Anda di halaman 1dari 44

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MORFOMETRI SUB-DAS

KARANG MUMUS MENGGUNAKAN HEC-HMS

ASTUTIK ARININGSIH
F201500321

PROGRAM DIPLOMA III


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI GEOMATIKA
JURUSAN TEKNIK DAN INFORMATIKA
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2023
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MORFOMETRI SUB-DAS
KARANG MUMUS MENGGUNAKAN HEC-HMS

ASTUTIK ARININGSIH
F201500321

Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma 3
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM DIPLOMA III


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI GEOMATIKA
JURUSAN TEKNIK DAN INFORMATIKA
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2023
@ Hak cipta milik Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, tahun 2023 Hak cipta
dilindungi undang-undang
i. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda
ii. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR DAN SUMBER
INFORMASI

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : ASTUTIK ARININGSIH
NIM : F201500321
Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Jurusan : Teknik dan Informatika
Program Studi : Teknologi Geomatika
Alamat Rumah : JL. Sentosa Gg. 02 No. 76 Kelurahan Sei Pinang
Dalam, Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda.

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir yang telah saya buat dengan judul :
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MORFOMETRI SUB-DAS KARANG MUMUS
MENGGUNAKAN HEC-HMS, adalah asli dan bukan plagiat (jiplakan) dan belum
pernah diajukan, diterbitkan atau dipublikasikan dimanapun dan dalam entuk
apapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan
ke dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tugas akhir ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari ternyata
saya memberi keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim bahwa
tugas akhir yang telah saya buat adalah hasil dari karya milik seseorang atau
badan tertentu, saya bersedia diproses baik secara pidana atau perdata dan
keluluran saya dari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dicabut/dibatalkan.

Dibuat di : Samarinda
Pada tanggal : 2023
Yang menyatakan,

ASTUTIK ARININGSIH
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MORFOMETRI


SUB-DAS KARANG MUMUS MENGGUNAKAN
HEC-HMS
Nama : ASTUTIK ARININGSIH
NIM : F201500321
Program Studi : TEKNOLOGI GEOMATIKA

Jurusan : TEKNIK DAN INFORMATIKA

Menyetujui,
Dosen Pembimbing, Dosen Penguji I, Dosen Penguji II,

Dr. Feri Fadlin, S.Pd., M.Sc. Nama Nama


NIP. 19910419 201803 1 001 NIP. NIP.

Menyetujui, Mengesahkan,
Ketua Program Studi Ketua Jurusan
Teknologi Geomatika Teknik Dan Informatika

Nia Kurniadin, S.Pd., M.T. Nama


NIP. 19840222 201803 1 001 NIP.

Lulus Ujian pada tanggal :......................


ABSTRAK

ASTUTIK ARININGSIH. Penyusunan Peta Batas Sub-DAS Karang Mumus


Menggunakan HEC-HMS (di bawah bimbingan FERI FADLIN).

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan sistem lahan yang dibatasi
oleh igir dan punggung gunung sebagai batas alami yang akan mengalirkan air
curah hujan menjadi aliran permukaan atau aliran dasar menuju danau atau laut
secara alami. DAS Mahakam merupakan salah satu kawasan di Kalimantan Timur
meliputi kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau, Kutai Kartanegara dan Kota
samarinda, sungai-sungai lainnya adalah anak-anak sungai yang bermuara di
sungai Mahakam yang meliputi Sungai Karang Mumus, Sungai Palaran dan anak
sungai lainnya.

Kata kunci : DAS, HEC-HMS, Karakteristik, Morfometri Karang Mumus


RIWAYAT HIDUP

ASTUTIK ARININGSIH, lahir pada tanggal 16 April 2002 di Kota Samarinda,


Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Yari
dan Ibu Isah (alm).

Tahun 2007 memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Kartika V-12 Awang


Long dan lulus pada tahun 2008, Kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar
Negeri 007 Samarinda Ulu pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2014. Pada
tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 35
Samarinda pada tahun 2014 dan lulus pada tahun 2017, Kemudian melanjutkan
Sekolah Menengah Kejuran Negeri 9 Samarinda pada tahun 2017 dan lulus
pada tahun 2020.

Pendidikan Tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, pada tahun


2020 Jurusan Teknik Dan Informatika, dengan mengambil Program Studi
Teknologi Geomatika. Penulis setelah melakukan pendaftaran di kampus
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda melakukan pendaftaran beasiswa Kartu
Indonesia Pintar Kuliah. Selama masa pendidikan penulis aktif dalam kegiatan
Himpunan Mahasiswa Teknologi Geomatika (HIMA-TG) pada tahun 2020-2021.

Pada bulan September s/d Desember 2022 penulis mengikuti kegiatan Magang
Industri (MI) yang dilaksanakan di PT. Tritunggal Sentra Buana selama 1 Bulan
pada bulan september dan PT. Dinar Energi Utama selama 3 Bulan pada bulan
oktober sampai dengan desember yang berlokasi di Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah


Subhanahu Wata’ala, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tulisan ini merupakan
syarat bagi penyelesaian pendidikan vokasi di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda guna mendapat ijazah diploma dengan sebutan Ahli Madya. Tugas
Akhir disusun berdasarkan hasil penelitian Identifikasi Karakteristik Morfometri
Sub-DAS Karang Mumus Menggunakan HEC-HMS Untuk mengetahui
karakteristik Morfometri Sub-DAS Karang Mumus di Kota Samarinda pengolahan
data menggunakan HEC-HMS. Penelitian dan penyusunan Tugas Akhir
dilaksanakan selama 3 (dua) bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan
April tahun 2023,
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima dengan setulus hati :
1. Kepada Allah SWT yang selalu dengan segala rahmat serta karunia-Nya
yang memberikan kemudahan, kekuatan dan kelancaran bagi penelitian
dalam menyelesaikan tugas akhir ini;
2. Ayah, Alm Mama dan seseorang yang tercinta dan yang terkasih selalu
menjadi tempat pulang yang paling hangat ketika lelah dan tempat berkeluh
kesah tanpa lelah mendengarkan tangisan penulis;
3. Bapak Dr. Feri Fadlin, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang
senantiasa mendukung penulis untuk terus bersemangat dan membimbing
dalam mengerjakan Tugas Akhir;
4. selaku Dosen Penguji 1;
5. selaku Dosen Penguji 2;
6. Bapak Nia Kurniadin, S.Pd., M.T. selaku Koordinator Program Studi
Teknologi Geomatika;
7. Bapak Dr. Suswanto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Teknik dan Informatika;
8. Bapak Hamka, S.TP., M.Sc., MP. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda;
9. Para staf pengajar, administrasi dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP)
di Program Studi Teknologi Geomatika.
Semoga segala bantuan dari penyusunan dan penyelesaian Tugas Akhir ini,
mendapatkan balasan pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas
Akhir ini karena keterbatasan kemampuan dan penguasaan materi penulis, maka
dalam ini sehingga sampai selesai banyak mendapat dukungan, bimbingan dan
nasihat dari berbagai pihak. Namun penulis berharap informasi yang tersaji
didalam Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Kampus Politani Samarinda, April 2023

ASTUTIK ARININGSIH
I. PENDAHULUAN

Sungai Karang Mumus adalah nama sungai yang membelah sebagian

wilayah di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sungai Karang Mumus salah satu

anak Sungai Mahakam yang membelah Kota Samarinda dari arah utara ke

selatan. Sungai Karang Mumus merupakan sarana trasportasi penting dalam

menggerakkan sektor ekonomi, sosial dan budaya serta akses menuju kota –

kota lainnya di Kalimantan Timur. Secara umum kondisi topografi daerah aliran

sungai Karang Mumus ada yang berbukit-bukit dan ada pula yang datar,

Khususnya di alur sungai Karang Mumus yang berada dalam Kota Samarinda.

Terdapat pula beberapa daerah rawa-rawa dan anak sungai Karang Mumus

antara lain Sungai Lubang Putang, Sungai Siring, Sungai Lantung, Sungai

Muang, Sungai Selindung, Sungai Bayur, Sungai Lingai, Sungai Bianangat,

Tanah Merah, Sungai Lempake dan Sungai Bengkuring.

Permasalahan banjir yang terjadi di Kota Samarinda, tidak terlepas dari

pengelolaan ruang kota yang ada di Kota Samarinda dan salah satunya adalah

Sub-DAS Karang Mumus. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah

Kota Samarinda dalam menanggulangi permasalahan banjir yang terjadi di

Samarinda, salah satunya adalah relokasi warga masyarakat yang ada

dibantaran sungai Karang Mumus. Secara teoritis, banjir di wilayah Sub-DAS

Karang Mumus adalah bagian dari proses hidrologi yang terjadi di dalam Sub-

DAS, Telah mendalam berbagai hubungan sebab-akibat dari parameter-

parameter alamiah seperti curah hujan, tinggi muka air, debit maksimum,

kemampuan resapan sedimentasi, pasang surut air laut, drainase dan daya

tampung/tangkapan DAS sangat diperlukan untuk memahami perilaku banjir di

Sub-DAS Karang Mumus (Garambois et al., 2015).


Dengan parameter hidrologi yang sama, prediksi pola aliran di Sub-DAS

Karang Mumus yang dapat dibuat menggunakan berbagai aplikasi perangkat

lunak pemodelan hidrologi DAS yang salah satunya adalah HEC-HMS

(Hydrologic Engineering Center – Hydrologic Modelling System). Hasil prediksi

dengan menggunakan aplikasi pemodelan hidrologi dapat menghasilkan model

aliran air yang ada di sebuah DAS yang dapat digunakan sebagai salah satu

cara untuk memperoleh solusi dari permasalahan banjir yang selalu terjadi. Hal

ini sangat membantu bagi pemodelan hidrologi DAS yang minim variasi data

hidrologinya seperti halnya di DAS Karang Mumus, Sehubungan dengan konteks

Sub-DAS Karang Mumus simulasi menggunakan aplikasi HEC-HMS. Hasil

pemodelan selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan perencanaan tata ruang

dan pembatasan perizinan penggunaan lahan yang diarahkan guna

mempertahankan sumber daya air (Ibrahim & Ahmed, 2016).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aswar Amirudin, Asta dan

Rosmalina pada tahun 2021 dengan mengambil judul Penentuan Batas DAS

Tojo Berbasis GIS Menggunakan Perangkat HEC HMS 4.4 dan QGIS 3.16

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbedaan pengolahan batas DAS menggunakan HEC-HMS 4.4 dan QGIS 3.16

Penelitian terdahulu yang kedua dilakukan oleh M.Baitullah Al Amin, Mona

F. Toyfur, Widya Fransiska AF dan Ayu Marlina pada tahun 2020 dengan

mengambil judul Delineasi DAS dan Elemen Model Hidrologi menggunakan

HEC-HMS Versi 4.4 “ Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui hasil batas-batas Sub-DAS dan jaringan sungai yang

dihasilkan antara ArcGIS dan HEC-HMS 4.4 . Berdasarkan latar belakang diatas

maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan tujuan mengetahui


hasil data prediksi karakteristik Sub-DAS Karang Mumus dengan model hidrologi

menggunakan HEC-HMS, dengan topik penelitian “Identifikasi Karakteristik

Morfometri Sub-DAS Karang Mumus Menggunakan HEC-HMS “

Berdasarkan uraian permasalahan penelitian, rumusan masalah yang ada

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur penyusunan batas Sub-DAS Karang Mumus

menggunakan model hidrologi HEC-HMS.

2. Bagaimana karakteristik morfometri Sub-DAS Karang Mumus?

Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka batasan masalah dalam

penelitian ini dibagi 2 yaitu batasan wilayah dan batasan subtansi adalah sebagai

berikut :

1. Batas wilayah penelitian adalah Sub-DAS Karang Mumus

2. Batas subtansi peneitian adalah karakteristik Sub-DAS Karang Mumus.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui prosedur penyusunan batas Sub-DAS Karang Mumus

menggunakan model hidrologi HEC-HMS.

