Anda di halaman 1dari 14

KONFIGURASI ELEKTRODA METODE GEOLISTRIK

(Laporan Praktikum Metode Geolistrik)

Oleh:
Madi Purnawan
1715051055

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KONFIGURASI ELEKTRODA METODE GEOLISTRIK

Oleh
Madi Purnawan

ABSTRAK

Geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu metode yang memanfaatkan sifat
kelistrikan dengan cara mengalirkan arus ke bawah permukaan. Menggunakan empat
elektroda, 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial, memiliki perbedaan panjang
untuk setiap elektrodanya bergantung pada konfigurasi yang digunakan. Penggunaan
konfigurasi berganung pada metode ekplorasi. Terdapat tujuh konfigurasi elektroda
pada geolistrik tahanan jenis, yaitu konfigurasi schlumberger, konfigurasi wenner,
konfigurasi wenner-schlumberger, konfigurasi dipole-dipole, konfigurasi pole-dipole,
konfigurasi pole-pole dan konfigurasi square. Perbedaan konfigurasi akan
mempengaruhi nilai dari faktor geometri yang juga berakibat pada perbedaan nilai
resistivitas atau tahanan jenis. Penggunan konfigurasipun bergantung pada kedalaman
ataupun resolusi yang kita butuhkan. Hal ini dikarenakan kemampuan setiap
konfigurasi berbeda – beda. Dari hasil praktikum didapat bahwa konfigurasi wenner
memiliki resolusi vertical dan constant separation traversing yang baik, sedangkan
untuk konfigurasi schlumberger memiliki vertical electrical sounding yang baik,
untuk konfigurasi dipole-dipole memiliki penetrasi kedalaman dan constant
separation traversing yang baik dan untuk konfigurasi square memiliki constant
separation traversing yang baik.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................i

ABSTRAK......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………................ .iii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….............iv

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………....1
B. Tujuan Percobaan …………………………………………………………...1

II. TEORI DASAR

III. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan ………………………………………………………….…..5
B. Diagram Alir ……..……………………………………………....................5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Pengamatan.………...……………………………………………….…6
B. Pembahasan ………………………………………………………………....6

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode geolistrik resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari


sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi.
Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah
elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan
MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi
Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan
tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah
permukaan. Dan setiap konfigurasi dalam metode Geolistrik tahanan jenis
mempunyai faktor geometri masing-masing. Resistivitas batuan dapat diukur
dengan memasukkan arus listrik ke dalam tanah melalui 2 titik elektroda di
permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur beda potensial di permukaan
yang sama. Hasil pengukuran geolistrik dapat berupa peta sebaran tahanan
jenis baik dengan jenis mapping atau horisontal maupun sounding atau
kedalaman. Pada metode ini dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya
yang sering digunakan adalah: konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger,
konfigurasi Wenner-Schlumberger, dan konfigurasi Dipole-dipole. Dari
beberapa konfigurasi elektroda tersebut memiliki faktor geometri yang
berbeda satu sama lain. Untuk mengetahui faktor geometri serta sensitivitas
masing-masing elektroda maka dilakukanlah praktikum ini.

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum konfigurasi metode geolistrik yang akan


dilakukan ini, antara lain:
1. Dapat mengetahui jenis-jenis konfigurasi elektroda.
2. Dapat menghitung nilai K sesuai dengan faktor Geometri masing-masing
konfigurasi elektroda.
3. Dapat mengetahui Sensitivitas masing-masing konfigurasi elektroda
II. TEORI DASAR

Banyak metode geofisika yang diterapkan dalam geolistrik, metode


tahanan jenis adalah metode yang paling sering di gunakan. Metode
tahanan jenis pada prinsipnya bekerja dengan menginjeksikan arus listrik
ke dalam bumi melalui dua elektroda arus sehingga menimbulkan beda
potensial. Beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektroda
potensial. Hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak
elektroda yang berbeda dapat digunakan untuk menurunkan variasi harga
tahanan jenis lapisan dibawah titik ukur (sounding point). Metode ini
lebih efektif dan cocok digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya
dangkal, jarang memberikan informasi lapisan di kedalaman lebih dari
1000 kaki atau 1500 kaki. Oleh karena itu metode ini jarang digunakan
untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam bidang
engineering geology seperti penentuan kedalaman basement (batuan
dasar), pencarian reservoir (tandon) air, dan eksplorasi geothermal (panas
bumi). Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan
potensialnya, dikenal beberapa jenis metode geolistrik tahanan jenis,
antara lain metode Schlumberger, metode Wenner dan metode Dipole
Sounding. (Wuryantoro, 2007).

