Anda di halaman 1dari 76

MIKROZONASI KOTA JAMBI

BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR

SKRIPSI

ARIE SATRIA
F1D314017

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2019
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar – benar karya saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan
mengikuti tata penulisan karya tulis ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan
yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

i
RINGKASAN

Telah dilakukan penelitian tentang mikrozonasi Kota Jambi berdasarkan


data mikrotremor studi kasus Kecamatan Danau Teluk, Jambi Selatan, Jambi
Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi Dan Pelayangan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh peta seismisitas Kota Jambi
berdasarkan parameter mikrotremor. Pengambilan data penelitian sebanyak 25
titik survei mikrotremor yang tersebar di daerah penelitian. Pengolahan data
mikrotremor menggunakan metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectra Ratio)
dengan software Geopsy untuk memperoleh dua parameter utama yaitu nilai
frekuensi alami (f0), faktor amplifikasi (A0). Selanjutnya menghitung nilai indeks
kerentanan seismik (kg), Percepatan tanah maksimum (PGA), dan ketebalan
lapisan sedimen (h). Nilai Percepatan tanah maksimum (PGA) dihitung
menggunakan metode kanai dengan studi kasus gempabumi Kabupaten
Pasaman Barat pada tanggal 28 Februari 2019 pukul 06:27:05 WIB dengan
kekuatan M=5.3 SR. Dari hasil semua parameter tersebut diperoleh peta
mikrozonasi Kota Jambi. Berdasarkan peta mikrozonasi Kota Jambi terdapat
dua zona seismisitas yaitu zona aman dan zona dirasakan oleh beberapa orang.
Zona aman relatif terdistribusi hampir pada seluruh daerah penelitian.
Sedangkan zona risiko sangat rendah terkonsentrasi pada beberapa kelurahan
meliputi Tanjung Sari, Payo Selincah, Kasang Jaya hingga Sijinjang kecamatan
Jambi Timur, Pasir Panjang, Tanjung Raden hingga bagian selatan Olak
Kemang kecamatan Danau Teluk, kelurahan Jelutung hingga Lebak Bandung
kecamatan Jelutung, Thehok kecamatan Jambi Selatan, Pal Merah hingga
Lingkar Selatan kecamatan Pal Merah.

ii
SUMMARY

This research has been carried out the microzonation of Jambi City based
on microtremor data with case studies of several sub-districts namely Teluk
Danau, Jambi Selatan, Jambi Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi and
Pelayangan. Research was aimed to determine and obtaine seismicity map of
Jambi City based on microtremor parameters. Acquisition research data was 25
survey points microtremor spreading in the research area. The microtremor data
was analyzed by HVSR (Horizontal to Vertical Spectra Ratio) method through
Geopsy software to creat two main parameters were value of natural frequency
(f0) dan amplification factor (A0). Subsequently, calculated the value of seismic
vulnerability index (kg), peak ground acceleration (PGA), and thickness of the
sediment layer (h). The value of peak ground acceleration (PGA) was calculated
using the kanai method with earthquake parameters in Pasaman Barat districts
on february 28th, 2019 at 6:27:05 IWST with the magnetude of 5.3 SR. From the
result of all these parameters it can be obtained the microzonation map of Jambi
City. Based on the microzonation map of Jambi City produced two seismicity
zones, namely the safe zone and the zone felt by many people. Safety zones were
relatively distributed in almost all research areas. While the zone of very low risk
concentrated in several villages of research area namely Tanjung Sari, Payo
Selincah, Kasang Jaya to Sijinjang in Jambi Timur sub-district, Pasir Panjang
Tanjung Raden to the southern part Olak Kemang in Danau Teluk sub-district,
Jelutung, Lebak Bandung in Jelutung sub-district to Thehok in Jambi Selatan sub-
district, Pal Merah to Lingkar Selatan in Pal Merah sub-district.

iii
MIKROZONASI KOTA JAMBI
BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam melakukan penelitian dalam rangka
penulisan Skripsi pada Program Studi Teknik Geofisika

ARIE SATRIA
F1D314017

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JAMBI
2019

iv
v
RIWAYAT HIDUP
Arie Satria, dilahirkan di Muarabulian pada tanggal
12 Maret 1996 dari pasangan Bapak Sutan Taris dan
Ibu Erlina. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Saudara pertama penulis bernama
Ericson dan saudara ketiga bernama Restu Hidayat.
Penulis mengenyam pendidikan formal dimulai sejak
sekolah dasar di SD Negeri 182 Muara Bulian yang
diselesaikan pada tahun 2008, sekolah menengah
pertama diselesaikan di SMPN 3 Batanghari pada
tahun 2011, dan sekolah menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 1
Batanghari pada tahun 2014. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai
mahasiswa program studi Teknik Geofisika jurusan Teknik Kebumian fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Jambi. Selama menjadi mahasiswa, penulis
aktif di beberapa unit kegiatan bidang kemahasiswaan dan keilmuan.
Dibidang Kemahasiswaan dan organisasi, penulis ikut serta sebagai
Pengurus bidang Publikasi Lingkaran Saintis Islam (LSI) Fakultas Sains dan
Teknologi 2014-2015, Pengurus Divisi Hubungan Masyarakat HMTGF UNJA
2014-2015, Pengurus Divisi Kajian Publik BEM Fakultas Sains dan Teknologi
2014-2015, Staff Public Relations SEG-SC (Society Exploration of Geophysicist –
Student Chapter) Universitas Jambi 2016-2017, Ketua pada kegiatan
Geophysical Engineering goes to Company (GEC) Kerinci 2016, Sekretaris utama
pada kegiatan Kujungan Industri ke Pekerjaan Seismik 3D Tiung Bedjo SKK
Migas – Petrochina International Jabung Ltd. 2016, Kepala Departemen
Kewirausahaan HMTGF UNJA 2017-2018, Anggota relawan pada kegiatan
Nusantara Mengabdi bach 1 INAVIS di Kota Sabang Nangroe Aceh Darussalam
2017, Kepala Departemen Koperasi dan Usaha BEM Fakultas Sains dan
Teknologi 2017-2018.
Dibidang Keilmuan, penulis beberapa kali dipercaya menjadi ssisten
praktikum diantaranya Statistika Dasar pada tahun 2015-2016, Geofisika
Komputasi pada tahun 2016-2017, Gravitasi dan Magnetik 2017-2018,
Seismologi pada tahun 2018-2019. Pada tahun 2019 penulis lolos dalam
pendanaan PKM-Penelitian Eksakta 2019 dan juga lolos ke tahap PIMNAS 32 di
Universitas Udayana, Bali. Selain itu sepanjang tahun 2017 hingga 2019,
penulis sering terlibat pada beberapa projek geofisika mengenai inventarisasi air
tanah menggunakan metode geolistrik resistivitas bersama Bapak Soni
Satiawan, S.T., M.Sc. dan beberapa konsultan sumur bor.

vi
PRAKATA

Alhamdulillahirrabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah azza wa jalla atas


ridho dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul “MIKROZONASI KOTA JAMBI BERDASARKAN DATA
MIKROTREMOR”. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat menyelesaikan
tahap pendidikan sarjana (S-1) pada program studi Teknik Geofisika,
Universitas Jambi. Selain itu, melalui tugas akhir ini penulis dapat mencoba
menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh selama kuliah.
Penyusunan tugas akhir ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya
bantuan serta kemurahan hati dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada Bapak Drs. H. Nasri MZ., M.S., Ibu Tri Kusmita, S.Si., M.Sc., dan Ibu
Ichy Lucya Resta, S.Pd., M.Si. sebagai pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulisan skripsi dari awal hingga akhir. Serta penghargaan yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Kedua Orangtua, abang Ericson, adik Restu Hidayat, dan seluruh keluarga
yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materialis.
2. Bapak Ir. Buhaira, M.P., Bapak Ir. Yulia Morsa Said, M.T., dan Ibu Ira
Kusuma Dewi, S.Si., M.T. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik
dan saran kepada penulis.
3. Bapak Prof. Drs. Damris, M, M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Jambi.
4. Bapak Saaddudin, S.Pd., M.Sc., Bapak Soni Satiawan, S.T., M.Sc., Ibu
Rizka, S.T., M.T., Ibu Ira Kusuma Dewi, S.Si., M.T., Ibu Ichy Lucya Resta,
S.Pd., M.Si., Ibu Tri Kusmita, S.Si., M.Sc., dan Bapak Juventa, S.T., M.T.
selaku dosen program studi Teknik Geofisika yang telah mengajar dan
membimbing penulis selama perkuliahan.
5. Tim survei mikrotremor : Bang Ari Saputra, Abdullah, Rezki Hidayat, Rizki
Kiting, Muhammad Ilham, Andika Prasetyo, Yudhistira Ade EP., dan Abda’u
M. Fath yang membantu dalam akuisisi data penelitian tugas akhir penulis.
6. Rekan–rekan seperjuangan Teknik Geofisika Universitas Jambi Angkatan
2014 : Della Aprilia Sari, Fitria Puspita Sari, Muhammad Prima, Susi
Susanti Situmorang, Bovi Datria, Savera Dwi Putri, Ahmat Munawir
Siregar, Slamat Riyadi Silalahi, bang Ari Saputra, Khrisna Noviardi,
Abdullah Abdurrahman Ali, Rienjani Adhe Putri, Andika Prasetyo, Novia
Pirmayeni, Dyan Saputra, Rezki Hidayat, Bagus Ansori, Farsa Randitama,
Leo Padli, Iwalzi AM., Ahmad Fakhri Bobby Buana, Mei Neri Ningsih,

vii
Muhammad Reza Pahlevi, Surya Bakti Rangkuti, Veri Aprional, Rizki
Hidayat, Muhammad Faiz Wahdi, Abdurrahman Assidik, Marito Manurung,
Joko Purnomo, Samuel Hasiholan, Reza Patamarda, Maudy Hadiati, bang
Andri Sukma, Beni Irawan, Andreas Meinanda Situmorang, Muhammad
Rafi’i, Abda’u Fath, Yudhistira Ade EP., Egiyani Moudi Putri Barus, Handika
Oktavianto, Lutvia Arumsari, Muhammad Khairin Ikhwan, Adrika Arumita,
Rinaldi, Hernowo Febi, dan Muhammad Ilham Pribadi yang telah menjadi
teman selama perkuliahan dan mengukir cerita di Kampus Pinang Masak.
7. Teman–teman angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018 dan anggota
Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika ANTAREJA Universitas Jambi yang
telah memberikan dukungan moril.
8. Bapak Budi Hartono, S.T yang telah membantu penulis menerbitkan surat
keterangan penelitian dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kota Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun sebagai bahan evaluasi menuju kearah
yang lebih baik.
Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dimasa
yang akan datang.
Jambi, Oktober 2019

Arie Satria
F1D314017

viii
DAFTAR ISI

Halaman
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... i
RINGKASAN .................................................................................................. ii
SUMMARY ..................................................................................................... iii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
RIWAYAT HIDUP........................................................................................... vi
PRAKATA ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ........................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................ 3
1.5 Batasan Masalah ............................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4
2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................. 4
2.2 Fisiografi ........................................................................................ 6
2.3 Geologi Regional ............................................................................ 6
2.4 Tatanan Tektonik .......................................................................... 8
2.5 Geomorfologi .................................................................................. 9
2.6 Metode Mikrotremor ..................................................................... 9
2.7 Transformasi Fourier .................................................................... 10
2.8 Metode HVSR ................................................................................ 12
2.9 Frekuensi Alami (f0) ..................................................................... 14
2.10 Amplifikasi (A0) .............................................................................. 15
2.11 Kerentanan Seismik (Kg)................................................................ 16
2.12 Percepatan Tanah Maksimum (PGA).............................................. 17
2.13 Ketebalan Sedimen (h) .................................................................. 19
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 20
3.1 Tempat dan Waktu ....................................................................... 20
3.2 Peralatan Penelitian ....................................................................... 20
3.3 Software Penelitian ........................................................................ 20
3.4 Metode Penelitian .......................................................................... 21
3.5 Tahapan Penelitian ........................................................................ 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 26
4.1 Interpretasi Kualitatif .................................................................... 26
4.2 Interpretasi Kuantitatif .................................................................. 28
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 41
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 41
5.2 Saran ............................................................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43
LAMPIRAN .................................................................................................... 48
ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Frekuensi Alami
Mikrotremor Oleh Kanai ................................................................. 15
2 Klasifikasi Nilai Faktor Amplifikasi ................................................. 16
3 Klasifikasi Nilai Indeks Kerentanan Seismik................................... 17
4 Klasifikasi Skala Intensitas Gempabumi (SIG) BMKG .................... 18
5 Rincian Kegiatan Penelitian ............................................................ 20
6 Keriteria kurva reliabel pada MT 11 ............................................... 26
7 Klasifikasi Data Nilai Frekuensi Alami............................................ 29
8 Klasifikasi Data Nilai Faktor Amplifikasi ........................................ 31
9 Klasifikasi Data Nilai Indeks Kerentanan Seismik .......................... 33
10 Klasifikasi Data Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA)............. 35
11 Klasifikasi Data Nilai Ketebalan Lapisan Sedimen .......................... 37

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1 Kerangka Cekungan Sumatera Selatan ..................................... 6
2 Peta Geologi Kota Jambi ............................................................ 7
3 Kerangka Tektonik Pulau Sumatera .......................................... 9
4 Ilustrasi Rekaman Mikrotremor ................................................. 10
5 Peta Akuisisi Data Mikrotremor Kota Jambi .............................. 22
6 Tampilan Hasil Windowing dengan Lw = 35 s dan Nw = 32 ......... 23
7 Hasil Grafik H/V ........................................................................ 24
8 Diagram Alir Penelitian .............................................................. 25
9 Kurva H/V Tipe Clear Peak pada titik MT11 .............................. 27
10 Kurva H/V Tipe Broad Peak pada titik MT12 ............................. 28
11 Peta Distribusi Frekuensi Alami................................................. 30
12 Peta Distribusi Faktor Amplifikasi ............................................. 32
13 Peta Distribusi Indeks Kerentanan Seismik ............................... 34
14 Peta Distribusi Percepatan Tanah Maksimum (PGA).................. 36
15 Peta Distribusi Ketebalan Lapisan Sedimen ............................... 38
16 Peta Mikrozonasi Daerah Penelitian ........................................... 39

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Posisi Titik Survei Mikrotremor ............................................... 48
2. Data Hasil Penelitian ............................................................... 49
3. Contoh Perhitungan Nilai Parameter Mikrotremor................... 50
4. Kriteria Reliabel dan Clear Peak menurut SESAME 2004........ 51
5. Uji Reliabilitas ......................................................................... 52
6. Uji Kurva Clear Peak ................................................................ 53
7. Kurva H/V Hasil Pengolahan Data .......................................... 54
8. Dokumentasi Pengambilan Data ............................................. 63

xii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara tektonik Kota Jambi tidak berpotensi menjadi pusat gempabumi.
Namun tingkat kerusakan gempabumi di suatu wilayah tidak hanya tergantung
pada magnitudo dan jarak episenter gempabumi, akan tetapi juga dipengaruhi
oleh kondisi geologi setempat (local site effect), (Sunardi, dkk., 2012). Kondisi
geologi setempat tersebut berupa endapan sedimen yang mengalami pelapukan
(Refrizon, dkk., 2013). Berdasarkan informasi geologi, urutan pengendapan
batuan di daerah Kota Jambi dimulai dari pengendapan formasi Airbenakat
(Tma), Muaraenim (Tmpm), Kasai (Qtk), dan endapan alluvium (Qa) yang rata-
rata didominasi oleh sedimen yang halus (Mangga, dkk., 1993). Pengaruh
kondisi geologi inilah memberikan dampak terhadap penjalaran gelombang
seismik yang berbeda-beda. Gelombang seismik akan semakin kuat ketika
merambat di medium sedimen halus karena terdapat ruang antar butir yang
mengakibatkan terjadinya penguatan gelombang seismik (Hartati, 2014). Hal ini
dapat mengakibatkan pergerakan muka tanah yang dapat memicu kerusakan
bangunan.
Kecamatan Jambi Timur, Jambi Selatan, Jelutung, Pasar Jambi
merupakan daerah pusat perdagangan dan jasa di Kota Jambi, selain itu juga
terdapat beberapa perkantoran, HAMKAM, dan instansi pendidikan. Sementara
Kecamatan Pal Merah merupakan kawasan transportasi bandar udara dan di
beberapa kecamatan terdapat kawasan industri (Pemkot Jambi, 2013). Sehingga
daerah tersebut didominasi oleh infrastuktur seperti jalan utama dan kontruksi
bertingkat. Dalam pembangunan dan pengembangan kota perlu memperhatikan
beberapa kekuatan dan kualitas bangunan, kondisi geologi dan geotektonik
lokasi bangunan serta percepatan tanah (Edwiza dan Novita, 2008). Sehingga
dapat dilakukan rekayasa sipil untuk meminimalisir kerusakan bangunan yang
kemungkinan terjadi akibat adanya bencana alam khususnya gempabumi.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko akibat
gempabumi melakukan mikrozonasi. Hal ini dapat dilakukan jika kondisi
geologi, getaran, dan kondisi fisik permukaan suatu daerah diketahui
(Agustawijaya & Syamsuddin, 2009). Untuk itu dilakukan penelitian ini dengan
menggunakan metode mikrotremor. Metode mikrotremor merupakan metode
geofisika yang memanfaatkan getaran selain gempabumi dapat berupa aktivitas
manusia maupun alam. Dalam mikrotremor dikenal metode HVSR (Horizontal to
Vertical Spectral Ratio). Metode ini merupakan metode yang efektif, murah dan
ramah lingkungan yang dapat digunakan pada wilayah permukiman (Warnana,
dkk., 2011). Metode HVSR merupakan analisis mikrotremor yang dapat

