Anda di halaman 1dari 84

INVESTIGASI LAJU KOROSI PADA ELEKTRODA BATANG

PENTANAHAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Palembang

Oleh:

RAHMAWAN SINAGA
NIM: 18420082

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PALEMBANG

2022
INVESTIGASI LAJU KOROSI PADA ELEKTRODA BATANG

PENTANAHAN

Oleh :

RAHMAWAN SINAGA
NIM : 18420082

Palembang, Juni 2022

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dian Ekan Putra, S.T., M.T Ir. Subianto, M.T


NIDN: 0226077901 NIDN: 0203067601

i
INVESTIGASI LAJU KOROSI PADA ELEKTRODA BATANG

PENTANAHAN

Oleh :

RAHMAWAN SINAGA
NIM : 18420082

Disahkan,

Dekan Fakultas Teknik Universitas Ketua Program Studi Teknik

Palembang Elektro

Marliyus Sunarhati, S.T., M.T Dian Ekan Putra, S.T., M.T


NIDN: 0224076201 NIDN: 0226077901

ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Ilmu Yang Akan Selalu Berkesan Dihati Didapatkan Dengan Kerja Keras Dan

Keikhlasan (Tim Riset 2022I)”

PERSEMBAHAN:

Penulis mempersembahkan tugas akhir ini untuk:

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala atas karunia dan nikmat yang telah diberikan

untuk saya beserta keluarga.

2. Nabi besar Muhammad Shallahu’alaihi Wassalam beserta penerus yang

telah membimbing umatnya sampai akhir zaman akan nikmat islam.

3. Kedua Orang tua yang telah membesarkan dan mendoakan sehingga saya

bisa menyelesaikan pendidikan saya ini.

4. Ibu mertua yang telah membantu dan mendoakan saya selama menempuh

pendidikan S1 ini.

5. Istri tercinta Ira Maya Sari, S.E yang selalu mendoakan dan mensupport

saya untuk selalu belajar dan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

6. Bapak Dian Eka Putra, S.T., M.T yang telah membimbing dan memotivasi

dalam penyelesaian tugas akhir pada tim riset 2022.

7. Bapak Ir. Subuanto, M.T yang telah membantu dan memotivasi dalam

penyelesaian tugas akhir saya ini.

8. Ibu Daeny Septi Yansuri, S.T., M.T Selaku Dosen PA yang banyak sekali

iii
membantu saya dalam penyelesaian pendidikan saya ini dari awal.

9. Terima kasih banyak untuk Tim Riset 2022 yang telah banyak membantu

Pemikiran, materi dan tenaga dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga

Tim kita ini akan selalu solid walaupun sudah tidak berada pada pada

kampus tercinta kita ini.

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Rahmawan Sinaga

NIM : 18 420 082

Jurusan : Teknik Elektro

Judul Skripsi : INVESTIGASI LAJU KOROSI PADA ELEKTRODA BATANG

PENTANAHAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang saya buat

ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata

dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan

terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan

sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas

Palembang.

Dengan pernyataan ini, saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.

Palembang, Juni 2022

Rahmawan Sinaga

v
ABSTRAK

Dalam suatu kehandalan tenaga listrik banyak sekali aspek yang harus
diperhatikan termasuk aspek sistem proteksi Pentanahan / Grounding. Dimana
sistem pentanahan sangat berguna untuk keamanan pengguna dan peralatan listrik.
Pada sistem Instalasi rumah tinggal sistem pentanahan sangatlah penting untuk
mengamankan peralatan dan pengguna listrik. Tujuan Sistem pentanahan pada
lahan rawa sangatlah penting untuk menentukan reisitansi dan kekuatan material
pada kondisi yang berbeda di perkotaan. Ideal nilai resistansi pentanahan adalaha
nol (0) Ohm. Adapun menurut IEEE Std 80-2013 mempunyai standart untuk nilai
pentanahan adalah 1,0 - 5,0 Ohm. Sedangkan PUIL 2000 dan 2011 mempunyai
standart untuk nilai resistansi pentanahan adalah 5,0 Ohm atau kurang. Dan
menurut SPLN T5.012 mempunyai standart nilai resitansi adalah kurang dari 0,5
ohm. Semakin kecil nilai resistansi pentanahan maka kemampuan mengalirkan
arus lebih ke tanah semakin besar sehingga arus gangguan tidak merusak
peralatan. kondisi lingkungan mempengaruhi nilai suatu resistansi dan
korositivitas pada elektroda batang. Oleh Sebab itu di lakukan penelitian terhadap
elektroda batang di tanah rawa. Dalam hal ini penulis menggunakan metode
penelitian di pendekatan kuantitatif dengan melakukan observasi yang bersifat
ekprimental maka didapat variable-variabel hasil dari pengukuran pada resistansi
pentanahan pada lahan rawa. Peneliti melakukan penelitian resistivitas, resistansi
dan investigasi laju korosi. Untuk resistivitas peneliti menggunakan alat Digital
Earth Resistance ETCR3200C, Untuk Resistansi menggunakan alat Digital Earth
Resistance KYORITSU 4105A dan untuk laju korosi sendiri menggunakan
metode Weight gain Loss (WGL). Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 3
bulan. Pada Resistansi Nilai fluktuasi terbesar pada 40,46 Ω dan nilai terkecil
pada 33,64 Ω dan pada Pengukuran Resistivitas fluktuasi terbesar pada 211,01 Ω
dan nilai terkecil pada 175,42 Ω. Untuk material yang mengalami laju korosi
paling baik adalah batang rod besi AS dan material yang paling banyak
mengalami korosi adalah batang rod besi lapis galvanis.

Kata Kunci : Resistansi Pentanahan, Lahan Rawa, Rawa Asam, Resistivitas

Pentanahan, Korosi, Laju Korosi

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Subhanallahu Ta’ala yang

selalu melimpahkan rahmat serta karunia-Nya yang tak terhingga, tak lupa

sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad Sholallahu Allahi

Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman dan kepada

kedua orang tua yang telah memberikan do’a dan restu serta istri yang selalu

mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul

“INVESTIGASI LAJU KOROSI PADA ELEKTRODA BATANG

PENTANAHAN”.

Pembuatan Laporan Akhir ini adalah syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Sarjana Jurusan Elektro Program Studi Teknik Universitas

Palembang.

Kelancaran proses penulisan Laporan Akhir ini tidak luput berkat

bimbingan, arahan dan petunjuk serta kerjasamanya dari berbagai pihak, baik

tahap persiapan, penyusunan, hingga terselesaikannya Laporan Akhir ini. Maka

dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Zulkifli S. Mukti, S.H., M.H selaku Rektor Universitas Palembang.

2. Bapak Marliyus Sunarhati, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Teknik

Elektro Universitas Palembang.

3. Bapak Dian Eka Putra, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Teknik

Elektro Universitas Palembang.

vii
4. Bapak Dian Eka Putra, S.T., M.T selaku Pembimbing I dalam penulisan

Laporan Akhir Universitas Palembang.

5. Bapak Ir. Subianto, M.T selaku Pembimbing II dalam penulisan Laporan

Akhir Universitas Palembang.

6. Bapak M. Noh, Selaku Pemilik Lahan Penelitian.

7. Teman-teman Tim Riset S1 Teknik Elektro dan seluruh Dosen Universitas

Palembang yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Apabila dalam penyusunan Laporan Akhir ini masih terdapat kekurangan

dan kekeliruan baik mengenai isi maupun cara penulisan, penulis memohon kritik

dan saran yang membangun guna perbaikan dimasa yang akan dating. Semoga

segala bantuan dan bimbingan yang penulis dapatkan selama ini mendapatkan

rahmat dan ridho dari Allah Subhanallahu Ta’ala. Demikianlah, semoga Laporan

Akhir ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa, khususnya bagi

mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Universitas Palembang.

Palembang, Juni 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iii

PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .........................................................................................vii

DAFTAR ISI......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 2
1.2 Tujuan........................................................................................................... 4
1.3 Manfaat......................................................................................................... 5
1.4 Batasan Masalah ........................................................................................... 6
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 10


2.1 Sistem pentanahan atau Grounding ............................................................ 10
2.2 Tujuan Sistem Pentanahan ......................................................................... 12
2.3 Keuntungan Pentanahan ............................................................................. 13
2.4 Jenis Jenis Pentanahan ............................................................................... 13
2.4.1 Pentanahan sistem .............................................................................. 14
2.4.2 Pentanahan Peralatan .......................................................................... 14
2.4.3 Pentanahan Penangkal Petir ............................................................... 15
2.5 Macam Macam Pentanahan Peralatan........................................................ 17
2.5.1 Tegangan Sentuh Tidak Langsung ..................................................... 18
2.5.2 Tegangan Langkah ............................................................................. 20
2.5.3 Tegangan Eksplosur ........................................................................... 22
2.6 Elektroda Pentanahan ................................................................................. 24
2.6.1 Elektroda Bentuk Batang .................................................................... 25
2.6.2 Eletroda Tanam Vertikal .................................................................... 27

ix
2.6.3 Dua Buah Elektroda Vertikal ............................................................. 28
2.6.4 Elektroda Bentuk Pita ......................................................................... 29
2.6.5 Elektroda Bentuk Plat ......................................................................... 30
2.6.6 Elektroda Bentuk Plat Vertikal ........................................................... 30
2.6.7 Elektroda Bentuk Plat Horizontal ....................................................... 31
2.7 Faktor Mempengaruhi Tahanan Elektroda ................................................. 32
2.8. Tahanan Jenis Tanah ................................................................................. 33
2.8.1 Faktor Mempengaruhi Tahanan Jenis Tanah ..................................... 34
2.8.1.1 Jenis Tanah ................................................................................. 34
2.8.1.2 Lapisan Tanah ............................................................................. 35
2.8.1.3 Kelembapan Tanah ..................................................................... 36
2.8.1.4 Temperature ................................................................................ 36
2.8.1.5 Kepadatan Tanah ........................................................................ 37
2.8.1.6 Suhu Tanah ................................................................................. 37
2.9 Pengujian Elektroda ................................................................................... 38
2.10 Syarat Bahan dan Mutu Elektroda ........................................................... 39
2.10.1 Sifat Mekanis Elektroda ................................................................... 40
2.11 Metode Pengukuran Tahanan Pentanahan ............................................... 41
2.11.1 Pemansangan Sistem Grounding dan Pengukuran ........................... 45
2.11.2 Langkah Langkah Pengukuran Tahanan .......................................... 46
2.12 Korosi ....................................................................................................... 47
2.12.1 Jenis Jenis Korosi ............................................................................. 48
2.12.2 Laju Korosi ....................................................................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 53
3.1 Diagram Alir .............................................................................................. 53
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 54
3.3 Sifat Penelitian ........................................................................................... 54
3.4 Material dan Alat ........................................................................................ 54
3.5 Tema Data .................................................................................................. 55
3.6 Desain Penelitian ........................................................................................ 55
3.6.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 55
3.6.2 Subjek Penelitian ................................................................................ 56
3.6.7 Metode Pengukuran................................................................................. 56
3.7.1 Pengukuran Pemilihan Lahan ............................................................. 56
3.7.2 Pengukuran Resistansi Batang Pentanahan ........................................ 57
3.7.3 Pengukuran Korosi ............................................................................. 57

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ....................................................... 58


4.1 Analisa Resistansi Pentanahan ................................................................... 58
4.2 Resistivitas Tanah Rawa ............................................................................ 64
4.3 Resistivitas Wanner Methode..................................................................... 66
4.4 Laju Korosi Elektroda Batang .................................................................... 68
4.5 Simulasi Ground Potensial Rise ................................................................. 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 78


5.1 Kesimpulan................................................................................................. 78

x
5.2 Saran ........................................................................................................... 78

BAB VI DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 79

LAMPIRAN......................................................................................................... 80

xi
DAFTAR GAMBAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................

