Anda di halaman 1dari 41

F a k u l t a s Te k n i k G e o l o g i / U n i v e r s i t a s P a d j a d j a r a n / 2 0 2 0

mata kuliah

TEKTONIKA
TEKTONIKA
TEKTONIKA Rivaldi Dharmawan 270110180093
Rakean Falih Shidqi 270110180094
Farrel Bariz Atalla 270110180095
Felix Jeremy Marcel Sembiring 270110180117
Viska Salsanur Anisa Ginanjar 270110180116

Kelompok D4
sejarah dan tektonik umum pulau jawa

fase tektonik pulau jawa

Produk subduksi

Struktur regional pulau jawa


sejarah dan tektonik
umum pulau jawa
Menurut para ahli geologi, batuan dasar atau dikenal dengan nama
Basement di Pulau Jawa terbentuk antara tahun 70-35 juta tahun
sebelum masehi. Batuan ini tersusun oleh batuan matamorfik dan batuan
beku. Jawa Barat usia batuan dasarnya lebih tua dari Jawa Tengah dan
Jawa Timur dikarenakan batuan dasar di Jawa Timur tebentuk pada
Sejarah tahap-tahap akhir setelah ditubruk lempeng Australia dan saling

Tektonik Pulau
menumpuk membentuk batuan dasar di Jawa Timur.

Pada 20 juta tahun sebelum masehi, zona tubrukan lempeng Australia


Jawa dengan lempeng Asia terkunci dan menyebabkan menunjamnya lempeng
Australia dibawah lempeng Asia. Penunjaman ini berlangsung hingga
sekarang dan menyebabkan munculnya gunung-gunung api disebelah
barat Pulau Sumatra dan juga sebelah selatan Pulau Jawa.
Pada saat Jawa Tengah dan Jawa Timur berupa lautan karena kita
dapat menjumpai di selatan Pulau Jawa banyak terdapat gunung
gamping. Gamping itu dulunya terumbu karang yang hidup dan

Sejarah
adanya di laut. Lima juta tahun yang lalu konfigurasi serta bentuk
pulau-pulau di Indonesia sudah mirip dengan yang ada saat ini.

Tektonik Pulau Pulau Jawa dan pulau Sumatra sudah ada gunung-gunung api

Jawa yang masih aktif hingga saat ini. Termasuk Gunung Merapi yang
sangat aktif. Patahan-patahan di sumatra masih saja bergerak,
juga saat itu patahan-patahan Jawa mulai terbentuk dan semakin
jelas.
tektonik umum
Pulau Jawa berada di tepi tenggara Daratan Sunda dan
terdapat dua sistem gerak lempeng. Lempeng Laut
Cina Selatan di utara dan Lempeng Samudera Hindia di
selatan yang bergerak ke tenggara sejak Oligosen
(Longley, 1997).

Lempeng Samudera Hindia yang berada di selatan


bergerak ke utara sejak Mesozoikum dan menunjam ke
bawah sistem busur kepulauan Sumatra dan Jawa.
te k tonik umum
Pulau jawa yang terlihat saat sekarang adalah akibat
adanya pergerakan dua lempeng yang bergerak saling
mendekat dan mengalami tabrakan, dimana proses
tersebut relatif bergerak menyerong antara lempeng
samudra hindia pada bagian barat daya dan lempeng
Benua Asia bagian tenggara, dimana lempeng samudra
hindia akan menyusup ke lempeng asia tenggara.
Pada zona subduksi akan dihasilkan palung jawa
dengan pergerakan 7 cm/tahun yang terdiri dari
“Acctionary Complex ” yang materialnya terdiri dari
lantai samudra india pada busur muka Jawa.
te k tonik umum
Fase tektonik awal terjadi pada Mesozoikum ketika pergerakan Lempeng Indo-Australia ke arah
timurlaut membuat subduksi dibawah Sunda Microplate sepanjang garis Karangsambung-Meratus

fase regangan selama Paleogen dengan pembentukan serangkaian tinggian dan rendahan.

