi struktur salah satunya tergantung
pada tingkat kemampuan seseorang dalam menguasai ilmu geologi struktur.
     Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal dari kegiatan pemetaan
struktur ini, dilakukan beberapa tahapan, yaitu :
a. Pendahuluan :
- Studi Pustaka
- Interpretasi foto udara, citra landsat (citra indraja) dan topografi.

b. Penelitian Lapangan 
- Pengamatan, pengukuran, pencatatan data, pembuatan sketsa, analisis
sementara dan plotting data struktur ke dalam peta dasar.

c. Penelitian Laboratorium/studio
- Pengolahan data 
- Pembuatan penampang struktur dan peta struktur

d. Analisis data secara menyeluruh


- Melakukan analisis tektonik daerah penelitian yang bersesuaian dengan
konsep/teori struktur geologi dan membandingkannya dengan tektonik regional
yang berkaitan dengan daerah penelitian.

e. Laporan hasil penelitian


- Seluruh hasil analisis tersebut dituangkan ke dalam buku laporan yang
didalamnya disertai peta struktur beserta penampang strukturnya.

     Langkah Penelitian Struktur Geologi


     Dalam penelitian Struktur Geologi, terdapat langkah - langkah yang harus di
lalui:
     A. Studi Pustaka
     Pada tahapan ini dipelajari teori/konsep yang berkaitan dengan struktur
geologi, mencakup geometri dan proses pembentukannya (dinamika dan
kinematika). Selanjutnya perlu dipelajari pula kondisi geologi daerah yang akan
diteliti beserta geologi regionalnya. Hal ini perlu dilakukan sebagai bahan
informasi yang nantinya diperlukan dalam analisis selanjutnya.
     Tahapan ini memegang peranan penting, tanpa mengerti dan mengetahui
struktur - struktur geologi, akan sangat sulit untuk melanjutkan ke tahapan
selanjutnya

     B. Interpretasi Foto Udara, Citra ladsat, dan Topografi


     Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum pola
struktur yang berkembang di daerah penelitian berdasarkan analisis
morfologinya. 
     Ada beberapa cara untuk mendapatkan gambaran struktur suatu daerah,
yaitu dengan mengamati adanya liniament yang mungin disebabkan oleh proses
pensesaran. Cara ini dilakukan melalui penafsiran peta topografi, foto udara dan
citra indraja. Penjelasan rinci dari point ini adalah sebagai berikut :
     a. Interpretasi struktur melalui topografi
• Menafsirkan jalur struktur berdasarkan ada/tidaknya lineament (dapat berupa
garis lurus atau lengkung) dan menggambarkannya secara tegas atau terputus-
putus. Pola lineament tersebut selanjutnya ditampilkan dalam bentuk diagram
roset dan yang terpenting dibuat peta linieamentnya.
• Mengamati kerapatan kontur. Apabila dijumpai adanya perbedaan kerapatan
kontur yang mencolok maka dapat ditafsirkan pada batas-batas perbedaannya
merupakan akibat pensesaran dan umumnya fenomena ini diakibatkan oleh
sesar normal. Perlu pula diperhatikan fenomena tersebut dapat saja terjadi akibat
perubahan sifat fisik batuan.
• Mengamati bentuk morfologi, misalnya : 
- Apabila bentuk punggungan bukit memanjang barat-timur, dan apabila daerah
tersebut disusun oleh batuan sedimen klastika (dari literatur), maka dapat
ditafsirkan bahwa jurus perlapisan batuannya adalah barat-timur sesuai dengan
arah punggungannya..
- Apabila ada suatu bentuk morfologi perbukitan dimana pada salah satu lereng
bukitnya landai (kerapatan kontur jarang) dan dibagian sisi lereng lainnya terjal,
maka ditafsirkan kemiringan (arah “dip”) lapisan tersebut ke arah bermorfologi
lereng yang landai, morfologi yang demikian dikenal sebagai Hog back.
- Apabila ada suatu punggungan perbukitan dengan arah dan jalur yang sama,
namun pada bagian tertentu terpisahkan oleh suatu lembah (biasanya juga
berkembang aliran sungai) atau posisi jalur punggungannya nampak bergeser,
maka dapat ditafsirkan di daerah tersebut telah mengalami pensesaran dan
fenomena tersebut umumnya terjadi akibat sesar mendatar, sesar normal atau
kombinasi keduannya.
- Apabila suatu daerah bermorfologi perbukitan, dimana punggungan bukitnya
saling sejajar dan dipisahkan oleh lembah sungai, maka kemungkinan daerah
tersebut merupakan perbukitan struktural lipatan-anjakan. 
- Apabila suatu daerah bermorfologi pedataran, maka batuan penyusunnya dapat
berupa aluvium atau sedimen lainnya yang mempunyai kemiringan bidang
lapisan relatif horizontal. Kondisi ini umumnya menunjukan bahwa umur batuan
masih muda dan relatif belum mengalami derformasi akibat tektonik (lipatan dan
sesar belum berkembang). 
• Mengamati pola pengaliran sungainya. Dengan cara ini dapat membantu dalam
menafsirkan batuan penyusun serta struktur geologinya, misalnya :
- Pola pengaliran trelis dan paralel, mencerminkan bahwa batuan di daerah
tersebut sudah mengalami pelipatan.
- Pola pengaliran sejajar ditafsirkan bahwa daerah tersebut telah mengalami
proses pensesaran.
- Pola pengaliran rektangular mencerminkan bahwa daerah tersebut banyak
berkembang kekar.
- Pola pengaliran dendritik mencerminkan batuan penyusun yang relatif seragam.
Dsb.
     b. Interpretasi struktur melalui foto udara dan citra landsat. 
      Pada dasarnya interpretasi struktur dengan cara ini, tidak berbeda dengan
cara di atas. Perbedaanya terletak pada kualitas dan kejelasan bentuk
permukaan morfologinya. Misalnya lineament yang tidak nampak peta topografi
mungkin akan nampak jelas terlihat pada foto udara atau landsat.
     C. Penelitian Lapangan
     Pemetaan struktur tidak lain adalah melakukan kegiatan lapangan untuk
mendapatkan data-data struktur yang selanjutnya direkam ke dalam peta dasar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan/dikerjakan dalam pemetaan struktur,
adalah :

