Anda di halaman 1dari 59

ANALISA PROTEKSI ELEKTRICAL MOTOR 3 PHASE PADA

HYDRANT DI PT. DOK & PERKAPALAN KODJA BAHARI

(Laporan Kerja Praktek)

Disusun Oleh :

Nama : Pratama Wahyu Siswantoro

Npm : 054117031

Bidang Peminatan : Teknik Tenaga Listrik

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui dan Menyetujui Laporan Kerja Praktek yang telah dilaksanakan oleh:
Pratama wahyu siswantoro , NPM; 054117031

Tempat Kerja Praktek :


PT. DOK & PERKAPALAN KODJA BAHARI

Judul Laporan :
ANALISA PROTEKSI ELEKTRICAL MOTOR 3 PHASE PADA HYDRANT

DI PT. DOK & PERKAPALAN KODJA BAHARI

Bogor, 2 Maret 2023


Mengetahui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Penulisan

Andri Ir. Dede Suhendi , MT.


Menyetujui,

Kepala bengkel Program Studi Teknik Elektro


Ketua,

Oppie Ir. Yamato, MT.

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISA PROTEKSI ELEKTRICAL MOTOR 3 PHASE PADA HYDRANT

DI PT. DOK & PERKAPALAN KODJA BAHARI

Yang Dipersiapkan Dan Diajukan Oleh :

Nama : Pratama Wahyu Siswantoro

NPM : 054117031

Bidang Peminatan : Teknik Tenaga Listrik

Telah Dipertahankan Di depan Dewan Penguji

Pada Hari Kamis, 6 April 2023

Susunan Dewan Penguji,

Ir. Yamato, MT. :

Ir. Dede Suhendi , MT. :

Bloko Budi Rijadi ,ST.,MT. :

Menyetujui

Program Studi Teknik Elektro

Ketua,

`Ir. Yamato, MT.

ii
LEMBAR PENILAIAN

Nama Tempat Kerja Praktek : PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari

Alamat : Jl. Sungai Landak No.22, RW.8, Cilincing,


Kec. Cilincing, Jkt Utara, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 14120

Lama Kerja Praktek : 1 bulan

Mulai Kerja Praktek : 14 Maret 2022

Akhir Kerja Praktek : 14 April 2022

Selama melakukan kegiatan Kerja Praktek, mahasiswa menunjukkan sikap dan


disiplin kerja dengan PREDIKAT, sebagai berikut :

( ) BAIK
( ) CUKUP BAIK
( ) PERBAIKAN LAPORAN

Bogor, 28 Juni 2022

Pembimbing Lapangan

Andri

iii
ABSTRAK

Motor listrik merupakan salah satu peralatan pengubah energi listrik menjadi energi
mekanis. Energi mekanis ini dalam penerapannya digunakan sebagai mesin untuk
proses produksi seperti mesin angkat, mesin angkut, mesin peniup, mesin penghisap
dan mesin penggetar. Salah satu motor listrik yang paling banyak digunakan sebagai
penggerak adalah motor 3 fasa atau motor induksi 3 fasa, karena konstruksinya lebih
sederhana dan perputarannya relatif lebih konstan dengan perubahan beban
dibandingkan dengan motor listrik jenis lain. Peraturan tentang instalasi, komponen
hydrant dan fungsinya telah diatur dalam peraturan nasional dan internasional
Peraturan tentang komponen hydrant dan fungsinya menurut SNI (Standar Nasional
Indonesia) terdapat pada: SNI 03-1735-2000, tentang tata cara perencanaan akses
bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung. SNI 03-1745-2000, tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
pipa tegak dan selang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan atau
gedung. Proteksi sistem tenaga listrik adalah suatu kesatuan dari beberapa
komponen/peralatan dan saling terhubung dan terintegrasi yang dipasang pada sistem
tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain lain, terhadap
kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu dapat berupa antara
lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron
dan lain-lain. Nilai KHA ini digunakan untuk menghitung seberapa besar
kemampuan hantar arus yang digunakan terhadap kabel dan busbar yang digunakan.
Nilai 125% adalah nilai maksimal dalam menghantarkan arus terhadap kabel dan
busbar, karena material dalam kabel dan busbar yang digunakan adalah sama sama
menggunakan tembaga .

Kata kunci : Motor listrik , komponen hydrant dan fungsinya , Proteksi sistem tenaga
listrik, Nilai KHA

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-nya sehingga bisa menyelesaikan penulisan laporan Kerja Praktek ini
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda
Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kesempatan ini, penyusunan laporan Kerja Praktek ini disusun untuk
memenuhi syarat guna memperoleh kelulusan Kerja Praktek yang ada di Program
Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Pakuan. Dengan adanya Laporan
Kerja Praktek ini dapat menambahkan referensi para pembaca secara khusus
Mahasiswa Teknik Elektro.
Dalam kesempatan ini, tak lupa penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. Singgih Irianto Trisilo Hadi, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pakuan .
2. Bapak Ir. Yamato, MT . Selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Universitas Pakuan.
3. Bapak Dr. Prof. Dr. Ir. H. Didik Notosudjono, M.sc. Selaku Koordinator
Kerja Praktek Program Studi Teknik Elektro .
4. Bapak Ir. Dede Suhendi, MT. Selaku pembimbing penulis.
5. Bapak Raffel Rapa Selaku Manager SDM di PT. Dok & Perkapalan Kodja
Bahari
6. Bapak Oppie Selaku Kepala Bengkel Listrik di PT . Dok & Perkapalan
Kodja Bahari
7. Bapak Andri selaku pembimbing lapangan di PT. Dok & Perkapalan kodja
Bahari

