Anda di halaman 1dari 12

GEOFISIKA

DOSEN PEMBIMBING:

INTAN NOVIANTARI MANYOE, S.Si., M.T

DISUSUN OLEH:

JOGA BAGASWICAKSONO SUWANDI


471420031
B

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
IDENTIFIKASI LAPISAN BAWAH PERMUKAAN PANAS BUMI
MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS LISTRIK DI INDONESIA

Joga Bagaswicaksono Suwandi


Teknik Geologi, Universitas Negeri Gorontalo
joga_s1geologi2020@mahasiswa.ung.ac.id

A. Pendahuluan
Panas bumi merupakan salah satu sumber daya alternatif dan sangat banyak diproduksi di
Indonesia karena potensi panas bumi yang ada di dalamnya Indonesia mencapai 40%
cadangan panas bumi dunia. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki 129 gunung api yang
berpotensi sebagai wilayah pengembangan panas bumi.

Sumber daya panas bumi secara sederhana oleh Gupta dan Roy (2007) didefinisikan sebagai
reservoar panas di dalam bumi yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik
atau industri lain yang sesuai, pertanian atau aplikasi domestik di masa depan. Kondisi
geologi yang tidak cocok dapat menyebabkan suatu energi panas bumi di sebagian besar
tempat tidak ekonomis untuk dikembangkan.

Persyaratan utama terbentuknya sistem panas bumi adalah adanya sumber panas, reservoar
dan lapisan penutup (Gupta dan Roy, 2007). Menurut Azwar (1988), sistem panas bumi
merupakan sistem tata air, proses pemanasan dan kondisi sistem dimana air yang terpanasi
terkumpul sehingga persyaratan utama terbentuknya sistem panas bumi adalah tersedia air,
batuan pemanas (sumber panas), batuan sarang (reservoar) dan batuan penutup. Air umumnya
berasal dari air hujan atau air meteorik. Sumber panas dalam sistem panas bumi dapat
berwujud tubuh terobosan granit maupun bentuk-bentuk batolit lainnya (Broto dan Putranto,
2011). Reservoar adalah batuan wadah tempat berakumulasinya fluida panas bumi (Widodo
dkk, 2005). Batuan penutup berfungsi sebagai penutup kumpulan air panas atau uap sehingga
tidak merembes ke luar (Broto dan Putranto, 2011).

Daerah yang diidentifikasi memiliki potensi tinggi akan dieksplorasi lebih komprehensif
melalui metoda survei ilmiah. Selain studi geologi dan geokimia yang lebih rinci, berbagai
teknik geofisika dapat digunakan termasuk gravitasi, geomagnet dan survei resistivitas
(Arnason dan Gislason, 2009).
Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode geofisika yang digunakan dalam
eksplorasi panas bumi. Berbagai faktor berkontribusi dalam meningkatkan kontras resistivitas
antara sistem panas bumi dengan batuan disekitarnya (Meidav, 1972). Metode resistivitas
digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat
aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi (Santoso, 2002).

Resistivitas listrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari tentang nilai
resistivitas lapisan litologi di bawah permukaan bumi (Hendrajaya dan Idam, 1990).

Metode resistivitas dalam eksplorasi bumi telah digunakan dalam beberapa penelitian. Metode
resistivitas dalam eksplorasi panas bumi diantaranya dilakukan oleh Widodo dkk (2005),
Rakhmanto dkk, (2011), Widodo dan Mustang (2009) dan Haerudin dkk (2009).

B. Diskusi

Wilayah yang diidentifikasi memiliki potensi panas bumi akan dieksplorasi melalui metode
survei ilmiah. Metode survei ilmiah dapat berupa studi geologi dan geokimia. Sebagai
tambahannya studi geologi dan geokimia yang lebih rinci, berbagai teknik geofisika dapat
digunakan, termasuk metode geomagnetik.

Survei geologi adalah survei pendahuluan yang dilakukan dalam eksplorasi panas bumi
dengan menganalisis batuan, menentukan karakteristik morfologi, kondisi hidrologi, dan
sistem panas bumi.

Survey geofisika berupa survey magnetik, kelistrikan dan bawah permukaan lainnya. Metode
geomagnetik memanfaatkan magnetisasi kontras batuan bawah permukaan Dalam panas bumi
daerah, fluida panas bumi dapat menyebabkan perubahan besar pada sifat kimia dan fisiknya
batuan bawah permukaan. Perubahan lainnya adalah sifat magnet batuan akan turun atau
hilang karena panas dihasilkan.