a. Penelitian lapangan diprioritaskan pada daerah yang diduga dilalui oleh zona
sesar berdasarkan hasil interpretasi foto udara, citra landsat dan topgrafi. Hal ini
perlu dilakukan dengan maksud agar penelitian lapangan berlangsung relatif
cepat, sistematis dan mengenai sasaran.

b. Mengamati, mengukur, mencatat, membuat sketsa singkapan, ploting data


dan menganalisis (analisis sementara) seluruh unsur-unsur struktur yang
nampak pada singkapan tersebut. Beberapa penjelasan point b ini adalah
sebagai berikut :

- Mengamati, dalam tahapan ini objek singkapan yang diamati dapat berupa
bentuk/geometri suatu struktur geologi baik yang utuh maupun tersingkap
sebagian. Ada dua tahapan dalam mengamati suatu singkapan, yaitu dari
pengamatan dari jarak jauh dan pengamatan dari jarak dekat. Prosedur
pengamatan singkapan yang baik diawali dengan memperhatikan singkapan dari
jarak jauh sehingga seluruh singkapan dapat teramati dengan pandangan luas,
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran struktur secara lebih utuh dan
yang terpenting adalah untuk menentukan pada singkapan bagian mana yang
perlu mendapatkan perlakuan khusus. Langkah pengamatan yang kedua adalah
mengamati singkapan dari jarak dekat. Pengamatan singkapan dari jarak dekat
ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran struktur yang lebih detail.
Pengamatan struktur tidak hanya ditujukan pada bentuk geometrinya, namun
perlu pula diamati jejak-jejak yang diakibatkan oleh aktifitas pensesaran,
misalnya milonit, breksi sesar, lipatan seret dsb. Beberapa contoh kasus ini,
misalnya :

a). Pengamatan jarak jauh : Tersingkap suatu bentuk lapisan batuan yang terlipat
utuh . Dalam hal ini yang perlu diamati adalah bagaimana bentuk lipatannya,
apakah antiklin atau sinklin, simetri atau tidak, bagaimana ukuran lipatannya
besar atau kecil, bagaimana batas akhir dari struktur lipatan yang tersingkap
tersebut berakhir oleh batas sesar ataukah hilang karena ditutupi oleh batuan
penutup/vegetasi atau menerus ke bawah permukaan. Lebih jauh lagi apakah
lipatan tersebut disertai dengan gejala pensesaran atau tidak, selanjutnya perlu
pula diamati sifat fisik batuan penyusunnya, apakah bersifat ductile (lentur), brittle
(keras) atau kombinasi antara keduanya. 

     Pengamatan jarak dekat : Apabila batas singkapan tersebut dikontrol oleh
sesar, maka perlu diperhatikan apakah ada jejak-jejak pensesaran, jika ada
bagaimana sifat pergeserannya, apabila dijumpai breksi sesar bagaimana arah
liniasinya, dsb.

b). Dijumpai suatu singkapan batuan di tebing sungai dengan bentuk geometri
strukturnya tidak utuh. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
gambaran umum posisi dan kedudukan lapisan batuannya, apakah kemiringan
lapisannya landai atau relatif horizontal, sedang atau besar. Faktor ini dapat
menunjukan tingkat deformasi dan selanjutnya dapat memperkirakan apakah
sipemeta berada pada zona sesar atau tidak.