v
8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi, doa, dukungan baik
secara moril maupun materil terutama kepada orang tua penulis yang selalu
membantu, membimbing serta mendoakan penulis.
9. Komandan Pusdik Pol Air yang telah mensupport dan memberi tempat
tinggal untuk berlangsung nya kerja praktek
10. Seluruh Teman teman Elektro 2017 yang selalu mensupport penulis. Semoga
bimbingan, saran, partisipasi dan bahan yang telah diberikan dapat bermanfaat
bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca.
Kami menyadari pula bahwa Laporan Kegiatan Kerja Praktek ini masih banyak
terdapat kekurangan dari segi penyajian materi maupun sistematika penulisan yang
disebabkan keterbatasan kami sebagai manusia dan juga keterbatasan kami sebagai
penulis. Oleh sebab itu saran dan kritik demi untuk penyempurnaan Laporan
Kegiatan Kerja Praktek ini selalu akan kami terima dengan terbuka dan lapang
dada. Atas segala masukan dan perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih. Semoga
laporan Kerja Praktek ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembacanya.

Bogor, 28 January 2023

Penulis

Ir. Dede Suhendi, MT.

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PENILAIAN............................................................................................. iii
ABSTRAK .................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ................................................................. iii
KATA PENGHANTAR.............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Tujuan Kerja Praktek...................................................................................... 1
1.3. Batasan Masalah ............................................................................................. 2
1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan..................................................................... 2
1.5. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 2
1.6. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 3
BAB II SEJARAH PERUSAHAAN .......................................................................... 5
Sejarah Perusahaan ........................................................................................ 5
Kegiatan/Aktivitas Perusahaan ...................................................................... 5
Visi dan Misi Perusahaan ............................................................................... 6
Struktur Organisasi Perusahaan ..................................................................... 7
BAB III DATA DAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK....................................... 11
3.1 Sistem Instalasi Hidran .................................................................................... 11
3.2 Motor Induksi................................................................................................... 14
3.3 Penghasutan Motor ......................................................................................... 15
3.4 Prinsip Kerja Motor Induksi ............................................................................ 17
3.5 Konstruksi Motor Induksi ................................................................................ 18
3.6 Pengertian Sistem Proteksi............................................................................... 21

vii
3.7 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Motor Induksi ........................................ 23
3.8 Peralatan Proteksi ............................................................................................ 26
3.9 Spesifikasi Motor Yang Digunakan Di PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari . 31
3.10 Data Hasil Pengukuran Dilapangan ...................................................... 32
3.11 Rumus Perhitungan Arus Nominal Pada Motor ................................... 34
3.12 Rumus Menentukan Nilai TOR ............................................................ 35
3.13 Rumus Menentukan Nilai MCCB dan Menentukan Nilai KHA
(Kemampuan Hantar Arus) ............................................................................. 35
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................37
4.1 Arus Pada Motor .......................................................................................... 37
4.2 Menentukan Arus Setting Pada Thermal Overload Relay ........................... 38
4.3 Menentukan Nilai MCCB dan Menentukan Nilai KHA (Kemampuan
Hantar Arus)................................................................................................. 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................42
LAMPIRAN ...............................................................................................................46

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Logo PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari ............................................. 7

Gambar 2. 2 Struktur organisasi PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari ....................... 7

Gambar 3. 1 Motor Induksi 3 fasa .............................................................................. 15

Gambar 3. 2 Konstruksi Motor Induksi 3 phasa ......................................................... 18

Gambar 3. 3 Konstruksi Stator .................................................................................... 19

Gambar 3. 4 Konstruksi Rotor Belitan........................................................................ 20

Gambar 3. 5 Konstruksi rotor sangkar ........................................................................ 24

Gambar 3. 6 Rotor dan Stator Motor Induksi ......................................................... 21

Gambar 3. 7 Panel sistem proteksi motor induksi ...................................................... 22

Gambar 3. 8 Diagram wiring pump panel star delta 90 KW / 120 HP ....................... 22

Gambar 3. 9 Thermal Overload Relay ........................................................................ 27

Gambar 3. 10 Simulasi penggunaan relay .................................................................. 27

Gambar 3. 11 Bagian-Bagian MCB ............................................................................ 28

Gambar 3. 12 Name Plate Motor Induksi ................................................................... 31

Gambar 3. 13 Arus Nominal Pada Pengukuran Clamp Meter .................................... 32

Gambar 3. 14 Thermal Overload Relay Pada Proteksi Motor .................................... 33

Gambar 3. 15 MCCB yang Terpasang Pada Sistem Proteksi ..................................... 34

Xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Circuit Breaker dan Kabel ......................................................................... 30

Tabel 3. 2 Keterangan isi Name Plate ........................................................................ 31

Tabel 3. 3 Keterangan Hasil Pengukuran Arus Nominal Motor ................................ 32

Tabel 3. 4 Keterangan Range TOR ............................................................................ 33

Tabel 3. 5 Keterangan Rating MCCB ........................................................................ 34

Tabel 4. 1 Perbandingan Arus Nominal Motor Induksi ............................................. 37

Tabel 4. 2 Perbandingan Rating TOR ........................................................................ 38

Tabel 4. 3 Perbandingan Arus Operasi MCB ............................................................. 40