2. Mengetahui karakteristik karakteristik morfometri Sub-DAS Karang Mumus

Dengan diadakan penelitian ini maka hasil yang diharapkan yaitu

1. Mengetahui prosedur pembuatan batas Sub-DAS Karang Mumus

menggunakan model hidrologi HEC-HMS.

2. Mengetahui karakteristik Sub-DAS Karang Mumus nilai parameter

morfometri Sub-DAS berupa luas , panjang dan lebar Sub-DAS, kemiringan

atau gradien sungai dan kerapatan alur untuk mengidentifikasi atau tanda

yang dimiliki oleh Sub-DAS Karang Mumus sebagai bahan tinjauan dan

evaluasi perencanaan dan kegiatan pengolahaan Sub-DAS.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori Daerah Aliran Sungai (DAS)

1. Pengertian Daerah Aliran Sungai

Menurut PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran

Sungai, yang dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu

wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-

anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air

yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas

di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan

daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Menurut Fadlin (2021) Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai daerah

tangkapan air yang juga berperan dalam menyediakan kebutuhan air bagi

manusia. Daerah Aliran Sungai (basin, drainage basin, cathment area atau

watershed) menunjukkan suatu luasan yang berkontribusi pada aliran

permukaan (Indarto, 2016).

DAS adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alaminya merupakan

suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang melaluinya.

Sungai dan anak-anak sungai tersebut berfungsi untuk menampung,

menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan serta sumber

air lainnya. Penyimpanan dan pengaliran air dihimpun dan ditata berdasarkan

hukum alam di sekelilingnya sesuai dengan keseimbangan daerah tersebut.

Karakteristik pada DAS dapat dicirikan oleh parameter yang terdiri atas

morfometri DAS (relief DAS, bentuk sungai lebar DAS dan lain-lain), hidrologi

DAS (curah hujan, debit dan sedimen), tanah, geologi dan geomorfologi,
penggunaan lahan, sosial ekonomi masyarakat di dalam wilayah DAS (Pamuji

et al., 2020).

DAS merupakan ekosistem yang merupakan tempat unsur organism

dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di

dalamnya terdapat keseimbangan pengaliran masuk (inflow) dan pengaliran

keluar (outflow) dari material dan energi. Ekosistem DAS terdiri dari beberapa

komponen, yaitu: manusia, hewan, vegetasi, tanah, iklim, dan air. Masing-

masing komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaannya tidak

berdiri sendiri, namun berhubungan dengan komponen lainnya membentuk

kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Apabila fungsi dari suatu DAS

terganggu, maka sistem hidrologi akan terganggu, penangkapan curah hujan,

resapan dan penyimpanan airnya sangat berkurang, atau memiliki aliran

permukaan yang tinggi. Vegetasi penutup dan tipe penggunaan lahan akan

kuat mempengaruhi aliran sungai, sehingga adanya perubahan penggunaan

lahan akan berdampak pada aliran sungai (Indarto, 2016).

2. Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Fungsi utama DAS adalah sebagai hidrologis, dimana fungsi tersebut

sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuk

lahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk

mengalirkan air, menyangga kejadian puncak hujan, melepaskan air secara

bertahap, memelihara kualitas air, serta mengurangi pembuangan massa

(seperti terhadap longsor). Berdasarkan fungsinya, DAS dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu
a. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bagian Hulu

DAS bagian hulu dapat diindikasikan dari kondisi tutupan

vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air

(debit), dan curah hujan. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah

dengan lanskap pegunungan dengan variasi topografi, mempunyai

curah hujan yang tinggi dan sebagai daerah konservasi untuk

mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi.

DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi

perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di

daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam

bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen sistem

aliran airnya.

b. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bagian Tengah

DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air

sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi

kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat

diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan

menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada

prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan

danau.

c. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bagian Hilir

DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air

sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi

kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui

kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian


curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta

pengelolaan air limbah. Bagian hilir merupakan daerah

pemanfaatan yang relatif landai dengan curah hujan yang lebih

rendah.

Keberadaan sektor kehutanan di daerah hulu yang terkelola

dengan baik dan terjaga keberlanjutannya dengan didukung oleh

prasarana dan sarana di bagian tengah akan dapat mempengaruhi

fungsi dan manfaat DAS tersebut di bagian hilir, baik untuk

pertanian, kehutanan maupun untuk kebutuhan air bersih bagi

masyarakat secara keseluruhan. Dengan adanya rentang panjang

DAS yang begitu luas, baik secara administrasi maupun tata ruang,

dalam pengelolaan DAS diperlukan adanya koordinasi berbagai

pihak terkait baik lintas sektoral maupun lintas daerah secara baik.

3. Bentuk Pola Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pola sungai akan menentukan bentuk dari suatu DAS yang berpengaruh

terhadap kecepatan terpusatnya aliran. Meskipun semua jaringan alur sungai

bercabang-cabang dengan cara yang sama akan tetapi masing-masing

menunjukkan pola yang berbeda satu dengan yang lain, tergantung pada

medan dan kondisi geologinya.

Beberapa pola DAS berdasarkan garis batas dan arah aliran sungai

antara lain sebagai berikut :

a. Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbentuk Memanjang

Biasanya induk sungainya akan memanjang dengan anak-

anak sungai langsung mengalir ke induk sungai. Kadang-kadang

berbentuk seperti bulu burung. Bentuk ini biasanya akan


menyebabkan besar aliran banjir relatif lebih kecil karena perjalanan

banjir dari anak sungai itu berbeda-beda. Tapi biasanya banjir

berlangsung agak lama.

b. Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbentuk Radial

Bentuk ini karena arah sungai seolah-olah memusat pada

suatu titik sehingga menggambarkan adanya bentuk radial, kadang-

kadang gambaran tersebut memberi bentuk kipas atau lingkaran.

