Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.

ANALISIS SEBARAN HIPOSENTER GEMPA MIKRO DAN POISSON’S


RATIO, STUDI KASUS: HYDROSHEARING PADA LAPANGAN
ENHANCED GEOTHERMAL SYSTEM NEWBERRY, OREGON

Aji Setiawan1*, Rustadi, Ahmad Zaenudin1


1
Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

Email : ajisetiawan1711@gmail.com1*

ABSTRAK
Teknologi Enhanced Geothermal System (EGS) yang diterapkan pada lapangan panas bumi bertipe hot dry rock
di Newberry dilakukan dengan menginjeksikan sejumlah air dingin bertekanan tinggi sehingga dihasilkannya
reservoar buatan atau yang disebut hydroshearing. Pengamatan dilakukan dengan merekam event gempa mikro
menggunakan 15 seismometer yang dipasang selama proses EGS, yaitu sejak Oktober 2012 hingga Desember
2014. Penelitian bertujuan untuk memetakan hiposenter gempa mikro yang terjadi akibat proses fracturing,
menghasilkan nilai sebaran poisson’s ratio untuk mengkarakterisasi fluida lapisan berpori dan menghasilkan
model artificial reservoir produk EGS. Digunakan metode Single Event Determination (SED) dan Clustering
untuk mendapatkan origin time dan lokasi hiposenter dari input berupa waveform hasil perekaman. Hasil yang
didapat menunjukkan metode Clustering memberikan nilai RMS dan error lokasi yang jauh lebih kecil serta pola
distribusi event yang lebih baik. Hasil penelitian menujukkan event tersebar menjadi 2 cluster utama yang
dipengaruhi oleh fase injeksi. Adapun poisson’s ratio dihitung menggunakan hasil diagram Wadati berupa nilai
Vp/Vs. Parameter fisis poisson’s ratio yang mengarakterisasi keberadaan dan tipe fluida serta indeks kebasahan
menghasilkan 3 zona utama yang terdiri dari zona jenuh air yang berada pada kedalaman relatif dangkal dan
teridentifikasi karena adanya kebocoran casing sumur, kemudian zona uap dan zona dominasi air yang berada
pada area target (kedalaman ≥ 1970 meter). Berdasarkan analisis diketahui zona dominasi air berada pada
kedalaman 2006,5 – 3300 meter dengan nilai poisson’s ratio berkisar 0,3 sampai 0,44 yang diestimasi memiliki
volume 1,59 km3 dengan pola rekahan yang berarah Tenggara, Selatan dan Barat-Daya dari sumur injeksi.

ABSTRACT
Enhanced Geothermal System (EGS) technology applied to the hot dry rock geothermal fields in Newberry is
done by injecting a high pressured of cold water to produce an artificial reservoir, called hydroshearing. The
observations were conducted by recording microearthquake events using 15 seismometers installed during the
EGS process, from October 2012 to December 2014. The study purposed to identified microearthquake
hypocenter caused by fracturing process, determining poisson's ratio distribution values for fluid characterization
in porous layer and defining artificial reservoir model of EGS products. Single Event Determination (SED) and
Clustering methods are used to obtain the origin time and hypocenter location from recorded waveform as input.
The result shows Clustering method gives RMS value and error location much smaller and also better for event
distrubution pattern. The results showed the events diveded into 2 main clusters that were affected by the
injection phases. The poisson's ratio is calculated using Vp/Vs value from Wadati diagram. The physical
parameters of poisson's ratio characterizing the fluid existance, fluid type and wettability index resulted in 3
major zones consisting of water saturation zone at relatively shallow depth and identified due to leakage of well
casing, then vapor zone and water dominance zone located on the target area (depth ≥ 1970 meters) . Based on
the analysis, it is known that the dominant zone of water at depth of 2006.5 - 3300 meters with poisson's ratio
value ranging from 0.3 to 0.44 which is estimated to have a volume of 1.59 km 3 with fractures direction in
Southeast, South and Southwest from injection wells.

Keywords: EGS, hydroshearing, microearthquake, SED, Clustering, hypocenter, poisson's ratio, artificial
reservoir.
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol.3 /No.3