Xii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

QCDS : Quality Cost Delivery and


Services
DWT : Deadweight tonnage
K3LH : Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dan
Lingkungan Hidup
Reservoir : (penampungan air)
Primary feeders : Sistem pipa utama
Secondary feeders : Pipa kedua
DOL : Direct On Line
Primary Resistor : Tahanan depan Stator
PUIL : Moulded Case Circuit
Breaker
MCCB : Moulded Case Circuit
Breaker
MCB : (Miniature Circuit
Breaker)
TOR : Thermal Overload Relay
Y–∆ : star delta
HP : Horse power
V : Voltage (Satuan Tegangan
Listrik)
A : Ampere (Satuan Arus
Listrik)
P : Daya Aktif
W : Watt (Satuan Daya Aktif)
Q : Daya Reaktif
KHA : Kuat hantar arus
S : Daya Semu
VA : Volt Ampere (Satuan Daya
Semu)
Cos Φ : Faktor Daya
PQA : Power Quality Analyzer
In : Arus nominal
√3 : Motor tiga fasa

Xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Motor listrik merupakan salah satu peralatan pengubah energi listrik menjadi
energi mekanis. Energi mekanis ini dalam penerapannya digunakan sebagai mesin
untuk proses produksi seperti mesin angkat, mesin angkut, mesin peniup, mesin
penghisap dan mesin penggetar. Salah satu motor listrik yang paling banyak
digunakan sebagai penggerak adalah motor 3 fasa atau motor induksi 3 fasa, karena
konstruksinya lebih sederhana dan perputarannya relatif lebih konstan dengan
perubahan beban dibandingkan dengan motor listrik jenis lain. Motor induksi 3 fasa
yang digunakan sebagai penggerak mesin yang dicatu oleh sumber listrik 3 fasa
dalam pemasangannya harus menempatkan beberapa peralatan proteksi untuk
mengamankan motor dan rangkaian motor dari gangguan yang akan terjadi saat
motor dioperasikan.
Gangguan-gangguan yang mungkin terjadi saat motor beroperasi terdiri dari :
gangguan arus lebih yang diakibatkan oleh arus hubung singkat, sehingga akan
mengakibatkan terjadinya beban lebih. Berdasarkan gangguan tersebut maka
diperlukan pemilihan peralatan proteksi dan nilai nominal dari peralatan proteksi
yang akan digunakan untuk mencegah arus hubung singkat, dan terjadinya beban
lebih. Alat proteksi yang digunakan untuk mencegah gangguan tersebut adalah
MCB (Mini Circuit Breaker) untuk mencegah terjadi arus hubung singkat, dan
Thermal Overload Relay untuk mencegah terjadinya beban lebih. Untuk penjelasan
tentang latar belakang di atas, maka dilakukanlah penelitian tentang “Sistem
Proteksi Electrical Motor pada hydrant kapal Di PT .Dok & Perkapalan Kodja
Bahari ”

1.2. Tujuan Kerja Praktek


Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan, antara lain;
a. Untuk mengetahui jenis proteksi apakah yang digunakan untuk motor induksi
pada kapal pelni di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari

1
b. Mengevaluasi sistem proteksi motor induksi tiga fasa yang digunakan pada
Kapal di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari.

1.3. Batasan Masalah


Pada penulisan laporan kerja praktek ini, untuk analisis masalah yang ada diperlukan
adanya batasan-batasan agar lebih tertuju dan tidak meluas pada bidang-bidang yang
lain. Ruang lingkup kajian laporan ini dibatasi pada Sistem Proteksi Motor Tiga
Phase Pada hydrant kapal pelni.

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan di PT. Dok & Perkapalan Kodja
Bahari , Jl. Sungai Landak No.22, RW.8, Cilincing, Kec. Cilincing, Kota Jkt Utara,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14120.
Berikut adalah data perusahaan tempat pelaksanaan praktik kerja lapangan dilakukan:
Nama Instansi : PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari
Alamat : Jl. Sungai Landak No.22, RW.8, Cilincing, Kec. Cilincing,
Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14120
Telepon : (021) 430109
Website : dkb.co.id
Waktu/tanggal : 14 Maret 2022 – 14 April 2022

1.5. Metode Pengumpulan Data


Dalam praktik kerja ini digunakan beberapa metode untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan sebagai pedoman dalam menulis laporan praktik kerja ini. Metode-
metode tersebut adalah:
a. Studi Literatur
Melakukan pencarian informasi melalui buku-buku bacaan, laporan-laporan,
data-data perusahaan yang diberikan oleh pembimbing PT. Dok & Perkapalan
Kodja Bahari
b. Bimbingan

2
Melakukan diskusi dan konsultasi dengan para staf karyawan, dosen
pembimbing, dan staf pengajar pada Departemen Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Pakuan dengan cara mengadakan tanya jawab secara
langsung kepada pembimbing maupun karyawan lain PT. Dok & Perkapalan
kodja bahari
c. Studi Lapangan
Melakukan pengukuran dan pencatatan terhadap alat-alat yang berhubungan
dengan topik penelitian
1.6. Sistematika Penulisan
Laporan ini dibahas dan disusun secara berurutan untuk memberikan gambaran umum
mengenai PT.Dok & Perkapalan Kodja Bahari . Serta studi Sistem Proteksi electrical
Motor pada kapal pelni , adapun sistematika pembahasan yang digunakan adalah:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi pendahuluan yang menjelaskan mengenai perihal dilaksanakannya kerja
praktek ini meliputi : latar belakang, tujuan kerja praktek, batasan masalah, waktu dan
tempat dilaksanakannya kerja praktek dan sistematika penulisan.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN


Bab ini memberikan penjelasan secara umum sejarah perusahaan PT. Dok &
Perkapalan Kodja Bahari. Meliputi : sejarah perusahaan, kegiatan perusahaan, visi dan
misi perusahaan, logo perusahaan, serta struktur organisasi PT. Dok & perkapalan
Kodja Bahari

BAB III DATA KEGIATAN KERJA PRAKTEK


Bab ini memberikan penjelasan mengenai teori tentang Sistem Proteksi electrical
Motor pada kapal pelni dan komponen pendukung yang diperlukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisi tentang pembahasan teori dan konsep-konsep yang diambil pada saat
dilakukannya Praktek Kerja Lapangan.

