Anda di halaman 1dari 18

PENGENALAN ALAT DAN AKUISISI DATA

MAGNETOTELLURIK
(Laporan Praktikum Metode Elektromagnetik)

Oleh

Oktaviana
1815051002

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Judul Praktikum : Pengenalan Alat Dan Akuisisi Data Magnetotellurik

Tanggal Percobaan : 14 November 2020

Tempat Percobaan : Rumah Praktikan

Nama : Oktaviana

NPM : 1815051002

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : 3 (Tiga)

Bandar Lampung, 20 November 2020


Mengetahui
Asisten

M. Fajri Suhada
NPM. 1715051018

ii
PENGENALAN ALAT DAN AKUISISI DATA
MAGNETOTELLURIK

Oleh
Oktaviana

ABSTRAK

Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan percobaan tentang pengenalan alat
dan akuisisi data magnetotellurik. Metode magnetotelurik ini merupakan teknik
sounding induktif pasif yang mengukur variasi medan magnet dan medan listrik
alami di permukaan. Fungsi transfer antara medan listrik dengan medan magnet
pada domain frekuensi ini mengandung infomasi mengenai distribusi resistivitas
bawah permukaan. Akusisi data Magnetotellurik (MT) bertujuan untuk merekam
variasi medan magnet dan medan listrik alami bumi terhadap waktu. Kedua
medan tersebut direkam pada selang waktu tertentu. Frekuensi yang digunakan
pada metode MT adalah antara 10-4 Hz hingga 104 Hz. Prosedur pengukuran di
lapangan yang dapat dikelompokan menjadi lima yaitu instalasi porouspot,
instalasi coil magnetik, instalasi MTU, pengukuran dan penutup. Sistem akuisisi
pada metode Magnetotellurik ada tiga, yaitu sistem grid, line dan random.

Kata kunci: alat MT, akuisisi data, sistem grid, line dan random.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 1

II. TEORI DASAR

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan ................................................................................... 4
B. Diagram Alir ...................................................................................... 4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Data Pengamatan ............................................................................... 5
B. Pembahasan........................................................................................ 5

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Diagram Alir ................................................................................. 4

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode elektromagnetik (EM) sering digunakan untuk eksplorasi benda-


benda konduktif atau benda-benda yang mampu menghantarkan listrik serta
mampu memberikan respons terhadap gaya magnet. Tujuan dari
dilakukannya metode ini adalah pada pemanfaatan dari perubahan komponen-
komponen medan akibat variasi konduktivitas untuk menentukan struktur
bawah permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh
dengan sengaja, seperti dengan membangkitkan medan di sekitar daerah
observasi (teknik aktif) atau memanfaatkan sumber elektromagnetik alami
(teknik pasif). Salah satu metode dengan sumber elektromagnetik alami di
geofisika adalah metode magnetotelurik. Metode magnetotelurik ini
merupakan teknik sounding induktif pasif yang mengukur variasi medan
magnet dan medan listrik alami di permukaan. Fungsi transfer antara medan
listrik dengan medan magnet pada domain frekuensi ini mengandung
infomasi mengenai distribusi resistivitas bawah permukaan. Beberapa studi
menunjukkan adanya kaitan erat antara resistivitas dengan porositas,
kandungan fluida (air, uap air atau gas) dan temperatur formasi batuan.

B. Tujuan

Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:


1. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi alat magnetotellurik.
2. Mahasiswa dapat membedakan sistem akuisisi menggunakan metode
magnetotellurik.
3. Mahasiswa dapat menentukan sistem akuisisi data magnetotellurik yang
diterapkan pada area survei.
4. Mahasiswa dapat mendesain sistem akuisisi menggunakan metode
magnetotellurik.
5. Mahasiswa dapat mengestimasi biaya akuisisi berdasarkan desain
akuisisi yang ditentukan.
II. TEORI DASAR

Metode geofisika melibatkan pengukuran sifat fisika di permukaan bumi yang


dapat memberikan informasi struktur dan komposisi batuan di bawah permukaan
untuk keperluan eksplorasi (Sarkowi 2010). Metode magnetotellurik merupakan
metode geofisika pasif yang memanfaatkan konsep elektromagnetik. Metode
magnetotellurik membutuhkan medan magnet yang berubah-ubah terhadap waktu
(Praromadani 2012). Sumber medan elektromagnetik bumi alami berasal dari
aktivitas meterologis atau petir yang kemudian menjalar mengitari bumi
(Unsworth 2014) dan fluktuasi medan magnet bumi diakibatkan oleh perubahan
dalam magnetosphere yaitu zona kompleks plasma yang secara konstan terdorong
oleh solar wind (Castells 2006).