Sebagai akibat dari bentuk tersebut maka waktu yang diperlukan

aliran yang datang dari segala penjuru anak sungai memerlukan

waktu yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan yang sifatnya

merata di seluruh DAS akan menyebabkan terjadinya banjir besar.

c. Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbentuk Paralel

DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu di bagian

hilir. Apabila terjadi banjir di daerah hilir biasanya terjadi setelah di

bawah titik pertemuan.

d. Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbentuk Kompleks

DAS ini merupakan bentuk kejadian gabungan dari beberapa

bentuk DAS memanjang, radial dan paralel.

4. Pengolalaan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk terwujudnya kondisi

yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu

memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi

kesejahteraan manusia.

Pengelolaan DAS perlu dipertimbangkan aspek-aspek berikut:

a. Aktivitas pengelolaan sumberdaya termasuk tata guna lahan,

praktek pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya setempat, dan


praktek pengelolaan sumber daya di luar daerah kegiatan program

atau proyek.

b. Alat implementasi untuk menempatkan usaha-usaha pengelolaan

DAS seefektif mungkin melalui elemen-elemen masyarakat dan

perseorangan.

c. Pengaturan organisasi dan kelembagaan di wilayah proyek

dilaksanakan.

Prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan dalam pengelolaan DAS

adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan DAS dilakukan dengan memperlakukan DAS sebagai

satu kesatuan ekosistem dari hulu sampai hilir, satu perencanaan

dan satu sistem pengelolaan.

b. Pengelolaan DAS terpadu melibatkan multipihak, koordinatif,

menyeluruh dan berkelanjutan.

c. Pengelolaan DAS bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang

dinamis dan sesuai dengan karakteristik DAS.

d. Pengelolaan DAS dilaksanakan dengan pembagian tugas dan

fungsi, beban biaya dan manfaat antar multipihak secara adil.

e. Pengelolaan DAS berdasarkan akuntabilitas para pemangku

kepentingan.

Ruang lingkup kegiatan pengelolaan DAS adalah sebagai berikut:

a. Penatagunaan lahan (land use planning) untuk memenuhi berbagai

kebutuhan barang dan jasa serta kelestarian lingkungan.


b. Penerapan konservasi sumberdaya air untuk menekan daya rusak

air dan untuk memproduksi air (water yield) melalui optimalisasi

penggunaan lahan.

c. Pengelolaan lahan dan vegetasi di dalam dan luar kawasan hutan

(pemanfaatan, rehabilitasi, restorasi, reklamasi dan konservasi).

d. Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya buatan terutama yang

terkait dengan konservasi tanah dan air.

e. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan

pengelolaan DAS

B. Digital Elevation Model (DEM)

DEM merupakan suatu sistem, model, metode, dan alat dalam

mengumpulkan, processing, dan penyajian informasi medan. Susunan nilai-

nilai digital yang mewakili distribusi spasial dari karakteristik medan, distribusi

spasial diwakili oleh nilai-nilai pada sistem koordinat horisontal X dan Y serta

karakteristik medan diwakili oleh ketinggian medan dalam sistem koordinat Z

(Duantari & Cahyono, 2017).

Digital Elevation Model (DEM) khususnya digunakan untuk

menggambaran model relief rupa bumi tiga dimensi (3D) yang menyerupai

keadaan sebenarnya di dunia nyata (real world) divisualisasikan dengan

bantuan teknologi komputer grafis dan teknologi virtual reality (Duantari &

Cahyono, 2017).

Sumber data dari DEM dapat bermacam-macam diantaranya FU stereo

(Photogrammetric Techiques), citra satelit stereo (Stereo-pairs technique),

data pengukuran lapangan (GPS, Theodolith, EDM, Total Station,

Echosounder), peta topografi (Interpolation Technique), peta topografi


(Interpolation Technique), radar (Radar technique), LiDAR (Laser Scanner

Technique). Sedangkan bentuk data dari DEM meliputi titik (titik tinggi), garis

(kontur), dan penyiaman (LiDAR) (Purwanto, 2015).

C. Morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS)

1. Pengertian Morfometri Daerah Aliran Sungai

Morfometri daerah aliran sungai adalah ukuran kuantitatif aspek

geomorfologi suatu wilayah DAS yang merupakan faktor alami yang tidak

dapat diubah oleh manusia dan berperan dalam memproses input curah hujan

menjadi aliran permukaan (Kahirun et al., 2017). Morfometri pada DAS

merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang terkait dengan aspek

geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait dengan proses air hujan

yang jatuh di dalam DAS (Denaswidhi, 2020).

Morfometri DAS juga digunakan untuk menyatakan keadaan jaringan

alur sungai secara kuantitatif. Keadaan yang dimaksud antara lain meliputi

luas DAS, rasio lingkaran (circularity ratio), rasio bifurkasi (bifurcation ratio),

rasio panjang sungai (stream length ratio), rasio relief (relief ratio), kerapatan

drainase (drainage density), frekuensi sungai (stream frequency), tekstur

drainase (drainage texture), faktor bentuk (form factor) dan rasio elongasi

(elongation ratio) (Pamuji et al., 2020).

2. Karakteristik Morfometri Daerah Aliran Sungai

a. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)

Luas DAS merupakan salah satu parameter karaktristik daerah

aliran sungai, Makin besar DAS makin lama pula limpasan mencapai

outlet, sehingga lebar DAS akan semakin besar karena hujan yang

ditangkap juga semakin banyak (Zahri et al., 2017).


Klasifikasi DAS berdasarkan luas DAS bisa dilihat pada Tabel

1. dibawah ini.

Tabel 1. Klasifikasi DAS berdasarkan luas (Bina Pengelolaan


Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (2013))
No Luas DAS (Ha) Klasifikasi DAS
1. 1.500.000 ke atas DAS sangat besar
2. 500.000 - < 1.500.000 DAS besar
3. 100.000 - < 500.000 DAS sedang
4. 9.0 - < 100.000 DAS kecil
5. Kurang dari 10.000 DAS sangat kecil

b. Panjang dan Lebar Daerah Aliran Sungai (DAS)

Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke

arah hulu sepanjang sungai induk. Adapun lebar DAS adalah

perbandingan antara luas DAS dengan panjang sungai induk.