Gambar 2.1 Jalur Arus Gangguan ......................................................................... 12


Gambar 2.2 Tegangan Sentuh Tidak Langsung .................................................... 17
Gambar 2.3 Tegangan Langkah ............................................................................ 19
Gambar 2.4 Komponen Tahanan Elektroda Batang ............................................. 24
Gambar 2.5 Bentuk Bentuk Elektroda Batang ...................................................... 25
Gambar 2.6 Distribusi Tegangan Sekitar Elektroda ............................................. 25
Gambar 2.7 Sudut Elektroda Pentanahan ............................................................. 26
Gambar 2.8 Elektroda Ditanam Tegak Lurus ....................................................... 27
Gambar 2.9 Dua Batang Elektroda Ditanam Tegak Lurus ................................... 28
Gambar 2.10 Jenis Jenis Elektroda Pita ................................................................ 28
Gambar 2.11 Elektroda Plat Dipasang Vertikal .................................................... 30
Gambar 2.12 Elektroda Plat Dipasang Horisontal ................................................ 31
Gambar 2.13 Kurva pengaruh Kadar Garam ........................................................ 36
Gambar 2.14 Earth Resistance Tester ................................................................... 41
Gambar 2.15 Pengukuran Tahanan Pentanahan ................................................... 42
Gambar 2.16 Metode Perhitungan Nilai Pentanahan ............................................ 43
Gambar 2.17 Rangkaian Pengganti Tahanan Pentanahan .................................... 43
Gambar 2.18 Earth Resistance Tester Kyoritsu 4105A ........................................ 45
Gambar 2.19 Skematik Pemasangan Elekroda Pentanahan ................................. 47

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Grafik Pengukuran Tahanan Resistansi ............................................ 62


Gambar 4.2 Grafik Rata Rata Resistansi Pentanahan ........................................... 63
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Resistansi dan Resistivitas .............................. 65
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan menggunakan metode wanner ........................ 67
Gambar 4.5 Grafik Bobot Rod Sebelum Ditanam ................................................ 68
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Rod Setelah Ditanam ...................................... 69
Gambar 4.7 Desain Grid Sistem Pentanahan ........................................................ 75
Gambar 4.8 Pontensial Countour .......................................................................... 75
Gambar 4.9 Pontensial Countur Report ................................................................ 76
Gambar 4.10 Potensial Grid Analisis .................................................................... 77

xii
DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

Tabel 2.1 Tegangan Sentuh dan Pemutus Waktu Maksimum .............................. 20


Tabel 2.2 Tegangan Langkah dan Pemutus Waktu Maksimum ........................... 21
Tabel 2.3 Harga Tahanan Jenis Tanah .................................................................. 33
Tabel 2.4 Konstanta Perhitungan Laju korosi....................................................... 51
Tabel 2.5 Konversi Perhitungan Laju Korosi ....................................................... 52

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ...........................................................

Tabel 4.1 Parameter Perhitungan Resistansi ......................................................... 59


Tabel 4.2 Material Penelitian ................................................................................ 60
Tabel 4.3 Pergitungan Resistansi Secara Periodik ................................................ 61
Tabel 4.4 Resistansi Rata Rata Batang Pentanahan .............................................. 63
Tabel 4.5 Resistivitas Tanah Menggunakan Rumus U.DWIGHT ........................ 64
Tabel 4.6 Resistivitas Tanah Menggunakan Rumus Wanner ............................... 66
Tabel 4.7 Bobot Awal Rod Sebelum Ditanam...................................................... 68
Tabel 4.8 Bobot Rod Setelah Ditanam ................................................................. 69

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Surat Pengajuan Judul Skripsi

Surat Keputusan Pembimbing 1 dan 2

Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi

Foto Foto Penelitian

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Listrik dalam kehidupan rumah tangga merupakan suatu hal yang sudah

menjadi kebutuhan pokok. Dalam kehidupan sehari-hari listrik mempunyai

peranan yang sangat penting, baik bagi masyarakat perkotaan maupun masyarakat

pedesaan. Listrik dalam kehidupan rumah tangga disatu sisi memiliki banyak

manfaat tetapi disisi lain memiliki resiko besar yang dapat membahayakan bagi

pemakainya apabila salah dalam penanganan dan penggunaannya.

Instalasi listrik rumah tinggal dipasang sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Pemasangan instalasi listrik di Indonesia diatur sesuai Persyaratan Umum

Instalasi Listrik (PUIL 2000) yang merupakan revisi PUIL 1987 dan peraturan

lainnya yang mendukung. Pengawasan pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut

lakukan oleh PT.PLN (Persero) atau intansi swasta yang telah di tunjuk oleh pihak

PLN sebagai pemberi ijin dan pengontrol pemasangan instalasi listrik rumah

tinggal.

Desa Air Sugihan Kecamatan sungai Batang Kabupaten Ogan Komring

ilir Provinsi Sumatera Selatan Merupakan suatu desa yang di kelilingi dengan

rawa asam. Ilmu masyarakat tentang kelistrikan sangatlah minim terutama pada

system grounding instalasi rumah tinggal. Banyak masyarakat yang tidak peduli

akan bahayanya instalasi listrik terutama pada material listrik yang di pasang pada

rumah rumah mereka. Jenis kabel dan diameter kabel sering kali tidak
2

diperhatikan apalagi sistem pentanahannya. Daerah tersebut dikelilingi rawa asam

yang tingkat laju korosinya sangat kuat terhadap logam.

Salah satu sistem instalasi listrik yang berfungsi sebagai proteksi adalah

sistem pentanahan. Pentingnya tahanan pentanahan rumah tinggal adalah untuk

tujuan keselamatan, sistem pentanahan berfungsi sebagai penghantar arus listrik

langsung ke bumi atau tanah saat terjadi tegangan listrik yang timbul akibat

kegagalan isolasi dari sistem kelistrikan atau peralatan listrik dalam rumah

tinggal.

Adanya persyaratan umum insatalasi listrik (PUIL 2000), diharapkan

dapat mendukung terciptanya mutu pemasangan instalasi yang baik. Batasan nilai

tahanan pentanahan rumah tinggal yang diperbolehkan maksimal 5 Ohm untuk

instalasi listrik rumah dan 2 Ohm untuk instalasi petir. Bila tahanan terukur masih

tinggi, maka panjang batang pentanahan harus ditanam lebih dalam lagi, pada

PUIL 2000 dijelaskan pula, jika daerah yang mempunyai jenis tanah yang nilai

tahanannya tinggi, tahanan pentanahannya boleh mencapai maksimal 10 Ohm.

Nilai suatu tahanan pentanahan yang berbeda-beda pada setiap sistem

pentanahan rumah tinggal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Bahan Elektroda

2. Bentuk Elektroda

3. Kedalaman Elektroda

4. Jenis Tanah

5. Jumlah Elektroda

6. Kelembapan Tanah
3

7. Kandungan Mineral Tanah

8. Suhu Tanah

Tahanan atau resistansi rumah tinggal pada Desa Karang Anyar RT 02 Dusun

2 Jalan Muara Padang Kecamatan Muara Padang Kabupaten Banyuasin Provinsi

Sumatera Selatan perlu diteliti apakah sesuai standard resistansinya dikarenakan

daerah tersebut merupakan daerah yang dikelilingi rawa asam yang dimana rawa

asam sangat lah tidak bagus untuk material logam dikarekan air asam dapat

merusak struktur logam pada batang rod pentanahan. Masyarakat di daerah

tersebut ada yang menggunakan besi behel sisa sisa bangunan rumah untuk

grounding rod instalasi listriknya bahkan ada yang menggunakan besi pondasi

bangunan sebagai grounding rodnya. Rawa asam Pada Desa Air Sugihan

Kecamatan Sungai Batang Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera

Selatan merupakan rawa asam pasang surut yang dimana ketinggian Air terjadi

karena pasang surut air sungai pada desa tersebut. Berdasarkan paparan tersebut

peneliti ingin meneliti nilai tahanan dan laju korosi pada desa Air Sugihan dengan

judul skripsi “INVESTIGASI LAJU KOROSI PADA ELEKTRODA

BATANG PENTANAHAN”
4

1.2 TUJUAN

Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah mengukur

resistansi dan menganalisa laju korosi pada sistem pentanahan instalasi rumah

tinggal agar mendapatkan nilai yang sesuai standar PLN pada pada Desa Karang

Anyar RT 02 Dusun 2 Jalan Muara Padang Kecamatan Muara Padang Kabupaten

Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Selain untuk mendapatkan nilai yang

standar, Peneliti juga bertujuan agar tercipta instalasi listrik yang aman demi

keselamatan masyarakat agar terhindar dari kecelakaan yang terjadi akibat

instalasi listrik.

1.3 MANFAAT

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut manfaat yang diharapkan pada

penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi pada konsumen listrik di Desa Karang Anyar RT

02 Dusun 2 Jalan Muara Padang Kecamatan Muara Padang Kabupaten

Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan tentang Besaran resistansi

pentanahan pada rumah tinggal yang mereka huni.

2. Sebagai proteksi agar masyarakat di Desa Karang Anyar RT 02 Dusun 2

Jalan Muara Padang Kecamatan Muara Padang Kabupaten Banyuasin

Provinsi Sumatera Selatan terhindar dari kecelakaan listrik pada sistem

instalasi rumah tinggal.


5

3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang tahanan

pentanahan dan material batang pentanahan di daerah rawa asam.

1.4 BATASAN MASALAH

Peneliti Membatasi permasalahan dengan berorientasi terhadap pengukuran

tahanan pentanahan pada rumah tinggal sederhana dan laju korosi pada lahan

warga Desa Karang Anyar RT 02 Dusun 2 Jalan Muara Padang Kecamatan Muara

Padang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.

Jenis Elektroda yang dipakai pada batang pentanahan adalah elektroda besi

as berdiameter 16 mm, besi lapis galvanis 16 mm dan besi lapis tembaga

berdiameter 16 mm dengan panjang besi 1 meter yang ditanam kedalam tanah

pada kedalaman 1 meter.