1. PENDAHULUAN dapat diketahui hasil rekahan yang


terbentuk.
Energi panas bumi merupakan Penelitian ini berfokus pada
salah satu solusi pemenuhan kebutuhan pengamatan proses dari tiga tahap
energi bebas emisi dan bersifat renewable hydroshearing menggunakan data gempa
atau dapat diperbaharui. Pada umumnya mikro sejak Oktober 2012 hingga
pembangkit listrik tenaga panas bumi Desember 2014. Perekaman event gempa
memanfaatkan fluida yang berasal dari mikro dilakukan dengan menggunakan 15
sistem panas bumi di bawah permukaan stasiun pengamat yang terdiri dari 7
(hydrothermal system), namun beberapa surface station dan 8 borehole station.
kasus terdapat berbagai lapangan yang juga Adanya event gempa mikro
memiliki sistem panas bumi namun tidak mengindikasikan keberadaan deformasi
memiliki siklus hidrologi yang memadai. hasil injeksi, sehingga dapat diketahui pola
Hal tersebut ditandai oleh kondisi tektonik rekahan serta sebaran fluida injeksi
yang berada pada jalur subduksi, berdasarkan nilai poisson’s ratio yang
berasosiasi dengan gunung api purba dan diperlukan untuk mengetahui batas area
memiliki gradien suhu yang tinggi atau reservoar hasil EGS dan dapat menjadi
lebih dikenal dengan hot dry rock system. acuan eksplorasi lanjutan.
Sejumlah penelitian yang telah
dilakukan di area kaldera hasil erupsi 2. TINJAUAN PUSTAKA
gunung api Newberry mengindikasikan
potensi panas bumi bertipe hot dry rock 2.1 Sistem Panas Bumi
system dengan gradien rata-rata suhu Sistem panas bumi merupakan
130oC/km (Frone dkk, 2014) namun masih suatu istilah umum yang menggambarkan
belum dimanfaatkan. Hal tersebut juga proses pepindahan panas secara alami
diketahui berdasarkan sumur eksplorasi dalam suatu volume tertutup di kerak
dimana lapisan pada zone of interest bumi, dimana panas berpindah dari suatu
memiliki permeabilitas dan saturasi yang sumber panas menuju daerah pelepasan
rendah (dry hole) (Cladouhos dkk., 2013). panas seperti permukaan bebas (Hochstein
Sehingga diperlukannya teknologi untuk dan Browne, 2000). Suhu bumi bertambah
memanfaatkan potensi tersebut. besar secara konstan selaras dengan
Enhanced Geothermal System bertambahnya kedalaman posisi di bawah
(EGS) merupakan teknologi yang permukaan bumi. Peningkatan suhu yang
diterapkan pada lapangan panas bumi berbanding lurus dengan bertambahnya
Newberry menggunakan teknik kedalaman disebut sebagai “gradient
hydroshearing yang dilakukan dengan geothermal” (Suharno, 2013) dengan rata-
menginjeksikan air dingin yang berasal rata peningkatan suhu sebesar 25oC/km
dari akuifer air tanah sehingga dapat (Kirkland, 2010).
menghubungkan masing-masing rekahan Terdapat beberapa jenis sistem
(connecting fracture) untuk meningkatkan panas bumi, secara umum diklasifikasikan
permeabilitas reservoar dan sebagai fluida menjadi empat kategori, yaitu
pengisi lapisan berpori. Hydrothermal System, Geopressured
Proses injeksi air bertekanan tinggi System, Hot Dry Rock System dan Magma
secara simultan pada proses EGS akan System (Sanyal dan Subir, 2005). Pada hot
mengakibatkan terbentuknya sejumlah dry rock system, dimana panas tersimpan
rekahan yang juga melepaskan energi pada batuan dengan porositas efektif dan
dalam bentuk gempa mikro. Dengan permeabilitas yang rendah. Sumber panas
mengetahui distribusi event gempa mikro yang tinggi dalam batuan impermeable
berasal dari intrusi magma atau gradien
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.3

termalnya (Maulida, 2015). Pada sistem ini dimulai sejak Oktober 2012 hingga
tidak terdapat siklus hidrotermal sehingga Agustus 2014 dengan total 41.325 m3 air
pemanfaatannya memerlukan injeksi fluida tanah yang memiliki tekanan maksimum
untuk meningkatkan permebilitas reservoar dari permukaan (wellhead) sebesar 2850
dan sebagai fluida pengisi lapisan porous. Psi (196 bar) (Cladouhos dkk., 2015).
Injeksi air dilakukan untuk menghasilkan
rekahan buatan dimana air diinjeksikan 2.3 Setting Regional Newberry
dengan tekanan yang tinggi sehingga Panas bumi Newberry berkaitan
mengakibatkan rekahan di reservoar dengan sistem gunung api Newberry yang
(Hocshtein dkk., 1992). terbentuk sejak 600.000 tahun lalu dengan
erupsi terakhir terjadi 1300 tahun lalu
2.2 Teknologi Enhanced Geothermal (Sherrod, 1997). Sistem vulkanik ini
System (EGS) dipengaruhi oleh zona subduksi Cascadia
Enhanced Geothermal System dimana lempeng Juan De Fuca menujam
merupakan teknologi rekayasa reservoar lempeng Columbia dengan laju penujaman
(DOE, 2012). Pada prinsipnya EGS 3 hingga 4,5 cm/tahun (FORGE, 2016).
dilakukan pada sistem panas bumi bertipe Geologi regional di sekitar kaldera
hot dry rock, dimana terdapat batuan Newberry terdiri atas material hasil erupsi
bersuhu tinggi namun memiliki gunung api Newberry (Gambar 1).
permeabilitas dan saturasi yang rendah Penelitian terpisah oleh Establishment of
karena tidak adanya siklus hidrologi yang the Frontier Observatory for Research in
memadai. Adapun prosesnya dilakukan Geothermal Energy (FORGE)
dengan menginjeksikan fluida dari menghasilkan slice B dan slice C yang
permukaan menuju bawah permukaan masing-masing ditunjukkan oleh Gambar
untuk menciptakan rekahan dan 2 dan Gambar 3.
meningkatkan permeabilitas daerah
reservoar buatan. Secara umum meliputi 2.4 Metode Gempa Mikro
tiga tahap utama, yaitu identifikasi serta Metode mikroseismik atau
karakterisasi daerah panas bumi, microearthquake atau metode gempa
pembuatan artificial reservoir dan mikro adalah salah satu metode geofisika
pengoperasian reservoir. yang digunakan untuk mengidentifikasi
adanya gempa-gempa kecil (≤ 3 SR)
2.3 Lapangan Panas Bumi Newberry (Hurukawa, 2008) yang umumnya
Lapangan panas bumi Newberry disebabkan oleh simulasi hidraulik
berada 35 km dari pusat kota Oregon, (hydraulic fracturing), kegiatan produksi
negara bagian Amerika Serikat yang maupun injeksi dan pengeboran. Sehingga
berasosiasi dengan gunung api Newberry. meode gempa mikro khususnya pada
Lapangan panas bumi ini berada di taman eksplorasi panas bumi digunakan untuk
hutan nasional Deschutes. Studi bawah mengamati hasil hydraulic fracturing
permukaan telah dilakukan dengan maupun proses injeksi (Rutledge dan
pengeboran sumur eksplorasi pada tahun Philips, 2003), identifikasi kebocoran
2008 yaitu NWG 55-29 yang memiliki total casing sumur (Kristiansen, 2000),
kedalaman 10.000 kaki dengan temperatur pemetaan patahan (Maxwell, 1998) dan
yang terukur sebesar 500oF (FORGE, lain sebagainya.
2016).
Dari sumur tersebut diketahui 2.5 Metode Single Event
rendahnya tingkat saturasi dan karena tidak Determination (SED)
terdapatnya siklus hidrotermal (Letvin, Awalnya metode ini dikembangkan
2011). Injeksi melalui sumur NWG 55-29 untuk mendapatkan origin time untuk
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.3

