Anda di halaman 1dari 137

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN GEDUNG

KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN TIMUR SAMARINDA


SEBERANG

TUGAS AKHIR

Oleh:

DIMAS SUDARYANTO
NIM 14612004

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
2017
PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN GEDUNG
KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN TIMUR SAMARINDA
SEBERANG

Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (Amd) pada
Program Studi Teknik Listrik
Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Samarinda

Oleh:

DIMAS SUDARYANTO
NIM 14612004

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
2017

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Dimas Sudaryanto

NIM : 14612004

Jurusan : Teknik Elektro

Program Studi : Teknik Listrik

Jenjang : Diploma III

Judul Tugas Akhir : Perencanaan Instalasi Penerangan Gedung Kejaksaan

Tinggi Kalimantan Timur Samarinda Seberang

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya
sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam Laporan Tugas
Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Samarinda, 2 Juni 2017

Dimas Sudaryanto
NIM. 14612004

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN GEDUNG


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN TIMUR SAMARINDA
SEBERANG

NAMA : DIMAS SUDARYANTO

NIM : 14612004

JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI : TEKNIK LISTRIK

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


pada tanggal, 12 Juli 2017

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. H. Arbain, MT Ir. Bustani, MT


NIP. 19620509 199303 1 001 NIP. 19610712 199303 1 003

Mengesahkan:

Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

Ir. H. Ibayasid, M.Sc


NIP. 19590303 198903 1 002

Lulus Ujian Tanggal: 12 Juli 2017

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN GEDUNG


KEJAKSAAN TINGGI KALIMANTAN TIMUR SAMARINDA
SEBERANG
NAMA : DIMAS SUDARYANTO

NIM : 14612004

JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI : TEKNIK LISTRIK

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disetujui


pada tanggal, 12 Juli 2017

Dewan Penguji:

Penguji I,
Nama : Ir. H. M. Zainuddin, MT
NIP : 19621001 199303 1 003

Penguji II,
Nama : Hj. Verra Aullia, ST., MT
NIP : 19780413 200212 2 001

Penguji III,
Nama : Subir, ST., MT
NIP : 19731214 200501 1 002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Teknik Elektro, Ketua Program Studi D3 Teknik Listrik,

Ir. Bustani, MT Rusdiansyah, ST., MT


NIP. 19610712 199303 1 003 NIP. 19600727 198903 1 002

iv
ABSTRAK

Dimas Sudaryanto, Perencanaan Instalasi Penerangan Gedung Kejaksaan Tinggi


Kalimantan Timur Samarinda Seberang (dibimbing oleh Arbain dan Bustani)
Dalam kehidupan modern saat ini, kehadiran tenaga listrik menjadi sangat penting
bagi kehidupan manusia, karena listrik sangat berguna dalam membantu segala kegiatan.
Listrik telah menjadi kebutuhan pokok manusia pada zaman sekarang. Listrik sangat
berperan penting pada kegiatan manusia sehari-hari, salah satu peranan penting listrik
adalah pada bagian instalasi penerangan.
Dalam perencanaan instalasi penerangan ini penulis mengambil objek gedung
Kejati Kaltim Samarinda Seberang. Dari perencanaan ini diperoleh daya untuk lantai
dasar, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 sebesar 2596,25 VA; 10641,25 VA; 11558,75 VA;
dan 6996,25 VA. Pengaman yang digunakan MCB 3 fasa 6A, MCB 3 fasa 20A, dan
MCB 3 fasa 16A. Dan jenis penghantar yang digunakan kabel NYM 3 x 2,5 mm2, dan
kabel NYM 3 x 4 mm2.
Sedangkan daya AC untuk lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 sebesar 17252 VA;
13523 VA; 6995 VA. Pengaman yang digunakan MCB 3 fasa 32A, MCB 3 fasa 25A,
dan MCB 3 fasa 16A. Dan jenis penghantar yang digunakan kabel NYM 3 x 6 mm2 dan
kabel NYM 3 x 2,5 mm2. Jadi total daya pada gedung Kejati Kaltim Samarinda Seberang
adalah 69562,5 VA dengan pengaman utama MCCB 125A dan jenis penghantarnya
digunakan kabel NYY 4 x 50 mm2.
Kata kunci:
Listrik, Instalasi Penerangan, Perencanaan, Daya, Pengaman, Jenis Penghantar

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Perencanaan Instalasi Penerangan Gedung
Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur Samarinda Seberang”.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan jenjang pendidikan program Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Samarinda. Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data yang
diperoleh saat melakukan survey ke lapangan dan wawancara dengan pihak yang
bersangkutan.
Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan, saran dan
masukan dari berbagai pihak baik secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan nikmat yang tak terhingga serta selalu
memberikan jalan di setiap kesulitan.
2. Ibu dan juga Alm. Bapak yang saya cintai serta adik-adik yang saya sayangi.
3. Bapak Ir. H. Ibayasid, M. Sc, selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda.
4. Bapak Ir. Bustani, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro dan selaku Dosen
Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam
penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Ir. H. Arbain, MT, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Ir. H. Muhammad Zainuddin, MT, Ibu Hj. Verra Aullia, ST., MT, Bapak
Ir. H. Arbain, MT, selaku Tim Tugas Akhir (TA) Jurusan Teknik Elektro.
7. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi serta Administrasi Jurusan Teknik Elektro.
8. Seluruh teman-teman Teknik Elektro yang saya banggakan.
9. Dan Bapak Muslihin selaku Mekanikal Elektrikal pada CV. Maraya

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini tidak luput
dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan
serta saran-saran yang membangun, sehingga penulisan Laporan Tugas Akhir ini menjadi
bermanfaat di waktu yang akan datang.

vi
Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat,
baik bagi penulis, pembaca, rekan-rekan sebaya, dan juga berguna bagi Negara.

Samarinda, 2 Juni 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN. ............................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iv

ABSTRAK............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR. ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI. ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR. .......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2

1.3 Batasan Masalah. .................................................................................. 2

1.4 Manfaat dan Kegunaan. ........................................................................ 3

1.5 Tujuan. .................................................................................................. 3

1.6 Sistematika Penulisan. .......................................................................... 3

BAB II TEORI DASAR

2.1 Pengertian Instalasi Listrik. ................................................................ 5

2.1.1 Prinsip Dasar Instalasi Penerangan. ............................................ 5

2.2 Instalasi Penerangan. .......................................................................... 6

2.2.1 Ketentuan Rencana Instalasi Penerangan.................................... 7

2.3 Cara Menghitung Penerangan Dalam................................................. 7

2.3.1 Intensitas Cahaya......................................................................... 7

viii
2.3.2 Flux Cahaya................................................................................. 8

2.3.3 Luminansi. ................................................................................... 8

2.3.4 Intensitas Penerangan. ................................................................. 9

2.3.5 Efisiensi Penerangan. .................................................................. 13

2.3.6 Faktor Utilisasi (UF).................................................................... 14

2.3.7 Indeks Ruangan. .......................................................................... 15

2.3.8 Efisiensi Armatur......................................................................... 15

2.3.9 Faktor-faktor Refleksi. ................................................................ 15

2.3.10 Efikasi.......................................................................................... 16

2.3.11 Cara Menentukan Jumlah Armatur. ............................................ 17

2.3.12 Cara Menentukan Jumlah Lampu................................................ 17

2.4 Faktor Depresiasi................................................................................ 18

2.5 Faktor Penerangan dan Armatur......................................................... 19

2.5.1 Absorpsi....................................................................................... 19

2.5.2 Refleksi........................................................................................ 20

2.5.3 Transmisi. .................................................................................... 20

2.5.4 Armatur........................................................................................ 20

2.6 Sistem Penerangan ............................................................................. 21

2.7 Penghantar. ......................................................................................... 22

2.7.1 Kabel............................................................................................ 22

2.7.2 Kabel NYA.................................................................................. 23

2.7.3 Kabel NYM. ................................................................................ 23

2.7.4 Kabel NYY.................................................................................. 24

2.8 Kemampuan Hantar Arus (KHA)....................................................... 24

2.9 Luas Penampang Penghantar.............................................................. 27

ix
2.10 Perlengkapan Hubung Bagi. ............................................................... 27

2.11 Kotak Kontak...................................................................................... 28

2.12 Pipa Instalasi....................................................................................... 29

2.13 Sakelar. ............................................................................................... 29

2.13.1 Sakelar Tunggal........................................................................... 30

2.13.2 Sakelar Seri.................................................................................. 30

2.14 Macam-Macam Lampu Listrik........................................................... 31

2.14.1 Lampu TL.................................................................................... 31

2.14.2 Lampu LED. ................................................................................ 32

2.15 Pengaman............................................................................................ 33

2.15.1 Miniatur Circuit Breaker (MCB)................................................. 34

2.15.2 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker). ................................... 37

2.16 AC (Air Conditioner).......................................................................... 38

2.17 Pembagian Beban. .............................................................................. 39

BAB III PERENCANAAN PEMBUATAN

3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan. ........................................................... 40

3.2 Jenis dan Sumber Data.......................................................................... 40

3.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 40

3.4 Desain Perencanaan (Flow Chart). ....................................................... 42

3.5 Data Ruangan........................................................................................ 43

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Tipe Penerangan. ................................................................................ 46

4.2 Penentuan Jumlah Titik Lampu.......................................................... 46

4.2.1 Penentuan Jumlah Titik Lampu Pada Lantai Dasar Gedung

Kejati Kaltim. .............................................................................. 46

x
4.2.2 Penentuan Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 1 Gedung

Kejati Kaltim. .............................................................................. 50

4.2.3 Penentuan Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 2 Gedung

Kejati Kaltim. .............................................................................. 55

4.2.4 Penentuan Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 3 Gedung

Kejati Kaltim. .............................................................................. 60

4.3 Perhitungan Jumlah Beban. ................................................................ 65

4.4 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir. ............ 67

4.5 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir AC. ..... 72

4.6 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Sirkit Cabang. ..................... 78

4.7 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Sirkit Cabang AC................ 79

4.8 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Utama Gedung

Kejati Kaltim. ..................................................................................... 80

4.9 Rencana Anggaran Biaya. .................................................................. 81

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan. .......................................................................................... 105

5.2 Saran. .................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kabel NYA. ....................................................................................... 23

Gambar 2.2 Kabel NYM. ...................................................................................... 23

Gambar 2.3 Kabel NYY. ....................................................................................... 24

Gambar 2.4 Perlengkapan Hubung Bagi, .............................................................. 28

Gambar 2.5 Bentuk fisik kotak kontak biasa dan khusus...................................... 29

Gambar 2.6 Bentuk fisik sakelar tunggal. ............................................................. 30

Gambar 2.7 Bentuk fisik sakelar seri. ................................................................... 30

Gambar 2.8 Bentuk fisik lampu TL....................................................................... 31

Gambar 2.9 Bentuk fisik lampu LED.................................................................... 32

Gambar 2.10 Kurva trip MCB............................................................................... 34

Gambar 2.11 Bagian-bagian MCB 1 fasa.............................................................. 35

Gambar 2.12 Bentuk fisik MCB 1 fasa (a) dan MCB 3 fasa (b). .......................... 36

Gambar 2.13 MCCB.............................................................................................. 38

Gambar 3.1 Flowchart Perencanaan. .................................................................... 42

Gambar 4.1 Denah Penamaan Lantai Dasar.......................................................... 86

Gambar 4.2 Denah Penamaan Lantai 1. ................................................................ 87

Gambar 4.3 Denah Penamaan Lantai 2. ................................................................ 88

Gambar 4.4 Denah Penamaan Lantai 3. ................................................................ 89

Gambar 4.5 Gambar Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai Dasar.................. 90

Gambar 4.6 Gambar Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai 1. ........................ 91

Gambar 4.7 Gambar Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai 2. ........................ 92

Gambar 4.8 Gambar Perencanaan Instalasi Penerangan Lantai 3. ........................ 93

Gambar 4.9 Gambar Perencanaan Instalasi AC Lantai 1. ..................................... 94

xii
Gambar 4.10 Gambar Perencanaan Instalasi AC Lantai 2. ................................... 95

Gambar 4.11 Gambar Perencanaan Instalasi AC Lantai 3. ................................... 96

Gambar 4.12 Gambar Diagram Satu Garis Panel Beban Lantai Dasar. ................ 97

Gambar 4.13 Gambar Diagram Satu Garis Panel Beban Lantai 1. ....................... 98

Gambar 4.14 Gambar Diagram Satu Garis Panel Beban Lantai 2. ....................... 99

Gambar 4.15 Gambar Diagram Satu Garis Panel Beban Lantai 3. ....................... 100

Gambar 4.16 Gambar Diagram Satu Garis Panel AC Lantai 1. ............................ 101

Gambar 4.17 Gambar Diagram Satu Garis Panel AC Lantai 2. ............................ 102

Gambar 4.18 Gambar Diagram Satu Garis Panel AC Lantai 3. ............................ 103

Gambar 4.19 Gambar Diagram Satu Garis Panel Utama Gedung Kejati Kaltim

Samarinda Seberang......................................................................... 104

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Standar Luminansi pada bidang kerja menurut IES. ............................. 9

Tabel 2.2 Standar Kuat Penerangan dalam ruangan (Muhaimin). ........................ 10

Tabel 2.3 Standar Kuat Penerangan dalam ruangan (P. Van Harten). .................. 12

Tabel 2.4 Standar Kuat Penerangan dalam ruangan (Prih Sumardjati)................. 13

Tabel 2.5 Efisiensi Penerangan. ............................................................................ 13

Tabel 2.6 Faktor-faktor refleksi............................................................................. 16

Tabel 2.7 Perbandingan Efikasi............................................................................. 17

Tabel 2.8 KHA kabel NYA. .................................................................................. 24

Tabel 2.9 KHA kabel NYM. ................................................................................. 25

Tabel 2.10 KHA kabel NYY. ................................................................................ 26

Tabel 2.11 Pengaman MCB. ................................................................................. 37

Tabel 2.12 Kapasitas AC berdasarkan PK. ........................................................... 39

Tabel 3.1 Data Ruangan Kejati Kaltim Lantai Dasar............................................ 43

Tabel 3.2 Data Ruangan Kejati Kaltim Lantai 1. .................................................. 43

Tabel 3.3 Data Ruangan Kejati Kaltim Lantai 2. .................................................. 44

Tabel 3.4 Data Ruangan Kejati Kaltim Lantai 3. .................................................. 44

Tabel 4.1 Jumlah Titik Lampu Pada Lantai Dasar. ............................................... 51

Tabel 4.2 Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 1. ...................................................... 56

Tabel 4.3 Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 2. ...................................................... 62

Tabel 4.4 Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 3. ...................................................... 66

Tabel 4.5 Perhitungan Jumlah Beban Lantai Dasar. ............................................. 68

Tabel 4.6 Perhitungan Jumlah Beban Lantai 1...................................................... 69

Tabel 4.7 Perhitungan Jumlah Beban Lantai 2...................................................... 70

xiv
Tabel 4.8 Perhitungan Jumlah Beban Lantai 3...................................................... 71

Tabel 4.9 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir

Lantai Dasar. ......................................................................................... 73

Tabel 4.10 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir

Lantai 1. .............................................................................................. 74

Tabel 4.11 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir

Lantai 2. .............................................................................................. 75

Tabel 4.12 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir

Lantai 3. .............................................................................................. 76

Tabel 4.13 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir AC

Lantai 1. .............................................................................................. 77

Tabel 4.14 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir AC

Lantai 2. .............................................................................................. 77

Tabel 4.15 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir AC

Lantai 3. .............................................................................................. 78

Tabel 4.16 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Sirkit Cabang Lantai Dasar,

Lantai 1, Lantai 2, dan Lantai 3.......................................................... 79

Tabel 4.17 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Sirkit Cabang AC Lantai 1,

Lantai 2, dan Lantai 3. ........................................................................ 80

Tabel 4.18 Menentukan Besar Daya Total. ........................................................... 80

Tabel 4.19 Rencana Anggaran Biaya Untuk Lantai Dasar.................................... 81

Tabel 4.20 Rencana Anggaran Biaya Untuk Lantai 1. .......................................... 82

Tabel 4.21 Rencana Anggaran Biaya Untuk Lantai 2. .......................................... 83

Tabel 4.22 Rencana Anggaran Biaya Untuk Lantai 3. .......................................... 83

Tabel 4.23 Total Rencana Anggaran Biaya Material Instalasi.............................. 84

xv
Tabel 4.24 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Instalasi. .................................... 85

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan modern saat ini, kehadiran tenaga listrik menjadi sangat penting

bagi kehidupan manusia, karena listrik sangat berguna dalam membantu segala kegiatan

yang berhubungan dengan listrik seperti mesin-mesin yang digunakan dalam kehidupan

sehari-hari baik di tiap-tiap rumah tangga maupun industri yang mana kebanyakan

menggunakan tenaga listrik. Pemakaian energi listrik ini dapat dilihat secara langsung

baik dilingkungan rumah tangga, sekolah, rumah sakit, industri, dan juga perkantoran.

Listrik telah menjadi kebutuhan pokok manusia pada zaman sekarang. Listrik

sangat berperan penting pada kegiatan manusia sehari-hari, salah satu peranan penting

listrik adalah pada bagian instalasi penerangan. Instalasi penerangan telah menjadi

bagian yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini.

Aplikasi instalasi penerangan yang penting adalah pada gedung perkantoran

Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur (Kejati-Kaltim) yang saat ini dalam tahap

pembangunan untuk dapat melaksanakan kegiatan secara efektif dan memberi dampak

kelancaran pada bidang lainnya.

Gedung perkantoran Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur yang sedang dalam

tahap pembangunan ini tentunya membutuhkan perencanaan instalasi penerangan yang

baik. Perencanaan instalasi penerangan yang baik adalah perencanaan yang sesuai

standar yang berlaku dibidang kelistrikan. Adapun standar yang dimaksud adalah

Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) yang menjadi acuan semua

instalatir dalam merencanakan maupun mengerjakan instalasi penerangan. Pemasangan

instalasi penerangan yang baik dan sesuai standar yang berlaku akan memberi rasa
2

nyaman dan aman bagi pengguna gedung dan juga dapat menunjang aktivitas yang ada

didalam gedung tersebut.

Dari uraian diatas dan juga ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di Politeknik

Negeri Samarinda ini, penulis tertarik untuk melakukan perencanaan instalasi

penerangan pada Gedung Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur Samarinda Seberang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana menentukan lux berdasarkan fungsi ruangan

2. Bagaimana menentukan jumlah titik lampu

3. Bagaimana menentukan luas penampang penghantar yang digunakan

4. Bagaimana menentukan kapasitas pengaman yang digunakan

5. Bagaimana menentukan pembagian grup masing-masing lantai

6. Bagaimana menentukan besar daya total

1.3 Batasan Masalah

Agar masalah yang dibahas menjadi jelas dan tidak menyimpang dari topik yang

dibahas, maka dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini terdapat batasan masalah yang

dibahas sebagai berikut:

1. Membahas cara menentukan lux berdasarkan fungsi ruangan.

2. Membahas cara menentukan jumlah titik lampu.

3. Membahas cara menentukan luas penampang penghantar yang digunakan.

4. Membahas cara menentukan kapasitas pengaman yang digunakan.

5. Membahas cara menentukan pembagian grup masing-masing lantai.

6. Membahas cara menentukan besar daya total.

7. Membahas mengenai Rencana Anggaran Biaya (RAB).


3

8. Tidak membahas penerangan luar Gedung Kejati Kaltim.

9. Menggunakan rumus baku.

1.4 Manfaat dan Kegunaan

Manfaat dan kegunaan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai pengetahuan dasar untuk merencanakan instalasi penerangan.

2. Untuk meningkatkan kemampuan dalam perencanaan dan juga pemasangan

instalasi penerangan.

3. Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan.

4. Sebagai bahan acuan mahasiswa untuk menyelesaikan Tugas Akhir Jurusan

Teknik Elektro Politeknik Negeri Samarinda.

1.5 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari

perencanaan ini adalah:

1. Mengetahui cara menentukan lux berdasarkan fungsi ruangan.

2. Mengetahui cara menentukan jumlah titik lampu.

3. Mengetahui cara menentukan luas penampang penghantar yang digunakan.

4. Mengetahui cara menentukan kapasitas pengaman yang digunakan.

5. Mengetahui cara menentukan pembagian grup masing-masing lantai.

6. Mengetahui cara menentukan daya total.

7. Mengetahui Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibutuhkan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat

dan kegunaan, tujuan, dan sistematika penulisan.


4

Bab II Teori Dasar, berisi tentang persyaratan-persyaratan umum instalasi penerangan

dan juga rumus-rumus yang digunakan.

Bab III Perencanaan Pembuatan, berisi waktu dan lokasi pelaksanaan, jenis dan sumber

data, teknik pengumpulan data, desain perencanaan.

Bab IV Pembahasan, berisi tentang perhitungan jumlah lampu, menentukan luas

penampang penghantar yang digunakan, menentukan pengaman yang digunakan,

menentukan kelompok beban, menentukan besar daya total, dan menentukan rencana

anggaran biaya.

Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan, dan saran.

Daftar Pustaka.

Lampiran.
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Pengertian Instalasi Listrik

Instalasi listrik adalah kumpulan dari beberapa komponen listrik yang

membentuk suatu rangkaian dan bertujuan untuk menyalurkan energi listrik dari

pembangkit sampai dapat digunakan oleh pengguna listrik. Rancangan instalasi listrik

harus memenuhi ketentuan PUIL 2000 dan peraturan yang terkait dalam dokumen seperti

Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 1995 tentang Usaha Penunjang Tenaga listrik dan

peraturan lainnya. (lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249157-R230914.pdf).

2.1.1 Prinsip Dasar Instalasi Penerangan

Beberapa prinsip instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada

pemasangan suatu instalasi listrik dimaksudkan agar instalasi yang dipasang dapat

digunakan secara optimum, efektif dan efisien. Adapun prinsip dasar tersebut ialah

sebagai berikut:

1. Keandalan

Artinya, seluruh peralatan yang dipakai pada instalasi tersebut haruslah handal dan

baik secara mekanik maupun secara kelistrikannya. Keandalan juga berkaitan dengan

sesuai tidaknya pemakaian pengaman jika terjadi gangguan, contohnya bila terjadi

suatu kerusakan atau gangguan harus mudah dan cepat diatasi dan diperbaiki agar

gangguan yang terjadi dapat diatasi.

2. Ketercapaian

Artinya, dalam pemasangan peralatan instalasi listrik yang relatif mudah dijangkau

oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan tata letak komponen listrik tidak

sulit untuk dioperasikan sebagai contoh pemasangan sakelar tidak terlalu tinggi atau
6

terlalu rendah.

3. Ketersediaan

Artinya, kesiapan suatu instalasi listrik dalam melayani kebutuhan baik berupa daya,

peralatan maupun kemungkinan perluasan instalasi. Apabila ada perluasan instalasi

tidak menggangu sistem instalasi yang sudah ada. Tetapi kita hanya

menghubungkannya pada sumber cadangan (spare) yang telah diberi pengaman.

4. Keindahan

Artinya, dalam pemasangan komponen atau peralatan instalasi harus ditata

sedemikian rupa, sehingga dapat terlihat rapi dan indah serta tidak menyalahi

peraturan yang berlaku.

5. Keamanan

Artinya, harus mempertimbangkan faktor keamanan dari suatu instalasi listrik, baik

keamanan terhadap manusia bangunan atau harta benda makhluk hidup lain dan

peralatan itu sendiri.

6. Ekonomis

Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi listrik harus

diperhitungkan dengan teliti dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga

biaya yang dikeluarkan dapat sehemat mungkin tanpa harus mengesampingkan hal-

hal diatas. (lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249157-R230914.pdf).

2.2 Instalasi Penerangan

Instalasi penerangan harus ditentukan ditempat dimana pekerjaan akan dilakukan.

Pada umumnya, bidang kerja diambil 80 cm diatas lantai. Intensitas penerangan yang

diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan yang akan dilakukan. Lamanya waktu

kerja mempengaruhi intensitas penerangan yang diperlukan. (P. Van Harten dan Ir. E.

Setiawan, 1981).
7

2.2.1 Ketentuan Rencana Instalasi Penerangan

Rencana instalasi penerangan adalah berkas gambar rencana dan uraian teknik

yang digunakan sebagai pegangan untuk melaksanakan pemasangan suatu instalasi

penerangan. Rencana instalasi penerangan harus dibuat dengan jelas, serta mudah dibaca

dan dipahami, untuk itu harus diikuti ketentuan dan standar yang berlaku. Rencana

gambar instalasi penerangan terdiri atas:

1. Gambar situasi: untuk menunjukkan letak gedung atau bangunan dimana instalasinya

akan dipasang.

2. Gambar instalasi: rencana penempatan komponen listrik yang akan dipasang.

3. Diagram garis tunggal: keterangan mengenai jenis dan besar beban yang terpasang

dan pembagiannya. (eprints.polsri.ac.id/1683/3/BAB%202.pdf).

2.3 Cara Menghitung Penerangan Dalam

Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata tanpa

guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja

dan sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang

terlalu besar sehingga melelahkan.

Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum dibidang

kerja harus sekurang-kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus sekurang-

kurangnya 0,3. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

2.3.1 Intensitas Cahaya

Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan cahaya.

Sumber cahaya demikian, misalnya lampu pijar, dinamakan pemancar suhu. Lampu pijar

memancarkan energi cahaya ke semua jurusan. Tetapi energi radiasinya tidak merata.

Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu jurusan tertentu

disebut intensitas cahaya. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).
8

Rumus intensitas cahaya yaitu:

φ
I = . ............................................................................................................. (2.1)
ω

Keterangan:

I = intensitas cahaya (cd)

φ = flux cahaya (lm)

ω = sudut ruang (steradian)

2.3.2 Flux Cahaya

Flux cahaya adalah seluruh jumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. (P.

Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

Untuk mencari flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya yang ada

didalam suatu ruangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ExA
φ= ......................................................................................................... (2.2)
η

Keterangan:

φ = flux cahaya (lm)

E = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux)

A = luas bidang kerja (m )

η = efisiensi

2.3.3 Luminansi

Adapun rumus dari luminansi dalam bentuk rumus sebagai berikut:

I
L= ........................................................................................................... (2.3)
As

Keterangan:

L = luminansi (cd/cm )

I = intensitas cahaya (cd)


9

As = luas semu permukaan (cm )

Luminansi ialah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang terlalu

besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa armatur.

Luminansi (L) suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan

cahaya ialah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan. (P. Van Harten

dan Ir. E. Setiawan, 1981).

Untuk menentukan standar luminansi pada bidang kerja menurut IES dapat dilihat

pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Standar Luminansi pada bidang kerja menurut IES

Kategori Rentang luminansi (lux) Jenis kegiatan


A 20-30-50 Area publik berlingkungan gelap
B 50-75-100 Tempat kunjungan singkat
C 100-150-200 Ruang publik, tugas visual jarang
D 200-300-500 Tugas visual berkontras tinggi
E 500-750-1000 Tugas visual berkontras sedang
F 1000-1500-2000 Tugas visual berkontras rendah
Tugas visual berkontras rendah dalam
G 2000-3000-5000
waktu lama
Tugas visual sangat teliti dalam waktu
H 5000-7500-10000
sangat lama
Tugas visual khusus berkontras sangat
I 10000-15000-20000
rendah dan kecil
(Sumber: elib.unikom.ac.id/files/disk1/385/jbptunikompp-gdl-yeffryhand-19234-11-bab11.pdf)

2.3.4 Intensitas Penerangan

Intensitas penerangan disuatu bidang adalah flux cahaya yang jatuh pada 1 m

dari bidang itu. Jika suatu bidang yang luasnya A m , diterangi dengan lumen. (P. Van

Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981). Intensitas penerangan rata-rata di bidang itu dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

φ
Erata-rata = ................................................................................................... (2.4)
A

Keterangan:

Erata-rata = intensitas penerangan rata-rata (lux)


10

φ = flux cahaya (lm)

A = luas bidang kerja (m )

Untuk menentukan standar kuat penerangan dalam ruangan dapat dilihat pada

tabel 2.2, tabel 2.3, dan tabel 2.4 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Standar Kuat Penerangan dalam ruangan (Muhaimin)

No. Jenis bangunan atau tempat Lux


1 2 3
1 Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian :
 Pengeboran, pengerasan sekrup, pengelingan 750
 Asembling akhir 1000
 Hanggar untuk perbaikan pesawat 1000
Asembling :
 Kasar 300
 Sedang 1000
 Halus 2000
2 Penjilidan buku :
 Pemotongan, penjahitan, pelubangan 750
 Embosing, pemeriksaan 2000

3 Industri Kimia :
 Area pabrik 200
 Ruang pencampuran 300
 Injeksi dan kalendering (industri plastik) 500
 Ruang pengendali 500
 Laboratorium 750
 Ruang pemeriksaan warna 1000
4 Pabrik keramik :
 Pencetakan, pengepresan, pembersihan, dan kelengkapan 300
 Pewarnaan 1000
5 Industri kelistrikan :
 Penggulungan (pembelitan) 500
Pekerjaan asembling :
 Halus 1500
 Sangat halus 200
6 Garasi mobil :
 Tempat perbaikan (reparasi) 1000
 Area untuk lalu lalang 200
Tempat parkir :
 Jalan masuk 500
 Jalur lintasan 100
 Gudang 50
7 Usaha pencucian dan penyeterikaan pakaian :
 Pencucian 300
11

 Penyeterikaan 500
 Mesin, penekanan akhir, sortir 750
8 Pabrik kulit :
 Pembersihan, pementangan, penyamakan 300
 Pekerjaan akhir, scarfing 1000
9 Bengkel bermesin :
 Pengelasan 300
 Pekerjaan kasar 500
 Pekerjaan setengah halus 1000
 Pekerjaan halus 2000
10 Bengkel pengecatan :
 Penyemprotan 500
 Pengecatan halus dengan tangan 1000
 Poles dan pengeringan 500
11 Industri percetakan :
 Pemeriksaan warna 2000
 Komposisi 1000
 Pengepresan 750
 Pembacaan/koreksi 1600
12 Pabrik kaca :
 Ruang pencampuran bahan 200
 Ruang pembentukan dan peniupan 300
 Ruang dekorasi 500
 Ruang Etsa 750
13 Kantor dan Bank
 Lobi 500
 Tellers, penyimpanan 1500
 Tempat Umum 150
 Koridor, tangga berjalan 200
 Ruang Direktur 350
 Ruang kerja 350
 Ruang komputer 350
 Ruang rapat 300
 Ruang gambar 750
 Ruang arsip aktif 300
 Gudang arsip 150
14 Hotel dan Motel
 Kamar mandi (secara umum) 100
 Ruang bercermin pada kamar mandi 300
 Tempat tidur : tidur/membaca 50/200
 Lobi depan 750
 Ruang untuk umum 200-400
 Ruang pelayanan 100-200
 Dapur 200-400
 Tempat lain 300
15 Sekolah
Tempat membaca :
12

 Buku cetakan 300


 Tulisan pensil 750
 Hasil fotocopy yang bagus 300
 Hasil fotocopy yang jelek 1000
Kelas :
 Papan Tulis
 Ruang Gambar 1600
1000
 Laboratorium
Ruang Kuliah : 1000
 Umum
750
 Kelas baca, peragaan, dan demonstrasi
1600
 Bengkel 1000
 Aula 750
 Koridor 200
 Perpustakaan 750
16 Kantor pos :
 Lobi 300
 Ruang sortir surat 1000
 Gudang 200
Koridor 200
17 Restoran :
 Ruang makan dan kasir 500
 Penerangan sekeliling ruang makan 200
 Ruang berpenerangan remang-remang 30
 Dapur 200-400
18 Teater :
 Auditorium 50
 Selama waktu jedah (intermission) 1
 Foyer 50
 Lobi masuk 200
19 Tempat Ibadah :
 Ruang untuk Jamaah 100
 Mimbar (untuk khotbah) 150
(Sumber: Teknologi Pencahayaan halaman 143-146)

Tabel 2.3 Standar Kuat Penerangan dalam ruangan (P. Van Harten)

Penerangan Penerangan
No Sifat Pekerjaan
sangat baik baik
1 Kantor
Ruangan gambar 2000 lux 1000 lux
Ruangan kantor (untuk pekerjaan kantor biasa
pembukuan, mengetik, surat menyurat, membaca, 1000 lux 500 lux
menulis, melayani mesin-mesin kantor)
Ruangan yang tidak digunakan terus-menerus untuk
250 lux 150 lux
pekerjaan (ruangan arsip, tangga, gang, ruang tunggu)
2 Rumah tinggal
Kamar tamu
13

Penerangan setempat (bidang kerja) 1000 lux 500 lux


Penerangan umum 100 lux 50 lux
Ruangan-ruangan lain
Kamar tidur, kamar mandi, kamar hias (penerangan
500 lux 250 lux
setempat)
Gang, tangga, gudang, garasi 250 lux 125 lux
Penerangan setempat untuk pekerjaan-pekerjaan
500 lux 250 lux
ringan (hobby dan sebagainya)
Penerangan umum 250 lux 125 lux
(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 41-42)

Tabel 2.4 Standar Kuat Penerangan dalam ruangan (Prih Sumardjati)

Tingkat Pencahayaan
Fungsi Ruangan
(lux)
Perkantoran:
Ruang Direktur 350
Ruang Kerja 350
Ruang Komputer 350
Ruang Rapat 300
Ruang Gambar 750
Gudang Arsip 150
Ruang Arsip Aktif 300
(Sumber: Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik halaman 87)

2.3.5 Efisiensi Penerangan

Untuk menentukan efisiensi penerangan dapat dilihat pada tabel 2.5 sebagai

berikut:

Tabel 2.5 Efisiensi Penerangan

(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 2 halaman 45)


14

Efisiensi atau rendemen penerangannya dapat ditentukan dengan persamaan

rumus dari flux cahaya yang berguna yang mencapai bidang kerja langsung atau tak

langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit. (P. Van Harten dan Ir. E.

Setiawan, 1981). Adapun persamaan rumusnya sebagai berikut:

φg = E x A (lm) .............................................................................................. (2.5)

Dan dari persamaan diatas maka didapat rumus flux cahaya yang dipancarkan

lampu dalam suatu ruangan yang dinyatakan dengan persamaan rumus sebagai berikut:

ExA
φ0 = (lm) ............................................................................................... (2.6)
η

Dan rumus efisiensi penerangan nya adalah sebagai berikut:


φg
η = φ ............................................................................................................. (2.7)
0

Keterangan:

φg = flux cahaya yang berguna yang mencapai bidang kerja langsung atau tak

langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit (lm)

φ0 = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam

ruangan (lm)

E = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux)

A = luas bidang kerja (m )

η = efisiensi

2.3.6 Faktor Utilisasi (UF)

Fluks cahaya yang dapat mencapai bidang datar dimana pekerjaan dilakukan

selalu kurang dari lumen keluaran lampu karena sejumlah tertentu cahaya akan diserap

oleh berbagai macam tekstur permukaan. UF diekspresikan sebagai angka yang selalu

lebih kecil daripada 1, dimana nilai tipikal untuk gedung-gedung perkantoran modern

pada umumnya berkisar 0,9. (Trevor Linsley, 2004).


15

2.3.7 Indeks Ruangan

Indeks ruangan atau indeks bentuk dengan lambang k menyatakan perbandingan

antara ukuran-ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar. (P. Van Harten dan

Ir. E. Setiawan, 1981). Indeks ruangan persamaan rumusnya adalah sebagai berikut:

p.l
k= ....................................................................................................... (2.8)
h(p+l)

Keterangan:

k = indeks ruangan

p = panjang ruangan (m)

l = lebar ruangan (m)

h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m)

2.3.8 Efisiensi Armatur

Efisiensi atau rendemen armatur dengan lambang v dibagi atas bagian flux cahaya

diatas dan dibawah bidang horizontal. Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh

konstruksinya dan oleh bahan-bahan yang digunakan. Dalam efisiensi penerangan selalu

sudah diperhitungkan efisiensi armaturnya. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

Maka persamaan rumusnya adalah sebagai berikut:

flux cahaya yang dipancarkan oleh armatur


v= ............................................. (2.9)
flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya

2.3.9 Faktor-faktor Refleksi

Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yang

dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, dan kemudian

mencapai bidang kerja.

Faktor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm, ditentukan oleh

refleksi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya untuk

rm ini diambil 0,1.


16

Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70%, dan yang

berwarna gelap 10-20%.

Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebih

kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yang

jatuh di langit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya.

Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara berikut:

1. Menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja.

2. Menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan luminansinya

rendah.

3. Penempatan sumber cahaya yang tepat. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

Untuk menentukan faktor-faktor refleksi dapat dilihat pada tabel 2.6 sebagai

berikut:

Tabel 2.6 Faktor-faktor refleksi

Warna Faktor refleksi


Putih 0,7-0,8
Coklat terang 0,7-0,8
Kuning terang 0,55-0,65
Hijau terang 0,45-0,5
Merah muda 0,45-0,5
Biru langit 0,4-0,45
Oranye 0,2-0,25
Hijau tua 0,1-0,15
Biru tua 0,1-0,15
Merah tua 0,1-0,15
Hitam 0,04
Abu-abu 0,25-0,35
(Sumber: lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249157-R230914.pdf)

2.3.10 Efikasi

Efikasi adalah rentang angka perbandingan antara flux cahaya (lumen) dengan

daya listrik suatu sumber cahaya (watt) dinyatakan dalam satuan lumen per watt. Efikasi

juga disebut flux cahaya spesifik. Efikasi ini biasanya didapat pada data katalog dari suatu

produk lampu. (elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-content/uploads/2012/./L2F008072_MKP.pdf).


17

Untuk menentukan nilai efikasi dapat dilihat pada tabel 2.7 sebagai berikut:

Tabel 2.7 Perbandingan Efikasi

No. Sumber Cahaya Efikasi (lm/W)


1 Lilin 0,1
2 Lampu Minyak 0,3
3 Lampu Pijar Modern 14-18
4 Lampu Halogen Tungsten 16-20
5 Lampu Fluoresen 50-85
6 Lampu Merkuri 40-70
7 Lampu Metal Halida 60-80
8 Lampu HPS 90-100
9 Lampu LED 115-180
(Sumber: academia.edu/6342619/Jenis-jenis_lampu)

2.3.11 Cara Menentukan Jumlah Armatur

Untuk menentukan jumlah armatur menggunakan persamaan rumus berikut:

φ0 ExA
narmatur = = .. ..........................................................(2.10)
φarmatur φarmatur x η x d

Keterangan:

φarmatur = flux cahaya per armatur (lm)

d = faktor depresiasi

E = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux)

A = luas bidang kerja (m )

η = efisiensi. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

2.3.12 Cara Menentukan Jumlah Lampu

Dalam menentukan jumlah lampu dapat digunakan metode interpolasi. Pada

metode interpolasi dapat diketahui efisiensi penerangan melalui tabel tetapi jika nilai

indeks ruangan (k) yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel maka untuk mencari nilai

efisiensinya diambil nilai tengah antara nilai-nilai untuk indeks ruangan satu tingkat

diatasnya dan satu tingkat dibawahnya.

