Anda di halaman 1dari 15

“KARAKTERISTIK FLUIDA PANAS BUMI BERDASARKAN ANALISIS

GEOKIMIA AIR PANAS DAERAH WAWOLESEA KABUPATEN


KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA”

Proposal Penelitian

“Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S1)”

DIAJUKAN OLEH:

DELSA FITRA
R1C119006

TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Batasan Masalah
E. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Panas Bumi
Metode Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar (1) Peta Geologi Regional Daerah Penelitian


Gambar (2) Peta Lokasi Penelitian
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Konawe Utara merupakan daerah dengan potensi panas bumi yang menarik
untuk diteliti. Manifestasi potensi panas bumi yang teramati tersebut terletak pada Daerah
Wawolesea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fluida panas bumi yaitu
tipe dan asal fluida dengan cara melakukan analisis geokimia pada sampel mata air panas di
daerah penelitian yang selanjutnya memperlihatkan kandungan unsur dan senyawa kimianya
serta konsentrasinya masing-masing. Panas bumi merupakan sumber daya panas alami yang
berasal dari interaksi antara panas yang telah dipancarkan oleh batuan panas dengan air.

Hasil dari interaksi tersebut terperangkap di dalam satu tempat yang disebut dengan
reservoir panas bumi (Armstead, 1983; Fajrin and Putra, 2021). Secara konduksi perpindahan
panas terjadi melalui batuan sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena
adanya interaksi antara air dengan suatu sumber panas.

Energi yang dihasilkan dari panas bumi merupakan energi yang bersih dari polusi dan
berkesinambungan atau dapat diperbarui (renewable energy). Sumber daya dari energi panas
bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas yang berada di dekat permukaan bumi sampai
dengan beberapa kilometer di bawah permukaan bahkan jauh lebih kedalam bumi sampai pada
sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair (magma). Energi panas bumi yang muncul
di permukaan tersebut berbentuk manifestasi panas bumi berupa tanah hangat, tanah beruap,
mata air panas atau hangat, kolam air panas, danau air panas, fumarol, geyser, kolam lumpur
panas, silika senter dan batuan alterasi (Saptadji, 2009).

Daerah Wawolesea dipilih sebagai daerah penelitian karena terdapat manifestasi panas
bumi di permukaan berupa mata air panas dan merupakan salah satu indikasi dareah yang
mempunyai potensi panas bumi. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fluida
panas bumi yaitu tipe fluida dan asal fluida pada Daerah Wawolesea.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan pengambilan sampel air panas di daerah Wawolesea?
2. Apa tipe atau karakteristik dari air panas tersebut?

C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari proposal penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui tahapan- tahapan dalam proses pengambilan sampel air panas
di daerah Wawolesea
2. Untuk mengetahui karakteristik atau tipe air panas tersebut.

D. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam proposal penelitian ini yaitu proposal yang dibuat
hanya untuk membahas tentang karakteristik dari sumber air panas di daerah Wawolesea
yang nantinya akan dilakukan uji laboratorium guna mendapatkan hasil yang diinginkan
serta tahapan-tahapan dalam pengambilan sampel air panas.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam proposal ini yaitu setelah mengetahui hasil dari
karakteristik dari mata air panas ini, diharapkan agar kedepannya mata air atau sumber air
panas ini dapat digunakan dan dimanfaatkan khalayak umum dengan sebaik-baiknya.
Dan untuk pendidikan diharapkan agar nantinya mampu menciptakan ide-ide yang baru
dari hasil penelitian yang telah ada.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Panas Bumi

Panas bumi adalah energi panas yang terkandung dalam bumi yang menghasilkan
fenomena geologi pada sebuah planet (Dickson dan Fanelli., 2003). Perpindahan panas bumi
dari sumber panas ke zona pelepasan panas terjadi secara alami dalam volume tertentu di
kerak bumi (Hochstein dan Browne, 2000 dalam Saptadji, 2009). Panas bumi memiliki suhu
yang tinggi jika berada di kawasan gunung api (Wohletz dan Heiken, 1992).