Geolistrik merupakan salah satu metode Geofisika untuk mengetahui


perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah
dengan cara mengalirkan arus listrik DC yang mempunyai tegangan
tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah
elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak
tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan meyebabkan aliran
arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya
aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik
dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur
dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah
“elektroda tegangan” M dan N yang jaraknya lebih pendek dari jarak
3

elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar
maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah
sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada
kedalaman yang lebih besar (Broto, 2008).

Berdasarkan pada tujuan penyelidikan metode ini dibagi menjadi dua


yaitu mapping dan sounding. Metode resistivitas mapping merupakan
metode resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi resistivitas lapisan
bawah permukaan secara horisontal. Sedangkan metode resistivitas
sounding bertujuan mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah
permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini, pengukuran pada suatu
titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda.
Pengubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan secara sembarang, tetapi
mulai jarak elektroda kecil kemudian membesar secara gradual. Jarak
elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang
terdeteksi. Dari kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi, akan diperoleh
ketebalan dan resistivitas masing-masing lapisan batuan (Harlona, 2013).

Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger


pada tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika
untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah
permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct
Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus
listrik ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang
ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak
elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus
lapisan batuan lebih dalam.Dengan adanya aliran arus listrik tersebut
maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan
listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan penggunakan
multimeter yang terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M dan
N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi
jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik
yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi
jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih
besar. Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa
ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang
biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka
diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk
setengah bola dengan jari-jari AB/2 (Satuti,2010).

Pada Metode geolistrik tahanan jenis akan banyak ditemukan beberapa


konfigurasi elektroda, untuk setiap pengukuran yang berbeda dan
sensitivitas terhadap sesuatu yang akan dicari ketika eksplorasi geolistrik.
Berikut ini adalah jenis-jenis konfigurasi elektroda yang digunakan pada
eksplorasi geolistrik tahanan jenis :
1. Konfigurasi elektroda Schlumberger
4

2. Konfigurasi elektroda Wenner


3. Konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger
4. Konfigurasi elektroda Dipole-Dipole
5. Konfigurasi elektroda Pole-Pole
6. Konfigurasi elektroda Pole-Dipole
7. Konfigurasi elektroda Square
Setiap konfigurasi elektroda dalam metode geolistrik tahanan jenis
mempunyai faktor geometri masing-msing, berikut ini adalah beberapa
faktor koreksi masing-masing elektroda ( Zaenudin, 2015).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Kertas HVS
2. Alat Tulis
3. Modul

B. Diagram Alir Praktikum

Adapun diagram alir pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

Mulai

Mencari Jenis-jenis konfigurasi elektroda

Menggambar,menghitung dan menuliskan nilai K serta


sensitivitas masing-masing konfigurasi elektroda

Menganalisis Jenis konfigurasi yang paling


sensitivitas

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir


V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Data Praktikum

Adapun data praktikum kali ini terlampir di lampiran.

B. Pembahasan

Pratikum kali ini mengenai tentang Konfigurasi elektroda. Pratikum dilakukan


agar pratikan mampu menggambar, menghitung dan menuliskan nilai k serta
sensitivitas untuk masing-masing konfigurasi. Pratikum dimulai dengan prites
kemudian pembahasan hasil prites. Setelah itu pratikan dijelaskan tentang
konfigurasi wenner dan schlumberger dimana konfigurasi tersebut dipakai
untuk pengukuran secara horizontal maupun vertikal karena masing masing
konfigurasi memiliki kesensitivitasan yang berbeda. Terakhir pratikan
dijelaskan tentang perbedaan konfigurasi schlumberger dan wenner-
schlumberger dimana konfigurasi ini hampir memiliki kesamaan hanya
pengolahan data pengukuran 1D untuk schlumberger dan 2D untuk wenner-
schlumberger. Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Metode geolistrik resistivitas
merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan
jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus listrik
diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan
pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga
resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur. Pada metode ini
dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang sering digunakan
adalah: konfigurasi Wenner, konfigurasi wenner-schlumberger, konfigurasi
Schlumberger, konfigurasi pole-dipole, konfigurasi pole-pole, konfigurasi
Dipole-dipole dan konfigurasi square.
7