1
2

digunakan untuk memperoleh frekuensi natural sedimen dan ketebalan


sedimen (Mufida, dkk., 2013). Dari parameter-parameter pengukuran
mikrotremor diharapkan dapat diketahui nilai kerentanan seismik (Kg),
percepatan tanah maksimum (PGA) dan ketebalan sedimen (h) suatu daerah
beradasarkan respon mikrotremor, sehingga risiko gempabumi dapat dikurangi.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi lebih baik
mengenai daerah-daerah yang rentan terhadap gempabumi, yang kemudian
informasi ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam perencanaan dan
pengembangan Kota Jambi khususnya Kecamatan Danau Teluk, Jambi Selatan,
Jambi Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi dan Pelayangan.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah


Kota Jambi berada pada satuan batuan yang didominasi oleh sedimen
yang halus. Kondisi geologi ini dapat menyebabkan Kota Jambi temasuk daerah
yang rentan terhadap gempabumi. Akan tetapi belum adanya peta mikrozonasi
daerah tersebut, akan sulit untuk memetakan zona-zona rentan gempabumi
tersebut dalam skala mikro. Sementara berdasarkan observasi menunjukkan
Kota Jambi khususnya daerah penelitian Kecamatan Danau Teluk, Jambi
Selatan, Jambi Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi dan Pelayangan
merupakan kawasan industri, perdagangan dan jasa, pertambangan, bandara,
HAMKAM, perkantoran, pendidikan, pemukiman dan ruang terbuka hijau.
Kawasan-kawasan tersebut membutuhkan peta mikrozonasi sebagai upaya
perencanaan dan pengembangan Kota Jambi. Sehingga ada beberapa masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana variasi frekuensi alami (f0), faktor amplifikasi (A0), indeks
kerentanan seismik (Kg), percepatan tanah maksimum (PGA), dan
ketebalan lapisan sedimen (h) Kota Jambi berdasarkan respon
mikrotremor?
2. Bagaimana seismisitas Kota Jambi berdasarkan parameter
mikrotremor?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui variasi frekuensi alami (f0), faktor amplifikasi (A0), indeks
kerentanan seismik (Kg), percepatan tanah maksimum (PGA), dan ketebalan
lapisan sedimen (h) Kota Jambi.
2. Mengetahui dan memperoleh peta seismisitas Kota Jambi berdasarkan
parameter mikrotremor.
3

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitan ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan pemerintah Kota Jambi dalam
membentuk perencanaan tata ruang dan infrastruktur pembangunan
daerah Kota Jambi yang sesuai dengan sebaran nilai indeks kerentanan
seismik (Kg), percepatan tanah maksimum (PGA), dan ketebalan lapisan
sedimen (h).
2. Dari sisi keilmuan kegiatan penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk
penelitian selanjutnya berupa kajian dibidang geoteknik, lingkungan dan
kebencanaan, serta memberikan sumbangan perkembangan ilmu
pengetahuan terutama dibidang mitigasi geofisika.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada beberapa kecamatan meliputi Danau
Teluk, Jambi Selatan, Jambi Timur, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi dan
Pelayangan.
2. Penentuan percepatan tanah maksimum (PGA) menggunakan parameter
periode dominan dan referensi gempabumi kabupaten Pasaman Barat pada
tanggal 28 Februari 2019 pukul 06:27:05 WIB dengan kekuatan M=5.3 SR
dan kedalaman 23 Km. perhitungan empiris menggunakan metode Kanai.
3. Informasi mikrozonasi ini terbatas pada penyedian peta frekuensi alami,
faktor amplifikasi, indeks kerentanan seismik, ketebalan lapisan sedimen
dan percepatan tanah maksimum.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan


Edwiza (2006) melakukan analisis terhadap intensitas dan percepatan
tanah maksimum gempa Sumatera Barat. Hasil penelitiannya menunjukkan
daerah Tapan merupakan daerah yang memiliki nilai intensitas maksimum
sebesar 9.75 MMI dan percepatan tanah maksimum sebesar 562.34 gal. Hal ini
disebabkan karena daerah Tapan termasuk daerah patahan dan jalur sesar
Sumatera.
Edwiza dan Novita (2008) melakukan penelitian mengenai percepatan
tanah maksimum (PGA) untuk wilayah Kota Padang Panjang menggunakan
metoda Kanai. Hasil penelitian menunjukkan wilayah Pandang Panjang dan
sekitarnya memiliki nilai percepatan tanah maksimum (PGA) yang tinggi 174.93
– 418.04 gal, disaran untuk dibagun kontruksi bagunan tahan gempa pada
wilayah tersebut.
Daryono, dkk. (2009) melakukan penelitian mengenai efek tapak lokal
(local site effect) di Graben Bantul berdasarkan pengukuran mikrotremor. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa nilai indeks kerentanan seismik (Kg)
berkisar antara 0.04 – 29.22. Agihan nilai indeks kerentanan seismik sesuai
dengan agihan kerusakan yang membentuk pola “damage belt”. Zona
kerusakan parah yang terkonsentrasi di sepanjang Sesar Opak tidak
disebabkan oleh reaktivasi sesar seperti yang dipredikasi oleh para ahli ilmu
kebumian sebelumnya, tetapi merupakan cerminan adanya fenomena efek
tapak lokal di Graben Bantul.
Daryono (2013) melakukan penelitian mengenai indeks kerentanan
seismik (Kg) berdasarkan mikrotremor pada setiap satuan bentuk lahan di Zona
Graben Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai rata-rata indeks kerentanan seismic pada setiap satuan bentuk
lahan berubah mengikuti satuan bentuk lahan. Persebaran daerah lebih rentan
secara seismik akibat local site effect di zona Graben Bantul terdapat pada
satuan bentuk lahan asal fluvial, vulkanik, aeoliomarin, denudasional, dan
fluviomarin. Persebaran daerah kurang rentan secara seismik terdapat pada
satuan bentuk lahan asal struktural. Beberapa faktor yang mempengaruhi
indeks kerentanan seismik dalam penelitian ini adalah jenis material penyusun
bentuk lahan, ketebalan sedimen, dan kedalaman muka air tanah.
Syahruddin, dkk. (2014), melakukan penelitian mengenai profil
ketebalan sedimen lintasan kota makassar dengan mikrotremor. Hasil
penelitian menunjukkan nilai indeks kerentanan seismik lintasan mikrotremor
5

Gowa-Makassar berada pada interval nilai 0.15 – 30. Tingkat kerentanan


seismik Gowa-Makassar cenderung semakin besar ke arah topografi yang lebih
tinggi. Hasil perhitungan ketebalan sedimen lintasan mikrotremor Gowa –
Makassar adalah 6 – 66 m.
Saaduddin, dkk. (2015) melakukan penelitian mengenai kerentanan
seismik di Kota Padang, Sumatera Barat. Hasil Penelitian menunjukkan nilai
kerentanan seismik (Kg) berkisar antara 0.58 – 170.61. Dimana endapan
alluvial cenderung memiliki indeks kerentanan seismik yang tinggi.
Rusdin, dkk. (2016) melakukan penelitian pengaruh karakteristik
sedimen dan kedalaman muka air tanah terhadap indeks kerentanan seismik
kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran indeks
kerentanan seismik tinggi terdapat di lapisan sedimen pasir yang tebal dengan
ketebalan sedimen yang tebal serta kedalaman muka airtanah yang dangkal,
sebaliknya indeks kerentanan rendah terdapat pada lapisan sedimen pasir yang
tipis dengan batuan tufa dangkal dan memiliki ketebalan sedimen yang dangkal
serta kedalaman muka airtanah dalam.
Wildana, dkk. (2016) melakukan penelitian analisa kurva HVSR untuk
distribusi kerentanan seismik kawasan rawan gempabumi. Hasil analisis
menunjukkan kontur penyebaran nilai IKS di daerah Singaraja berkisar 1.08 – 7
yang menandakan bahwa daerah tersebut termasuk wilayah yang memiliki
kerawanan tinggi terutama pada bagian barat daya daerah penelitian.
Sitorus, dkk. (2017) melakukan penelitian mengenai analisis nilai
frekuensi natural dan amplifikasi desa Olak Alen Blitar menggunakan metode
Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR). Hasil penelitian diperoleh nilai
frekuensi natural Desa Olak Alen antara 1.70 – 10.39 Hz dan amplifikasi
berkisar antara 1.3 – 6.2. Berdasarkan persebaran nilainya dapat dilihat bahwa
hubungan antara nilai frekuensi natural dan amplifikasi adalah saling
independen atau tidak berkaitan. Hal ini dikarenakan dalam nilai amplifikasi
pengaruh ketebalan lapisan sedimen tidak memberikan efek yang signifikan.
Kurniawan, dkk. (2017) melakukan penelitian pemetaan daerah rawan
gempabumi menggunakan metode HVSR di Kotamadya Denpasar dan
sekitarnya. Hasil pengolahan data mikrotremor Kotamadya Denpasar dan
sekitarnya diperoleh nilai indeks kerentanan seismik berkisar antara 0.27 –
39.81, nilai percepatan getaran tanah permukaan berkisar antara 34.93 –
147.59 gal dan nilai ground shear strain 1.5x10-5 – 2.1x10-8. Berdasarkan
pengolahan data mikrotremor daerah Kotamadya Denpasar dan sekitarnya
menunjukan bagian selatan daerah penelitian memiliki potensi kerusakan lebih
tinggi dibandingkan dengan bagian utara saat terjadi gempabumi.
6

2.2 Fisiografi
Berdasarkan informasi geologi, Kota Jambi berada dalam dareah
Formasi Muaraenim, Airbenakat, Kasai dan endapan Aluvial, serta termasuk
dalam sub-cekungan Jambi di cekungan Sumatera Selatan (Mangga, dkk.,
1993). Sub Cekungan Jambi adalah rangkaian half-graben berumur Paleogen
yang berarah umum timur laut – barat daya, diantaranya adalah Tembesi high,
Berembang depression, Sengeti – Setiti high, Tempino-Kenali Asam depression,
Ketaling high, East Ketaling depression, Merang high, dan Merang depression.
Sub Cekungan Jambi memiliki dua pola struktur yang berbeda yaitu pola
struktur berarah timur laut – barat daya sebagai pengontrol pembentukan
graben dan pengendapan Formasi Talang Akar dan pola struktur berarah barat
laut – tenggara yang berkaitan dengan tektonik kompresi dan menghasilkan
sesar – sesar naik dan antiklin (Van Bemmelen,1949).
Secara Fisiografis Kota Jambi terletak di bagian barat cekungan
sumatera selatan yang merupakan daerah dataran rendah (Gambar 1). Dimana
dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya, Paparan
Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang
memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan
Dua Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan
Cekungan Sumatera Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah (Wisnu dan
Nazirman, 1997).

Gambar 1. Kerangka Sub-cekungan Sumatera Selatan (Bishop, 2001)

2.3 Geologi Regional


Berdasarkan peta geologi lembar jambi yang ditunjukkan oleh Gambar 2,
maka dapat diketahui urutan pengendapan batuan di daerah penelitian dimulai
dari pengendapan Formasi Muaraenim (Tmpm), Formasi Kasai (Qta), dan
Endapan Aluvial (Qa).
7

Gambar 2. Peta Geologi Kota Jambi

2.3.1 Formasi Muaraenim


Batuan penyusunan yang ada pada Formasi Muaraenim berupa
batupasir, batulempung, dan lapisan batubara. Batas bawah dari Formasi
Middle Palembang pada bagian selatan dari Cekungan biasanya berupa lapisan
batubara yang sering dipakai sebagai marker. Jumlah serta ketebalan lapisan
8

lapisan batubara menurun dari selatan ke utara pada cekungan ini. Ketebalan
formasi ini bervariasi sekitar 450-750 meter (Ginger dan Fielding, 2005).
2.3.2 Formasi Kasai
Batuan penyusun pada Formasi Kasai berupa batupasir tufaan,
batulempung serta lapisan tipis batubara dengan beragam variasi ketebalan dan
komposisi. Kontak bagian dasar biasanya berada pada ketebalan terendah
lapisan tufaan. Formasi muncul pada sinklin yang terbentuk selama
pembentukan pegunungan dan tidak dijumpai pada lipatan antiklin (Ginger dan
Fielding, 2005). Formasi Kasai terletak tak selaras di atas Formasi Muaraenim,
litologinya terdiri atas batupasir tufaan, batupasir kuarsa, konglomerat polimik,
tufa, batulempung tufaan, batupasir tufaan dan batupasir kerikilan-kerakalan.
Formasi Kasai diperkirakan berumur Pliosen – Plistosen (Ibrahim, 2005).
2.3.3 Aluvial dan Vulkanik Kuarter
Pada bagian atas Formasi Kasai diendapkan endapan aluvial dan
vulkanik Kuarter dengan kontak tidak selaras. Satuan ini merupakan Litologi
termuda yang tidak terpengaruh oleh orogenesa Plio-Plistosen. Golongan ini
diendapkan secara tidak selaras di atas formasi yang lebih tua yang terdiri dari
batupasir, fragmen-fragmen konglemerat berukuran kerikil hingga bongkah,
hadir batuan vulkanik andesitik-basaltik berwarna gelap, satuan ini berumur
resen (De Coaster, 1974).

2.4 Tatanan Tektonik


Pulau Sumatera merupakan bagian dari lempeng Eurasia yang bergerak
dan berinteraksi secara konvergen dengan lempeng Indo-Australia. Zona
pertemuan antarlempeng tersebut membentuk palung yang dikenal sebagai
zona tumbukan (subduction zone). Palung tersebut mengakomodasi pergerakan
ke arah utara dari lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia. Aktivitas
lempeng Indo-Australia dan Eurasia pada zona subduksi tersebut sering
menimbulkan gempa sehingga Pulau Sumatera dianggap sebagai salah satu
wilayah tektonik aktif di dunia (McCaffrey, 2009; Irsyam, dkk., 2017).
Cekungan Sumatera Selatan merupakan suatu hasil kegiatan tektonik
yang berkaitan erat dengan penunjaman Lempeng Indo-Australia, yang bergerak
ke arah utara hingga timur laut terhadap Lempeng Eurasia yang relatif diam.
Zona penunjaman lempeng meliputi daerah sebelah barat Pulau Sumatera dan
selatan Pulau Jawa. Beberapa lempeng kecil (micro-plate) yang berada di antara
zona interaksi tersebut turut bergerak dan menghasilkan zona konvergensi
dalam berbagai bentuk dan ara (Heidrick dan Aulia, 1993). Penunjaman
Lempeng Indo-Australia tersebut dapat mempengaruhi keadaan batuan,
morfologi, tektonik dan struktur di Sumatara Selatan. Tumbukan tektonik
9

lempeng di Pulau Sumatera menghasilkan jalur busur depan, magmatik, dan


busur belakang (Bishop, 2001). Evolusi cekungan ini diawali dengan Mesozoic
dan merupakan cekungan busur belakang (back arc basin) (Pulunggono, Haryo
& Kosuma, 1992). Tatanan tektonik Pulau Sumatera tersebut ditunjukkan oleh
Gambar 3.

Gambar 3. Kerangka Tektonik Pulau Sumatera (Heidrick dan Aulia, 1993)

2.5 Geomorfologi
Kota Jambi merupakan ibukota provinsi Jambi yang memiliki luas
wilayah 205.38 km2. Kota Jambi terdiri dari 11 kecamatan yaitu kecamatan
Alam Barajo, Telanaipura, Danau Sipin, Jelutung, Pasar Jambi, Kota Baru,
Danau Teluk, Pelayangan, Pal Merah, Jambi Selatan, dan Jambi Timur
(Pemerintah Kota Jambi, 2018). Kecamatan dengan luas wilayah terbesar yaitu
Kecamatan Jambi Selatan (34,07 km2) sedangkan kecamatan dengan luas
terkecil yaitu Kecamatan Pasar Jambi (4,02 km2). Secara geografis wilayah Kota
Jambi berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi di sebelah utara, selatan,
timur dan barat (Pemerintah Kota Jambi, 2014).
Secara geomorfologis wilayah Kota Jambi terdiri atas wilayah datar
dengan kemiringan 0-2% dengan luas lahan 11.326 Ha, bergelombang dengan
kemiringan 2-15% dengan luas lahan 8.081 Ha dan curam dengan kemiringan
15-40% 41 Ha. Wilayah Kota Jambi memiliki ketinggian 0-60 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Kota Jambi memiliki topografi yang relatif datar dengan
ketinggian 0-60 m diatas permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di
utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran
Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera
10

dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km, dari Danau Atas – Danau
Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah
Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari
membelah Kota Jambi menjadi dua bagian disisi utara dan selatannya
(Pemerintah Kota Jambi, 2014).

2.6 Metode Mikrotremor


Metode mikrotremor merupakan salah satu metode geofisika yang
memanfaatkan gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombang-
gelombang yang merambat baik di dalam maupun di permukaan bumi yang
berasal dari sumber seismik seperti dari sumber gempa di mana terjadi batuan
pecah secara tiba-tiba di dalam bumi, ledakan (proses kimia dan nuklir), erupsi
gunung api, longsoran, badai, dentuman pesawat supersonic, dan sebagainya.
Mikrotremor mempunyai frekuensi lebih tinggi dari frekuensi gempabumi yaitu
antara 10 hingga 20 Hz, periodenya kurang dari 0,1 detik yang secara umum
antara 0.05 – 2 detik dan untuk mikrotremor periode panjang bisa 5 detik,
sedang amplitudonya berkisar 0,1 – 2,0 mikron (Kanai, 1983). Gelombang yang
terekam pada seismogram dapat berupa gelombang P dan S sebagai gelombang
badan (body wave), serta gelombang Love dan Rayleigh sebagai gelombang
permukaan (surface wave). Gelombang merambatkan energi dari sumber ke
seluruh bagian bumi dan membawa informasi baik tentang sumber seismik
maupun medium yang dilewatinya (Afnimar, 2009).