Geologi Regional

Daerah penelitian terletak di Kabupaten Konawe Utara, Kecamatan Lasolo, Daerah


Wawolesea. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lasusua-Kendari dibedakan dalam dua
lajur, yaitu Lajur Tinodo dan Lajur Hialu (Gambar 1). Lajur Tinodo dicirikan oleh batuan
endapan paparan benua dan Lajur Hailu oleh endapan kerak samudera atau ofiolit
(Rusmana et al., 1993). Secara garis besar kedua mandala ini dibatasi oleh Sesar Lasoso.
Formasi Meluhu (TRJm) dan formasi Tokala (TRJt) merupakan formasi yang berada di
daerah penelitian. Litologi batuan yang banyak ditemukan di sekitar daerah penelitian
adalah batugamping dan merupakan salah satu jenis batuan penciri dari kedua formasi
tersebut. Daerah penelitian merupakan salah satu kawasan daerah yang masih mendapat
pengaruh sesar diantaranya Sesar Lasoso (Surono, 2013). Sesar Lasolo masih aktif bahkan
hingga saat ini serta sesar tersebut diduga berkaitan dengan Sesar Sorong yng aktif kembali
pada kala oligosen (Putra, 2019).
Gambar (1) Peta Geologi Regional Daerah Penelitian

Metodologi Penelitian

Lokasi penelitian secara administratif terletak di Daerah Wawolesea,


Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara
(Gambar 2). Kabupaten Konawe Utara terletak pada 2°97'-3°86' Lintang Selatan
dan 121°49’-112°49’ Bujur Timur. Lokasi daerah pengambilan sampel mata air
berada di Permandian Air Panas Wawolesea. Adapun jumlah sampel yang
diambil adalah sebanyak tiga sampel yang diberi kode ST.NR 01, ST.NR 02 dan
ST.NR 03. Analisis sampel dilakukan dengan dua metode yaitu pengamatan
langsung di lapangan dan analisis laboratorium.
Kegiatan yang dilakukan pada pengamatan lapangan yaitu pengukuran
sifat fisik air panas. Pengukuran tingkat keasaman dan temperatur diukur dengan
menggunakan pH meter dan termometer. Sampel air panas diambil sebanyak
500ml. Setelah dilakukan pengambilan data di lokasi penelitian, sampel air
panas dibawa ke laboratorium dengan menggunakan botol sampel dan dilakukan
analisis geokimia untuk menentukan unsur yang terkandung dalam mata air
panas tersebut. Alat-alat yang digunakan dalam metode ini yaitu Atomic
Absorption Spectroscopy (AAS) untuk mengetahui konsentrasi Na, K dan Mg
(Fajrin and Putra, 2021).

Tahap selanjutnya yaitu pengukuran sampel secara spektofotometri


dengan alat Visible Spectroscopy dan Inductively Coupled Plasma-Atomic
Emission Spectroscopy (ICP-AES). Pengukuran Visible Spectroscopy untuk
mengetahui konsentrasi SiO2, pengukuran Inductively Coupled Plasma-Atomic
Emission Spectroscopy untk mengukur konsentrasi Li, B dan Ca serta pengkran
secara titrasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi Cl (Utami and Putra,
2018; Fajrin and Putra, 2021).

Gambar (2) Peta Lokasi Penelitian


Menurut DiPippo (2012), sistem panas bumi memiliki komponen penting sebagai
berikut:

1. Sumber panas Perpindahan panas umumnya terjadi secara konduksi dan konveksi akibat
adanya interaksi molekul penyusun batuan dalam mantel sedangkan perpindahan panas secara
konvektif adalah perpindahan panas yang diikuti oleh perpindahan molekul (Liney dkk., 2010).
Sistem geotermal ada empat macam diantaranya yaitu:

a. Hidrothermal Pada reservoir ini, air berasal dari permukaan yang


diperoleh dari air hujan. Air ini kemudian masuk karena adanya rekahan batuan
melalui saluran pori-pori diantara batuan. Air tersebut kemudian terakumulasi di
dalam reservoir sampai penuh dan terpanaskan oleh batuan beku panas. Pada
reservoir yang sudah berisi air terjadi arus konveksi sehingga memanaskan
semua air di dalam reservoir tersebut.

b. Geopressured Lokasi reservoir ini lebih dalam dari pada reservoir


hidrothermal, yaitu sekitar 2400 m - 9100 m. Reservoir ini memiliki kadar garam
yang tinggi, tetapi 7 memiliki temperatur yang rendah. Sistem ini berasosiasi
dengan sistem reservoir gas dan minyak. Reservoir ini berisi air panas yang
mengandung banyak sekali gas metana sehingga berada pada lingkungan yang
gradien tekanannya lebih besar dari pada gradien hidrostatik.

c. Hot Dry Rock Reservoir ini memiliki kedalaman yang sangat dalam
sehingga permeabilitasnya menjadi lebih kecil. Sumber panas yang tinggi dalam
batuan impermeable berasal dari intrusi magma. Tidak terdapat fluida pada
batuan yang impermeable. Pemanfaatannya dilakukan dengan cara membor
reservoir ini dengan membuat injeksi air dingin, kemudian dilakukan rekahan
buatan dimana air diinjeksikan dengan tekanan yang besar sehingga
mengakibatkan rekahan di reservoir.

d. Magma Eksploitasi pada reservoir ini sangat berbahaya sehingga belum


banyak yang mengkajinya. Caranya adalah dengan mencari reservoir yang
berisimagma pada kedalaman yang relatif dangkal kemudian mengambil magma
tersebut dari sebuah sumur untuk memanasi heat exchanger.