3
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan akhir dari hasil analisis dan pembahasan pada bab IV
terutama mengenai Sistem Proteksi electrical Motor pada Hydrant kapal .

4
BAB II
SEJARAH PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan
PT. DOK DAN PERKAPALAN KODJA BAHARI (PERSERO) GALANGAN IV,
berdiri pada tahun 1965, lalu di bawah Departemen Pendayagunaan BUMN yang
tebentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 1990 tanggal 13
Desember 1990 dilaksanakan penggabungan 3 Galangan Kapal Nasional (BUMN)
yaitu :
1. PT. Dok & Perkapalan Tanjung Priok (Persero)

2. PT. Pelita Bahari (Persero)

3. PT. Kodja (Persero)

Ketiga perusahaan tersebut bergerak dalam bidang usaha yang sama yaitu
Pembangunan Kapal Baru, Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal, Engineering sehingga
memudahkan dalam proses penggabungan dan berjalan sebagaimana yang
diharapkan oleh Pemerintah RI untuk menjadi galangan yang besar dan mampu
bersaing dalam pasar global. Sesuai peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1992 PT.
Dok & Galangan Kapal Nusantara (Persero) bergabung ke PT. Dok & Perkapalan
Kodja Bahari (Persero), dengan akte notaris Ny. Sulami Mustafa SH. Lokasi
perusahaan di Jl. Sindang Laut No. 101, Cilincing Jakarta Utara 14110.Perusahaan
ini didirikan dengan tujuan untuk membangun suatu industri galangan kapal
lengkap dengan fasilitas penunjang yang mampu membangun kapal baru dan
mereparasi kapal sampai dengan ukuran 150.000 ton. Pembangunan industri kapal
yang besar itu adalah untuk memenuhi kebutuhan negara akan kapal-kapal sebagai
suatu negara maritime.[1]

Kegiatan/Aktivitas Perusahaan
Kegiatan, Jenis dan aktivitas usaha perseroan ini adalah sebagai berikut :
1. Membangun, memperbaiki dan memelihara kapal-kapal dan alat-alat

5
apung lainnya serta peralatannya.
2. Memeriksa/membersihkan, menyusun (assembling) dan
memperbaiki mesin- mesin serta peralatannya.
3. Melaksanakan pekerjaan engineering pada umunya yang
dimungkinkan oleh fasilitas-fasilitas alat produksi yang tersedia.
4. Bertindak sebagai Supplier dari barang-barang dan peralatan yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tersebut
dahulu.

Dimana jelas terlihat hingga saat ini PT. DOK DAN PERKAPALAN KODJA
BAHARI (PERSERO) GALANGAN IV, dapat berjalan dengan baik dan dapat
dengan cepat terlihat perkembangan-perkembangannya dalam mereparasi atau
memperbaiki serta pembuatan kapal-kapal baru untuk memenuhi kebutuhan akan
pengadaan pengangkutan dibidang pelayaran/perhubungan laut.[1]

Visi dan Misi Perusahaan


Visi Perusahaan adalah menjadi perusahaan perkapalan dan sarana lepas pantai
yang terkemuka di pasar domestik dan bersaing di pasar regional serta memberikan
manfaat kepada Stakeholders.
Misi Perusahaan adalah :
a. Mendominasi pasar domestik di sektor pemeliharaan & perbaikan kapal dan
pembangunan kapal baru sampai dengan 400.000 DWT, melalui keunggulan
Quality Cost Delivery and Services (QCDS).
b. Mengembangkan perusahaan agar mampu bersaing di pasar ASEAN di sektor
pembangunan kapal baru, pemeliharaan & perbaikan kapal s.d. 400.000 DWT
dan sarana lepas pantai, baik fabrikasi maupun pemeliharaan & perbaikan
untuk sarana pendukung operasional kapal sampai dengan 350.000 DWT
(Single Buoy Mooring, Single Point Mooring, dll) melalui keunggulan
Quality Cost Delivery and Services & Safety Health Environment (QCDS &
SHE).
c. Mendorong kemampuan penguasaan teknologi dan kemandirian dalam

6
mendukung peningkatan kemampuan industri pelayaran nasional dan sistem
transportasi laut nasional melalui pengembangan sarana dan fasilitas produksi
serta kualitas SDM.
d. Melaksanakan restrukturisasi secara bertahap guna mewujudkan perusahaan
yang sehat.
Logo Perusahaan

Gambar 2. 1 Logo PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari

Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 2. 2 Struktur organisasi PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari

Organisasi perusahaan mempunyai pengaruh terhadap susunan tata usaha perusahaan,


maka setiap organisasi perusahaan harus menggambarkan apa yang menjadi usaha dan
kegiatan yang dilakukanya dalam suatu golongan kegiatan. Dimana susunan organisasi
yang terdapat pada PT. DOK DAN PERKAPALAN KODJA BAHARI (PERSERO)