- Mengukur, artinya kita mengukur seluruh unsur-unsur struktur yang tersingkap


di lapangan. Misalnya mengukur jurus dan kemiringan bidang lapisan, bidang
kekar, bidang sesar; Mengukur besarnya sudut pitch, plunge, bearing dsb. Untuk
kepentingan analisis sistem tegasan, data yang diperlukan adalah data bidang
lapisan, kekar dan sesar. Data bidang lapisan dan kekar berupa jurus dan
kemiringan (dalam hal ini untuk data kekar, harus diketahui jenisnya : tension
joint atau shear joint), sedangkan data cermin sesar yang diperlukan adalah jurus
dan kemirinan bidang sesar, pitch, arah pitch, plunge dan sifat pergeserannya.
Perlu pula diberi penjelasan apakah cermin sesar tersebut merupakan sesar
minor atau atau sesar major.

- Sketsa/foto, untuk memudahkan dalam analisis perlu kiranya kita membuat


sketsa singkapan dan beberapa penampang. Kelebihan dari membuat sketsa ini
adalah dapat menggambarkan sesuatu yang sifatnya detail dan secara langsung
memberikan keterangan gambarnya. Foto diperlukan sebagai bahan analisis
(sama dengan sketsa) dan untuk dokumentasi dalam pembuatan laporan.

- Analisis sementara, Setelah dilakukan observasi singkapan dan membuat


sketsa singkapan, selanjutnya dilakukan analisis sementara khusus di lokasi
tersebut. Analisis ini perlu dilakukan untuk memecahkan permasalahan dan
menyimpulkan pembentukannya, sehingga memudahkan dalam analisis
selanjutnya. 

- Plotting Data, Posisi singkapan selanjutnya diplot ke dalam peta dasar, dengan
memberikan nomor lokasi dan apabila perlu diberikan simbol struktur yang
diamati. Memplot data struktur ke dalam peta harus tepat pada posisi
sebenarnya, karena data dasar ini akan digunakan dalam tahap penafsiran dan
analisis selanjutnya.

     D. Gejala Umum Setelah Proses Pensesaran


  
     Ada beberapa gejala struktur yang dapat diamati baik melalui penafsiran foto
udara, citra indraja dan foto udara (sudah dibahas di atas), maupun melihat
langsung gejala pensesaran di lapangan baik berupa bentuk morfologi maupun
jejak-jejak pensesaran. Beberapa gejala umum yang dapat digunakan dalam
menafsirkan adanya gejala pensesaran, adalah :

1. Adanya gawir sesar, dapat diketahui dari analisis morfologi baik melalui peta
topografi, foto udara atau citra landsat serta pengamatan langsung di lapangan.
Contoh kasus yang terakhir adalah Sesar Lembang, yang dicirikan dengan
adanya tebing bukit yang memanjang relatif barat-timur (gawir sesar) dilihat dari
Lembang ke arah selatan. Gawir sesar umumnya terbentuk akibat sesar normal.

2. Adanya jejak-jejak pensesaran berupa breksi sesar dan milonit. Jalur sesar
dapat diketahui dengan menarik jalur kelurusan yang melalui beberapa gejala
tersebut. 

3. Adanya kemiringan bidang lapisan yang cukup besar (>70), mencirikan bahwa
di daerah tersebut telah mengalami deformasi yang kuat. Apabila sifat batuannya
“Brittle”, maka kemungkinan besar batuannya telah terpatahkan. Dalam hal ini
perlu dicari bukti lainnya misal ada/tidaknya sesar minor atau inidikasi lainnya
yang menunjang (drag fault, dsb).

4. Adanya cermin sesar merupakan indikasi yang paling penting, karena secara
langsung menunjukan adanya proses pensesaran. Namun dalam hal ini harus
hati-hati dalam menentukan jenis serta jalur sesarnya

5. Adanya struktur kekar baik yang sifatnya kekar gerus (shear joint) atau tarikan
(tension joint). Dalam hal ini perlu dikompilasi dengan data struktur lainnya

6. Adanya drag fault dan drag fold merupakan salah satu indikasi adanya proses
pensesaran.

7. Adanya pembentukan sesar, selain gejala pensesarannya dapat diamati


langsung di lapangan, juga dapat diketahui dari posisi stratigrafi. Dalam hal ini
perlu dibuat penampang geologi.

8. Adanya perbedaan pola lipatan yang mencolok satu dengan lainnya.

9. Adanya pergeseran batas satuan dan atau pergeseran sumbu lipatan.

10. Dijumpai adanya deretan mata air panas 


11.Adanya pembelokan sungai yang tiba-tiba (harus hati-hati karena pembelokan
sungai ini dapat terjadi karena adanya perubahan sifat fisik batuan).