Alat ukur yang digunakan pada Penelitian menggunakan earth tester merk

KYORITSU model 4105A yang digunakan untuk mengukur besaran resistansi

pada batang pentanahan , Soil analyzer tester merk INSTRUMENT model

SPH004 digunakan untuk mengukur PH tanah pada lahan rawa yang akan

dilakukan penelitian. PH meter merk PH model PH-02 digunakan untuk

mengukur PH air pada lahan rawa asam ketika rawa sedang pasang.
6

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, karena hal ini

untuk memudahkan dalam penulisan skripsi, maka sistematika skripsi dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Bagian Pendahuluan

Bagian ini berisi halaman judul, abstraksi, halaman pengesahan, halaman

motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran.

2. Bagian Isi Skripsi

a) BAB I. Pendahuluan

Pendahuluan bab I ini diuraikan tentang latar belakang pemberian judul,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, Batasan masalah pada penelitian dan

sistematika pada penelitian.

b) BAB II. Tinjauan Pustaka

Landasan pustaka ini mencakup penelitian penelitian yang dilakukan pada

system pentanahan yang meliputi elektroda pentanahan, jenis tanah, laju

korosi dan metode pengukuran pada sistem pentanahan.

c) BAB III. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menguraikan langkah-langkah penelitian yang hendak

ditempuh yang meliputi, Lokasi pengerjaan, sifat penelitian, material dan

bahan, tema data, desain penelitian, pengujian dan hasil laboratorium.

d) BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bagian ini berisi data pengukuran dan evaluasi table pengukuran

e) BAB V. Penutup
7

Bagian penutup ini berisi tentang simpulan, saran-saran, kelemahan, dan

hambatan penelitian.

3. Bagian Akhir

Bagian ini berisi abstrak gabungan dari metode penelitian, latar belakang,

evaluasi dan kesimpulan


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pentanahan atau Grounding

Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistem-

sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak

membahayakan. Namun setelah sistem-sistem tenaga listrik berkembang semakin

besar dengan tegangan yang semakin tinggi dan jarak jangkauan semakin jauh,

baru diperlukan sistem pentanahan. Kalau tidak, hal ini bisa menimbulkan potensi

bahaya listrik yang sangat tinggi, baik bagi manusia, peralatan dan sistem

pelayanannya sendiri.(Sugiharto, 2019)

Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang

menghubungkan sistem, badan peralatan dan instalasi dengan bumi/tanah

sehingga dapat mengamankan manusia dari sengatan listrik, dan mengamankan

komponen-komponen instalasi dari bahaya tegangan/arus abnormal. Oleh karena

itu, sistem pentanahan menjadi bagian Penting dari sistem tenaga listrik.

Pentanahan tidak terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga

sistem peralatan elektronik, seperti telekomunikasi, komputer, dll. Secara umum,

tujuan sistem pentanahan adalah menjamin keselamatan orang dari sengatan

listrik baik dalam keadaan normal atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan

langkah, menjamin kerja peralatan listrik/elektronik, mencegah kerusakan

peralatan listrik/elektronik, dan menyalurkan energi serangan petir ke tanah.


9

Perilaku tahanan sistem pentanahan sangat tergantung pada frekuensi (dasar

dan harmonisanya) dari arus yang mengalir ke sistem pentanahan tersebut.

Beberapa jenis kontur tanah mempengaruhi pemilihan jenis alat pentanahan dan

perencanaan grounding sistemnya. Tanah liat, tanah sawah, tanah uruk tanah

tambak masing – masing memiliki niai pentanahan yang berbeda – beda juga .

Dalam suatu pentanahan baik penangkal petir atau pentanahan netral sistem

tenaga adalah berapa besar impedansi sistem pentanahan tersebut. Besar

impedansi pentanahan tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor internal meliputi :

1. Dimensi konduktor pentanahan (diameter dan panjangnya)

2. Resistivitas tanah (Nilai tahanan tanah)

3. Konfigurasi Sistem pentanahan

Faktor external meliputi:

1. Bentuk arusnya (pulsa, sinusoidal, searah)

2. Frekuensi yang mengalir ke dalam sistem pentanahan

Untuk mengetahui nilai-nilai hambatan jenis tanah yang akurat harus

dilakukan pengukuran secara langsung pada lokasi yang digunakan untuk sistem

pentanahan karena struktur tanah yang sesungguhnya tidak sesederhana yang

diperkirakan, untuk setiap lokasi yang berbeda mempunyai hambatan jenis tanah

yang tidak sama[6]. Salah satu faktor utama dalam setiap usaha pengamanan

rangkaian listrik adalah pentanahan. Apabila suatu tindakan pengamanan yang

baik dilaksanakan maka harus ada sistem pentanahan yang dirancang dengan baik

dan benar. Syarat sistem pentanahan yang efektif meliputi :


10

1. Membuat jalur impedansi rendah ke tanah untuk pengaman personil dan

peralatan dengan menggunakan rangkaian yang efektif.

2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surya

hubung.

3. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi tanah,

untuk memastikan kontinuitas penampilan sepanjang umur peralatan yang

dilindungi.

4. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam perawatan dan

perbaikan bila terjadi kerusakan.

Di dalam panduaan pendidikan daan latihan PT. PLN, dijelaskan bahwa

nilai besaran pentanahan yang makin kecil maka akan semakin baik. Untuk

perlindungan personil dan peralatan perlu diusahakan tahanan pentanahan lebih

kecil dari 1 Ohm. Dalam Gardu - gardu Induk distribusi, harga tahanan

maksimum yang diperbolehkan adalah 5 Ohm. Untuk memahami mengapa

tahanan pentanahan harus rendah, dapat digunakan hukum Ohm yaitu :

E = I x R volt

Dimana:

E = Tegangan (volt) ; I = Arus Listrik (Ampere) ; R = Tahanan (Ohm)

2.2 Tujuan Sistem Pentanahan

Pentanahan tidak terbatas pada sistem tenaga saja, namun mencakup juga

sistem peralatan elektronik, seperti telekomunikasi, komputer, kontrol di mana


11

diterapkan komunikasi data secara intensif dan sangat peka terhadap interferensi

gelombang elektromagnet dari luar. Pentanahan di sini lebih dititikberatkan pada

keterjaminan sinyal dan pemrosesannya.

Tujuan dari pemasangan sistem pentanahan adalah :

1. Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri

arus dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi

operasi, baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan.

2. Untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur dan

peralatan serta untuk memperoleh impedansi yang rendah sebagai jalan balik

arus hubung singkat ke tanah. Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan

mengalir melalui tanah dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan

perbedaan tegangan yang besar dan berbahaya.

3. Menjamin keselamatan orang dari sengatan listrik baik dalam keadaan normal

atau tidak dari tegangan sentuh dan tegangan langkah.

4. Mencegah kerusakan peralatan listrik/elektronik.

5. Mengalihkan energi RF liar dari peralatan-peralatan seperti: audio, video,

kontrol, dan computer.

6. Menjamin kehandalan peralatan listrik atau elektronik.

2.3 Keuntungan Pentanahan

Keuntungan penerapan sistem pentanahan pada instalasi listrik meliputi dua

hal yaitu:
12

1. Semua sistem kelistrikan berada dalam potensial yang seragam dan tidak

dimungkinkan adanya tegangan yang mengambang.

2. Dengan menghubungkan benda kerja yang terbuat dari logam ke tanah dengan

menggunakan konduktor pengaman, jalur untuk arus gangguan ke tanah telah

tersedia. Hal ini terlihat dalam Gambar 1.

Gambar 2.1. Jalur Untuk Arus Gangguan

2.4 Jenis Jenis Pentanahan

Secara umum sistem pentanahan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Pentanahan sistem

2. Pentanahan peralatan

3. Pentanahan penangkal petir

2.4.1 Pentanahan Sistem

Pentanahan sistem adalah Sistem dengan titik netral ditanahkan adalah suatu

sistem yang titik netral dari sistem tersebut sengaja dihubungkan ke tanah, baik

melalui impedansi maupun secara langsung.


13

Tujuan pentanahan sistem adalah:

1. Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.

2. Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa yang

sehat).

3. Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga

listrik.

4. Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh

penyalaan bunga api yang berulang-ulang (restrike ground fault).

5. Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam

menentukan lokasi gangguan.

2.4.2 Pentanahan Peralatan

Pentanahan peralatan sistem pentanahan netral pengaman (PNP) adalah

tindakan pengamanan dengan cara menghubungkan badan peralatan / instalasi

yang diproteksi dengan hantaran netral yang ditanahkan sedemikian rupa sehingga

apabila terjadi kegagalan isolasi tidak terjadi tegangan sentuh yang tinggi sampai

bekerjanya alat pengaman arus lebih. Yang dimaksud bagian dari peralatan ini

adalah bagian-bagian mesin yang secara normal tidak dilalui arus listrik namun

dalam kondisi abnormal dimungkinkan dilalui arus listrik. Sebagai contoh adalah

bagian-bagian mesin atau alat yang terbuat dari logam (penghantar listrik), seperti

kerangka dan rumah mesin listrik, dan panel listrik.

Pentanahan Peralatan bertujuan untuk:

1. Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik yang berbahaya untuk orang

dalam daerah itu.


14

2. Untuk memungkinkan timbulnya arus tertentu baik besarnya maupun lamanya

dalam keadaan gangguan tanah tanpa menimbulkan kebakaran atau ledakan

pada bangunan atau isinya.

3. Untuk memperbaiki penampilan dari sistem.

2.4.3 Pentanahan Penangkal Petir

Sistem proteksi petir (SPP) merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk

memproteksi bangunan serta segala hal yang ada di dalamnya dari bahaya

sambaran petir. Standar dari SPP sangatlah penting supaya bangunan dan mahluk

hidup didalamnya tidak mengalami bahaya. SPP pada bangunan dibagi menjadi 2

yaitu SPP Ekternal dan SPP Internal. SPP eksternal difokuskan untuk menangkap

kilat petir dengan sistem terminasi udara, mengalirkan arus petir dengan aman

menuju bumi dengan sistem down conductor, lalu menyebarkan arus petir ke

bumi dengan menggunakan sistem terminasi pembumian. Sedangkan SPP internal

difokuskan untuk mencegah percikan bahaya didalam struktur bangunan

menggunakan ikatan penyama potensial (IPP) antara komponen SPP Eksternal

dan elemen pengatur elektrik lainnya yang berada didalam struktur bangunan.

Dalam pemasangan sistem proteksi petir pada bangunan harus memenuhi standar

yang berlaku. Hal ini sangat penting karena apabila instalasi penangkal petir tidak

memenuhi standar, instalasi penangkal petir tidak akan bekerja dengan maksimal.

Standar yang digunakan pada pokok bahasan sistem proteksi petir ini adalah SNI

03-7015-2004 tentang sistem proteksi petir pada bangunan gedung, PUIL 2011,

IEC 622305-3.