7
GALANGAN IV adalah organisasi garis staff. (Line and Staff Organization). Adapun
susunan organisasi terlampir.
Adapun kedudukan, tugas pokok dan fungsi dari masing-masing jabatan sebagai
berikut.[1]
a. General Manager
1. Kedudukan General Manager berada di bawah Direksi
2. Tugas pokok General Manager adalah memimpin Galangan IV dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian kegiatan yang meliputi pemasaran, produksi, sarana
fasilitas, keuangan, SDM, system manajemen mutu dan lain-lain
3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, General Manager melaksanakan fungsi :

a) Perencanaan, dalam pengertian perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan


yang meliputi pemasaran, produksi, sarana fasilitas, keuangan, SDM, system
manajemen mutu dan lain-lain di lingkungan galangan IV
b) Pelaksanaan, dalam pengertian memimpin, mengelola, mengkoordinasi dan
mengarahkan serta tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan galangan IV
c) Koordinasi, dalam pengertian melakukan kerja sama dengan unit kerja terkait
d) Pengendalian, dalam pengertian melakukan monitoring dan pengendalian seluruh
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Manager Pemasaran
1. Tugas pokok Manager Pemasaran adalah memimpin Departemen Pemasaran dalam
rangka pencapaian target pendapatan dan laba yang telah ditetapkan dalam RKAP
2. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Manager Pemasaran melakukan fungsi :
a) Perencanaan, dalam pengertian merencanakan dan mempersiapkan strategi
pemasaran guna mendapatkan order pekerjaan/proyek baik reparasi maupun
bangunan kapal dan non kapal serta melakukan perhitungan untuk penawaran atau
tender
b) Pelaksanaan, dalam pengertian melakukan kegiatan pemasaran, jasa perbaikan
maupun pembangunan kapal baru dan non kapal serta menjalin hubungan baik
dengan para pelanggan

8
c) Koordinasi, dalam pengertian melakukan kerjasama dengan unit kerja terkait
d) Pengendalian, dalam pengertian melakukan monitoring dan pengendalian seluruh
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Manager Produksi
1. Kedudukan Manager Produksi berada di bawah General Manager
2. Tugas pokok Manager Produksi adalah memimpin Departemen Produksi.
Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan kegiatn produksi, optimalisasi
pemanfaatan saran dan fasilitas galangan serta mengkoordinasikan kegiatan system
mutu dan K3LH dalam mencapai target penyelesaian produksi

a) Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Manager Produksi melakukan tugas


Perencanaan, dalam pengertian menjadwalkan pelaksanaan produksi dan
administrasi serta pengelolaan sarana dan fasilitas termasuk system kualitas, rencana
mutu dan K3LH.
b) Pelaksanaan, dalam pengertian mengorganisir dan mengevaluasi semua
kegiatan/pelaksanaan produksi serta pengelolaan sarana dan fasilitas termasuk
kegiatan system kualitas, Quality Control dan K3LH.
c) Koordinasi, dalam pengertian melakukan kerja sama dengan unit kerja terkait.
d) Pengendalian, dalam pengertian melakukan monitoring dan pengendalian seluruh
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Kepala Bagian SDM & Umum
1. Kedudukan Kepala Bagian SDM & Umum berada di bawah General Manager.
2. Tugas pokok Kepala Bagian SDM & Umum adalah memimpin bagian SDM & Umum
dalam mengelola sumber daya manusia, kesekretariatan, kerumah-tanggaan kantor,
umum dan keamanan.
3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Bagian SDM & Umum melakukan
fungsi :
a) Perencanaan, dalam pengertian mempersiapkan rencana kerja untuk pelaksanaan
tugas yang meliputi pengelolaan sumber daya manusia, kesekretariatan, rumah
tangga, umum dan keamanan.

9
b) Pelaksanaan, dalam pengertian pengelolaan sumber daya manusia, kesekretariatan,
rumah tangga, umum, dan keamanan.
c) Koordinasi, dalam pengertian melakukan kerja sama dengan unit kerja terkait.
d) Pengendalian, dalam pengertian melakukan monitoring dan pengendalian seluruh
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Kepala Bagian Logistik
1. Kedudukan Kepala Bagian Logistik berada di bawah General Manager
2. Tugas pokok Kabag. Logistik adalah memimpin Bagian Logistik dalam dan
mengelola kegiatan pengadaan barang/material dan jasa serta pengelolaan gudang.
3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kabag. Logistik melakukan fungsi :
a) Perencanaan, dalam pengertian merencanakan pemesanan barang/material dan
penyimpanannya sesuai pesanan dan/atau rencana serta pengadaan jasa.

b) Pelaksanaannya, dalam pengertian melaksanakan kegiatan pengadaan


barang/material, penyimpanan dan pengebonan {pengeluaran) serta pengadaan jasa.
c) Koordinasi, dalam pengertian melakukan kerjasama dengan unit kerja terkait.
d) Pengendalian. Dalam pengertian melakukan monitoring dan pengendalian seluruh
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Kepala Proyek
1. Kedudukan Kepala Proyek berada di bawah General Manager
2. Tugas pokok Kepala Proyek adalah mengelola proyek sampai selesai sesuai rencana
dan jadwal yang telah ditetapkan.
3. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Kepala Proyek melakukan fungsi :
a) Perencanaan, dalam pengertian mempersiapkan langkah-langkah pelaksanaan proses
penyelesaian proyek.
b) Pelaksanaan, dalam pengertian melaksanakan dan mengendalikan penyelesaian
proyek untuk mencapai sasaran tepat waktu, tepat mutu, tepat biaya.
c) Koordinasi, dalam pengertian melakukan kerja sama dengan unit kerja terkait.
d) Pengendalian, dalam pengertian melakukan monitoring dan pengendalian seluruh
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.[1]