penentuan hiposenter, yaitu waktu mulai 𝜕𝑇𝑒


=
(𝑥−𝑥𝑖) 1
(5)
dari terjadinya gempa. Lokasi gempa 𝜕𝑥 𝑣 √(𝑥−𝑥𝑖)2 +(𝑦−𝑦𝑖)2 +(𝑧−𝑧𝑖)2
didefinisikan dengan lokasi hiposenter
gempa (x0, y0, z0) dan origin time t0. Persamaan (5) berlaku pula untuk
Hiposenter adalah lokasi fisik dari sumber komponen y dan z. Dalam bentuk matriks
gempa, biasanya diberikan dalam longitude Jacobian dapat ditulis:
(x0), latitude (y0), dan kedalaman di
J . ∆m = ∆d (6)
bawah permukaan (z0 [km]).
Dimulai dari t adalah waktu tiba Dimana J berisi turunan parsial
pertama (first arrival time) gelombang waktu tempuh tiap stasiun terhadap
seismik di setiap stasiun pengamatan parameter hiposenter (x0, y0, z0 dan t0)
(seismometer) ke-i (xi, yi, zi) dari berukuran n x 4, dimana n merupakan
hiposenter (x0, y0, z0), adalah waktu jumlah stasiun. Matriks ∆m merupakan
tempuh kalkulasi berdasarkan model model yang dicari, berisi posisi hiposenter
kecepatan 1D bawah permukaan dan t0 dan origin time (t) berukuran 4 x 1.
adalah waktu asal (origin time). Secara Adapun ∆d merupakan matriks residual
matematis dirumuskan sebagai berikut: yang berisi parameter residual arrival time
𝑟𝑒 = 𝑡 − 𝑡0 − 𝑡 𝑐𝑎𝑙 (1) berukuran n x 1 (Havskov dan Ottemoller,
dimana: 2010). Dengan perkalian inversi,
dihasilkan matriks inversi yang masing-
𝑟 : residual,
masing ditulis sebagai persamaan (7), (8)
𝑡 : arrival time,
dan (9).
𝑡0 : origin time,
𝑐𝑎𝑙
𝑡 : calculated travel time, 𝜕𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎 𝜕𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎 𝜕𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎 𝜕𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎
𝑡 − 𝑡0 : observed travel time (𝑡 𝑜𝑏𝑠 ), 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑡
𝑒 : indeks stasiun pengamatan. … … … …
𝐽= … … … … (7)
𝑡𝑟𝑎 𝑡𝑟𝑎 𝑡𝑟𝑎 𝑡𝑟𝑎
Fungsi matematis kuadrat terkecil 𝜕𝑡𝑛 𝜕𝑡𝑛 𝜕𝑡𝑛 𝜕𝑡𝑛
(minimum) dari residual adalah: [ 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑡 ]

𝐹(𝑥) = ∑𝑀 (2) ∆𝑥
𝑒=1 𝑟𝑒
∆𝑦
∆m = [ ] (8)
Penyederhanaan dilakukan untuk ∆𝑧
menyelesaikan Persamaan diatas dengan ∆𝑡
mengasumsikan model kecepatan sudah 𝑟1
mendekati keadaan sebenarnya dan …
pembacaan waktu tiba sudah tepat ∆d = [ … ] (9)
sehingga selisih waktu tempuh adalah 𝑟𝑛
fungsi linear sederhana dari selisih
parameter hiposenter dugaan dan Sehingga didapatkan:
sebenarnya. Linearisasi Persamaan (2)
X0 + ∆x = x, Y0 + ∆y = y, Z0 + ∆z = z,
ditulis dalam bentuk:
t0 + ∆t = t (10)
𝜕𝑇 𝜕𝑇 𝜕𝑇
𝑟𝑒 = 𝜕𝑥𝑒 𝑑𝑥 + 𝜕𝑦𝑒 𝑑𝑦 + 𝜕𝑧𝑒 𝑑𝑧 + 𝑑𝑡 (3) dimana:
0 0 0
x0, y0, z0, t0 : lokasi dan origin time
Dimana 𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 merupakan waktu dugaan,
tempuh gelombang hasil observasi (𝑡 𝑜𝑏𝑠 ). ∆x, ∆y, ∆z, ∆t : selisih hiposenter dugaan
Dengan: hasil kalkulasi,
x, y, z, t : lokasi dan origin time hasil
√(𝑥−𝑥𝑖)2 +(𝑦−𝑦𝑖)2 +(𝑧−𝑧𝑖)2 kalkulasi.
𝑇𝑒 = (4)
𝑣
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol.3 /No.3

