Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PROYEK

MATA KULIAH VULKANOLOGI & GEOTERMAL

“PEMETAAN RESISTIVITAS 2D DAN 3D DAERAH MANIFESTASI GEOTERMAL


DI LOKASI WISATA HUTAN PINUS LAHENDONG MENGGUNAKAN
PERANGKAT LUNAK RES2DINV DAN VOXLER”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. AGRY Y. TUMBELAKA (20101104016)


2. HEOLIFA R. RUNTUWENE (211011040003)
3. JESSICHA ASUMBAK (211011040018)

DOSEN PENGAMPU:

DR. DOLFIE PAULUS PANDARA S.Pd, M.Si

BERTON MARULI SIAHAAN S.Si.,M.Sc

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

2023
BAB I

PENDAHULUAN

I. RASIONAL PROYEK

Energi panas bumi merupakan salah satu sumber energi masa depan dan Indonesia
memiliki potensi besar dalam penggunaannya untuk menghasilkan energi listrik. Energi
listrik panas bumi yang dihasilkan di Indonesia mencapai sekitar 1.348 megawatt (MWe)
atau sekitar 4,71% dari total potensi energi panas bumi yang dimiliki oleh negara ini. . Hal ini
menjadikan Indonesia negara keempat di dunia yang mengembangkan listrik menggunakan
tenaga panas bumi, setelah Amerika Serikat, Guatemala, dan Filipina. Dengan potensi yang
dimilikinya, di masa depan, Indonesia seharusnya dapat memainkan peran penting dalam
pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkitan daya listrik (Gaffar dkk., 2007). Pada
umumnya energi panas bumi berada pada daerah vulkanik dan yang ditandai oleh manifestasi
permukaan (geothermal surface manifestion) yang muncul di sekitaran wilayah potensi
seperti mata air panas, alterasi batuan, fumarol, kubangan lumpur panas (mud pools), geiser
dan manifestasi lainnya. Adanya manifestasi panas bumi di permukaan terjadi karena
perambatan panas dari bawah permukaan atau akibat rekahan-rekahan yang memungkinkan
fluida panas bumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan (Saptadji, 2003; Santoso,

2007).

Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki sejumlah potensi panas
bumi dengan di tandai adanya kemunculan gunung api aktif dan beberapa manifestasi panas
bumi yang tersebar di berbagai wilayah. Hutan Pinus Lahendong merupakan daerah yang
memiliki manifestasi panas bumi berupa mata air panas. Dengan adanya manifestasi mata air

Gambar 1.1 Peta Hutan Pinus dan Pemandian Air Panas Lahendong
panas di daerah Hutan Pinus Lahendong ini memungkinkan pada daerah tersebut dapat
dikembangkan lebih lanjut potensi panas bumi (2). Kawasan panas bumi Lahendong adalah
sistem yang didominasi oleh air panas yang dibagi menjadi dua reservoir utama, yaitu
reservoir Selatan dan Utara. Menurut Koestono dkk., 2010, Reservoir Selatan memiliki
temperatur 300o hingga 350o C, dengan tingkat kekeringan sekitar 80% dan reservoir Utara
memiliki temperatur yang lebih rendah antara 250 o hingga 280o C dengan tingkat kekeringan
sekitar 30%.

Maka dari itu akan dilakukan pemetaan resistivitas 2D dan 3D di daerah manifestasi
geotermal di lokasi wisata hutan pinus lahendong menggunakan perangkat lunak RES2DINV
dan Voxler. Pemetaan resistivitas merupakan metode geofisika yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengkarakterisasi manifestasi geotermal di lokasi wisata hutan pinus
lahendong memiliki potensi geotermal yang signifikan, dan pemetaan resistivitas dapat
membantu memahami struktur geologi dan distribusi sumber panas di lokasi tersebut.
Perangkat lunak RES2DINV digunakan untuk pemodelan dan inversi data resistivitas 2D,
memberikan gambaran yang jelas mengenai distribusi resistivitas di bawah permukaan.
Perangkat lunak Voxler juga digunakan untuk visualisasi model resistivitas 3D. (3)

1.1 Tujuan Dan Manfaat Proyek

1.1.1 Tujuan proyek ini adalah:

Memetakan struktur bawah permukaan daerah manifestasi panas bumi kawasan Hutan
Pinus Lahendong menggunakan metode geolistrik resistivitas dan metode polarisasi
induksi dengan konfigurasi Dipole-Dipole.