      E. Pengolahan Data

     Data yang didapatkan dari hasil penelitian lapangan, selanjutnya diolah baik
secara manual maupun secara komputasi. Pengolahan data berasal dari hasil
pengamatan dan pengukuran bidang lapisan batuan, bidang sesar, liniasi dsb.
Penjelasan rinci dari point E ini adalah sebagai berikut :

1. Pengolahan Data Jurus dan Kemiringan Lapisan Batuan

a). Metoda Pola Jurus Perlapisan Batuan


Data jurus dan kemiringan lapisan batuan, ditampilkan dalam bentuk simbol pada
peta topografi. Selanjutnya berdasarkan jurus perlapisan, ditarik garis
kelurusannya (setelah dilakukan koreksi topografi). Dengan cara ini akan
diketahui beberapa hal, yaitu :

- Bagaimana pola lapisan batuannya (pola lipatan), apakah ada perbedaan


antara 1 (satu) pola lipatan dengan pola lipatan lainnya.

- Ada/tidaknya sumbu lipatan, jika ada apakah lipatan tersebut antiklin atau
sinklin (tandai dengan simbol sumbu lipatan), bagaimana penyebaran dan arah
sumbu lipatannya, apakah lipatannya normal atau rebah (sudah ada
pembalikan).

- Jika dikompilasikan dengan data jenis batuan (dominansi batuan) dan umur
batuannya, akan diketahui penyebaran satuan batuannya.

b). Metoda Diagram Kontur

     Data jurus dan kemiringan lapisan batuan ditampilkan dalam bentuk diagram
kontur.
- Diagram kontur, yaitu pengolahan data jurus dan kemiringan lapisan batuan
dengan memproyeksikan data tersebut secara stereografi. Proyeksi ini
digunakan untuk memecahkan masalah hubungan sudut baik garis dan bidang di
dalam ruang. Dengan cara ini selanjutnya akan diketahui gambaran dari suatu
geometri lipatan dan selanjutnya digunakan untuk mengetahui jenis lipatannya
(klasifikasi lipatan). Pengolahan data dilakukan secara komputasi dengan
mempergunakan program “dip”.

2. Data Kekar
- Data kekar digunakan untuk mengetahui sistem tegasan yang mempengaruhi
pembentukannya. Caranya dengan mengolah data kekar (jurus dan kemiringan)
ke dalam bentuk diagram roset dan kontur. Kepentingan pengolahan data
dengan tampilan Diagram Roset adalah untuk mendapatkan arah dominan
bidang kekarnya. Hasil pengolahan data ini ditampilkan dalam bentuk diagram
kipas. Pengolahan data dilakukan secara komputasi dengan mempergunakan
program “Dip”. 

     Diagram kontur dimaksudkan untuk mengetahui posisi maksima dari seluruh
data kekar yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui posisi tegasan utama
(1), tegasan menengah (2) dan tegasan minimum (3). Dengan diketahuinya
kedudukan masing-masing sistem tegasan tersebut akhirnya dapat menunjukan
sifat tegasan pembentuk sesarnya. Harus diperhatikan bahwa pengukuran data
kekar ini dilakukan pada daerah-daerah yang berada di dalam zona pensesaran.

3. Data Cermin Sesar (slicken side)

     Data cermin sesar diperlukan untuk mengetahui sistem tegasan pembentuk
sesar. Pengolahan data ini ditampilkan dalam bentuk diagram roset dan
stereogram sistem tegasan. Diagram roset diperlukan untuk mengetahui arah
dominan cermin sesarnya, sedangkan stereogram untuk mengetahui sistem
tegasannya. Sistem tegasan pembentuk sesar diketahui dari gambaran
stereogram, yang didalamnya menggambarkan posisi tegasan utama (1),
tegasan menengah (2) dan tegasan minimum (3); arah tegasan, sifat tegasan
dan gambaran streogram masing-masing cermin sesarnya. Pengolahan data
dilakukan secara komputasi dengan mempergunakan program dip dan stress.

     F. Analisis Data

     Analisis data dilakukan untuk memecahkan persoalan geologi, khususnya


mengenai jenis struktur geologi (Geometri) serta tektonik yang melatarbelakangi
pembentukannya (Kinematika dan dinamika). Sasaran penelitian ini pada
akhirnya dapat menjelaskan kondisi struktur geologi baik lipatan dan sesar, yang
didalamnya mencakup penjelasan mengenai : jenis, bentuk, pola dan genetik
pembentukan struktur geologinya. 

     Analisis struktur geologi dilakukan setelah peta dan penampang struktur
selesai dikerjakan. Dalam tahap analisis ini perlu diperhatikan pula aspek
sedimentologi, stratigrafi, paleontologi, umur batuan dan morfologinya.