2.6 Metode Clustering Secara lengkap Persamaan residual (𝑟𝑒)


Prinsip yang digunakan pada dapat ditulis sebagai berikut:
metode ini ialah pengelompokan data,
dimana data dikelompokkan dari yang 𝜕𝑡𝑘𝑖 𝜕𝑡𝑘𝑖 𝜕𝑡𝑘𝑖
𝑟𝑒 = 𝜕𝑥
∆𝑥𝑖 + 𝜕𝑦
∆𝑦𝑖 + 𝜕𝑧
∆𝑧𝑖 + ∆𝑡0𝑖 −
besar ke dalam data yang lebih kecil 𝑗 𝑗 𝑗
𝜕𝑡𝑘 𝜕𝑡𝑘 𝜕𝑡𝑘
berdasarkan kesamaan karakteristik data. ∆𝑥𝑗 − ∆𝑦𝑗 − ∆𝑧𝑗 − ∆𝑡0
𝑗
(13)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
Metode ini juga menggunakan prinsip yang
sama dengan yang digunakan oleh metode Apabila Persamaan (13) digunakan untuk
double difference, yaitu menggunakan semua pasangan hiposenter pada suatu
perbedaan waktu tempuh dari korelasi fase cluster akan dihasilkan Persamaan matriks
gelombang P atau gelombang S (cross berikut:
correlation). Hal tersebut didasarkan pada WGm=Wd (14)
beberapa kelompok event memiliki
waveform yang mirip, atau disebut W merupakan matriks diagonal
multiplet. Kemiripan tersebut disebabkan untuk pemberian bobot tiap event
jarak antara dua event yang berdekatan berdasarkan kualitas picking yang juga
relatif kecil dibanding jarak menuju stasiun mencermikan signal to noise ratio suatu
pengamat. waveform. G merupakan matriks Jacobi
Hiposenter yang saling berkaitan berupa turunan parsial residual waktu
satu sama lain akan dikelompokkan tempuh terhadap parameter hiposenter.
kedalam satu cluster yang dilakukan Matriks ini berukuran M x 4N, dimana M
dengan analisis koherensi antara dua merupakan jumlah Persamaan yang
waveform. Untuk asumsi ini, jarak antara mungkin dibentuk dari sumua hiposenter di
dua hiposenter gempa haruslah kecil semua stasiun dan N merupakan
dibanding jarak antara stasiun dengan banyaknya hiposenter dalam satu cluster
sumber (Waldhauser dan Ellsworth, 2000). (Sahara, dkk, 2009). Adapun m sama
Dengan asumsi tersebut selisih waktu halnya dengan SED, yaitu vektor
tempuh antara kedua gempa yang terukur perubahan antar pasangan hiposenter
pada satu stasiun yang sama dapat terhadap posisi relatif hiposenter dugaan
dianggap sebagai fungsi jarak antara kedua yang berukuran 4N x 1.
hiposenter.
Perbedaan waktu tempuh antara 2.7 Diagram Wadati dan Poisson’s
dua gempa observasi dan kalkulasi Ratio
dinyatakan dalam Persamaan (11) berikut.
Menurut (Kisslinger dan Engdahl,
𝑖𝑗 𝑗 𝑜𝑏𝑠 𝑗 𝑐𝑎𝑙 1973) diagram Wadati (Wadati, 1933)
𝑟𝑒𝑘 = (𝑡𝑘𝑖 − 𝑡𝑘 ) − (𝑡𝑘𝑖 − 𝑡𝑘 ) (11) merupakan grafik waktu tiba gelombang S
– gelombang P (Ts – Tp) sebagai sumbu Y
Dimana i dan j merupakan dua
dan waktu tiba gelombang P sebagai
hiposenter berjarak dekat dan k ialah
sumbu X yang digunakan untuk
indeks stasiun pengamat. 𝑡𝑘𝑖 merupakan menghitung waktu kejadian gempa (origin
waktu tempuh gelombang yang berasal time) dengan asumsi regresi linier dengan
dari hiposenter i menuju stasiun k
𝑗
menganggap lapisan bawah permukaan
sedangkan 𝑡𝑘 merupakan waktu tempuh yang bersifat homogen yang ditentukan
gelombang yang berasal dari hiposenter j dari perpotongan garis Ts – Tp sama
menuju stasiun k. dengan nol.
Mengacu pada Persamaan (6), Dengan diagram Wadati dapat pula
dapat menghasilkan Persamaan berikut: ditentukan nilai Vp/Vs dengan
𝑗
𝑖𝑗
𝑑𝑟𝑒𝑘 =
𝜕𝑡𝑘𝑖 𝜕𝑡
∆𝑚𝑖 − 𝜕𝑚𝑘 ∆𝑚𝑗 (12) memasukkan nilai selisih waktu tiba
𝜕𝑚 (arrival time) gelombang P (Tp) dengan
origin time (OT) pada sumbu X (Tp-OT)
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.3

dan selisih waktu tempuh (arrival time) 3.2 Pengolahan Data


gelombang S dengan gelombang P (Tp –
Meliputi beberapa tahap, antara lain
Ts) pada sumbu Y. Nilai Vp/Vs didapatkan
sebagai berikut:
dari gradien garis linier data plot. Atau
1. Pemilihan Event dan Picking Fasa
secara matematis ditulis,
Dilakukan dengan menyeleksi
𝑉𝑝 (𝑇𝑠−𝑇𝑝) waveform pada 15 stasiun gempa
− 1 = (𝑇𝑝−𝑂𝑇) (15) mikro, sehingga dihasilkan data waktu
𝑉𝑠
tiba gelombang P dan gelombang S
Adapun Poisson’s ratio dihitung yang bebas noise. Oleh sebab itu perlu
menggunakan persamaan (16), dilakukan penerapan filter dan
penguatan ampiltudo gelombang. Event
𝑉𝑝 2
( ) −2 yang dipilih minimal terekam oleh 3
𝜎= 𝑉𝑠
𝑉𝑝 2
(16) stasiun.
2[( ) − 1]
𝑉𝑠
2. Penentuan Lokasi Hiposenter
Acuan nilai Poisson’s ratio pada beberapa Menggunakan metode Geiger’s
penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Adaptive Damping (GAD) yang
dibandingkan dengan metode hypocc.
3. Perhitungan Koefisien Poisson’s dan
3. METODOLOGI PENELITIAN
Poisson’s Ratio
3.1 Perangkat Lunak dan Data 4. Analisis dan Pemodelan Volumetrik
penelitian Artificial Reservoir Hasil EGS