Gambar 4. Ilustrasi Rekaman Mikrotremor (SESAME, 2004)

Hasil dari rekaman mikrotremor dapat dilihat pada Gambar 4. Getaran


transient dapat terlihat lebih jelas dibandingkan getaran alami (stasioner).
Getaran transient merupakan getaran sementara (langkah kaki manusia, mobil
lewat dll). Karena amplitudo getaran transient biasanya lebih besar
dibandingkan getaran alami tanah (stasioner) (SESAME, 2004).
Mikrozonasi mikrotremor adalah suatu proses pembagian area
berdasarkan parameter tertentu memiliki karakteristik yang dipertimbangkan
11

antara lain adalah getaran tanah, faktor penguatan (amplifikasi) dan periode
dominan. Secara umum, mikrozonasi mikrotremor dapat dikatakan sebagai
proses untuk memperkirakan respon dan tingkah laku dari lapisan tanah atau
sedimen terhadap adanya gempabumi (Arifin, dkk., 2014).

2.7 Transformasi Fourier


Transformasi Fourier merupakan sebuah transformasi integral yang
menyatakan kembali sebuah fungsi dalam fungsi berbasis sinusoidal.
Transformasi Fourier menguraikan sinyal menjadi sebuah fungsi sinusoidal dari
berbagai frekuensi yang jumlahnya ekuivalen dengan yang lain. Transformasi
Fourier digunakan untuk mentransformasikan suatu fungsi dari kawasan
waktu menjadi fungsi dalam kawasan frekuensi (Brigham, 1988).
Transformasi Fourier digunakan pada penelitian ini karena data yang
terukur adalah dalam domain waktu, sementara parameter yang akan dianalisis
merupakan data domain frekuensi. Brigham (1988) memberikan uraian
transformasi fourier dari suatu fungsi H(f) dinyatakan sebagai berikut.

H ( f )   H (t )e j 2 ft dt (1)

jika integral ada untuk setiap nilai parameter f maka persamaan 1


mendefinisikan H(f), transformasi fourier dari H(t). Dimana H(t) disebut fungsi
dari variabel waktu, H(f) disebut sebagai fungsi frekuensi variabel, t adalah
waktu dan f adalah frekuensi; Transformasi fourier dari fungsi waktu ini akan
diwakili oleh simbol huruf besar yang sama sebagai fungsi frekuensi. Secara
integral transformasi fourier adalah berbentuk kompleks.

H ( f )  R( f )  jI ( f ) | H ( f ) | e j ( f ) (2)

Dimana R(f) merupakan bagian real dari transformasi fourier, I(f) merupakan
bagian Imajiner dari transformasi fourier, H(f) merupakan amplitudo atau
2 2
spectrum fourier dari h(t) dan ditentukan oleh R ( f )  I ( f ) , θ(f) merupakan

fasa sudut dari transformasi fourier dan ditentukan oleh tan-1[I(f)/R(f)].


Perluasan transformasi Fourier dalam komputasi digital adalah Fast
Fourier Transform, yang mampu melakukan perhitungan transformasi fourier
dengan cepat. FFT hanyalah sebuah algoritma (yaitu, metode khusus untuk
melakukan serangkaian perhitungan) yang dapat menghitung diskrit
transformasi fourier jauh lebih cepat daripada algoritma lain yang ada. Contoh
matriks faktor sederhana digunakan untuk membenarkan secara intuitif
algoritma FFT. Persamaan diskrit transformasi fourier sebagai berikut.
N 1
X (n)   x0 (k )e j 2 nkN n  0,1, 2..., N  1 (3)
K 0
12

di mana X(n) merupakan indeks domain frekuensi, x0(k) merupakan indeks


dalam domain waktu. Persamaan 3 mendeskripsikan perhitungan persamaan N.
Misalnya jika N = 4, maka persamaan dapat dituliskan sebagai berikut.

W  e j 2 / N (4)
Selanjutnya bisa ditulis sebagai

X (0)  x0 (0)W 0  x0 (1)W 0  x0 (2)W 0  x0 (3)W 0


X (1)  x0 (0)W 0  x0 (1)W 1  x0 (2)W 2  x0 (3)W 3
(5)
X (2)  x0 (0)W 0  x0 (1)W 2  x0 (2)W 4  x0 (3)W 6
X (3)  x0 (0)W 0  x0 (1)W 3  x0 (2)W 6  x0 (3)W 9
Persamaan 5 bisa menjadi lebih mudah dalam bentuk matriks.

 X (0)  W 0 W 0 W0 W 0   x0 (0) 
 X (1)   0  
   W W
1
W2 W 3   x0 (1) 
(6)
 X (2)  W 0 W 2 W4 W 6   x0 (2) 
   0 3  
 X (3)  W W W6 W 9   x0 (3) 
Persamaan 6 dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan 7.

X (n)  W nk x0 (k ) (7)

Hasil persamaan 7 menyatakan bahwa X(n) merupakan indeks domain


frekuensi, x0(k) merupakan indeks dalam domain waktu, W dan x0 adalah
bilangan kompleks, nk merupakan fungsi bilangan kompleks dalam bilangan
diskrit.

2.8 Metode HVSR


Ada dua metode yang digunakan dalam mikrozonasi yaitu Horizontal to
Vertical Spectral Ratio (HVSR) dan Deterministic Seismic Hazard Analysis (DSHA).
HVSR merupakan metode membandingkan spektrum komponen horizontal
terhadap komponen vertikal dari gelombang mikrotremor. Sedangkan DSHA
merupakan salah satu metode evaluasi dari gerakan tanah atau mengestimasi
percepatan gempabumi pada suatu wilayah berdasarkan gempabumi dengan
magnetudo tertentu. Akan tetapi pada penelitian ini memfokuskan pada metode
HVSR. Dimana untuk mendapatkan nilai frekuensi alami tanah dapat
dilakukan dengan pengukuran mikrotremor dan dianalisis dengan metode
Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) (Putri, dkk, 2017).
Metode HVSR dikemukakan pertama kali oleh Nogoshi dan Igarashi
(1971), dan secara meluas diperkenalkan oleh Nakamura (1989), sehingga
metode ini biasa dikenal juga dengan teknik Nakamura. Metode HVSR
didasarkan pada asumsi bahwa perbandingan spektrum horizontal dan vertikal
13

dari getaran permukaan merupakan fungsi perpindahan. Faktor amplifikasi dari


komponen horizontal dan vertikal pada permukaan tanah yang bersentuhan
langsung dengan batuan dasar dilambangkan dengan TH dan TV (Nakamura,
2000). Fungsi transfer TH pada permukaan tanah dapat dituliskan pada
persamaan.
sHS
TH  (8)
sHB
dengan SHS spektrum komponen gerak horizontal dipermukaan tanah dan SHB
spektrum komponen gerak horizontal dari batuan dasar ke permukaan tanah.
Sementara untuk mengetahui Besarnya faktor amplifikasi vertikal TV pada
permukaan tanah dapat dituliskan pada persamaan.
SVS
TV  (9)
SVB
dengan adalah spektrum dari komponen gerak vertikal di permukaan tanah
dan adalah spektrum dari komponen gerak vertikal pada dasar lapisan
tanah.
Mirzaoglu dan Dykmen (2003) memberikan uraian bahwa metode yang
diusulkan Nakamura pada tahun 1989 didasari dengan beberapa asumsi
sebagai berikut.
1. Mikrotremor tersusun dari beberapa jenis gelombang tetapi yang utama
adalah gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan lunak (sedimen).
2. Pengaruh gelombang Rayleigh (ERW) pada mikrotremor termasuk dalam
spektrum komponen gerak vertikal dipermukaan tanah (VS), tetapi tidak
pada spektrum komponen gerak vertikal di batuan dasar (VB).
VS
ERW  (10)
VB
3. Tidak ada penguatan komponen vertikal mikrotremor pada lapisan lunak
(sedimen).
4. Pada rentang frekuensi 0,2-20 Hz, pengaruh gelombang Rayleigh pada
mikrotremor besarnya sama untuk komponen vertikal dan horizontal
S HB
1 (11)
SVB
Sehingga dibulatkan menjadi
S HB
1 (12)
SVB
Pembulatan dilakukan karena hasilnya mendekati satu. Karena rasio
spektrum antara komponen horisontal dan vertikal di batuan dasar mendekati
14

nilai satu, sehingga hanya ada pengaruh yang disebabkan oleh struktur geologi
lokal atau siteeffect (TSITE). TSITE menunjukkan puncak amplifikasi pada
frekuensi dasar dari suatu lokasi.
TH S S
TSITE   VS VB (13)
ERW VS VB
S HS
TSITE  (14)
SVS
Pada pengukuran mikrotremor, ada dua komponen horizontal yang
diukur yaitu komponen EW (East-West) dan komponen NS (North-South),
sehingga komponen horizontal yang digunakan merupakan resultan dari kedua
komponen. Sehingga persamaan 15 menjadi dasar perhitungan rasio spektrum
mikrotremor komponen horizontal terhadap komponen vertikalnya atau
Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) sebagai berikut:

S HB S ( N  S )2  S (W  E )2 (15)
HVSR  TSITE  
S VB Svertikal

Sungkono dan Santosa (2011) pada kajian literaturnya memberikan


penjelasan bahwa kurva HVSR merupakan gabungan antara gelombang badan
dan gelombang permukaan. Pada daerah frekuensi natural, HVSR lebih
mendekati gelombang badan, sedangkan untuk frekuensi yang lebih tinggi,
gelombang badan dipengaruhi gelombang permukaan. Sehingga HVSR lebih
dekat dengan gelombang badan dari pada gelombang permukaan.

2.9 Frekuensi Alami (f0)


Frekuensi alami adalah nilai frekuensi alami yang menunjukkan jenis
dan karakterisktik batuan tersebut. Lachet dan Brad (1994) melakukan
penelitian simulasi menggunakan 6 model struktur geologi sederhana dengan
kombinasi variasi kontras kecepatan gelombang geser dan ketebalan lapisan
tanah. Hasil simulasi menunjukkan nilai puncak frekuensi berubah terhadap
variasi kondisi geologi. Mucciarelli, dkk (2009) menyatakan nilai frekuensi
natural suatu daerah dipengaruhi oleh ketebalan lapisan lapuk (h) dan
kecepatan rata-rata bawah permukaan (Vs), dapat dirumuskan sebagai berikut.

Vs
f  (16)
4h
Nilai frekuensi dapat menunjukkan jenis dan karakterisktik batuan tersebut.
Dari nilai frekuensi alami yang terukur dipermukaan, dapat diketahui
karakteristik batuan dibawahnya, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1
tentang klasifikasi tanah berdasarkan nilai frekuensi alami mikrotremor oleh
Kanai.
15

Tabel 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Frekuensi Alami


Mikrotremor Oleh Kanai.

Klasifikasi Tanah Frekuensi


Klasifikasi Kanai Deskripsi
Alami (Hz)
Tipe Jenis
Ketebalan sedimen
Batuan tersier atau
permukaannya sangat
lebih tua. Terdiri dari
Jenis I 6.667 – 20.0 tipis, didominasi oleh
batuan hard sandy,
batuan keras, lebih
gravel, dan lainnya.
kecil dari 5 meter.
Tipe IV Batuan alluvial
dengan ketebalan 5 Ketebalan sedimen
m. Terdiri dari sandy- permukaannya masuk
Jenis II 4.0 – 10.0
gravel, sandy hard dalam kategori
clay, loam, dan menengah 5-10 meter.
lainnya.

Batuan alluvial
dengan ketebalan
Ketebalan sedimen
lebih dari 5 m. Terdiri
Tipe III Jenis III 2.5 – 4.0 permukaan masuk
dari sandy- gravel,
dalam kategori tebal,
sandy hard clay,
sekitar 10-30 meter.
loam, dan lainnya.

Batuan alluvial, yang


Tipe II terbentuk dari
Ketebalan sedimen
sedimentasi delta, top
permukaannya
Jenis IV <2.5 soil, lumpur, dan
sangatlah tebal, lebih
lainnya. Dengan
Tipe I dari 30 meter.
kedalaman 30 m atau
lebih.

Sumber : Arifin, dkk., 2014.

2.10 Amplifikasi (A0)


Amplifikasi merupakan perbesaran gelombang seismik yang terjadi
akibat adanya perbedaan yang signifikan antar lapisan, dengan kata lain
gelombang seismik akan mengalami perbesaran, jika merambat pada suatu
medium ke medium lain yang lebih lunak dibandingkan dengan medium awal
yang dilaluinya. Semakin besar perbedaan itu, maka perbesaran yang dialami
gelombang tersebut akan semakin besar (Arifin dkk, 2014).
Nilai faktor penguatan (amplifikasi) tanah berkaitan dengan
perbandingan kontras impedansi lapisan permukaan dengan lapisan di
bawahnya. Bila perbandingan kontras impedansi kedua lapisan tersebut tinggi
maka nilai faktor penguatan juga tinggi, begitu pula sebaliknya (Nakamura,
16

2000). Berdasarkan pengertian tersebut, maka amplifikasi dapat dituliskan


sebagai suatu fungsi perbandingan nilai kontras impedansi, yaitu:

  .v 
A0   b b  (17)
  s .vs 
dimana ρb adalah densitas batuan dasar (gr/ml), vb adalah kecepatan rambat
gelombang di batuan dasar (m/dt), ρs adalah rapat massa dari batuan lunak
(gr/ml) dan vs adalah kecepatan rambat gelombang di batuan lunak (m/dt).
Amplifikasi berbanding lurus dengan nilai perbandingan spektral
horizontal dan vertikalnya (H/V). Nilai amplifikasi bisa bertambah, jika batuan
telah mengalami deformasi (pelapukan, pelipatan atau pesesaran) yang
mengubah sifat fisik batuan. Pada batuan yang sama, nilai amplifikasi dapat
bervariasi sesuai dengan tingkat deformasi dan pelapukan pada tubuh batuan
tersebut. Gejala amplifikasi pada suatu daerah disebabkan adanya gelombang
seismik yang terjebak di dalam suatu perlapisan sedimen (Nakamura. 2000).
Menurut Laberta (2009) klasifikasi faktor amplifikasi dibagi ke dalam 4 zona
seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Nilai Faktor Amplifikasi


Zona Klasifikasi Nilai faktor amplifikasi
1 Rendah A<3
2 Sedang 3<A<6
3 Tinggi 6<A<9
4 Sangat Tinggi A<9

Sumber : Laberta, 2009.

2.11 Indeks Kerentanan Seismik


Indeks kerentanan seismik merupakan suatu parameter yang
sangat berhubungan dengan tingkat kerawanan suatu wilayah dari ancaman
risiko gempabumi. Indeks kerentanan seismik di suatu daerah dan tingkat
risiko gempabumi terhadap kerusakan akibat gempabumi menunjukkan adanya
hubungan yang linear. Jika suatu daerah memiliki indeks kerentanan seismik
yang besar maka tingkat risiko gempabuminya juga akan tinggi. Dalam
penentuan nilai indeks kerentanan seismik suatu daerah salah satu metode
yang efektif dan efisien adalah metode yang memanfaatkan getaran mikrotremor
(Saadudin, dkk., 2015). Menurut Nakamura (2000) indeks kerentanan seismik
diperoleh dengan mengkuadratkan nilai puncak spektrum mikrotremor lalu
dibagi dengan frekuensi resonansi. Secara matematis, hubungan antara indeks
kerentanan seismik Kg, frekuensi alami f0 dan faktor amplifikasi A0 dapat
dituliskan sebagai berikut.
17

A0 2
Kg  (18)
f0
Nilai Kg yang tinggi umumnya ditemukan pada tanah dengan litologi batuan
sedimen yang lunak (soft sediment). Nilai yang tinggi ini menggambarkan bahwa
daerah tersebut rentan terhadap gempa dan jika terjadi gempa dapat mengalami
goncangan yang kuat. Menurut Refrizon, dkk. (2013) klasifikasi nilai indeks
kerentanan seismik disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi Nilai Indeks Kerentanan Seismik


Zona Nilai Kg
Rendah <3
Sedang 3 < Kg <6
Tinggi >6

Sumber : Refrizon, dkk., 2013.


