b. Penelitian Lapangan
- Pengamatan, pengukuran, pencatatan data, pembuatan sketsa, analisis
sementara dan plotting data struktur ke dalam peta dasar.
c. Penelitian Laboratorium/studio
- Pengolahan data
- Pembuatan penampang struktur dan peta struktur
a. Penelitian lapangan diprioritaskan pada daerah yang diduga dilalui oleh zona
sesar berdasarkan hasil interpretasi foto udara, citra landsat dan topgrafi. Hal ini
perlu dilakukan dengan maksud agar penelitian lapangan berlangsung relatif
cepat, sistematis dan mengenai sasaran.
- Mengamati, dalam tahapan ini objek singkapan yang diamati dapat berupa
bentuk/geometri suatu struktur geologi baik yang utuh maupun tersingkap
sebagian. Ada dua tahapan dalam mengamati suatu singkapan, yaitu dari
pengamatan dari jarak jauh dan pengamatan dari jarak dekat. Prosedur
pengamatan singkapan yang baik diawali dengan memperhatikan singkapan dari
jarak jauh sehingga seluruh singkapan dapat teramati dengan pandangan luas,
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran struktur secara lebih utuh dan
yang terpenting adalah untuk menentukan pada singkapan bagian mana yang
perlu mendapatkan perlakuan khusus. Langkah pengamatan yang kedua adalah
mengamati singkapan dari jarak dekat. Pengamatan singkapan dari jarak dekat
ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran struktur yang lebih detail.
Pengamatan struktur tidak hanya ditujukan pada bentuk geometrinya, namun
perlu pula diamati jejak-jejak yang diakibatkan oleh aktifitas pensesaran,
misalnya milonit, breksi sesar, lipatan seret dsb. Beberapa contoh kasus ini,
misalnya :
a). Pengamatan jarak jauh : Tersingkap suatu bentuk lapisan batuan yang terlipat
utuh . Dalam hal ini yang perlu diamati adalah bagaimana bentuk lipatannya,
apakah antiklin atau sinklin, simetri atau tidak, bagaimana ukuran lipatannya
besar atau kecil, bagaimana batas akhir dari struktur lipatan yang tersingkap
tersebut berakhir oleh batas sesar ataukah hilang karena ditutupi oleh batuan
penutup/vegetasi atau menerus ke bawah permukaan. Lebih jauh lagi apakah
lipatan tersebut disertai dengan gejala pensesaran atau tidak, selanjutnya perlu
pula diamati sifat fisik batuan penyusunnya, apakah bersifat ductile (lentur), brittle
(keras) atau kombinasi antara keduanya.
Pengamatan jarak dekat : Apabila batas singkapan tersebut dikontrol oleh
sesar, maka perlu diperhatikan apakah ada jejak-jejak pensesaran, jika ada
bagaimana sifat pergeserannya, apabila dijumpai breksi sesar bagaimana arah
liniasinya, dsb.
b). Dijumpai suatu singkapan batuan di tebing sungai dengan bentuk geometri
strukturnya tidak utuh. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
gambaran umum posisi dan kedudukan lapisan batuannya, apakah kemiringan
lapisannya landai atau relatif horizontal, sedang atau besar. Faktor ini dapat
menunjukan tingkat deformasi dan selanjutnya dapat memperkirakan apakah
sipemeta berada pada zona sesar atau tidak.
- Plotting Data, Posisi singkapan selanjutnya diplot ke dalam peta dasar, dengan
memberikan nomor lokasi dan apabila perlu diberikan simbol struktur yang
diamati. Memplot data struktur ke dalam peta harus tepat pada posisi
sebenarnya, karena data dasar ini akan digunakan dalam tahap penafsiran dan
analisis selanjutnya.
1. Adanya gawir sesar, dapat diketahui dari analisis morfologi baik melalui peta
topografi, foto udara atau citra landsat serta pengamatan langsung di lapangan.
Contoh kasus yang terakhir adalah Sesar Lembang, yang dicirikan dengan
adanya tebing bukit yang memanjang relatif barat-timur (gawir sesar) dilihat dari
Lembang ke arah selatan. Gawir sesar umumnya terbentuk akibat sesar normal.
2. Adanya jejak-jejak pensesaran berupa breksi sesar dan milonit. Jalur sesar
dapat diketahui dengan menarik jalur kelurusan yang melalui beberapa gejala
tersebut.