10
BAB III
DATA DAN KEGIATAN KERJA PRAKTEK

3.1 Sistem Instalasi Hidran


Komponen hydrant dan fungsinya dari masing-masing bagian berbeda-beda. Masing-
masing komponen memiliki peran tersendiri yang menentukan kinerja keseluruhan
instalasi.
Berikut komponen hydrant dan fungsinya sesuai standar:
1. Reservoir (penampunganair)
Wajib hukumnya memiliki reservoir dalam suatu instalasi hydrant.
Reservoir bisa berada di bawah tanah (ground tank fire hydrant) atau di atas
tanah (water tank) yang dapat Anda sesuaikan dengan ketersediaan tempat dan
instalasi. Reservoir harus mampu mengatasi persediaan air minimal 30 menit
penggunaan hydrant dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit
2. Sistem distribusi
Sistem distribusi hydrant berkaitan dengan sistem perpipaan untuk
menghubungkan sumber air dari reservoir hingga ke titik selang hydrant.
Dalam perancangan sistem distribusi hydrant yang sering digunakan yaitu
sistem jaringan interkoneksi tertutup, contohnya sistem ring atau looping.
3. Sistem perpipaan
Sistem perpiaan terdiri dari:
• Sistem pipa utama (primary feeders), biasanya berukuran 8-16 inch.
• Pipa kedua (secondary feeders), berukuran 6-12 inch.
• Pipa cabang, berukuran 4.5-6 inch.
Pipa-pipa inilah sebagai media distribusi air untuk memadamkan kebakaran.
4. Ruang pompa (pumproom)
Ruang pompa merupakan sebuah ruang atau bangunan yang berisi mesin utama
instalasi hydrant yaitu pompa hydrant dan panel pengendali sistem hydrant.Di
dalam ruang pompa terdapat:
• Pompa hydrant

11
• Panel kontrol
• Header
• Suction (pipa hisap)
• Pressure tank
5. Pompa hydrant
Pompa hydrant berfungsi memindahkan air dari reservoir ke sistem
distribusi hydrant.Pompa hydrant ada 3 yaitu:
• Pompa jockey berfungsi untuk menjaga tekanan stastis di dalam
jaringan hydrant.
• Pompa utama (electric main pump) sebagai penggerak utama air di
sistem hydrant.
• Pompa cadangan (diesel pump) sebagai penggerak cadangan
sistem hydrant.
6. Panel Kontrol
Panel kontrol berfungsi mengatur dan mengendalikan system kerja
pompa hydrant agar dapat bekerja sesuai fungsinya. Hydrant pump bekerja
berdasarkan tekanan yang ada pada instalasi pipa.
Untuk mengatur sistem kerja pompa berdasarkan tekanan, panel kontrol
mendapatkan input dari pressure switch.
7. Header
Pipa header berfungsi sebagai penghubung utama antara pipa pengeluaran
(discharge) dari pompa hydrant ke jaringan sistem distribusi hydrant.
Diameter pipa biasanya berukuran lebih besar dibanding pipa lainnya.
8. Suction (pipahisap)
Suction (pipa hisap) adalah instalasi perpipaan yang mengubungkan air
dari reservoir menujuke pompa.
Instalasi suction terdiri dari:
• Foot valve
• Gate valve
• Y strainer

12
• Flexible joint
9. Pressuretank
Fungsi dari pressure tank yaitu mejaga kestabilan tekanan dari pompa hydrant.
Selain itu juga berfungsi untuk membuang udara yang terjebak dalam instalasi
pompa hydrant.
KOMPONEN HYDRANT DAN FUNGSINYA DARI AKSESORIS INSTALASI
RUANG POMPA
Dalam ruang pompa terdapat beberapa aksesoris dengan berbagai fungsi diantaranya
adalah:
• Safety valve
• Air vent
• Pressure gauge
• Pressure switch
• Check valve
• Flexible rubber joint
• Gate valve
• Vortex
• Y strainer
KOMPONEN HYDRANT DAN FUNGSINYA PADA AKSESORIS SISTEM
DISTRIBUSI
Dalam instalasi sistem distribusi hydrant terdapat beberapa aksesoris dengan berbagai
fungsi diantaranya adalah:
1. Hydrant pillar
2. Hydrant box
3. Hydrant valve
4. Siamese connection
5. Fire hose (selang pemadam kebakaran)
6. Hose rack
7. Nozzle

13
KOMPONEN HYDRANT DAN FUNGSINYA MENURUT SNI
Peraturan tentang instalasi, komponen hydrant dan fungsinya telah diatur dalam
peraturan nasional dan internasional.
Peraturan tentang komponen hydrant dan fungsinya menurut SNI (Standar Nasional
Indonesia) terdapat pada:
• SNI 03-1735-2000, tentang tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
• SNI 03-1745-2000, tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa
tegak dan selang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan atau
gedung.
KOMPONEN HYDRANT DAN FUNGSINYA MENURUT STANDAR
INTERNASIONAL
Peraturan tentang instalasi, komponen hydrant dan fungsinya juga telah diatur dalam
standar internasional.
NFPA (National Fire Protection Association) adalah badan internasional yang
mengatur dan menetapkan standar tentang sistem proteksi kebakaran termasuk
komponen hydrant dan fungsinya.
Peraturan NFPA tentang komponen hydrant dan fungsinya terdapat pada:
• NFPA-14. Standar untuk instalasi selang dan pipa tegak.
• NFPA-20. Standar untuk instalasi pompa sentrifugal. [10]