Studi tentang variasi geomagnetik periode lebih lama memberikan informasi tentang
konduktivitas di Bumi hingga sekitar 2000 km. Semakin lama periode variasi semakin dalam
kedalaman penetrasinya. Variasi harian menghasilkan informasi konduktivitas sekitar 900 km.
Badai magnet berlangsung selama beberapa hari atau minggu dan memiliki komponen kuat
selama 48 jam, yang digunakan untuk memperpanjang informasi konduktivitas hingga sekitar
1000 km. Selain spektrum variasi geomagnetik terdapat komponen dengan periode yang lebih
panjang yang terkait dengan siklus bintik matahari 11 tahun. Analisis komponen 11 tahun
memungkinkan model konduktivitas mantel diperpanjang hingga kedalaman sekitar 2000 km.
Pengetahuan kita tentang konduktivitas listrik di mantel pada kedalaman lebih dari 2000 km
tidak dapat diperoleh dari analisis efek yang terkait dengan medan magnet eksternal.

1. Metode Resistivitas Listrik untuk Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan Panas


Bumi

Metode resistivitas memiliki peran penting dalam studi panas bumi. Sirkulasi fluida panas di
bawah permukaan mempengaruhi sifat resistivitas formasi geologi di daerah panas bumi
(Thanassoulas, 1991). Metode resistivitas dalam eksplorasi panas bumi telah digunakan dalam
beberapa penelitian. Metode resistivitas dalam eksplorasi panas bumi diantaranya dilakukan
oleh Widodo dkk (2005), Rakhmanto dkk, (2011), Widodo dan Mustang (2009) dan Haerudin
dkk (2009).

Metode resistivitas umum dan metode resistivitas konfigurasi Schlumberger yang akan
digunakan peneliti dapat membuat model bawah permukaan dangkal dan bawah permukaan
dalam (Chabaane et al., 2017; El-Qady, 2006; Islami, 2019; Suryadi et al., 2018; Teftae dkk.,
2019).

Metode resistivitas digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara
mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi (Santoso, 2002).

Resistivitas listrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari tentang nilai
resistivitas lapisan litologi di bawah permukaan bumi (Hendrajaya dan Idam, 1990). Dalam
metode ini, listrik arus disuntikkan ke bumi melalui dua elektroda arus dan beda potensial
pengukuran dilakukan melalui dua elektroda potensial. Pengukuran tersebut meliputi
pengukuran beda potensial, kekuatan arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi secara
alami di bumi serta melalui injeksi arus ke bumi.

Umumnya metode resistivitas listrik sering menggunakan 4 elektroda yang dipasang pada
jalur lurus (Gambar 1). Elektroda dibagi menjadi dua fungsi, elektroda arus (C1-C2) dengan
terjauh titik dari titik datum dan elektroda potensial (P1-P2) yang terletak di antara elektroda
arus.

Gambar 1. Konfigurasi resistivitas listrik skema. V berarti beda potensial,


A untuk arus kuat, C untuk elektroda arus, dan P adalah elektroda potensial.

a. Metode Tahanan Jenis

Metode tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok metode geolistrik yang digunakan
untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di
dalam batuan di bawah permukaan bumi. Yang dipelajari di sini mencakup besaran medan
potensial, medan elektromagnetik yang diakibatkan oleh aliran arus listrik secara alamiah
(pasif) maupun secara buatan aktif. Beberapa metode yang termasuk di dalam kelompok ini
ialah:
1) Tahanan jenis 5) EM VLF
2) Tahanan jenis Head On 6) Magnetoeluric
3) Potensial diri 7) Arus Teluric
4) Polarisasi terimbas 8) Elektromagnetik
Untuk paramater listrik secara langsung, yaitu tahanan jenis, tahanan jenis head on dan
potensial diri di satu bagian dan kelompok elektromagnetik yang terdiri dari magnetotelurik
dan VLF. Cara yang sama digunakan untuk penurunan pada elektroda potensial P2, dan
didapat beda potensial antara P dan P: (lihat Gambar 2).

Gambar 2 Konfigurasi elektroda arus dan potensial.