2.12 Percepatan Tanah Maksimum (PGA)
Percepatan getaran tanah maksimum atau peak ground acceleration
(PGA) adalah nilai percepatan getaran tanah terbesar yang pernah terjadi di
suatu tempat yang diakibatkan oleh gelombang gempabumi. Percepatan tanah
permukaan di suatu tempat yang disebabkan oleh getaran seismik bergantung
pada perambatan gelombang seismik dan karakteristik lapisan tanah di tempat
tersebut. Sifat-sifat lapisan tanah ditentukan oleh periode dominan tanah dari
lapisan tanah tersebut bila ada getaran seismik. Periode getaran seismik dan
periode dominan tanah akan mempengaruhi besarnya percepatan batuan pada
lapisan batuan dasar (base rock) dan pada permukaan (ground surface).
Sedangkan perbedaan respon seismik pada base rock dengan respon seismik
pada ground surface akan menentukan faktor perbesaran G(T) (Kanai, 1966).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Kanai (1966) memformulasikan
sebuah rumus empiris percepatan tanah pada permukaan yang dirumuskan
sebagai berikut :
3,66 1,83
5 (0,61M ) (1,66  )log R  0,167 
a 10 R R (19)
Tg
Dimana α adalah Peak Ground Accelleration (gal atau cm/s2), Tg adalah Periode
dominan tanah titik pengamatan (sekon), M adalah Magnitudo gempa (SR), dan
R adalah jarak hiposenter (km).
Terdapat hubungan empiris antara nilai percepatan getaran tanah
maksimum dengan skala intensitas dalam MMI. Persamaan ini dikembangkan
oleh Trifunac dan Brady dan telah direvisi oleh Wald pada tahun 1999
(Brotopuspito, dkk., 2006). Hubungan tersebut adalah :
18

MMI  3.66 log( PGA)  1.66 (20)

Dimana PGA adalah Peak Ground Accelleration (gal) dan MMI adalah Intensitas
gempa. Sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan Tabel 4 tentang Skala
Intensitas Gempabumi (SIG) BMKG dengan mengakomodir keterangan dampak
gempabumi berdasarkan tipikal budaya atau bangunan di Indonesia.

Tabel 4. Klasifikasi Skala Intensitas Gempabumi (SIG)


Skala
Deskripsi Skala PGA
SIG Warna Deskrispsi Rinci
Sederhana MMI (gal)
BMKG
Putih Tidak
Tidak dirasakan atau dirasakan
I Dirasakan I-II < 2.9
beberapa orang, terekam oleh alat.
(Not Felt)

Dirasakan orang banyak, tidak


Hijau Dirasakan menimbulkan kerusakan, benda-
II III-V 2.9-88
(Felt) benda ringan yang digantung
bergoyang, jendela kaca bergetar.

Kerusakan Bagian non struktur bangunan


Kuning Ringan mengalami kerusakan ringan;
III VI 89-167
(Slight dinding retak rambut, atap
Damage) bergeser dan sebagian berjatuhan.

Banyak Retakan terjadi pada


dinding bangunan sederhana,
sebagian roboh, kaca pecah.
Kerusakan
Jingga Sebagian plester dinding lepas.
IV Sedang VII-VIII 168-564
Hampir sebagian besar atap
(Moderate
bergeser ke bawah atau jatuh.
Damage)
Struktur bangunan mengalami
kerusakan ringan sampai sedang.

Kerusakan Sebagian besar dinding bangunan


Merah Berat permanen roboh. Struktur
V IX-XII > 564
(Heavy bangunan mengalami kerusakan
Damage) berat. Rel kereta api melengkung.

Sumber : BMKG, 2018.

2.13 Ketebalan Lapisan Sedimen (h)


19

Local site effect atau efek tapak lokal merupakan bahasan tentang
adanya pengaruh kondisi geologi lokal daerah sekitar terhadap getaran tanah
yang terjadi akibat gempabumi. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
efek tapak lokal ketika gempabumi adalah ketebalan lapisan sedimen pada
daerah tersebut. Ada beberapa parameter yang perlu diperhatikan sebagai input
dalam penentuan ketebalan lapisan sedimen (Handayani, dkk., 2009) yaitu:
a. Kecepatan gelombang S pada kedalaman 30 meter (Vs30), Gelombang S
dipilih karena respon dari jenis tanah yang dilalui oleh gelombang seismik
dan efeknya terhadap kerusakan yang mungkin saja terjadi dapat diketahui
melalui jenis gelombang ini.
b. Frekuensi alami (fo), Semakin tinggi nilai fo suatu daerah, semakin tipis
lapisan sedimennya. Hal ini karena periode dominan gelombang seismik
pada suatu daerah berbanding lurus dengan ketebalan lapisan sedimen.
c. Faktor amplifikasi (Ao), jika terjadi resonansi maka amplitudo gelombang
akan meningkat. Ketika amplitudo mencapai titik maksimum, maka akan
terjadi fenomena tuning thickness yaitu amplitudo suatu gelombang akan
maksimum pada ketebalan tersebut akibat efek resonansi. Amplitudo
maksimum akan terjadi jika ketebalan sedimen sama dengan 4.
Dari ketiga parameter tersebut di atas, secara matematis ketebalan lapisan
sedimen dapat dituliskan sebagai berikut.
vb
h (21)
4 A0 f 0
dengan mensubtitusi persamaan 18 ke persamaan di atas, diperoleh bahwa :
vs
h (22)
4 f0
Dimana h adalah ketebalan lapisan sedimen (meter), yang dimaksud adalah

(meter/sekon), f0 adalah frekuensi alami (Hz).


III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Kota Jambi meliputi kecamatan Danau
Teluk, Jambi Timur, Jambi Selatan, Jelutung, Pal Merah, Pasar Jambi, dan
Pelayangan pada tanggal 15 Maret – 30 Juni 2019 dengan rincian kegiatan
penelitian sebagai berikut.
Tabel 5. Rincian Kegiatan Penelitian
Kegiatan Maret April Mei Juni
III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Studi Literatur
Akuisisi Data
Pengolahan dan
Interpretasi Data
Penyusunan
Laporan

3.2 Peralatan Penelitian


Adapun peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Seismograf MAE A6000S, digunakan untuk merekam getaran tanah pada
setiap titik survei.
2. Seismometer, digunakan untuk merekam getaran tanah di daerah survei.
3. Kabel Penghubung, digunakan untuk menghubungkan antara seismograf
dengan sensor mikrotremor.
4. Batery 12 V, digunakan sebagai sumber daya.
5. Global Positioning System (GPS), digunakan untuk menentukan posisi
pada setiap titik survey. Posisi titik survey terlampir pada Lampiran 1.
6. Kompas Geologi, digunakan untuk menentukan arah utara sensor.
7. Log Book, digunakan sebagai catatan kondisi lingkungan saat melakukan
pengambilan data.
8. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian.
Beberapa dokumentasi kegiatan lapangan terlampir pada Lampiran 8.
9. Laptop, digunakan untuk mengolah data mikrotremor.

3.3 Software Penelitian


Adapun Software yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Software Geopsy, berfungsi untuk pemilihan sinyal mikrotremor dan
mendapatkan nilai frekuensi alami dan amplifikasi.
2. Software Microsoft Excel, digunakan untuk menghitung nilai kerentanan
seismik, percepatan tanah maksimum, dan ketebalan lapisan sedimen.

20
21

3. Software Surfer, digunakan untuk mendapatkan distribusi data setiap


parameter mikrotremor.
4. Software ArcGis, digunakan untuk membuat peta mikrozonasi daerah
penelitian.

3.4 Metode Penelitian


Secara umum kegiatan penelitian ini merupakan kegiatan penelitian
terapan. Metode yang digunakan untuk mempermudah pemecahan masalah
dalam penelitian dengan melakukan observasi dan pengambilan data lapangan.

3.5 Tahapan Penelitian


Adapun tahapan dalam penelitian ini sebagai berikut.
3.5.1 Persiapan
Persiapan dilakukan berupa studi kepustakaan dan pengumpulan data
sebelum penelitian. Kegiatan studi kepustakaan untuk memperoleh dan
mengumpulkan informasi umum mengenai mikrozonasi, serta informasi daerah
penelitian dengan merujuk dari beberapa buku, laporan daerah, berita
gempabumi BMKG, penelitian tugas akhir dan jurnal. Beberapa kegiatan
pengumpulan data sebelum penelitian sebagai berikut.
1. Peta geologi daerah penelitian, digunakan sebagai informasi geologi daerah
penelitian yang meliputi formasi, litologi dan struktur geologi.
2. Peta administrasi daerah penelitian, digunakan untuk memperkirakan
aktivitas daerah penelitian dan menentukan titik pengambilan data.
3. Data topografi daerah penelitian, digunakan sebagai informasi ketinggian,
lereng, dan kontur daerah penelitian.
4. Data parameter gempabumi, digunakan untuk menghitung percepatan
tanah maksimum daerah penelitian.
5. Data Vs30 berdasarkan USGS, digunakan untuk menghitung ketebalan
lapisan sedimen daerah penelitian.
3.5.2 Survei awal
Survei awal dilakukan berupa kegiatan observasi lapangan dengan cara
pengamatan langsung di lapangan mengenai masalah yang dialami di Kota
Jambi. Kegiatan ini meliputi orientasi medan daerah penelitian, gedung-gedung
tua, kawasan yang belum dimanfaatkan, dan titik survei. Sehingga dari
kegiatan survei awal tersebut akan didapatkan gambaran desain sementara
daerah penelitian.
3.5.3 Akuisisi
Akuisisi merupakan kegiatan pengambilan data di lapangan secara
langsung. Pada penelitian ini akuisisi data dilakukan menggunakan Seismograf
22

3 komponen MAE 6000 dengan durasi 60 menit pada setiap titik survei, durasi
ini dimaksud untuk meminimalisir noise pada pemasangan alat dan survey.
Sebaran titik survei respon mikrotremor berfokus pada Kota Jambi wilayah
Kecamatan Danau Teluk, Jambi Selatan, Jambi Timur, Jelutung Pal Merah,
Pasar Jambi dan Pelayangan sebanyak 25 titik dengan jarak antar titik survei
yaitu 1,98 Km (Gambar 5). Pengambilan data penelitian ini dilakukan secara
grid tidak kaku. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang lebih akurat.

Gambar 5. Peta Akuisisi Data Mikrotremor Kota Jambi


Langkah-langkah akuisisi yang harus dilakukan dalam akuisisi data
mikrotremor adalah sebagai berikut.
1. Tentukan titik pengamatan kemudian gali lubang untuk menempatkan
seismometer.
2. Letakkan seismometer dengan hati-hati pada titik survei tersebut dan
arahkan seismometer menuju arah utara. Catatan: Seismometer sangat
sensitif terhadap guncangan.
3. Hubungkan seismometer dengan MAE menggunakan kabel penghubung.
4. Lakukan leveling dengan cara menempatkan gelembung di bagian tengah
nivo pada seismometer
5. Gelembung tersebut dapat diatur dengan menggunakan 3 buah kaki
penyangga.
6. Setelah meletakkan sensor pada tempat, orientasi dan posisi yang
sesuai, serta telah terhubung dengan kabel.
23

7. Ulur semua kabel yang tergulung untuk menghindari coupling yang


dapat menyebabkan gangguan terhadap tegangan dan arus.
8. Hubungkan accu dan MAE dengan kabel yang sesuai.
9. Hidupkan MAE yang akan digunakan untuk merekam hasil pengukuran.
3.5.4 Pengolahan Data
Data rekaman hasil pengukuran berupa sinyal gelombang dengan format
*SG2 yang akan diolah menggunakan software Geopsy. Tool dalam Geopsy ini
digunakan untuk mendapatkan rasio spectrum horizontal terhadap vertikal
(H/V) dari semua jenis sinyal getaran (ambient noise, gempabumi dll). Untuk
memproses H/V, data yang digunakan harus memiliki beberapa syarat sebagai
berikut.
a. 3 komponen sinyal: North-South, East-West and Vertical;
b. Nama tertentu
c. Sampel yang cukup (dalam waktu) untuk bisa diolah.
Ada dua langkah pemilihan data dalam pengolahan HVSR
menggunakan program Geopsy, yaitu secara manual dan automatic. pada
pengolahan ini digunakan adalah secara manual. Pengolahan data
mikrotremor ini dilakukan dengan proses windowing (penjendelaan sinyal
dalam kawasan waktu). Sinyal tersebut dibagi dalam beberapa window
seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Tampilan Hasil Windowing dengan Lw = 35 s dan Nw = 32

Pemilihan window tersebut didasarkan pada sinyal (kawasan waktu)


yang paling stasioner dengan kriteria :
10
1. f 0 
lw
2. nc ( f 0 )  200; nc  lw  nw  f 0

3. Jika f 0  0.5 Hz , maka  A ( f )  2 untuk 0.5 f 0  f  2 f 0 atau

Jika f 0  0.5 Hz , maka  A ( f )  3 untuk 0.5 f 0  f  2 f 0 .


24

dengan: f0 adalah frekuensi puncak H/V, lw adalah panjang window signal, nc


adalah jumlah siklus signifikan, nw adalah jumlah window signal, dan σA(f)
adalah standar deviasi pada AH/V (f) (Sesame, 2004).
Setelah dilakukan windowing, sinyal (dalam kawasan waktu) akan
ditranformasi ke kawasan frekuensi dengan proses Fast Fourier Transform
secara otomatis oleh Geopsy seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Hasil yang
didapatkan berupa amplifikasi (A0), frekuensi alami (f0), dan standar deviasi (σ).

Gambar 7. Hasil Grafik H/V

Berdasarkan nilai f0 dan A0, maka dapat dihitung nilai perhitungan nilai
indeks kerentanan seimik (Kg) menggunakan persamaan 18, percepatan tanah
maksimum (PGA) menggunakan persamaan 19, intensitas gempa menggunakan
persamaan 20, dan ketebalan sedimen (h) menggunakan persamaan 22. Salah
satu contoh perhitungan nilai tersebut terlampir pada Lampiran 3. Nilai
parameter-parameter yang dihasilkan tersebut dihubungkan dengan posisi titik
survei untuk mendapatkan sebaran data menggunakan software Surfer.
Selanjutnya sebaran data dipetakan menggunakan software ArcGis. Sehingga
didapatkan peta sebaran untuk setiap parameter mikrozonasi.
3.5.5 Interpretasi
Interpretasi dalam mikrozonasi terbagi menjadi dua yaitu interpretasi
secara kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif adalah analisa data
mikrotremor menggunakan metode HVSR berdasarkan bentuk kurva H/V.
Interpretasi kualitatif ini dilakukan sebagai kontrol kualitas terhadap kurva
H/V yang dihasilkan. Sedangkan interpretasi kuantitatif adalah analisa data
yang dilakukan berdasarkan nilai parameter mikrotremor. Parameter tersebut
yaitu amplifikasi (A0), frekuensi natural (f0), indeks kerentanan seismik (Kg),
kecepatan tanah maksimum (PGA), dan ketebalan lapisan sedimen (h).
25

Interpretasi kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui distribusi parameter


mikrozonasi. Dari kedua interpretasi tersebut akan dibandingkan dengan
geologi regional daerah penelitian untuk mendapatkan peta mikrozonasi.
Berdasarkan penjelasan tahap penelitian diatas maka alur penelitian
secara umum mengikuti diagram alir pada Gambar 8.

Mulai

Informasi Geologi &


Administrasi

Parameter
Desain Akuisisi
Akuisisi

Akuisisi (Domain
Waktu)
Studi
Literatur

Menghitung nilai A0 dan F0 Data Rekaman


*.SG2

Nilai A0 dan F0

Menghitung nilai H, Kg, dan


PGA

Nilai h, Kg, dan PGA

Distribusi Ketebalan Distribusi Indeks Distribusi Percepatan


Sedimen (h) Kerentanan Seismik (Kg) Tanah Maksimum (PGA)

Peta Mikrozonasi

Interpretasi

Selesai

Gambar 8. Diagram alir penelitian


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data mikrotremor menggunakan software Geopsy


dengan jumlah data sebanyak 25 titik ukur. Hasil yang diperoleh dari
pengolahan data berupa kurva grafik HVSR (Horizontal to Vertical Spectra
Ratio). Kurva tersebut merepresentasikan nilai amplitudo H/V terhadap
kawasan frekuensi. Berdasarkan kurva tersebut diperoleh nilai frekuensi alami
(f0), amplifikasi (A0) dan standar deviasi (σ). Setelah itu dilakukan perhitungan
untuk memperoleh nilai indeks kerentanan seismik (Kg), percepatan tanah
maksimum (PGA), dan ketebalan lapisan sedimen (h) hingga diperoleh peta
mikrozonasi Kota Jambi.
Pada Penelitian ini dilakukan dua interpretasi yaitu secara kualitatif
dan kuantitatif.

4.1 Interpretasi Kualitatif


Interpretasi kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis
berdasarkan bentuk kurva. Dalam hal ini Kurva H/V yang diperoleh
dibadingkan terhadap bentuk kurva secara teoritis berdasarkan SESAME 2004.
Kurva H/V tersebut menampilkan nilai frekuensi natural (f0), amplifikasi (A0)
dan standar deviasi (σ). Pada kurva H/V memuat sinyal–sinyal yang dicuplik
pada proses windowing berupa garis spektrum warna. Pada kurva H/V terdapat
1 garis tegas menunjukkan nilai rata–rata HVSR titik survei. Selain itu terdapat
2 garis putus–putus, yang menunjukkan nilai deviasi, semakin kecil nilai
deviasi (kedua garis putus–putus semakin rapat), semakin kecil error
pengolahan, sehingga hasil yang diperoleh sem akin akurat. Bentuk kurva H/V
bervariasi hal ini dipengaruhi oleh proses selama perekaman dan karakteristik
geologi lokal daerah penelitian.
Untuk mengetahui kurva H/V memiliki puncak yang jelas perlu
dilakukan uji reliabilitas sesuai dengan keriteria pada Lampiran 4. Menurut
SESAME (2004), suatu kurva H/V dikatakan reliabel ketika memenuhi keriteria
seperti berikut:

Tabel 6. Keriteria Kurva Reliabel pada MT 11


Keriteria Kurva Reliabel MT11
i. f0 > 10/lw 3.78 > 10/35
ii. nc(fo) > 200 4233.6(3.78) > 200
iii. σA(f) < 2 for 0,5 f0 < f < 2 f0 if f0 > 0,5 Hz 0.42 < 2

Dimana f0 merupakan nilai frekuensi alami, Lw merupakan lebar window, dan


σA(f) merupakan standar deviasi.