3.2 Motor Induksi


Secara umum, motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (AC) yang paling
luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan
induksi medan magnet stator ke rotor nya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari
sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan
relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan
oleh arus stator. Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari
baik di industri maupun di rumah tangga. Hal ini disebabkan karena motor induksi memiliki
berbagai keunggulan dibanding dengan motor listrik yang lain, yaitu diantaranya karena

14
harganya yang relatif murah, konstruksinya yang sederhana dan kuat serta karakteristik
kerja yang baik.
Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3 fasa dan motor induksi 1 fasa.
Motor induksi 3 fasa di operasikan pada sistem tenaga 3 fasa dan banyak digunakan di
dalam berbagai bidang industri dengan kapasitas yang besar.
Motor induksi 1 fasa dioperasikan pada sistem tenaga 1 fasa dan banyak digunakan
terutama untuk peralatan rumah tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin
cuci dan sebagainya karena motor induksi 1 fasa mempunyai daya keluaran yang
rendah. [2]

Gambar 3. 1 Motor Induksi 3 fasa


Ditinjau dari tegangannya yang mensuplaynya, motor induksi dibedakan menjadi dua
yaitu
a. Motor induksi satu fasa
b. Motor induksi tiga fasa

3.3 Penghasutan Motor


Pengasutan motor induksi adalah cara menjalankan pertama kali motor, tujuannya
agar arus starting kecil dan drop tegangan masih dalam batas toleransi.
Ada beberapa cara teknik pengasutan, di antaranya:
1. Hubungan langsung (Direct On Line = DOL)

15
Starting dengan metoda ini menggunakan tegangan jala-jala / line penuh yang
dihubungkan langsung ke terminal motor melalui rangkaia pengendali
mekanik atau dengan relay kontaktor magnit. Biasanya dilakukan bila motor
adalah motor dengan daya kecil.
2. Tahanan depan Stator (Primary Resistor)
Starting dengan menggunakan tahanan primer adalah suatu cara menurunkan
tegangan yang masuk ke motor melalui tahanan yang disebut tahanan primer
karena tahanan ini terhubung pada sisi stator. Hal ini menggunakan prinsip
tegangan jatuh.
3. Auto transformator
Prinsipnya sama dengan menggunakan tahanan primer namun digantikan dengan
traffo otomatis yang akan mengatur tegangan start dari motor. Setelah beberapa
saat motor dipercepat, transformator diputuskan dari rangkaian dan motor
terhubung langsung pada tegangan penuh.
4. Segitiga-Bintang (Star-Delta)
Metode starting Y – ∆ banyak digunakan untuk menjalankan motor induksi rotor
sangkar yang mempunyai daya di atas 5 kW (atau sekitar 7 HP). Untuk
menjalankan motor dapat dipilih starter yang umum dipakai antara lain : saklar
rotari Y – ∆, saklar khusus Y- ∆ atau dapat juga menggunakan beberapa kontaktor
magnit beserta kelengkapannya yang dirancang khusus untuk rangkaian starter Y
– ∆. Arus starting sekitar 1,8 sampai 2,6 kali arus nominal. Dan torsi awal sekitar
0,5 torsi nominal.
5. Tahanan Rotor lilit
Metoda lain untuk menurunkan arus starting adalah dengan menggunakan
tahanan (R) yang dihubungkan pada rangkaian rotor. Starting ini hanya dapat
dipakai untuk motor induksi motor rotor lilit (motor slip ring), sedangkan untuk
motor induksi rotor sangkar hal ini tidak bisa dilakukan.
Motor induksi rotor lilit juga disebut motor induksi cincin geser (slipring),
rotornya mempunyai lilitan yang dihubungkan ke tahanan luar. Pada waktu

16
starting, motor dihubungkan dengan tahanan (Rheostat) dengan harga R yang
maksimum. Setelah motor running, maka rheostat dihubung singkat.[8]

3.4 Prinsip Kerja Motor Induksi


Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator
pada kumparan rotornya. Bila kumparan stator motor induksi 3-fasa dihubungkan
dengan suatu sumber tegangan 3-fasa, maka kumparan stator akan menghasilkan
gaya gerak magnet yang berputar. Garis-garis gaya magnet yang diinduksikan dari
kumparan stator akan memotong kumparan rotornya sehingga timbul emf (ggl) atau
tegangan induksi. Karena penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian yang
tertutup, maka akan mengalir arus pada kumparan rotor.
Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya magnet
yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya
Lorentz yang menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan
arah pergerakan medan induksi stator.
Medan magnet putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada
rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz, rotor pun akan turut
berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran relative antara stator
dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan memperbesar kopel motor yang
oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor, sehingga slip
antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi,Bila
beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun.
Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada slot-slotnya
yang dililitkan pada sejumlah kutub tertentu. Jumlah kutub ini menentukan
kecepatan berputarnya medan stator yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya.
Makin besar jumlah kutub akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar
medan stator dan sebaliknya. Kecepatan berputarnya medan putar ini disebut
kecepatan sinkron. [2]

17
3.5 Konstruksi Motor Induksi
Motor induksi tiga fasa memiliki konstruksi yang hampir sama dengan motor listrik
jenis lainnya. Motor induksi tiga fasa memiliki dua bagian utama, yaitu stator yang
merupakan bagian yang diam, dan rotor sebagai bagian yang berputar. Antara bagian
stator dan rotor dipisahkan oleh celah udara yang sempit, dengan jarak berkisar dari
0,4 mm sampai 4 mm. Bagian lainnya dalam motor tiga fasa adalah kipas sebagai
pendingin motor dan bearing seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2 sebagai
berikut [3].

