Anda di halaman 1dari 5

Viska Salsanur Anisa Ginanjar

270110180116
Kelas D
Tugas Mata Kuliah Geologi Panas Bumi dan Vulkanologi
Karya Ilmiah Populer

Mengenal Kamojang; Potensi, Karakteristik Reservoir, dan Manifestasi yang ada, sebagai
Lapangan Panas Bumi Tertua di Indonesia

Panas bumi merupakan salah satu alternatif sumber daya alam yang dapat menggantikan peran energi
fosil untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Banyak kelebihan yang dimiliki oleh energi panas bumi
ini. Energi panas bumi termasuk kedalam energi yang terbarukan dimana energi ini mampu dipulihkan
kembali dan merupakan energi yang ramah lingkungan karena sifatnya yang jauh lebih bersih. Selain itu,
dalam eksplorasi dan eksploitasinya tidak membutuhkan lahan permukaan yang terlalu besar.

Posisi geografis dan geologis Indonesia terletak diantara tiga lempeng tektonik aktif, membuatnya
menjadi negara dalam urutan keempat di dunia sebagai negara yang memiliki potensi energi panas bumi
yang tinggi yaitu 29.215 GWe (Badan Geologi Kementerian ESDM, 2011) dan tergolong mempunyai
entalpi tinggi. Sistem hidrotermal tersebut tersebar di sepanjang busur vulkanik dari Sumatera, Jawa,
Nusa Tenggara, Sulawesi, sampai Maluku.

Melihat hal ini tentunya Indonesia telah melakukan berbagai upaya pengembangan energi panas bumi
tersebut untuk digunakan, salah satunya adalah sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik pengganti
energi fosil. Total titik potensi panas bumi di Indonesia berjumlah 276 (Badan Geologi Kementerian
ESDM, 2011) dari setiap provinsi. Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
menghasilkan energi listrik sebesar 807 MWe yang sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa (97%)
dimana terdapat tujuh lapangan panas bumi yang telah dimanfaatkan sebagai PLTP salah satunya adalah
PLTP Kamojang.

Gambar 1 PLTP Kamojang


Lapangan panas bumi Kamojang merupakan lapangan panas bumi pertama di Indonesia yang
berfungsi sebagai pembangkit listrik sejak tahun 1983. PLTP Kamojang berlokasi di Garut, Jawa Barat
berada pada ketinggian 1500 m diatas permukaan laut. Secara geografis, lapangan Kamojang terletak
pada posisi 107o37,5’ – 107o48’ BT dan 7o5,5’ – 7o16,5’ LS. Lapangan panas bumi ini memiliki luas
lapangan sekitar 21km2, dan memiliki potensi sekitar 200 MWe. Hingga saat ini Kamojang telah
memproduksi 140 MWe dari 24 sumur produksi.

Sistem panas bumi lapangan Kamojang di dominasi oleh uap dengan temperatur reservoir antara 230 o
- 246 o, uap diperkirakan berasal dari batuan dibawahnya yang berisi air dalam keadaan mendidih
kemudian uap di dalam reservoir cenderung bergerak keatas dan berubah menjadi kondensat dibagian atas
reservoir. Reservoir tersebut terletak pada kedalaman 500-2000 meter.

Karakterisasi reservoir lapangan panas bumi Kamojang terdiri dari batuan perlapisan piroklastik dan
komposisi lava andesitik, anndesit basaltic dan tuff lakustrin. Terdapat dua jenis kumpulan mineral
hidrotermal yang dapat ditemukan yaitu cairan pH “asam” dan “netral. Kumpulan pH asam terdapat pada
tingkat dangkal (100-300 m) terdiri dari kaolin, smektit, alunite, kuarsa, kristobalit, dan pirit. Kumpulan
pH asal terdapat di tingkat yang lebih dalam dan terdiri dari berbagai proporsi kuarsa, adularia, albit,
epidot, titanit, wairakit, laumontit, kalsit, siderite, hematit, pirit, anhidrit, smektit, klorit, illit, dan mineral
lempung. Permeabilitas dari reservoir utamanya dihasilkan oleh patahan normal dan kekarnya yang
berasosiasi; permeabilitas primer terdiri dari vesikel dalam lava, pori-pori intergranular di antara butir
dalam batuan piroklastik, serta kontak antar perbedaan litologi batuan.

Terdapat berbagai macam manifestasi yang dapat ditemukan di Kamojang diantaranya adalah kawah
mati, kawah kereta api, kawah hujan, kolam lumpur dan kawah cibuliran yang akan dibahas sebagai
berikut:

1. Kawah Mati Kamojang


Awalnya lokasi ini adalah kawah aktif, namun kemudian sekarat dan memberku. Di lokasi ini
kita dapat menemukan sulfur yang mengkristal dan membentuk kelopak bunga. Tanah di lokasi
ini memounyai temperatur yang cukup
tinggi dimana sebagai indikasi bahwa di
bagian bawah dari lapisan tanah ini terdapat

Gambar 2 Kawah Mati Kamojang


aktivitas hidrotermal yang berlangsung hingga sekarang. Pengukuran streaming ground
menunjukan temperatur tanah sebesar 70,6 oC.

2. Kawah Kereta Api


Kawah kereta api dahulunya
merupakan sumur panas bumi yang di
bor pada jaman penajahan Belanda.
Sumur ini mengeluarkan uap dengan
tekanan yang sangat tinggi hingga
menimbulkan suara nyaring seperti
suara kereta api.

Gambar 3 kawah kereta api

3. Kawah Hujan
Lokasi ini memiliki uap panas yang muncul
melalui rongga antar batuan. Namun di sebalah
Timur lokasi ini, terdapat mata air yang dingin.
Air dingin tersebut berasal dari akuifer dangkal
dan tidak berasosiasi dengan aktivitas
hidrotermal. Hasil perhitungan pH
Gambar 4 kawah hujan menunujukkan sifat air yang memiliki derajat
keasaman mendekati netral.
4. Kolam lumpur
Di lokasi ini terdapat bekas manifestasi air panas yang membentuk kolam lumpur terkadang
mengeluarkan gas. Terdapat buih letupan air pada
permukaan air pada ketinggian rendah. Buih
berasal dari akuifer dangkal yang muncul karena
tekanan tinggi dari gas dalam kerak bumi.
Ditemukan adanya alterasi argilik yang memiliki
Gambar 5 kolam lumpur
kebanyakan mineral talk berwarna putih keabuan.
5. Kawah Cibuliran
Terdapat sumur bekas yang sudah tidak diproduksi.
Di sebelah Utara dari lokasi bor terdapat mata air
panas yang masih mengalir dari Timur menuju Barat
dan mengeluarkan kandungan gas bertekanan tinggi
dan bau menyengat.

Gambar 6 kawah Cibuliran


Daftar Pustaka

http://www.andyyahya.com/2012/12/kamojang-lapangan-panas-bumi-pertama-di.html diakses tanggal 30


November 2020 pukul 18.25

El Fandari, A., Daryanto, A., & Suprayitno, G. (2014). Pengembangan energi panas bumi yang
berkelanjutan. Semesta Teknika, 17(1), 68-82.

Saptadji, N. M. (2009). Karakterisasi reservoir panas bumi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Utami, P. (2000, May). Characteristics of the Kamojang geothermal reservoir (West Java) as revealed by
its hydrothermal alteration mineralogy. In Proceedings world geothermal congress (Vol. 200).

Wahyuningsih, R. (2005). Potensi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Indonesia. Kolokium
Hasil Lapangan. Badan Geologi: Bandung.

Anda mungkin juga menyukai