Terdapat beberapa perangkat lunak 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


yang digunakan dalam penelitian ini,
antara lain Software Geopsy, Geiger 4.1 Event Gempa Mikro dan Sebaran
Adaptive Damping (GAD), Hypocc, Hiposenter
Software pengolah angka, pengolah peta Perbedaan input waktu tiba
dan pengolah data 3D. gelombang dari proses picking akan
Adapun kelengkapan data yang mempengaruhi hasil perhitungan waktu
digunakan meliputi: tempuh (travel time) gelombang sehingga
1. Data waveform tiga komponen hasil berdampak pada perbedaan lokasi
pengukuran 15 stasiun gempa mikro (7 hiposenter, waktu kejadian gempa (origin
surface station dan 8 borehole station) time) serta perhitungan Poisson ratio. Pada
pada 29 Oktober 2012 – 15 Desember umumnya event akan terekam lebih dari 3
2014 pada lapangan EGS Newberry, stasiun pengamat dan identifikasi fasa
Oregon, Amerika Serikat, serta data dilakukan pada bentuk gelombang yang
tambahan berupa posisi stasiun, well sedikit noise.
trajectory dan model kecepatan 1 Sehingga perlu dilakukan
dimensi (Tabel 2). Data diperoleh dari pemilihan waveform sebelum dilakukan
Lawrence Berkeley National identifikasi fasa gelombang. Stasiun
Laboratory dan Department of Energy borehole (dengan variasi kedalaman 211
U.S (DOE US). sampai 288 meter dari permukaan)
2. Data tambahan lain berupa data geologi memberikan hasil yang lebih baik pada
dan topografi. Topografi daerah event yang lebih dalam dibanding stasiun
penelitian beserta lokasi stasiun dan permukaan (surface station). Namun dari
sumur injeksi ditunjukkan oleh tiga komponen arah gelombang
Gambar 4. (horizontal: N-S dan W-E serta vertikal:
Z), komponen horizontal akan terbaca
lebih baik menggunakan surface station
dan komponen vertikal dengan borehole
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No. 3

station. Hal tersebut berkaitan dengan kedalam satu cluster haruslah kurang dari
teknik picking saat identifikasi fasa dan 10 km.
pembacaan arrival time, dimana Berdasarkan pendekatan yang
gelombang P akan lebih jelas terbaca pada digunakan metode clustering, hasil yang
komponen vertikal dan gelombang S pada didapat akan lebih akurat, karena masing-
komponen horizontal (Mujihardi, 2012). masing event yang berada dalam cluster
Perbedaan waktu tiba gelombang P dan yang sama atau selisih waktu kejadian
gelombang S berkisar antara 0,14 sampai yang relatif dekat kemungkinan berasal
3,74. dari mekanisme (sumber) gempa yang
Metode SED dalam perhitungannya sama. Sehingga pola sebaran hiposenter
tidak menerapkan koreksi stasiun, yaitu yang dihasilkan tidak akan terlalu random.
jarak dan konfigurasi stasiun tidak Lain halnya dengan metode SED yang
diperhatikan. Lain halnya dengan metode perhitungannya dilakukan berdasarkan
Clustering, meskipun tidak melakukan inisiasi (dugaan) lokasi hiposenter tanpa
koreksi stasiun namun menggunakan adanya koreksi stasiun, maka event yang
asumsi multipltet cluster, yaitu dua memiliki selisih waktu tiba gelombang
hiposenter yang berdekatan dianggap yang mirip justru akan ditampilkan sebagai
sebagai fungsi jarak. Dengan asumsi suatu event gempa yang sama.
tersebut maka selisih waktu tempuh antara Perbandingan hasil keduanya berdasarkan
kedua event gempa yang terekam pada RMS dan error lokasi ditunjukkan masing-
stasiun yang sama dapat dianggap sebagai masing pada Tabel 3 dan Tabel 4.
fungsi jarak antara kedua hiposenter. Sehingga dari hasil keduanya
Dengan asumsi tersebut maka kesalahan dipilih metode clustering yang dianggap
model kecepatan dapat diminimalisir. memiliki hasil yang lebih baik dalam
Pada kedua metode dilakukan inisiasi hiposenter. Pola sebaran dan
perhitungan berulang (iterasi) untuk cluster yang dihasilkan ditunjukkan pada
menghasilkan output perhitungan terbaik Gambar 5 secara horizontal dan Gambar
dengan error minimum. Pada metode SED 6 secara vertikal berarah easting.
menggunakan GAD, iterasi umumnya
dilakukan sampai 3 kali, sedangkan 4.2 Hasil Hydroshearing
metode clustering dengan hypocc
Proses injeksi menggunakan sumur
melakukannya sampai 7 kali pengulangan.
NWG 55-29 meliputi dua tahap. Tahap
Adapun perbedaan lainnya dengan SED
pertama berlangsung sejak 27 Oktober
dalam hal pengerjaan ialah penggunaan
sampai Februari 2013, kemudian tahap
cluster untuk pengelompokan event. Secara
kedua dimulai sejak tahun 2014. Sumur
umum satu cluster didasarkan pada
injeksi NWG 55-29 memiliki total
koherensi sinyal waveform pada suatu
kedalaman (measured depth) 3048 meter
event dengan event lainnya yang umumnya
yang dilapisi casing sampai kedalaman
memiliki rentang waktu yang berdekatan.
1970 meter (Peluchette dan Anderson,
Perhitungan ini membagi menjadi 2
2013). Tujuan dibuatnya casing agar
cluster utama berdasarkan rentang waktu
injeksi dapat menuju area target, namun
terekamnya event disetiap periode injeksi,
terjadi kebocoran casing, hal tersebut
yang umumnya didominasi oleh event pada
teridentifikasi dari adanya event yang
2012 - 2013 dan 2014. Pada penelitian ini
berada disekitar dinding sumur (Aguiar
koherensi sinyal yang dianggap satu
dan Myers, 2017).
cluster harus lebih dari 0,4 (dengan skala 0
Gambar 7 menampilkan sebaran
sampai 1). Adapun jarak maksimum
event hasil injeksi tahap pertama dan kedua
episenter dengan stasiun yang melebihi
yang mengindikasikan adanya kebocoran
500 km akan diabaikan. Batas toleransi
casing sumur. Warna kuning pada sumur
event yang dianggap berdekatan dan masuk
injeksi merupakan area casing, sedangkan
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.3