1.1.2 Manfaat dari proyek ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang struktur geologi dan potensi geotermal daerah


Hutan Pinus Lahendong. lingkungan.
2. Mengoptimalkan kawasan Hutan Pinus Lahendong sebagai laboratorium alam
untuk pembelajaran geotermal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panas Bumi

Panas bumi merupakan energi panas yang terbentuk secara alami dan tersimpan
dalam bentuk air panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman
beberapa kilometer di dalam kerak bumi. Hochstein dan Browne (2000) mendefinisikan
sistem panas bumi sebagai perpindahan panas secara alami dalam volume tertentu di kerak
bumi dimana panas dipindahkan dari sumber panas ke zona pelepasan panas.Kunci kekuatan
untuk mengerakkan fluida adalah perbedaan densitas antara air resapan yang suhunya lebih
rendah dan bergerak ke bawah dengan fluida panas bumi yang suhunya lebih tinggi yang
kemudian muncul ke permukaan bumi oleh gaya pengapungan. Panas bumi atau geothermal
merupakan energi panas bumi yang tersimpan di dalam permukaan bumi yang terkandung
dalam uap air, air panas, dan batuan bersama mineral dan gas lainnya yang secara genetik
semuanya tidak dapat dipisahkan dari sistem panas bumi, dan istilah geothermal di ambil dari
bahasa yunani, Geo berarti bumi dan thermal yang berarti panas. Panas bumi adalah salah
satu sumber daya alam yang dapat di perbaharui dan berpotensi besar serta sebagai salah satu
sumber energi yang di butuhkan masyarakat. Secara umum sistem panas bumi (geothermal
system) dapat diartikan sebagai sistem penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak
bumi dimana panas dihantarkan dari suatu sumber panas (heat source) menuju suatu tempat
penampungan panas (heat sink). Komponen Sistem Panas Bumi Sistem panas bumi dijumpai
pada daerah dengan gradien panas bumi relatif normal, terutama pada bagian tepi lempeng
dimana gradien panas bumi biasanya mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada
suhu rata-rata (Saptadji, 2009).

Terdapat empat elemen penting yang berpengaruh dalam sistem panas bumi, terutama
sistem panas bumi hidrotermal yang terdapat di sebagian besar Indonesia, yaitu:

1. Sumber Panas (Heat Source), Panas dapat berpindah secara konduksi, konveksi dan
radiasi. Pada sistem panas bumi, perpindahan panas umumnya secara konduksi dan konveksi.
Transfer panas secara konduksi pada batuan terjadi akibat adanya interaksi atomik atau
molekul penyusun batuan dalam mantel, sedangkan perpindahan panas secara konveksi
adalah perpindahan panas yang diikuti oleh perpindahan massa (molekul).
2. Fluida Panas Bumi, Fluida panas bumi berasal dari air permukaan (air meteorik) yang
masuk ke bawah permukaan melalui rekahan maupun ruang antar butiran batuan membentuk
sistem kantong fluida/reservoir.

3. Reservoir, Fluida panas bumi berasal dari air permukaan (air meteorik) yang masuk ke
bawah permukaan melalui rekahan maupun ruang antar butiran batuan membentuk sistem
kantong fluida/reservoir.

4. Batuan Penudung (Caprock), Lapisan penudung (caprock) berfungsi sebagai penutup


reservoir untuk mencegah keluar atau bocornya fluida panas bumi dari reservoir. Batuan
penudung harus berupa lapisan batuan yang bersifat kedap atau memiliki permeabilitas
rendah

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 November 2023 di Kawasan
Hutan Pinus, Desa Lahendong, Kecamatan Tomohon Selatan, Kota Tomohon

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Survei Lokasi dan Perizinan

Tahapan awal sebelum pengambilan data adalah survei lokasi dan permohonan izin
kepada pemilik lahan dan pemerintah setempat. Rencana survei akan dilakukan pada hari
Senin, 06 November 2023.

3.2.2 Persiapan alat dan bahan

Alat geolistrik yang akan digunakan diperiksa kelengkapannya, meliputi unit utama;
apakah berfungsi dengan baik, kabel, apakah tidak ada bagian yang putus, dan elektroda,
apakah jumlahnya lengkap. Pemeriksaan aki apakah terisi penuh atau tidak, pemeriksaan HT
dan GPS meter apakah berfungsi dengan baik.

Adapun peralatan yang akan digunakan meliputi:

1. Unit utama peralatan geolistrik


2. Kabel 4 rol

3. Elektroda 48 buah

4. Aki 1 unit

5. GPS meter 1 unit

6. HT 2 unit

7. Terpal 1 buah

8. Alat tulis menulis

9. Payung

10. Masker

11. Martil

12. Key tools 1 unit

Perangkat lunak yang akan digunakan untuk pengolahan dan analisis data adalah:

1. Res2dinv

2. Voxler

3.2.3 Pengambilan data

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 11 November 2023 dengan skema satu
grid yang terdiri dari empat lintasan, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1. Titik-titik sudut
dari lintasan berada pada koordinat sebagai berikut:

Titik 1 (1o17’13” LU, 124o 49’20” BT)

Titik 2 (1o17’11” LU, 124o 49’20” BT)

Titik 3 (1o17’03” LU, 124o 49’16” BT)

Titik 4 (1o17’03” LU, 124o 49’21” BT)


4 1

3 2

Gambar 3.1. Skema lintasan pengambilan data

Pengambilan data akan dilakukan untuk data resistivitas dan data polarisasi induksi
menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan jarak antar elektroda 5 meter.