Jika diketahui efisiensi penerangan untuk nilai tertentu dari indeks ruangan maka
18

dapat dihitung jumlah lampu yang digunakan dengan persamaan rumus sebagai berikut:

φ0 ExA
nlampu = = ................................................................(2.11)
φlampu φlampu x η x d

Flux cahaya yang diperlukan jika dalam keadaan baru dengan menggunakan

persamaan rumus sebagai berikut:

ExA
φ0 = . ....................................................................................................(2.12)
η

Sedangkan pada keadaan terpakai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ExA
φ0 = ......................................................................................................(2.13)
ηxd

Keterangan:

φlampu = flux cahaya per lampu (lm)

d = faktor depresiasi

E = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja (lux)

A = luas bidang kerja (m )

η = efisiensi. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

2.4 Faktor Depresiasi

Faktor depresiasi dibagi atas tiga golongan utama, yaitu:

1. Pengotoran ringan

Pengotoran ringan terjadi ditoko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolah

yang berada didaerah-daerah yang hampir tidak berdebu.

2. Pengotoran biasa

Pengotoran biasa terjadi di perusahaan-perusahaan yang umumnya tidak begitu

banyak debu dalam melakukan suatu pekerjaan.

3. Pengotoran berat

Pengotoran berat akan terjadi diruangan-ruangan dengan banyak debu / pengotoran


19

lain, seperti diperusahaan-perusahaan cor, pertambangan, dan sebagainya.

Jika tingkat pengotorannya tidak diketahui, maka digunakan faktor depresiasi 0,8.

Untuk menentukan faktor depresiasi dapat menggunakan persamaan rumus sebagai

berikut:

E dalam keadaan dipakai


d= ..............................................................................(2.14)
E dalam keadaan baru

Keterangan:

d = Faktor depresiasi. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

2.5 Faktor Penerangan dan Armatur

Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber

cahaya itu sendiri dan pada konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi armatur

antara lain ditentukan oleh:

1. Cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit.

2. Cara pemasangan fiting atau fiting-fiting didalam armatur.

3. Perlindungan sumber cahayanya.

4. Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan.

5. Penyebaran cahayanya. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

Sebagian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung dari

sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan.

2.5.1 Absorpsi

Untuk menentukan rumus faktor absorpsi dapat menggunakan persamaan rumus

sebagai berikut:

flux cahaya yang diserap


a= ............................................................(2.15)
flux cahaya yang mengenai permukaan

Keterangan:

a = faktor absorpsi. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).


20

Absorpsi adalah sebagian cahaya yang mengenai suatu permukaan akan diserap

oleh permukaan itu. Bagian yang diserap ini menimbulkan panas pada permukaan

tersebut. Permukaan yang gelap dan buram menyerap banyak cahaya.

2.5.2 Refleksi

Untuk menentukan rumus faktor refleksi dapat menggunakan persamaan rumus

sebagai berikut:

flux cahaya yang dipantulkan


r= ............................................................(2.16)
flux cahaya yang mengenai permukaan

Keterangan:

r = faktor refleksi. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

Jika sinar-sinar cahaya sejajar yang mengenai suatu permukaan, dipantulkan tetap

sejajar, maka terjadi refleksi cermin atau refleksi teratur. Misal didapat faktor refleksi 0,6

atau 60% berarti, bahwa 60% dari flux cahaya yang mengenai permukaan, dipantulkan.

2.5.3 Transmisi

Bahan-bahan tembus cahaya, seperti berbagai jenis kaca, seluloida dan

sebagainya, akan memantulkan atau menyerap hanya sebagian saja dari cahaya yang

mengenainya. Sebagian besar dari cahaya itu dapat menembus bahan-bahan tersebut.

Untuk menentukan rumus faktor transmisi dapat menggunakan persamaan rumus sebagai

berikut:

flux cahaya yang dapat menembus


t= .............................................................(2.17)
flux cahaya yang mengenai permukaan

Keterangan:

t = faktor transmisi. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

2.5.4 Armatur

Bentuk sumber cahaya dan armatur harus sedemikian rupa sehingga tidak

menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan untuk
21

dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi, bayang-bayang itu tidak boleh

terlalu tajam.

Selain itu konstruksi armatur harus sedemikian rupa sehingga ada cukup sirkulasi

udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber cahaya. Suhu armatur

sekali-kali tidak boleh menjadi semakin tinggi hingga dapat menimbulkan kebakaran

atau merusak isolasi. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

2.6 Sistem Penerangan

Tidak selalu cahaya dari suatu sumber cahaya dipancarkan langsung ke suatu

objek penerangan atau bidang kerja. Menurut IES terdapat 5 klasifikasi sistem pancaran

cahaya dari sumber cahaya, yaitu: penerangan tak langsung, penerangan setengah tak

langsung, penerangan menyebar (difus), penerangan setengah langsung, dan penerangan

langsung.

1. Penerangan tak langsung

Pada penerangan tak langsung 90 hingga 100% cahaya dipancarkan ke langit-langit

ruangan sehingga yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya pantulan.

Penerangan jenis ini diperlukan pada: ruang gambar, rumah sakit.

2. Penerangan setengah tak langsung

Pada penerangan setengah tak langsung 60 hingga 90% cahaya diarahkan ke langit-

langit. Distribusi cahaya pada penerangan ini mirip dengan distribusi penerangan tak

langsung tetapi lebih efisien dan kuat penerangannya lebih tinggi. Penggunaan

penerangan setengah tak langsung pada: took buku, ruang baca, ruang tamu.

3. Penerangan menyebar (difus)

Pada penerangan difus distribusi cahaya keatas dan bawah relatif merata yaitu berkisar

40 hingga 60%. Penerangan difus menghasilkan cahaya teduh dengan bayangan lebih

jelas. Penggunaan penerangan difus antara lain pada: tempat ibadah.


22

4. Penerangan setengah langsung

Penerangan setengah langsung 60 hingga 90% cahayanya diarahkan kebidang kerja

selebihnya diarahkan ke langit-langit. Pemakaian penerangan setengah langsung

antara lain pada: kantor, kelas, took, dan tempat kerja lainnya.

5. Penerangan langsung

Pada penerangan langsung 90 hingga 100% cahaya dipancarkan kebidang kerja.

Pemakaian penerangan langsung antara lain pada: pabrik kertas, ruang elektro plating,

atau industri kimia lainnya. (Drs. Muhaimin, M.T, 2001).

2.7 Penghantar

Penghantar adalah suatu komponen utama yang penting dalam instalasi listrik,

yang berfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

yg lazim digunakan antara lain aluminium dan tembaga.

Kawat pejal yang digunakan dalam ukuran penghantaran sampai dengan 16 mm .

Untuk penghantar yang mempunyai fleksibilitas yang tinggi maka dipergunakan kawat

serabut, yakni suatu jumlah tertentu kawat-kawat pejal yang dipilin bersama-sama

sehingga membentuk ukuran serabut yang besar. (Anonim, Modul Instalasi Listrik 1).

2.7.1 Kabel

Kabel adalah panjang dari satu atau lebih inti penghantar, baik yang berbentuk

pejal maupun serabut yang masing-masing dilengkapi dengan isolasinya sendiri-sendiri

dan membentuk suatu kesatuan.

Penyatuan/penggabungan satu atau lebih inti-inti pada umumnya dilengkapi

dengan selubung. Ada tiga hal pokok dari kabel adalah sebagai berikut:

1. Konduktor merupakan media untuk menghantarkan listrik.

2. Isolator merupakan bahan dielektrik untuk mengisolir dari penghantar satu dengan

yang lain dan juga terhadap lingkungannya.


23

3. Selubung luar yang memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis, pengaruh

bahan-bahan kimia, api atau pengaruh-pengaruh luar lainnya yang dapat merugikan.

(Anonim, Modul Instalasi Listrik 1).

2.7.2 Kabel NYA

Kabel NYA hanya memiliki satu penghantar tembaga berbentuk pejal, dalam

pemakaiannya pada instalasi listrik harus menggunakan pelindung dari pipa instalasi.

(Prih Sumardjati, 2008).

Adapun bentuk fisik penghantar kabel NYA dapat dilihat pada gambar 2.1

sebagai berikut:
Penghantar tembaga

Isolasi PVC

Gambar 2.1 Kabel NYA

(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1)

2.7.3 Kabel NYM

Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu- abu),

ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis, sehingga

tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal dari NYA).

Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh

ditanam. Adapun bentuk fisik penghantar kabel NYM dapat dilihat pada gambar 2.2

sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kabel NYM

(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1)


24

2.7.4 Kabel NYY

Adapun bentuk fisik penghantar kabel NYY dapat dilihat pada gambar 2.3

sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kabel NYY

(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1)

Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya berwarna hitam), ada yang

berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah),

dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya lebih mahal

dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan yang tidak disukai

tikus. (staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-djoko laras budiyo taruno/materi-

instalasi-listrik.pdf).

2.8 Kemampuan Hantar Arus (KHA)

Untuk menentukan KHA kabel NYA dapat dilihat pada tabel 2.8 sebagai berikut:

Tabel 2.8 KHA kabel NYA

Jenis Luas KHA terus-menerus KHA pengenal gawai proteksi


Konduktor Penampang Pemasangan Pemasangan Pemasangan Pemasangan
dalam dalam
nominal diudara diudara
konduit konduit
mm2 A A A A
1 2 3 4 5 6
0.5 2.5 - 2 -
0.75 7 15 4 10

1 11 19 6 10
1.5 15 24 10 20
NYFA 2.5 20 32 16 25
25

NYFAF
NYFAZ 4 25 42 20 35
NYFAD 6 33 54 25 50
NYA 10 45 73 35 63
NYAF
16 61 98 50 80
25 83 129 63 100
35 103 158 80 125
NYFAw
NYFAFw 50 132 198 100 160
NYFAZw 75 165 245 125 200
NYFADw 95 197 292 160 250
dan NYL
120 235 344 250 315
150 - 391 - 315
185 - 448 - 400

240 - 528 - 400


300 - 608 - 500
400 - 726 - 630

500 - 830 - 630


(Sumber: PUIL 2011 Amandemen 1 halaman 119)

Untuk menentukan KHA kabel NYM dapat dilihat pada tabel 2.9 sebagai berikut:

Tabel 2.9 KHA kabel NYM

Luas KHA terus- KHA pengenal


Jenis Kabel Penampang menerus gawai proteksi
mm2 A A
1 2 3 4
1,5 18 10
2,5 26 20
4 34 25

6 44 35
NYIF 10 61 50
NYIFY 16 82 63
NYPLYw
NYM/NYM-0 25 108 80
NYRAMZ 35 135 100
NYRUZY 50 168 125
NYRUZYr
NHYRUZY 75 207 160
NYHRUZYr 95 250 200
26

NYBUY 120 292 250


NYLRZY, dan
kabel fleksibel 150 335 250
berisolasi PVC 185 382 315
240 453 400

300 504 400


400 - -
500 - -
(Sumber: PUIL 2011 Amandemen 1 halaman 121)

Untuk menentukan KHA kabel NYY dapat dilihat pada tabel 2.10 sebagai

berikut:

Tabel 2.10 KHA kabel NYY

Luas KHA terus menerus


Jenis Kabel penampang Inti tunggal 2-inti 3-inti dan 4-inti
ditanah diudara ditanah diudara ditanah diudara
mm2 A A A A A A
1 2 3 4 5 6 7 8
1,5 40 26 31 20 26 18,5
2,5 54 35 41 27 34 25
4 70 46 54 37 44 34

6 90 58 68 48 56 43
NYY 10 122 79 92 66 75 60
NYBY 16 160 105 121 89 98 80
NYFGbY
NYRGbY 25 206 140 153 118 128 106
NYCY 35 249 174 187 145 157 131
NYCWY 50 296 212 222 176 185 159
NYSY
NYCEY 70 365 269 272 224 228 202
NYSEY 95 438 331 328 271 275 244
NYHSY 120 499 386 375 314 313 282
NYKY
NYKBY 150 561 442 419 361 353 324
NYKFGBY 185 637 511 475 412 399 371
NYKRGbY 240 743 612 550 484 464 436

300 843 707 525 590 524 481


400 986 859 605 710 600 560
500 1125 1000 - - - -
(Sumber: PUIL 2011 Amandemen 1 halaman 122)

Kemampuan hantar arus adalah arus yang dihantarkan oleh setiap konduktor
27

untuk periode berkesinambungan selama operasi normal harus sedemikian sehingga

batas suhu insulasi tidak dilampaui. (PUIL Amandemen 1, 2011).

Berikut ini persamaan rumus kemampuan hantar arus:

KHA = 125% x In.........................................................................................(2.18)

Keterangan: In = arus nominal

2.9 Luas Penampang Penghantar

Luas penampang penghantar yang harus digunakan ditentukan oleh kemampuan

hantar arus (KHA) yang diperlukan. Selain itu harus mempertimbangkan kemungkinan

perluasan instalasi dikemudian hari serta kekuatan mekanis dari penghantar tersebut.

Pada instalasi penerangan rumah tinggal biasanya menggunakan penghantar

yang minimal 1,5 mm . Untuk saluran dua kawat, penghantar netralnya harus sama

dengan luas penampang fasanya. Sedangkan untuk saluran tiga fasa semua penghantar

fasanya harus memiliki luas penampang yang sama. (Anonim, Modul Instalasi Listrik 1).

2.10 Perlengkapan Hubung Bagi

Perlengkapan hubung bagi utama harus dipasang ditempat yang mudah dicapai

dari jalan masuk bangunan. Untuk gedung-gedung bertingkat, perlengkapan hubung

bagi utamanya harus dipasang dilantai jalan masuk gedung atau jika ini tidak

memungkinkan, dilantai satu tingkat diatasnya atau satu tingkat dibawahnya.

Pada bagian luar / dibagian yang mudah dilihat dari suatu perlengkapan hubung

bagi harus dipasang gambar bagan untuk memudahkan pelayanan dan pemeliharaan

instalasinya. Hanya perlengkapan hubung bagi rumah yang sederhana saja yang

dikecualikan dari ketentuan ini. Selain itu pada perlengkapan hubung bagi juga harus

dipasang tanda-tanda yang jelas dan tidak mudah terhapus, sehingga dapat dilihat

dengan rangkaian akhir mana setiap alat dihubungkan dan dengan terminal mana

masing-masing fasa dan hantaran netralnya dihubungkan.


28

Perlengkapan hubung bagi harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar,

tahan lembab dan kukuh. Pada setiap hantaran fasa, suatu perlengkapan hubung bagi

harus dipasang pengaman arus. Pada hantaran netral, tidak boleh dipasang pengaman

arus. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981). Adapun bentuk fisik perlengkapan

hubung bagi dapat dilihat pada gambar 2.4 sebagai berikut:

Gambar 2.4 Perlengkapan Hubung Bagi

(Sumber: Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Teknik Elektro)

2.11 Kotak Kontak

Kotak kontak digunakan untuk menghubungkan alat pemakai listrik yang dapat

dipindah-pindahkan dengan saluran yang dipasang tetap atau tidak tetap. Sebuah kotak

kontak selalu terdiri dari bagian yang memberi aliran, dan bagian yang menerima aliran.

Kotak kontak harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar dengan mudah

dan tahan lembab, serta harus cukup kuat. Mengenai penggunaan dan pemasangan kotak

kontak masih ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai

berikut:

1. Kotak kontak dinding fasa satu harus dipasang sedemikian hingga kontak netralnya

berada disebelah kanan.

2. Kotak kontak dinding yang dipasang kurang dari 1,25 meter diatas lantai, harus

dilengkapi dengan penutup.


29

3. Kemampuan kotak kontak harus sekurang-kurangnya sesuai dengan daya alat yang

dihubungkan padanya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 A.

Berdasarkan fungsinya, kotak kontak dibagi menjadi dua macam yaitu:

1. Kotak Kontak Biasa (KKB).

2. Kotak Kontak Khusus (KKK). (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

Adapun bentuk fisik kotak kontak biasa dan kotak kontak khusus dapat dilihat

pada gambar 2.5 sebagai berikut:

Gambar 2.5 Bentuk fisik kotak kontak biasa dan khusus

(Sumber: Schneider-electric)

2.12 Pipa Instalasi

Pipa instalasi harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap tekanan mekanis,

tahan terhadap panas, tidak menjalarkan nyala api, dan tahan kelembaban, misalnya

baja, PVC. (PUIL, 2000).

2.13 Sakelar

Sakelar harus memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut:

1. Jumlahnya sedemikian sehingga semua pekerjaan pelayanan, pemeliharaan dan

perbaikan dapat dilakukan dengan aman.

2. Dalam keadaan terbuka, bagian sakelar yang bergerak harus tidak bertegangan.

3. Harus tidak dapat menghubungkan dengan sendirinya karena pengaruh gaya berat.

4. Kemampuan sakelar sekurang-kurangnya harus sesuai dengan daya alat yang di-
30

hubungkannya, tetapi tidak boleh kurang dari 5 A.

5. Harus dapat dilayani secara aman tanpa memerlukan alat bantu.

Sakelar digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik

dalam keadaan berbeban. Sakelar ada kalanya juga disebut sakelar beban yang memiliki

pemutusan sesaat, pada saat sakelar akan membuka untuk memutuskan rangkaian,

sebuah pegas akan direnggangkan. Jadi kecepatan pemutusan ditentukan oleh pegas dan

tidak tergantung pada pelayanan (gerak tangan). (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).

2.13.1 Sakelar Tunggal

Sakelar tunggal digunakan untuk pengoperasian penerangan satu arah. Sakelar

ini mempunyai dua posisi pengoperasian, yaitu mengatur untuk ON dan OFF.

(lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249157-R230914.pdf).

Adapun bentuk fisik sakelar tunggal seperti pada gambar 2.6 sebagai berikut:

Gambar 2.6 Bentuk fisik sakelar tunggal

(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 1)

2.13.2 Sakelar Seri

Adapun bentuk fisik sakelar seri seperti pada gambar 2.7 sebagai berikut:

Gambar 2.7 Bentuk fisik sakelar seri

(Sumber: Instalasi Listrik Arus Kuat 1)

Suatu sistem pengaturan dari sakelar seri adalah suatu hubungan parallel dari dua
31

buah sakelar satu arah, dimana dua buah sakelar satu arah tersebut dikombinasikan

dalam satu perangkat. Dua buah lampu penerangan dapat diatur oleh masing-masing

sakelar. (Anonim, Modul Rancangan Listrik 1).

2.14 Macam-Macam Lampu Listrik

Berdasarkan prinsip kerjanya, lampu listrik dibedakan menjadi dua macam, yaitu

lampu pijar dan lampu tabung / neon sign. Cahaya dari lampu pijar merupakan pemijaran

dari filamen pada bohlam, sedangkan lampu tabung cahaya yang dihasilkan berbeda

dengan filament lampu pijar, tetapi melalui proses eksitasi gas atau uap logam yang

terkandung dalam tabung lampu yang terletak diantara 2 elektroda yang bertegangan

cukup tinggi. (Prih Sumardjati, 2008).

2.14.1 Lampu TL

Lampu fluoresen (TL = tubelair lamp) termasuk lampu merkuri tekanan rendah

(0,4 Pa) yang dilengkapi dengan bahan fluoresen. Cahaya yang dipancarkan dari dalam

lampu adalah ultraviolet (termasuk sinar tak tampak). Untuk itu bagian dalam lampu

tabung dilapisi dengan bahan fluoresen yang fungsinya mengubah ultraviolet menjadi

sinar tak tampak.

Adapun bentuk fisik dari lampu TL seperti pada gambar 2.8 sebagai berikut:

Gambar 2.8 Bentuk fisik lampu TL

(Sumber: Philips)

Kemampuan arus mengalir melalui tabung dikarenakan ballast menghasilkan

tegangan induksi yang tinggi. Namun tegangan induksi yang tinggi ini akan kembali
32

normal ketika arus sudah mengalir melalui tabung. Fungsi ballast ada 2 yaitu sebagai:

1. Pembangkit tegangan induksi yang tinggi (dipengaruhi kerja starter) agar terjadi

pelepasan elektron didalam tabung.