Metode magnetotellurik memiliki jangkauan penetrasi yang lebih dalam


dibandingkan dengan metode geolistrik. Metode magnetotelurik dapat mengetahui
sebaran batuan dan lapisan di bawah permukaan dengan melihat nilai
resistivitasnya atau tahanan jenisnya (Kadir, 2011).

Sumber sinyal untuk metode magnetotellurik adalah medan magnetik yang


berasal dari dalam dan luar bumi serta memiliki rentang frekuensi yang bervariasi.
Medan magnet yang berasal dari dalam dikarenakan pergerakan antara mantel
bumi terhadap inti bumi. Medan magnet yang berasal dari luar bumi adalah
medan magnet yang dihasilkan di atmosfer dan magnetosfer (Agung, 2009).
Semua sumber medan magnetik tersebut memiliki nilai yang bervariasi terhadap
waktu, tetapi yang dimanfaatkan pada Metode Magnetotellurik hanya medan
magnetik yang berasal dari luar bumi yang memiliki rentang frekuensi lebih besar
(Kadir, 2011).

Sumber magnetik yang berasal dari luar bumi yaitu seperti peristiwa petir yang
menyambar dan solar wind yang terjadi. Frekuensi yang dihasilkan oleh peristiwa
solar wind memiliki frekuensi lebih kecil dari 1 Hz sehingga jarak tembus medan
magnetik menjangkau kedalaman yang cukup jauh (Simpson dan Bahr, 2005).
Frekuensi yang dihasilkan pada aktivitas petir atau kilat ialah di atas 1 Hz (Agung,
2009; Kadir, 2011). Peristiwa ini terjadi di ionosfer dan menjalar hingga ke
permukaan bumi. Ketika mencapai permukaan bumi secara otomatis medan
magnet bumi akan mengalami perubahan. Jika perubahan medan magnet bumi
terjadi berulang kali maka akan menghasilkan fluks magnet yang menginduksi
arus listrik di bawah permukaan bumi dan menghasilkan medan magnet sekunder
yang akan direkam oleh alat MT (Kadir, 2011).
3

Variasi medan EM alam merambat secara vertikal ke bumi karena adanya kontras
resistivitas yang besar antara lapisan udara dengan bumi. Metode magnetotellurik
didasarkan pada persamaan Maxwell yang dituliskan dalam persamaan (1) dan (2)
(Zanuar 2009).
(1)

(2)

dimana E adalah medan listrik (Volt/m), B adalah fluks atau induksi magnetik
(Weber/m2 atau Tesla), H adalah medan magnet (Ampere/m), j adalah rapat arus
(Ampere/m2) dan D adalah perpindahan listrik (Colomb/m2). Persamaan (1)
menyatakan bahwa perubahan fluks magnetik menyebabkan medan listrik dengan
gaya gerak listrik berlawanan dengan variasi fluks magnetik yang
menyebabkannya. Persamaan (2) menyatakan bahwa medan magnet timbul akibat
fluks total arus listrik yang disebabkan oleh arus konduksi dan arus perpindahan
(Zanuar 2009).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu
sebagai berikut:
1. Alat tulis
2. Software Google Earth
3. Laptop

B. Diagram Alir
Diagram alir pada praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:

Mulai

Menentuan daerah prospek panas bumi

Buka Software Google Earth dan menentukan


sistem akuisisi

Membuat placemark atau titik pengukuran

Menghubungkan titik data dengan dengan line

Desain survei lapangan


panas bumi

selesai

Gambar 1. Diagram Alir


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Adapun data pengamatan pada praktikum kali ini terdapat pada lampiran.