Pentanahan penangkal petir bertujuan untuk:


15

1. Menyalurkan arus petir, Sambaran petir yang telah mengenai terminal

penangkal petir sebagai alat penerima sambaran akan membawa arus yang

sangat tinggi, maka dari itu harus dengan cepat disalurkan ke bumi

(grounding) melalui kabel penyalur sesuai standar sehingga tidak terjadi

loncatan listrik yang dapat membahayakan struktur bangunan atau

membahayakan perangkat yang ada di dalam sebuah bangunan.

2. Menangkap Petir, Dengan cara menyediakan sistem penerimaan (Air

Terminal) yang dapat dengan cepat menyambut sambaran arus petir, dalam

hal ini mampu untuk lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara

tepat dengan memperhitungkan besaran petir.

3. Proteksi petir jalur power listrik, Proteksi terhadap jalur dari power munta

diperlukan untuk mencegah terjadinya induksi yang dapat merusak peralatan

listrik dan elektronik.

4. Proteksi Grounding sistem, Selain memperhatikan resistansi atau tahanan

tanah, material yang digunakan untuk pembuatan grounding juga harus

diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih lagi jika

didaerah dengan dengan laut. Untuk menghindari terjadinya loncatan arus

petir yang ditimbulkan adanya beda potensial tegangan maka setiap titik

grounding harus dilindungi dengan cara integrasi atau bonding system.

5. Proteksi petir jalur elektronik, Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti

CCTV, mesin dll dengan memasang surge arrester elektronik.

6. Proteksi petir jalur PABX, Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal

termasuk pesawat faxsimile dan jaringan data.


16

7. Dengan cara membuat grounding system dengan resistansi atau tahanan tanah

kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat sepenuhnya diserap oleh

tanah tanpa terjadinya step potensial. Bahkan di lapangan saat ini umumnya

resistansi atau tahanan tanah untuk instalasi penangkal petir harus dibawah 3

Ohm.

2.5 Macam-macam Pentanahan Peralatan

Yang dimaksud bagian dari peralatan ini adalah bagian-bagian mesin yang

secara normal tidak dilalui arus listrik namun dalam kondisi abnormal

dimungkinkan dilalui arus listrik. Sebagai contoh adalah bagian-bagian mesin atau

alat yang terbuat dari logam (penghantar listrik), seperti kerangka dan rumah

mesin listrik, dan panel listrik.

Ada tiga macam pentanahan peralatan yaitu:

1. Tegangan sentuh tidak langsung

2. Tegangan langkah

3. Tegangan eksposur
17

2.5.1 Tegangan Sentuh Tidak Langsung

Tegangan sentuh tidak langsung adalah tegangan pada bagian alat/instalasi

yang secara normal tidak dilalui arus namun akibat kegagalan isolasi pada

peralatan/instalasi, pada bagian-bagian tersebut mempunyai tegangan terhadap

tanah Gambar 2.6. Bila tidak ada pentanahan maka tegangan sentuh tersebut sama

tingginya dengan tegangan kerja alat/instalasi. Hal ini, sudah tentu,

membahayakan manusia yang mengoperasikannya atau yang ada di sekitar tempat

itu. Selama alat pengaman arus lebih tidak bekerja memutuskan rangkaian,

keadaan ini akan tetap bertahan. Namun dengan adanya pentanahan secara baik,

kemungkinan tegangan sentuh selama terjadi gangguan dibatasi pada tingkat

aman atau maksimum 50 V untuk ac.

Gambar 2.2: Tegangan Sentuh Tidak Langsung

Dalam gambar ini terlihat jelas perbedaan antara sebelum dan setelah ada

pentanahan pada alat yang terbungkus dengan bahan yang terbuat dari logam

(penghantar). Pada keadaan sebelum diketanahkan, bila terjadi arus gangguan

(arus bocor), maka selungkup alat mempunyai tegangan terhadap tanah sama
18

dengan tegangan sumber (tegangan antara L-N). Tegangan ini sudah tentu sangat

membahayakan operator atau orang yang menyentuh selungkup alat tersebut dan

pengaman arus beban lebih tidak bekerja memutuskan aliran bila tidak melampaui

batas kerjanya. Sehingga kalau pun terjadi sengatan pada manusia alat pengaman

ini masih belum akan bekerja karena arus listrik yang mengalir ke tubuh tidak

cukup besar untuk bekerjanya pengaman akibat dari adanya tahanan tubuh yang

relatif besar. Sedangkan, pada keadaan setelah dilakukan pentanahan, maka bila

terjadi arus gangguan, karena tahanan pentanahan sangat kecil (persyaratan),

maka akan mengalir arus gangguan yang sangat besar sehingga membuat

bekerjanya pengaman arus lebih, yaitu dengan memutuskan peralatan dari sumber

listrik. Dalam waktu terjadinya arus gangguan ini, dan dengan tahanan

pentanahannya sangat rendah, tegangan sentuh dapat dibatasi pada batasamannya.

2.5.2. Tegangan Langkah

Tegangan langkah adalah tegangan yang terjadi akibat aliran arus

gangguan yang melewati tanah. Arus gangguan ini relatif besar dan bila

mengalir dari tempat terjadinya gangguan kembali ke sumber (titik netral)

melalui tanah yang mempunyai tahanan relatif besar maka tegangan di

permukaan tanah akan menjadi tinggi. Gambar 3 mengilustrasikan tegangan

ini. Bila kita perhatikan Gambar 3 (a), satu tangan memegang dudukan lampu

dan tangan satunya lagi memegang kran air. Antara kran air dan dudukan

lampu dalam keadaan normal tidak bertegangan. Tetapi ketika terjadi

gangguan ke tanah, arus mengalir kembali ke sumber melalui pentanahan RA


19

dan RB. Adanya aliran arus gangguan ini menimbulkan tegangan antara letak

gangguan dan RA sebesar VF dan antara kran air dan dudukan lampu sebesar

VB. Besar kedua tegangan ini ditentukan oleh besar arus gangguan dan

tahanan pentanahannya. Semakin besar arus dan tahanan akan semakin besar

pula tegangan sentuhnya. Besar tegangan ini harus dibatasi dalam batas aman

begitu juga lama waktu terjadinya tegangan harus dibatasi sependek mungkin.

Lama waktu terjadinya tegangan ini dibatasi oleh waktu kerja alat pengaman

arus lebih.

Gambar 2.3 : Tegangan Langkah

International Electrotechnical Commission (IEC) merekomendasikan

besar dan lama tegangan sentuh maksimum yang diperbolehkan seperti

dalam tabel berikut ini:


20

Tabel 2.1: Tegangan Sentuh dan Waktu Pemutus Maksimum

Tegangan Sentuh RMS Maksimum Waktu Pemutusan Maksimum

(V) (Detik)

<50 ~

50 5,0

75 1,0

90 0,5

110 0,2

150 0,1

220 0,05

280 0,03

Sumber: International Electrotechnical Commission (IEC

Berdasarkan tabel ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tegangan sentuh

semakin pendek waktu pemutusan yang dipersyaratkan bagi alat pengaman

proteksinya. Untuk tegangan sentuh kurang dari 50 V AC tidak ada persyaratan

waktu pemutusannya, yang berarti bahwa tegangan itu diperkenankan sebagai

tegangan permanen.

Bila terjadi gangguan tanah seperti yang digambarkan pada Gamba 2.7 (b),

di mana ada salah satu saluran fasa putus dan menyentuh tanah, maka akan terjadi

tegangan eksposur dengan gradien seperti ditunjukkan oleh gambar. Tegangan ini

ditimbulkan oleh adanya arus gangguan tanah yang besar yang mengalir melalui

tanah untuk kembali lagi ke sumber. Gradien tegangan semakin menurun dengan

semakin jauhnya jarak dari letak gangguan. Tegangan ini sangat membahayakan
21

orang yang ada di atas tanah/lantai sekitar terjadinya gangguan tersebut walaupun

yang bersangkutan tidak menyentuh bagian-bagian mesin. Tegangan ini adalah

tegangan antar kaki dan karena itulah kemudian disebut tegangan langkah.

Tegangan langkah harus dibatasi serendah mungkin dan dalam waktu yang

sependek-pendeknya. Besar tegangan langkah diminimalisir dengan sistem

pentanahan sedangkan waktu pemutusannya dilakukan dengan peralatan

pengaman.

2.5.3 Tegangan Eksposur

Ketika terjadi gangguan tanah dengan arus yang besar akan memungkinkan

timbulnya beda potensial antara bagian-bagian yang dilalui arus dan antara

bagian-bagian yang yang tidak dilalui arus terhadap tanah yang disebut tegangan

eksposur. Tegangan ini bisa menimbulkan busur tanah (grounding arc) yang

memungkinkan terjadinya kebakaran atau ledakan. Arus gangguan tanah di atas

5A cenderung tidak dapat padam sendiri sehingga menimbulkan potensikebakaran

dan ledakan. Dengan sistem pentanahan ini, membuat potensial semua bagian

struktur, peralatan dan permukaan tanah menjadi sama (uniform) sehingga

mencegah terjadinya loncatan listrik dari bagian peralatan ke tanah. Yang tidak

kalah pentingnya adalah ketika terjadi gangguan tanah, tegangan fasa yang

mengalami gangguan akan menurun. Penurunan tegangan ini sangat mengganggu

kinerja peralatan yang sedang dioperasikan. Kejadian ini pula bisa mengganggu

kerja paralel generator-generator sehingga secara keseluruhan akan mengganggu

kinerja sistem tenaga.


22

Rural Electrification Administration (REA), AS, merekomendasi tegangan

langkah dan waktu pemutusan maksimum yang diperbolehkan seperti tabel

berikut ini.

Tabel 2.2: Tegangan Langkah dan Waktu Pemutusan Gangguan Maksimum yang

diizinkan

Lama Gangguan T Tegangan Langkah yang Diizinkan

(detik) (V)

0,1 7.000

0,2 4.950

0,3 4.040

0,4 3.500

0,5 3.140

1,0 2.216

2,0 1.560

3,0 1.280

Sumber: Rural Electrification Administration (REA), AS

Jadi secara singkat, pentanahan peralatan ini dimaksudkan untuk:


1. Mengamankan manusia dari sengatan listrik baik dari tegangan sentuh

maupun tegangan langkah.

2. mencegah timbulnya kebakaran atau ledakan pada bangunan akibat

busurapi ketika terjadi gangguan tanah.

3. memperbaiki kinerja sistem.


23

2.6 Elektroda Pentanahan

Elektroda pentanahan adalah suatu penghantar yang ditanamkan kedalam

tanah dan membuat kontak langsung dengan tanah. Adanya kontak langsung ini

dengan tujuan agar diperoleh pelaluan arus yang sebaik-baiknya apabila terjadi

gangguan sehingga arus tersebut disalurkan ke tanah. Bahan konduktor

merupakan bahan yang digunakan sebagai elektroda pentanahan, berdasarkan

ketentuan maka bahan tersebut adalah besi, aluminium, dan tembaga. Dari ketiga

jenis bahan tersebut ditinjau dari sifat mekanis, elektris dan kimiawi maka

tembaga mempunyai keunggulan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan

yang lain namun ditinjau dari segi biaya tembaga cenderung lebih mahal, tetapi

mengingat kesulitan yang timbul bila elektroda tersebut mengalami kerusakan

baik pengaruh elektris, mekanis dan kimiawi maka tembaga lebih unggul.