Pengukuran lebar DAS tidak dapat dilakukan secara langsung akan tetapi

dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Denaswidhi, 2020):

A
W=
Lb
Keterangan :

W = lebar DAS (Km)

A = Luas DAS (Km2)

Lb = Panjang sungai Utama (Km)

c. Kemiringan/Gradient Sungai

Kemiringan/Gradient Sungai merupakan parameter yang penting

dalam suatu DAS. Peningkatan relief dan lereng yang curam

mengakibatkan waktu yang diperlukan pada saat pengumpulan air

menjadi singkat. Relief rasio berpengaruh terhadap banjir dan erosi.


Semakin tinggi kemiringan maka aliran permukaan akan meningkat dan

lebih besar dari kapasitas infiltrasinya. Sehingga erosi yang terjadi akan

semakin besar. Stanley Schumn dalam penelitinaya pada 35 subdas di

Utah Amerika Serikat, membuktikan bahwa semakin tinggi kemiringan

suatu DAS maka laju sedimentasi juga semakin tinggi.

Kemiringan sungai merupakan perbandingan beda tinggi antara

hulu dengan hilir dan panjang sungai induk. Kemiringan alur sungai

merupakan parameter dimensional yang menggambarkan besarnya

penurunan rerata setiap jarak horizontal tertentu pada panjang sungai

utama (Purwanto, 2013).

( H 85−H 10)
Su=
0,75 Lb

Su = Kemiringan alur sungai (gradient sungai)

h10 = Ketinggian titik yang terletak pada jarak 0,10 Lb

h85 = Ketinggian titik yang terletak pada jarak 0,85 Lb

Lb = Panjang alur sungai utama

d. Kerapatan Jaringan Sungai

Kerapatan jaringan sungai adalah suatu indeks yang menunjukkan

banyaknya anak sungai dalam suatu daerah pengaliran menyatakan

bahwa kerapatan sungai rendah terlihat pada daerah dengan jenis tanah

yang tahan terhadap erosi atau sangat permeable dan bila reliefnya kecil.

Nilai yang tinggi dapat terjadi pada tanah yang mudah tererosi atau relatif

kedap air, dengan kemiringan tanah yang curam, dan hanya sedikit

ditumbuhi tanaman. Kerapatan aliran juga mencerminkan rerata panjang


sungai terhadap luasan DAS. Untuk mendapatkan nilai indeks kerapatan

aliran perlu diketahui panjang segmen masing - masing aliran pada setiap

orde sungai. Kerapatan aliran diperoleh melalui persamaan menggunakan

rumus sebagai berikut (Denaswidhi, 2020):

ln
Dd =
A

Keterangan :

Dd = Kerapatan alur (M/Km2)

Ln = Total panjang alur (M)

A = Luas DAS ( Km2)

Indeks kerpatan aliran sungai diklasifikasikan sebagai berikut :

Dd = < 0,25 Km/Km2 Kategori rendah

Dd = 0.25 – 10 Km/Km2 Kategori sedang

Dd = 10 – 25 Km/Km2 Kategori tinggi

Dd = > 25 Km/Km2 Kategori sangat tinggi

Berdasarkan batasan nilai klasifikasi ini, (Denaswidhi, 2020)

menjelaskan bahwa :

 Nilai Dd Rendah, alur sungai melewati batuan dengan resistensi

keras, maka angkutan sedimen yang terangkut aliran sungai lebih

kecil bila dibandingkan pada alur sungai yang melewati batuan

dengan resistensi lebih lunak apabila kondisi lain yang

mempengaruhinya sama

 Nilai Dd Tinggi, alur sungainya melewati batuan yang kedap air,

keadaan ini akan menunjukan bahwa air hujan yang menjadi aliran

akan lebih besar jika dibandingkan suatu daerah dengan Dd rendah

melewati batuan yang permeabilitasnya besar.


e. Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS, Bentuk DAS

mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan aliran sungai yaitu

berpengaruh terhadap kecepatan terpusat aliran. Bentuk DAS sulit untuk

dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, bentuk DAS dapat didekati dengan

nisbah kebulatan (Circularity ratio) menggunakan rumus sebagai berikut :

4 πA
Rc=
(P)2

Keterangan :

Rc = nisbah kebulatan

A = luas DAS (Km2)

P = keliling (perimeter) DAS (Km)

nilai Rc > 0.5 maka DAS berbentuk bulat, Rc <0.5 DAS berbentuk

memanjang

Tabel 2. Bentuk kebulatan (Circularity ratio/Rc)

No Rc Keterangan
Bentuk daerah aliran sungai membulat, debit puncak
1 >0.5
datanya lama, begitu juga penurunannya
Bentuk daerah aliran sungai memanjang, debit
2 <0.5
puncak datangnya cepat, begitu juga penurunannya.
Sumber : (Denaswidhi, 2020)

D. HEC-HMS

1. Pengertian HEC-HMS

HEC–HMS adalah software yang digunakan untuk mengestimasi

limpasan permukaan pada DAS yang di buat oleh Hydrologic Engineering


Center (HEC) dari US Army Corps of Engineering tahun 1998 yang

merupakan pengembangan dari program HEC-1 (Mulyadi et al., 2020).

Software ini digunakan untuk analisa hidrologi, yang dapat digunakan untuk

mengalihragamkan (simulate) hujan menjadi langsung (run off) (Rizal et al.,

2019). Dari sebuah wilayah sungai baik itu perkiraan ketersedian air

(continuous flow) dan debit/hidrograf aliran besar (event flow) (Fadhilla &

Lasminto, 2021).