     Kualitas analisis data tergantung pada beberapa faktor, antara lain keakuratan
dalam mengukur unsur-unsur struktur geologi, ketepatan dalam memploting data
geologi ke dalam peta topografi, tingkat pemahaman mengenai
konsep/teori/model pembentukan struktur geologi, pengetahuan geologi lainnya
(stratigrafi, sedimentologi, petrografi dsb) serta pengetahuan mengenai kondisi
geologi yang akan diteliti baik secara lokal maupun regional.

     G. Pembuatan Laporan

     Hasil analisis geologi daerah penelitian selanjutnya ditampilkan dalam bentuk
buku laporan yang di dalamnya dilengkapi dengan peta struktur, penampang
struktur, sketsa singkapan, gambar model genetik pembentukan struktur,
lampiran hasil pengukuran data dsb.

     Hingga saat ini kriteria batasan pembuatan laporan sub-bab struktur geologi di
dalam pemetaan pendahuluan, pemetaan lanjut dan skripsi, masih belum jelas.
Contoh kasus ini, terutama sering dijumpai di dalam laporan pemetaan geologi
pendahuluan dan geologi lanjut, dimana pembahasan sub bab geologi struktur
tidak ada bedanya. 

     Sebenarnya pemetaan geologi pendahuluan dimaksudkan untuk melatih


mahasiswa dalam melakukan pemetaan geologi, yang nantinya sebagai bekal
dalam melakukan pemetaan geologi lanjut. Oleh karenanya sistimatika
pembahasan di dalam laporan pemetaan geologi pendahuluan dan pemetaan
geologi lanjut relatif tidak berbeda, yang membedakan diantara keduanya adalah
dalam hal ketajaman analisisnya. Hal ini sangat relevan mengingat dalam
pemetaan geologi lanjut, setiap mahasiswa sudah mendapatkan mata kuliah
lanjut (mata kuliah wajib), seperti petrografi, geodinamik dan struktur Indonesia.

G.1. Pembahasan Sub Bab Geologi Struktur Dalam Pemetaan Pendahuluan


     Materi yang diberikan dalam perkuliahan/praktikum geologi struktur yang
menunjang untuk kegiatan pemetaan geologi , antara lain :

A. Teori :

1. Struktur lipatan, yang didalamnya membahas mengenai geometri lipatan


(Hinge line, hinge point, axial plane, inflextion point, limb, trough, crest dsb),
klasifikasi lipatan (Rickard, hobs, timothy), dan genetik pembentukannya yang
dibahas secara umum.
2. Struktur Sesar, yang didalamnya membahas mengenai geometri sesar, sistem
tegasan, klasifikasi sesar, gejala sesar di lapangan.
3. Struktur Kekar, yang didalamnya membahas mengenai geometri, klasifikasi
kekar dan genetik pembentukannya yang dibahas secara umum.

B. Praktikum

1. Latihan mengeplot dan menggambarkan unsur-unsur struktur secara manual


dan komputasi dengan mempergunakan program Stereograph.
2. Pembuatan penampang struktur dengan menggunakan metoda Bush dan Kink
3. Menghitung ketebalan lapisan
4. Membuat batas satuan/formasi pada peta geologi dengan menggunakan
Hukum “V”.
5. Membuat diagram roset secara manual dan komputasi dengan
mempergunakan program Dip.
6. Proyeksi bidang/garis ke dalam stereografi berupa diagram titik, kontur dan
busur (Wulf net, Smid net, diagram polar dsb) secara manual dan komputasi
dengan mempergunakam program Dip
7. Menentukan sistem tegasan secara manual dan komputasi dengan
mempergunakan program Stress.
8. Menganalisi kelurusan topografi berdasarkan penafsiran citra landsat, foto
udara dan peta topografi. Dengan cara ini mahasiswa dapat mengetahui
gambaran struktur geologi secara umum.
9. Latihan membuat peta pola jurus

     Dengan materi perkuliahan tersebut di atas, maka pembahasan mengenai


sub bab geologi struktur di dalam laporan pemetaan geologi pendahuluan adalah
:

1. Membahas hasil penafsiran citra landsat, foto udara atau peta topografi
daerah penelitian. Di dalamnya mencakup bahasan mengenai arah umum jalur
sesar, intensitas sesar dsb. (Hasil penafsiran struktur tersebut ditampilkan dalam
peta struktur dan diagram roset).

2. Membahas mengenai macam/jenis struktur geologi yang berkembang di


daerah penelitian berdasarkan point 1, data lapangan dan hasil rekontruksi pola
jurus. Pembahasan mencakup geometri, klasifikasi dan jalur struktur geologi baik
lipatan maupun sesar. Pembahasan struktur lipatan dilengkapi dengan
menampilkan diagram kontur, sebagai dasar menentukan jenis lipatan (klasifikasi
dari Hobs, rickard, timothy dsb). Pembahasan struktur sesar dilengkapi dengan
gambar stereogram sistem tegasan.