26
27

Berdasarkan keriteria uji reliabilitas MT11 memenuhi keriteria kurva


reliabel (Gambar 9). Secara keseluruhan kurva daerah penelitian memenuhi
keriteria reliabilitas berdasarkan keriteria uji reliabilitas kurva SESAME 2004
(Lampiran 5).

Gambar 9. Kurva H/V Tipe Clear Peak pada Titik MT11

Kurva H/V titik MT11 diinterpretasikan sebagai kurva H/V tipe clear
peak karena memenuhi kriteria clear peak. Menurut (Sesame, 2004) tipe kurva
clear peak mengindikasikan kondisi geologi lembah alluvial yang memanjang
(elongated alluvial valley). Hal ini sesuai dengan geologi daerah penelitian yang
berada pada endapan alluvial yang didominasi oleh batupasir dan
batulempung. Secara keseluruhan kurva yang diperoleh didominasi oleh kurva
clear peak (Lampiran 6).
Selain itu terdapat beberapa kurva jenis broad peak merupakan
karakter kurva dengan variasi puncak yang lebar. Pada dasarnya didapati
kurva clear peak, namun diindikasikan dengan adanya kemiringan antara
lapisan lunak dengan lapisan yang lebih keras di bawah permukaan (Sesame,
2004). Hal ini sesuai dengan kondisi daerah sebagian titik survei yang diambil
di daerah yang relatif miring. Kurva jenis ini ditemukan diantaranya pada titik
survei MT05, MT07, MT08, MT12, MT019, MT21, MT22, MT23, dan MT24.
Salah satu hasil kurva broad peak yang di dapat dari pengolahan data
ditunjukkan oleh Gambar 10.
28

Gambar 10. Kurva H/V Tipe Broad Peak pada titik MT12

Berdasarkan jenis kurva yang dihasilkan dari pengolahan HVSR, maka


diperoleh dua jenis kurva yaitu clear peak dan broad peak. Secara keseluruhan
bentuk kurva yang diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.2 Interpretasi Kuantitatif


Interpretasi kuantitatif adalah analisa data yang dilakukan berdasarkan
nilai parameter mikrotremor yaitu amplifikasi (A0), frekuensi natural (f0), indeks
kerentanan seismik (Kg), kecepatan tanah maksimum (PGA), dan ketebalan
lapisan sedimen (h).
4.2.1 Frekuensi Alami (f0)
Nilai frekuensi alami diperoleh dari puncak kurva H/V. Nilai frekuensi
natural suatu daerah dipengaruhi oleh ketebalan lapisan lapuk (h) dan
kecepatan bawah permukaan (Vs) (Mucciarelli dkk, 2008; dalam Sitorus, dkk
2017). Sehingga pada daerah yang memiliki lapisan sedimen yang lebih tebal
akan cenderung memiliki nilai frekuensi alami yang semakin kecil. Nilai
frekuensi alami yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi kanai
(Tabel 7).
Berdasarkan peta distribusi nilai frekuensi alami di daerah penelitian
menunjukkan rentang nilai berkisar antara 1.04  3.78 Hz (Gambar 11). Daerah
tersebut didominasi oleh jenis IV dengan frekuensi alami kurang dari 2.5 Hz
dan jenis III dengan frekuensi alami 2.5 – 4 Hz. Tipe IV pada penelitian ini
memiliki rentang frekuensi 1.04 Hz – 2.39 Hz. Tipe IV terdistribusi pada
beberapa kecamatan di daerah penelitian yaitu meliputi bagian utara Pal Merah,
barat daya Jambi Timur, timur Danau Teluk dan timur Pelayangan. Merujuk
29

pada Tabel 1 klasifikasi Kanai, jenis IV mengindikasikan litologi daerah


penelitian merupakan batuan alluvial yang terbentuk dari sedimentasi delta, top
soil, lumpur dengan ketebalan lebih dari 30 m. Sedangan jenis III pada
penelitian ini memiliki nilai dengan rentang frekuensi 2.51 Hz – 3.75 Hz. Jenis
ini terdistribusi pada seluruh kecamatan di daerah penelitian yaitu meliputi
bagian selatan Pal Merah, seluruh Jambi Selatan, Jelutung, Pasar Jambi,
Danau Teluk, Pelayangan, dan bagian utara Jambi Timur. Merujuk pada Tabel
1 tipe 3 mengindikasikan litologi daerah penelitian merupakan batuan endapan
alluvial dengan ketebalan lebih dari 5 m yang terdiri dari sandy gravel dan
sandy hardclay dan ketebalan sedimen permukaannya termasuk dalam kategori
tebal 10 – 30 m.

Tabel 7. Klasifikasi Data Nilai Frekuensi Alami


Klasifikasi Kanai Frekuensi
Lokasi Deskripsi
Tipe Jenis Alami (Hz)
Batuan alluvial dengan
ketebalan lebih dari 5
MT03, MT06, MT11, m. Terdiri dari sandy-
III III 2.5 < f0 < 4 MT20, MT23, dan gravel, sandy hard clay,
MT25 loam, dan lainnya.
Dengan ketebalan
sedimen 10-30 m.
MT01, MT02, MT04,
MT05, MT07, MT08, Batuan alluvial yang
MT09, MT10, MT12, terbentuk dari
II IV f0 < 2.5 MT13, MT14, MT15, sedimentasi delta, top
MT16, MT17, MT18, soil, lumpur dengan
MT19, MT21, MT22 ketebalan >30 m.
dan MT24

Ditinjau dari peta geologi daerah penelitian, daerah frekuensi alami rendah
berada pada endapan alluvial dan formasi muaraenim. Dimana endapan alluvial
disusun oleh satuan litologi batulempung, batupasir dan fragmen konglomerat.
Namun berdasarkan observasi lapangan batuan yang ditemukan adalah
batulempung. Sedangkan formasi muaraenim disusun oleh satuan litologi
batulempung, lanau dan batupasir (Mangga, dkk., 1993). Frekuensi alami
rendah pada formasi muaraenim ini disebabkan oleh topografi daerah yang
relatif bergelombang. Sedangkan daerah frekuensi alami tinggi berada pada
formasi kasai dengan litologi batulempung tufaan dan batupasir tufaan
(Mangga, dkk., 1993). Hal ini mengindikasikan nilai frekuensi alami dipengaruhi
30

oleh ketebalan sedimen dan deformasi batuan daerah tersebut. Dimana


semakin dalam batuan dasar maka semakin rendah nilai frekuensi alami dan
sebaliknya semakin dangkal batuan dasar maka semakin tinggi nilai frekuensi
alami. Hal ini selaras dengan penelitian Mala, dkk (2015) mengatakan lapisan
sedimen yang tebal menyebabkan banyaknya gelombang seismik yang terejebak
pada lapisan tersebut, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menjalar sampai
ke permukaan lebih lama yang kemudian menghasilkan frekuensi alami yang
rendah.

Gambar 11. Peta Distribusi Frekuensi Alami

Dalam kajian geoteknik daerah yang direkomendasikan untuk


mendirikan kontruksi bangunan bertingkat dalam hal pengembangan dan
pembangunan kota seperti pembangunan pusat perbelanjaan, perkantoran atau
gedung bertingkat lainnya ialah pada daerah yang memiliki nilai frekuensi alami
yang tinggi. Hal ini didasarkan karena wilayah yang memiliki nilai frekuensi
alami tinggi memiliki ketebalan sedimen yang lebih tipis sehingga batuan keras
yang dangkal. Daerah distribusi frekuensi alami rendah berhubungan dengan
geologi Kota Jambi yang didominasi endapan lunak dalam hal ini endapan
alluvial.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua tipe frekuensi alami yaitu
Jenis III (zona tinggi) dan jenis IV (zona sangat tinggi). Zona frekuensi alami
tinggi merupakan daerah yang aman dengan potensi pergerakan muka tanah
yang kecil. Sedangkan zona frekuensi alami sangat tinggi merupakan daerah
31

yang aman dari pergerakan muka tanah, sehingga dianjurkan untuk


mendirikan bangunan.
4.2.2 Faktor Ampfilikasi (A0)
Faktor amplifikasi merupakan penguatan gelombang seismik akibat
adanya kontras litologi yang signifikan antara lapisan sedimen di permukaan
dan lapisan dasar (bedrock). Amplifikasi akan terjadi apabila gelombang seismik
melalui medium yang lebih lunak dari pada medium sebelumnya. Hal ini
menunjukkan hubungan faktor amplifikasi dengan tingkat kepadatan batuan,
dimana berkurangnya kepadatan batuan akan meningkatkan nilai faktor
amplifikasi (Sitorus, dkk., 2017). Faktor amplifikasi dipengaruhi juga oleh
kecepatan gelombang, apabila kecepatan gelombang semakin kecil maka faktor
amplifikasi semakin besar. Hal ini disebabkan oleh sedimen lunak yang
memperlambat durasi penjalaran gelombang pada daerah tersebut. Menurut
Solikhin dan Suantika (2008) lapisan tanah yang lunak dapat menyebabkan
getaran gempa yang lebih besar dibandingkan dengan lapisan tanah yang lebih
keras pada waktu dilewati oleh gelombang gempa. Hasil nilai faktor amplifikasi
yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi faktor amplifikasi
Laberta, 2009 (Tabel 8).

Tabel 8. Klasifikasi Data Nilai Faktor Amplifikasi


Nilai Faktor
Zona Klasifikasi Lokasi
Amplifikasi
MT03, MT04, MT05, MT06, MT07,
MT08, MT09, MT10, MT11, MT12,
I Rendah A<3 MT13, MT14, MT16, MT17, MT18,
MT19, MT20 MT21, MT22, MT23,
MT24 dan MT25
II Sedang 3<A<6 MT01, MT02, MT04, dan MT15

Berdasarkan peta distribusi nilai faktor amplifikasi di daerah penelitian


menunjukkan rentang nilai berkisar antara 1.46  4.88 (Gambar 12). Terdapat 2
zona pada daerah tersebut yaitu zona 1 dengan faktor amplifikasi < 3 dan zona
2 dengan faktor amplifikasi 3 < A0 < 6. Zona 1 pada penelitian ini memiliki nilai
faktor amplifikasi dengan rentang nilai 1.46 – 2.93 dan termasuk dalam zona
rendah (A0 < 3) mengindikasikan daerah tersebut memiliki batuan yang
kompaks. Zona 1 ini hampir tersebar diseluruh kecamatan daerah penelitian.
Sedangkan zona 2 memiliki nilai faktor amplifikasi dengan rentang nilai 3.22 –
4.03 dan termasuk zona sedang (3 < A0 < 6) mengindisikasikan daerah tersebut
memiliki batuan yang lebih lunak. Zona 2 ini terkonsentrasi di beberapa
32

kelurahan meliputi Tanjung Sari kecamatan Jambi Timur, Pasir Panjang,


Tanjung Raden hingga bagian selatan Olak Kemang kecamatan Danau Teluk.

Gambar 12. Peta Distribusi Faktor Amplifikasi

Jika ditinjau dari peta geologi daerah penelitian, daerah yang memiliki
faktor amplifikasi sedang terdapat pada sebagian endapan alluvial yang
sebagian besar materialnya berupa tanah lunak, batulempung, lanau dan
batupasir (Mangga, dkk., 1993). Sehingga gelombang gempabumi yang melewati
daerah tersebut mengalami penguatan. Hal ini selaras dengan penelitian Tohari
dan Wardhana (2018) menunjukkan amplifikasi zona tinggi berada pada
endapan alluvial. Sedangkan daerah yang memiliki faktor amplifikasi rendah
terdistribusi pada seluruh formasi yaitu endapan alluvial, formasi kasai, dan
muaraenim yang tersusun oleh material berupa batulempung, batupasir,
batulempung tufaan dan batupasir tufaan.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua zona amplifikasi yaitu zona
rendah dan sedang. Zona amplifikasi rendah merupakan daerah yang aman,
karena hanya mengalami amplifikasi yang kecil. Sedangkan zona amplifikasi
sedang merupakan daerah yang rentan terhadap ancaman gempabumi dengan
risiko sedang, gelombang akan mengalami penguatan apabila terjadi
gempabumi.
4.2.3 Indeks Kerentanan Seismik (Kg)
Indeks kerentanan seismik merupakan suatu parameter yang
memberikan informasi tingkat kerentanan lapisan permukaan tanah saat terjadi
33

gempabumi, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tinggi atau


rendahnya potensi suatu wilayah mengalami kerusakan. Nilai indeks
kerentanan sesimik yang tinggi diperoleh pada daerah dengan nilai amplifikasi
(A0) tinggi dan nilai frekuensi natural (f0) rendah. Menurut Laberta (2013) nilai
indeks kerentanan seismik berbanding lurus dengan kerusakan bangunan yang
ditimbulkan akibat bencana gempabumi. Jika suatu daerah memiliki indeks
kerentanan seismik yang besar maka tingkat kesetabilan struktur tanah daerah
tersebut semakin rendah, sehingga saat terjadi goncangan akibat gempabumi
kemungkinan kerusakan bangunan yang terjadi akan semakin tinggi. Nilai
indeks kerentanan seismik (Kg) yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan
klasifikasi Refrizon, 2013 (Tabel 9).

Tabel 9. Klasifikasi Data Nilai Indeks Kerentanan Seismik

Zona Klasifikasi Nilai Kg Lokasi

MT03, MT05, MT06, MT07, MT09,


I Rendah Kg < 3 MT10, MT11, MT12, MT18, MT19,
MT20, MT23, dan MT25
MT02, MT08, MT13, MT14, MT16,
II Sedang 3 < Kg < 6
MT17, MT21, MT22, dan MT 24
III Tinggi Kg > 6 MT01, MT04, dan MT15

Berdasarkan peta distribusi indeks kerentanan seismik (Kg) daerah


penelitian diperoleh nilai berkisar antara 0.70 – 20.18×10-6 cm2/s (Gambar 13).
Terdapat 3 zona pada daerah penelitian yaitu zona 1 dengan nilai Kg < 3, zona 2
dengan nilai Kg 3 – 6, dan zona 3 dengan nilai Kg > 6. Secara umum wilayah
penelitian didominasi oleh zona 1 dan 2 dengan indikasi daerah yang aman dari
pergerakan muka tanah. Sedangkan zona 3 merupakan zona dengan nilai
indeks kerentanan seismik relatif tinggi terkonsentrasi di beberapa kelurahan
meliputi Tanjung Sari kecamatan Jambi Timur, Pasir Panjang, Tanjung Raden
hingga bagian selatan Olak Kemang kecamatan Danau Teluk. Zona 3
mengindikasikan daerah yang rentan mengalami pergerakan muka tanah akibat
gempabumi.
Jika ditinjau dari geologi daerah penelitian, zona rendah berada pada
sebagian endapan alluvial, formasi muaraenim dan kasai, diguda geologi
penyusunnya merupakan batuan yang padat meliputi lempung tufaan,
batupasir tufaan, batupasir, konglomerat, dan batulempung. Zona sedang
berada pada terdistribusi merata pada formasi muaraenim, sebagian formasi
kasai, dan sebagian endapan alluvial, diguda geologi penyusunnya sama seperti
34

zona rendah, akan tetapi pengaruh topografi yang relatif bergelombang


memberikan efek meningkatnya nilai indeks kerentanan seismik. Sedangkan
zona tinggi berada sebagian titik di formasi Alluvial. Daerah endapan alluvial
ini umumnya memiliki litologi yang lunak seperti tanah lunak, batulempung,
lanau dan batupasir (Mangga, dkk., 1993). Hal ini menunjukkan bahwa daerah
yang tersusun dari litologi lunak cenderung mengalami penguatan gelombang
seismik. Distribusi nilai indeks kerentanan seismik memiliki korelasi terhadap
satuan geologi pada daerah tersebut. Hal ini selaras dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saaddudin, dkk. (2013) menunjukkan zona lemah berakumulasi
pada kawasan yang ditutupi oleh endapan alluvial.

Gambar 13. Peta Distribusi Indeks Kerentanan Seismik


Berdasarkan hasil penelitian terdapat tiga zona indeks kerentanan
seismik yaitu zona rendah, sedang dan tinggi. Zona indeks kerentanan seismik
rendah merupakan daerah yang aman. Zona indeks kerentanan seismik sedang
merupakan daerah yang aman dan getaran hanya dirasakan beberapa orang.
Sedangkan zona indeks kerentanan seismik tinggi merupakan daerah yang
berpotensi mengalami pergerakan muka tanah yang dapat menyebabkan
kerusakan bangunan.
4.2.4 Percepatan Tanah Maksimum (PGA)
Analisis nilai percepatan tanah maksimum (PGA) dilakukan untuk
mengetahui kecepatan pergerakan tanah saat terjadinya gempabumi. Menurut
Kanai (1966) nilai percepatan tanah maksimum (PGA) berkaitan dengan kondisi
35

tanah setempat (dalam hal ini periode dominan tanah), disamping itu juga
dipengaruhi besar magnitudo dan jarak sumber gempa.
Nilai percepatan tanah maksimum pada penelitian ditentukan
menggunakan parameter gempabumi terdekat yang pernah terjadi dari Kota
Jambi. Parameter gempabumi yang digunakan yaitu parameter gempabumi
tektonik pada 28 februari 2019 pukul 06:27:05 WIB dengan kekuatan M=5.3 SR
dengan nilai intensitas gempa V MMI yang terletak pada koordinat 101.55° BT
dan 1.4° LS atau pusat gempa berada di 38 km timur laut Pasaman pada
kedalaman 23 km (BMKG, 2019). Jarak hiposenter gempabumi tersebut dari
kota jambi ± 230 km. Berdasarkan studi kasus gempabumi tersebut didapatkan
hasil perhitungan percepatan tanah maksimum daerah penelitian. Nilai
percepatan tanah maksimum (PGA) yang diperoleh diklasifikasikan berdasarkan
skala intensitas gempabumi (Tabel 10).