HEC–HMS di desain untuk bisa diaplikasikan dalam area geografik yang

sangat luas untuk menyelesaikan masalah, meliputi suplai air daerah

pengaliran sungai, hidrologi banjir, dan limpasan air di daerah kota kecil

ataupun kawasan tangkapan air alami. Hidrograf satuan yang dihasilkan

dapat digunakan langsung ataupun digabungkan dengan software lain yang

digunakan dalam ketersediaan air, drainase perkotaan, ramalan dampak

urbanisasi, desain pelimpah, pengurangan kerusakan banjir, regulasi

penanganan banjir, dan sistem operasi hidrologi.

Model HEC–HMS dapat memberikan simulasi hidrologi dari puncak

aliran harian untuk perhitungan debit banjir rencana dari suatu DAS (Daerah

Aliran Sungai). Model HEC–HMS mengemas berbagai macam metode yang

digunakan dalam analisa hidrologi. Dalam pengoperasiannya menggunakan

basis sistem windows, sehingga model ini menjadi mudah dipelajari dan

mudah untuk digunakan, tetapi tetap dilakukan dengan pendalaman dan

pemahaman dengan model yang digunakan. Di dalam model HEC–HMS

mengangkat teori klasik hidrograf satuan untuk digunakan dalam

permodelannya, antara lain hidrograf satuan sintetik Synder, Clark, SCS,


ataupun kita dapat mengembangkan hidrograf satuan lain dengan

menggunakan fasilitas user define hydrograph (Mulyadi et al., 2020).

Konsep dasar perhitungan dari model HEC–HMS adalah data hujan

sebagai input air untuk satu atau beberapa sub daerah tangkapan air (sub

basin) yang sedang dianalisa. Jenis datanya berupa intensitas, volume, atau

komulatif volume hujan. Setiap sub basin dianggap sebagai suatu tandon

yang non linier dimana inflownya adalah data hujan. Aliran permukaan,

infiltrasi, dan penguapan adalah komponen yang keluar dari sub basin

(Mulyadi et al., 2020).


III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Sub-DAS Sungai Karang Mumus Kecamatan

Samarinda Kota, Kelurahan Karang Mumus Kota Samarinda Provinsi

Kalimantan Timur. Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah tentang

karakteristik morfometri sungai menggunakan HEC-HMS di DAS Karang

Mumus.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2023 sampai Juli 2023,

meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data, pengolahan data dan

penyusunan tugas akhir.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian sebagai berikut :

a. 1 Set Komputer

b. Software HEC-HMS
2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam kegiatan penelitian adalah sebagai berikut

a. Data Digital Elevation Model Nasional (DEMNAS) dari Badan Informasi

Geospasial pada halaman https://tanahair.indonesia.go.id antara lain :

1) DEMNAS_1915-13_v1.0

2) DEMNAS_1915-14_v1.0

3) DEMNAS_1915-41_v1.0

4) DEMNAS_1915-42_v1.0

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu disajikan

dalam diagram alir berikut.


Gambar 2. Diagram Alir Prosedur Penelitian

2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini meliputi metode yang digunakan,

penyusunan rencana kerja dan konsultasi pembimbing serta

pengumpulan data-data yang diperlukan

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dilakukan dengan cara

mendownload pada website resmi Data Digital Elevation Model Nasional

(DEMNAS) dari Badan Informasi Geospasial pada halaman

(https://tanahair.indonesia.go.id)

4. Pengolahan Data
Pada penelitian ini tahap pengolahan data dapat dilihat pada diagram

alir di bawah ini:

Adapun proses pengolahan data sebagai berikut:

Gambar 3. Diagram Alir Proses Pengolahan

Adapun proses pengolahan data sebagai berikut :

a. Pengolahan Data

Langkah awal dalam pengolahan data setelah pengumpulan

data DEM yang di download pada website resmi Data Digital

Elevation Model Nasional (DEMNAS) dari Badan Informasi

Geospasial pada halaman (https://tanahair.indonesia.go.id)


dilakukan pengolahan data pada software HEC-HMS 4.10 dimulai

dari pembuatan Create New Project untuk membuat folder yang

bertujuan untuk penyimpanan hasil proses yang akan dilakukan

selanjutnya dalam pengolahan DAS model hidrologi menggunakan

HEC-HMS. proses Terrain Data Manager yang digunakan untuk

penginputan data DEM ke software HEC-HMS

b. Terrain Data Manager

Setelah pembuatan folder penyimpanan pada Create Project

dilakukan proses penginputan data DEM melalui Terain Data

Manager dengan memilih tools Components lalu memilih Terrain

Data Manager setelah pemilihan dilakukan penginputan data DEM

Sungai Karang Mumus yang sudah di download, untuk memastikan

data DEM telah masuk akan terlihat di folder kiri bertuliskan Terrain

Data.

c. Basin Model Manager

Proses penginputan data DEM telah masuk dilakukan

pembuatan Basin Model Manager yang bertujuan untuk

mengkoneksikan antara data DEM dengan proses pengolahan

model hidrologi menggunakan software HEC-HMS, setelah memilih

tools Components lalu kemudian memilih Basin Model Manager

setelah proses Basin Model Manager telah berhasil dilakukan maka

langkah selanjutnya yaitu mengkoneksikan antara Basin Model

dengan DEM yang telah diinput dalam Terrain data bertujuan untuk

menampilkan DEM.

d. Preprocess Sinks
Proses selanjutnya setelah menampilkan DEM dilakukan

Preprocess Sinks pada DEM pada prosedur ini bertujuan untuk

mengetahui atau memperoleh hasil analisis daerah cekungan pada

daerah aliran sungai. Proses preprocess sinks termasuk proses

awal yang memiliki tahapan pengolahan yang lama dibandingkan

dengan pengolahan selanjutnya, sehingga dalam proses ini

membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengolahan aliran

sungai Karang Mumus.

e. Preprocess Drainage

Setelah dilakukan tahapan preprocess sinks dilakukan tahapan

preprocess drainage yang bertujuan untuk mengetahui arah aliran

sungai Karang Mumus.

f. Identify Steams

Proses identify steams dalam pengolahan dilakukan untuk

menganalisis jaringan sungai yang dibentuk dari akumulasi aliran.