2. Fluida panas bumi Fluida panas bumi berasal dari air permukaan dan air tanah yang masuk ke
bawah permukaan melalui rekahan maupun ruang antar batuan. Karakteristik fluida panas bumi
dapat memberikan informasi tentang tipe sistem panas bumi, pendugaan temperatur reservoir,
komposisi kimia fluida, asal-usul fluida, interaksi fluida terhadap batuan serta campuran fluida
reservoir dengan fluida lain. Delapan Klasifikasi Sistem Panas Bumi Berdasarkan Tipe Fluida:

a. Dominasi Uap Sistem panas bumi dominasi uap adalah reservoir panas bumi yang memiliki
fluida uap lebih besar dari pada air. Fluida panas bumi dominasi uap memiliki reservoir dengan
permeabilitas rendah. Fluida yang masuk kedalam reservoir langsung berubah menjadi fasa uap
di dalam reservoir. Pengoperasian lapangan fluida panas bumi domiasi uap lebih mudah. Fluida
panas bumi dominasi biasanya memiliki temperatur sekitar 240 °C

b. Dominasi Air Reservoir panas bumi dominasi air memiliki fluida air lebih banyak dari pada
uap. Daerah Recharge dan reservoir mempunyai permeabilitas yang relatif sama. Laju
penguapan di reservoir dapat diimbangi oleh laju recharge sehingga poripori batuan terisi oleh
air panas. Permasalahan teknis (masalah air buangan) lebih banyak terjadi pada reservoir
dominasi air. Temperatur reservoir biasanya sekitar 280 °C

c. Dua Fasa Reservoir panas bumi dua fasa memiliki perbandingan uap dan air yang sama.
Pembentukan reservoir tipe ini melibatkan proses yang lebih rumit dibanding dominasi uap dan
air.

d. Sistem Vulkanik Sistem panas bumi ini berasosiasi dengan gunung vulkanik. Sistem panas
bumi ini kurang baik untuk dikembangkan, karena hazard yang cukup tinggi 9 (fluida sangat
korosif, kandungan gas tinggi). Sistem ini bisasanya memiliki indikasi gas HCl, HF.

3. Reservoir Reservoir panas bumi adalah tempat berkumpulnya fluida panas bumi. Lapisan ini
bisa berasal dari batuan vulkanik yang telah mengalami rekahan secara kuat. Reservoir panas
bumi yang produktif harus memiliki permebilitas dan porositas tinggi, ukuran volume cukup
besar, temperatur tinggi dan kandungan fluida yang cukup.
4. Batuan penudung Lapisan penudung berfungsi sebagai penutup reservoir untuk mencegah
keluar fluida panas bumi dari reservoir. Batuan penudung harus berupa lapisan batuan yang
memiliki permeabilitas rendah. Lapisan penudung umumnya tersusun oleh lapisan batuan yang
terdiri dari mineral lempung sekunder hasil ubahan (alterasi) akibat interaksi fluida dengan
batuan yang dilewatinya. Menurut Saptadji (2009) sistem panas bumi diklasifikasikan
berdasarkan temperatur reservoir sebagai berikut:

a. Sistem temperatur rendah memiliki temperatur lebih kecil dari 1250C.

b. Sistem temperatur sedang memiliki temperatur antara (125-225)0C.

c. Sistem temperatur tinggi memiliki temperatur besar dari 2250C.

Metode Penelitian

a. Tempat dan waktu penelitian

Daerah penelitian terletak di Kabupaten Konawe Utara, Kecamatan


Lasolo, Daerah Wawolesea. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Lasusua-
Kendari dibedakan dalam dua lajur, yaitu Lajur Tinodo dan Lajur Hialu.
Berdasarkan dari judul proposal penelitiannya, kegiatan ini akan memakan
waktu lebih kurang tiga hingga lima hari. Hal ini dikarenakan adanya beberapa
sampel fluida air panas yang akan diteliti dari beberapa sumber air panas yang
berbeda untuk mengetahui karakteristik fluidanya.

b. Jenis penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif karena cenderung


lebih mengutamakan teori dan fakta keadaan di lapangan. Untuk itu
pentingnya agar selalu membaca keadaan lapangan terlebih dahulu.

c. Instrumen penelitian

ALAT KEGUNAAN
Atomic Absorption Spectrophoto untuk menganalisis kandungan unsur- unsur

meter (AAS) yang terlarut di dalam sampel.