Aktivitas magmatik Kapur Akhir dapat diikuti menerus dari Timurlaut Sumatra –Jawa-Kalimantan
Tenggara. Pembentukan cekungan depan busur (fore arc basin) berkembang di daerah selatan Jawa
Barat dan Serayu Selatan di Jawa Tengah.

Mendekati Kapur Akhir-Paleosen, fragmen benua yang terpisah dari Gondwana, mendekati zona
subduksi Karangsambung- Meratus.
Evolusi tektonik tersier pulau jawa memasuki periode Eosen (Periode Ekstensional) antara 54 jtl-45 jtl
wilayah Lautan Hindia terjadi reorganisasi lempeng ditandai dengan berkurangnya secara mencolok
kecepatan pergerakan ke utara India.

Aktifitas pemekaran di sepanjang Wharton Ridge berhenti, menyebabkan terjadinya tektonik regangan di
sebagian besar wilayah Asia Tenggara yang ditandai dengan pembentukan cekungan Natuna, Sumatra,
Sunda, Jawa Timur, Barito, dan Kutai yang mana endapannya dikenal sebagai endapan syn-rift.

. Pelamparan tektonik regangan ini berasosiasi dengan pergerakan sepanjang sesar regional yang telah
ada sebelumnya dalam fragmen mikrokontinen.

Konfigurasi struktur basement mempengaruhi arah cekungan syn-rift Paleogen di wilayah tepian
tenggara daratan Sunda.
fase tektonik
pulau jawa
fase tektonik
Periode
Periode miosen
Periode kapur Periode
pliosen -
akhir - paleosen tengah – miosen
oligosen
plistosen
akhir

Periode
Periode
Periode eosen oligosen -
miosen -
miosen
pliosen
1. Fase tektonik awal terjadi pada Mesozoikum ketika pergerakan Lempeng

Indo-Australia ke arah timurlaut menghasilkan subduksi dibawah Sunda

Microplate sepanjang garis Karangsambung-Meratus, dan diikuti oleh fase

regangan (rifting phase) selama Paleogen dengan pembentukan

serangkaian horst (tinggian) dan graben (rendahan).

2. Aktivitas magmatik Kapur Akhir dapat diikuti menerus dari Timurlaut

Periode kapur Sumatra – Jawa – Kalimantan Tenggara. Pembentukan cekungan depan

busur (fore arc basin) berkembang di daerah selatan Jawa Barat dan
akhir -
Serayu Selatan di Jawa Tengah.
paleosen
3. Mendekati Kapur Akhir – Paleosen, fragmen benua yang terpisah dari

Gondwana, mendekati zona subduksi Karangsambung-Meratus. Kehadiran

allochthonous microcontinents di wilayah Asia Tenggara telah dilaporkan

oleh banyak penulis (Metcalfe, 1996).


4. Basement bersifat kontinental yang terletak di sebelah timur zona subduksi

Karangsambung-Meratus dan yang mengalasi Selat Makasar teridentifikasi di

Sumur Rubah-1 (Conoco, 1977) berupa granit pada kedalaman 5056 kaki,

sementara didekatnya Sumur Taka Talu-1 menembus basement diorit.

5. Docking (merapatnya) fragmen mikrokontinen pada bagian tepi timur

Periode kapur Sundaland menyebabkan matinya zona subduksi Karangsambung-Meratus dan

akhir - terangkat-nya zona subduksi tersebut menghasilkan Pegunungan Meratus

paleosen
1. Periode Eosen (Periode Ekstensional /Regangan) terjadi antara 54 jtl – 45 jtl,

di wilayah Lautan Hindia terjadi reorganisasi lempeng ditandai dengan

berkurangnya secara signifikan kecepatan pergerakan ke utara India.