ΔV= -

Dimana:
ΔV= beda potensial; P1 dan P2
I= kuat arus
r= tahanan jenis
r1 r2 r3 dan r4= parameter konfigurasi

Dalam pembahasan di atas dijelaskan penggunaan arus listrik berfrekuensi rendah dialirkan ke
dalam tanah dan distribusi potensialnya diukur dengan elektroda potensial. Variasi tahanan
jenis diturunkan dari hasil pengukuran beda potensial tersebut.
Karena elektroda pada saat melakukan pengukuran disusun demikian rupa, maka harus
dilakukan perhitungan terhadap konfigurasi elektroda. Suatu besaran yang berfungsi sebagai
faktor untuk mengkoreksi berbagai konfigurasi elektroda disebut sebagai faktor geometri.
Faktor geometri yang diturunkan untuk konfigurasi elektroda seperti (Gambar 3) di bawah ini
(M dan N cicios potensial sedangkan A dan B elektroda arus):

ΔV = VM – VM = -

-1
=2 -

-1
K= 2 -

Gambar 3 Konfigurasi elektroda untuk faktor geometri

b. Metode Tahanan Jenis Head-On

Metode Head On Resistivity cukup berhasil diterapkan di Cina untuk mengidentifikasi sesar
yang diasumsikan sebagai zona tipis konduktif atau mempunyai kontras tahanan jenis pada
suatu daerah prospek geotermal enthalpy rendah.

Survei tahanan jenis Head On pada dasarnya merupakan pengembangan dari survai tahanan
jenis Schlumberger mapping dengan menambahkan satu elektroda arus C pada posisi jauh
(tak terhingga) di luar lintasan resistivity berarah tegak lurus terhadap lintasan (Gambar 4).

Oleh karena itu ia merupakan gabungan dari pengukuran tahanan jenis susunan elektroda
Schlumberger dan susunan elektroda colinier berikut:
Gambar 4 Sistem pengukuran Resistivity Head On.

Sebelum dilakukan survei Tahanan jenis Head On Resistivity, sangat diperlukan informasi
geologi mengenai keadaan litologi dan sesar yang akan dijadikan sasaran, sehingga dalam
penentuan lintasan jarak antara titik amat dan penempatan elektroda arus C sangat tepat
(Gambar 5).

Dengan mengubah-ubah arus masukan melalui sepasang dari variasi tiga buah elektroda arus,
akan didapat tiga data harga tahanan jenis semu. Bila pendataan dilakukan pada bentangan
AB/2 maka perpotongan kurva Tahanan jenis Head On akan menunjukkan titik kedudukan
sesar. Korelasi dengan penampang tahanan jenis semu yang disesuaikan dengan kedalaman
ekivalen AB/4 akan didapat tempat kedudukan sesar dengan lebih baik.

c. Metode Potensial Diri (SP)

Pengukuran SP dilakukan pada lintasan tertentu dengan tujuan untuk mengukur beda
potensial antara dua titik yang berbeda sebagai V₁ dan V2. Cara untuk melakukan
pengukurannya ialah dengan menggunakan dua buah elektroda yang biasanya menggunakan
'phorouspot' untuk memperoleh kontak yang baik antara elektroda dan lapisan tanah. Tahanan
‘porous pot’ selalu diusahakan sekecil mungkin, nilai potensial baru dilakukan setelah benar-
benar stabil. Sketsa cara pengukuran SP dapat dilihat pada (Gambar 5) di bawah ini.
Gambar 5 Sistem pengukuran SP

Perhitungan data SP langsung dilakukan dengan melakukan koreksi penutup yang didapat dari
pengukuran metoda kabel panjang. Beda harga antara kumulatif pembacaan (misalnya tiap a)
dan pembacaan bentangan (5a) merupakan total koreksi penutup, harga koreksi untuk tiap
pembacaan a didapat dengan membagi rata total koreksi. Kemudian dihitung kumulatif harga
pembacaan tiap a yang telah dikoreksi dengan koreksi penutup tersebut dari permulaan
pengukuran sampai dengan akhir pengukuran untuk setiap lintasan.

2. Metode Resistivitas 2D untuk Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan Panas Bumi

Pada penelitian ini digunakan metode resistivitas 2D dengan menggunakan konfigurasi


Dipole-dipole dan Wenner yang digunakan untuk menentukan distribusi tahanan jenis pada
ground surface.