Tabel 10. Klasifikasi Data Nilai Percepatan Tanah Maksimum (PGA)


Zona
Klasifikasi Nilai PGA (gal) Lokasi
MMI
Sangat MT01, MT08, MT14, MT15, MT16
I 1.74 - 2.00
Rendah MT017, MT19, MT21, MT22 dan MT24
MT02, MT03, MT04, MT05 MT06,
II Rendah 2.01 - 3.33 MT07, MT09, MT10, MT11, MT12,
MT13, MT18, MT20, MT23 dan MT25

Berdasarkan peta distribusi pergerakan tanah maksimum (PGA) daerah


penelitian memiliki rentang nilai berkisar antara 1.74 – 3.33 gal (Gambar 14).
Menurut Refrizon, dkk. (2013) variasi nilai pergerakan tanah maksimum juga
dipengaruhi oleh ketebalan lapisan penutup, kekerasan dan kontras fisis antara
lapisan penutup dan batuan dasar. Daerah distribusi percepatan tanah
maksimum (PGA) berpola tenggara – barat laut dengan variasi nilai yang relatif
tinggi berada pada sebagian kecamatan di daerah penelitian yaitu meliputi
bagian selatan Jambi Timur, utara Pal Merah, Danau Teluk, Pasar Jambi,
Pelayangan, sebagian kecil utara Jelutung, dan utara Jambi Selatan. Variasi
nilai tinggi mengindikasikan daerah ini merupakan daerah getaran gempabumi
dirasakan oleh beberapa orang dan tidak menimbulkan kerusakan. Sedangkan
variasi nilai rendah terdistribusi pada beberapa kecamatan di daerah penelitian
yaitu meliputi bagian selatan Pal Merah, Jambi Selatan, Jelutung, dan bagian
utara Jambi Timur. Variasi nilai rendah tersebut mengindikasikan daerah ini
merupakan daerah yang aman dari getaran gempabumi.
Ditinjau dari peta geologi daerah penelitian, daerah variasi nilai PGA
tinggi berada pada formasi kasai. Berdasarkan informasi geologi, diduga batuan
36

penyusun pada daerah tersebut terdiri dari lempung tufaan dan batupasir
tufaan (Mangga, dkk., 1993). Sedangkan variasi nilai PGA rendah terdistribusi
pada endapan alluvial dan formasi muaraenim. Bedasarkan informasi geologi,
diguda batuan penyusun pada daerah tersebut terdiri atas batulempung, lanau,
batupasir, dan konglomerat (Mangga, dkk., 1993).

Gambar 14. Peta Distribusi Percepatan Tanah Maksimum

Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua zona percepatan tanah


maksimum (PGA) yaitu zona I dan II. Zona I merupakan variasi PGA rendah
yang mengindikasikan daerah tersebut aman dan getaran gempabumi tidak
dirasakan hingga dirasakan oleh beberapa orang. Zona II merupakan variasi
PGA tinggi mengindikasikan daerah tersebut aman dan getaran dirasakan
banyak orang, tetapi tidak menimbulkan kerusakan bangunan. Hal ini selaras
dengan SNI 1726-2012 yang menunjukkan Kota Jambi berada pada zona 2
dalam skala 15 yang mengalami percepatan tanah maksimum sangat rendah
pada batuan dasar sebesar 0.05 – 0.1 g (akselerasi gravitasi).
4.2.5 Ketebalan Lapisan Sedimen
Ketebalan lapisan sedimen merupakan ketebalan lapisan lapuk pada
lapisan tanah yang diendapkan di atas batuan dasar atau bedrock. Secara
matematis ketebalan lapisan sedimen berbanding lurus dengan kecepatan
rambat gelombang geser rata-rata dan berbanding terbalik dengan frekuensi
natural. Nilai ketebalan lapisan sedimen diperoleh diklasifikasikan berdasarkan
klasifikasi kanai (Tabel 11).
37

Tabel 11. Klasifikasi Data Nilai Ketebalan Lapisan Sedimen


Klasifikasi Kanai Ketebalan Lokasi Deskripsi
Tipe Jenis Sedimen (m)
Batuan alluvial
dengan ketebalan
lebih dari 5 m.
MT02, MT03, MT06, Terdiri dari sandy-
III III 10 < h < 30 MT09, MT10, MT11, gravel, sandy hard
MT20, MT23, dan MT25 clay, loam, dan
lainnya.
Dengan ketebalan
sedimen 10-30 m.
MT01, MT04, MT05, Batuan alluvial
MT07, MT08, MT12, yang terbentuk
MT13, MT14, MT15, dari sedimentasi
II IV h > 30
MT16, MT17, MT18, delta, top soil,
MT19, MT21, MT22 dan lumpur dengan
MT24 ketebalan >30 m.

Berdasarkan peta distribusi ketebalan sedimen (h) daerah penelitian


memiliki rentang nilai berkisar antara 16.46 – 61.45 meter (Gambar 15).
Terdapat 2 tipe pada daerah penelitian yaitu tipe 2 dengan nilai ketebalan lebih
dari 30 meter dan Tipe 3 dengan ketebalan lapisan sedimen 10 – 30 meter. Zona
ketebalan lapisan sedimen tinggi berada pada wilayah selatan daerah penelitian
meliputi kecamatan Jelutung, Jambi Selatan dan bagian selatan Pal Merah.
Zona ketebalan lapisan sedimen rendah terdistribusi hampir pada seluruh
kecamatan di daerah penelitian yang meliputi kecamatan Danau Teluk bagian
utara, Pal Merah bagian utara, Jambi Timur bagian barat, Pasar Jambi, dan
Pelayangan bagian barat.
Ditinjau dari peta geologi daerah penelitian, zona ketebalan lapisan
sedimen tinggi berada pada endapan alluvial dan formasi muaraenim, diduga
daerah tersebut disusun satuan litologi seperti batulempung, lanau dan
batupasir (Mangga, dkk., 1993). Sedangkan zona ketebalan lapisan sedimen
rendah berada pada formasi kasai yang disusun oleh satuan litologi seperti
batulempung tufaan dan batupasir tufaan (Mangga, dkk., 1993). Integrasi data
geologi dan mikrotremor ini menunjukkan material endapan maupun sedimen
lunak cenderung memiliki ketebalan sedimen yang relatif tebal. Secara umum
variasi nilai ketebalan sedimen memiliki pola yang relatif sama dengan
karakteristik geologi daerah penelitian.
38

Gambar 15. Peta Distribusi Ketebalan Lapisan Sedimen

Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua tipe ketebalan lapisan


sedimen yaitu jenis IV (sangat tebal) dan jenis III (tebal). Jenis IV merupakan
zona ketebalan yang sangat tebal mengindikasikan daerah tersebut dengan
tingkat risiko tinggi. Jenis III merupakan zona ketebalan lapisan sedimen tebal
mengindikasikan daerah tersebut dengan tingkat risiko sedang. Hal ini
dikarenakan daerah penelitian memiliki lapisan sedimen yang tebal sehingga
gelombang yang menjalar saat terjadi gempabumi mengalami penguatan
gelombang, sehingga dapat menimbulkan kerusakan yang besar.
4.2.6 Mikrozonasi
Peta mikrozonasi daerah penelitian merupakan hasil kompilasi dari
parameter frekuensi alami, faktor amplifikasi, indeks kerentanan seismik,
percepatan tanah maksimum dan ketebalan lapisan sedimen yang dihasilkan.
Sebaran mikrozonasi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 16.
Berdasarkan peta mikrozonasi daerah penelitian memiliki rentang nilai risiko
berkisar antara 0.65 – 0.91. Terdapat dua zona berdasarkan tingkat risiko
terhadap bencana gempabumi yaitu zona I dengan indikasi aman dan zona II
dengan risiko sangat kecil. Zona I didimonasi oleh nilai frekuensi natural yang
sedang berkisar antara 3.04 Hz – 3.75 Hz, nilai faktor amplifikasi yang rendah
berkisar antara 1.46 – 2.93 kali, nilai indeks kerenantanan seismik yang rendah
berkisar antara 0.70 – 2.83×10-6 cm/s2, nilai percepatan tanah maksimum di
permukaan yang tinggi berkisar antara 1.74 – 2.65 gal merupakan zona aman
dari pergerakan tanah akibat gempabumi, dan ketebalan lapisan sedimen yang
39

sedang berkisar antara 16.46 – 28.41 meter. Zona II didominasi oleh nilai
frekuensi natural yang rendah berkisar antara 1.04 Hz – 2.39 Hz diindikasikan
daerah tersebut disusun oleh endapan lunak (alluvial) yang tebal, nilai faktor
amplifikasi yang rendah berkisar antara 3.74 – 4.88 kali, nilai indeks
kerenantanan seismik yang rendah berkisar 10.84 – 20.18×10-6 cm/s2, nilai
percepatan tanah maksimum di permukaan yang tinggi berkisar 2.96 – 3.33 gal
merupakan zona gempabumi dirasakan beberapa orang, dan ketebalan lapisan
sedimen yang tebal berkisar antara 30.87 – 60.45 meter. Tinggi rendahnya
seismisitas yang dihasilkan mengindikasikan bahwa ketika terjadi gempabumi
dengan magnetudo besar dan jarak hiposenter yang relatif dekat maka daerah
seismisitas lebih tinggi berpotensi mengalami pergerakan tanah yang kuat dan
sebaliknya.

Gambar 16. Peta Mikrozonasi Kota Jambi

Ditinjau dari peta geologi daerah penelitian, zona I dominan berada pada
formasi kasai, sebagian kecil formasi muaraenim dan endapan alluvial. Diduga
zona tersebut disusun oleh satuan litologi yang kompak seperti batulempung
tufan, batupasir tufan, batulempung, batupasir dan konglomerat (Mangga, dkk.,
1993). Sedangkan zona II relatif berada pada endapan alluvial, formasi
muaraenim, dan sebagian kecil formasi kasai. Diduga zona tersebut disusun
oleh satuan litologi yang lunak seperti lumpur, batulempung, batupasir,
konglomerat (Mangga, dkk., 1993). Hal ini menunjukkan zona tersebut relatif
lebih tinggi karena dipengaruhi oleh material endapan lunak dan topogragrafi
40

yang bergelombang. Integrasi data geologi dan mikrotremor ini menunjukkan


material endapan lunak (alluvial) relatif memiliki seismisitas yang lebih tinggi.
Secara umum variasi zona seismisitas relatif mengikuti karakteristik geologi
daerah penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua zona seismisitas yaitu zona 1
dan zona 2. Zona 1 merupakan zona sangat rendah, mengindikasikan bahwa
daerah tersebut berada dalam katergori aman. Zona ini tersebar hampir
diseluruh daerah penelitian. Zona 2 merupakan zona rendah, mengindikasikan
bahwa daerah tersebut termasuk kategori aman jika terjadi gempabumi, namun
hanya dirasakan beberapa orang dan tidak berpotensi menimbulkan kerusakan
bangunan. Zona ini terkonsentrasi di beberapa kelurahan pada daerah
penelitian yaitu dirasakan oleh beberapa orang, terkonsentrasi di beberapa
kelurahan meliputi Tanjung Sari, Payo Selincah, Kasang Jaya hingga Sijinjang
kecamatan Jambi Timur, Pasir Panjang, Tanjung Raden hingga bagian selatan
Olak Kemang kecamatan Danau Teluk, kelurahan Jelutung hingga Lebak
Bandung kecamatan Jelutung, Thehok kecamatan Jambi Selatan, Pal Merah
hingga Lingkar Selatan kecamatan Pal Merah. Hal ini selaras dengan SNI 1726-
2012 yang menunjukkan Kota Jambi berada pada zona 3 dalam skala 13
dengan koefisien risiko gempabumi (respon perioda pendek) sangat kecil
berkisar antara rentang 0.90 – 0.95.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan analisis terhadap parameter mikrozonasi daerah penelitian
diperoleh variasi sebaran sebagai berikut :
 Nilai frekuensi alami daerah penelitian berkisar antara 1.04  3.78 Hz.
Terdapat 2 jenis frekuensi alami yaitu jenis IV dan jenis III. Jenis IV
memiliki rentang frekuensi antara 1.04 Hz – 2.39 Hz, mengindikasikasi
daerah penelitian tersusun oleh batuan alluvial dengan ketebalan lebih
dari 30 m. Jenis IV terdistribusi hampir pada seluruh daerah penelitian.
Sedangan jenis III memiliki rentang frekuensi antara 2.51 Hz – 3.75 Hz,
mengindikasikan daerah penelitian tersusun oleh batuan endapan
alluvial dengan ketebalan sedimen permukaan 10 – 30 m. Jenis III
terdistribusi pada beberapa kecamatan di daerah penelitian yaitu
meliputi bagian selatan Pal Merah, Jambi Selatan, Jelutung, Pasar
Jambi, Danau Teluk, Pelayangan, dan bagian utara Jambi Timur.
 Nilai faktor amplifikasi daerah penelitian berkisar antara 1.46  4.88
kali. Terdapat 2 zona pada daerah tersebut yaitu zona rendah dengan
faktor amplifikasi < 3 dan zona sedang dengan faktor amplifikasi 3 < A0 <
6. Zona rendah memiliki rentang nilai berkisar antara 1.46 – 2.93,
mengindikasikan daerah tersebut memiliki batuan yang kompaks. Zona
rendah ini hampir tersebar diseluruh kecamatan daerah penelitian.
Sedangkan zona sedang memiliki rentang nilai berkisar antara 3.22 –
4.03, mengindisikasikan daerah tersebut memiliki batuan yang lebih
lunak. Zona sedang ini berada pada wilayah bagian selatan Danau Teluk
dan kelurahan Tanjung Sari kecamatan Jambi Timur.
 Nilai indeks kerentanan seismik daerah penelitian berkisar antara 0.70 –
20.18×10-6 cm2/s. Terdapat 3 zona pada daerah penelitian yaitu zona 1
dengan nilai Kg < 3, zona 2 dengan nilai kg 3 – 6, dan zona 3 dengan
nilai Kg > 6. Secara umum wilayah penelitian didominasi oleh zona 1 dan
2 dengan indikasi daerah yang aman dari pergerakan muka tanah.
Sedangkan zona 3 mengindikasikan zona indeks kerentanan seismik
relatif tinggi berada pada wilayah selatan kecamatan Danau Teluk dan
pusat kecamatan Jambi Timur. Zona 3 mengindikasikan daerah yang
rentan mengalami pergerakan muka tanah akibat gempabumi.
 Nilai percepatan tanah maksimum daerah penelitian berkisar antara
1.74 – 3.33 gal. Terdapat 2 zona percepatan tanah maksimum pada
daerah penelitian yaitu zona I dan II. Zona I memiliki rentang nilai
berkisar antara 1.74 – 2.00 gal, mengindikasikan zona aman dari
getaran gempabumi. Zona tersebut terdistribusi pada seluruh kecamatan

41
42

di daerah penelitian yaitu meliputi bagian selatan Pal Merah, seluruh


Jambi Selatan, selatan Jelutung, dan bagian utara Jambi Timur.
Sedangkan zona II memiliki rentang nilai berkisar antara 2.01 – 3.33 gal,
mengindikasikan zona gempabumi dirasakan oleh beberapa orang. Zona
tersebut meliputi Jambi Timur, Pasar Jambi, utara Jelutung, utara Pal
Merah, Danau Teluk dan Pelayangan.
 Nilai ketebalan lapisan sedimen daerah penelitian berkisar antara 16.46
– 61.45 meter. Terdapat 2 jenis pada daerah penelitian yaitu jenis IV
dengan nilai ketebalan lebih dari 30 m dan Jenis III dengan ketebalan
lapisan sedimen 10 – 30 m. Zona ketebalan lapisan sedimen rendah
terdistribusi hampir pada seluruh kecamatan di daerah penelitian yang
meliputi utara Danau Teluk, utara Pal Merah, barat Jambi Timur, Pasar
Jambi, dan Pelayangan. Sedangkan zona ketebalan lapisan sedimen
tinggi penelitian meliputi selatan Danau Teluk, utara Jambi Timur,
Jelutung, Jambi Selatan dan bagian selatan Pal Merah.
2. Mikrozonasi Kota Jambi berdasarkan data mikrotremor menghasilkan dua
zona seismisitas yaitu zona I dan zona II. Zona I merupakan zona aman,
zona ini tersebar hampir di seluruh daerah penelitian. Zona tersebut
dominan berada pada formasi kasai dan muaraenim. Zona II merupakan
zona risiko sangat kecil, terkonsentrasi di beberapa kelurahan meliputi
Tanjung Sari, Payo Selincah, Kasang Jaya hingga Sijinjang kecamatan Jambi
Timur, Pasir Panjang, Tanjung Raden hingga bagian selatan Olak Kemang
kecamatan Danau Teluk, kelurahan Jelutung hingga Lebak Bandung
kecamatan Jelutung, Thehok kecamatan Jambi Selatan, Pal Merah hingga
Lingkar Selatan kecamatan Pal Merah. Zona tersebut dominan berada pada
endapan alluvial, formasi Muaraenim dan sebagian kecil formasi kasai.