Gambar 2.4: Komponen Tahanan dari suatu batang elektroda pentanahan

Untuk mendapatkan tahanan pembumian yang kecil,diperlukan elektroda

pentanahan. Prinsip dasar untuk memperoleh tahanan yang kecil adalah dengan

membuat permukaan elektroda bersentuhan dengan tanah sebesar mungkin, sesuai

dengan rumus :

L
R
A
24

Dimana:

R = Tahanan Pentanahan (  )

ρ = Tahanan Jenis Tanah ( m )

L = Panjang lintasan arus pada tanah ( m )

A = Luas penampang lintasan arus pada tanah ( m² )

2.6.1 Elektroda Bentuk Batang ( Rod )

Elektroda bentuk batang ini adalah elektroda bentuk pipa atau batang profil

yang ditanamkan tegak lurus kedalam tanah dengan kedalaman antara 1 sampai

10 meter.

1 s/ d 10 m

Elektroda batang Elektroda batang


Tunggal dalam group ( mesh )

Gambar 2.5: Bentuk-bentuk Elektroda Batang

Dibawah ini diperlihatkan distribusi tegangan yang terjadi pada elektroda

pada saat terjadi gangguan.


25

Distribusi tegangan sekitar Distribusi tegangan sekitar


Satu batang elektroda dua batang elektroda

Gambar 2.6 : Distribusi tegangan sekitar Elektroda

Elektroda pentanahan harus terbuat dari batang baja pejal yang berlapis

tembaga dan salah satu ujungnya lancip dengan sudut kelancipan (45 ± 5)º seperti

terlihat pada Gambar 7.

Gambar2.7: Sudut Elektroda pentanahan

2.6.2 Satu Buah Elektroda Batang Ditanam Vertikal Ke Dalam Tanah

Dasar perhitungan tahanan pentanahan adalah perhitungan kapasitansi dari

susunan batang-batang elektroda pentanahan dengan anggapan bahwa distribusi

arus atau muatan uniform sepanjang batang elektroda. Hubungan tahanan dan

kapasitansi dapat dijelaskan dengan suatu analogi. Analogi ini merupakan dasar

perhitungan karena aliran arus masuk ke dalam tanah dari elektroda pentanahan
26

mempunyai kesamaan dengan emisi fluks listrik dari konfigurasi yang sama dari

konduktor yang mempunyai muatan yang terisolir.

Gambar 2.8 : Elektroda batang ditanamkan tegak lurus

  4L 
R 1  ln  1
bt
2L  d 

Dimana :

Rbt 1 = Tahanan pembumian elektroda batang ( Ω )

ρ = Tahanan jenis tanah ( Ω m )

L = Panjang batang yang tertanam ( m )

d = diameter elektroda batang ( m )

ln = Logaritmus (dasar e = 2.7182818 )

2.6.3 Dua Buah Elektroda Batang Ditanam Vertikal Ke Dalam Tanah

  4L    L2 2 L4 
Rbt 2   ln  1  1  2  4  Untuk s > L
4L  d  4s  3s 5s 

  4L 4L s s2 s4 
Rbt 2   ln  ln 2    Untuk s < L
4L  d s 2 L 16 L2 512 L4 

Dimana s = Jarak antara kedua elektroda batang ( meter )


27

Gambar 2.9 : Dua batang elektroda ditanamkan tegak lurus

2.6.4 Elektroda Bentuk Pita

Merupakan logam yang mempunyai penampang yang berbentuk pita atau

juga dapat berbentuk bulat, pita yang dipilin atau dapat juga bentuk kawat yang

dipilin. Elektroda ini dapat ditanamkan kedalam tanah secara dangkal pada

kedalaman 0,5 sampai dengan 1 meter dari permukaan tanah.

L
0,5 s/d 1 m

60°

Radial Lingkaran Kombinasi


lingkaran radial

Gambar 2.10 : Jenis-jenis elektroda pita

Besarnya tahanan pembumian dengan elektroda pita ini dipergunakan rumus

sebagai berikut :

  2L 
R   ln 
pt
L  d 
28

Dimana :

Rpt = Tahanan pembumian elektroda pita ( Ω )

ρ = Tahanan jenis tanah ( Ω m )

L = Panjang elektroda pita yang tertanam ( m )

d = Lebar pita / Diameter elektroda kalau bulat ( m )

ln = Logaritmus (dasar e = 2.7182818 )

2.6.5 Elektroda Bentuk Plat

Elektroda bentuk ini merupakan elektroda dari plat logam dimana pada

pemasangannya dapat ditanahkan secara tegak lurus atau mendatar tergantung

dari tujuan penggunaannya dengan kedalaman lebih kurang 1 meter dari

permukaan tanah.

2.6.6 Elektroda Bentuk Plat dipasang tegak lurus ( vertikal )

Besarnya tahanan pembumian dengan elektroda plat yang dipasang tegak

lurus ini digunakan rumus sebagai berikut :

  b
R  1  1,84 
pl
4,1L  t
29

Dimana :

Rpl = Tahanan pembumian elektroda Plat ( Ω )

ρ = Tahanan jenis tanah ( Ω m )

L = Panjang Elektroda plat ( m )

b = Lebar plat

t = Kedalaman plat ( m )

t
b

Keterangan gambar :
L = Panjang Plat
b = Lebar plat
t = Kedalaman tertanam
L

Gambar 2.11 : Elektroda Plat dipasang tegak lurus ( vertikal )

2.6.7 Elektroda Bentuk Plat dipasang mendatar ( horisontal )

Besarnya tahanan pembumian dengan elektroda plat yang dipasang

mendatar ini digunakan rumus sebagai berikut :

  4 L a 2  ab 4L t t2 t4 
R pl   ln   ln  1    
4L  a 2a  b 2 t 2 L 16 L2 512 L4  .................( 2.7 )
30

t
Keterangan gambar :
L = Panjang Plat
L b = Lebar plat
t = Kedalaman tertanam
a = Tebal plat
b

Gambar 2.12 : Elektroda Plat dipasang mendatar ( Horisontal )

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Tahanan Elektroda Pentanahan

Tahanan dari elektroda pentanahan dibuat harus mengikuti beberapa

komponen, antara lain:

a. Tahanan Dari Material Elektroda.

Pasak yang biasanya digunakan sebagai penjepit antara elektroda batang

dengan kabel yang dijepitkan untuk sambungan ke peralatan yang dibumikan

memiliki tahanan yang kecil karena elektroda-elektroda pentanahan ukurannya

lebih besar dan memiliki penampang yang sedemikian sehingga tahanan pasak

dapat diabaikan terhadap tahanan dari keseluruhan sistem pentanahan.

b. Tahanan Kontak Dari Elektroda Dengan Tanah.

Apabila elektroda pentanahan bersih dari cat atau minyak dan

dipancangkan dengan kuat ke tanah, maka tahanan kontak dari elektroda dengan

tanah dapat diabaikan.


31

c. Tahanan Dari Tanah Itu Sendiri.

Lapisan tanah yang terdekat dengan elektroda pentanahan yang

dipancangkan ke tanah memiliki permukaan yang sempit, sehingga menghasilkan

tahanan pentanahan yang besar. Sedangkan pada lapisan tanah yang lain yang

memiliki permukaan yang lebih luas memiliki tahanan yang lebih kecil, sehingga

dapat dikatakan pada jarak tertentu ada daerah yang disebut daerah tahanan efektif

yaitu suatu lapisan tanah yang tidak akan menambah tahanan pentanahan di

sekitar elektroda pentanahan yang dipancangkan ke tanah.

2.8 Tahanan Jenis Tanah

Tahanan jenis tanah direpresentasikan dengan notasi ρ. Pembumian itu

sendiri merupakan sebuah badan yang sangat besar dapat digambarkan sebagai

sebuah bak penampung yang tidak terbatas untuk mengalirkan arus ke dalam

tanah dan dapat mempertimbangkan tahanan yang kecil untuk mengalirkan arus.

Harga tahanan jenis tanah pada daerah kedalaman yang terbatas

tergantung pada beberapa faktor yaitu :

a. Keadaan struktur tanah antaralain struktur geologi seperti tanah liat, tanah

rawa,tanah berbatu,tanah pasir, tanah gambut dan sebagainya.

b. Unsur kimia yang terkandung dalam tanah, seperti garam,logam,dan

mineral lainnya.

c. keadaan iklim ,basah atau kering.

d. Temperatur tanah dan jenis tanah

Tabel 2.3: Harga Tahanan Jenis Tanah


32

Jenis Tanah Resistansi Jenis Tanah (Ω.m)

Tanah Rawa 10 – 40

Tanah Liat dan Tanah Ladang 20 – 100

Pasir Basah 50 – 200

Kerikil Basah 200 – 3000

Pasir / kerikil kering < 10000

Tanah berbatu 2000 – 3000

Air laut dan air tawar 10 – 100

Sumber: PUIL 2000

2.8.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tahanan Jenis Tanah

Harga tahanan jenis tanah pada daerah kedalaman yang terbatas

tergantung dari beberapa faktor berikut, antara lain:

1. Jenis Tanah

Jenis-jenis tanah antara lain tanah liat, berpasir, berbatu dan lain

sebagainya. Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh

musim, pembumian dapat dilakukan dengan menanamkan elektroda pembumian

sampai mencapai kedalaman dimana terdapat air tanah yang konstan.

Tahanan jenis tanah di muka bumi ini sangat bervariasi dari 500 sampai

50.000 Ohm per cm3. Kadang-kadang harga ini dinyatakan dalam Ohm-cm.

Pernyataan Ohm-cm merepresetasikan tahanan di antara dua permukaan yang

berlawanan dari suatu volume tanah yang berisi 1 cm3.


33

2. Lapisan Tanah

Profil tanah pada umumnya tidak mempunyai tekstur dan struktur yang

sama, melainkan terdiri dari lapisan-lapisan yang berbeda susunan fisiknya.

Lapisan-lapisan tersebut ada yang bersifat permeabel maupun impermeabel.

Kondisi lapisan demikian sangat mempengaruhi pergerakan air dalam tanah.

Lapisan keras tidak tembus air, sehingga memperlambat pergerakan air. Lapisan

berpasir juga menghalangi pergerakan air dari lapisan yang bertekstur halus.

Tanah pada tempat penelitian ini adalah homogen.

3. Kelembaban Tanah

Kondisi kelembaban tanah sangat bergantung dari kadar air tanah yang

terkandung di dalamnya. Tanah yang lembab biasanya berada pada daerah dataran

rendah dan daerah tersebut memiliki curah hujan yang tinggi, sehingga tanah

tersebut banyak kandungan airnya..