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini membahas tentang pengenalan alat dan akuisisi data
magnetotellurik yang dilaksanakan pada tanggal 2014 November 2020.
Akusisi data Magnetotellurik (MT) bertujuan untuk merekam variasi medan
magnet dan medan listrik alami bumi terhadap waktu. Kedua medan tersebut
direkam pada selang waktu tertentu. Frekuensi yang digunakan pada metode
MT adalah antara 10-4 Hz hingga 104 Hz. Waktu perekaman data biasanya
dilakukan hingga belasan jam agar data yang terukur cukup untuk
menggambarkan kondisi di bawah permukaan hingga kedalaman ribuan
meter. Alat MTU akan merekam variasi waktu dari medan magnet dan medan
listrik yang akan disimpan dalam removable flash card.

Sensor yang digunakan untuk merekam data terdiri dari 2 jenis sensor yaitu
sensor elektrik dan sensor magnetik. Sensor elektrik berfungsi untuk
merekam data medan listrik dan sensor magnetik berfungsi untuk merekam
data medan magnet. Terdapat 3 sensor magnetik yang terdiri dari 3 koil (Hx,
Hy dan Hz) dimana 2 sensor magnetik akan diletakkan secara horizontal dan
1 sensor magnetik diletakkan secara vertical. Sensor elektrik yang digunakan
terdiri dari 5 poros pot, dimana 4 buah poros pot akan diletakkan secara tegak
lurus (Ex dan Ey) dan 1 buah akan ditanam di bawah alat MTU sebagai
ground. Pada setiap sensor akan terhubung dengan kabel connector untuk
menghubungkan 3 buah koil dan 5 poros pot ke alat MTU. Laptop akan
digunakan untuk mengoperasikan alat MTU dan melihat data mentah,
mentransfer data ke removable flash card. Pada proses pengukuran akan
digunakan GPS untuk mengetahui posisi pengukuran di titik tersebut.
Akumulator akan dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik untuk
mengaktifkan alat MTU. Converter AC-DC digunakan untuk megubah
tegangan pada akumulator sebagai energi untuk mengaktifkan laptop. Poros
pot akan ditanam pada lubang. Lubang yang akan ditempati harus di isi
dengan larutan bentronit. Larutan bentronit adalah larutan yang terdiri dari
bentonit, garam dan akuades. Ini berfungsi agar lokasi penanaman tersebut
lebih bersifat elektrolit sehingga elektrode dapat merekam arus tellurik secara
maksimal.
6

Sebelum penempatan alat pada lokasi pengukuran, dilakukan kalibrasi alat


terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan di daerah yang memiliki sedikit
gangguan seperti terhindar dari sumber-sumber listrik dan ground motion.
Pertama-tama GPS dan laptop dihubungkan ke alat MTU. Kemudian MTU
dihubungkan ke koil yang disusun sejajar di atas tanah. Setalah itu MTU akan
mengukur dalam waktu 30-60 menit. Setelah itu baru dapat dilakukan
pengukuran ke titik yang ditentukan. Pada proses pengaturan alat sesuai
layout pengukuran, poros pot diletakkan kurang lebih dengan jarak 100 meter
antar poros pot.

Setelah itu dapat dilakukan proses perekaman data. Pada proses ini, kontak
antara poros pot dengan tanah harus diperiksa terllebih dahulu. Nilai
resistivitas harus relative lebih kecil dari 2 kΩ. setelah semua siap maka
proses perekaman data dapat dilakukan. Parameter yang ingin diukur dapat
ditententukan dengan menggunakan laptop. Data yang telah direkam pada
alat MTU berupa data mentah medan listrik dan medan magnet terhadap
waktu. Pemilihan pada interval waktu pengukuran mempengaruhi kualitas
data. Semakin panjang interval waktu maka jumlah data yang didapat
semakin banyak. Setelah itu data dalam domain waktu akan diubah menjadi
domain frekuensi dengan transformasi fourier. Proses transformasi fourier
dilakukan karena parameter fisis seperti impedansi, resistivitas semu dan fase
merupakan fungsi frekuensi. Setelah itu akan dihitung nilai impedansi,
resistivitas semu dan fase dengan menggunakan robust processing. Robust
processing digunakan untuk mengurangi noise dan membuat data lebih baik.
Semua proses tersebut dilakukan di perangkat lunak SSMT 2000.