Termometer untuk mengukur suhu pada sampel air.

Kertas lakmus untuk mengukur pH (tingkat keasaman).

Gelas sampel untuk menyimpan sampel air.

Kamera mengambil gambar pada lokasi penelitian.

Alat tulis Menulis data dari hasil penelitian

Bahan Kegunaan

Sampel fluida air panas dari mata air Untuk dianalisis kandungan yang terdapat di
yang berbeda dalam fluida

Eksplorasi pendahuluan merupakan tahapan awal dalam penentuan


potensi panas bumi. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam eksplorasi pendahuluan
yaitu survei lapangan secara geologi, hidrologi, geofisika dan geokimia. Metode
geokimia dilakukan untuk menentukan karakteristik fluida panas bumi berupa asal usul,
pendidihan, pengenceran fluida serta estimasi temperatur fluida reservoir panas bumi
(Saptadji, 2009; Fajrin and Putra, 2021). Penentuan potensi sumber panas bumi
memerlukan karakteristik fluida reservoir panas bumi sebagai salah satu indikator.
Penentuan karakteristik fluida tersebut dapat ditentukan dengan diagram trilinier (Cl-
SO4-HCO3) klorida-sulfat- bikarbonat berdasarkan dari anion utama yaitu Cl, SO 4 dan
HCO3 dengan menganalisis sifat-sifat dasar unsur pada fluida panas bumi (Fajrin and
Putra, 2021). Sedangkan untuk penentuan kesetimbangan fluida panas bumi dapat
ditentukan dengan diagram ternary (Na-K- Mg) natrium-kalium-magnesium dari
masing-masing persentase Na/1000-K/100- Mg1/2. Asal usul, pendidihan dan
pengenceran fluida panas bumi dapat ditentukan dengan diagram segitiga klorida-litium-
boron (Cl-Li-B) dengan konsentrasi Cl/100, Li dan B/4 dalam satuan persen
(Giggenbach, 1991; Fajrin and Putra, 2021).

Kegiatan yang dilakukan pada pengamatan lapangan yaitu pengukuran sifat fisik
air panas. Pengukuran tingkat keasaman dan temperatur diukur dengan menggunakan pH
meter dan termometer. Sampel air panas diambil sebanyak 500ml. Setelah dilakukan
pengambilan data di lokasi penelitian, sampel air panas dibawa ke laboratorium dengan
menggunakan botol sampel dan dilakukan analisis geokimia untuk menentukan unsur
yang terkandung dalam mata air panas tersebut. Alat-alat yang digunakan dalam metode
ini yaitu Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) untuk mengetahui konsentrasi Na, K
dan Mg (Fajrin and Putra, 2021).

Tahap selanjutnya yaitu pengukuran sampel secara spektofotometri dengan alat


Visible Spectroscopy dan Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission Spectroscopy
(ICP-AES). Pengukuran Visible Spectroscopy untuk mengetahui konsentrasi SiO2,
pengukuran Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission Spectroscopy untk mengukur
konsentrasi Li, B dan Ca serta pengkran secara titrasi dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi Cl (Utami and Putra, 2018; Fajrin and Putra, 2021).
DAFTAR PUSTAKA

Gentana, Dewi dkk., 2020. Karakteristik Geokimia Air Panas dan Perkiraan
Temperatur Bawah Permukaan Panas Bumi Daerah Oma dan Tulehu
Kabupaten Maluku Tengah. Fakultas Teknik Geologi. Universitas Padjajaran.
Jawa Barat

Lolo, Agustina dkk,. 2020. Karakterisasi Air Daerah Panas Bumi Pencong dengan
Metode Aas (Atomic Absorption Spectrophotometer) di Kecamatan
Biringbulu, Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan.
Universitas Negeri Makassar. Sulawesi Selatan

Palilingan, Rolles dkk,. 2022. Karakteristik Fluida Panas Bumi Menggunakan


Geoindikator Cl-Li-B di Daerah Desa Bakan. Universitas Negeri Manado,
Tondano. Sulawesi Utara

Anda mungkin juga menyukai