2. Membatasi arus yang melalui tabung setelah lampu bekerja normal. (Drs. Muhaimin,

M.T, 2001).

2.14.2 Lampu LED

LED didefinisikan sebagai salah satu semikonduktor yang mengubah energi

listrik menjadi cahaya. Sebagaimana diode lainnya, LED terdiri dari bahan

semikonduktor P dan N. Bila sumber diberikan pada LED kutub negatif dihubungkan

dengan N dan kutub positif dengan P maka lubang (hole) akan mengalir kearah N dan

electron mengalir kearah P.

LED merupakan perangkat keras dan padat (solid-state component) sehingga

unggul dalam hal ketahanan (durability). Umur lampu LED dapat mencapai 50.000 jam,

hal ini dikarenakan tegangan kerja arus searah (VDC) konstan, meskipun disuplai dari

arus AC, namun didalam LED terdapat stabilizer yang menstabilkan suplai arus AC

tersebut. (digilib.unimus.ac.id/files/disk1/119/jtptunimus-gdl-sripringat-5948-4-8.bab-

i.pdf).

Adapun bentuk fisik dari lampu LED seperti pada gambar 2.9 sebagai berikut:

Gambar 2.9 Bentuk fisik lampu LED

(Sumber: Philips)
33

2.15 Pengaman

Pengaman adalah suatu peralatan listrik yang digunakan untuk melindungi

komponen listrik dari kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan seperti arus beban lebih

ataupun arus hubung singkat.

Fungsi dari pengaman dalam instalasi listrik adalah:

1. Isolasi, yaitu untuk memisahkan instalasi atau bagiannya dari catu daya listrik untuk

alasan keamanan

2. Kontrol, yaitu untuk membuka atau menutup sirkit instalasi selama kondisi operasi

normal untuk tujuan operasi dan perawatan

3. Proteksi, yaitu untuk pengamanan kabel, peralatan listrik dan manusianya terhadap

kondisi tidak normal seperti beban lebih, hubung singkat dengan memutuskan arus

gangguan dan mengisolasi gangguan yang terjadi.

(lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249157-R230914.pdf).

Untuk mengetahui besar pengaman yang digunakan dapat menggunakan

persamaan rumus:

1. Untuk pengaman satu fasa

S
In = ......................................................................................................................(2.19)
V

Keterangan:

In = arus nominal (A) S = daya semu (VA)

V = tegangan (line to netral) (V)

2. Untuk pengaman tiga fasa

S
In = ....................................................................................................(2.20)
√3 x V

Keterangan:

In = arus nominal (A)


34

S = daya semu (VA)

V = tegangan (line to line) (V)

2.15.1 Miniatur Circuit Breaker (MCB)

MCB berfungsi untuk memutuskan suatu rangkaian apabila ada arus yang

mengalir dalam rangkaian atau beban listrik yang melebihi kemampuan. Ada 4 tipe kurva

trip Miniatur Circuit Breaker yaitu:

1. Tipe kurva C: Mengontrol arus sebesar 5 sampai 10 In dan melindungi sirkit dari arus

hubung singkat.

2. Tipe kurva D: Memutuskan arus antara 10 sampai 14 In untuk aliran arus awal yang

tinggi

3. Tipe kurva MA: 12 In hanya untuk perlindungan terhadap arus hubung singkat dan

aliran arus yang awal yang tinggi seperti motor.

4. Tipe kurva B: 3 sampai 5 In, untuk perlindungan terhadap arus hubung singkat yang

rendah pada generator.

Adapun gambar kurva trip masing-masing tipe pada gambar 2.10 dapat dilihat

sebagai berikut:

Gambar 2.10 Kurva trip MCB

(Sumber: staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-djoko-laras-budiyo-taruno/materi-

instalasi-listrik.pdf)
35

Cara kerja MCB dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Thermis

Prinsip kerjanya berdasarkan pada pemuaian atau pemutusan dua jenis logam yang

koefisien jenisnya berbeda. Kedua jenis logam tersebut dilas jadi satu keping (bimetal)

dan dihubungkan dengan kawat arus. Jika arus yang melalui bimetal tersebut melebihi

arus nominal yang diperkenankan maka bimetal tersebut akan melengkung dan

memutuskan aliran listrik.

2. Magnetik

Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan arus hubung singkat yang cukup besar untuk

menarik sakelar mekanik dengan prinsip induksi elektromagnetis. Semakin besar arus

hubung singkat, maka semakin besar gaya yang menggerakkan sakelar tersebut

sehingga lebih cepat memutuskan rangkaian listrik dan gagang operasi akan kembali

ke posisi off. Busur api yang terjadi masuk kedalam ruangan yang berbentuk pelat-

pelat, tempat busur api dipisahkan, didinginkan dan dipadamkan dengan cepat.

(staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-djoko laras budiyo taruno/materi-

instalasi-listrik.pdf).

Adapun bagian-bagian MCB dapat dilihat pada gambar 2.11 sebagai berikut :

Gambar 2.11 Bagian-bagian MCB 1 fasa

(Sumber: modul.mercubuana.ac.id/files/ft/…/Amransyah%20…/Elektro%20BAB%202.docx)
36

Lanjutan Gambar 2.11

Keterangan gambar:

1. batang bimetal

2. batang penekan

3. tuas pemutus kontak

4. lengan kontak yang bergerak

5. pegas penarik kontak

6. trip koil

7. batang pendorong

8. batang penerik kontak

9. kontak tetap

10. kisi pemadam busur api

11. plat penahan dan penyalur busur api

MCB dibuat hanya memilik satu kutub untuk pengaman 1 fasa, sedangkan untuk

pengaman tiga fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan sehingga

apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut

terputus. (modul.mercubuana.ac.id/files/ft/./Amransyah%20./Elektro%20BAB%202.docx).

Adapun bentuk fisik MCB dapat dilihat pada gambar 2.12 bentuk fisik MCB 1

fasa (a) dan MCB 3 fasa (b).

a b

Gambar 2.12 Bentuk fisik MCB 1 fasa (a) dan MCB 3 fasa (b)

(Sumber: Schneider-electric)
37

Untuk menentukan pengaman MCB dapat dilihat pada tabel 2.11 sebagai berikut:

Tabel 2.11 Pengaman MCB

Daya Tersambung Pembatas Arus


Pengukuran
(VA) (A)
450 1x2 Alat ukur kwh meter
900 1x4 satu fasa 220 V dua kawat
1300 1x6
2200 1x10
3500 1x16
4400 1x20
3900 3x6 Alat ukur kwh meter
6600 3x10 tiga fasa 380 V empat kawat
10600 3x16
13200 3x20
16500 3x25
23000 3x35
33000 3x50
41500 3x63
53000 3x80
66000 3x100
82000 3x125 Alat ukur kwh meter tiga
105000 3x160 fasa 380 V empat kawat
131000 3x200 dengan trafo arus tegangan
147000 3x225 rendah
164000 3x250
197000 3x300
233000 3x353 Tarif tegangan rendah diatas
279000 3x425 200 kVA hanya disediakan
329000 3x500 untuk tarif R-4
414000 3x630
526000 3x800
630000 3x1000
(Sumber: Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik halaman 43 )

2.15.2 MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)

MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) merupakan salah satu alat pengaman

yang dalam proses operasinya mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai

alat untuk penghubung. Dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai

pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. (Prih Sumardjati, 2008).
38

Adapun gambar MCCB dapat dilihat pada gambar 2.13 sebagai berikut:

Gambar 2.13 MCCB

(Sumber: Teknik pemanfaatan tenaga listrik jilid 1)

2.16 AC (Air Conditioner)

Untuk mengetahui kebutuhan BTU yang digunakan dapat menggunakan

persamaan rumus:

LxWxHxIxE
Kebutuhan BTU = . .......................................................... (2.21)
60

Keterangan:

L = Panjang Ruangan (dalam feet)

W = Lebar Ruangan (dalam feet)

H = Tinggi Ruangan (dalam feet)

I = Nilai 10 jika ruang berinsulasi (berada dilantai bawah, atau berhimpit

dengan ruang lain). Nilai 18 jika ruang tidak berinsulasi (dilantai atas).

E = Nilai 16 jika dinding terpanjang menghadap utara; nilai 17 jika menghadap

timur; nilai 18 jika menghadap selatan; nilai 20 jika menghadap barat.

Air Conditioner merupakan sebuah alat yang mampu mengkondisikan udara.

Dengan kata lain, AC berfungsi sebagai penyejuk udara yang diinginkan (sejuk atau

dingin) dan nyaman bagi tubuh. Komponen AC dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu:

1. Kompresor, berfungsi untuk menyalurkan gas refrigeran ke seluruh sistem.


39

2. Kondensor, berfungsi sebagai alat penukar kalor, menurunkan temperatur refrigeran,

dan mengubah wujud refrigeran dari bentuk gas menjadi cair.

3. Pipa Kapiler, berfungsi menurunkan tekanan refrigeran dan mengatur aliran refrigeran

menuju evaporator. Fungsi utama pipa kapiler ini sangat vital karena menghubungkan

dua bagian tekanan yang berbeda, yaitu tekanan tinggi dan tekanan rendah.

4. Evaporator, berfungsi menyerap dan mengalirkan panas dari udara ke refrigeran.

(academia.edu/7626981/PENGERTIAN_AC).

Untuk menentukan kapasitas AC berdasarkan PK dapat dilihat pada tabel 2.12

sebagai berikut:

Tabel 2.12 Kapasitas AC berdasarkan PK

Kapasitas AC Kebutuhan BTU


AC 1/2 PK 5000 BTU/h
AC 3/4 PK 7000 BTU/h
AC 1 PK 9000 BTU/h
AC 1 1/2 PK 12000 BTU/h
AC 2 PK 18000 BTU/h
(Sumber:academia.edu/10024897/Cara_Menghitung_Kebutuhan_Daya_dan_Kapasitas_AC_A

ir_Conditioning_Berdasarkan_Volume_Ruang_yang_akan_digunakan)

2.17 Pembagian Beban

Untuk instalasi yang dihubungkan dengan tiga fasa, bebannya harus dibagi serata

mungkin atas masing-masing fasa. Instalasi diruangan yang memerlukan aliran listrik

dengan gangguan sekecil mungkin, harus dihubungkan dengan lebih dari satu rangkaian

akhir dan sedapat mungkin dengan fasa yang berbeda. Ini penting terutama untuk

gedung-gedung, dimana padamnya penerangan secara tiba-tiba dapat menimbulkan

panik. (P. Van Harten dan Ir. E. Setiawan, 1981).


BAB III

PERENCANAAN PEMBUATAN

3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Perencanaan instalasi penerangan ini akan dilaksanakan mulai tanggal 30 bulan

Januari sampai tanggal 26 bulan Mei tahun 2017, perencanaan instalasi penerangan ini

akan mengambil lokasi di Gedung Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur Samarinda

Seberang.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Untuk melaksanakan perencanaan instalasi penerangan ini diperlukan beberapa

data berupa hard copy yang meliputi:

a. Denah floor plan lantai dasar, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3.

b. Ukuran setiap ruangan di gedung Kejati Kaltim.

c. Warna dinding dan langit-langit setiap ruangan di gedung Kejati Kaltim.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Survei langsung ke lapangan

Untuk melaksanakan perencanaan instalasi penerangan ini perlu dilakukan

survei langsung ke lapangan agar penulis dapat mengetahui lokasi bangunan

gedung Kejati Kaltim yang dijadikan tempat buat perencanaan instalasi

penerangan.

b. Wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan

Wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan akan memudahkan

penulis untuk mendapatkan referensi maupun data-data yang dibutuhkan


41

dalam perencanaan instalasi penerangan.

c. Konsultasi dengan pembimbing

Untuk mengetahui kekurangan maupun kesalahan dalam perencanaan

instalasi penerangan maupun tata cara penulisan laporan tugas akhir maka

penulis perlu melakukan konsultasi dengan pembimbing agar kekurangan

maupun kesalahan dapat diperbaiki.


42

3.4 Desain Perencanaan (Flow Chart)


Mulai

Survei Lapangan

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data:
1. Gambar floor plan Gedung Kejati
Kaltim.
2. Mencari referensi dari Internet dan
buku-buku mengenai instalasi
penerangan.

Langkah Perencanaan:
1. Menghitung jumlah lampu, jumlah
beban
2. Menentukan pembagian grup
3. Menghitung pengaman, penghantar
sirkit akhir dan sirkit cabang serta sirkit
utama untuk beban (lampu, dan kotak
kontak) maupun AC.

Tidak Menganalisa hasil


perhitungan apakah
sudah benar?

Ya

Penyelesaian perhitungan

Kesimpulan

Laporan Tugas Akhir selesai

Gambar 3.1 Flowchart Perencanaan Instalasi Penerangan Gedung Kejati Kaltim


43

3.5 Data Ruangan

Pada gedung Kejati Kaltim terdapat beberapa ruangan yang memiliki ukuran

yang berbeda. Adapun jumlah ruangan, dan ukuran setiap ruangan pada lantai dasar

seperti pada tabel 3.1, untuk lantai 1 seperti pada tabel 3.2, untuk lantai 2 seperti pada

tabel 3.3, sedangkan untuk lantai 3 seperti pada tabel 3.4.

Tabel 3.1 Data Ruangan Kejati Kaltim Lantai Dasar


Jumlah P L T A Warna Warna
No Ruangan
Ruangan (m) (m) (m) (m2) Plafon Dinding
1 Area Parkir 1 1 10 18 3 180 Putih Putih
2 Tangga 1 5 2.72 3.7 13.6 Putih Putih
3 R. Lift 1 2.5 2.3 3 5.75 Putih Putih
4 Koridor Lift 1 10 2 3 20 Putih Putih
5 Koridor Tangga 1 3 1.28 3 3.84 Putih Putih
6 Toilet 2 4.77 4 3 19.08 Putih Putih
7 Area Parkir 2 1 5 6 3 30 Putih Putih
8 Area Parkir 3 1 5 12 3 60 Putih Putih
9 Area Parkir 4 1 5 18 3 90 Putih Putih
10 R. Panel 1 2.5 2.5 3 6.25 Putih Putih
11 R. Pompa 1 1 2.5 2.5 3 6.25 Putih Putih
12 R. Pompa 2 1 2.5 3.5 3 8.75 Putih Putih

Tabel 3.2 Data Ruangan Kejati Kaltim Lantai 1


Jumlah P L T A Warna Warna
No Ruangan 2
Ruangan (m) (m) (m) (m ) Plafon Dinding
1 R. Istirahat 1 + Toilet 1 5 3.27 4 16.35 Putih Putih
2 R. Tunggu 1 5 3.27 4 16.35 Putih Putih
3 Tangga 1 1 5 2.72 4.8 13.6 Putih Putih
4 Koridor Lift 1 5 1.4 4 7 Putih Putih
5 Koridor Tangga 1 3 1.88 4 5.64 Putih Putih
6 Toilet 2 4.77 4 4 19.08 Putih Putih
7 Tangga 2 1 5 3 4.9 15 Putih Putih
8 Office Boy 1 2 5 4 10 Putih Putih
9 R. Istirahat 2 + Toilet 1 3 5 4 15 Putih Putih
10 R. Kerja Kepala Kejaksaan 1 5 8.73 4 43.65 Putih Putih
11 R. Ajudan + R. Sekretaris 1 5 8.73 4 43.65 Putih Putih
12 Resepsionis 1 5 6 4 30 Putih Putih
13 Koridor Utama 1 5 6 4 30 Putih Putih
44

R.Kerja Wakil Kepala


14 1 5 7 4 35 Putih Putih
Kejaksaan
R. Rapat dan
15 1 10 6 4 60 Putih Putih
Teleconference
16 Teras 1 1 5 6 4 30 Putih Putih
17 Teras 2 1 2.3 6 4 13.8 Putih Putih
R. Tunggu Tamu +
18 1 4.17 6 4 25.02 Putih Putih
Sekretaris + R. Ajudan
19 R. Rapat Waka 1 3.55 6 4 21.3 Putih Putih

Tabel 3.3 Data Ruangan Kejati Kaltim Lantai 2


Jumlah P L T A Warna Warna
No Ruangan
Ruangan (m) (m) (m) (m2) Plafon Dinding
1 R. Dosir 1 3.73 3.35 4 12.49 Putih Putih
2 Toilet 1 1.5 3.35 4 5.02 Putih Putih
Kasubag
3 1 5 2.65 4 13.25 Putih Putih
Kepegawaian
4 R. Asisten Pembinaan 1 5 6.2 4 31 Putih Putih
5 Tangga 1 1 5 2.72 5.8 13.6 Putih Putih
6 Koridor Lift 1 5 1.4 4 7 Putih Putih
7 Koridor Tangga 1 3 1.88 4 5.64 Putih Putih
8 Toilet 2 4.77 4 4 19.08 Putih Putih
9 Tangga 2 1 5 3 5.9 15 Putih Putih
10 R. KTU 1 5 5.2 4 26 Putih Putih
11 Staf Kepegawaian 1 1 10 6 4 60 Putih Putih
12 Kasubag Keuangan 1 5 3 4 15 Putih Putih
13 Bendahara 1 5 3 4 15 Putih Putih
14 Staf Kepegawaian 2 1 5 6 4 30 Putih Putih
15 Koridor Utama 1 10 2 4 20 Putih Putih
16 Koridor R. Staff 1 2 3.2 4 6.4 Putih Putih
17 Kasubag Surat 1 5 3 4 15 Putih Putih
Kasubag Keamanan
18 1 5 3 4 15 Putih Putih
Dalam
19 R. Staff 1 5 12 4 60 Putih Putih

Tabel 3.4 Data Ruangan Kejati Kaltim Lantai 3


Jumlah P L T A Warna Warna
No Ruangan
Ruangan (m) (m) (m) (m2) Plafon Dinding
1 R. Sound Sistem 1 10 2.72 4 27.2 Putih Putih
2 Panggung 1 10 3.5 4 35 Putih Putih
3 Koridor Lift 1 5 1.4 4 7 Putih Putih
4 Koridor Tangga 1 3 1.88 4 5.64 Putih Putih
5 Toilet 2 4.77 4 4 19.08 Putih Putih
6 Kasubag Umum 1 5 3.27 4 16.35 Putih Putih
45

Koridor Kasubag
7 1 2.5 2.95 4 7.37 Putih Putih
Umum
8 R. Persediaan 1 2.5 2.95 4 7.37 Putih Putih
9 Aula Kejati 1 10 12 4 120 Putih Putih
10 Koridor Utama 1 10 6 4 60 Putih Putih
11 R. Jaksa Fungsional 1 5 6 4 30 Putih Putih
12 R. Arsip 1 5 6 4 30 Putih Putih
13 R. Staff 1 5 12 4 60 Putih Putih

Keterangan:

P: Panjang Ruangan (m)

L: Lebar Ruangan (m)

T: Tinggi Ruangan (m)

A: Luas Ruangan (m )

Skala yang digunakan 1:150


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tipe Penerangan

Tipe penerangan yang digunakan pada Gedung Kejati Kaltim Samarinda

Seberang adalah tipe penerangan langsung dengan warna dinding putih dan warna langit-

langit (plafon) putih yang menggunakan armatur palung untuk lampu TL dan armatur

downlight untuk lampu LED.

4.2 Penentuan Jumlah Titik Lampu

Dalam menentukan jumlah titik lampu yang diperlukan, terlebih dahulu dapat

mengetahui ukuran ruangan seperti panjang, lebar, dan tinggi untuk memudahkan dalam

melakukan perhitungan jumlah titik lampu yang diperlukan dalam suatu ruangan.