4. Temperatur

Iklim pada suatu daerah tempat pengujian dipengaruhi oleh curah hujan

dan temperatur. Kedua faktor ini menentukan reaksi-reaksi kimia dan sifat fisis di

dalam tanah. Secara tidak langsung curah hujan juga mempengaruhi reaksi tanah.

Curah hujan yang tinggi terutama di daerah Indonesia yang beriklim tropis dapat

mencuci kation-kation basa dari lapisan permukaan tanah (top soil) ke lapisan

tanah yang lebih dalam, akibatnya top soil lebih banyak didominasi oleh ion-ion

Al dan H, sebagai akibatnya PH tanah akan turun pada top soil sampai mencapai
34

nilai 4,5 atau di bawahnya lagi. Di daerah-daerah tropis beriklim basah gerakan-

gerakan air tanah turut membasuh sejumlah kation yang dapat dipertukarkan.

Kation-kation basa itu digantikan oleh H- dan peristiwa ini akan menurunnya

persen jenuh basa tanah.

Listrik yang bersifat menghantarkan panas (konduktor) yang terdapat di

dalam tanah itu pada dasarnya bersifat elektrolit. Dengan alasan tahanan jenis

tanah itu naik ketika kelembaban tanah yang terhitung kurang dari 15% dari berat

tanah. Jumlah embun yang terdapat dalam tanah tergantung pada butiran embun,

kepadatan tanah, dan jenis dari pada ukuran embun tersebut. Bagaimanapun juga

seperti yang ditunjukkan Gambar 2.9. Pada kurva 2 tahanan jenis tanah

mempunyai efek yang lebih kecil ketika kandungan kelembaban tanah melebihi

22%.

Efek temperatur yang terdapat pada Tahanan Jenis Tanah hampir tidak ada

di atas titik beku. Pada 00C air yang terdapat dalam tanah mulai membeku dan

Tahanan Jenis Tanah meningkat. Kurva 3 menunjukkan variasi jenis ini untuk

jenis Tanah Liat di dalamnya terdapat 15,2% dari kelembaban berat tanah.

Komposisi dan jumlah larutan garam, sifat keasaman atau alkali yang terdapat

dalam tanah dapat menimbulkan efek bagi tahanan jenis tanah tersebut. Kurva 1

dari Gambar 2.9. menunjukkan sebuah efek dari larutan garam tersebut (sodium

klorida) pada Tahanan Jenis Tanah terkandung 30% kelembaban dari berat jenis

tanah.
35

Gambar 2.13 : Kurva Pengaruh Kadar Garam, Kelembaban dan Temperatur

Terhadap Tahanan Jenis Tanah

5. Kepadatan Tanah

Bila tanah semakin padat maka kandungan airnya akan semakin sedikit,

akibatnya tahanan jenis tanahnya semakin besar.

6. Suhu Tanah

Untuk daerah – daerah dengan suhu tinggi, kandungan air yang terdapat

dalam tanah pun menjadi sedikit sehingga konduktivitasnya juga menjadi

berkurang. Sedangkan untuk daerah dengan suhu yang sangat rendah kandungan

air dalam tanah lebih banyak sehingga resistansi jenis tanah akan tinggi karena ion

– ion arus listrik lebih mudah bergerak dalam larutan air. Dengan kata lain, suhu
36

tanah disekitar elektroda pentanahan juga berpengaruh terhadap besarnya

kandungan air garam pun semakin tinggi sehingga tahanan tahanan

pentanahannya akan semakin rendah.

2.9 Pengujian Elektroda

Pengujian sebuah elektroda sangat penting dilakukan agar terjaminnya

sebuah sistem pentanahan. Elektroda pentanahan sebelum dipasarkan harus

melalui beberapapengujian seperti:

1. Uji jenis: pengujian untuk mengetahui sifat-sifat menyeluruh (lengkap) dari

elektroda pentanahan. Pengujian ini pada umumnya hanya dilakukan sekali

untuk setiap jenis dari setiap pabrik pembuat.

2. Uji contoh: pengujian untuk mengetahui sifat-sifat tertentu dari sejumlah

elektroda pentanahan yang akan diserah terimakan. Pengujian ini dilaksanakan

pada beberapa elektroda pentanahan yang diambil menurut cara tertentu

sedemikian rupa sehingga mewakili sejumlah elektroda pentanahan.

3. Uji rutin: pengujian untuk memisahkan elektroda pentanahan yang cacat atau

menyimpang dari persyaratan dalam standar yang telah ditentukan. Pengujian

ini dilaksanakan pada setiap elektroda pentanahan yang diproduksi.

2.10 Syarat Bahan dan Mutu Elektroda Pentanahan

Bahan-bahan yang digunakan pada sistem pentanahan harus memenuhi

persyaratan sehingga mutu dari material sistem pentanahan dapat sesuai standar

yang berlaku. Syarat-syarat tersebut antara lain (Pabla, 1986):


37

1. Syarat Bahan:

Batang elektroda pentanahan harus terbuat dari baja karbon tinggi dengan

kuat tarik minimum 51 kg/mm², serta mempunyai kekerasan minimum 74 HrB

(Hardness Brinell). Untuk lapisan tembaga harus mempunyai kadar tembaga

minimum 99,9%. Klem dan baut harus terbuat dari tembaga paduan dengan kadar

tembagaminimum 60%.

2. Syarat Mutu:

Elektroda pentanahan harus mempunyai permukaan yang halus, rata, bersih

dan tidak berpori. Kelancipan ujung batang elektroda pentanahan diperiksa

dengan menggunakan busur berskala. Kelurusan elektroda diperiksa dengan

menggunakan benang. Diameter diukur dengan menggunakan jangka sorong atau

micrometer yang mempunyai resolusi pembacaan minimum 0,001 mm. Panjang

batang diukur dengan meteran yang mempunyai resolusi pembacaan 1 mm. Tebal

lapisan tembaga diukur dengan alat yang sesuai dengan resolusi pembacaan

minimum 1 mikron. Untuk komposisi bahan diuji secara analisa kimia atau

spektrofotometer secara atom. Kuat tarik diuji dengan menggunakan mesin kuat

tarik. Kekerasan diukur dengan alat ukur kekerasan Brinell atau yang sejenis.

2.10.1 Sifat Mekanis Elektroda

1. Kemampuan Penancapan

Ujung lancip elektroda ditancapkan kedalam tanah, lalu bagian ujung

lainnya dipukul dengan menggunakan martil (palu tangan) atau palu luncur yang

beratnya 2 – 4 kg. Pemukulan dilakukan sampai seluruh batang elektroda


38

pentanahan masuk kedalam tanah. Selama penancapan elektroda tidak boleh

pecah, bengkok atau patah.

2. Kelekatan Lapisan

Ujung lancip pada batang elektroda dimasukkan diantara dua rahang plat

baja kemudian didorong hingga 50 cm. Jarak rahang plat baja adalah diameter

elektroda dikurangi 1,02 mm. Lapisan tembaga yang terdapat padaelektroda tidak

boleh terkelupas kecuali pada bagian yang terkena rahang plat baja.

3. Kemampuan Tekuk

Batang elektroda pentanahan dijepit kemudian ditekuk dengan gaya pada

jarak 40 x diameter batang elektroda dari titik jepit sehingga membentuk sudut

tetap sebesar 30º terhadap sumbu batang elektroda, lapisan tembaga pada

elektroda tidak boleh rusak.

4. Korosi

Batas maksimum laju korosi yang diijinkan pada batang elektroda

pentanahan adalah sebesar 50 mg/dm²/hari.

5. Resistan kontak sebelum arus uji waktu singkat

Pengukuran resistan kontak antara penghantar dan batang elektroda

dilakukan dengan mengalirkan arus searah 100 A selama 1 menit. Pengukuran

dilakukan dengan mengukur turun tegangan (∆V) dan pengukuran dilakukan pada

suhu ruang (27 ± 2)oC. Sebelum dilakukan pengujian dengan arus uji waktu

singkat, nilai resistan kontak antara penghantar dan batang elektroda maksimum

15 mikro ohm.

6. Resistan kontak sesudah arus uji waktu singkat


39

Sesudah dilakukan pengujian dengan arus uji waktu singkat, nilai

resistankontak antara penghantar dan batang elektroda maksimum 20 mikro ohm.

7. Resistan batang elektroda pentanahan

Pengukuran resistan elektroda pentanahan dilakukan dengan menggunakan

alat ukur Double Bridge. Nilai resistan batang elektroda pentanahan setelah

pengukuran maksimum 5 x 10-3 ohm/meter pada suhu 27º C.

2.11 Metode Pengukuran Tahanan Pentanahan

Pengukuran tahanan pentanahan bertujuan untuk menetukan tahanan antara

besi atau plat tembaga yang ditanam dalam tanah yang digunakan untuk

melindungi peralatan listrik terhadap gangguan petir dan hubung singkat. Dengan

demikian pelat tersebut harus ditanam hingga mendapatkan tahanan terhadap

tanah sekitar yang sekecil- kecilnya. Untuk mengukur tahanan pentanahan

digunakan alat ukur megger tanah (Earth Resistance Tester), seperti diperlihatkan

pada gambar 14. Dengan alat tersebut maka dapat diketahui apakah pentanahan

peralatan listrik yang dilakukan sudah memenuhi syarat atau belum. Dengan

ketentuan sebagaimana telah disebutkan diatas.


40

Gambar 2.14: Earth Resistance Tester (Grounding Tester)

Dimana:

1. OK Lamp

2. Function Switch Button

3. Ohm Range Switch Button

4. Terminal

5. Scale Plate

Gambar 2.15: Pengukutan tahanan pentanahan


41

Pelaksanaan pengoperasian earth resistance tester sbb: Prop (A) di

hubungkan dengan elektroda (di bak kontrol). Prop (B) dan (C) ditancapkan

ketanah dengan jarak antara 5 sd. 10 meter. Maka alat ukur akan menunjukan

besar dari R – tanah. Standar besar R-tanah untuk elektroda pentanahan ±5 Ohm.

apabila belum mencapai nilai 1 Ohm, maka elektroda dapat ditambah dan

dipasang diparalel. Pentanahan paling ideal apabila elektroda dapat mencapai

sumber air atau R-tanah = 0. Contoh: Pemasangan elektroda pertama (R1),

setelah diukur = 12 Ω Selanjutnya di tanam lagi elektroda ke 2 (R2), diukur

tahanan = 12 Ω, Maka besar tahanan RI diperoleh dengan R2 = 6 Ω, Karena

belum mencapai 1 Ω, maka ditanam lagi elektroda ke 3 (R3), dan seterusnya.