2. Aktifitas pemekaran di sepanjang Wharton Ridge berhenti atau mati tidak

lama setelah pembentukan anomali 19 (atau 45 jtl).

3. Berkurangnya secara mencolok gerak India ke utara dan matinya Wharton


Periode
Ridge ini diinterpretasikan sebagai pertanda kontak pertama Benua India eosen
dengan zona subduksi di selatan Asia dan menyebabkan terjadinya tektonik

regangan (extension tectonics) di sebagian besar wilayah Asia Tenggara.


4. ditandai dengan pembentukan cekungan-cekungan utama (Cekungan-

cekungan: Natuna, Sumatra, Sunda, Jawa Timur, Barito, dan Kutai) dan

endapannya dikenal sebagai endapan syn-rift.

5. Pelamparan extension tectonics ini berasosiasi dengan pergerakan

sepanjang sesar regional yang telah ada sebelumnya dalam fragmen


Periode
mikrokontinen.

6. Konfigurasi struktur basement mempengaruhi arah cekungan syn-rift


eosen
Paleogen di wilayah tepian tenggara Sundaland (Sumatra, Jawa, dan

Kalimantan Tenggara)
Menjelang Oligosen, kecepatan gerak lempeng berkurang menjadi 3 – 4

cm/tahun dengan arah yang sama. Berkurangnya kecepatan pada Kala

Oligosen diikuti oleh penurunan melalui sesar-sesar bongkah. Peristiwa

tektonik ini menyebabkan terjadinya subsidence sehingga proses sedimentasi

terjadi di lingkungan laut yang lebih dalam. Proses ini terus berlangsung

hingga Miosen.
Periode
oligosen
• Sebagian besar bagian atas sedimen Eosen Akhir memiliki kontak tidak

selaras dengan satuan batuan di atasnya yang berumur Oligosen. Di

daerah Karangsambung batuan Oligosen diwakili oleh Formasi Totogan

yang kontaknya dengan satuan batuan lebih tua menunjukkan ada yang

selaras dan tidak selaras.

• Di daerah Karangsambung selatan batas antara Formasi Karangsambung

Periode dan Formasi Totogan sulit ditentukan dan diperkirakan berangsur,

oligosen sedangkan ke arah utara Formasi Totogan ada yang langsung kontak

secara tidak selaras dengan batuan dasar Komplek Melange Luk Ulo.

• Di daerah Nanggulan kontak ketidakselarasan terdapat diantara Anggota

Seputih yang berumur Eosen Akhir dengan satuan breksi volkanik

Formasi Kaligesing yang berumur Oligosen Tengah.


• Demikian pula di daerah Bayat, bagian atas Formasi Wungkal-Gamping

yang berumur Eosen Akhir.

• Tanda-tanda ketidak selarasan ditunjukkan oleh terdapatnya fragmen-

fragmen batuan Eosen di sekuen bagian bawah Formasi Kebobutak yang

berumur Oligosen Akhir.

• Ketidakselarasan di Nanggulan dan Bayat merupakan ketidakselarasan


Periode
menyudut yang diakibatkan oleh deformasi tektonik yang sama yang
oligosen
menyebabkan terdeformasinya Formasi Karangsambung.

• Akibat deformasi ini di daerah Cekungan Jawa Timur tidak jelas teramati

karena endapan Eosen Formasi Ngimbang disini pada umumnya selaras

dengan endapan Oligosen Formasi Kujung.


1. Pada Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah pergerakan ke utara India dan

Australia berkurang secara mencolok karena terjadinya benturan keras

(hard collision) antara India dengan Benua Asia membentuk Pegunungan

Himalaya.

2. Akibatnya laju penunjaman Lempeng Samudera Hindia di palung Sunda juga

berkurang secara drastis. Periode


3. Hard collision India menyebabkan efek maksimal tektonik ekstrusi sehingga
oligosen -
berkembang fase kompresi di wilayah Asia Tenggara.
miosen
4. Fase kompresi ini menginversi sebagian besar endapan syn-rift Eosen.