5.2 Saran
Direkomendasikan untuk melakukan pembangunan dan pengembangan
Kota Jambi pada kecamatan Jelutung, Jambi Selatan, Pal Merah, dan
Pelayangan. Hal ini dikarenakan daerah tersebut didominasi zona I dengan
frekuensi alami yang relatif tinggi. Sedangkan pada zona II yang terletak pada
kelurahan meliputi Tanjung Sari, Payo Selincah, Kasang Jaya hingga Sijinjang
kecamatan Jambi Timur, Pasir Panjang, Tanjung Raden hingga bagian selatan
Olak Kemang kecamatan Danau Teluk, kelurahan Jelutung hingga Lebak
Bandung kecamatan Jelutung, Thehok kecamatan Jambi Selatan, Pal Merah
hingga Lingkar Selatan kecamatan Pal Merah direkomendasikan untuk
dilakukan rekayasa sipil. Hal ini dapat dilakukan sebagai upaya meminimalisir
dampak gempabumi dengan kekuatan yang relatif tinggi. Adapun untuk
penelitian selanjutnya diperlukan data pendukung seperti data bor untuk
mengetahui litologi daerah penelitian secara tepat pada setiap lapisan sehingga
hasil yang didapatkan diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Afnimar. 2009. Seismologi. Institut Teknologi Bandung : Bandung.

Agustawijaya, D. S., dan Syamsuddin. 2009. Pengembangan Metode Analisis


Risiko Bencana: Sebuah Studi Kasus Pulau Lombok. Jurnal Dinamika
Teknik Sipil, 12 (1), 146 - 150. http://hdl.handle.net/11617/2017.

Arifin, S. S., Mulyatno, B. S., Marjiyono dan Roby Setianegara. 2014. Penentuan
Zona Rawan Guncangan Bencana Gempabumi Berdasarkan Analisis Nilai
Amplifikasi HVSR Mikrotremor dan Analisis Periode Dominan Daerah Liwa
dan Sekitarnya. Jurnal Geofisika Eksplorasi, 12 (1), 30 - 40.
http://dx.doi.org/10.23960/jge.v2i01.217.

Bishop, M. G. (2001). South Sumatra Basin Province, Indonesia: The


Lahat/Tanlang Akar-Cenozoic Total Petroleum System. Colorado: USGS.
BMKG. 2019. Gempa Dirasakan. Diakses pada tanggal 22 Juni 2019. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indonesia. http://
repogempa.bmkg.go.id/viewfm.php?strike1=1.1&dip1=70.1&rake1=7.7&
strike2=268.49&dip2=82.8&rake2=159.9&tgl=2019/02/27&ot=23:27:07.
147&lat=1.42&lon=101.51&ketlat=S&ketlon=E&depth=26&mag=5.3&re
mark=Southern+Sumatra%2C+Indonesia+&status=unset.

BMKG. 2018. Skala Intensitas Gempa. Diakses pada tanggal 23 Juli 2018.
https://www.bmkg.go.id/gempabumi/skala-intensitas-gempabumi.bmkg

Brigham, E. O. 1988. The Fast Fourier Transform (FFT) and Its Applications, New
Jersey, USA, Pretince Hall.

Brotopuspito, K. S., Prasetya, Tiar, Widigdo, dan Ferry M. 2006. Percepatan


Getaran Tanah Maksimum Daerah Istimewa Yogyakarta 1943-2006.
Jurnal Geofisika, 7 (1), 19 – 22.

BSI. 2012. SNI 1726-2012 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Sturuktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Badan Standarisasi
Nasional : Jakarta.

Daryono. 2013. Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan Mikrotremor Pada


Setiap Satuan Bentuklahan di Zona Graben Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Riset Daerah, 12 (1), 1754 - 1777.

Daryono, Sutikno, Sartohadi, J., Dulbahri, dan Brotopuspito, K. S. 2009. Efek


Tapak Lokal (Local Site effect) di Graben Bantul Berdasarkan Pengukuran

43
44

Mikrotremor. Journal International Conference Earth Science and


Technology, E04(1) – E04(6).

De Coster, G.L. 1974. The Geology of The Central and South Sumatera Basins.
Proceedings Indonesian Petroleum Association, 3rd Annual Convention,
77 - 110.
Edwiza, D. 2008. Analisis Terhadap Intensitas Dan Percepatan Tanah Maksimum
Gempa Sumbar. Jurnal Teknika, 1 (29), 74 - 79.

Edwiza, D dan Novita, S. 2008. Pemetaan Percepatan Tanah Maksimum dan


Intensitas Seismik Kota Padang Panjang Menggunakan Metoda Kanai.
Jurnal Teknika, 2 (29), 111 - 118.

Ginger, D., & Fielding, K. (2005). The Petroleum Systems and Future Potensial of
The South Sumatra Basin. Thirtieth Annual Convention & Exhibition, 68 -
89.
Handayani, L., Mulyadi, D., Dadan, D., Wardhana, dan Wawan H. Nur, 2009.
Percepatan Pergerakan Tanah Maksimum Daerah Cekungan Bandung:
Studi Kasus Gempa Sesar Lembang. Jurnal Geologi dan Sumberdaya
Mineral, 19 (5), 333 - 337. http://dx.doi.org/10.33332/jgsm.
geologi.19.5.333-337.

Heidrick, T.L., & Aulia, K. 1993. A structural and Tectonic Model of The Coastal.
Plain Block, Central Sumatera Basin, Indonesia. Indonesian Petroleum.
Assosiation, Proceeding 22th Annual Convention, Jakarta, 1, 285-316.
Ibrahim, Dahlan. 2005. Survei Pendahuluan Bitumen Padat Derah Bukitsusah
Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Subdit Batubara, DIM.

Irsyam, M., Widiantoro, S., Natawidjaja, D. H., Meilano, I., Rudyanto, A.,
Hidayati, S., Triyoso, W., Hanifa, N. R., Djarwadi, D., Faizal, L., dan
Sunarjito. 2017. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun
2017. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Kanai, K. 1983. Seismology in Engineering. Tokyo University. Japan.

Kanai, K. 1966. Improved Empirical Formula for Characteristics of Stray (sic)


Earthquake Motions. Page 1-4 of: Proceedings of the Japanese Earthquake
Symposium. Not seen. Reported in Trifunac & Brady (1975).

Kurniawan, R., Eva, M. N., Marjiyono, dan Sismanto. 2017. Pemetaan Daerah
Rawan Risiko Gempabumi Menggunakan Metode HVSR Di Kotamadya
Denpasar Dan Sekitarnya, Bali. Jurnal KURVATEK, 2 (1), 21 - 30.
45

Laberta, Septian. (2013). Mikrozonasi Indeks Kerentanan Seismik Berdasarkan


Analisis Mikrotremor di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: UNY.

Lachet, C., dan Brad, P. Y. 1994. Numerical and Theoretical Investigation on The
Possibilities and Limitations of Nakamura’s Technique. J. Phys. Earth, 42,
377 - 397.

Mala, H. U., Suliso, A., dan Sunaryo. 2015. Kajian Mikrotremor dan Geolistrik
Resistivitas di Sekitar Jalan Arteri Primer Trans Timur untuk Miitigasi
Bencana. Jurnal Natural B, 3 (1), 24 – 34.

Mangga, S. A., Santoso, S., dan Herman, B. 1993. Peta Geologi Lembar Jambi
Sumatera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Jawa
Barat.

Mirzaoglu, M. dan Dykmen, U. 2003. Aplication of microtremors to seismic


microzoning procedure. Journal of The Balkan Geophysical Society, 6 (3,)
2003, 143 - 156.

Mucciarelli, M., Herak, M., dan Cassidy, J. 2009. Increasing Seismic Safety by
Combining Engineering Technologies and Seismological Data. NATO
Science for Peace and Security Series C: Environmental Security, Spinger
Science & Bussines Media B.V.

Mufida, A., Jaya, B. S., dan Warnana, D. D. 2013. Profiling Kecepatan


Gelombang Geser (Vs) Surabaya Berdasarkan Pengolahan Data
Mikrotremor. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2 (2), 76 - 81.

Nakamura, Y. 1989. A Method for Dynamic Characteristics Estimation of


Subsurface using Microtremor on the Ground Surface. Japan: Quarterly
Report of Railway Technical Research Institute (RTRI), 30 (1), 25 - 33.

Nakamura, Y. 2000. Clear Indentification of Fundamental Idea of Nakamura’s


Technique and Its Application. Tokyo University. Japan.

Pemerintah Kota Jambi. 2013. Peta Rencana Tata Ruang Kota Jambi 2013-2023.
Pemerintah Kota Jambi: Jambi.

Pemerintah Kota Jambi. 2014. Geografis Kota Jambi. Diakses 08 Maret 2018,
dari Pemerintah Kota Jambi. http://jambikota.go.id/new/geografis/

Pemerintah Kota Jambi. 2018. Kecamatan dan Kelurahan. Diakses 03


September 2018, dari Pemerintah Kota Jambi.
https://jambikota.go.id/new/kecamatan-dan-kelurahan/.
46

Pulunggono, A., Haryo S. & Kosuma, C.G. (1992). Proceedings Indonesian


Petroleum Association: Pre-Tertiary and Tertiary Fault Systems as a
Framework of the South Sumatera Basin; a Study of SAR-Maps.
Proceedings Indonesian Petroleum Association, IPA 92-11.37, 339 – 360.
Putri, R., A., Purwanto, M. S., dan Amien Widodo. 2017). Identifikasi Percepatan
Tanah Maksimum (PGA) dan Kerentanan Tanah Menggunakan Metode
Mikrotremor Jalur Sesar Kendeng. Jurnal Geosaintek, 3 (2), 107 - 114.
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v3i2.2966.

Refrizon, dkk. 2013. Analisis Percepatan Tanah Maksimum dan Tingkat


Kerentanan Seismik Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu. Prosiding
Semirata FMIPA UNILA. Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Rusdin, A. A., Hamdoko, D. S., Sunarto dan Saaduddin. 2016. Analisis


Pengaruh Karakteristik Sedimen dan Kedalaman Muka Airtanah Terhadap
Indeks Kerentanan Seismik Kota Makassar. Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Geofisika, 13-19.

Saaduddin, Sismanto & Marjiyono. 2015. Pemetaan Indeks Kerentanan Seismik


Kota Padang Sumatera Barat Dan Korelasinya Dengan Titik Kerusakan
Gempabumi 30 September 2009. Jurnal Kebumian, 8, 459-466.

SESAME. 2004. Guidelines For The Implementation Of The H/V Spectral Ratio.
Technique on Ambient Vibrations. Europe: SESAME Europe research
project.

Seed, H.B., dan Idriss, I.M. 1971. Simplified procedure for Evaluating Soil
Liquection Potential. Journal of the Soil Mechanics and Foundation
Divison. 1971.

Sitorus, N., Purwanto, S. dan Utama, W. 2017. Analisis Nilai Frekuensi Natural
dan Amplifikasi Desa Olak Alen Blitar Menggunakan Metode Mikrotremor
HVSR. Jurnal Geosaintek, 3 (2), 89-92. http://dx.doi.org/10.12962/
j25023659.v3i2.2962.

Sunardi, B., Daryono, Arifin, J., Susilanto, P., Ngadmanto, D., Nurdiyanto, B.,
dan Sulastri. 2012. Kajian Potensi Bahaya Gempabumi Daerah Sumbawa
Berdasarkan Efek Tapak Lokal. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 13 (2),
131-137. http://dx.doi.org/10.31172/jmg.v13i2.127.

Sungkono & Santosa, B.J. 2011. Karakterisasi Kurva Horizontal-To-Vertical


Spectral Ratio: Kajian Literatur Dan Permodelan. Jurnal Neutrino, 4 (1), 1
- 15. http://dx.doi.org/10.18860/neu.v0i0.1662.
47

Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik. Gempa Pada


Penelaahan Struktur Bagian Dalam Bumi. Universitas Sumatera Utara.

Solikhin, A. & Suantika, G. 2008. Laporan Penyelidikan Gempabumi Daerah


Kabupaten Bandung dan Sekitarnya Jawa Barat. Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi. Bandung

Syahruddin, M. H., Aswad, S., Pulullungan, E. F., Maria dan Syamsuddin. 2014.
Penentuan Profil Ketebalan Sedimen Lintasan Kota Makassar Dengan
Mikrotremor. Jurnal Fisika, 4 (1), 17 - 25. https://doi.org/10.15294/
jf.v4i1.3861.

Tohari, Adrin dan Wardhana, D. Dani. 2018. Mikrozonasi Seismik Wilayah Kota
Padang Berdasarkan Pengukuran Mikrotremor. Jurnal Riset Geologi
Pertambangan, 28 (2), 205 – 220. http://dx.doi.org/10.14203/
risetgeotam 2018.v28.984.

Warnana, D. D., Soemitro, R. A., & Utama, W. 2011. Application of Microtremor


HVSR Method for Assessing Site Effect in Residual Soil Slope.
International Journal of Basic & Applied Sciences, 11 (4), 100 - 105.

Wildana, A. T. A,. Lantu1, & Sabrianto, A. 2016. Analisis Kurva HVSR Untuk
Distribusi Indeks Kerentanan Seismik Kawasan Rawan Gempabumi.
Jurnal Prosiding Seminar Nasional Geofisika, 170-173.

Wisnu, & Nazirman. 1997. Geologi Regional Sumatera Selatan. Pusat Survei
Geologi. Badan Geologi Kementerian ESDM, Bandung.

Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia-Volume I A, General


Geology, The Haque, Martinus Nijhoff, h.325.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Posisi Titik Survei Mikrotremor


Sistem koordinat WGS 1984 UTM Zona 48S
No Titik Survei Lintang (m) Bujur (m)
1 MT01 341400 9825850
2 MT02 342800 9824700
3 MT03 342950 9827300
4 MT04 344300 9825700
5 MT05 344000 9828750
6 MT06 345600 9827500
7 MT07 345600 9824800
8 MT08 345550 9821400
9 MT09 347200 9828850
10 MT10 347000 9826700
11 MT11 347100 9823300
12 MT12 347000 9820500
13 MT13 347000 9817700
14 MT14 348400 9827900
15 MT15 348400 9824700
16 MT16 348200 9821700
17 MT17 348400 9819100
18 MT18 349600 9828700
19 MT19 349700 9825900
20 MT20 349800 9822800
21 MT21 349700 9820200
22 MT22 349600 9817500
23 MT23 351200 9821700
24 MT24 351000 9819000
25 MT25 352100 9820500

48
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian

Titik Koef
Lintang Bujur Lw Nw f0 A0 σ(f) Kg PGA h Zonasi
Survei Risiko
MT01 341400 9825850 35 25 1.18 4.88 0.09 20.18169 1.902702 47.24364 15 0.913043
MT02 342800 9824700 40 25 1.64 2.97 0.09 5.378598 2.230861 38.32927 14 0.782609
MT03 342950 9827300 35 32 3.10 1.47 0.10 0.697065 3.067877 17.53548 11 0.652174
MT04 344300 9825700 35 25 1.47 4.03 0.09 11.04823 2.101320 40.75850 16 0.913043
MT05 344000 9828750 40 28 1.37 1.97 0.09 2.832774 2.032519 39.26095 12 0.717391
MT06 345600 9827500 35 25 3.10 2.53 0.10 2.064806 3.038907 18.84516 11 0.652174
MT07 345600 9824800 30 24 1.79 1.59 0.09 1.412346 2.307389 30.87011 13 0.717391
MT08 345550 9821400 30 30 1.05 2.00 0.09 3.809524 1.765495 61.45000 13 0.782609
MT09 347200 9828850 40 27 2.22 1.51 0.08 1.027072 2.557994 26.76126 12 0.652174
MT10 347000 9826700 35 25 2.39 2.45 0.09 2.511506 2.654504 23.72908 12 0.652174
MT11 347100 9823300 35 32 3.78 2.93 0.11 2.271138 3.333712 17.44312 11 0.652174
MT12 347000 9820500 30 26 1.41 1.98 0.09 2.780426 2.034783 48.77482 12 0.717391
MT13 347000 9817700 30 23 1.44 2.59 0.08 4.658403 2.054061 48.82118 13 0.782609
MT14 348400 9827900 35 30 1.36 2.61 0.09 5.008897 1.993235 39.39522 13 0.782609
MT15 348400 9824700 35 35 1.29 3.74 0.09 10.84310 1.939520 50.31202 15 0.913043
MT16 348200 9821700 45 20 1.04 2.26 0.05 4.911154 1.740978 59.05288 13 0.782609
MT17 348400 9819100 35 20 1.29 2.02 0.09 3.163101 1.935777 46.40310 13 0.782609
MT18 349600 9828700 35 25 2.09 1.72 0.10 1.415502 2.461130 28.41746 12 0.652174
MT19 349700 9825900 40 25 1.28 1.46 0.10 1.665313 1.923967 44.95703 12 0.717391
MT20 349800 9822800 35 32 3.04 1.47 0.12 0.710822 2.961214 19.97204 11 0.652174
MT21 349700 9820200 50 20 1.08 1.93 0.07 3.448981 1.764023 54.69444 13 0.782609
MT22 349600 9817500 35 26 1.06 1.97 0.09 3.661226 1.746404 54.75472 13 0.782609
MT23 351200 9821700 30 25 3.69 1.76 0.09 0.839458 3.245685 16.46409 11 0.652174
MT24 351000 9819000 35 25 1.12 1.90 0.09 3.223214 1.787639 52.54688 13 0.782609
MT25 352100 9820500 35 23 3.36 2.36 0.11 1.657619 3.086445 19.30060 11 0.652174

50
51

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Nilai Parameter Mikrotremor

Diketahui :