Konfigurasi Wenner tersusun atas dua elektroda arus dan dua elektroda
potensial. Elektroda potensial ditempatkan pada bagian dalam dan elektroda
arus dibagian luar dengan jarak antar elektroda sebesar Konfigurasi ini
digunakan dalam pengambilan data secara lateral atau mapping. Keunggulan
dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada
elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN
yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur
multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan
kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat
permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang
didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor
non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.

Konfigurasi Schlumberger Merupakan konfigurasi yang hampir sama dengan


Wenner, hanya saja jarak elekroda potensial dibiarkan tetap, pengukuran
dilakukan dengan memindahkan elektroda arus ke arah luar. Jarak antara
elektroda AM dan NB sama (AM = NB), sedangkan untuk jarak MN tetap .
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan
pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif
jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik
‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan
minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain
diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang
sangat tinggi. Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah
kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada
permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi
perubahan jarak elektroda MN/2. Agar pembacaan tegangan pada elektroda
MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak
elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN
terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada
multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.

konfigurasi dipole-dipole menggunakan 4 elektroda yang terdiri dari 2


elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Jarak antara AB = MN sebesar a
sedangkan elektroda arus dan potensial dipisahkan oleh jarak na dimana n
merupakan faktor kali dari pemindahan elektroda potensial. Keunggulan
konfigurasi ini dapat digunakan untuk penetrasi yang lebih dalam dan waktu
untuk perubahan bentangan elektroda yang relatif lebih pendek .Sedangkan
kelemahan pengukuran medan listrik menjadi sulit pada jarak pengukuran
yang cukup jauh
8

Konfigurasi elektroda Wenner-schlumberger adalah konfigurasi gabungan


Antara metode konfigurasi wenner dan konfigurasi schlumberger. Bentuk
spasi elektrodanya pun gabungan dari keduanya, dengan sistem aturan spasi
yang konstan dengan catatan faktor “n” untuk konfigurasi ini adalah
perbandingan jarak antara elektroda A-M (atau N) dengan spasi antara M-N.
Keunggulan dari konfigurasi ini adalah pembacaan bidang horizontal yang
baik dan penetrasi max.15%. Sedangkan Kelemahannya: AB/MN harus
berada pada rasio 2,5 < AB/MN < 50. Di luar rasio tersebut, faktor
geometri sudah berdeviasi.

Konfigurasi Elektroda Pole-Dipole, yaitu sumberarus tunggal tetapi


pengukuran beda potensial dilakukan pada elektroda P1 dan P2 yang
membentuk dipole (saling berdekatan). Keunggulan Program ini adalah untuk
menghitung resistivitas dengan tepat dan efisien. Sehingga para pengguna
dapat menghemat waktunya untuk mengolah data dibandingkan menggunakan
excel. Sedangkan kelemahan dari konfigurasi pole-dipole adalah tingkat
akurasi dari posisi benda atau obyek yang kurang akurat dibandingkan
konfigurasi dipole-dipole, hal ini disebabkan oleh konfigurasi elektroda yang
tidak simetris

Konfigurasi Elektroda Square lebih sensitive dalam perlakukan medanan


isotropic dibawah permukaan dan membutuhkan luas daerah pengukuran yang
lebih kecil dari pada konfigurasi segaris. Kelebihannya, menurut Watson and
Barker, yaitu bahwa konfigurasi bentangan persegi ini dapat mengukur dua
arah saling tegak lurus dalam satu kali pengambilan data di lapangan.
Konfigurasi ini memiliki nilai tersendiri dalam pemetaan tiga
dimensi,misalnya untuk penyelidikan arkeologis dangkal.