Adapun cara menentukan jumlah titik lampu yang diperlukan dalam suatu ruangan

adalah sebagai berikut:

4.2.1 Penentuan Jumlah Titik Lampu Pada Lantai Dasar Gedung Kejati Kaltim

1. Area Parkir 1

Pada area parkir, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar 100 lux

dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) = 10 m

Lebar ruangan (l) = 18 m

Tinggi ruangan (t) =3m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 10 m x 18 m = 180 m2

Berdasarkan pada tabel 2.5 halaman 13, maka dalam perhitungan digunakan faktor

refleksi: rp (warna langit-langit putih) = 0,7


47

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb → 3 m – 0,8 m = 2,2 m

Indeks ruangan (k) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

pxl 10 x 18 180
k= = = = 2,92
h(p+l) 2,2(10+18) 61,6

Efisiensi penerangan dari indeks ruangan dapat dilihat pada tabel 2.5 halaman 13

Untuk k1 = 2,5 → η1 = 0,59

Untuk k2 = 3 → η2 = 0,61

Karena dalam tabel 2.5 tersebut tidak terdapat efisiensi penerangan untuk k = 2,92 maka

ditentukan dengan interpolasi yang menggunakan persamaan sebagai berikut:

k - k1
η = η1 + k2 - k1 (η2 – η1)

2,92 - 2,5
η = 0,59 + 3 - 2,5 (0,61 – 0,59) = 0,6068

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ExA 100 x 180 18000


φ0 = = = = 29663,81 lm
η 0,6068 0,6068

Menentukan fluks armatur dengan menggunakan efikasi 78 lm/w dan lampu TL 2 x 40

w dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ armatur = P x efikasi = 80 w x 78 lm/w = 6200 lm

Menentukan jumlah armatur dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah armatur dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 100 x 180 18000


narmatur = = = = 5,98 armatur
φarmatur x η x d 6200 x 0,6068 x 0,8 3009,728
48

Jadi, jumlah armatur yang digunakan pada area parkir 1 adalah 6 armatur dengan

menggunakan lampu TL 2 x 40 w.

2. Tangga

Pada tangga, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar 150 lux

dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) =5m

Lebar ruangan (l) = 2,72 m

Tinggi ruangan (t) = 3,7 m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 5 m x 2,72 m = 13,6 m2

Faktor refleksi

rp (warna langit-langit putih) = 0,7

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb → 3,7 m – 0,8 m = 2,9 m

Karena untuk tangga, penulis menggunakan lampu LED maka efisiensi penerangan

lampu LED adalah sebagai berikut: η = 0,9

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ExA 150 x 13,6 2040


φ0 = = = = 2266,67 lm
η 0,9 0,9

Menentukan fluks lampu dengan menggunakan efikasi 107,7 lm/w dan lampu LED 13 w

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ lampu = P x efikasi = 13 w x 107,7 lm/w = 1400 lm

Menentukan jumlah lampu dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk
49

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah lampu dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 150 x 13,6 2040


nlampu = = = = 2,023 lampu
φlampu x η x d 1400 x 0,9 x 0,8 1008

Jadi, jumlah lampu yang digunakan pada tangga adalah 2 lampu dengan menggunakan

lampu LED 13 w.

3. Ruang Lift (R. Lift)

Pada R. Lift, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar 150 lux

dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) = 2,5 m

Lebar ruangan (l) = 2,3 m

Tinggi ruangan (t) =3m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 2,5 m x 2,3 m = 5,75 m2

Faktor refleksi

rp (warna langit-langit putih) = 0,7

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb → 3 m – 0,8 m = 2,2 m

Karena untuk R. Lift, penulis menggunakan lampu LED maka efisiensi penerangan

lampu LED adalah sebagai berikut:

η = 0,9

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

ExA 150 x 5,75 862,5


berikut: φ0 = = = = 958,33 lm
η 0,9 0,9
50

Menentukan fluks lampu dengan menggunakan efikasi 107,7 lm/w dan lampu LED 13 w

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ lampu = P x efikasi = 13 w x 107,7 lm/w = 1400 lm

Menentukan jumlah lampu dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah lampu dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 150 x 5,75 862,5


nlampu = = = = 0,855 lampu
φlampu x η x d 1400 x 0,9 x 0,8 1008

Jadi, jumlah lampu yang digunakan pada R. Lift adalah 1 lampu dengan menggunakan

lampu LED 13 w.

Dengan cara yang sama seperti 4.2.1, maka didapat jumlah titik lampu untuk ruangan

pada lantai dasar seperti pada tabel 4.1

4.2.2 Penentuan Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 1 Gedung Kejati Kaltim

1. Ruang Istirahat 1 + toilet

Pada Ruang Istirahat 1 + toilet, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan

sebesar 250 lux dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) =5m

Lebar ruangan (l) = 3,27 m

Tinggi ruangan (t) =4m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 5 m x 3,27 m = 16,35 m2

rp (warna langit-langit putih) = 0,7

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h): h = T – tb → 4 m – 0,8

m = 3,2 m
51
Tabel 4.1 Jumlah Titik Lampu Pada Lantai Dasar
52

Karena untuk Ruang Istirahat 1 + toilet, penulis menggunakan lampu LED maka efisiensi

penerangan lampu LED adalah sebagai berikut: η = 0,9

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ExA 250 x 16,35 4087,5


φ0 = = = = 4541,67 lm
η 0,9 0,9

Menentukan fluks lampu dengan menggunakan efikasi 107,7 lm/w dan lampu LED 13 w

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ lampu = P x efikasi = 13 w x 107,7 lm/w = 1400 lm

Menentukan jumlah lampu dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah lampu dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 250 x 16,35 4087,5


nlampu = = = = 4,055 lampu
φlampu x η x d 1400 x 0,9 x 0,8 1008

Jadi, jumlah lampu yang digunakan pada Ruang Istirahat + toilet adalah 4 lampu dengan

menggunakan lampu LED 13 w.

2. Ruang Tunggu (R. Tunggu)

Pada R. Tunggu, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar 150 lux

dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) =5m

Lebar ruangan (l) = 3,27 m

Tinggi ruangan (t) =4m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 5 m x 3,27 m = 16,35 m2

Faktor refleksi

rp (warna langit-langit putih) = 0,7


53

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb → 4 m – 0,8 m = 3,2 m

Indeks ruangan (k) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

pxl 5 x 3,27 16,35


k= = = = 0,617
h(p+l) 3,2(5+3,27) 26,464

Efisiensi penerangan dari indeks ruangan dapat dilihat pada tabel 2.5 halaman 13

Untuk k1 = 0,6 → η1 = 0,3

Untuk k2 = 0,8 → η2 = 0,38

Karena dalam tabel 2.5 tersebut tidak terdapat efisiensi penerangan untuk k = 0,617 maka

ditentukan dengan interpolasi yang menggunakan persamaan sebagai berikut:

k - k1 0,617 - 0,6
η = η1 + k2 - k1 (η2 – η1) = 0,3 + 0,8 - 0,6 (0,38 – 0,3) = 0,3068

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ExA 150 x 16,35 2452,5


φ0 = = = = 7993,807 lm
η 0,3068 0,3068

Menentukan fluks armatur dengan menggunakan efikasi 78 lm/w dan lampu TL 2 x 40

w dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ armatur = P x efikasi = 80 w x 78 lm/w = 6200 lm

Menentukan jumlah armatur dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah armatur dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 150 x 16,35 2452,5


narmatur = = = = 1,611 armatur
φarmatur x η x d 6200 x 0,3068 x 0,8 1521,728

Jadi, jumlah armatur yang digunakan pada R. Tunggu adalah 2 armatur dengan menggun
54

akan lampu TL 2 x 40 w.

3. Koridor Lift

Pada koridor lift, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar 200 lux

dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) =5m

Lebar ruangan (l) = 1,4 m

Tinggi ruangan (t) =4m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 5 m x 1,4 m = 7 m2

Faktor refleksi

rp (warna langit-langit putih) = 0,7

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb → 4 m – 0,8 m = 3,2 m

Karena untuk koridor lift, penulis menggunakan lampu LED maka efisiensi penerangan

lampu LED adalah sebagai berikut: η = 0,9

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ExA 200 x 7 1400


φ0 = = = = 1555,55 lm
η 0,9 0,9

Menentukan fluks lampu dengan menggunakan efikasi 107,7 lm/w dan lampu LED 13 w

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ lampu = P x efikasi = 13 w x 107,7 lm/w = 1400 lm

Menentukan jumlah lampu dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah lampu dapat dihitung dengan menggunakan
55

persamaan sebagai berikut:

ExA 200 x 7 1400


nlampu = = = = 1,388 lampu
φlampu x η x d 1400 x 0,9 x 0,8 1008

Jadi, jumlah lampu yang digunakan pada koridor lift adalah 1 lampu dengan

menggunakan lampu LED 13 w. Dengan cara yang sama seperti 4.2.2, maka didapat

jumlah titik lampu untuk ruangan pada lantai 1 seperti pada tabel 4.2.

4.2.3 Penentuan Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 2 Gedung Kejati Kaltim

1. Ruang Dosir (R. Dosir)

Pada R. Dosir, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar 150 lux

dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) = 3,7 m

Lebar ruangan (l) = 3,35 m

Tinggi ruangan (t) =4m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 3,7 m x 3,35 m = 12,395 m2

Faktor refleksi

rp (warna langit-langit putih) = 0,7

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb → 4 m – 0,8 m = 3,2 m

Indeks ruangan (k) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

pxl 3,7 x 3,35 12,395


k= = = = 0,549
h(p+l) 3,2(3,7+3,35) 22,56

Efisiensi penerangan dari indeks ruangan dapat dilihat pada tabel 2.5 halaman 13

Untuk k1 = 0,5 → η1 = 0,26 ; Untuk k2 = 0,6 → η2 = 0,3


56
Tabel 4.2 Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 1
57

Karena dalam tabel 2.5 tersebut tidak terdapat efisiensi penerangan untuk k = 0,549 maka

ditentukan dengan interpolasi yang menggunakan persamaan sebagai berikut:

k - k1
η = η1 + k2 - k1 (η2 – η1)

0,549 - 0,5
η = 0,26 + 0,6 - 0,5 (0,3 – 0,26) = 0,2796

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ExA 150 x 12,395 1859,25


φ0 = = = = 6649,678 lm
η 0,2796 0,2796

Menentukan fluks armatur dengan menggunakan efikasi 78 lm/w dan lampu TL 2 x 40

w dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ armatur = P x efikasi = 80 w x 78 lm/w = 6200 lm

Menentukan jumlah armatur dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah armatur dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 150 x 12,395 1859,25


narmatur = = = = 1,34 armatur
φarmatur x η x d 6200 x 0,2796 x 0,8 1386,816

Jadi, jumlah armatur yang digunakan pada R. Dosir adalah 1 armatur dengan

menggunakan lampu TL 2 x 40 w.

2. Toilet

Pada toilet, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar 250 lux

dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) = 1,5 m

Lebar ruangan (l) = 3,35 m

Tinggi ruangan (t) =4m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m


58

Luas ruangan (A) = p x l = 1,5 m x 3,35 m = 5,025 m2

Faktor refleksi

rp (warna langit-langit putih) = 0,7

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb → 4 m – 0,8 m = 3,2 m

Karena untuk toilet, penulis menggunakan lampu LED maka efisiensi penerangan lampu

LED adalah sebagai berikut:

η = 0,9

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ExA 250 x 5,025 1256,25


φ0 = = = = 1395,83 lm
η 0,9 0,9

Menentukan fluks lampu dengan menggunakan efikasi 107,7 lm/w dan lampu LED 13 w

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ lampu = P x efikasi = 13 w x 107,7 lm/w = 1400 lm

Menentukan jumlah lampu dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah lampu dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 250 x 5,025 1256,25


nlampu = = = = 1,246 lampu
φlampu x η x d 1400 x 0,9 x 0,8 1008

Jadi, jumlah lampu yang digunakan pada toilet adalah 1 lampu dengan menggunakan

lampu LED 13 w.

3. Kasubag Kepegawaian

Pada Kasubag Kepegawaian, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan se


59

besar 350 lux dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) =5m

Lebar ruangan (l) = 2,65 m

Tinggi ruangan (t) =4m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 5 m x 2,65 m = 13,25 m2

Faktor refleksi

rp (warna langit-langit putih) = 0,7

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb → 4 m – 0,8 m = 3,2 m

Indeks ruangan (k) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

pxl 5 x 2,65 13,25


k= = = = 0,541
h(p+l) 3,2(5+2,65) 24,48

Efisiensi penerangan dari indeks ruangan dapat dilihat pada tabel 2.5 halaman 13

Untuk k1 = 0,5 → η1 = 0,26

Untuk k2 = 0,6 → η2 = 0,3

Karena dalam tabel 2.5 tersebut tidak terdapat efisiensi penerangan untuk k = 0,541 maka

ditentukan dengan interpolasi yang menggunakan persamaan sebagai berikut:

k - k1
η = η1 + k2 - k1 (η2 – η1)

0,541 - 0,5
η = 0,26 + 0,6 - 0,5 (0,3 – 0,26) = 0,2764

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

ExA 350 x 13,25 4637,5


berikut: φ0 = = = = 16778,219 lm
η 0,2764 0,2764
60

Menentukan fluks armatur dengan menggunakan efikasi 78 lm/w dan lampu TL 2 x 40

w dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ armatur = P x efikasi = 80 w x 78 lm/w = 6200 lm

Menentukan jumlah armatur dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah armatur dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 350 x 13,25 4637,5


narmatur = = = = 3,382 armatur
φarmatur x η x d 6200 x 0,2764 x 0,8 1370,944

Jadi, jumlah armatur yang digunakan pada Kasubag Kepegawaian adalah 3 armatur

dengan menggunakan lampu TL 2 x 40 w.

Dengan cara yang sama seperti 4.2.3, maka didapat jumlah titik lampu untuk ruangan

pada lantai 2 seperti 4.3.

4.2.4 Penentuan Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 3 Gedung Kejati Kaltim

1. Ruang Sound Sistem (R. Sound Sistem)

Pada R. Sound Sistem, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar

250 lux dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) = 10 m

Lebar ruangan (l) = 2,72 m

Tinggi ruangan (t) =4m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 10 m x 2,72 m = 27,2 m2

Faktor refleksi

rp (warna langit-langit putih)= 0,7 ; rw (warna dinding putih)= 0,5 ; rm (warna lantai)=

0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb = 4 m – 0,8 m = 3,2 m
61

Indeks ruangan (k) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

pxl 10 x 2,72 27,2


k= = = = 0,668
h(p+l) 3,2(10+2,72) 40,704

Efisiensi penerangan dari indeks ruangan dapat dilihat pada tabel 2.5 halaman 13

Untuk k1 = 0,6 → η1 = 0,3

Untuk k2 = 0,8 → η2 = 0,38

Karena dalam tabel 2.5 tersebut tidak terdapat efisiensi penerangan untuk k = 0,668 maka

ditentukan dengan interpolasi yang menggunakan persamaan sebagai berikut:

k - k1
η = η1 + k2 - k1 (η2 – η1)

0,668 - 0,6
η = 0,3 + 0,8 - 0,6 (0,38 – 0,3) = 0,3272

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ExA 250 x 27,2 6800


φ0 = = = = 20782,396 lm
η 0,3272 0,3272

Menentukan fluks armatur dengan menggunakan efikasi 78 lm/w dan lampu TL 2 x 40

w dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ armatur = P x efikasi = 80 w x 78 lm/w = 6200 lm

Menentukan jumlah armatur dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah armatur dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 250 x 27,2 6800


narmatur = = = = 4,189 armatur
φarmatur x η x d 6200 x 0,3272 x 0,8 1622,912

Jadi, jumlah armatur yang digunakan pada R. Sound Sistem adalah 4 armatur dengan

menggunakan lampu TL 2 x 40 w.

2. Panggung

Pada Panggung, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar 200 lux
62
Tabel 4.3 Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 2
63

dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) = 10 m

Lebar ruangan (l) = 3,5 m

Tinggi ruangan (t) =4m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 10 m x 3,5 m = 35 m2

Faktor refleksi

rp (warna langit-langit putih) = 0,7

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb → 4 m – 0,8 m = 3,2 m

Indeks ruangan (k) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

pxl 10 x 3,5 35
k= = = = 0,81
h(p+l) 3,2(10+3,5) 43,2

Efisiensi penerangan dari indeks ruangan dapat dilihat pada tabel 2.5 halaman 13

Untuk k1 = 0,8 → η1 = 0,38

Untuk k2 = 1 → η2 = 0,43

Karena dalam tabel 2.5 tersebut tidak terdapat efisiensi penerangan untuk k = 0,81 maka

ditentukan dengan interpolasi yang menggunakan persamaan sebagai berikut:

k - k1
η = η1 + k2 - k1 (η2 – η1)

0,81 - 0,8
η = 0,38 + 1 - 0,8 (0,43 – 0,38) = 0,3825

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

ExA 200 x 35 7000


berikut: φ0 = = = = 18300,653 lm
η 0,3825 0,3825
64

Menentukan fluks armatur dengan menggunakan efikasi 78 lm/w dan lampu TL 2 x 40w

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ armatur = P x efikasi = 80 w x 78 lm/w = 6200 lm

Menentukan jumlah armatur dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah armatur dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 200 x 35 7000


narmatur = = = = 3,689 armatur
φarmatur x η x d 6200 x 0,3825 x 0,8 1897,2

Jadi, jumlah armatur yang digunakan pada Panggung adalah 4 armatur dengan

menggunakan lampu TL 2 x 40 w.

3. Ruang Staff (R. Staff)

Pada R. Staff, intensitas penerangan (E) yang penulis gunakan sebesar 250 lux

dengan data ruangan sebagai berikut:

Panjang ruangan (p) =5m

Lebar ruangan (l) = 12 m

Tinggi ruangan (t) =4m

Tinggi bidang kerja (tb) = 0,8 m

Luas ruangan (A) = p x l = 5 m x 12 m = 60 m2

rp (warna langit-langit putih) = 0,7

rw (warna dinding putih) = 0,5

rm (warna lantai) = 0,1

Untuk menentukan tinggi sumber cahaya dari bidang kerja (h):

h = T – tb = 4 m – 0,8 m = 3,2 m

Indeks ruangan (k) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

pxl 5 x 12 60
k= = = = 1,102
h(p+l) 3,2(5+12) 54,4
65

Efisiensi penerangan dari indeks ruangan dapat dilihat pada tabel 2.5 halaman 13

Untuk k1 = 1 → η1 = 0,43 ; untuk k2 = 1,2 → η2 = 0,47

Karena dalam tabel 2.5 tersebut tidak terdapat efisiensi penerangan untuk k = 0,81 maka

ditentukan dengan interpolasi yang menggunakan persamaan sebagai berikut:

k - k1
η = η1 + k2 - k1 (η2 – η1)

1,102 - 1
η = 0,43 + 1,2 - 1 (0,47 – 0,43) = 0,4504

Menentukan fluks cahaya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut:

ExA 250 x 60 15000


φ0 = = = = 33303,73 lm
η 0,4504 0,4504

Menentukan fluks armatur dengan menggunakan efikasi 78 lm/w dan lampu TL 2 x 40

w dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

φ armatur = P x efikasi = 80 w x 78 lm/w = 6200 lm

Menentukan jumlah armatur dengan faktor depresiasi masa pemeliharaan 2 tahun untuk

pengotoran ringan 0,8 sehingga jumlah armatur dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

ExA 250 x 60 15000


narmatur = = = = 6,714 armatur
φarmatur x η x d 6200 x 0,4504 x 0,8 2233,984

Jadi, jumlah armatur yang digunakan pada R.Staff adalah 6 armatur dengan

menggunakan lampu TL 2 x 40 w.

Dengan cara yang sama seperti 4.2.4, maka didapat jumlah titik lampu untuk ruangan

pada lantai 3 seperti pada tabel 4.4.

4.3 Perhitungan Jumlah Beban

Perhitungan jumlah beban dihitung berdasarkan jumlah lampu TL, jumlah lampu

LED, jumlah KKB (Kotak Kontak Biasa), dan jumlah AC yang terdapat pada ruangan.
66
Tabel 4.4 Jumlah Titik Lampu Pada Lantai 3
67

Adapun cara menentukan jumlah beban pada ruangan adalah sebagai berikut:

1. Ruang Tunggu ( Lantai 1)

Jumlah Lampu TL 2 x 40 w = 2 armatur = 160 w

Mencari Daya Semu Lampu TL 2 x 40 w, faktor daya = 0,8

P 160 w
S= = = 200 VA
Cos φ 0,8

Jumlah KKB = 1 x 250 VA = 250 VA

1
Jumlah AC 1 pk pada Ruang Tunggu adalah 1 unit, maka:
2

1
AC 1 pk = 1,5 pk x 746 w = 1119 w
2

1
Mencari Daya Semu AC 1 pk, faktor daya = 0,8
2

P 1119 w
S= = = 1399 VA
Cos φ 0,8

STotal = SLampu TL + SKKB + SAC

= 200 VA + 250 VA + 1399 VA

= 1849 VA

Dengan cara yang sama seperti Ruang Tunggu maka didapat hasil perhitungan jumlah

beban untuk ruangan pada lantai dasar, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 seperti yang

ditunjukkan pada tabel 4.5, tabel 4.6, tabel 4.7, dan tabel 4.8.

4.4 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir

Untuk menentukan pengaman dan luas penampang penghantar yang digunakan untuk

suatu beban, maka terlebih dahulu harus diketahui arus nominal beban yang dilayani.

Dan untuk perhitungan pengaman dan penghantar pada sirkit akhir adalah sebagai

berikut:

Grup 1 Fasa R (Lantai Dasar)

Beban untuk Area Parkir 1, R. Lift, Koridor tangga, Tangga, Toilet


68
Tabel 4.5 Perhitungan Jumlah Beban Lantai Dasar
69
Tabel 4.6 Perhitungan Jumlah Beban Lantai 1
70
Tabel 4.7 Perhitungan Jumlah Beban Lantai 2
71
Tabel 4.8 Perhitungan Jumlah Beban Lantai 3
72

Lampu TL 2 x 40 w = 2 armatur = 200 VA

Lampu LED 13 w = 9 lampu = 146,25 VA

Jadi, total beban grup 1 fasa R adalah 346,25 VA.

Pengaman menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

S 346,25 VA
In = = = 1,573 A
V 220 V

Berdasarkan arus nominal yang diperoleh, maka pengaman yang digunakan pada grup 1

fasa R adalah MCB 1 fasa 2 A.

Untuk penghantar menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

KHA = 125% x In = 1,25 x 1,573 A = 1,966 A

Berdasarkan KHA yang diperoleh, maka penghantar yang digunakan pada grup 1 fasa R

adalah kabel NYA 2,5 mm2.

Dengan cara yang sama pada grup 1 fasa R, maka didapat hasil pengaman dan penghantar

sirkit akhir yang akan digunakan pada setiap grup untuk lantai dasar, lantai 1, lantai 2,

dan lantai 3 seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.9, tabel 4.10, tabel 4.11, dan tabel 4.12.

4.5 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir AC

Perhitungan beban, pengaman, dan penghantar sirkit akhir AC adalah sebagai

berikut:

Grup 1 Fasa R (Lantai 1)

Beban untuk R. Kerja Wakil Kepala Kejaksaan

1
AC 1 pk = 2 unit = 2798 VA. Jadi, total beban grup 1 fasa R adalah 2798 VA.
2

Pengaman menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

S 2798 VA
In = = = 12,718 A
V 220 V

Berdasarkan arus nominal yang diperoleh, maka pengaman yang digunakan pada grup 1

fasa R adalah MCB 1 fasa 16 A.


73
Tabel 4.9 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Lantai Dasar
74
Tabel 4.10 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Lantai 1
75
Tabel 4.11 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Lantai 2
76
Tabel 4.12 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir Lantai 3
77

Untuk penghantar menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

KHA = 125% x In = 1,25 x 12,718 A = 15,897 A

Berdasarkan KHA yang diperoleh, maka penghantar yang digunakan pada grup 1 fasa R

adalah kabel NYM 3 x 2,5 mm2.

Dengan cara yang sama pada grup 1 fasa R, maka didapat hasil pengaman dan penghantar

sirkit akhir yang akan digunakan untuk AC pada setiap grup lantai 1, lantai 2, dan lantai

3 seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.13, tabel 4.14, dan tabel 4.15.

Tabel 4.13 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir AC Lantai 1

Jumlah Titik Beban AC Beban AC (VA) Jumlah Beban (VA) In KHA MCB 1 fasa NYM
Grup
1 1/2 pk 2 pk 1 1/2 pk 2 pk R S T (A) (A) (A) (mm2)
37 2 2798 2798 12.7182 15.8977 16 3 x 2.5
38 1 1865 1865 8.47727 10.5966 10 3 x 2.5
39 1 1865 1865 8.47727 10.5966 10 3 x 2.5
40 1 1865 1865 8.47727 10.5966 10 3 x 2.5
41 1 1865 1865 8.47727 10.5966 10 3 x 2.5
42 1 1865 1865 8.47727 10.5966 10 3 x 2.5
43 1 1865 1865 8.47727 10.5966 10 3 x 2.5
44 1 1865 1865 8.47727 10.5966 10 3 x 2.5
45 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
Total 3 7 4197 13055 6528 5595 5129

Tabel 4.14 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir AC Lantai 2

Jumlah Titik Beban AC Beban AC (VA) Jumlah Beban (VA) In KHA MCB 1 fasa NYM
Grup 2
1 1/2 pk 2 pk 1 1/2 pk 2 pk R S T (A) (A) (A) (mm )
46 1 1865 1865 8.47727 10.5966 10 3 x 2.5
47 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
48 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
49 1 1865 1865 8.47727 10.5966 10 3 x 2.5
50 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
51 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
52 1 1399 1399 6.35909 10.5966 10 3 x 2.5
53 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
54 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
Total 7 2 9793 3730 4663 4663 4197
78

Tabel 4.15 Perhitungan Beban, Pengaman dan Penghantar Sirkit Akhir AC Lantai 3

Jumlah Titik Beban AC Beban AC (VA) Jumlah Beban (VA) In KHA MCB 1 fasa NYM
Grup 2
1 1/2 pk 2 pk 1 1/2 pk 2 pk R S T (A) (A) (A) (mm )
55 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
56 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
57 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
58 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
59 1 1399 1399 6.35909 7.94886 10 3 x 2.5
Total 5 6995 2798 2798 1399
4.6 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Sirkit Cabang

Perhitungan pengaman, dan penghantar sirkit cabang adalah sebagai berikut:

Fasa R, S, dan T (Lantai Dasar)

Jumah beban pada fasa R diketahui adalah 896,25 VA

Jumlah beban pada fasa S diketahui adalah 850 VA

Jumlah beban pada fasa T diketahui adalah 850 VA

Jadi, total beban fasa R, S, dan T adalah 2596,25 VA.

Pengaman menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

S 2596,25 VA
In = = = 3,944 A
√3 x V 658.179 V

Berdasarkan arus nominal yang diperoleh, maka pengaman yang digunakan pada sirkit

cabang adalah MCB 3 fasa 6 A.

Untuk penghantar menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

KHA = 125% x In = 1,25 x 3,944 A = 4,93 A

Berdasarkan KHA yang diperoleh, maka penghantar yang digunakan pada sirkit cabang

adalah kabel NYM 3 x 2,5 mm2.


79

Dengan cara yang sama pada fasa R, S, dan T diatas maka didapat hasil pengaman dan

penghantar sirkit cabang yang akan digunakan pada lantai dasar, lantai 1, lantai 2, dan

lantai 3 seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.16.

Tabel 4.16 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Sirkit Cabang Lantai Dasar, Lantai

1, Lantai 2, dan Lantai 3

Jumlah Beban
In KHA MCB NYM
(VA)
Tingkatan
3 fasa
Fasa R, S, dan T (A) (A) (mm2)
(A)
Lantai Dasar 2596.25 3.944 4.93 6 3 x 2.5
Lantai 1 10641.25 16.167 20.2 20 3x4
Lantai 2 11558.75 17.561 21.9 20 3x4
Lantai 3 6996.25 10.629 13.2 16 3 x 2.5

4.7 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Sirkit Cabang AC

Perhitungan pengaman, dan penghantar sirkit cabang AC adalah sebagai berikut:

Fasa R, S, dan T (Lantai 1)

Jumah beban pada fasa R diketahui adalah 6528 VA

Jumlah beban pada fasa S diketahui adalah 5595 VA

Jumlah beban pada fasa T diketahui adalah 5129 VA

Jadi, total beban fasa R, S, dan T adalah 17252 VA.

Pengaman menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

S 17252 VA
In = = = 26,211 A
√3 x V 658.179 V

Berdasarkan arus nominal yang diperoleh, maka pengaman yang digunakan pada sirkit

cabang AC adalah MCB 3 fasa 32 A.

Untuk penghantar menggunakan persamaan rumus sebagai berikut:

KHA = 125% x In = 1,25 x 26,211 A = 32,763 A.


80

Berdasarkan KHA yang diperoleh, maka penghantar yang digunakan pada sirkit cabang

AC adalah kabel NYM 3 x 6 mm2.

Dengan cara yang sama pada fasa R, S, dan T diatas maka didapat hasil pengaman dan

penghantar sirkit cabang AC yang akan digunakan pada lantai 1, lantai 2, dan lantai 3

seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.17.

Tabel 4.17 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Sirkit Cabang AC Lantai 1, Lantai 2,

dan Lantai 3

Jumlah Beban AC
In KHA MCB NYM
(VA)
Tingkatan 3
Fasa R, S, dan T (A) (A) fasa (mm2)
(A)
Lantai 1 17252 26.21 32.76 32 3x6

Lantai 2 13523 20.54 25.68 25 3x6

Lantai 3 6995 10.62 13.28 16 3 x 2.5

4.8 Perhitungan Pengaman dan Penghantar Utama Gedung Kejati Kaltim

Untuk mengetahui besar daya total, dapat diketahui dari penjumlahan seluruh

jumlah beban (lampu, kotak kontak, maupun AC) pada setiap lantai gedung Kejati Kaltim

seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.18.

Tabel 4.18 Menentukan Besar Daya Total

Tingkatan Lantai Dasar Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Total Daya


Jumlah Beban (VA)
2596.25 10641.25 11558.75 6996.25 31792.5
Fasa R, S, dan T
Jumlah Beban AC (VA)
17252 13523 6995 37770
Fasa R, S, dan T
Total 2596.25 27893.25 25081.75 13991.25 69562.5
81

Perhitungan pengaman dan penghantar utama pada Gedung Kejati Kaltim adalah

sebagai berikut:

S 69562,5 VA
In = = = 105,68 A
√3 x V √3 x 380 V

Jadi, pengaman utama pada Gedung Kejati Kaltim yang digunakan adalah MCCB 125 A.

Sedangkan penghantar utama dapat ditentukan dengan persamaan rumus sebagai berikut:

KHA = 125% x In = 1,25 x 105,68 A = 132,1 A

Jadi, penghantar utama pada Gedung Kejati Kaltim yang digunakan adalah kabel NYY

4 x 50 mm2.

4.9 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Berdasarkan harga pada Jatim Raya, Rencana Anggaran Biaya untuk perencanaan

instalasi penerangan Gedung Kejati Kaltim Samarinda Seberang seperti pada tabel 4.19

untuk lantai dasar, tabel 4.20 untuk lantai 1, tabel 4.21 untuk lantai 2, tabel 4.22 untuk

lantai 3. Adapun total Rencana Anggaran Biaya Material Instalasi seperti pada tabel 4.23

dan untuk Rencana Anggaran Biaya pekerjaan instalasi seperti pada tabel 4.24.

Tabel 4.19 Rencana Anggaran Biaya Untuk Lantai Dasar

Harga Jumlah
Volu
No Nama Material Spesifikasi Satuan Satuan Harga
me
(Rp) (Rp)
1 Sakelar Tunggal 10 A/250 V 7 Buah 11000 77000
2 Sakelar Seri 10 A/250 V 9 Buah 16000 144000
Lampu TL
3 2 x 40 w / 220 V 17 Set 171000 2907000
+Armatur
4 Lampu LED 13 w / 220 V 9 Buah 44000 396000
Kotak Kontak
5 16 A, Type 528 3 Buah 16500 49500
Biasa
6 Kabel NYA 2.5 mm2, 230/400 V 200 m 2490 498000
3 x 2.5 mm2,
7 Kabel NYM 50 m 9340 467000
300/500 V
8 MCB 1 fasa 2 A/230 V, ⦤4,5 kA 9 Buah 48000 432000
9 MCB 3 fasa 6 A/400 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 195000 195000
10 Klem 17 Inch 4 Kotak 11000 44000
Pipa Instalasi
11 5/8 mm 50 Batang 5000 250000
(PVC)
82

Armatur 220 V / 4 Inch, Type


12 9 Buah 45000 405000
Downlight E27 7401
13 T-Dos 5/8 mm 21 Buah 1000 21000
14 Elbow 5/8 mm 50 Buah 600 30000
15 Panel Beban 30 x 40 x 15 1 Buah 200000 200000
Total Biaya 6115500

Tabel 4.20 Rencana Anggaran Biaya Untuk Lantai 1

Harga Jumlah
Volu Satua
No Nama Material Spesifikasi Satuan Harga
me n
(Rp) (Rp)
1 Sakelar Tunggal 10 A/250 V 13 Buah 11000 143000
2 Sakelar Seri 10 A/250 V 28 Buah 16000 448000
Lampu TL +
3 2 x 40 w / 220 V 48 Set 171000 8208000
Armatur
4 Lampu LED 13 w / 220 V 21 Buah 44000 924000
Kotak Kontak
5 16 A, Type 528 22 Buah 16500 363000
Biasa
Kotak Kontak
6 16 A, Type 513 10 Buah 24000 240000
Khusus AC
7 Kabel NYA 2.5 mm2, 230/400 V 350 m 2490 871500
3 x 2.5 mm2, 300/500
8 Kabel NYM 100 m 9340 934000
V
9 Kabel NYM 3 x 4 mm2, 300/500 V 50 m 15350 767500
10 Kabel NYM 3 x 6 mm2, 300/500 V 50 m 21860 1093000
11 MCB 1 fasa 6 A/230 V, ⦤4,5 kA 9 Buah 42000 378000
12 MCB 1 fasa 10 A/230 V, ⦤4,5 kA 8 Buah 42000 336000
13 MCB 1 fasa 16 A/230 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 42000 42000
14 MCB 3 fasa 20 A/400 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 195000 195000
15 MCB 3 fasa 32 A/400 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 226000 226000
16 Klem 17 Inch 7 Kotak 11000 77000
Pipa Instalasi Batan
17 5/8 mm 88 5000 440000
(PVC) g
Armatur 220 V / 4 Inch, Type
18 21 Buah 45000 945000
Downlight E27 7401
19 T-Dos 5/8 mm 68 Buah 1000 68000
20 Elbow 5/8 mm 100 Buah 600 60000
21 Panel Utama 60 x 40 x 20 1 Buah 345000 345000
22 Panel Beban 30 x 40 x 15 1 Buah 200000 200000
23 Panel AC 30 x 40 x 15 1 Buah 200000 200000
Total Biaya 17504000
83

Tabel 4.21 Rencana Anggaran Biaya Untuk Lantai 2

Harga Jumlah
Volu Satua
No Nama Material Spesifikasi Satuan Harga
me n
(Rp) (Rp)
1 Sakelar Tunggal 10 A/250 V 22 Buah 11000 242000
2 Sakelar Seri 10 A/250 V 21 Buah 16000 336000
Lampu TL +
3 2 x 40 w / 220 V 45 Set 171000 7695000
Armatur
4 Lampu LED 13 w / 220 V 19 Buah 44000 836000
Kotak Kontak
5 16 A, Type 528 27 Buah 16500 445500
Biasa
Kotak Kontak
6 16 A, Type 513 9 Buah 24000 216000
Khusus AC
7 Kabel NYA 2.5 mm2, 230/400 V 350 m 2490 871500
3 x 2.5 mm2, 300/500
8 Kabel NYM 150 m 9340 1401000
V
9 Kabel NYM 3 x 4 mm2, 300/500 V 50 m 15350 767500
10 Kabel NYM 3 x 6 mm2, 300/500 V 50 m 21860 1093000
11 MCB 1 fasa 6 A/230 V, ⦤4,5 kA 9 Buah 42000 378000
12 MCB 1 fasa 10 A/230 V, ⦤ 4,5 kA 9 Buah 42000 378000
13 MCB 3 fasa 20 A/400 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 195000 195000
14 MCB 3 fasa 25 A/400 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 206000 206000
15 Klem 17 Inch 7 Kotak 11000 77000
Pipa Instalasi Batan
16 5/8 mm 88 5000 440000
(PVC) g
Armatur 220 V / 4 Inch, Type
17 19 Buah 45000 855000
Downlight E27 7401
18 T-Dos 5/8 mm 71 Buah 1000 71000
19 Elbow 5/8 mm 100 Buah 600 60000
20 Panel Beban 30 x 40 x 15 1 Buah 200000 200000
21 Panel AC 30 x 40 x 15 1 Buah 200000 200000
Total Biaya 16963500

Tabel 4.22 Rencana Anggaran Biaya Untuk Lantai 3

Harga Jumlah
Volu Satua
No Nama Material Spesifikasi Satuan Harga
me n
(Rp) (Rp)
1 Sakelar Tunggal 10 A/250 V 6 Buah 11000 66000
2 Sakelar Seri 10 A/250 V 22 Buah 16000 352000
Lampu TL +
3 2 x 40 w / 220 V 41 Set 171000 7011000
Armatur
4 Lampu LED 13 w / 220 V 9 Buah 44000 396000
Kotak Kontak
5 16 A, Type 528 11 Buah 16500 181500
Biasa
84

Kotak Kontak
6 16 A, Type 513 5 Buah 24000 120000
Khusus AC
7 Kabel NYA 2.5 mm2, 230/400 V 300 m 2490 747000
3 x 2.5 mm2, 300/500
8 Kabel NYM 300 m 9340 2802000
V
9 MCB 1 fasa 4 A/230 V, ⦤4,5 kA 9 Buah 48000 432000
10 MCB 1 fasa 10 A/230 V, ⦤4,5 kA 5 Buah 42000 210000
11 MCB 3 fasa 16 A/400 V, ⦤4,5 kA 2 Buah 195000 390000
12 Klem 17 Inch 6 Kotak 11000 66000
Pipa Instalasi Batan
13 5/8 mm 75 5000 375000
(PVC) g
Armatur 220 V / 4 Inch, Type
14 9 Buah 45000 405000
Downlight E27 7401
15 T-Dos 5/8 mm 59 Buah 1000 59000
16 Elbow 5/8 mm 50 Buah 600 30000
17 Panel Beban 30 x 40 x 15 1 Buah 200000 200000
18 Panel AC 30 x 40 x 15 1 Buah 200000 200000
Total Biaya 14042500

Tabel 4.23 Total Rencana Anggaran Biaya Material Instalasi

Harga Jumlah
Volu Satua
No Nama Material Spesifikasi Satuan Harga
me n
(Rp) (Rp)
1 Sakelar Tunggal 10 A/250 V 48 Buah 11000 528000
2 Sakelar Seri 10 A/250 V 80 Buah 16000 1280000
Lampu TL +
3 2 x 40 w / 220 V 151 Set 171000 25821000
Armatur
4 Lampu LED 13 w / 220 V 58 Buah 44000 2552000
Kotak Kontak
5 16 A, Type 528 63 Buah 16500 1039500
Biasa
Kotak Kontak
6 16 A, Type 513 24 Buah 24000 576000
Khusus AC
7 Kabel NYA 2.5 mm2, 230/400 V 1200 m 2490 2988000
3 x 2.5 mm2, 300/500
8 Kabel NYM 600 m 9340 5604000
V
9 Kabel NYM 3 x 4 mm2, 300/500 V 100 m 15350 1535000
10 Kabel NYM 3 x 6 mm2, 300/500 V 100 m 21860 2186000
11 Kabel NYY 4 x 50 mm2, 0,6/1 kV 25 m 270000 6750000
12 MCB 1 fasa 2 A/230 V, ⦤4,5 kA 9 Buah 48000 432000
13 MCB 1 fasa 4 A/230 V, ⦤4,5 kA 9 Buah 48000 432000
14 MCB 1 fasa 6 A/230 V, ⦤4,5 kA 18 Buah 42000 756000
15 MCB 1 fasa 10 A/230 V, ⦤4,5 kA 22 Buah 42000 924000
16 MCB 1 fasa 16 A/230 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 42000 42000
17 MCB 3 fasa 6 A/400 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 195000 195000
18 MCB 3 fasa 16 A/400 V, ⦤4,5 kA 2 Buah 195000 390000
85

19 MCB 3 fasa 20 A/400 V, ⦤4,5 kA 2 Buah 195000 390000


20 MCB 3 fasa 25 A/400 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 206000 206000
21 MCB 3 fasa 32 A/400 V, ⦤4,5 kA 1 Buah 226000 226000
125 A, 380/415 V, 18-
22 MCCB 1 Buah 875000 875000
36 kA
23 Klem 17 Inch 24 Kotak 11000 264000
Pipa Instalasi Batan
24 5/8 mm 301 5000 1505000
(PVC) g
Armatur 220 V / 4 Inch, Type
25 58 Buah 45000 2610000
Downlight E27 7401
26 T-Dos 5/8 mm 219 Buah 1000 219000
27 Elbow 5/8 mm 300 Buah 600 180000
28 Panel Utama 60 x 40 x 20 1 Buah 345000 345000
29 Panel Beban 30 x 40 x 15 4 Buah 200000 800000
30 Panel AC 30 x 40 x 15 3 Buah 200000 600000
Total Biaya 62250500

Tabel 4.24 Rencana Anggaran Biaya Pekerjaan Instalasi

Harga Jumlah
No Pekerjaan Instalasi Volume Satuan Satuan Harga
(Rp) (Rp)
1 Instalasi Penerangan 209 Titik 150000 31350000
2 Instalasi Kotak Kontak Biasa 63 Titik 150000 9450000
3 Instalasi Kotak Kontak Khusus AC 24 Titik 150000 3600000
Total Biaya 44400000
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan perencanaan instalasi penerangan Gedung Kejati Kaltim

Samarinda Seberang, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Total daya yang terpasang pada Gedung Kejati Kaltim Lantai Dasar, Lantai 1, Lantai

2, Lantai 3 untuk beban maupun AC adalah 69562,5 VA.

2. Kapasitas pengaman utama pada Gedung Kejati Kaltim adalah MCCB 125 A.

3. Kapasitas pengaman cabang pada lantai dasar adalah MCB 3 fasa 6 A.

4. Kapasitas pengaman cabang pada lantai 1 dan lantai 2 adalah MCB 3 fasa 20 A.

5. Kapasitas pengaman cabang pada lantai 3 adalah MCB 3 fasa 16 A.

6. Kapasitas pengaman cabang AC lantai 1 adalah MCB 3 fasa 32 A.

7. Kapasitas pengaman cabang AC lantai 2 adalah MCB 3 fasa 25 A.

8. Kapasitas pengaman cabang AC lantai 3 adalah MCB 3 fasa 16 A.

9. Jenis dan luas penampang penghantar utama yang digunakan pada Gedung Kejati

Kaltim adalah kabel NYY 4 x 50 mm2.

10. Jenis dan luas penampang penghantar cabang lantai dasar yang digunakan adalah

kabel NYM 3 x 2,5 mm2.

11. Jenis dan luas penampang penghantar cabang lantai 1 dan lantai 2 yang digunakan

adalah kabel NYM 3 x 4 mm2.

12. Jenis dan luas penampang penghantar cabang lantai 3 yang digunakan adalah kabel

NYM 3 x 2,5 mm2.

13. Jenis dan luas penampang penghantar cabang AC lantai 1 dan lantai 2 yang

digunakan adalah kabel NYM 3 x 6 mm2.


106

14. Jenis dan luas penampang penghantar cabang AC lantai 3 yang digunakan adalah

kabel NYM 3 x 2,5 mm2.

15. Rencana Anggaran Biaya untuk material instalasi total biaya yang dibutuhkan adalah

Rp. 62.895.000,-.

16. Rencana Anggaran Biaya untuk pekerjaan instalasi total biaya yang dibutuhkan

adalah Rp. 44.400.000,-.

5.2 Saran

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis memberi berbagai saran yaitu sebagai

berikut:

1. Dalam melakukan suatu perencanaan instalasi penerangan diperlukan ketelitian dan

ketekunan dalam menghitung jumlah titik lampu pada suatu ruangan, agar penentuan

jumlah titik lampu yang dibutuhkan sesuai dengan kegunaan ruangan.

2. Dalam melakukan pembagian grup beban, harus diketahui bahwa beban fasa R, S,

dan T harus seimbang.

3. Pada sirkit akhir, jumlah titik beban yang dilayani tidak boleh melebihi dari 15 titik

beban jika menggunakan penghantar NYA 2,5 mm2.


DAFTAR PUSTAKA

Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011, Badan Standarisasi Nasional


Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, Badan Standarisasi Nasional
Van Harten, P dan E. Setiawan. 1981. Instalasi Listrik Arus Kuat 1. Bandung: Binacipta.
Van Harten, P dan E. Setiawan. 1981. Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Binacipta.
Muhaimin. 2001. Teknologi Pencahayaan. Bandung: PT Refika Aditama.
Prih Sumardjati, dkk. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Trevor Linsley. 2004. Instalasi Listrik Tingkat Lanjut Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Anonim. Modul Instalasi Listrik 1. Politeknik Negeri Samarinda: Jurusan Teknik Elektro
Anonim. Modul Rancangan Listrik 1. Politeknik Negeri Samarinda: Jurusan Teknik
Elektro
Lighting

T12 lamp for reliable


ignition
TL-M Rapid Start Super 80

The TL-M RS (Rapid Start) Super 80 lamp (tube diameter 38 mm) offers more lumens per
watt and better color rendering than TL standard colors. The lamp has an external silicon
coating and an external ignition strip. It is suitable for situations where low temperatures
and high humidity require fast and stable ignition. Rapid Start lamps can be ignited without
a starter.

Benefits
• Well-defined ignition for fast, easy ignition at low temperatures
• /80 colors have good color rendering and high efficacy compared with standard colors
• Create atmospheres from warm white to cool daylight

Features
• RS (Rapid Start) lamps with an external silicon coating
• External ignition strip connected via a high-ohmic resistor to one of the electrodes
• Available in /80 colors and varying color designations

Application
• /80 colors are especially used in applications where people are often present

Product family leaflet, 2017, January 24 data subject to change


TL-M Rapid Start Super 80

Versions

Dimensional drawing

Product D A B B C

TL-M RS Super 80 20W/840 40.5 mm 589.8 mm 596.9 mm 594.5 mm 604.0 mm

1SL/25

TL-M RS Super 80 65W/830 40.5 mm 1500 mm 1507.1 mm 1504.7 mm 1514.2 mm


D

A 1SL/25

B TL-M RS Super 80 20W/830 40.5 mm 589.8 mm 596.9 mm 594.5 mm 604.0 mm

C 1SL/25

TL-M RS Super 80 65W/840 40.5 mm 1500 mm 1507.1 mm 1504.7 mm 1514.2 mm

1SL/25

TL-M RS Super 80 40W/830 40.5 mm 1199.4 mm 1206.5 mm 1204.1 mm 1213.6 mm

1SL/25

TL-M RS Super 80 40W/840 40.5 mm 1199.4 mm 1206.5 mm 1204.1 mm 1213.6 mm

1SL/25

Approval and Application Approval and Application


Mercury (Hg) Content (Nom) 8.0 mg Order Code Full Product Name Energy Consumption kWh/1000 h Energy Efficiency Label (EEL)

928030008371 TL-M RS Super 80 20W/830 1SL/25 24 kWh B

Controls and Dimming 928030008471 TL-M RS Super 80 20W/840 1SL/25 24 kWh B

Dimmable Yes 928030508371 TL-M RS Super 80 40W/830 1SL/25 47 kWh A

928030508471 TL-M RS Super 80 40W/840 1SL/25 47 kWh A

General Information 928031008371 TL-M RS Super 80 65W/830 1SL/25 74 kWh A

Cap-Base G13 928031008471 TL-M RS Super 80 65W/840 1SL/25 74 kWh A

Life To 50% Failures (Nom) 13000 h

System Description Rapid Start

Light Technical
Color Rendering Index (Nom) 85

Lumen Maintenance 10000 h (Nom) 84 %

Lumen Maintenance 2000 h (Nom) 92 %

Lumen Maintenance 5000 h (Nom) 89 %

Mechanical and Housing


Bulb Shape T12

Operating and Electrical

Product family leaflet, 2017, January 24 2 data subject to change


TL-M Rapid Start Super 80

Power Power

Lamp Current Voltage (Rated) Lamp Current Voltage (Rated)

Order Code Full Product Name (Nom) (Nom) (Nom) Order Code Full Product Name (Nom) (Nom) (Nom)

928030008371 TL-M RS Super 80 20W/830 0.370 A 57 V 19.3 W 928030508471 TL-M RS Super 80 40W/840 0.430 A 103 V 39.5 W

1SL/25 1SL/25

928030008471 TL-M RS Super 80 20W/840 0.370 A 57 V 19.3 W 928031008371 TL-M RS Super 80 65W/830 0.670 A 110 V 64.0 W

1SL/25 1SL/25

928030508371 TL-M RS Super 80 40W/830 0.430 A 103 V 39.5 W 928031008471 TL-M RS Super 80 65W/840 0.670 A 110 V 64.0 W

1SL/25 1SL/25

Light Technical (1/2)


Chromaticity Chromaticity Chromaticity Chromaticity

Coordinate X Coordinate Y Color Color Coordinate X Coordinate Y Color Color

Order Code Full Product Name (Nom) (Nom) Code Designation Order Code Full Product Name (Nom) (Nom) Code Designation

928030008371 TL-M RS Super 80 438 403 830 Warm White 928030508471 TL-M RS Super 80 381 379 840 Cool White

20W/830 1SL/25 (WW) 40W/840 1SL/25 (CW)

928030008471 TL-M RS Super 80 381 379 840 Cool White 928031008371 TL-M RS Super 80 438 403 830 Warm White

20W/840 1SL/25 (CW) 65W/830 1SL/25 (WW)

928030508371 TL-M RS Super 80 438 403 830 Warm White 928031008471 TL-M RS Super 80 381 379 840 Cool White

40W/830 1SL/25 (WW) 65W/840 1SL/25 (CW)

Light Technical (2/2)


Correlated Color Luminous Correlated Color Luminous

Temperature Efficacy (rated) Luminous Temperature Efficacy (rated) Luminous

Order Code Full Product Name (Nom) (Nom) Flux (Nom) Order Code Full Product Name (Nom) (Nom) Flux (Nom)

928030008371 TL-M RS Super 80 3000 K 64 lm/W 1250 lm 928030508471 TL-M RS Super 80 4000 K 78 lm/W 3100 lm

20W/830 1SL/25 40W/840 1SL/25

928030008471 TL-M RS Super 80 4000 K 64 lm/W 1250 lm 928031008371 TL-M RS Super 80 3000 K 80 lm/W 5100 lm

20W/840 1SL/25 65W/830 1SL/25

928030508371 TL-M RS Super 80 3000 K 78 lm/W 3100 lm 928031008471 TL-M RS Super 80 4000 K 80 lm/W 5100 lm

40W/830 1SL/25 65W/840 1SL/25

© 2017 Philips Lighting Holding B.V. All rights reserved. Philips Lighting reserves the right to make changes in specifications

and/or to discontinue any product at any timewithout notice or obligation and will not be liable for any consequences resulting www.lighting.philips.com

from the use of this publication. 2017, January 24 - data subject to change
Lighting

MASTER LEDspot PAR -


Alternatif hemat energi
untuk pencahayaan
sorot di area publik
MASTER LEDspot PAR

Dengan desain yang kuat dan sinar cahaya putih hangat, lampu PAR generasi baru ini
ideal untuk pencahayaan umum dan pencahayaan sorot di industri perhotelan. Ada pilihan
versi dapat diredupkan dan tidak dapat diredupkan. Lampu ini terutama cocok untuk area
publik seperti lobi, koridor, tangga dengan lampu yang selalu menyala.Kompatibel dengan
perlengkapan lampu yang ada dengan dudukan E27 dan dirancang untuk penggantian
retrofit lampu halogen/pijar, MASTER LEDspot PAR memberikan penghematan energi
yang besar dan meminimalkan biaya pemeliharaan tanpa pengurangan dalam kecerahan.
Lampu PAR 38 versi luar ruangan berperingkat IP44 adalah salah satu dari beberapa
alternatif hemat energi untuk lampu pijar luar ruangan PAR38 yang tersedia saat ini. PAR
20 yang dapat diredupkan adalah pengganti sempurna untuk lampu sorot pijar.

Benefits
• Hingga 80% penghematan energi dibandingkan dengan lampu halogen
• Dapat diretrofit dan kompatibel dengan perlengkapan lampu yang ada dengan dudukan
E27
• Biaya pemeliharaan yang lebih rendah

Features
• Masa pakai 45.000 jam
• Dapat diredupkan (kecuali PAR38 OD)
• Cahaya bebas UV dan IR untuk lebih sedikit panas dan perlindungan untuk objek yang
sensitif terhadap panas
• Bebas merkuri dan bahan berbahaya

Product family leaflet, 2017, January 24 data subject to change


MASTER LEDspot PAR

Application
• Terutama cocok untuk area publik seperti lobi, koridor, tangga dan restoran/bar

Versions

Dimensional drawing

D Product D C

MASLEDspot D 13-100W 827WW PAR38 25D 124 mm 132 mm


C

D Product D C

MASLEDspot D 9.5-90W 827WW PAR30S 25D SO 92 mm 93 mm


C

Product family leaflet, 2017, January 24 2 data subject to change


MASTER LEDspot PAR

Dimensional drawing

D Product D C

MASTER LEDspot D 5.5-50W 2700K PAR20 25D 65 mm 85.2 mm


C

Penyetujuan dan Aplikasi Penyetujuan dan Aplikasi


Energy Efficiency Label (EEL) A+ order code Energy Consumption kWh/1000 h

929001142802 13 kWh

Pengoperasian dan Kelistrikan 929001145302 6 kWh

Starting Time (Nom) 0.5 s 929001198702 10 kWh

Informasi Umum
Cap-Base E27

Teknis Lampu
Beam Angle (Nom) 25 °

Color Code 827

Correlated Color Temperature (Nom) 2700 K

Color Rendering Index (Nom) 80

Llmf At End Of Nominal Lifetime (Nom) 70 %

Rated Beam Angle 25 °

Kontrol dan Peredupan


order code Dimmable order code Dimmable

929001142802 YA 929001198702 Benar

929001145302 YA

Pengoperasian dan Kelistrikan


order code Input Frequency Voltage (Nom) Wattage Equivalent Power (Rated) (Nom) order code Input Frequency Voltage (Nom) Wattage Equivalent Power (Rated) (Nom)

929001142802 50-60 Hz 220-240 V 100 W 13 W 929001198702 50-60 Hz 230 V 90 W 9.5 W

929001145302 50 Hz 230 V 50 W 5.5 W

Informasi Umum
order code Bulb Shape Nominal Lifetime (Nom) Rated Lifetime (Hours) Switching Cycle order code Bulb Shape Nominal Lifetime (Nom) Rated Lifetime (Hours) Switching Cycle

929001142802 PAR38 40000 h 40000 h 50000X 929001198702 PAR30S 40000 h 40000 h 50000X

929001145302 PAR20 45000 h 45000 h 20000X

Teknis Lampu

Product family leaflet, 2017, January 24 3 data subject to change


MASTER LEDspot PAR

Light Luminous Flux Luminous Flux Luminous Intensity Light Luminous Flux Luminous Flux Luminous Intensity

order code Distribution (Nom) (Rated) (Nom) (Nom) order code Distribution (Nom) (Rated) (Nom) (Nom)

929001142802 25D 1100 lm 1100 lm 5000 cd 929001198702 25D 845 lm 845 lm 3500 cd

929001145302 - 480 lm 480 lm 2000 cd

Suhu
order code T-Case Maximum (Nom) order code T-Case Maximum (Nom)

929001142802 65 °C 929001198702 -

929001145302 85 °C

Light Distribution Diagrams

120º 180º 120º 120° 180° 120° 120° 180° 120°

90º 90º 90° 90° 90° 90°

1000 500 1000


60º 2000 60º 60° 60° 60° 60°
1000 2000
3000
1500 3000
4000

5000 2000 4000


30º 30º 30° 30° 30° 30°
(cd) 0º (cd) 0° (cd) 0°

Accent Diagrams

100 100 100


50 50 50
30 1m 30 30
1m
15 15 1m 15
2m
10 10 10 2m
3m 2m
4m 3m
5 5 3m 5 4m
4m
2 2 2

25 50 100 250 5001000 25 50 100 250 5001000 25 50 100 250 5001000


Eh (lx) Eh (lx) Eh (lx)

Beam Diagrams

1
VBA 2 x 41° 1
/2Imax 2 x 11° h E0 d(m) VBA 2 x 41° 1
/2Imax 2 x 10° h E0 d(m) VBA 2 x 25° /2Imax 2 x 11° h E0 d(m)
h(m) h(m) h(m) 1
1
VBA 1/2I max /2 E0
1
VBA 1/2I max /2 E0 (m) (lx) VBA 1/2I max /2 E0
K5 (m) (lx)
K5 (m) (lx) K5
1.00 1.00 4998 1.74 0.39 0.39 1.00 1.00 1796 1.74 0.35 0.32 1.00 1.00 3519 0.93 0.39 0.39
1.50 2221 2.61 0.58 0.58 1.50 798 2.61 0.53 0.48 1.50 1564 1.40 0.58 0.58

2.00 2.00 1250 3.48 0.78 0.78 2.00 2.00 449 3.48 0.71 0.63 2.00 2.00 880 1.87 0.78 0.78
2.50 800 4.35 0.97 0.97 2.50 287 4.35 0.88 0.79 2.50 563 2.33 0.97 0.97

3.00 3.00 555 5.22 1.17 1.17 3.00 3.00 200 5.22 1.06 0.95 3.00 3.00 391 2.80 1.17 1.17
3.50 408 6.09 1.36 1.36 3.50 147 6.09 1.23 1.11 3.50 287 3.26 1.36 1.36

4.00 4.00 312 6.95 1.56 1.56 4.00 4.00 112 6.95 1.41 1.27 4.00 4.00 220 3.73 1.56 1.56
4.50 247 7.82 1.75 1.75 4.50 89 7.82 1.59 1.43 4.50 174 4.20 1.75 1.75
5.00 NO VISIBLE SPOT 5.00 NO VISIBLE SPOT 5.00 NO VISIBLE SPOT
3.0 2.0 1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 (m) 3.0 2.0 1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 (m) 3.0 2.0 1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 (m)

Product family leaflet, 2017, January 24 4 data subject to change


MASTER LEDspot PAR

© 2017 Philips Lighting Holding B.V. All rights reserved. Philips Lighting reserves the right to make changes in specifications

and/or to discontinue any product at any timewithout notice or obligation and will not be liable for any consequences resulting www.lighting.philips.com

from the use of this publication. 2017, January 24 - data subject to change
Copper Conductor PVC Insulated Building Wire
Cu/PVC 450/750 V (NYA)
Specification :
SPLN 42-1 : 1991
IEC 227
SNI 04-6629 : 3-2006

Constructions: Applications:
1. Conductor: Permanent installation in conduit or exposed wiring in dry location.
Annealed plain copper round solid or round circular stranded
according to SPLN 4 2 - 3 ; IEC 60228 Note : [re] round solid conductor
[rm] circular stranded conductor
2. Insulation:
Extruded layer of Polyvinyl Chloride (PVC) complied with Packing : [C] Coil
SPLN 41-2 [D] Drum

Identification:
Yellow/Green strip, Light Blue, Black, Yellow, Red colour

DC. Resistance Current Carrying Short Circuit Current


Conductor Nominal Overall Weight Minimum at 20°C Capacity at 30°C Capacity at Standard
Nominal thickness Diameter of Cable bending delivery
crosssection Insulation (approx) (approx] radius Conductor Insulation in Pipe in Air 0.1 0.5 1.0 length
area Max Min second second
sq.mm mm mm kg/km mm Ohm/km M.Ohm. A A kA kA kA mm
1.5 re 0.7 3.3 19 59 12.1 50 15 24 0.55 0.24 0.17 100/C
1.5 rm 0.7 3.4 20 61 12.1 50 15 24 0.55 0.24 0.17 100/C
2.5 re 0.8 3.9 31 70 7.41 50 19 32 0.91 0.41 0.29 100/C
2.5 rm 0.8 4.2 33 76 7.41 50 19 32 0.91 0.41 0.29 100/C
4 re 0.8 4.4 45 79 4.61 50 25 42 1.45 0.65 0.46 100/C
4 rm 0.8 4.7 48 85 4.61 50 25 42 1.45 0.65 0.46 100/C
6 re 0.8 4.9 65 88 3.08 50 33 54 2.18 0.98 0.69 100/C
6 rm 0.8 5.4 71 97 3.08 50 33 54 2.18 0.98 0.69 100/C
10 rm 1.0 6.8 108 122 1.83 40 45 73 3.64 1.63 1.15 100/C
16 rm 1.0 8.0 175 144 1.15 40 61 98 5.82 2.60 1.84 3000/D
25 rm 1.2 9.8 273 176 0.727 40 83 129 9.09 4.07 2.88 3000/D
35 rm 1.2 11 367 198 0.524 40 103 158 12.73 5.69 4.03 2000/D
50 rm 1.4 13 523 234 0.387 30 132 197 18.18 S.13 5.75 1000/D
70 rm 1.4 15 692 270 0.268 30 165 245 25.46 11.38 8.05 1000/D
95 rm 1.6 17 962 306 0.193 30 197 290 34.55 15.45 10.93 1000/D
120 rm 1.6 19 1192 342 0.153 30 235 345 43.64 19.52 13.80 500/D
150 rm 1.8 21 1511 378 0.124 20 - 390 54.5 24.40 17.25 500/D
185 rm 2.0 23.5 1844 423 0.0991 20 - 445 67.28 30.09 21.28 500 /D
240 rm 2.2 26.5 2430 477 0.0754 20 - 525 87.28 39.03 27.60 500 /D
300 rm 2.4 29.5 3015 531 0.0601 20 - 605 109.10 48.79 34.50 500/D
400 rm 2.6 33.5 3863 603 0.0470 20 - 725 145.46 65.05 46.00 500/D

sales@kabelindo.co.id 1
Copper Conductor PVC Insulated & PVC Sheathed Indoor Cable
Cu/PVC/PVC 300/500 V (NYM)
Specification :
SPLN 42-2 : 1992
IEC 227
SNI : 04-6629.4-2006

Constructions:
1. Conductor:
Annealed plain copper round solid or round circular
stranded according to SPLN 4 1 - 1 ; IEC 60228
3. Inner Covering / filler:
2. Insulation: Extruded Polyvinyl Chloride [PVC], Black colour
Extruded layer of Polyvinyl Chloride (PVC] complied with
SPLN 41-2 4. Outer sheath:
Extruded Polyvinyl Chloride [PVC], White colour
Identification of core (SPLN)
Applications:
Colour of insulation Permanent installation in conduit under plaster or exposed wiring
No. of cores in dry location.
System - i System - o
Three Yellow/Green strip, Light Blue, Black Light Blue, Yellow, Black
Four Yellow/Green strip, Light Blue, Yellow, Black Light Blue, Red, Yellow, Black
Note : [re] round solid conductor
[rm] circular stranded conductor

Identification of core (SNI) Packing : [C] Coil


[D] Drum
No. of cores Colour of insulation
Three Yellow/Green strip, Light Blue, Brown
Four Yellow/Green strip, Light Blue, Black, Brown

Nominal DC. Resistance Current Carrying Short Circuit Current


Conductor Thickness Overall Weight Minimum at 20°C Capacity in air Capacity at Standard
Nominal Diameter of Cable bending delivery
crosssection Insulation Outer radius Conductor Insulation 30°C 40°C 0.1 0.5 1.0 length
(approx) (approx) Max Min second second second
area Sheath
sq.mm mm mm mm kg/km mm Ohm/km M.Ohm.km A A kA kA kA m
3x1.5 re 0.7 1.2 9.2 132 166 12.1 50 19 16 0.55 0.24 0.17 100/C
3x1.5 rm 0.7 1.2 9.6 140 173 12.1 50 19 16 0.55 0.24 0.17 100/C
3x2.5 re 0.8 1.2 10.1 175 182 7.41 50 25 22 0.91 0.41 0.29 100/C
3x2.5 rm 0.8 1.2 10.6 188 191 7.41 50 25 22 0.91 0.41 0.29 100/C
3x4 re 0.8 1.2 11.9 254 214 4.61 50 34 30 1.45 0.65 0.46 100/C
3x4 rm 0.8 1.2 12.6 274 227 4.61 50 34 30 1.45 0.65 0.46 100/C
3x6 re 0.8 1.4 13 331 234 3.08 50 44 39 2.18 0.98 0.69 100/C
3x6 rm 0.8 1.4 13.8 359 248 3.08 50 44 39 2.18 0.98 0.69 100/C
3x10 rm 1.0 1.4 17 562 306 1.83 50 61 53 364 1.63 1.15 100/C
3x16 rm 1.0 1.4 19.2 784 346 1.15 40 82 71 5.82 2.60 1.84 1000/D
3x25 rm 1.2 1.6 23.6 1214 425 0.727 40 108 94 9.09 4.07 2.88 1000/D
3x35 rm 1.2 1.6 26.4 1593 475 0.524 40 134 117 12 73 5.69 4.03 1000/D

4x1.5 re 0.7 1.2 9.9 159 178 12.1 50 19 16 0.55 0.24 0.17 100/C
4x1.5 rm 0.7 1.2 10.3 169 185 12.1 50 19 16 0.55 0.24 0.17 100/C
4x2.5 re 0.8 1.2 10.9 214 196 7.41 50 25 22 0.91 0.41 0.29 100/C
4x2.5 rm 0.8 1.2 11.5 230 207 7.41 50 25 22 0.91 0.41 0.29 100/C
4x4 re 0.8 1.4 12.9 313 232 4.61 50 34 30 1.45 0.65 0.46 100/C
4x4 rm 0.8 1.4 13.6 338 245 4.61 50 34 30 1.45 0.65 0.46 100/C
4x6 re 0.8 1.4 14.1 411 254 3.08 50 44 39 2.18 0.98 0.69 100/C
4x6 rm 0.8 1.4 15 446 270 3.08 50 44 39 2.18 0.98 0.69 100/C
4x10 rm 1.0 1.4 18.5 701 333 1.83 50 61 53 364 1.63 1.15 100/C
4x16 rm 1.0 1.4 21 987 378 1.15 40 82 71 5.82 2.60 1.84 1000/D
4x25 rm 1.2 1.6 25.9 1,530 466 0.727 40 108 94 9.09 4.07 2.88 1000/D
4x35 rm 1.2 1.6 28.9 2,014 520 0.524 40 134 117 12 73 5.69 4.03 1000/D

sales@kabelindo.co.id 3
Copper Conductor PVC Insulated & PVC Sheathed non Armoured Power Cable
Cu/PVC/PVC 0.6/1 kV (NYY)
Specification :
SPLN 43-1 : 1994
IEC 60502-1 : 2004
SNI IEC :60502-1 : 2009

Constructions: 3. Inner covering / filler :


1. Conductor: Extruded Polyvinyl Chloride (PVC) Black colour
Annealed plain copper round solid or round circular stranded or
sector shaped according to SPLN 4 1 - 1 ; IEC 60228 4. Outer Sheath:
Extruded Polyvinyl Chloride [PVC] Black colour, Anti termite and/or
2. Insulation: special flame retardant. PVC sheath can be provided on request.
Extruded layer of Polyvinyl Chloride [PVC] complied with SPLN 41- 2:
IEC 60502-1 Applications:
Indoor and outdoor induct installation or of laying in the ground where not
Identification of core : (SPLN) sustain mechanical damage.

Colour of insulation Note : [re] round solid conductor


System - i System - 0
[rm] Circular stranded conductor
Yellow/Green strip, Light Blue, Yellow, Black Light Blue, Red, Yellow, Black
(sm) sector shaped conductor

Packing : [D] Drum


Identification Core : (SNI IEC)
Yellow/Green Strip, Light Blue, Brown

DC. Resistance Current Carrying Short Circuit Current


No. of cores Nominal Thickness Overall Weight Minimum at 20°C Capacity at 30°C Capacity at Standard
and cross Diameter of Cable bending delivery
section area Insulation Outer radius Conductor Insulation In Ground In Air 0.1 0.5 1.0 length
(approx) (approx) Max Min second second second
Sheath
sq.mm mm mm mm kg/km mm Ohm/km M.Ohm.km A A kA kA kA m
4 x 1.5 re 0.8 1.8 12 213 216 12.1 50 24 18 0.55 0.24 0.17 1000/D
4 x 1.5 rm 0.8 1.8 12.4 224 223 12.1 50 24 18 0.55 0.24 0.17 1000/D
4 x 2.5 re 0.8 1.8 13 273 234 7.41 50 32 25 0.91 0.41 0.29 1000/D
4 x 2.5 rm 0.8 1.8 13.6 292 245 7.41 50 32 25 0.91 0.41 0.29 1000/D
4x4 re 1.0 1.8 15.1 385 272 4.61 50 41 34 1.45 0.65 0.46 1000/D
4x4 rm 1.0 1.8 15.8 413 284 4.61 50 41 34 1.45 0.65 0A6 1000/D
4x6 re 1.0 1.8 16.3 490 293 3.08 50 52 44 2.18 0.98 0.69 1000/D
4x6 rm 1.0 1.8 17.2 527 310 3.08 50 52 44 2.18 0.98 0.69 1000/D
4 x 10 rm 1.0 1.8 21 743 349 1.83 50 69 60 3.64 1.63 1.15 1000/D
4 x 16 rm 1.0 1.8 24 1035 392 1.15 40 89 80 5.82 2.60 1.84 1000/D
4 x 25 rm 1.2 1.8 28 1541 466 0.727 40 116 105 9.09 4.07 2.88 1000/D
4 x 35 rm 1.2 1.8 30 1999 515 0.524 40 138 130 12.73 5.69 4.03 1000/D
4 x 50 sm 1.4 1.9 32 2498 540 0.387 30 165 160 18.18 8.13 5.75 1000/D
4 x 70 sm 1.4 2.1 36 3374 614 0.268 30 205 200 25.46 11.38 8.05 1000/D
4 x 95 sm 1.6 2.2 40 4536 697 0.193 30 245 245 34.55 15.45 10.93 1000/D
4 x 120 sm 1.6 2.3 44 5676 767 0.153 30 285 285 43.64 19.52 13.80 500/D
4 x 150 sm 1.8 2.5 49 6910 833 0.124 20 315 325 54.55 24.40 17.25 500/D
4 x 185 sm 2.0 2.7 53 8596 940 0.0991 20 355 370 67.28 30.09 21.28 500/D
4 x 240 sm 2.2 2.9 60 11087 1,053 0.0754 20 415 435 87.28 39.03 27.60 500/D
4 x 300 sm 2.4 3.1 66 13549 1,177 0.0601 20 465 500 109.10 48.79 34.50 500/D

10 www.kabelindo.co.id
circuit protection

C60N Miniature circuit-breakers


B, C and D tripping curves
IEC 898: 6000 , IEC 947-2: 10kA
type width in mod. rat Cat No. B, C and D curves
of 9 mm (A) B curve C curve D curve Application
1P 2 1 24045 24395 24625 control and protection of circuits against
1 2 24046 24396 24626 overloads and short-circuits.
3 24047 24397 24627 c in domestic installation;
4 24048 24398 24628 c in commercial and industrial electrical
6 24049 24399 24629 distribution systems;
10 24050 24401 24630 c D curve: more particularly adapted for
16 24051 24403 24632 installations with high transient currents (LV/
2 20 24052 24404 24633 LV transformers, motors,...).
25 24053 24405 24634
24395 1 protected pole 32 24054 24406 24635 Technical data
40 24055 24407 24636 c current rating: 1 to 63 A;
50 24056 24408 24637 c voltage rating: 230-400 V AC;
63 24057 24409 24638 c breaking capacity:
2P 4 1 24071 24331 24653 v Icn ultimate breaking capacity (O-CO cycle):
2 24072 24332 24654 rat. type voltage breaking
1 3
3 24073 24333 24655 (A) (V) capacity (A)
4 24074 24334 24656 to IEC 898
6 24075 24335 24657 1 to 63 1P 230-240 6000
10 24076 24336 24658 2, 3, 4P 400-415 6000
16 24077 24337 24660 v Ics = Icn = 6 kA,
2 4 20 24078 24338 24661 v Icn ultimate breaking capacity (O-CO cycle):
25 24079 24339 24662 rat. type voltage breaking
2 protected poles 32 24080 24340 24663 (A) (V) capacity (A)
40 24081 24341 24664 to IEC 947-2
24331 50 24082 24342 24665 1 to 63 1P 130 20000
63 24083 24343 24666 230-240 10000
3P 6 1 24084 24344 24667 400-415 3000
2 24085 24345 24668 2, 3, 4P 230-240 20000
1 3 5
3 24086 24346 24669 400-415 10000
4 24087 24347 24670 440 6000
6 24088 24348 24671
c fast closing contacts;
10 24089 24349 24672
c number of operating cycles (O-C); 20000;
16 24090 24350 24674
c tripping characteristics:
2 4 6 20 24091 24351 24675
v B curve: the magnetic releases operate
25 24092 24352 24676
between 3 and 5 In;
3 protected poles 32 24093 24353 24677
v C curve: the magnetic releases operate
40 24094 24354 24678
between 5 and 10 In;
24344 50 24095 24355 24679
v D curve: the magnetic releases operate
63 24096 24356 24680
between 10 and 14 In;
4P 8 1 24097 24357 24681
c impulse withstand voltage (U imp.): 6 kV;
2 24098 24358 24682
1 3 5 7 c tropicalization: treatment 2 (relative
3 24099 24359 24683
humidity 95% at 55°C);
4 24100 24360 24684
c weight (g):
6 24101 24361 24685
type 1P 2P 3P 4P
10 24102 24362 24686
110 220 340 450
16 24103 24363 24688
c connections: tunnel terminals for rigid
2 4 6 8 20 24104 24364 24689
cables up to:
25 24105 24365 24690
v 25 mm2 for rating < 25 A,
3 protected poles 32 24106 24366 24691
v 35 mm2 for rating 32 to 63 A;
40 24107 24367 24692
c approvals: Marine, (consult us)
24357 50 24108 24368 24693
c installation: in all enclosures designed for
63 24109 24369 24694
Multi 9 equipment.

additional information electrical auxiliaries: page 21


dimensions: page 31

Merlin Gerin 3
Functions Trip-unit characteristics
and characteristics Types of trip units
Trip units for Compact NSX DC

Depending on the version, Compact NSX DC circuit breakers are equipped with:
pb107518_13_r.eps

b 1P/2P: TM-D built-in thermal-magnetic trip units.


Trip units for Compact NSX100 DC - NSX160 DC - NSX250 DC
Single-pole and two-pole (built-in trip units)
Type of trip unit TM-D
Rating In (A) at 40 °C 16 20 25 32 40 50 63 80 100 125 160
Compact circuit NSX100N/H DC b b b b b b b b b - -
breaker NSX160N/H DC - - - - - - - - - b b
Overload protection (thermal)
Tripping threshold Ir (A) at 40 °C Fixed
16 20 25 32 40 50 63 80 100 125 160
Protection against short-circuits (magnetic)
Pick-up Im (A) Fixed
Compact circuit NSX100/ Marked AC value (1) 190 190 300 300 500 500 500 640 800 1000 1250
breaker 160N/H DC True DC value
pb107524-19_r.eps

260 260 400 400 700 700 700 800 1000 1200 1250
Depending on the version, Compact NSX DC circuit breakers are equipped with:
b 3P/4P:
v up to 250 A, TM-D, TM-DC or TM-G interchangeable thermal-magnetic trip units
v for 400 and 630 A, MP1, MP2, MP3 built-in magnetic trip units.

Trip units for Compact NSX100 DC - NSX160 DC - NSX250 DC


Three-pole 3P-3d and four-pole 4P-4d (interchangeable trip units)
Type of trip unit TM-D TM-DC TM-G
Rating (A) In (A) at 40 °C 16 25 32 40 50 63 80 100 125 160 200 250 16 25 40 63
Compact NSX100 DC b b b b b b b b - - - - b b b b
circuit NSX160 DC b b b b b b b b b b - - b b b b
breaker b b b b b b
NSX250 DC - - - - - - - - - -
PB107547_32.eps

Overload protection (thermal)


Tripping Ir (at 40 °C) Adjustable
threshold (A) 0.7 to 1 x In
Protection against short-circuits (magnetic)
Pick-up (A) Im Fixed Adjustable Fixed
Compact NSX100/160/ Marked AC 190 300 400 500 500 500 - - - - - - 63 80 80 125
circuit NSX250 DC value (1)
breaker True DC value 260 400 550 700 700 700 800 800 1250 1250 5 to 10 x In 80 100 100 150
 + 7& !&  8  ? +@  +@G 8  & &  JK   7   !& 
   O&     7& !&     
+ 8 7& !&  +@   &      !&

Compact NSX400 DC - NSX630 DC trip units


PB105035_31r.eps

Three-pole 3P-3d and four-pole 4P-3d (built-in trip units)


Type of trip unit MP1 MP2 MP3
Circuit breaker Compact NSX400 DC b b -
Compact NSX630 DC b b b
Protection against short-circuits (magnetic)
Pick-up (A) Im Adjustable - -
800…1600 1250…2500 2000…4000
Above 250 A, the protection of Compact NSX400 DC and 630 DC circuit breakers is
ensured by built-in magnetic trip units supplied mounted on the circuit breaker and
offering one of three protection levels MP1, MP2 and MP3.

A-6
For reference only. www.fengshengelectric.com.sg

Anda mungkin juga menyukai