3. Analisis struktur geologi mencakup genetik dan waktu kejadiannya. Dalam hal
ini perlu dipahami teori/konsep struktur geologi serta menguasai tentang geologi
regional yang berkaitan dengan daerah penelitian.
Beberapa contoh laporan sub bab geologi struktur, adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil interpretasi foto udara yang ditampilkan dalam peta


penafsiran struktur (Gambar 4.1) diketahui ada beberapa arah umum kelurusan
yang diperkirakan sebagai akibat proses pensesaran, yaitu kelurusan berarah
barat-timur, timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara (Gambar 4.2). Kelurusan
berarah barat-timur umumnya sejajar dengan arah punggungan perbukitan
sedangkan kelurusan berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya
umumnya memotong jalur punggungan perbukitan. Kelurusan berarah baratlaut-
tenggara dan timurlaut-baratdaya diperkirakan merupakan pasangan sesar yang
terjadi pada periode tektonik yang sama. ….dst, selanjutnya : … dengan
berkembangnya pola kelurusan demikian dapat ditafsirkan bahwa daerah
penelitian telah mengalami tektonik yang cukup kuat, hal ini ditunjukan dengan
intensitas kehadiran struktur sesar yang cukup rapat. Dst.

b. Struktur geologi daerah penelitian terdiri atas struktur lipatan dan struktur
sesar (bahas secara umum kondisi struktur geologi daerah penelitian). Dst …,
selanjutnya (bahas struktur lipatannya) : … berdasarkan hasil rekontruksi pola
jurus diketahui ada 3 sumbu lipatan, yaitu Antiklin Dago, Sinklin Jatinangor dan
Antiklin Cibiru (Tabel 4.1). …Selanjutnya : .. Antiklin Dago relatif berarah barat-
timur, membentang mulai dari sekitar Kampung Cileunyi hingga Gunung Geulis.
Di beberapa tempat jalur lipatan ini dipotong oleh Sesar Cicaheum dan Sesar
Cipadung. ……Selanjutnya : … berdasarkan geometri lipatannya, Antiklin Dago
termasuk ke dalam jenis upright inclined fold (Rickard, 1975). ………dst.
Selanjutnya (bahas struktur sesar) : Sesar Cicaheum terletak di bagian barat
daerah penelitian berarah baratlaut-tenggara, membentang mulai sekitar
Kampung Padasuka dibagian selatan hingga Kampung Kiarapayung di bagian
utara. 

     Sesar ini diketahui berdasarkan hasil interpretasi foto udara berupa adanya
kelurusan Sungai Buahbatu dan data lapangan berupa : 
- Ditemukan sejumlah cermin sesar di lokasi BB-1 (BB-1 = lokasi pengukuran
berada pada lintasan pengamatan Buahbatu pada nomor lokasi 1). Apabila data
pengukurannya banyak lebih baik ditampilkan ke dalam bentuk tabel dan apabila
datanya sedikit dapat langsung ditulis hasil pengukurannya secara lengkap.
- Ditemukannya beberapa lokasi singkapan breksi sesar di BB-1, BB-5 dan CSR-
7. 
- Ditemukannnya sejumlah drag fault di lokasi Csr-2 dan Ckd-4. 
- Ditemukannya sejumlah pengukuran jurus dan kemiringan lapisan yang tidak
beraturan, dst. (Catatan : Identifikasi adanya struktur sesar dapat pula
disimpulkan berdasarkan hasil rekontruksi pola jurus, misalnya ada sumbu
lipatan yang bergeser atau dapat pula berdasarkan posisi stratigrafinya). 

     Selanjutnya : Berdasarkan geometri sesarnya , disimpulkan bahwa Sesar


Cicaheum termasuk ke dalam jenis left handed reverse slip fault (Rickard, 1975).

c. Selanjutnya harus dibahas mengenai analisis struktur geologi daerah


penelitian ke dalam sub-bab tersendiri. Di dalam sub bab ini yang dibahas
mengenai : kapan terjadinya proses pembentukan struktur lipatan dan sesar
dikaitkan dengan umur batuan yang disesarkannya (stratigrafi). Selanjutnya
harus dibahas pula mengenai mekanisme pembentukannya, apakah akibat
tektonik kompresi atau ekstensional dan bagaimana kaitannya dengan struktur
geologi regional daerah penelitian.