5. Di Cekungan Jawa Timur fase kompresi ini menginversi graben RMKS

menjadi zona Sesar RMKS.


6. Di selatan Jawa, kegiatan volkanik Oligosen menjadi tidak aktif dan

mengalami pengangkatan.

7. Pengangkatan ini ditandai dengan pengendapan karbonat besar-besaran

seperti Formasi Wonosari di Jawa Tengah dan Formasi Punung di Jawa

Timur.
Periode
8. Sedangkan di bagian utara dengan aktifnya inversi berkembang endapan syn-
oligosen -
inversi formasi-formasi Neogen di Zona Rembang dan Zona Kendeng.
miosen
• Fase tektonik berupa fase tekanan terjadi pada Miosen Tengah yang

ditandai oleh peristiwa penting di dalam distribusi sedimen dan

penyebaran flora dan fauna, juga oleh hiatus di daerah Cepu (Baumann,

1975 dalam Djuhaeni, 1997) dan dicirikan oleh perubahan fase transgresi

menjadi fase regresi di seluruh Zona Rembang (Muin, 1985 dalam

Djuhaeni, 1997) yang menyebabkan ketidakselarasan secara regional.


Periode miosen
tengah – • Menjelang Miosen Akhir terjadi kembali pecepatan gerak lempeng Hindia

menjadi sebesar 5 – 6,5 cm/tahun dan diperkirakan menerus hingga


miosen akhir
sekarang. Akibat dari perubahan kecepatan gerak lempeng ini maka

tektonik konpresi mulai intensif kembali dan puncaknya pada kala Plio-

Plistosen.
• Pengaktifan kembali sepanjang sesar tersebut menghasilkan mekanisme

transtension dan transpression yang berasosiasi dengan sedimentasi

turbidit dibagian yang mengalami penurunan.

• Namun demikian, di bagian paling timur Jawa Timur, bagian basement

dominan berarah timur-barat, sebagaimana secara khusus dapat diamati


Periode miosen dengan baik mengontrol Dalaman Kendeng dan juga Dalaman

tengah – Madura. Bagian basement berarah Timur – Barat merupakan bagian dari

miosen akhir fragmen benua yang mengalasi dan sebelumnya tertransport dari selatan

dan bertubrukan dengan Sundaland sepanjang Suture Meratus (NE-SW

struktur).
• Tektonik kompresi karena subduksi ke arah utara telah mengubah sesar

basement Barat – Timur menjadi pergerakan sesar mendatar, dalam

perioda yang tidak terlalu lama (Manur dan Barraclough, 1994). Kenaikan

muka air laut selama periode ini, menghasilkan pengendapan sedimen

Periode miosen klastik di daerah rendahan, dan sembulan karbonat (carbonate buildup)

tengah – pada tinggian yang membatasi.

miosen akhir
Fase tektonik ketiga merupakan aktifitas tektonik terbesar yang bersifat

tekanan dan berulang beberapa kali mulai Mio-Pliosen sampai dengan Pleistosen,

dimana mengaktifkan kembali sistem struktur sebelumnya dengan mengakibatkan

inversi dari graben berupa sesar - sesar turun dan naik, disertai pengangkatan

yang mengakibatkan kenampakan seperti sekarang ini.


Periode
miosen -
pliosen
Tektonik Plio-Plistosen menyebabkan seluruh batuan sedimen makin

terlipat, terangkat dan tersesarkan kembali yang akhirnya secara regional

membentuk pola lipatan anjakan (Thrust Fold Belt). Pembentukan pola struktur

lipatan anjakan terjadi melalui mekanisme gerak sesar mendatar dan naik

yang diwakili oleh Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Pelabuhan Ratu dan

Sesar Cileutuh.