warna putih merupakan open cased. Event memiliki nilai ≥ 0,3 sedangkan uap
warna merah dihasilkan oleh injeksi tahap ataupun gas memiliki rentang nilai ≤ 0,14.
pertama dengan 146 event gempa mikro. Gambar 10 menunjukkan pola pergerakan
Sebaran event disekitar dinding sumur fluida hasil injeksi menuju ke arah selatan,
yang ter-casing menandai adanya barat daya dan tenggara yang dipengaruhi
kebocoran (casing leak), sehingga proses oleh orientasi rekahan.
injeksi dilanjutkan setelah dilakukan Zona open cased yang merupakan
perbaikan pada casing sumur. Adapun zona target berada pada kedalaman lebih
warna biru ialah event gempa mikro dari 1970,6 meter, sehingga nilai Poisson
produk injeksi tahap kedua dengan total ratio yang tinggi namun berada pada
344 event. kedalaman di atas zona target merupakan
sebaran air hasil kebocoran casing.
4.3 Sebaran Vp/Vs dan Poisson’s Tampilan vertikal sebaran Poisson ratio
Ratio berikut (Gambar 11 dan Gambar 12)
Pemodelan rasio Vp/Vs didasarkan digunakan untuk memperkuat asumsi
pada sebaran hiposenter yang telah diatas sekaligus acuan penentuan zona
dilakukan sebelumnya, namun tidak produktif reservoar.
menyertakan keseluruhan event. Hal
4.4 Volumetrik Artificial Reservoir
tersebut disebabkan beberapa event hasil
pemrosesan memberikan nilai sebaran Dengan diketahuinya sebaran
dengan penyimpangan yang begitu besar. hiposenter event gempa mikro yang
Hasil perhitungan menunjukkan variasi mengindikasikan adanya deformasi karena
Vp/Vs berkisar antara 1,35 sampai 2,99 terbentuknya rekahan serta sebaran nilai
dengan tampilan yang ditunjukkan pada Poisson ratio maka dapat diketahui
Gambar 8. Dimana pengukuran sebelum keberadaan dan pola aliran fluida (terutama
EGS menghasilkan rasio Vp/Vs berada air) pengisi reservoar. Berdasarkan jenis
pada kisaran 1,77 Km/s. fluida pengisi dan kedalaman target dapat
Pada medium elastis, stress yang diklasifikasikan menjadi tiga produk EGS.
bekerja dipengaruhi oleh komponen arah 1. Zona jenuh, berada pada area casing
vertikal dan horizontal atau yang dikenal yang sebelumnya mengalami
dengan Poisson ratio. Faktor utama yang kebocoran saat injeksi tahap pertama.
berpengaruh adalah tingkat kebasahan Area ini memiliki saturasi yang tinggi
medium. Sehingga Poisson ratio yang diindikasikan dengan nilai
digunakan untuk menentukan jenis fluida Poisson ratio yang relatif besar, namun
dan tingkat kejenuhannya. Secara temperaturnya hanya berkisar 200 –
horizontal peta sebaran Poisson ratio 300oF (93,3 – 148,8 oC). Zona ini
ditampilkan pada Gambar 9. Dari hasil sebagian besar berada pada elevasi
perhitungan manual didapatkan Poisson 1500 – 0 meter atau kurang dari 1970
ratio memiliki rentang nilai -0,09 sampai meter dari permukaan. Namun zona ini
0,43 dengan rata-rata 0,28. juga berada pada area open cased yang
Seperti halnya nilai Vp/Vs, merupakan target injeksi. Total volume
keakuratan hasil perhitungan Poisson ratio zona ini mencapai 5,51 km3.
didasarkan pada korelasi data plot 2. Zona dominasi Uap, tersebar secara
menggunakan diagram Wadati. Rata-rata acak pada tiap lapisan, umumnya
korelasi hasil digaram Wadati berkisar berada di sebelah utara sumur injeksi.
0,94 dengan korelasi terendah 0,69. diestimasi berdasarkan nilai poisson
Penentuan jenis fluida didasarkan pada ratio yang rendah (≤ 0,14). Area ini
nilai Poisson ratio (Tabel 1), semakin bukanlah zona target produksi. Zona
tinggi nilai yang dihasilkan akan semakin ini memiliki total volume yang paling
jenuh air. Zona porous yang terisi air akan sedikit, yaitu 1,05 km3.
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No. 3