G.2. Pembahasan Sub Bab Geologi Struktur Dalam Pemetaan Lanjut


      Pembahasan sub-bab geologi struktur di dalam laporan pemetaan geologi
lanjut harus lebih mendalam, karena mahasiswa yang bersangkutan telah
mendapatkan mata kuliah Geodinamik dan Struktur Indonesia, disamping ilmu
lainnya yang menunjang (Petrografi dsb). Di dalam mata kuliah Geodinamik dan
Struktur Indonesia, materi yang diajarkan, antara lain :

1. Mempelajari teori tektonik lempeng (Sejarah perkembangan teori tektonik


lempeng, genetik serta lingkungan tektoniknya).
2. Mempelajari mekanisme dan dinamika pergeseran antar lempeng
(Bertumbukan, berpapasan atau bergerak saling menjauh). Selanjutnya apa
produk struktur yang dihasilkan dari masing-masing kejadian tersebut.
3. Mempelajari pola struktur yang dihasilkan pada masing-masing lingkungan
tektonik. Misalnya pola struktur lipatan anjakan akan berkembang di lingkungan
tektonik Back arc dan Fore Arc, selanjutnya membahas persamaan dan
perbedaan genetik kedua pola tersebut.
4. Mempelajari pembentukan sesar naik (Thrust) regional baik geometri
(Imbricate atau duplex) maupun genetiknya (Diapirik, Gravity sliding atau
underthusting).
5. Mempelajari pembentukan sesar mendatar regional (Wrench fault) baik
geometri, genetik. Disamping itu dipelajari secara khusus mengenai Riedel
shear, Imbricate/duplexe , Flower structure dan sebagainya.
6. Mempelajari pembentukan sesar normal regional baik geometri dan
genetiknya. Secara khusus dipelajari mengenai Sesar Domino, Listric fault, dsb.
7. Mempelajari pengaruh tumbukan lempeng Asia, Hindia Australia dan Pasifik
sebagai pembentuk struktur regional di Indonesia.

     Dengan asumsi bahwa setiap mahasiswa sudah mendapatkan kedua mata
kuliah tersebut di atas maka perbedaan pembahasan sub bab geologi struktur di
dalam laporan pemetaan geologi pendahuluan dan pemetaan lanjut adalah pada
ketajaman analisisnya. 

     Contoh pembahasan tersebut, misalnya :


… Struktur sesar di daerah penelitian secara regional diakibatkan oleh terjadinya
tumbukan Lempeng Asia dengan Lempeng Indo-Ausatralia yang berlangsung
sejak Miosen hingga sekarang. Bukti-bukti yang menunjukan hal tersebut antara
lain dengan berkembangnya struktur lipatan yang intensif, serta adanya dominasi
sesar naik dan sesar mendatar. Berdasarkan pada jenis struktur geologinya,
maka disimpulkan bahwa tektonik yang mempengaruhi pembentukannya bersifat
kompresi. Dst

     Contoh lainnya :


… walaupun di daerah penelitian ini berkembang beberapa sesar normal, namun
secara regional, tektonik yang mempengaruhi pembentukannya struktur sesar di
daerah penelitian ini bersifat kompresi. Adanya tektonik kompresi ini ditunjukan
dengan berkembangnya beberapa sesar mendatar yang ukurannya relatif
panjang (sesar regional), sedemikian rupa pada daerah di antara kedua sesar
mendatar tersebut berkembang sesar normal, yang lazim dikenal sebagai Pull
apart (Park, 1982). 

G.3. Pembahasan Struktur Geologi Di Dalam Laporan Kajian Khusus (Skripsi)


Bidang Geologi Struktur.
     Skripsi merupakan tugas akhir yang wajib dilaksanakan oleh setiap
mahasiswa, dengan maksud untuk menguji kemampuan mahasiswa pada bidang
yang lebih khusus. Oleh karenanya materi utama yang dibahas di dalam laporan
skripsi harus lebih mendalam dibandingkan dengan materi lainnya.

     Berkaitan dengan masalah ini, apabila mahasiswa tertarik untuk mempelajari
geologi struktur sebagai bahan skripsinya, maka pembahasan materi geologi
struktur harus lebih detail dan mendalam dibandingkan dengan pembahasan
struktur geologi di dalam laporan pemetaan geologi.

     Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, maka laporan skripsi dengan
kajian khusus bidang geologi struktur geologi, di dalamnya harus mengerjakan :

1. Membuat peta kelurusan berdasarkan citra landsat, foto udara dan peta
topografi. Hal ini perlu dilakukan sebagai dasar observasi di lapangan dan
sebagai bahan analisis selanjutnya. Data kelurusan tersebut perlu ditampilkan
juga dalam bentuk diagram mawar, dengan maksud untuk mengetahui arah
umum jalur sesarnya.

2. Membuat peta lokasi ditemukannya gejala struktur, misalnya lokasi


ditemukannya cermin sesar, lipatan seret, breksi sesar, milonit, bidang lapisan
serta unsur pendukungnya berupa lokasi gawir sesar, mata air dsb.