Proses identify steams menghasilkan raster aliran sungai (steams).

g. Break Points Manager

Proses akhir sebelum dilakukan delineasi DAS adalah

mengidentifikasi titik keluaran (outlet) yang dijalankan melalui

perintah break points manager. Pemilihan titik outlet dalam

menentukan batas suatu DAS sebaiknya pada hilir sungai atau

bagian terakhir air sungai bermuara menjadi outlet dari DAS

h. Delineate Elements

Proses terakhir dalam penentuan batas DAS dilakukan

delineate elements bertujuan untuk mendeliniasikan batas-batas


DAS berupa subbasin dan karakteristik sungai Karang Mumus yang

dapat dilihat pada characteristics seperti luas sub DAS, Kemiringan

sungai, Panjang aliran sungai dan model hidrologi yang lain.

5. Penyusunan Tugas Akhir

Dalam tahap penyusunan tugas akhir meliputi kegiatan penulisan tugas

akhir mulai dari bagian awal yang meliputi halaman judul hingga daftar

lampiran, kemudian bagian tengah yang meliputi pendahuluan hingga

kesimpulan dan saran, dan bagian akhir yang meliputi daftar pustaka

dan lampiran.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Prosedur Pembuatan Batas DAS Karang Mumus Menggunakan Model


Hidrologi HEC-HMS

Pada penelitian ini bedasarkan prosedur kerja terdapat 8 tahapan dalam

pembuatan batas DAS Karang Mumus menggunakan model hidrologi HEC-

HMS adalah Terrain Data Manager, Basin Model Manager, Preprocess Sinks,

Preprocess Drainge, Identify Steams, Break Points Manager, Delineate

Elements, Subbasin Area, Characteristic Subbasin, Characteristic Reach.

Pada tahapan pertama dilakukan yaitu :

a. Terrain Data Manager dilakukan untuk menginput DEM sebagai objek

pengolahan Sub-DAS Karang Mumus

Gambar 4. Proses Terrain Data Manager


b. Basin Model Manager adalah proses menyatukan DEM dengan

pengolahan Sub-DAS Karang Mumus.

Gambar 5. Proses Basin Model Manager

c. Preprocess Sinks dilakukan untuk memperoleh hasil daerah cekungan

atau pengisian.

Gambar 6. Proses Preprocces Sinks

d. Preprocess Drainage dilakukan untuk mengetahui alur aliran sungai pada

Sub-DAS Karang Mumus.


Gambar 7. Proses Preprocess Drainage

e. Identify Steams dilakukan untuk menganalisis jaringan sungai yang

dibentuk dari aliran sungai.

Gambar 8. Proses Identify Streams

f. Break Points Manager adalah proses penentuan titik yang menjadi outlet

dari suatu DAS.


Gambar 9. Proses Break Points Manager

g. Delineate Elements proses dilakukannya mendeliniasikan batas-batas

Sub-DAS Karang Mumus

Gambar 10. Proses Delineate Elements

h. Characteristics hasil dari pengolahan batas Sub-DAS Karang Mumus

yang berupa data prediksi.


Gambar 11. Characteristics Reach

Gambar 12. Subbasin Area


Gambar 13. Characteriscs Subbasin

2. Karakteristik Morfometri DAS Karang Mumus

Hasil pemetaan basin model DAS Karang Mumus digunakan untuk

memperoleh data karakteristik morfometri DAS yang akan digunakan dalam

analisis. Data dan informasi karakteristik morfometri DAS Karang Mumus

dapat dilihat pada Tabel 3. dibawah ini

Tabel 3. Karakteristik DAS Karang Mumus


Panjang
Panjang Kemirin Jarak Kemirin Luas
Kemirin Alur
Sub Alur gan Alur Titik gan Alur Sub
gan Titik Sungai
DAS Sungai Sungai Centroid Sungai DAS
Centroid (10-85%)
(Km) (m/m) (Km) (10-85%) (Km2)
(Km)
DAS 1 18.57 0.22 10.08 0.00179 13.93 0.00286 41.83

DAS 2 11.26 0.16 4.62 0.00138 8.44 0.00245 27.82

DAS 3 12.97 0.23 6.07 0.00452 9.73 0.00977 15.73

DAS 4 16.31 0.19 6.53 0.00299 12.23 0.00269 39.71

DAS 5 12.23 0.20 6.67 0.00191 9.17 0.00456 26.50

DAS 6 11.36 0.22 5.27 0.00182 8.51 0.00406 18.51

DAS 7 13.78 0.17 6.92 0.00177 10.34 0.00527 23.41

DAS 8 12.67 0.17 6.92 0.00203 9.50 0.00379 15.37

DAS 9 11.80 0.16 4.45 0.00170 8.85 0.00382 27.04

DAS 10 4.21 0.12 2.54 0.00105 3.16 0.00019 2.20


Panjang
Panjang Kemirin Jarak Kemirin Luas
Kemirin Alur
Sub Alur gan Alur Titik gan Alur Sub
gan Titik Sungai
DAS Sungai Sungai Centroid Sungai DAS
Centroid (10-85%)
(Km) (m/m) (Km) (10-85%) (Km2)
(Km)
DAS 11 9.11 0.14 4.07 0.00053 6.83 0.00244 14.98

DAS 12 1.05 0.10 0.41 0.00418 0.79 0.00349 0.14

DAS 13 5.81 0.16 2.90 0.00056 4.36 0.00882 4.01

DAS 14 15.32 0.16 4.90 0.00007 11.49 0.00307 41.05

DAS 15 10.98 0.13 4.46 0.00006 8.24 0.00150 20.68

B. Pembahasan

1. Prosedur Pembuatan Batas DAS

Pembuatan Batas DAS Karang Mumus Menggunakan Model Hidrologi di

jalankan oleh perangkat HEC-HMS 4.10 saat prosedur delineasi DAS secara

berurutan adalah sebagai berikut : 1) terrain data manager; 2) basin model

manager; 3) preprocess sinks; 4) preprocess drainage; 5) identify steams; 6)

break points manager; 7) delineate elements. Proses awal dilakukan dengan

tahap penginputan data DEM (terrain data manager) kemudian disatukan

dengan data yang akan diolah menggunakan HEC-HMS (basin model

manager) dapat dilihat pada Gambar 4.a pengisian cekungan (preprocess

sinks) merupakan proses pengisian daerah cekungan berdasarkan data DEM.