3. Zona dominasi air (Gambar 13), dibanding metode SED. Hal tersebut
berupa reservoar buatan yang telah dikarenakan pada metode Clustering
mengalami peningkatan permeabilitas menggunakan asumsi dua hiposenter
dan terisi oleh air injeksi. Pada area ini yang berdekatan dianggap sebagai
dapat dilakukan pengeboran sumur fungsi jarak, sehingga dapat
produksi untuk pembangkit listrik. meminimalisir kesalahan model
Sebagian besar berada pada kedalaman kecepatan tanpa koreksi stasiun.
lebih dari 1970 meter dari permukaan Sebaran event gempa mikro
dengan temperatur mencapai 500 - 600 diklasifikasi berdasarkan dua tahap
o
F atau 260 – 315,5 oC (Anonim, 2016). hydroshearing yang menghasilkan dua
Penentuan volumetrik zona dominasi cluster utama. Injeksi fase I
air didasarkan pada nilai poisson’s menghasilkan 146 event yang sebagian
ratio ≥ 3,0 yang mengindikasikan wet besar berada pada kedalaman kurang
medium. Total volume zona ini dari 1970 meter, karena adanya
mencapai 22,01 km3, namun jumlah ini kebocoran casing sumur. Sedangkan
masih memperhitungkan volume diluar injeksi fase II menghasilkan 344 event
area target artificial reservoir dan yang berada pada area open cased.
tanpa menghitung zona jenuh yang 2. Poisson’s ratio setelah hydroshearing
juga berada pada area target. memiliki rentang nilai -0,09 sampai
Penentuan batas-batas volumetrik 0,43 dengan rata-rata 0,28 dimana
reservoar buatan didasarkan pada pola produk artificial reservoir dianggap
sebaran serta event terjauh yang dihasilkan memiliki nilai ≥ 0,3. Berdasarkan
dengan melihat nilai poisson’s’s ratio pada tomografi Poisson’s ratio terdapat tiga
area tersebut. Event terjauh dari sumber produk utama hasil EGS, yaitu zona
injeksi juga mencirikan batas akhir rekahan jenuh, zona dominasi uap dan zona
yang terbentuk. Batas area reservoar dominasi air. Masing-masing memiliki
diinterpretasikan berada pada Easting (X): total volume 5,51 km3, 1,05 km3 dan
636411 dan Northing (Y): 4841500, 22,01 km3.
dengan elevasi (Z) maksimum -1500 m 3. Artificial reservoir mencakup ketiga
(Gambar 14). yang masing-masing berada zona yang berada pada area open cased
pada area open cased. berarah tenggara (SE), selatan (S) dan
Hasil akhir pemodelan volumetrik barat daya (SW) dari sumur injeksi
reservoar ditunjukkan pada Gambar 15 dengan estimasi volume 1,59 km3.
yang mencakup model volumetrik zona
jenuh (isovolume ungu), zona dominasi air 5.2 Saran
(isovolume merah) dan daerah utama
artificial reservoir (model balok) dimana Beberapa saran terkait pengembangan
masing-masing merupakan produk penelitian ini adalah sebagai berikut.
hydroshearing berupa injeksi air dengan 1. Akurasi pembacaan arrival time akan
estimasi volume sebesar 1,59 km3. sangat dipengaruhi oleh kualitas
picking fasa gelombang, sehingga
5. KESIMPULAN DAN SARAN diperlukan komprasi beberapa hasil
picking sebagai pembanding.
5.1 Kesimpulan 2. Identifikasi orientasi rekahan yang
terbentuk akan lebih baik dengan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan menampilkan focal mechanism
sebagai berikut: berdasarkan momen tensor maupun
1. Penentuan event gempa mikro dengan analisis particle motion pada masing-
hasil lebih baik didapatkan dengan masing event.
metode Clustering, dimana RMS dan 3. Dapat dilakukan perhitungan Poisson’s
error lokasi yang dihasilkan lebih kecil ratio dengan input rasio atenuasi
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.3

gelombang (Qp/Qs) sebagai Earthquakes Associated With The


pembanding. Newberry EGS Injection
September –December 2014.
UCAPAN TERIMAKASIH Final Report.
Terimakasih kepada Lawrence Frone, Z., Waibel, A., dan Blackwell, D.
Berkeley National Laboratory (LBNL), 2014. Thermal Modeling and EGS
Departement of Energy United States Potential of Newberry Volcano,
(DOE U.S) yang telah mengizinkan Central Oregon. California:
penulis untuk menggunakan data Proceedings 39th Workshop on
penelitian. Ucapan terimakasih pula Geothermal Reservoir
kepada segenap dosen pembimbing serta Engineering Stanford University.
seluruh pihak yang membantu penelitian
dan penulisan jurnal ini. Havskov dan Ottemoller. 2010. Routine
Data Processing in Earthquake
Seismology. Bergen: Springer
Publishers.
DAFTAR PUSTAKA
Hochstein, M. P., dan Browne, P.R.L.
Aguiar, A., dan Myers, S. 2017. 2000. Surface Manifestation of
Microseismic Event Relocation based Geothermal System With Volcanic
on Pagerank Linkage at the Newberry Source. In Encyclopedia of
Volcano Geothermal Site. California: Volcanoes. Academic Press.
Thirty-Eight Workshop on Geothermal
Reservoir Engineering Stanford Hurukawa, N. 2008. Practical Analysis of
University. Local Earthquakes. Tsukuba:
International Institute of
Cladouhos, T., Petty, S., Noerdin, Y., dan Seismology and Earthquake
Moore, M. 2013. Stimulation Engineering (IISEE). Hal 1-5.
Results From The Newberry
Volcano EGS Demosntration. Kirkland, K. 2010. Earth Sciences:
Seattle: GRC Transactions, Vol. Notable Research and Discoveies.
37. Hal 133. Infobase Publishing.
Cladouhos, T., Petty, S., Swyer, M., dan Kisslinger, C., dan Engdahl, E. R. 1973.
Uddenberg, M. 2015. Results The Interpretation of The Wadati
From Newberry Volcano EGS Diagram With Relaxed
Demonstration 2010 - 2014. Assumptions. Seismological
Seattle: Elsevier Ltd. Society of America.
Departement of Energy United States Kristiansen, T. G. 2000. Use Passive
(DOE). 2012. What is an Seismic Monitoring in Well and
Enhanced Geothermal System Casing Design in the Compacting
(EGS). Essai DOE/EE-0785. and Subsiding Valhall Field,
North Sea. Paris: SPE
Establishment of the Frontier Observatory Conference. Paper.
for Research in Geothermal
Energy (FORGE). 2016. Appendix Letvin, A. I. 2011. Analysis of Drill
A Conceptual Geologic Model. Cuttings Mineralogy and
Oregon. Geophysical Logs to Investigate
Alteration History at Newberry
Foulger, G. R., dan Julian, B. R. 2015. NWG 55-29 in Preparation for
Processing of Induceed
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No. 3