Konfigurasi Dipole-dipole
Konfigurasi Dipole-dipole memiliki sensitivititas yang tinggi terhadap perubahan resistivitas
secara horizontal dan vertikal. Secara lebih luas pemetaan struktur secara vertikal akan
memberikan hasil yang baik, misalnya adanya kubah. Sedangkan pemetaan struktrur secara
horizontal dapat mengetahui adanya bentangan sedimen atau adanya antiklin maupun sinklin.
Selain itu konfigurasi ini masih sering digunakan secara luas dalam metode resistivity karena
memiliki medan elektromagnetik yang rendah antara sirkuit dan arus listrik (Rosset al., 1990).

Konfigurasi Dipole-dipole memiliki rangkaian sepasang elektroda arus C2 dan C1, serta
sepasang elektroda potensial P1 dan P2. Elektroda arus C2 dan C1 mempunyai jarak yang
sama dengan elektroda potensial P1 dan P2. Tetapi, jarak antara arus C1 dan potensial P1
diperbesar dan dimisalkan dengan na (Ross dkk, 1990)

Gambar 6 Skema Konfigurasi Dipole-dipole

Nilai tahanan jenis konfigurasi ini didapatkan dengan memasukkan beberapa parameter dalam
persamaan berikut :

a = Δn(n+1)(n+2)aR

Dimana:
a= nilai resistivitas/tahanan jenis (ohm),

n= konstanta (n=1,2,3,4,5,6),
a= spasi antara elektroda (m), dan
R= resistansi (ohm)

Konfigurasi Menner
Konfigurasi ini merupakan jenis konfigurasi resistivitas yang paling sering digunakan dalam
survei resistivitas 2D, karena mudah dalam operasional lapangannya. Pada konfigurasi
Wenner ini perubahan jarak elektroda arus akan diikuti dengan perubahan jarak elektroda
potensial sehingga kedalaman lapisan yang diukur juga mengalami perubahan (Prayogo dkk,
2003; Tutiani, 2000).

Pada konfigurasi Wenner nilai tahanan jenis didapatkan dengan memasukkan data lapangan
yang didapat dalam persamaan berikut:

a = 2 πa R

Dimana:

a= nilai resistivitas/tahanan jenis (ohm),

a= spasi antara elektroda (m), dan


R= resistansi (ohm)

Gambar 7 Skema Konfigurasi Wenner

3. Identifikasi Lapisan Bawah Permukaan Panas Bumi Menggunakan Tomografi


Resistivitas Listrik

Electrical resistivity tomography (ERT) adalah teknik geofisika yang banyak digunakan untuk
eksplorasi permukaan dalam air tanah dan investigasi lingkungan (Butler, 2005). Namun,
pencitraan resistivitas geolistrik baru-baru ini mendapatkan popularitas di bidang lingkungan
dan teknik investigasi (Coskun, 2012; Aizebenkhai, 2010; Yilmaz, 2011). ERT adalah alat
yang berhasil untuk mengukur variasi resistivitas spasial untuk tanah dan batuan serta prinsip
di balik ini Teknologi adalah bahwa batuan dan bahan tanah menunjukkan variasi resistivitas
listrik karena variasi kandungan mineralnya, saturasi fluida, porositas, permeabilitas, dan
parameter lainnya. Oleh karena itu, dengan mengukur resistivitas bawah permukaan pada
resolusi tinggi, area bawah permukaan mengalami pelarutan dapat dibedakan dari batuan
utuh.

ERT diterapkan secara regional dalam lingkungan geologi yang kompleks (Dahlin dan Loke,
1998; Griffiths dan Barker, 1993; Amidu dan Olayinka, 2006; Aizebeokhai dkk, 2010;
Olayinka dan Yaramanci, 2000; Almadani dkk., 2017: Alfaifi dkk., 2019). Aksesibilitas
terkini otomatis sistem akuisisi data dan perangkat lunak inversi ramah pengguna yang efisien
telah memungkinkan lebih andal gambar bagian atas bawah permukaan diperoleh melalui
teknik pencitraan resistivitas listrik (Aning dkk., 2013). Teknik ini memiliki berbagai macam
aplikasi, khususnya di air tanah eksplorasi melalui penyelidikan di bawah permukaan dan
mengidentifikasi parameter fisik batuan.