Hasil keluaran dari proses pengisian cekungan adalah sill fill dan sill location

yang dapat dilihat pada Gambar 4.b Proses dilanjutkan ketahapan preprocess

drainage, proses ini melakukan identifikasi arah aliran (flow direction) dan

akumulasi dari setiap arah aliran (flow accumulation) seperti terlihat pada

Gambar 4.c. Selanjutnya proses identifikasi aliran (identify steams) dijalankan

bedasarkan hasil akumulasi aliran dari proses pengisian cekungan. Proses

identify streams menghasilkan raster aliran sungai (streams) seperti pada

Gambar 4.d Proses akhir sebelum perangkat HEC-HMS 4.10 melakukan


delineasi DAS adalah mengidentifikasi titik keluaran (outlet) yang dijalankan

melalui perintah break point manager, setelah HEC-HMS mengidentifikasi titik

outlet seperti terlihat pada Gambar 4.e. Kemudian proses dilanjutkan pada

penentuan batas DAS melalui perintah delineate elements, yang pada

penelitian ini menghasilkan 15 sub-DAS seperti pada Gambar 4.f. Secara

umum gambaran proses dan file keluaran dari setiap tahapan delineasi DAS

HEC-HMS 4.10 dapat dilihat pada Tabel. 4 dan Gambar. 4.

No Proses File keluaran proses


1. Preprocess Sinks Sink fill dan sink location
2. Preprocess Drainage Flow direction dan flow accumulation
3. Identify Streams Streams
4. Break Point Manager Lokasi Outlet
5. Delineate Elements Batas Sub-DAS
Tabel 4. File keluaran dari setiap tahapan delineasi

a b c

d e f

Gambar 14. Hasil proses delineasi DAS menggunakan perangkat HEC-HMS 4.10; a.
Basin model manager; b. Preprocess Sinks; c. Preprocess Drainage; d.
Identify streams; e. Break Points Manager; f. Delineate elements
2. Karakteristik Morfometri DAS

Berdasarkan tabel karakteristik DAS Karang Mumus yang dihasilkan

dari pengolahan menggunakan HEC-HMS 4.10 DAS Karang Mumus, maka

dapat di uraikan morfometri DAS Karang Mumus sebagai berikut :

1. Luas DAS Karang Mumus adalah 319,02 Km2 atau 31,90 ha termasuk

karakteristik DAS kecil menurut Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

dan Perhutanan Sosial (2013) dikarenakan nilai luas perhektar 10.00 -

<100.000 dengan keliling 318,91 km .

2. Panjang Sungai yang merupakan jarak datar sepanjang sungai induk dari

muara atau hilir sungai sampai ke hulu sungai yang di wakili oleh jaringan

sungai dengan nomor 10,9,11,13,14 dan 15 adalah sepanjang 30,81 Km,

dengan lebar DAS adalah perbandingan luas terhadap panjang DAS yaitu

A 319,02 Km 2
W= = =9.83 Km
Lb 30,81 Km

3. Kemiringan/gradien alur Sub-DAS Karang Mumus pada sepanjang alur

sungai utama dengan rata-rata nilai kemiringan/gradiens 0,15 m/m

4. Kerapatan alur sungai Sub-DAS Karang Mumus dalam perhitungan

ln 30,81 Km km
rumus yaitu: Dd= = =0.97 dan termasuk ke dalam
A 319,02 Km 2 km2

kategori indeks kerapatan aliran sungai dengan klasifikasi sedang (0,25 -

10 km/km2). Klasifikasi kerapatan sungai yang rendah menunjukkan

bahwa alur sungai melewati batuan dengan resistensi keras, maka

angkutan sedimen yang terangkut aliran sungai lebih kecil jika

dibandingkan pada alur sungai yang melewati batuan dengan resistensi


yang lebih lunak, apabila kondisi lain yang mempengaruhinya sama

(Pattiselanno & Soetrisno, 2017).

5. Bentuk Sub-DAS Karang Mumus dinyatakan dengan nisbah pendekatan

4 πA 4 π ×319.02 Km 2
kebulatan adalah Rc= = =0.03 termasuk dalam
( p)2 (318.91 km) 2

kategori DAS berbentuk memanjang (Rc <0,5) dengan karakter debit

puncak yang datang dengan cepat, begitu juga penurunannya.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Secara umum proses pembuatan batas Sub-DAS Karang Mumus

menggunakan Model Hidrologi yang diolah dengan perangkat HEC-HMS

4.10 sangat mudah dipahami dan dijalankan. Dimana tiap-tiap proses

tersebut masing-masing menghasilkan file keluaran dari tahapan delineasi

DAS.

Pengolahan dengan perangkat HEC-HMS 4.10 mendapatkan hasil

luasan dari Sub-DAS Karang Mumus sebesar 319,02 Km2 atau 31,90 ha

dengan panjang sungai 30,81 Km dan kemiringan rata-rata 0,15 m/m.

Berdasarkan klasifikasi kerapatan sungai yang sedang (0,25 - 10 km/km2)

bentuk Sub-DAS Karang Mumus dengan pendekatan kebulatan adalah

memanjang juga karakter debit puncak yang datang dengan cepat, begitu

juga penurunannya.

B. Saran

1. Perlu dilakukan adanya ground check pada lapangan untuk memastikan batas –

batas Sub-DAS Karang Mumus yang didapatkan dari pengolahan HEC-HMS 4.10.

2. Perlu melakukan penelitian batas Sub-DAS menggunakan perangkat lain

sebagai perbandingan dengan hasil olahan menggunakan HEC-HMS 4.10.

3. Sebaiknya pada pengolahan batas Sub-DAS menggunakan spesifikasi laptop

yang lebih baik

Anda mungkin juga menyukai