Titik survei MT01

A0  4.88 f0  1.18 Vs30  222.99 m /s


R  227.72km M  5.3 SR

Ditanya :

a. Indeks Kerentanan Seismik


b. Percepatan Tanah Maksimum
c. Ketebalan Lapisan Sedimen

Jawab :

a. Indeks Kerentanan Seismik

A 02
Kg =
f0
4.882

1.18
23.8144

1.18
 20.18

b. Percepatan Tanah Maksimum

(0.61M )(1.66 
3.66
)log R  0.167 
1.83 1
5 Tg 
a 10 R R
f0
Tg
1
3.66 1.83 
5 (0.615.3)(1.66  )log 227.72  0.167  1.18
 10 227.72 227.72
0.85  0.85
5
 10(3.23)(1.66  0.016)2.36  0.167  0.008
0.85
5
 100.56
0.85
5
 0.35
0.92
 1.9 gal

c. Ketebalan Lapisan Sedimen


vs30
h
4f0
222.99

4  1.18
 47.24 meter
52

Lampiran 4. Kriteria Reliabel dan Clear Peak menurut SESAME 2004


Lampiran 5. Uji Reliabilitas

Criteria for reliable curve


TS Lw Nw f0 A0 σ(f) 10/lw nc nc(f 0) σA(f)
i ii iii
MT01 35 25 1.18 4.88 0.09 0.29 1032.5 1218.35 0.11 v v v
MT02 40 25 1.64 2.97 0.09 0.29 1640 4028.72 0.20 v v v
MT03 35 32 3.10 1.47 0.10 0.29 3469.76 10763.20 0.31 v v v
MT04 35 25 1.47 4.03 0.09 0.29 1286.25 1890.79 0.13 v v v
MT05 40 28 1.37 1.97 0.09 0.25 1534.4 2102.13 0.12 v v v
MT06 35 25 3.10 2.53 0.10 0.29 2712.5 8408.75 0.31 v v v
MT07 30 24 1.79 1.59 0.09 0.33 1288.8 2306.95 0.16 v v v
MT08 30 30 1.05 2.00 0.09 0.33 945 992.25 0.09 v v v
MT09 40 27 2.22 1.51 0.08 0.25 2397.6 5322.67 0.18 v v v
MT10 35 25 2.39 2.45 0.09 0.29 2091.25 4998.09 0.22 v v v
MT11 35 32 3.78 2.93 0.11 0.29 4233.6 16003.01 0.42 v v v
MT12 30 26 1.41 1.98 0.09 0.33 1099.8 1550.72 0.13 v v v
MT13 30 23 1.44 2.59 0.08 0.33 993.6 1430.78 0.12 v v v
MT14 35 30 1.36 2.61 0.09 0.29 1428 1942.08 0.12 v v v
MT15 35 35 1.29 3.74 0.09 0.29 1580.25 2038.52 0.12 v v v
MT16 45 20 1.04 2.26 0.05 0.22 936 973.44 0.05 v v v
MT17 35 20 1.29 2.02 0.09 0.29 903 1164.87 0.12 v v v
MT18 35 25 2.09 1.72 0.10 0.29 1828.75 3822.09 0.21 v v v
MT19 40 25 1.28 1.46 0.10 0.25 1280 1638.40 0.13 v v v
MT20 35 32 3.04 1.47 0.12 0.29 3404.8 10350.59 0.36 v v v
MT21 50 20 1.08 1.93 0.07 0.20 1080 1166.40 0.08 v v v
MT22 35 26 1.06 1.97 0.09 0.29 964.6 1022.48 0.10 v v v
MT23 30 25 3.69 1.76 0.09 0.33 2767.5 10212.08 0.33 v v v
MT24 35 25 1.12 1.90 0.09 0.29 980 1097.60 0.10 v v v
MT25 35 23 3.36 2.36 0.11 0.29 2704.8 9088.13 0.37 v v v
Keterangan : v : terpenuhi
- : tidak terpenuhi

53
Lampiran 6. Uji Kurva Clear Peak
f [AH/V Criteria for a clear H/V peak
TS Lw Nw f0 A0 σ(f) Jenis
A0/2 f- f+ ± σA(f)] f0±5% ε (f0) θ (f0) i ii iii iv v vi
MT01 35 25 1.18 4.88 0.09 2.44 0.83 1.2 1.27 1.121 0.12 1.78 v v v v v v clear
MT02 40 25 1.64 2.97 0.09 1.485 0.50 0.7 1.73 2.0805 0.11 1.58 v v v v v v clear
MT03 35 32 3.10 1.47 0.1 0.74 0.45 0.15 3.20 2.945 0.16 1.58 v v - v v v clear
MT04 35 25 1.47 4.03 0.09 2.02 0.50 1.6 1.56 1.3965 0.15 1.78 v v v v v v clear
MT05 40 28 1.37 1.97 0.09 0.99 0.70 1.25 1.46 1.3015 0.14 1.78 v - - v v v broad
MT06 35 25 3.10 2.53 0.1 1.27 0.38 1.7 3.20 2.945 0.31 1.58 v - v v v v clear
MT07 30 24 1.79 1.59 0.09 0.80 0.60 1 1.88 1.7005 0.18 1.78 v - - v v v broad
MT08 30 30 1.05 2.00 0.09 1.00 0.80 1.5 1.14 0.9975 0.11 1.78 v - - v v v broad
MT09 40 27 2.22 1.51 0.08 0.76 0.25 0.85 2.30 2.109 0.11 1.58 v v - v v v clear
MT10 35 25 2.39 2.45 0.09 1.23 0.25 2.25 2.48 2.2705 0.12 1.58 v - v v v v clear
MT11 35 32 3.78 2.93 0.11 1.47 0.65 0.8 3.89 3.591 0.19 1.58 v v v v v v clear
MT12 30 26 1.41 1.98 0.09 0.99 0.70 1.9 1.50 1.3395 0.14 1.78 v - - v v v broad
MT13 30 23 1.44 2.59 0.08 1.30 0.70 1.3 1.52 1.368 0.14 1.78 v v v v v v clear
MT14 35 30 1.36 2.61 0.09 1.31 0.80 1.5 1.45 1.292 0.14 1.78 v - v v v v clear
MT15 35 35 1.29 3.74 0.09 1.87 0.80 1.4 1.38 1.2255 0.13 1.78 v v v v v v clear
MT16 45 20 1.04 2.26 0.05 1.13 1.10 1.7 1.09 0.988 0.10 1.78 v - v v v v clear
MT17 35 20 1.29 2.02 0.09 1.01 0.50 1.3 1.38 1.2255 0.13 1.78 v v v v v v clear
MT18 35 25 2.09 1.72 0.1 0.86 0.50 0.8 2.19 1.9855 0.10 1.58 v v - v v v clear
MT19 40 25 1.28 1.46 0.1 0.73 0.70 1.15 1.38 1.216 0.13 1.78 v - - v v v broad
MT20 35 32 3.04 1.47 0.12 0.74 0.45 0.15 3.16 2.888 0.15 1.58 v v - v v v clear
MT21 50 20 1.08 1.93 0.07 0.97 0.95 1.6 1.15 1.026 0.11 1.78 v - - v v v broad
MT22 35 26 1.06 1.97 0.09 0.99 0.90 1.35 1.15 1.007 0.11 1.78 v - - v v v broad
MT23 30 25 3.69 1.76 0.09 0.88 0.70 1.15 3.78 3.5055 0.18 1.58 v - - v v v broad
MT24 35 25 1.12 1.9 0.09 0.95 0.50 1.5 1.21 1.064 0.11 1.78 v - - v v v broad
MT25 35 23 3.36 2.36 0.11 1.18 2.00 0.7 3.47 3.192 0.17 1.58 - v v v v v clear

Keterangan : v : terpenuhi
- : tidak terpenuhi

54
55

Lampiran 7. Kurva H/V Hasil Pengolahan Data

MT01 f0 = 1.18
A0 = 4.88
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.18 > 0.29
ii. 1218 > 200
iii. 0.11 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.83 < 2.44
ii. 1.2 < 2.44
iii. 4.88 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.12
vi. 0.11 < 1.93
Informasi Lokasi: endapan aluvial
terdiri dari kerakal, kerikil,
batupasir, lanau dan lempung..

MT02 f0 = 1.64
A0 = 2.96
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.18 > 0.29
ii. 1218 > 200
iii. 0.14 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.83 < 1.49
ii. 0.70 < 1.49
iii. 3.22 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.16
vi. 0.14 < 1.58
Informasi Lokasi: endapan aluvial
terdiri dari kerakal, kerikil,
batupasir, lanau dan lempung.

MT03 f0 = 3.10
A0 = 1.47
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 3.10 > 0.29
ii. 10749 > 200
iii. 0.14 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.45 < 0.74
ii. 0.15 < 0.74
iii. 1.47 < 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.15
vi. 0.31 < 1.58
Informasi Lokasi: formasi kasai
terdiri Batupasir tufan dan
batulempung tufan.
56

MT04 f0 = 1.47
A0 = 4.03
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.47 > 0.29
ii. 1890 > 200
iii. 0.13< 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.50 < 2.02
ii. 1.60 < 2.02
iii. 4.03 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.15
vi. 0.13 < 1.78
Informasi Lokasi: endapan aluvial
terdiri dari kerakal, kerikil,
batupasir, lanau dan lempung.

MT05 f0 = 1.37
A0 = 1.97
Tipe Kurva : Broad Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.37 > 0.25
ii. 2102.13 > 200
iii. 0.12 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.70 < 0.99
ii. 1.25 > 0.99
iii. 1.97 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.14
vi. 0.12 < 1.78
Informasi Lokasi: muaraenim
terdiri dari batupasir,
batulempung, dan tufan.

MT06 f0 = 3.1
A0 = 2.53
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 3.10 > 0.29
ii. 8408 > 200
iii. 0.31 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.38 < 1.27
ii. 1.2 < 1.27
iii. 2.53 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.1 < 0.31
vi. 0.31 < 1.58
Informasi Lokasi: formasi kasai
terdiri batupasir tufan dan
batulempung tufan.
57

MT07 f0 = 1.79
A0 = 1.59
Tipe Kurva : Broad Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.79 > 0.33
ii. 2306.95 > 200
iii. 0.16 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.60 < 0.80
ii. 1 > 0.80
iii. 1.59 < 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.18
vi. 0.16 < 1.78
Informasi Lokasi: endapan aluvial
terdiri dari kerakal, kerikil,
batupasir, lanau dan lempung.

MT08 f0 = 1.05
A0 = 2.01
Tipe Kurva : Broad Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.05 > 0.33
ii. 992.25 > 200
iii. 0.09 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.80 < 1
ii. 1.5 > 1
iii. 2.01 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.11
vi. 0.09 < 1.78
Informasi Lokasi: muaraenim
terdiri dari batupasir,
batulempung, dan tufan.

MT09 f0 = 2.22
A0 = 1.51
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 2.22 > 0.25
ii. 5322.67 > 200
iii. 0.18 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.25 < 0.76
ii. 0.45 < 0.76
iii. 1.51 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.08 < 0.11
vi. 0.18 < 1.58
Informasi Lokasi: endapan aluvial
terdiri dari kerakal, kerikil,
batupasir, lanau dan lempung.
58

MT10 f0 = 2.39
A0 = 2.45
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 2.39 > 0.29
ii. 16003.01 > 200
iii. 0.42 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.65 < 1.47
ii. 0.80 < 1.47
iii. 2.93 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.11 < 0.19
vi. 0.42 < 1.58
Informasi Lokasi: endapan aluvial
terdiri dari kerakal, kerikil,
batupasir, lanau dan lempung.

MT11 f0 = 3.78
A0 = 2.93
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 3.78 > 0.29
ii. 16003.01 > 200
iii. 0.42 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.65 < 1.47
ii. 0.80 < 1.47
iii. 3.22 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.16
vi. 0.14 < 1.58
Informasi Lokasi: formasi kasai
terdiri batupasir tufan dan
batulempung tufan.

MT12 f0 = 1.41
A0 = 1.98
Tipe Kurva : Broad Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.41 > 0.33
ii. 1550.72 > 200
iii. 0.13 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.70 < 0.99
ii. 1.9 > 0.99
iii. 1.98 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.14
vi. 0.13 < 1.78
Informasi Lokasi: formasi
muaraenim terdiri dari batupasir,
batulempung, dan tufan.
59

MT13 f0 = 1.44
A0 = 2.59
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.44 > 0.33
ii. 1430.78 > 200
iii. 0.12 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.70 < 1.30
ii. 1.20 < 1.30
iii. 2.59 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.14
vi. 0.12 < 1.78
Informasi Lokasi: formasi
muaraenim terdiri dari batupasir,
batulempung, dan tufan.

MT14 f0 = 1.37
A0 = 2.61
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.37 > 0.29
ii. 1942.08 > 200
iii. 0.12 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.80 < 1.31
ii. 1.50 > 1.31
iii. 2.61 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.14
vi. 0.12 < 1.78
Informasi Lokasi: endapan aluvial
terdiri dari kerakal, kerikil,
batupasir, lanau dan lempung.

MT15 f0 = 1.30
A0 = 3.74
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.30 > 0.29
ii. 2038.53 > 200
iii. 0.12 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.80 < 1.87
ii. 1.40 < 1.87
iii. 3.74 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.13
vi. 0.12 < 1.78
Informasi Lokasi: endapan aluvial
terdiri dari kerakal, kerikil,
batupasir, lanau dan lempung.
60

MT16 f0 = 1.04
A0 = 2.26
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.04 > 0.22
ii. 973.44 > 200
iii. 0.05 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 1.10 < 1.13
ii. 1.70 > 1.13
iii. 2.26 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.05 < 0.10
vi. 0.05 < 1.78
Informasi Lokasi: formasi kasai
terdiri batupasir tufan dan
batulempung tufan.

MT17 f0 = 1.29
A0 = 2.03
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.29 > 0.29
ii. 1164.87 > 200
iii. 0.12 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.50 < 1.01
ii. 0.90 < 1.01
iii. 2.03 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.13
vi. 0.13 < 1.78
Informasi Lokasi: formasi
muaraenim terdiri dari batupasir,
batulempung, dan tufan.

MT18 f0 = 2.09
A0 = 1.72
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 2.09 > 0.29
ii. 3822.09 > 200
iii. 0.21 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.50 < 0.86
ii. 0.80 < 0.86
iii. 1.72 < 2
iv. terpenuhi
v. 0.99 < 0.10
vi. 0.21 < 1.58
Informasi Lokasi: formasi
muaraenim terdiri dari batupasir,
batulempung, dan tufan.
61

MT19 f0 = 1.28
A0 = 1.46
Tipe Kurva : Broad Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.28 > 0.25
ii. 1638.40 > 200
iii. 0.13 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.70 < 0.73
ii. 1.15 > 0.73
iii. 1.46 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.99 < 0.13
vi. 0.13 < 1.78
Informasi Lokasi: endapan aluvial
terdiri dari kerakal, kerikil,
batupasir, lanau dan lempung.

MT20 f0 = 3.04
A0 = 1.48
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 3.04 > 0.29
ii. 10350.59 > 200
iii. 0.36 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.45 < 0.74
ii. 0.15 < 0.74
iii. 1.48 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.12 < 0.15
vi. 0.36 < 1.58
Informasi Lokasi: formasi kasai
terdiri batupasir tufan dan
batulempung tufan.

MT21 f0 = 1.08
A0 = 1.93
Tipe Kurva : Broad Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.08 > 0.20
ii. 1166.40 > 200
iii. 0.08 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.95 < 0.97
ii. 1.6 > 0.97
iii. 1.93 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.07 < 0.11
vi. 0.08 < 1.78
Informasi Lokasi: formasi
muaraenim terdiri dari batupasir,
batulempung, dan tufan.
62

MT22 f0 = 1.06
A0 = 1.98
Tipe Kurva : Broad Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.06 > 0.29
ii. 1022.48 > 200
iii. 0.10 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.90 < 0.99
ii. 1.35 > 0.99
iii. 1.98 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.11
vi. 0.10 < 1.78
Informasi Lokasi: formasi
muaraenim terdiri dari batupasir,
batulempung, dan tufan.

MT23 f0 = 3.69
A0 = 1.76
Tipe Kurva : Broad Peak
Kriteria Reliabel
i. 3.69 > 0.33
ii. 10212.08 > 200
iii. 0.33 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.70 < 0.88
ii. 1.15 > 0.88
iii. 1.76 < 2
iv. terpenuhi
v. 0.09 < 0.18
vi. 0.33 < 1.58
Informasi Lokasi: formasi kasai
terdiri batupasir tufan dan
batulempung tufan.

MT24 f0 = 1.12
A0 = 1.90
Tipe Kurva : Broad Peak
Kriteria Reliabel
i. 1.12 > 0.29
ii. 1097.60 > 200
iii. 0.10 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 0.50 < 0.95
ii. 1.50 < 0.95
iii. 1.90 > 2
iv. 2.61 ≠1.36
v. 0.09 < 0.11
vi. 0.10 < 1.78
Informasi Lokasi: formasi
muaraenim terdiri dari batupasir,
batulempung, dan tufan.
63

MT25 f0 = 3.36
A0 = 2.36
Tipe Kurva : Clear Peak
Kriteria Reliabel
i. 3.36 > 0.29
ii. 9088.13 > 200
iii. 0.37 < 2
Keriteria Clear Peak
i. 1.20 > 1.18
ii. 0.70 < 1.18
iii. 2.36 > 2
iv. terpenuhi
v. 0.11 < 0.17
vi. 0.37 < 1.58
Informasi Lokasi: formasi kasai
terdiri batupasir tufan dan
batulempung tufan.
64

Lampiran 8. Dokumentasi Pengambilan Data

Pengambilan Data di Pal Merah dan Talang Bakung

Pengambilan Data di Pelayangan

Anda mungkin juga menyukai