C. Kesimpulan

Metode resistivitas memiliki peran penting dalam studi panas bumi. Sirkulasi fluida panas di
bawah permukaan mempengaruhi sifat resistivitas formasi geologi di daerah panas bumi.
Resistivitas listrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari tentang nilai
resistivitas lapisan litologi di bawah permukaan bumi. Dalam metode ini, listrik arus
disuntikkan ke bumi melalui dua elektroda arus dan beda potensial pengukuran dilakukan
melalui dua elektroda potensial. Pengukuran tersebut meliputi pengukuran beda potensial,
kekuatan arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi secara alami di bumi serta melalui
injeksi arus ke bumi.

Metode resistivitas listrik yang digunakan untuk identifikasi lapisan bawah permukaan panas
bumi adalah metode tahanan jenis, metode tahanan jenis head on, metode potensial diri (SP).
Selain itu metode yang digunakan juga yaitu melalui metode resistivitas listrik 2D yang
meliputi konfigurasi dipole-dipole dan konfigurasi menner. Dan terakhir metode yang
digunakan yaitu menggunakan tomografi resistivitas listrik.

Referensi

Alshehri, F., & Abdelrahman, K. (2021). Groundwater resources exploration of Harrat


Khaybar area, northwest Saudi Arabia, using electrical resistivity tomography. Journal of
King Saud University-Science, 101468.
Bahri, A. S., Rochman, J. P. G. N., Khoiridah, S., & Iswahyudi, A. (2015). Estimasi
Cadangan Batu Gamping di Desa Melirang, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik dengan
Metode Resistivitas 2-Dimensi. Jurnal Geosaintek, 1(1), 15-24.
Manyoe, I. N. (2016). Model inversi data geolistrik untuk penentuan lapisan bawah
permukaan daerah panas bumi Bongongoayu, Gorontalo. Jurnal Sainstek, 8(4), 358-371.

Manyoe, I. N., & Hutagalung, R. (2020). Subsurface Shallow Modelling Based on Resistivity
Data in The Hot Springs Area of Libungo Geothermal, Gorontalo. Journal of Geoscience,
Engineering, Environment, and Technology, 5(2), 87-93.

Manyoe, I. N., Suriamihardja, D. A., Irfan, U. R., Eraku, S. S., Napu, S. S. S., & Tolodo, D.
D. (2020, November). Geology and 2D modelling of magnetic data to evaluate surface and
subsurface setting in Bongongoayu geothermal area, Gorontalo. In IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science (Vol. 589, No. 1, p. 012002). IOP Publishing.

Santoso, D. (2002). Pengantar teknik geofisika. ITB, bandung.

Tarmidzi, F., & Setyawan, A. (2014). Study of Fluid Flow in Gedongsongo Temple
Manifestation Geothermal Based on the Data of Geophysics. Energy Procedia, 47, 101-107.

Tolodo, D. D., Suma, M. D., Yusuf, N. J., & Manyoe, I. N. (2019). Subsurface Structure
Identification In Ilotidea Using Electrical Method For Developed The Flood Tourist Science
Village. Jurnal Sains Informasi Geografi, 2(1), 44-49.

Usman, F. C. A., Manyoe, I. N., Duwingik, R. F., & Kasim, D. N. P. (2020, November).
Geophysical survey of landslide movement and mechanism in Gorontalo Outer Ring Road,
Gorontalo. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 589, No. 1, p.
012008). IOP Publishing.

William, L. (2007). Fundamentals of geophysics.

Glosarium

1. Elektroda: konduktor yang dilalui arus listrik dari satu media ke yang lain, biasanya dari
sumber listrik ke perangkat atau bahan.
2. Eksplorasi: penjelajahan atau pencarian.
3. Porous pot: elektroda kontak dengan bumi yang terbuat dari logam yang dilingkupi oleh
garamnya, diletakkan pada wadah berpori. Porous pot biasa digunakan dalam pengukuran
metode SP.
Biografi

Perkenalkan nama Joga Bagaswicaksono Suwandi. Biasa dipanggil Yoga.


Lahir tanggal 22 juli tahun 2001 di Kota Gorontalo. Dan merupakan
mahasiswa Teknik Geologi angkatan tahun 2020. Mahasiswa Teknik Geologi Universitas
Negeri Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai