PENTANAHAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Universitas Palembang
Oleh:
RAHMAWAN SINAGA
NIM: 18420082
UNIVERSITAS PALEMBANG
2022
INVESTIGASI LAJU KOROSI PADA ELEKTRODA BATANG
PENTANAHAN
Oleh :
RAHMAWAN SINAGA
NIM : 18420082
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
i
INVESTIGASI LAJU KOROSI PADA ELEKTRODA BATANG
PENTANAHAN
Oleh :
RAHMAWAN SINAGA
NIM : 18420082
Disahkan,
Palembang Elektro
ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Ilmu Yang Akan Selalu Berkesan Dihati Didapatkan Dengan Kerja Keras Dan
PERSEMBAHAN:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala atas karunia dan nikmat yang telah diberikan
3. Kedua Orang tua yang telah membesarkan dan mendoakan sehingga saya
4. Ibu mertua yang telah membantu dan mendoakan saya selama menempuh
pendidikan S1 ini.
5. Istri tercinta Ira Maya Sari, S.E yang selalu mendoakan dan mensupport
saya untuk selalu belajar dan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
6. Bapak Dian Eka Putra, S.T., M.T yang telah membimbing dan memotivasi
7. Bapak Ir. Subuanto, M.T yang telah membantu dan memotivasi dalam
8. Ibu Daeny Septi Yansuri, S.T., M.T Selaku Dosen PA yang banyak sekali
iii
membantu saya dalam penyelesaian pendidikan saya ini dari awal.
9. Terima kasih banyak untuk Tim Riset 2022 yang telah banyak membantu
Pemikiran, materi dan tenaga dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga
Tim kita ini akan selalu solid walaupun sudah tidak berada pada pada
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
PENTANAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang saya buat
ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata
dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
Palembang.
Dengan pernyataan ini, saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Rahmawan Sinaga
v
ABSTRAK
Dalam suatu kehandalan tenaga listrik banyak sekali aspek yang harus
diperhatikan termasuk aspek sistem proteksi Pentanahan / Grounding. Dimana
sistem pentanahan sangat berguna untuk keamanan pengguna dan peralatan listrik.
Pada sistem Instalasi rumah tinggal sistem pentanahan sangatlah penting untuk
mengamankan peralatan dan pengguna listrik. Tujuan Sistem pentanahan pada
lahan rawa sangatlah penting untuk menentukan reisitansi dan kekuatan material
pada kondisi yang berbeda di perkotaan. Ideal nilai resistansi pentanahan adalaha
nol (0) Ohm. Adapun menurut IEEE Std 80-2013 mempunyai standart untuk nilai
pentanahan adalah 1,0 - 5,0 Ohm. Sedangkan PUIL 2000 dan 2011 mempunyai
standart untuk nilai resistansi pentanahan adalah 5,0 Ohm atau kurang. Dan
menurut SPLN T5.012 mempunyai standart nilai resitansi adalah kurang dari 0,5
ohm. Semakin kecil nilai resistansi pentanahan maka kemampuan mengalirkan
arus lebih ke tanah semakin besar sehingga arus gangguan tidak merusak
peralatan. kondisi lingkungan mempengaruhi nilai suatu resistansi dan
korositivitas pada elektroda batang. Oleh Sebab itu di lakukan penelitian terhadap
elektroda batang di tanah rawa. Dalam hal ini penulis menggunakan metode
penelitian di pendekatan kuantitatif dengan melakukan observasi yang bersifat
ekprimental maka didapat variable-variabel hasil dari pengukuran pada resistansi
pentanahan pada lahan rawa. Peneliti melakukan penelitian resistivitas, resistansi
dan investigasi laju korosi. Untuk resistivitas peneliti menggunakan alat Digital
Earth Resistance ETCR3200C, Untuk Resistansi menggunakan alat Digital Earth
Resistance KYORITSU 4105A dan untuk laju korosi sendiri menggunakan
metode Weight gain Loss (WGL). Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 3
bulan. Pada Resistansi Nilai fluktuasi terbesar pada 40,46 Ω dan nilai terkecil
pada 33,64 Ω dan pada Pengukuran Resistivitas fluktuasi terbesar pada 211,01 Ω
dan nilai terkecil pada 175,42 Ω. Untuk material yang mengalami laju korosi
paling baik adalah batang rod besi AS dan material yang paling banyak
mengalami korosi adalah batang rod besi lapis galvanis.
vi
KATA PENGANTAR
selalu melimpahkan rahmat serta karunia-Nya yang tak terhingga, tak lupa
sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad Sholallahu Allahi
Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman dan kepada
kedua orang tua yang telah memberikan do’a dan restu serta istri yang selalu
PENTANAHAN”.
Palembang.
bimbingan, arahan dan petunjuk serta kerjasamanya dari berbagai pihak, baik
3. Bapak Dian Eka Putra, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
vii
4. Bapak Dian Eka Putra, S.T., M.T selaku Pembimbing I dalam penulisan
dan kekeliruan baik mengenai isi maupun cara penulisan, penulis memohon kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan dating. Semoga
segala bantuan dan bimbingan yang penulis dapatkan selama ini mendapatkan
rahmat dan ridho dari Allah Subhanallahu Ta’ala. Demikianlah, semoga Laporan
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 2
1.2 Tujuan........................................................................................................... 4
1.3 Manfaat......................................................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah ........................................................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................... 8
ix
2.6.3 Dua Buah Elektroda Vertikal ............................................................. 28
2.6.4 Elektroda Bentuk Pita ......................................................................... 29
2.6.5 Elektroda Bentuk Plat ......................................................................... 30
2.6.6 Elektroda Bentuk Plat Vertikal ........................................................... 30
2.6.7 Elektroda Bentuk Plat Horizontal ....................................................... 31
2.7 Faktor Mempengaruhi Tahanan Elektroda ................................................. 32
2.8. Tahanan Jenis Tanah ................................................................................. 33
2.8.1 Faktor Mempengaruhi Tahanan Jenis Tanah ..................................... 34
2.8.1.1 Jenis Tanah ................................................................................. 34
2.8.1.2 Lapisan Tanah ............................................................................. 35
2.8.1.3 Kelembapan Tanah ..................................................................... 36
2.8.1.4 Temperature ................................................................................ 36
2.8.1.5 Kepadatan Tanah ........................................................................ 37
2.8.1.6 Suhu Tanah ................................................................................. 37
2.9 Pengujian Elektroda ................................................................................... 38
2.10 Syarat Bahan dan Mutu Elektroda ........................................................... 39
2.10.1 Sifat Mekanis Elektroda ................................................................... 40
2.11 Metode Pengukuran Tahanan Pentanahan ............................................... 41
2.11.1 Pemansangan Sistem Grounding dan Pengukuran ........................... 45
2.11.2 Langkah Langkah Pengukuran Tahanan .......................................... 46
2.12 Korosi ....................................................................................................... 47
2.12.1 Jenis Jenis Korosi ............................................................................. 48
2.12.2 Laju Korosi ....................................................................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 53
3.1 Diagram Alir .............................................................................................. 53
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 54
3.3 Sifat Penelitian ........................................................................................... 54
3.4 Material dan Alat ........................................................................................ 54
3.5 Tema Data .................................................................................................. 55
3.6 Desain Penelitian ........................................................................................ 55
3.6.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 55
3.6.2 Subjek Penelitian ................................................................................ 56
3.6.7 Metode Pengukuran................................................................................. 56
3.7.1 Pengukuran Pemilihan Lahan ............................................................. 56
3.7.2 Pengukuran Resistansi Batang Pentanahan ........................................ 57
3.7.3 Pengukuran Korosi ............................................................................. 57
x
5.2 Saran ........................................................................................................... 78
LAMPIRAN......................................................................................................... 80
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Listrik dalam kehidupan rumah tangga merupakan suatu hal yang sudah
peranan yang sangat penting, baik bagi masyarakat perkotaan maupun masyarakat
pedesaan. Listrik dalam kehidupan rumah tangga disatu sisi memiliki banyak
manfaat tetapi disisi lain memiliki resiko besar yang dapat membahayakan bagi
Instalasi Listrik (PUIL 2000) yang merupakan revisi PUIL 1987 dan peraturan
lakukan oleh PT.PLN (Persero) atau intansi swasta yang telah di tunjuk oleh pihak
PLN sebagai pemberi ijin dan pengontrol pemasangan instalasi listrik rumah
tinggal.
ilir Provinsi Sumatera Selatan Merupakan suatu desa yang di kelilingi dengan
rawa asam. Ilmu masyarakat tentang kelistrikan sangatlah minim terutama pada
system grounding instalasi rumah tinggal. Banyak masyarakat yang tidak peduli
akan bahayanya instalasi listrik terutama pada material listrik yang di pasang pada
rumah rumah mereka. Jenis kabel dan diameter kabel sering kali tidak
2
Salah satu sistem instalasi listrik yang berfungsi sebagai proteksi adalah
langsung ke bumi atau tanah saat terjadi tegangan listrik yang timbul akibat
kegagalan isolasi dari sistem kelistrikan atau peralatan listrik dalam rumah
tinggal.
dapat mendukung terciptanya mutu pemasangan instalasi yang baik. Batasan nilai
instalasi listrik rumah dan 2 Ohm untuk instalasi petir. Bila tahanan terukur masih
tinggi, maka panjang batang pentanahan harus ditanam lebih dalam lagi, pada
PUIL 2000 dijelaskan pula, jika daerah yang mempunyai jenis tanah yang nilai
1. Bahan Elektroda
2. Bentuk Elektroda
3. Kedalaman Elektroda
4. Jenis Tanah
5. Jumlah Elektroda
6. Kelembapan Tanah
3
8. Suhu Tanah
Tahanan atau resistansi rumah tinggal pada Desa Karang Anyar RT 02 Dusun
daerah tersebut merupakan daerah yang dikelilingi rawa asam yang dimana rawa
asam sangat lah tidak bagus untuk material logam dikarekan air asam dapat
tersebut ada yang menggunakan besi behel sisa sisa bangunan rumah untuk
grounding rod instalasi listriknya bahkan ada yang menggunakan besi pondasi
bangunan sebagai grounding rodnya. Rawa asam Pada Desa Air Sugihan
Selatan merupakan rawa asam pasang surut yang dimana ketinggian Air terjadi
karena pasang surut air sungai pada desa tersebut. Berdasarkan paparan tersebut
peneliti ingin meneliti nilai tahanan dan laju korosi pada desa Air Sugihan dengan
BATANG PENTANAHAN”
4
1.2 TUJUAN
resistansi dan menganalisa laju korosi pada sistem pentanahan instalasi rumah
tinggal agar mendapatkan nilai yang sesuai standar PLN pada pada Desa Karang
standar, Peneliti juga bertujuan agar tercipta instalasi listrik yang aman demi
instalasi listrik.
1.3 MANFAAT
tahanan pentanahan pada rumah tinggal sederhana dan laju korosi pada lahan
warga Desa Karang Anyar RT 02 Dusun 2 Jalan Muara Padang Kecamatan Muara
Jenis Elektroda yang dipakai pada batang pentanahan adalah elektroda besi
Alat ukur yang digunakan pada Penelitian menggunakan earth tester merk
SPH004 digunakan untuk mengukur PH tanah pada lahan rawa yang akan
mengukur PH air pada lahan rawa asam ketika rawa sedang pasang.
6
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, karena hal ini
1. Bagian Pendahuluan
motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran.
a) BAB I. Pendahuluan
e) BAB V. Penutup
7
hambatan penelitian.
3. Bagian Akhir
Bagian ini berisi abstrak gabungan dari metode penelitian, latar belakang,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak
besar dengan tegangan yang semakin tinggi dan jarak jangkauan semakin jauh,
baru diperlukan sistem pentanahan. Kalau tidak, hal ini bisa menimbulkan potensi
bahaya listrik yang sangat tinggi, baik bagi manusia, peralatan dan sistem
itu, sistem pentanahan menjadi bagian Penting dari sistem tenaga listrik.
Pentanahan tidak terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga
listrik baik dalam keadaan normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan
Beberapa jenis kontur tanah mempengaruhi pemilihan jenis alat pentanahan dan
perencanaan grounding sistemnya. Tanah liat, tanah sawah, tanah uruk tanah
tambak masing – masing memiliki niai pentanahan yang berbeda – beda juga .
Dalam suatu pentanahan baik penangkal petir atau pentanahan netral sistem
dilakukan pengukuran secara langsung pada lokasi yang digunakan untuk sistem
diperkirakan, untuk setiap lokasi yang berbeda mempunyai hambatan jenis tanah
yang tidak sama[6]. Salah satu faktor utama dalam setiap usaha pengamanan
baik dilaksanakan maka harus ada sistem pentanahan yang dirancang dengan baik
2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surya
hubung.
dilindungi.
4. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam perawatan dan
nilai besaran pentanahan yang makin kecil maka akan semakin baik. Untuk
kecil dari 1 Ohm. Dalam Gardu - gardu Induk distribusi, harga tahanan
E = I x R volt
Dimana:
Pentanahan tidak terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga
diterapkan komunikasi data secara intensif dan sangat peka terhadap interferensi
arus dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi
2. Untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur dan
peralatan serta untuk memperoleh impedansi yang rendah sebagai jalan balik
arus hubung singkat ke tanah. Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan
3. Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan normal
hal yaitu:
12
1. Semua sistem kelistrikan berada dalam potensial yang seragam dan tidak
2. Dengan menghubungkan benda kerja yang terbuat dari logam ke tanah dengan
1. Pentanahan sistem
2. Pentanahan peralatan
Pentanahan sistem adalah Sistem dengan titik netral ditanahkan adalah suatu
sistem yang titik netral dari sistem tersebut sengaja dihubungkan ke tanah, baik
2. Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa yang
sehat).
listrik.
yang diproteksi dengan hantaran netral yang ditanahkan sedemikian rupa sehingga
apabila terjadi kegagalan isolasi tidak terjadi tegangan sentuh yang tinggi sampai
bekerjanya alat pengaman arus lebih. Yang dimaksud bagian dari peralatan ini
adalah bagian-bagian mesin yang secara normal tidak dilalui arus listrik namun
dalam kondisi abnormal dimungkinkan dilalui arus listrik. Sebagai contoh adalah
bagian-bagian mesin atau alat yang terbuat dari logam (penghantar listrik), seperti
Sistem proteksi petir (SPP) merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk
memproteksi bangunan serta segala hal yang ada di dalamnya dari bahaya
sambaran petir. Standar dari SPP sangatlah penting supaya bangunan dan mahluk
hidup didalamnya tidak mengalami bahaya. SPP pada bangunan dibagi menjadi 2
yaitu SPP Ekternal dan SPP Internal. SPP eksternal difokuskan untuk menangkap
kilat petir dengan sistem terminasi udara, mengalirkan arus petir dengan aman
menuju bumi dengan sistem down conductor, lalu menyebarkan arus petir ke
dan elemen pengatur elektrik lainnya yang berada didalam struktur bangunan.
Dalam pemasangan sistem proteksi petir pada bangunan harus memenuhi standar
yang berlaku. Hal ini sangat penting karena apabila instalasi penangkal petir tidak
memenuhi standar, instalasi penangkal petir tidak akan bekerja dengan maksimal.
Standar yang digunakan pada pokok bahasan sistem proteksi petir ini adalah SNI
03-7015-2004 tentang sistem proteksi petir pada bangunan gedung, PUIL 2011,
IEC 622305-3.
penangkal petir sebagai alat penerima sambaran akan membawa arus yang
sangat tinggi, maka dari itu harus dengan cepat disalurkan ke bumi
Terminal) yang dapat dengan cepat menyambut sambaran arus petir, dalam
hal ini mampu untuk lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara
3. Proteksi petir jalur power listrik, Proteksi terhadap jalur dari power munta
diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih lagi jika
petir yang ditimbulkan adanya beda potensial tegangan maka setiap titik
6. Proteksi petir jalur PABX, Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal
7. Dengan cara membuat grounding system dengan resistansi atau tahanan tanah
kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat sepenuhnya diserap oleh
tanah tanpa terjadinya step potensial. Bahkan di lapangan saat ini umumnya
resistansi atau tahanan tanah untuk instalasi penangkal petir harus dibawah 3
Ohm.
Yang dimaksud bagian dari peralatan ini adalah bagian-bagian mesin yang
secara normal tidak dilalui arus listrik namun dalam kondisi abnormal
dimungkinkan dilalui arus listrik. Sebagai contoh adalah bagian-bagian mesin atau
alat yang terbuat dari logam (penghantar listrik), seperti kerangka dan rumah
2. Tegangan langkah
3. Tegangan eksposur
17
yang secara normal tidak dilalui arus namun akibat kegagalan isolasi pada
tanah Gambar 2.6. Bila tidak ada pentanahan maka tegangan sentuh tersebut sama
itu. Selama alat pengaman arus lebih tidak bekerja memutuskan rangkaian,
keadaan ini akan tetap bertahan. Namun dengan adanya pentanahan secara baik,
Dalam gambar ini terlihat jelas perbedaan antara sebelum dan setelah ada
pentanahan pada alat yang terbungkus dengan bahan yang terbuat dari logam
(arus bocor), maka selungkup alat mempunyai tegangan terhadap tanah sama
18
dengan tegangan sumber (tegangan antara L-N). Tegangan ini sudah tentu sangat
membahayakan operator atau orang yang menyentuh selungkup alat tersebut dan
pengaman arus beban lebih tidak bekerja memutuskan aliran bila tidak melampaui
batas kerjanya. Sehingga kalau pun terjadi sengatan pada manusia alat pengaman
ini masih belum akan bekerja karena arus listrik yang mengalir ke tubuh tidak
cukup besar untuk bekerjanya pengaman akibat dari adanya tahanan tubuh yang
relatif besar. Sedangkan, pada keadaan setelah dilakukan pentanahan, maka bila
maka akan mengalir arus gangguan yang sangat besar sehingga membuat
bekerjanya pengaman arus lebih, yaitu dengan memutuskan peralatan dari sumber
listrik. Dalam waktu terjadinya arus gangguan ini, dan dengan tahanan
gangguan yang melewati tanah. Arus gangguan ini relatif besar dan bila
ini. Bila kita perhatikan Gambar 3 (a), satu tangan memegang dudukan lampu
dan tangan satunya lagi memegang kran air. Antara kran air dan dudukan
dan RB. Adanya aliran arus gangguan ini menimbulkan tegangan antara letak
gangguan dan RA sebesar VF dan antara kran air dan dudukan lampu sebesar
VB. Besar kedua tegangan ini ditentukan oleh besar arus gangguan dan
tahanan pentanahannya. Semakin besar arus dan tahanan akan semakin besar
pula tegangan sentuhnya. Besar tegangan ini harus dibatasi dalam batas aman
begitu juga lama waktu terjadinya tegangan harus dibatasi sependek mungkin.
Lama waktu terjadinya tegangan ini dibatasi oleh waktu kerja alat pengaman
arus lebih.
(V) (Detik)
<50 ~
50 5,0
75 1,0
90 0,5
110 0,2
150 0,1
220 0,05
280 0,03
Berdasarkan tabel ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tegangan sentuh
tegangan permanen.
Bila terjadi gangguan tanah seperti yang digambarkan pada Gamba 2.7 (b),
di mana ada salah satu saluran fasa putus dan menyentuh tanah, maka akan terjadi
tegangan eksposur dengan gradien seperti ditunjukkan oleh gambar. Tegangan ini
ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah yang besar yang mengalir melalui
tanah untuk kembali lagi ke sumber. Gradien tegangan semakin menurun dengan
semakin jauhnya jarak dari letak gangguan. Tegangan ini sangat membahayakan
21
orang yang ada di atas tanah/lantai sekitar terjadinya gangguan tersebut walaupun
tegangan antar kaki dan karena itulah kemudian disebut tegangan langkah.
Tegangan langkah harus dibatasi serendah mungkin dan dalam waktu yang
pengaman.
Ketika terjadi gangguan tanah dengan arus yang besar akan memungkinkan
timbulnya beda potensial antara bagian-bagian yang dilalui arus dan antara
bagian-bagian yang yang tidak dilalui arus terhadap tanah yang disebut tegangan
eksposur. Tegangan ini bisa menimbulkan busur tanah (grounding arc) yang
dan ledakan. Dengan sistem pentanahan ini, membuat potensial semua bagian
mencegah terjadinya loncatan listrik dari bagian peralatan ke tanah. Yang tidak
kalah pentingnya adalah ketika terjadi gangguan tanah, tegangan fasa yang
kinerja peralatan yang sedang dioperasikan. Kejadian ini pula bisa mengganggu
berikut ini.
Tabel 2.2: Tegangan Langkah dan Waktu Pemutusan Gangguan Maksimum yang
diizinkan
(detik) (V)
0,1 7.000
0,2 4.950
0,3 4.040
0,4 3.500
0,5 3.140
1,0 2.216
2,0 1.560
3,0 1.280
tanah dan membuat kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung ini
dengan tujuan agar diperoleh pelaluan arus yang sebaik-baiknya apabila terjadi
ketentuan maka bahan tersebut adalah besi, aluminium, dan tembaga. Dari ketiga
jenis bahan tersebut ditinjau dari sifat mekanis, elektris dan kimiawi maka
yang lain namun ditinjau dari segi biaya tembaga cenderung lebih mahal, tetapi
baik pengaruh elektris, mekanis dan kimiawi maka tembaga lebih unggul.
pentanahan. Prinsip dasar untuk memperoleh tahanan yang kecil adalah dengan
dengan rumus :
L
R
A
24
Dimana:
R = Tahanan Pentanahan ( )
Elektroda bentuk batang ini adalah elektroda bentuk pipa atau batang profil
yang ditanamkan tegak lurus kedalam tanah dengan kedalaman antara 1 sampai
10 meter.
1 s/ d 10 m
Elektroda pentanahan harus terbuat dari batang baja pejal yang berlapis
tembaga dan salah satu ujungnya lancip dengan sudut kelancipan (45 ± 5)º seperti
arus atau muatan uniform sepanjang batang elektroda. Hubungan tahanan dan
kapasitansi dapat dijelaskan dengan suatu analogi. Analogi ini merupakan dasar
perhitungan karena aliran arus masuk ke dalam tanah dari elektroda pentanahan
26
mempunyai kesamaan dengan emisi fluks listrik dari konfigurasi yang sama dari
4L
R 1 ln 1
bt
2L d
Dimana :
4L L2 2 L4
Rbt 2 ln 1 1 2 4 Untuk s > L
4L d 4s 3s 5s
4L 4L s s2 s4
Rbt 2 ln ln 2 Untuk s < L
4L d s 2 L 16 L2 512 L4
juga dapat berbentuk bulat, pita yang dipilin atau dapat juga bentuk kawat yang
dipilin. Elektroda ini dapat ditanamkan kedalam tanah secara dangkal pada
L
0,5 s/d 1 m
60°
sebagai berikut :
2L
R ln
pt
L d
28
Dimana :
Elektroda bentuk ini merupakan elektroda dari plat logam dimana pada
permukaan tanah.
b
R 1 1,84
pl
4,1L t
29
Dimana :
b = Lebar plat
t = Kedalaman plat ( m )
t
b
Keterangan gambar :
L = Panjang Plat
b = Lebar plat
t = Kedalaman tertanam
L
4 L a 2 ab 4L t t2 t4
R pl ln ln 1
4L a 2a b 2 t 2 L 16 L2 512 L4 .................( 2.7 )
30
t
Keterangan gambar :
L = Panjang Plat
L b = Lebar plat
t = Kedalaman tertanam
a = Tebal plat
b
lebih besar dan memiliki penampang yang sedemikian sehingga tahanan pasak
dipancangkan dengan kuat ke tanah, maka tahanan kontak dari elektroda dengan
tahanan pentanahan yang besar. Sedangkan pada lapisan tanah yang lain yang
memiliki permukaan yang lebih luas memiliki tahanan yang lebih kecil, sehingga
dapat dikatakan pada jarak tertentu ada daerah yang disebut daerah tahanan efektif
yaitu suatu lapisan tanah yang tidak akan menambah tahanan pentanahan di
sendiri merupakan sebuah badan yang sangat besar dapat digambarkan sebagai
sebuah bak penampung yang tidak terbatas untuk mengalirkan arus ke dalam
tanah dan dapat mempertimbangkan tahanan yang kecil untuk mengalirkan arus.
a. Keadaan struktur tanah antaralain struktur geologi seperti tanah liat, tanah
mineral lainnya.
Tanah Rawa 10 – 40
1. Jenis Tanah
Jenis-jenis tanah antara lain tanah liat, berpasir, berbatu dan lain
Tahanan jenis tanah di muka bumi ini sangat bervariasi dari 500 sampai
50.000 Ohm per cm3. Kadang-kadang harga ini dinyatakan dalam Ohm-cm.
2. Lapisan Tanah
Profil tanah pada umumnya tidak mempunyai tekstur dan struktur yang
Lapisan keras tidak tembus air, sehingga memperlambat pergerakan air. Lapisan
berpasir juga menghalangi pergerakan air dari lapisan yang bertekstur halus.
3. Kelembaban Tanah
Kondisi kelembaban tanah sangat bergantung dari kadar air tanah yang
terkandung di dalamnya. Tanah yang lembab biasanya berada pada daerah dataran
rendah dan daerah tersebut memiliki curah hujan yang tinggi, sehingga tanah
4. Temperatur
Iklim pada suatu daerah tempat pengujian dipengaruhi oleh curah hujan
dan temperatur. Kedua faktor ini menentukan reaksi-reaksi kimia dan sifat fisis di
dalam tanah. Secara tidak langsung curah hujan juga mempengaruhi reaksi tanah.
Curah hujan yang tinggi terutama di daerah Indonesia yang beriklim tropis dapat
mencuci kation-kation basa dari lapisan permukaan tanah (top soil) ke lapisan
tanah yang lebih dalam, akibatnya top soil lebih banyak didominasi oleh ion-ion
Al dan H, sebagai akibatnya PH tanah akan turun pada top soil sampai mencapai
34
nilai 4,5 atau di bawahnya lagi. Di daerah-daerah tropis beriklim basah gerakan-
gerakan air tanah turut membasuh sejumlah kation yang dapat dipertukarkan.
Kation-kation basa itu digantikan oleh H- dan peristiwa ini akan menurunnya
dalam tanah itu pada dasarnya bersifat elektrolit. Dengan alasan tahanan jenis
tanah itu naik ketika kelembaban tanah yang terhitung kurang dari 15% dari berat
tanah. Jumlah embun yang terdapat dalam tanah tergantung pada butiran embun,
kepadatan tanah, dan jenis dari pada ukuran embun tersebut. Bagaimanapun juga
seperti yang ditunjukkan Gambar 2.9. Pada kurva 2 tahanan jenis tanah
mempunyai efek yang lebih kecil ketika kandungan kelembaban tanah melebihi
22%.
Efek temperatur yang terdapat pada Tahanan Jenis Tanah hampir tidak ada
di atas titik beku. Pada 00C air yang terdapat dalam tanah mulai membeku dan
Tahanan Jenis Tanah meningkat. Kurva 3 menunjukkan variasi jenis ini untuk
jenis Tanah Liat di dalamnya terdapat 15,2% dari kelembaban berat tanah.
Komposisi dan jumlah larutan garam, sifat keasaman atau alkali yang terdapat
dalam tanah dapat menimbulkan efek bagi tahanan jenis tanah tersebut. Kurva 1
dari Gambar 2.9. menunjukkan sebuah efek dari larutan garam tersebut (sodium
klorida) pada Tahanan Jenis Tanah terkandung 30% kelembaban dari berat jenis
tanah.
35
5. Kepadatan Tanah
Bila tanah semakin padat maka kandungan airnya akan semakin sedikit,
6. Suhu Tanah
Untuk daerah – daerah dengan suhu tinggi, kandungan air yang terdapat
berkurang. Sedangkan untuk daerah dengan suhu yang sangat rendah kandungan
air dalam tanah lebih banyak sehingga resistansi jenis tanah akan tinggi karena ion
– ion arus listrik lebih mudah bergerak dalam larutan air. Dengan kata lain, suhu
36
3. Uji rutin: pengujian untuk memisahkan elektroda pentanahan yang cacat atau
persyaratan sehingga mutu dari material sistem pentanahan dapat sesuai standar
1. Syarat Bahan:
Batang elektroda pentanahan harus terbuat dari baja karbon tinggi dengan
minimum 99,9%. Klem dan baut harus terbuat dari tembaga paduan dengan kadar
tembagaminimum 60%.
2. Syarat Mutu:
batang diukur dengan meteran yang mempunyai resolusi pembacaan 1 mm. Tebal
lapisan tembaga diukur dengan alat yang sesuai dengan resolusi pembacaan
minimum 1 mikron. Untuk komposisi bahan diuji secara analisa kimia atau
spektrofotometer secara atom. Kuat tarik diuji dengan menggunakan mesin kuat
tarik. Kekerasan diukur dengan alat ukur kekerasan Brinell atau yang sejenis.
1. Kemampuan Penancapan
lainnya dipukul dengan menggunakan martil (palu tangan) atau palu luncur yang
2. Kelekatan Lapisan
Ujung lancip pada batang elektroda dimasukkan diantara dua rahang plat
baja kemudian didorong hingga 50 cm. Jarak rahang plat baja adalah diameter
elektroda dikurangi 1,02 mm. Lapisan tembaga yang terdapat padaelektroda tidak
boleh terkelupas kecuali pada bagian yang terkena rahang plat baja.
3. Kemampuan Tekuk
jarak 40 x diameter batang elektroda dari titik jepit sehingga membentuk sudut
tetap sebesar 30º terhadap sumbu batang elektroda, lapisan tembaga pada
4. Korosi
dilakukan dengan mengukur turun tegangan (∆V) dan pengukuran dilakukan pada
suhu ruang (27 ± 2)oC. Sebelum dilakukan pengujian dengan arus uji waktu
singkat, nilai resistan kontak antara penghantar dan batang elektroda maksimum
15 mikro ohm.
alat ukur Double Bridge. Nilai resistan batang elektroda pentanahan setelah
besi atau plat tembaga yang ditanam dalam tanah yang digunakan untuk
melindungi peralatan listrik terhadap gangguan petir dan hubung singkat. Dengan
digunakan alat ukur megger tanah (Earth Resistance Tester), seperti diperlihatkan
pada gambar 14. Dengan alat tersebut maka dapat diketahui apakah pentanahan
peralatan listrik yang dilakukan sudah memenuhi syarat atau belum. Dengan
Dimana:
1. OK Lamp
4. Terminal
5. Scale Plate
hubungkan dengan elektroda (di bak kontrol). Prop (B) dan (C) ditancapkan
ketanah dengan jarak antara 5 sd. 10 meter. Maka alat ukur akan menunjukan
besar dari R – tanah. Standar besar R-tanah untuk elektroda pentanahan ±5 Ohm.
apabila belum mencapai nilai 1 Ohm, maka elektroda dapat ditambah dan
resistance tester Nilai yang muncul 100 Ohm (maks), kalau acuannya PUIL maka
tersebut, maka harus dilakukan menambah Rod sesuai dengan rumus mencari
Nilai 2 tahanan yang di- paralelkan. (Rod dianalogikan sebagai tahanan). Kalau
100/100 = 50 Ohm (2 rod); 50/50 = 25 Ohm (menjadi 4 rod); 25/25 = 12.5 Ohm
0.78 Ohm (menjadi 12 rod), sehingga dengan menempatkan rod dengan jumlah
Dalam melakukan penanaman elektroda bisa diupayakan pada titik yang mudah
untuk menanam / tidak terbentur dengan batu atau kerikil. Jika pada saat
(Copper Rod) dengan diameter 5/8 inchi = 15.89 mm sepanjang 4 m. Copper rod
ini ditanam ke dalam tanah mulai kedalaman 1 m dan ditambah 0.5 m pengukuran.
sebagai berikut:
1. Merk: KYORITSU
3. Alat ini berfungsi untuk menampilkan nilai tahanan pentanahan yang terukur
Dimana:
5. Terminal pengukuran
Resistance Tester. Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah berarti
kondisi baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan simbol baterai
lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai perlu diganti.
meter.
45
voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika earth
bantu dengan mensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tombol ” PRESS
8. Mencatat nilai ukur tahanan yang muncul dari Digital Earth Resistance Tester.
denganlangkah 3, 7, 8, 9.
11. Perubahan kedalaman elektroda utama adalah sebesar 0.5 m pada tiap tiap
pengukuran.
46
2.12 Korosi
Korosi diartikan sebagai karat, yakni sesuatu yang hamper dianggap musuh
dari material yang disebabkan oleh reaksi kimia (roberge, 1999). Korosi adalah
kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan
perubahan sifat kearah yang lebih rendah atau dapat dikatakan kemampuan dadari
Korosi terjadi selain disebabkan oleh reaksi kimia atau eletrokimia. Selain
itu juga terdapat beberapa faktor utama yang harus dipenuhi agar reaksi tersebut
atau kecepatan korosi yang terjadi ini sama di setiap permukaanya. Korosi ini
47
2. Galvanic Corrosion
Korosi ini terjadi akibat dua logam atau lebih memiliki potensi reduksi
(𝐸0𝑟𝑒𝑑) yang berbeeda baik dihubungkan atau terhubung. Berdasarkan deret volta
/ deret galvanic, material yang memiliki potensial reduksi yang lebih kecil akan
mengalami korosi.
3. Crevice Corrosion
Korosi ini terjadi karena ada celah antara 2 logam sejenis yang
4. Pitting Corrosion
Korosi yang terjadi akibat rusaknya lapisan lapisan pasif di satu titik
karena pengaruh dari lingkungan korosi. contoh lingkungan tersebut seperti pada
air laut.
Korosi yang terjadi karena ada tegangan Tarik pada suatu material d
lingkungan korosif. Logam pertama-tama akan terkena korosi pada satu titik, dan
kemudian akan terbentuk retakan. Retakan ini akan menjalar dan dapat
Korosi terjadi karena adanya beban fatik pada suatu material di lingkungan
korosif.
48
Korosi ini terjadi karena adanya fluida yang mengalir pada permukaan
material. Fluida tersebut dapat berupa liquid (Erosion Corrosion) maupun gas
korosif mengalir, terjadi efek keausasn mekanis atau aabrasi. Lapisan pasif atau
Korosi terjadi karena ada tegangan internal pada suatu material karena
9. Intergranular Corrosion
korosi ini terjadi akibat adanya chrome pada sekitar batas butir yang
membentuk pretisipat kromium karbida d atas butir. Kemudian akan terjadi crak
bahan terhadap waktu. Dalam perhitungan laju korosi, satuan yang biasa
British) (Trethewey. 1991). Maka laju korosi dapat juga di hitung dengan metode
kehilangan berat atau weight gain loss (WGL), Laju korosi dinyatakan dalam
mpy (milli inch per year). Dengan menghitung massa logam yang telah
dibersihkan dari oksida dan massa tersebut dinyatakan sebagai massa awal lalu
49
dilakukan pada suatu lingkungan yang korosif seperti pada air asam selama
penghitungan massa kembali dari suatu logam setelah dibersihkan logam tersebut
dari hasil korosi yang terbentuk dan massa tersebut dinyatakan sebagai massa
akhir. Dengan mengambil beberapa data seperti luas permukaan yang terendam,
waktu perendaman dan massa jenis logam yang di uji maka dihasilkan suatu laju
𝐴𝑥𝑡𝑥𝑝
Keterangan :
t = waktu (jam)
k = Konstanta
Satuannya.
Jika konstanta pada tabel tersebut tidak digunakan, laju korosi juga dapat
dihitung dengan konversi manual. Contohnya, jika logam yang digunakan adalah
bajadengan jumlah electron = 2, massa atom = 55,85 g dan berat jenis = 7.88 g cm-
3
, makakonversinya adalah sebagai berikut :
day-1
BAB III
METODE PENELITIAN
Peneliti melakukan studi literatur melalui jurnal jurnal yang terkait dan buku
system pentanahan, setelah itu peneliti melakukan survei dan pengambilan data di
Mulai
Survei Lahan
Pengukuran Lapangan
Perbandingan perhitungan
Analisa Data
52
Selatan. Dimana Lokasi yang akan dilakukan penelitian merupakan lahan milik
salah satu warga desa air sugihan. Lahan yang ditentukan adalah lahan yang telah
diukur PH air dan PH tanahnya. Penelitian kali ini dikhususkan pada lahan rawa
asam yang dimana lokasi terpilih adalah lokasi yang memang telah dilakukan
sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian
obsrvasi.
Material dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu:
1 meter
9. Alat dokumentasi
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder . Data
primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung ( dari tangan pertama )
dan data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber yang
sudah ada guna melengkapi kebutuhan data atau sebagai tambahan informasi .
Pada umumnya data sekunder berupa bukti catatan, diagram, grafik atau tabel.
eksperimen yang artinya data yang dikumpulkan bukan berupa dokumen, catatan,
penelitian dilakukan pada bulan februari 2022 dan mulai penelitian dilakukan
Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dampak batang elektroda
besi dan besi lapis pada lahan tanah rawa asam yang dimana rawa asam laju
korosinya sangat tidak baik untuk material besi atau metal. Dilakukan pengujian
earth tester terhadap elektroda batang yang mengalami korosi dalam jangka waktu
Metode pengukuran adalah cara mengukur peneliti pada penelitian ini baik untuk
sebelum mendapatkan lokasi yang tepat untuk dijadikan lokasi tetap untuk
pengukuran PH air pada lahan lahan di sekitar kecamatan sungai batang. PH air
yang dibutuhkan harus dengan tingkat keasaman yang tinggi agar laju korosi
menggunakan PH meter, jika PH air berada pada posisi dibawah 5 Mg/l maka
akan dilakukan pengukuran resistansi batang rod besi pada kedalaman 1 meter
untuk sample sementara. Resistansi yang paling besar akan menjadi tempat lokasi
pentanahan.
pada pemelihan lahan atau pengambilan data pada batang pentanahan yang
tester merk Kyoritsu type 4105A. Pada pengukuran resistansi batang pentanahan
saat pemilihan lahan hanya menggunakan 1 material batang saja sedangkan untuk
pentanahan besi, batang pentanahan besi lapis galvanis dan batang pentanahan
besi lapis tembaga. Untuk penelitian ini, peneliti hanya menggunakan pengukuran
dimana divison / keakuratannya 1 gram agar bisa lebih optimal dalam pengukuran
tanah, data berat batang pentanahan harus disimpan lebih dahulu agar dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
parameter yang teah ditentukan maka didapatkan hasil ground potensial rise
banyak dan rod besi as penurunannya yang paling sedikit Setelah dilakukan
penelitian untuk laju korosi pada material batang rod selama 3 bulan dengan
5.2 Saran
Untuk laju korosi perlu dilakukan penanaman rod lanjutan dengan waktu
yang lebih lama agar dapat memastikan material mana yang lebih baik pada rawa
asam.
79
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
EVALUASI, 9.
5. Azmi, A., Ahmad, N. A., Yiew, L. K., & Abdul-Malek, Z. (2019). The use
2). https://doi.org/10.11591/ijeecs.v13.i2.pp453-460
https://doi.org/10.33369/jamplifier.v10i2.15320
80
http://repository.unsada.ac.id/2200/3/Bab II.pdf
10. dhian wijaya, puji. (2015). Analisa laju korosi. JURNAL TEKNIK ITS,
4(1).
11. Hutauruk, F. Y. (2017). Analisa Laju Korosi pada Pipa Baja Karbon dan
November, Surabaya.
LAMPIRAN
Penelitian
88
89