Periode pliosen
– plistosen
produk subduksi
Outer arc
(busur luar)

Fore arc basin


(cekungan di depan zona subduksi)

Volcanic active arc


(Busur vulkanik aktif)

Back arc basin


(cekungan di belakang zona subduksi)
Outer arc
(busur luar)

Sewaktu terjadi subduksi antara lempeng Samudra Hindia dan lempeng


Eurasia hanya terbentuk punggungan di bawah permukaan laut saja
dikarekanakan adanya pengaruh kecepetan lempeng yang akan
mempengaruhi tektonik, pola sedimentasinya serta struktur pada
struktur pada daerah atas zona subduksinya
Fore arc basin
(cekungan di depan zona subduksi)

• Fore arc basin membentang pada lempeng benua dan terbentuk pada
akhir paleogen berupa sedimen recent.
• Terbentuk melalui proses pemekaran lantai samudra pada oligocen dan
diikuti dengan uplift dan erosi secara regional.
Volcanic active arc
(Busur vulkanik aktif)

• Jajaran gunung api yang terbentuk karna perpanjangan zona subduksi


“sunda arc system”
• Perpanjangan zona subduksi tersebut menyebabkan berkurangnya
gerak lempeng hindia-Australia ke utara, sehingga akan
mengakibatkan adanya gerak rotasi dari lempeng dataran sunda yang
membentuk jalur sesar naik (thrust) dari sebelah barat jawa dan
bergerak relative ke utara (Berbaris sampai Kendeng Thrust) kemudian
diperpanjang hingga Bali (Bali Thrust) sampai Flores (Flores Thrust),
Back arc basin
(cekungan di belakang zona subduksi)

• Cekungan pada paparan sunda dibentuk pada Paleogen akhir sebgaai


“rift basin” dan dilanjut hingga Neogen akhir.
• Proses keterbentukan ini dipengaruhi oleh tekanan pada sunda
orogency yang kemudian terdeformasi menjadi tight hingga lipatannya
membentuk isoclinal.
• Yang termasuk back arc basin adalah Cekungan Jawa Barat, Cekungan
Jawa Timur, dan Cekungan Madura.
struktur regional
pulau jawa
• Pulau jawa terbentuk akibat pertemuan antara lempeng Indo – Australia dan lempeng
Eurasia (Hamilton, 1979).
• Tumbukan ini menghasilkan elemen tektonik utama di Jawa Barat berupa palung, Non
Volcanic Outer Arc, Outer Arc Basin, Back Arc Basin, jalur magmatisme, dan paparan
sunda. (Katili, 1973)
• Terdapat tiga pola tektonik di pulau Jawa : Pola Meratus, Pola Sunda, Pola Jawa.
(Pulunggono dan Martodjojo, 1994)
Pola kelurusan struktur pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994)
Pola tektonik pulau jawa
menurut Pulunggono dan Martdjojo (1994) :

Kelurusan arah Timurlaut-Baratdaya di sudut Baratdaya Pulau


Pola Jawa yang terbentuk pada Zaman Kapur karena interaksi konvergen
lempeng Samudra Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia
Meratus

Pola Kelurusan arah utara-selatan, di bagian utara dan kawasan Laut


Jawa.
sunda

Pola Kelurusan arah timur-barat, berupa sesar naik kearah utara


dengan batuan sedimen berumur Tersier
jawa
Subduksi Purba Meratus (Satyana, 2007)
Struktur Pola Jawa (Situmorang dkk, 1976)
• Non Volcanic Outer Arc
terdiri atas batuan melange yang tersesarkan secara
intensif
• Outer Arc Basin
terletak antara Non Volcanic Outer Arc dengan pulau
Elemen tektonik Jawa

pulau jawa • Back Arc Basin


posisinya berada diantara Jalur Magmatik dan Paparan
(Katili, 1976) Sunda
• Busur Magmatik
dijumpai di Pulau Jawa berarah Barat-Timur
• Paparan Sunda
inti benua yang terdiri atas batuan sedimen dan kristalin
termalihkan.

Anda mungkin juga menyukai