3.2.4 Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data metode resistivitas menggunakan software Res2dinv untuk


mengkonversi resistivitas semu menjadi resistivitas sebenarnya. Data resistivitas tersebut
akan dimasukkan sebagai data awal untuk pengolahan citra 3D menggunakan perangkat
lunak Voxler. Berdasarkan data resistivitas dan data geologi akan dianalisis jenis batuan
bawah permukaan. Selanjutnya akan dihitung volume fluida geotermal yang berada didalam
daerah yang dibatasi oleh empat lintasan.

3.3 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Menentukan Tempat Proyek

Survei Lokasi Proyek

Persiapan Alat Proyek

Pengambilan Data

Pengolahan Data
Analisis Pengolahan Data

Kesimpulan

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

References
A. Basid, N. Andrini, S. Arfiyaningsih. 2014. "Pendugaan Reseirvoir Sistem Panas Bumi
Dengan Menggunakan Survey Geolistrik, Resistivitas dan self Potential (Studi Kasus:
Daerah Manifestasi Panas Bumi di Desa Lombang, Kecamatan Batang-Batang,
Sumenep)." Jurnal Neutrino: Jurnal Fisika dan Aplikasinya 57-70.

Gaffar, Wardhana, D.D. , Widarto. 2007. "Studi Geofisika Terpadu di Lereng Selatan G.
Ungaran Jawa Tengah dan Implikasinya terhadap Struktur Panas Bumi." Jurnal
Meteorologi Geofisika 2 .

Wote J. Palilingan, R.N. Rende, J. Nusa,. 2023. "Analisis Karakteristik Tipe Fluida Mata Air
Panas di Hutan Pinus Lahendong Dengan Menggunakan Spektrofotometri." Jurnal
FisTa: Fisika dan Terapannya 35-40.

Anas, N. A., Syamsuddin, S., Harimei, B., & Nasri, M. (2020). IDENTIFIKASI STRUKTUR
BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR MANIFESTASI PANASBUMI REATOA
KABUPATEN MAROS MENGGUNAKAN SURVEY GEOLISTRIK
RESISTIVITAS. Jurnal Geocelebes, 4(1), 23-32.

Fahri, M., Abdullah, A., Rugayya, S., & Badaruddin, B. (2019). Identifikasi Bawah
Permukaan Di Daerah Panasbumi Menggunakan Geolistrik Di Desa Tolole Kecamatan
Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong. Gravitasi, 18(1), 17-23.
Brehme, M., Blöcher, G., Cacace, M., Kamah, Y., Sauter, M., & Zimmermann, G. (2016).
Permeability distribution in the Lahendong geothermal field: A blind fault captured by
thermal–hydraulic simulation. Environmental Earth Sciences, 75, 1-11.
Koestono, H., Siahaan, E. E., Silaban, M., & Franzson, H. (2010, April). Geothermal model
of the Lahendong geothermal field, Indonesia. In Proceedings world geothermal
congress (pp. 25-29).
Arifin, M. H., Kayode, J. S., Ismail, K. I., Abdullah, M., Embrandiri, A., Nazer, S. M., &
Azmi, A. (2020). Data for the industrial and municipal environmental wastes hazard
contaminants assessment with integration of RES2D techniques and Oasis Montaj
software. Data in brief, 33, 106595.
Manrulu, R. H., Nurfalaq, A., & Hamid, I. D. (2018). Pendugaan sebaran air tanah
menggunakan metode geolistrik resistivitas konfigurasi wenner dan schlumberger di kampus
2 universitas cokroaminoto palopo. Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA
Universitas Lambung Mangkurat, 15(1), 6-12.

Polii, J., & Rampengan, A. M. (2020). Analisa geokimia fluida manifestasi permukaan di
daerah panas bumi lahendong. Fullerene Journal of Chemistry, 5(1), 45-48.

Dengen, N. (2016). pengolahan data geolistrik pada ekplorasi sumber air tanah di kecamatan
kongbeng kabupaten kutai timur dengan perangkat lunak res2dinv. Informatika
Mulawarman: Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 7(1), 27-34.

Darsono, B. N., & Legowo, B. (2012). Identifikasi Bidang Gelincir Pemicu Bencana Tanah
Longsor Dengan Metode Resistivitas 2 Dimensi Di Desa Pablengan Kecamatan Matesih
Kabupaten Karanganyar. Indonesian Journal of Applied Physics, 2(1), 57-66.

Anda mungkin juga menyukai