EGS Stimulation. Iceland: Sahara, D. P., Kusumo, A. W.,


Confidental M. S Thesis. Widiyantoro, S., dan Sule, R.
2009. Aplikasi Metode Double
MacLeod, N., Sherrod, D., Chitwood, L., Difference Untuk Relokasi
dan Jensen, R.A. 1995. Geologic Hiposenter Gempa Vulkanik
Map of Newberry Volcano, Gunung Kelud Secara Akurat.
Deschutes, Klamath and Lake Jurnal JTM. Vol 17. No 1.
Counties. Oregon: U.S Geological
Survey. Sanyal dan Subir, K. 2005. Geothermal
Resource Characteristics,
Majer, E. L., dan Mc Evilly, T. V. 1979. Development, Assessment and
Seismological Investigations at Management. Proceedings WGC
The Geysers geothermal Field. 2005.
California: Geophysics.
Sherrod, D., Mastin, L., Scott, W., dan
Maulida, N. H. 2015. Memantau Aktivitas Schilling, S. 1997. Volcano
Sistem Panas Bumi Dengan Hazards at Newberry Volcano,
Metode Mikroseismik. Essai. Oregon. Hawaii: U.S Geological
Survey.
Maxwell, S. 1998. Microseismic Logging
of Ekofisk Reservoir. Totndheim: Somerton, W. 1978. Some Physical
Eurock Presentation Rock Properties of Cerro Prieto Cores
Mechanism Petroleum Geothermal Fields. Berkeley:
Engineering Conference. Lawrence Berkeley National
Laboratory.
Mujihardi, B., Widarto, D., Nugraha, A.
D., dan Widiyantoro, S. 2012. Suharno. 2013. Eksplorasi Geothermal.
Careful Picking of P-Wave & S- Bandar Lampung: Penerbit
Wave Arrival Times of Lembaga Penelitian Universitas
Microseismic for Accurate Lampung.
Hypocenter Determination. Paper.
Waldhauser, F., dan Ellsworth, W. L.
Nugraha, A. D. 2012. Earthquake. 2000. A Double Difference
Bandung: Institut Teknologi Earthquake Location Algorithm:
Bandung. Method and Application to
Nothern Hayward Fault.
Peluchette, J dan Anderson, B. 2013.
California: Bulletin of the
Optimization of Integratde
Seismological Society of
Reservoir, Wellbore and Power
America.
Plant Models for Enhanced
Geothermal Systems. California:
Thirty-Eight Workshop on
Geothermal Reservoir
Engineering Stanford University.
Rutledge, J., dan Philips, W. 2003.
Hydraulic Stimulation of Natural
Fractures as Revealed by
Induceed Micriearthquakes,
Carthage Cotton Valley Gas
Field, East Texas. Geophysics.
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.3

Tabel 1. Harga Poisson’s ratio pada beberapa Tabel 2. Model kecepatan 1D daerah
penelitian penelitian (Foulger dan Julian, 2015)

Tabel 3. Perbandingan origin time metode Tabel 4. Perbandingan error hiposenter


SED dan Clustering pada metode SED dan Clustering

Gambar 1, Peta geologi regional Newberry beserta tampilan slice A (dimodifikasi dari
MacLeod dkk., 1995)
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.3

Gambar 2. Konseptual model geologi dan Gambar 3. Konseptual model geologi dan
temperatur slice B (FORGE, 2016) temperatur slice C (FORGE, 2016)

Gambar 4. Topografi daerah penelitian dan lokasi stasiun

Gambar 5. Sebaran hiposenter berdasarkan Gambar 6. Sebaran hiposenter


cluster secara horizontal berdasarkan cluster secara vertikal
Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.3

Gambar 7. Sebaran event gempa mikro beserta sumur injeksi, dengan garis kuning
merupakan area casing.

Gambar 8. Tampilan horizontal Vp/Vs Gambar 9. Tampilan horizontal Poisson’s Ratio

Gambar 10. Cross section Poisson ratio pada beberapa kedalaman


Jurnal Geofisika Eksplorasi Vol .3 /No.3

S N

W E

Gambar 11. Sebaran vertikal Poisson’s Gambar 12. Sebaran vertikal


ratio arah barat - timur Poisson’s ratio arah selatan - utara

Gambar 13. Volumetrik zona dominasi air Gambar 14. Slice vertikal pada arah timur
(easting)

Gambar 15. Hasil akhir EGS

Anda mungkin juga menyukai