3. Membuat tabel hasil pengukuran cermin sesar, bidang lapisan, bidang kekar
dsb, di setiap lokasi pengukuran.

4. Membuat penampang struktur sesar di beberapa lintasan, dengan maksud


untuk mengetahui gambaran struktur geologi secara lebih jelas lagi pada masing-
masing lintasan yang akhirnya dapat memudahkan dalam menganalisis tektonik
daerah penelitian secara menyeluruh. Misalnya apabila di dalam penampang
struktur sesar tersebut di dominasi oleh sesar naik, maka pola struktur sesar
tersebut termasuk ke dalam kelompok thrust system. Selanjutnya diidentifikasi
apakah sistem sesar naik tersebut berjenis Imbricate atau Duplexes. Selanjutnya
dengan penampang struktur sesar ini dapat ditentukan transport tektoniknya.
Akhirnya dapat menjelaskan kedudukan masing-masing sesar naiknya, apakah
sebagai Fore thrust atau back trhust, lebih detail lagi apakah sesar naik tersebut
berjenis backlimb thrust atau forelimb thrust. Dengan cara ini akan lebih mudah
menganalisis tektonik daerah penelitian secara lebih terpadu.

5. Menganalisis pembentukan struktur geologi berdasarkan konsep/teori yang


sudah diakui (Dipublikasikan baik dari teks book maupun makalah), serta
mengkaitkannya dengan lingkungan tektoniknya (Tektonik lempeng).

      H. Pembuatan Peta

     Data hasil pengamatan dan pengukuran unsur-unsur struktur geologi


ditampilkan dalam peta kerangka geologi (untuk pemetaan geologi pendahuluan
dan lanjut) atau peta lokasi pengukuran unsur struktur (untuk skrispsi dengan
kajian khusus bidang struktur).

     Di dalam peta kerangka geologi yang lazim ditampilkan adalah hasil
pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, indikasi gejala pensesaran,
simbol litologi dsb. Oleh karenanya peta ini sangat penting karena berisi
informasi segala gejala geologi hasil penelitian lapangan. 

     Ploting data unsur struktur seluruhnya harus ditampilkan dalam peta
kerangka. Dalam hal ini apabila di dalam suatu lintasan pengamatan dijumpai
singkapan yang rapat dan menerus maka sedapat mungkin data tersebut diplot
ke dalam peta kerangka. Pada saat ini ada kendala untuk memplot data
pengukuran unsur struktur sebanyak mungkin ke dalam peta kerangka, karena di
dalam peta ini tidak hanya data struktur yang diplot namun simbol litologinyapun
harus dicantumkan. Oleh karenanya perlu dibuat satu peta lagi yang khusus
menggambarkan hasil pengukuran unsur struktur, yang dinamakan sebagai Peta
Lokasi Unsur Struktur.

      Peta lokasi unsur struktur ini menunjukan lokasi hasil pengukuran jurus dan
kemiringan lapisan batuan, data cermin sesar, gejala pensesaran berupa breksi
sesar, milonit, mata air panas dsb. 

      Peta lokasi struktur digunakan untuk merekontruksi pola jurus, dengan cara
ini akan diketahui posisi dan jalur sumbu lipatan (jika ada) maupun jalur
sesarnya. Lebih jauh lagi apabila dikompilasi dengan data stratigrafi dan
paleontologi akan diketahui penyebaran batuannnya secara lateral.

     Pada saat ini hasil rekontruksi pola jurus ditampilkan dalam peta tersendiri
yang dinamakan sebagai Peta Pola Jurus Perlapisan Batuan. Selama ini
rekontruksi pola jurus yang dilakukan oleh mahasiswa tidak memperhatikan
elevasi (topografi) sebagai dasar dalam koreksi topografi (ingat hukum “V). Oleh
karenanya hasil rekontruksi pola jurus hanya bersifat semu (karena ploting data
jurus dan kemiringan lapisan batuan tidak pada tempat sebenarnya). Prosedur
sebenarnya dalam merekontruksi pola jurus adalah dengan menyamakan
kedudukan data pengukuran pada elevasi yang sama (Hal ini berlaku pula dalam
pembuatan penampang geologi). Untuk kepentingan ini setiap data harus
diproyeksikan pada level yang sudah ditentukan, sehingga memerlukan waktu
yang cukup lama (ingat waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas ini
maksimal 3 semester). Oleh karenanya laboratorium geodinamik yang
berkepentingan dalam masalah ini memutuskan untuk mengganti Peta Pola
Jurus Perlapisan Batuan menjadi Peta Struktur. 

      Peta struktur ini dibuat berdasarkan Peta Kerangka, Penampang struktur,
stratigrafi dan umur batuan. Semua data pengukuran umsur struktur seluruhnya
ditampilkan di dalam Peta Struktur (lihat contoh peta struktur pada lampiran).

      Peta Geologi merupakan tujuan utama dalam pemetaan geologi. Peta
geologi ini merupakan hasil analisis data dari peta kerangka, peta struktur,
penampang geologi, rekontruksi pola jurus, stratigrafi dan umur batuan. (Semua
data pengukuran Peta Struktur ditampilkan dalam Peta geologi).

Anda mungkin juga menyukai