Maka perhitungan R ekivalennya sebagai berikut:

Gambar 2.16: Metode Penghitungan Nilai Tahanan Pentanahan


42

Gambar 2.17: Rangkaian Pengganti Tahanan Pentanahan

Pada saat dibangun sistem pentanahan, setelah diukur dengan Earth

resistance tester Nilai yang muncul 100 Ohm (maks), kalau acuannya PUIL maka

nilai tersebut harus diturunkan. Yang dilakukan apabila dijumpai permasalahan

tersebut, maka harus dilakukan menambah Rod sesuai dengan rumus mencari

Nilai 2 tahanan yang di- paralelkan. (Rod dianalogikan sebagai tahanan). Kalau

100/100 = 50 Ohm (2 rod); 50/50 = 25 Ohm (menjadi 4 rod); 25/25 = 12.5 Ohm

(menjadi 6 rod); 12.5/12.5 = 6.25 Ohm (menjadi 8 rod), 6.25/6.25 = 3.125

Ohm (menjadi 10 rod); 3.125/3.125=1.56 Ohm (menjadi 11 rod); 1.56/1.56 =

0.78 Ohm (menjadi 12 rod), sehingga dengan menempatkan rod dengan jumlah

12 buah maka didapatkan nilai tahanan pentanahan dibawah 1 Ohm. Setelah

Grounding Ring dipastikan terhubung sempurna, dilakukan kembali pengecekan

nilai tahanan pentanahannya dengan menggunakan earth resistance tester.

2.11.1 Pemasangan Sistem Grounding Dan Pengukuran


43

Dilakukan penentuan titik dimana elektrode pentanahan akan ditanam.

Dalam melakukan penanaman elektroda bisa diupayakan pada titik yang mudah

untuk menanam / tidak terbentur dengan batu atau kerikil. Jika pada saat

penanaman elektrodapentanahan masih membentur dengan kerikil yang keras atau

batu, maka bisa dipindahkan ke titik sampingnya. Untuk memudahkan penanaman

elektroda bisa dibantu dengan mempergunakan penyiraman air pada titik

tersebut. Setelahnya dilakukan pengukuran tahanan pentanahan dengan

mempergunakan Digital Earth Resistance Tester 4105 A.

Elektrode pentanahan dalam penelitian ini mempergunakan tembaga pejal

(Copper Rod) dengan diameter 5/8 inchi = 15.89 mm sepanjang 4 m. Copper rod

ini ditanam ke dalam tanah mulai kedalaman 1 m dan ditambah 0.5 m pengukuran.

Pada tiap – tiap kedalaman dilakukan pengukuran tahanan pentanahannya

dengan mempergunakan alat Digital Earth Resistance Tester 4105 A. Sedangkan

spesifikasi alat yang dipergunakan untuk mengukur tahanan pentanahan adalah

sebagai berikut:

1. Merk: KYORITSU

2. Jenis: Digital Earth Resistance Tester 4105A

3. Alat ini berfungsi untuk menampilkan nilai tahanan pentanahan yang terukur

dengan kemampuan mengukur sampai 1999 Ω (ohm). Skema gambar Earth

Resistance Tester ini ditunjukan pada gambar 18.


44

Gambar 2.18: Earth Resistance Tester KYORITSU 4105A

Dimana:

1. LCD penampil nilai ukur

2. Simbol baterai dalam keadaan lemah

3. LED indicator (berwarna hijau)

4. Tombol uji untuk mengunci

5. Terminal pengukuran

2.11.2 Langkah – langkah Pengukuran Tahanan Pentanahan

1. Mempersiapkan elektroda pentanahan dan alat – alat bantu pemasangannya.

2. Dilakukan pengecekan tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth

Resistance Tester. Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah berarti

kondisi baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan simbol baterai

lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai perlu diganti.

3. Membuat rangkaian pengujian seperti pada gambar 2. dengan menanam

elektroda utama dan elektroda bantu. Menanam elektroda dengan memukul

kepala elektroda menggunakan martil, jika menjumpai lapisan tanah yang

keras sebaiknya jangan memaksakan penanaman elektroda

4. Menentukan jarak antar elektroda bantu minimal 5 meter dan maksimal 10

meter.
45

5. Mengukur tegangan tanah dengan dengan mengarahkan range switch ke earth

voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika earth

voltage bernilai lebih tinggi dari 10 V diperkirakan akan terjadi banyak

kesalahan dalamnilai pengukuran tahanan.

6. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda

bantu dengan mensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tombol ” PRESS

TO TEST ”. Jika tahanan elektroda utama terlalu tinggi atau menunjukkan

simbol ” . . . ” yang berkedip-kedip maka perlu dicek penghubung atau

penjepit pada elektroda utama.

7. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang diinginkan

dan tekan tombol ” PRESS TO TEST ” selama beberapa detik.

8. Mencatat nilai ukur tahanan yang muncul dari Digital Earth Resistance Tester.

9. Mengembalikan posisi tombol ” PRESS TO TEST ” ke posisi awal.

10. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaman elektroda yang berbeda

denganlangkah 3, 7, 8, 9.

11. Perubahan kedalaman elektroda utama adalah sebesar 0.5 m pada tiap tiap

pengukuran.
46

Gambar 2.19: Skematik pemasangan elektroda pentanahan dan elektroda bantu

untukproses pengukuran tahanan tanah

2.12 Korosi

Korosi diartikan sebagai karat, yakni sesuatu yang hamper dianggap musuh

umum masarakat. ’Karat’ (rust). Korosi dapat di definisikan sebagai degradasi

dari material yang disebabkan oleh reaksi kimia (roberge, 1999). Korosi adalah

kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan

berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak

dikehendaki. Akibat adanya reaksi korosi, suatu material akan mengalami

perubahan sifat kearah yang lebih rendah atau dapat dikatakan kemampuan dadari

material tersebut akan berkurang.

Korosi terjadi selain disebabkan oleh reaksi kimia atau eletrokimia. Selain

itu juga terdapat beberapa faktor utama yang harus dipenuhi agar reaksi tersebut

dapat berlangsung, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

2.12.1 Jenis Jenis Korosi

Menurut Utomo (2009) berdasarkan bentuk kerusakan yang dihasilkan,

penyebab korosi, lingkungan tempat terjadinya korosi, maupun jenis material

yang diserang korosi terbagi menjadi, diantaranya adalah:

1. General / Uniform Corossion

Merupakan korosi yang terjadi secara menyeluruh dipermukaan. Laju korosi

atau kecepatan korosi yang terjadi ini sama di setiap permukaanya. Korosi ini
47

dapat dicegah dengan menggunakan pelapisan (coating) pada permukaan yang

terpapar oleh lingkungan.

2. Galvanic Corrosion

Korosi ini terjadi akibat dua logam atau lebih memiliki potensi reduksi

(𝐸0𝑟𝑒𝑑) yang berbeeda baik dihubungkan atau terhubung. Berdasarkan deret volta

/ deret galvanic, material yang memiliki potensial reduksi yang lebih kecil akan

mengalami korosi.

3. Crevice Corrosion

Korosi ini terjadi karena ada celah antara 2 logam sejenis yang

digabungkan. Sehingga terbentuk kadar oksigan yang berbeda diantara area di

dalam celah dandiluarnya. Sehingga menyebabkan korosi.

4. Pitting Corrosion

Korosi yang terjadi akibat rusaknya lapisan lapisan pasif di satu titik

karena pengaruh dari lingkungan korosi. contoh lingkungan tersebut seperti pada

air laut.

5. Stress Corrosion Cracking

Korosi yang terjadi karena ada tegangan Tarik pada suatu material d

lingkungan korosif. Logam pertama-tama akan terkena korosi pada satu titik, dan

kemudian akan terbentuk retakan. Retakan ini akan menjalar dan dapat

menyebabkan kegagalan pada komponen tersebut.

6. Corrosion Fatigue Cracking

Korosi terjadi karena adanya beban fatik pada suatu material di lingkungan

korosif.
48

7. Erosion Corrosionand fretting

Korosi ini terjadi karena adanya fluida yang mengalir pada permukaan

material. Fluida tersebut dapat berupa liquid (Erosion Corrosion) maupun gas

(Fretting Corrosion) dengan keceptan tinggi.karena kecepatan tinggidari fluida

korosif mengalir, terjadi efek keausasn mekanis atau aabrasi. Lapisan pasif atau

coating pada permukaan material akan terkikis, sehingga kemungkinan

terjadinya korosi semakin besar.

8. Hydrogen Induced Cracking

Korosi terjadi karena ada tegangan internal pada suatu material karena

adanya molekul-molekul hydrogen yang berdifusi kedalam struktur atom logam.

Hydrogen dapat terbentuk akibat reduksi H2O ataupun dari asam.

9. Intergranular Corrosion

korosi ini terjadi akibat adanya chrome pada sekitar batas butir yang

membentuk pretisipat kromium karbida d atas butir. Kemudian akan terjadi crak

yang menjalar sepanjang batas butir.

2.12.2 Laju Korosi

Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas

bahan terhadap waktu. Dalam perhitungan laju korosi, satuan yang biasa

digunakan adalah mm/th (standar internasional) atau mill/year (mpy, standar

British) (Trethewey. 1991). Maka laju korosi dapat juga di hitung dengan metode

kehilangan berat atau weight gain loss (WGL), Laju korosi dinyatakan dalam

mpy (milli inch per year). Dengan menghitung massa logam yang telah

dibersihkan dari oksida dan massa tersebut dinyatakan sebagai massa awal lalu
49

dilakukan pada suatu lingkungan yang korosif seperti pada air asam selama

waktu tertentu. Setelah itu dilakukan

penghitungan massa kembali dari suatu logam setelah dibersihkan logam tersebut

dari hasil korosi yang terbentuk dan massa tersebut dinyatakan sebagai massa

akhir. Dengan mengambil beberapa data seperti luas permukaan yang terendam,

waktu perendaman dan massa jenis logam yang di uji maka dihasilkan suatu laju

korosi. Persamaan laju korosi dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :

Corrosion Rate = 𝐾𝑥𝑊

𝐴𝑥𝑡𝑥𝑝

Keterangan :

ν = laju korosi (mpy)

w = kehilangan berat (g)

ρ = berat jenis (g/cm3 )

A = luas sampel (cm2 )

t = waktu (jam)

k = Konstanta

Tabel 2.4: Konstanta Perhitungan Laju Korosi Berdasarkan

Satuannya.

Mils per year (mpy) 3,45 𝑥 106

Inches per year (ipy) 3,45 𝑥 103

Milimeters per year (mm/y) 8,76 𝑥 104

Micrometers per year (µm/y) 8,76 𝑥 107

Sumber: British standar treatheway


50

Jika konstanta pada tabel tersebut tidak digunakan, laju korosi juga dapat

dihitung dengan konversi manual. Contohnya, jika logam yang digunakan adalah

bajadengan jumlah electron = 2, massa atom = 55,85 g dan berat jenis = 7.88 g cm-
3
, makakonversinya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5: Konversi Perhitungan Laju korosi

mA cm-2 mm year-1 Mpy g m-2

day-1

mA cm-2 1 11.6 456 249

mm year-1 0.0863 1 39.4 21.6

Mpy 0.00219 0.0254 1 0.547

g m-2 day-1 0.00401 0.0463 1.83 1

Sumber: British Standart treatheway


51

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Penelitian

Peneliti melakukan studi literatur melalui jurnal jurnal yang terkait dan buku

system pentanahan, setelah itu peneliti melakukan survei dan pengambilan data di

Desa Karang Anyar RT 02 Dusun 2 Jalan Muara Padang Kecamatan Muara

Padang Provinsi Sumatera Selatan.