Berdasarkan jurnal Studi Potensi Energi Geothermal Blawanijen, Jawa Timur


Berdasarkan Metode Gravity daerah yang dipilih yaitu daerah Blawan, Ijen
(Gambar 2. Terdapat pada lampiran). Salah satu daerah yang diprediksi
terdapat potensi geothermal adalah Blawan, Bodowoso yang terletak di
Kompleks Gunung Ijen, Jawa Timur. Keberadaan panasbumi di lokasi ini
ditandai oleh keberadaan mata air panas yang tersebar di bagian utara.
Gunungapi Ijen merupakan salah satu gunungapi Kuarter yang memiliki
aktivitas sedang sampai tinggi dan banyak solfatara dengan suhu mencapai
200oC. Gunungapi ini dikenal, karena pembentukan endapan belerang yang
tebal di bibir kawahnya. Dalam sejarah letusannya Gunung Ijen pernah
mengalami letusan sangat besar, sehingga terbentuk kaldera dengan diameter
hampir 5 km. Di bagian utara Gunung Ijen (Blawan) terdapat batuan tua
seperti breksi (breccia), lava dan basaltik-tuf. Bagian dalam kaldera
didominasi oleh batuan muda akibat aktivitas gunung Ijen yaitu tuf, breksi
(breccia) dan lava. Alasan memilih akuisisi random karena mengikuti
topografi di lokasi yang berupa pegunungan sehingga tidak efektif apabila
7

menggunakan sistem akusisi line. Dan juga sistem akuisisi random ini cocok
di sekitar puncak gunung.

Kekurangan dari akuisisi metode magnetotellurik yaitu bergantung pada


cuaca. Karena cuaca sangat mempengaruhi kualitas data yang di dapatkan
sehingga kurang efektif sebagai eksplorasi daerah prospek geothermal.
Sedangkan kelebihannya yaitu tidak merusak lingkungan karena metode
magnetotellurik merupakan metode pasif. Sistem grid merupakan akuisisi
dengan menggunakan titik-titik. Sistem line merupakan proses akuisisi
dengan menggunakan garis. Sedangkan sistem random yaitu gabungan dari
sistem grid dan sistem line.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang di dapat pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Akusisi data Magnetotellurik (MT) bertujuan untuk merekam variasi medan


magnet dan medan listrik alami bumi terhadap waktu.

2. Frekuensi yang digunakan pada metode MT adalah antara 10-4 Hz hingga 104
Hz.

3. Kekurangan dari akuisisi metode magnetotellurik yaitu bergantung pada cuaca.


Karena cuaca sangat mempengaruhi kualitas data yang di dapatkan sehingga
kurang efektif sebagai eksplorasi daerah prospek geothermal.

4. Kelebihan akuisisi metode magnetotellurik yaitu tidak merusak lingkungan


karena metode magnetotellurik merupakan metode pasif.

5. Prosedur pengukuran di lapangan yang dapat dikelompokan menjadi lima yaitu


instalasi porouspot, instalasi coil magnetik, instalasi MTU, pengukuran dan
penutup.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, L., 2009, Pemodelan Sistem Geothermal dengan Menggunakan Metode


Magnetotelurik di Daerah Tawau, Sabah, Malaysia, Universitas Indonesia,
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Depok, (Skripsi).

Castells, A.M.. 2006. A Magnetotelluric Investigation of Geoelectrical


Dimensionallity and Studi of the Central Betic Crustal Structure [Thesis].
Barcelona: Universitat de Barcelona.

Kadir, T.V.S., 2011, Metode Magnetotellurik (MT) Untuk Eksplorasi Panas Bumi
Daerah Lili, Sulawesi Barat dengan Data Pendukung Metode Gravitasi,
Universitas Indonesia, Kekhususan Geofisika Program Studi Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Depok, (Skripsi).

Praromadani, Z.S. 2012. Pemodelan Sistem Geotermal Daerah Telomoyo Dengan


menggunakan Data Magnetotellurik [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.

Sarkowi , M. 2010. Pengantar Teknik Geofisika. Lampung : UNILA.

Simpson, F. dan Bahr, K., 2005, Practical Magnetotellurics, Cambridge


University Press

Unsworth , M. 2014. Overview of Elektromagnetic exploration methods.


Geophysics 424. University of Alberta.

Zanuar , R. 2009. Pemodelan 2 -Dimensi Data Magnetotellurik Daerah Prospek


Panasbumi Gunung Endut, Banten [skripsi]. Depok: Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Gambar 2. Desain akuisisi Blawan, Ijen.

Anda mungkin juga menyukai