Pokok bahasan selanjutnya yaitu mengenai sensitivitas masing-masing


konfigurasi elektroda. Sensitivitas konfigurasi adalah suatu koefisien yang
menggambarkan tingkat perubahan nilai tahanan jenis bawah permukaan yang
akan mempengaruhi potensial yang terukur. Koefisien sensitivitas juga
bergantung pada faktor geometri elektroda yang digunakan. Kedalaman
investigasi adalah kemempuan konfigurasi elektroda dalam memetakan
kedalaman maksimum yang dapat ditembus. Untuk memperoleh kedalaman
maksimum yang dapat dipetakan, kalikan spasi elektroda “a” max atau
panjang bentangan max “L” dengan factor kedalaman. Cakupan data
horizontal adalah kemampuan konfigurasi elektroda untuk menghasilkan
banyaknya data dalam arah lateral atau horizontal, kemampuan ini sangat
berguna dalam survey 2D. Untuk sensitivitas pada masing-masing konfigurasi
elektroda diantaranya: konfigurasi elektroda Schlumberger sensitivitasnya
9

hanya terhadap arah vertical, sedangkan untuk konfigurasi elektroda yang


lainnya yaitu konfigurasi elektroda wenner, konfigurasi elektroda wenner-
Schlumberger, konfigurasi elektroda dipole-dipole, konfigurasi elektroda pole-
dipole, konfigurasi elektroda pole-pole dan konfigurasi square sensitivitasnya
terhadap arah vertikal dan horizontal. Dari penjelasan diatas yang paling
sensitivitas untuk eksplorasi air tanah adalah metode konfigurasi
Schlumberger dengan teknik vertical electrical sounding karena
sensitivitasnya lebih kearah vertikal dan jangkauannya lebih dalam dari
konfigurasi yang lainnya dan untuk konfigurasi yang paling sensitivitas
eksplorasi bahan tambang yaitu konfigurasi wenner karena konfigurasi ini
lebih kepemetaan atau mapping yang dapat memetakan daerah yang dijadikan
sasaran dan belum diketahui pasti persebaran kandungan bijih besinya.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Konfigurasi-konfigurasi elektroda memiliki sensitivitasnya masing-masing
yaitu untuk survey mapping ataupun sounding.
2. Konfigurasi wenner dan wenner-schlumberger memiliki kesamaan perbedaan
saat pengolahan data pengukuran 1D dan 2D.
3. Pemilihan konfigurasi elektroda bergantung pada tipe struktur yang akan
dipetakan, sensitivitas alat tahanan jenis dan tingkat noise yang ada.
4. Konfigurasi dipole-dipole memiliki empat elektroda yaitu dua elektroda arus
dan dua elektroda potensial dengan penempatan jarak yang sama untuk
elektroda arus dan dipisahkan oleh jarak tertentu untuk penempatan elektroda
potensial dengan jangkauan yang sama, namun tetap pada satu garis lurus.
5. Konfigurasi wenner lebih sensitif untuk mendeteksi lapisan secara vertikal
dibandingkan schlumberger dan dipole-dipole.
DAFTAR PUSTAKA

Broto, S. dan Afifah R.S. 2008. Pengolahan Data Geolistrik Dengan Metode
Schlumberger. Semarang: Jurusan Teknik Geologi Universitas Diponegoro.

Harlona Amd. 2013. Pengertian Metode Geolistrik. Gramedia: Bandung

Satuti, Ari,Sutarno. 2010. Metode Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-dipole


digunakanUntuk Penelusuran Sistem Sungai Bawah Tanah Pada Kawasan
Karst di Pacitan, Jawa Timur. Material. Vol 11. Hal 47-48.

Wuryantoro. 2007. Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Jenis Untuk Menentukan


Letak Dan Kedalaman Aquifer Air Tanah (Studi Kasus di Desa Temperak
Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang Jawa Tengah). UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG.

Zaenudin,Ahmad.2015.Penuntun Praktikum Eksplorasi Geolistrik. Lampung.


UNILA. Hal 1-2

Anda mungkin juga menyukai