Mulai

Survei Lahan

Pemasangan Batang Pentanahan

Pengukuran Lapangan

Perbandingan perhitungan

Input Data ke Aplikasi CYME GRID

Analisa Data
52

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1: Diagram Alir Penelitian

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi pengerjaan penelitian bertempat pada Desa Karang Anyar RT 02

Dusun 2 Jalan Muara Padang Kecamatan Muara Padang Provinsi Sumatera

Selatan. Dimana Lokasi yang akan dilakukan penelitian merupakan lahan milik

salah satu warga desa air sugihan. Lahan yang ditentukan adalah lahan yang telah

diukur PH air dan PH tanahnya. Penelitian kali ini dikhususkan pada lahan rawa

asam yang dimana lokasi terpilih adalah lokasi yang memang telah dilakukan

seleksi beberapa tempat disekitar kecamatan Sungai Batang.

3.3 Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian eksperimen dimana penelitian eksperimen

adalah metode yang sistematis guna membangun hubungan yang mengandung

sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian

yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam metode ini peneliti harus

melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, kegiatan manipulasi dan

obsrvasi.

Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari

pengaruh variable lainya dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.

3.4 Material dan Alat


53

Material dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu:

1. Rod batang besi as diameter 16 mm dengan Panjang 1 meter

2. Rod batang besi lapis galvanis diameter dengan 16 mm Panjang 1 meter

3. Rod batang besi lapis tembaga Visalux diameter 16 mm dengan Panjang

1 meter

4. Digital earth tester merk Kyoritsu type 4105A

5. Soil analyzer tester merek INSTRUMENT model SPH004

6. PH meter merek PH model PH-02

7. Timbangan Digital merek Taffware Kitchen scale

8. Tang jepit locking plier curve

9. Alat dokumentasi

3.5 Tema Data

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder . Data

primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung ( dari tangan pertama )

dan data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti dari sumber yang

sudah ada guna melengkapi kebutuhan data atau sebagai tambahan informasi .

Pada umumnya data sekunder berupa bukti catatan, diagram, grafik atau tabel.

3.6 Desain Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

eksperimen yang artinya data yang dikumpulkan bukan berupa dokumen, catatan,

memo dan wawancara melainkan peneliti menggunakan data pengukuran

langsung pada lokasi pengerjaan. Peneliti juga melakukan pengukuran secara

berkala pada kasus yang sedang di teliti.


54

3.6.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Air Sugihan Kecamatan sungai Batang

Kabupaten Ogan Komring ilir Provinsi Sumatera Selatan. Persiapan dalam

penelitian dilakukan pada bulan februari 2022 dan mulai penelitian dilakukan

pada bulan maret 2022 sampai dengan bulan juni 2022.

3.6.2 Subjek Penelitian

Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dampak batang elektroda

besi dan besi lapis pada lahan tanah rawa asam yang dimana rawa asam laju

korosinya sangat tidak baik untuk material besi atau metal. Dilakukan pengujian

earth tester terhadap elektroda batang yang mengalami korosi dalam jangka waktu

yang telah ditentukan.

3.7 Metode Pengukuran

Metode pengukuran adalah cara mengukur peneliti pada penelitian ini baik untuk

pengukuran resistansi maupun laju korosi. Peneliti melakukan pengukuran

sebelum mendapatkan lokasi yang tepat untuk dijadikan lokasi tetap untuk

penelitian. Dilakukan beberapa riset area pada kecamatan sungai Batang

Kabupaten Ogan Komring ilir Provinsi Sumatera Selatan.

3.7.1 Pengukuran pemilihan lahan

Sebelum menentukan lahan permanen untuk penelitian, peneliti melakukan

pengukuran PH air pada lahan lahan di sekitar kecamatan sungai batang. PH air

yang dibutuhkan harus dengan tingkat keasaman yang tinggi agar laju korosi

dapat terjadi dengan cepat.

Setiap lahan yang peneliti temui akan dilakukan pengukuran PH air


55

menggunakan PH meter, jika PH air berada pada posisi dibawah 5 Mg/l maka

akan dilakukan pengukuran resistansi batang rod besi pada kedalaman 1 meter

untuk sample sementara. Resistansi yang paling besar akan menjadi tempat lokasi

penelitian yang sebenarnya. Sementara jika pengukuran PH meter lebih dari

5Mg/l maka tidak perlu dilakukan sample pengukuran resistansi batang

pentanahan.

3.7.2 Pengukuran Resistansi Batang Pentanahan

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui resistansi batang pentanahan

pada pemelihan lahan atau pengambilan data pada batang pentanahan yang

mengalami korosi saat penelitian.

Pengukuran resistansi batang pentanahan menggunakan alat Digital earth

tester merk Kyoritsu type 4105A. Pada pengukuran resistansi batang pentanahan

saat pemilihan lahan hanya menggunakan 1 material batang saja sedangkan untuk

batang pentanahan yang akan dilakukan penelitian menggunakan 3 jenis batang

pentanahan. Adapun batang pentanahan yang digunakan adalah batang

pentanahan besi, batang pentanahan besi lapis galvanis dan batang pentanahan

besi lapis tembaga. Untuk penelitian ini, peneliti hanya menggunakan pengukuran

batang pentanahan pada kedalaman 1 meter saja.

Waktu pengukuran dilakukan disetiap minggu agar dapat mengetahui

perubahan resistansi pada tiap minggumya. Sebelum melakukan pengukuran

resistansi, peneliti melakukan pengukuran PH air, PH tanah, Kedalaman air dan

cuaca yang ada dilokasi penelitian.

3.7.3 Pengukuran Korosi


56

Pengukuran korosi dilakukan menggunakan rumus dan secara manual

dengan metode menimbang berat batang pentanahan sebelum dimasukkan

kedalam tanah dan menimbang Kembali setelah batang pentanahan telah

dikeluarkan dari dalam tanah selama waktu yang telah ditentukan.

Timbangan digital yang digunakan adalah timbangan untuk roti yang

dimana divison / keakuratannya 1 gram agar bisa lebih optimal dalam pengukuran

berat pada batang pentanahan. Sebelum batang pentanahan ditanamkan kedalam

tanah, data berat batang pentanahan harus disimpan lebih dahulu agar dapat

membandingkan susut berat akibat korosi.


77

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil observasi dan eksperiment penanaman ektroda batang di

kedalaman 1 meter dilapangan didapat nilai resistansi sebesar 25 Ω dengan

menggunakan elektroda batang jenis besi AS hampir menyamai hasil resistansi

pertanahan dengan metode perhitungan yaitu sebesar 24.91 Ω. Resistivitas tanah

terbesar sebesar 40 Ω dan nilai terkecil 33,64 Ω dengan menggunakan metode

U.Dewight. Kemudian jika menggunakan metode wanner didapatkan hasil sebesar

211,01 Ω dan nilai terkecil 175,42 Ω.

Setelah menggunakan simulasi CYME Grid dengan memasukan parameter

parameter yang teah ditentukan maka didapatkan hasil ground potensial rise

dengan arus gangguan sebesar 25 Ampere sebesar 1204. 88 volt.

Rod berbahan besi lapis galvanis mengalami penurunan bobot paling

banyak dan rod besi as penurunannya yang paling sedikit Setelah dilakukan

penelitian untuk laju korosi pada material batang rod selama 3 bulan dengan

metode weight gain loss (WGL) dan rumus laju korosi.

5.2 Saran

Perlunya penelitian lanjutan dilahan rawa dengan menggunakan elektroda

batang dikedalaman dan jenis elektroda yang berbeda, diharapkan nantinya

mendapatkan informasi lebih banyak mengenai resistansi pertanahan dan


78

resistivitas tanah pada lahan rawa sehingga mendapatkan pertanahan dengan

kontruksi yang ideal.

Untuk laju korosi perlu dilakukan penanaman rod lanjutan dengan waktu

yang lebih lama agar dapat memastikan material mana yang lebih baik pada rawa

asam.
79

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Yani, A. (2011). Grounding Sistem Dalam Distribusi Tenaga Listrik 20

Kv. Elektro, 10(1), 7–11.

2. Hermansyah. (2019). Evaluasi Kehandalan Sistem Grounding Pada

Instalasi. Jurnal Ilmiah d’Computare Volume 9 Edisi Juli 2019

EVALUASI, 9.

3. Larsson, S. (2018). Grounding as a Side-Effect of Grounding. Topics in

Cognitive Science, 10(2). https://doi.org/10.1111/tops.12317

4. Chandu, K. R., Bisk, Y., & Black, A. W. (2021). Grounding “Grounding”

in NLP. Findings of the Association for Computational Linguistics: ACL-

IJCNLP 2021. https://doi.org/10.18653/v1/2021.findings-acl.375

5. Azmi, A., Ahmad, N. A., Yiew, L. K., & Abdul-Malek, Z. (2019). The use

of enhancement material in grounding system: A review. In Indonesian

Journal of Electrical Engineering and Computer Science (Vol. 13, Issue

2). https://doi.org/10.11591/ijeecs.v13.i2.pp453-460

6. Sugiharto, A. (2019). Pentanahan untuk Perlindungan Peralatan dan

Bangunan Gedung. Majalah Ilmiah Swara Patra, 9.

7. Santoso, A., Herawati, A., & Handayani, Y. S. (2020). Analisis Sistem

Pentanahan Instalasi Listrik Gedung Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIa

Bengkulu. JURNAL AMPLIFIER : JURNAL ILMIAH BIDANG TEKNIK

ELEKTRO DAN KOMPUTER, 10(2).

https://doi.org/10.33369/jamplifier.v10i2.15320
80

8. Riyanto. (2021). Analisis Perancangan Sistem Pentanahan Grid Secara

Optimal Pada Sistem Tenaga Listrik. Jurnal Teknik …, 10(01).

9. Bab II. (2017). SSistem Pentanahan.

http://repository.unsada.ac.id/2200/3/Bab II.pdf

10. dhian wijaya, puji. (2015). Analisa laju korosi. JURNAL TEKNIK ITS,

4(1).

11. Hutauruk, F. Y. (2017). Analisa Laju Korosi pada Pipa Baja Karbon dan

Pipa Galvanis dengan Metode Elektrokimia. Institut Teknologi Sepuluh

November, Surabaya.

12. Ashadi, H. W., & Krisnadi Wicaksono, A. (n.d.). PENGARUH UNSUR-

UNSUR KIMIA KOROSIF TERHADAP LAJU KOROSI TULANGAN

BETON : I. DI DALAM AIR RAWA.


81

LAMPIRAN

 Photo persiapan Bahan material Penelitian


82

 Pemilihan Lokasi Penelitian


83
84
85

 Meeting Progres Penelitian


86
87

 Penelitian
88
89

Anda mungkin juga menyukai