3. Adanya kemiringan bidang lapisan yang cukup besar (>70), mencirikan bahwa
di daerah tersebut telah mengalami deformasi yang kuat. Apabila sifat batuannya
“Brittle”, maka kemungkinan besar batuannya telah terpatahkan. Dalam hal ini
perlu dicari bukti lainnya misal ada/tidaknya sesar minor atau inidikasi lainnya
yang menunjang (drag fault, dsb).
4. Adanya cermin sesar merupakan indikasi yang paling penting, karena secara
langsung menunjukan adanya proses pensesaran. Namun dalam hal ini harus
hati-hati dalam menentukan jenis serta jalur sesarnya
5. Adanya struktur kekar baik yang sifatnya kekar gerus (shear joint) atau tarikan
(tension joint). Dalam hal ini perlu dikompilasi dengan data struktur lainnya
6. Adanya drag fault dan drag fold merupakan salah satu indikasi adanya proses
pensesaran.
Data yang didapatkan dari hasil penelitian lapangan, selanjutnya diolah baik
secara manual maupun secara komputasi. Pengolahan data berasal dari hasil
pengamatan dan pengukuran bidang lapisan batuan, bidang sesar, liniasi dsb.
Penjelasan rinci dari point E ini adalah sebagai berikut :
- Ada/tidaknya sumbu lipatan, jika ada apakah lipatan tersebut antiklin atau
sinklin (tandai dengan simbol sumbu lipatan), bagaimana penyebaran dan arah
sumbu lipatannya, apakah lipatannya normal atau rebah (sudah ada
pembalikan).
- Jika dikompilasikan dengan data jenis batuan (dominansi batuan) dan umur
batuannya, akan diketahui penyebaran satuan batuannya.
Data jurus dan kemiringan lapisan batuan ditampilkan dalam bentuk diagram
kontur.
- Diagram kontur, yaitu pengolahan data jurus dan kemiringan lapisan batuan
dengan memproyeksikan data tersebut secara stereografi. Proyeksi ini
digunakan untuk memecahkan masalah hubungan sudut baik garis dan bidang di
dalam ruang. Dengan cara ini selanjutnya akan diketahui gambaran dari suatu
geometri lipatan dan selanjutnya digunakan untuk mengetahui jenis lipatannya
(klasifikasi lipatan). Pengolahan data dilakukan secara komputasi dengan
mempergunakan program “dip”.
2. Data Kekar
- Data kekar digunakan untuk mengetahui sistem tegasan yang mempengaruhi
pembentukannya. Caranya dengan mengolah data kekar (jurus dan kemiringan)
ke dalam bentuk diagram roset dan kontur. Kepentingan pengolahan data
dengan tampilan Diagram Roset adalah untuk mendapatkan arah dominan
bidang kekarnya. Hasil pengolahan data ini ditampilkan dalam bentuk diagram
kipas. Pengolahan data dilakukan secara komputasi dengan mempergunakan
program “Dip”.
Diagram kontur dimaksudkan untuk mengetahui posisi maksima dari seluruh
data kekar yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui posisi tegasan utama
(1), tegasan menengah (2) dan tegasan minimum (3). Dengan diketahuinya
kedudukan masing-masing sistem tegasan tersebut akhirnya dapat menunjukan
sifat tegasan pembentuk sesarnya. Harus diperhatikan bahwa pengukuran data
kekar ini dilakukan pada daerah-daerah yang berada di dalam zona pensesaran.
Data cermin sesar diperlukan untuk mengetahui sistem tegasan pembentuk
sesar. Pengolahan data ini ditampilkan dalam bentuk diagram roset dan
stereogram sistem tegasan. Diagram roset diperlukan untuk mengetahui arah
dominan cermin sesarnya, sedangkan stereogram untuk mengetahui sistem
tegasannya. Sistem tegasan pembentuk sesar diketahui dari gambaran
stereogram, yang didalamnya menggambarkan posisi tegasan utama (1),
tegasan menengah (2) dan tegasan minimum (3); arah tegasan, sifat tegasan
dan gambaran streogram masing-masing cermin sesarnya. Pengolahan data
dilakukan secara komputasi dengan mempergunakan program dip dan stress.
F. Analisis Data
Analisis struktur geologi dilakukan setelah peta dan penampang struktur
selesai dikerjakan. Dalam tahap analisis ini perlu diperhatikan pula aspek
sedimentologi, stratigrafi, paleontologi, umur batuan dan morfologinya.
Kualitas analisis data tergantung pada beberapa faktor, antara lain keakuratan
dalam mengukur unsur-unsur struktur geologi, ketepatan dalam memploting data
geologi ke dalam peta topografi, tingkat pemahaman mengenai
konsep/teori/model pembentukan struktur geologi, pengetahuan geologi lainnya
(stratigrafi, sedimentologi, petrografi dsb) serta pengetahuan mengenai kondisi
geologi yang akan diteliti baik secara lokal maupun regional.
G. Pembuatan Laporan
Hasil analisis geologi daerah penelitian selanjutnya ditampilkan dalam bentuk
buku laporan yang di dalamnya dilengkapi dengan peta struktur, penampang
struktur, sketsa singkapan, gambar model genetik pembentukan struktur,
lampiran hasil pengukuran data dsb.
Hingga saat ini kriteria batasan pembuatan laporan sub-bab struktur geologi di
dalam pemetaan pendahuluan, pemetaan lanjut dan skripsi, masih belum jelas.
Contoh kasus ini, terutama sering dijumpai di dalam laporan pemetaan geologi
pendahuluan dan geologi lanjut, dimana pembahasan sub bab geologi struktur
tidak ada bedanya.
A. Teori :
B. Praktikum
1. Membahas hasil penafsiran citra landsat, foto udara atau peta topografi
daerah penelitian. Di dalamnya mencakup bahasan mengenai arah umum jalur
sesar, intensitas sesar dsb. (Hasil penafsiran struktur tersebut ditampilkan dalam
peta struktur dan diagram roset).
3. Analisis struktur geologi mencakup genetik dan waktu kejadiannya. Dalam hal
ini perlu dipahami teori/konsep struktur geologi serta menguasai tentang geologi
regional yang berkaitan dengan daerah penelitian.
Beberapa contoh laporan sub bab geologi struktur, adalah sebagai berikut :
b. Struktur geologi daerah penelitian terdiri atas struktur lipatan dan struktur
sesar (bahas secara umum kondisi struktur geologi daerah penelitian). Dst …,
selanjutnya (bahas struktur lipatannya) : … berdasarkan hasil rekontruksi pola
jurus diketahui ada 3 sumbu lipatan, yaitu Antiklin Dago, Sinklin Jatinangor dan
Antiklin Cibiru (Tabel 4.1). …Selanjutnya : .. Antiklin Dago relatif berarah barat-
timur, membentang mulai dari sekitar Kampung Cileunyi hingga Gunung Geulis.
Di beberapa tempat jalur lipatan ini dipotong oleh Sesar Cicaheum dan Sesar
Cipadung. ……Selanjutnya : … berdasarkan geometri lipatannya, Antiklin Dago
termasuk ke dalam jenis upright inclined fold (Rickard, 1975). ………dst.
Selanjutnya (bahas struktur sesar) : Sesar Cicaheum terletak di bagian barat
daerah penelitian berarah baratlaut-tenggara, membentang mulai sekitar
Kampung Padasuka dibagian selatan hingga Kampung Kiarapayung di bagian
utara.
Sesar ini diketahui berdasarkan hasil interpretasi foto udara berupa adanya
kelurusan Sungai Buahbatu dan data lapangan berupa :
- Ditemukan sejumlah cermin sesar di lokasi BB-1 (BB-1 = lokasi pengukuran
berada pada lintasan pengamatan Buahbatu pada nomor lokasi 1). Apabila data
pengukurannya banyak lebih baik ditampilkan ke dalam bentuk tabel dan apabila
datanya sedikit dapat langsung ditulis hasil pengukurannya secara lengkap.
- Ditemukannya beberapa lokasi singkapan breksi sesar di BB-1, BB-5 dan CSR-
7.
- Ditemukannnya sejumlah drag fault di lokasi Csr-2 dan Ckd-4.
- Ditemukannya sejumlah pengukuran jurus dan kemiringan lapisan yang tidak
beraturan, dst. (Catatan : Identifikasi adanya struktur sesar dapat pula
disimpulkan berdasarkan hasil rekontruksi pola jurus, misalnya ada sumbu
lipatan yang bergeser atau dapat pula berdasarkan posisi stratigrafinya).
Dengan asumsi bahwa setiap mahasiswa sudah mendapatkan kedua mata
kuliah tersebut di atas maka perbedaan pembahasan sub bab geologi struktur di
dalam laporan pemetaan geologi pendahuluan dan pemetaan lanjut adalah pada
ketajaman analisisnya.
Berkaitan dengan masalah ini, apabila mahasiswa tertarik untuk mempelajari
geologi struktur sebagai bahan skripsinya, maka pembahasan materi geologi
struktur harus lebih detail dan mendalam dibandingkan dengan pembahasan
struktur geologi di dalam laporan pemetaan geologi.
Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, maka laporan skripsi dengan
kajian khusus bidang geologi struktur geologi, di dalamnya harus mengerjakan :
1. Membuat peta kelurusan berdasarkan citra landsat, foto udara dan peta
topografi. Hal ini perlu dilakukan sebagai dasar observasi di lapangan dan
sebagai bahan analisis selanjutnya. Data kelurusan tersebut perlu ditampilkan
juga dalam bentuk diagram mawar, dengan maksud untuk mengetahui arah
umum jalur sesarnya.
3. Membuat tabel hasil pengukuran cermin sesar, bidang lapisan, bidang kekar
dsb, di setiap lokasi pengukuran.
Di dalam peta kerangka geologi yang lazim ditampilkan adalah hasil
pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, indikasi gejala pensesaran,
simbol litologi dsb. Oleh karenanya peta ini sangat penting karena berisi
informasi segala gejala geologi hasil penelitian lapangan.
Ploting data unsur struktur seluruhnya harus ditampilkan dalam peta
kerangka. Dalam hal ini apabila di dalam suatu lintasan pengamatan dijumpai
singkapan yang rapat dan menerus maka sedapat mungkin data tersebut diplot
ke dalam peta kerangka. Pada saat ini ada kendala untuk memplot data
pengukuran unsur struktur sebanyak mungkin ke dalam peta kerangka, karena di
dalam peta ini tidak hanya data struktur yang diplot namun simbol litologinyapun
harus dicantumkan. Oleh karenanya perlu dibuat satu peta lagi yang khusus
menggambarkan hasil pengukuran unsur struktur, yang dinamakan sebagai Peta
Lokasi Unsur Struktur.
Peta lokasi unsur struktur ini menunjukan lokasi hasil pengukuran jurus dan
kemiringan lapisan batuan, data cermin sesar, gejala pensesaran berupa breksi
sesar, milonit, mata air panas dsb.
Peta lokasi struktur digunakan untuk merekontruksi pola jurus, dengan cara
ini akan diketahui posisi dan jalur sumbu lipatan (jika ada) maupun jalur
sesarnya. Lebih jauh lagi apabila dikompilasi dengan data stratigrafi dan
paleontologi akan diketahui penyebaran batuannnya secara lateral.
Pada saat ini hasil rekontruksi pola jurus ditampilkan dalam peta tersendiri
yang dinamakan sebagai Peta Pola Jurus Perlapisan Batuan. Selama ini
rekontruksi pola jurus yang dilakukan oleh mahasiswa tidak memperhatikan
elevasi (topografi) sebagai dasar dalam koreksi topografi (ingat hukum “V). Oleh
karenanya hasil rekontruksi pola jurus hanya bersifat semu (karena ploting data
jurus dan kemiringan lapisan batuan tidak pada tempat sebenarnya). Prosedur
sebenarnya dalam merekontruksi pola jurus adalah dengan menyamakan
kedudukan data pengukuran pada elevasi yang sama (Hal ini berlaku pula dalam
pembuatan penampang geologi). Untuk kepentingan ini setiap data harus
diproyeksikan pada level yang sudah ditentukan, sehingga memerlukan waktu
yang cukup lama (ingat waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas ini
maksimal 3 semester). Oleh karenanya laboratorium geodinamik yang
berkepentingan dalam masalah ini memutuskan untuk mengganti Peta Pola
Jurus Perlapisan Batuan menjadi Peta Struktur.
Peta struktur ini dibuat berdasarkan Peta Kerangka, Penampang struktur,
stratigrafi dan umur batuan. Semua data pengukuran umsur struktur seluruhnya
ditampilkan di dalam Peta Struktur (lihat contoh peta struktur pada lampiran).
Peta Geologi merupakan tujuan utama dalam pemetaan geologi. Peta
geologi ini merupakan hasil analisis data dari peta kerangka, peta struktur,
penampang geologi, rekontruksi pola jurus, stratigrafi dan umur batuan. (Semua
data pengukuran Peta Struktur ditampilkan dalam Peta geologi).