Gambar 3. 2 Konstruksi Motor Induksi 3 phasa

3.1.1 Stator
Bagian stator terdiri dari rangka atau frame, inti stator dan belitan. Rangka luar dari
stator biasanya terbuat dari baja maupun alumunium, sedangkan bagian intinya
berupa lapisan-lapisan yang terbuat dari baja silikon untuk mengurangi rugi-rugi
histerisis dan eddy current. Pada inti stator terdapat rongga (slot) yang berisolasi
sebagai tempat belitannya.
Kawat belitannya terbuat dari tembaga yang berisolasi. Belitan stator digulung untuk
jumlah kutub tertentu, yang diperlukan dalam menentukan kecepatan. Semakin
banyak jumlah kutub maka semakin rendah kecepatan motor. Kumparan (coil) dari
konduktor-konduktor yang terisolasi ini kemudian disisipkan ke dalam slot-slot

18
tersebut. Sehingga grup dari kumparan ini beserta dengan inti yang mengelilinginya
membentuk rangkaian elektromagnetik.

Banyaknya jumlah kutub dari motor induksi tergantung pada hubungan internal dari
belitan stator, yang mana bila belitan ini disuplai dengan sumber tegangan tiga fasa
maka akan membangkitkan medan putar [3].

Gambar 3. 3 Konstruksi Stator

Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bahagian-bahagian sebagai
berikut: [3]
1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.
2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat
meletakkan belitan (kumparan stator).
4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
Rangka stator motor induksi ini didesain dengan baik dengan empat tujuan yaitu: [3]
1. Menutupi inti dan kumparannya.
2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan
manusia dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau
gangguan udara terbuka (cuaca luar).
3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu
stator didisain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan.
4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih
efektif.

19
3.1.2 Rotor
Rotor adalah bagian yang berputar di dalam motor. Terdapat dua jenis rotor dalam
motor induksi tiga fasa yaitu rotor sangkar (squirrel cage rotor) dan rotor belitan
(wound rotor). Rotor sangkar terdiri dari susunan batang konduktor yang
dibentangkan ke dalam slot-slot yang terdapat pada permukaan rotor dan setiap
ujungnya dihubung singkat dengan menggunakan shorting rings atau end rings.
Konstruksi rotor sangkar dapat dilihat pada Gambar 3.5. Sementara itu pada rotor
belitan, rotornya dibentuk dari satu set belitan tiga fasa yang merupakan bayangan
dari belitan statornya. Biasanya belitan tiga fasa dari rotor ini terhubung bintang (Y),
kemudian setiap ujung dari tiga kawat rotor tersebut diikatkan pada slip rings yang
berada pada poros rotor.

Gambar 3. 4 Konstruksi Rotor Belitan

Pada motor induksi rotor belitan, rangkaian rotornya dirancang untuk dapat
disisipkan dengan tahanan eksternal, dimana hal ini akan memberikan keuntungan
dalam memodifikasi karakteristik torsi-kecepatan dari motor itu sendiri. Jenis rotor
belitan harganya lebih mahal daripada jenis rotor sangkar dan membutuhkan
perawatan lebih .

20
Gambar 3.5 Konstruksirotor sangkar

Gambar 3. 5 Rotor dan Stator Motor Induksi

3.6 Pengertian Sistem Proteksi


Proteksi sistem tenaga listrik adalah suatu kesatuan dari beberapa
komponen/peralatan dan saling terhubung dan terintegrasi yang dipasang pada
sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain lain,
terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu
dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih,
frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain.

21
Gambar 3. 6 Panel sistem proteksi motor induksi

Gambar 3. 7 Diagram wiring pump panel star delta 90 KW / 120 HP

22
3.7 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Motor Induksi
Faktor-faktor atau kondisi operasi yang tidak normal, yang membahayakan
dan menyebabkan kerusakan pada motor induksi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
3.5.1 Beban Lebih Mekanis (Mechanical Overload )
Beban lebih mekanis yang membahayakan dan menyebabkan kerusakan pada
motor induksi antara lain:
a. Prolonged overloading, dapat disebabkan oleh beban lebih mekanis yang
kontinyu atau beban lebih yang berubah - ubah dalam periode sesaat (
cyclic overloading)
b. Stalling, keadaan dimana motor tidak dapat berputar pada waktu start
akibat beban yang berlebihan (beban macet dan sebagainya). Stalling
menyerap arus / tenaga listrik yang sangat besar yang dapat
menimbulkan kerusakan total pada belitan motor akibat panas yang
berlebihan.
3.5.2 Kondisi Sistem Penyaluran Tenaga ( Power Supply) Yang
Tidak Normal
Kondisi sistem penyaluran tenaga (power supply) yang tidak normal yang
membahayakan dan menyebabkan kerusakan pada motor induksi antara lain :
a. Tegangan yang tidak seimbang (unbalance voltage) Suplai tegangan
yang tidak seimbang menyebabkan terjadinya pemanasan rotor akibat
adanya arus urutan negatif pada belitan stator. Tegangan yang tidak
seimbang dapat dimungkinkan oleh :
− Putusnya salah satu pengaman lebur (fuse)
− Rangkaian terbuka (opened circuit) 10
− Hubung singkat di sistem.
b. Urutan fasa terbalik (phase reversal)
Arah putaran motor - motor induksi tergantung urutan fasa dari tegangan
suplai. Terbaliknya urutan fasa biasanya disebabkan kesalahan
pemasangan kembali terminal suplai setelah selesai perbaikan motor.

23
Urutan fasa yang terbalik menyebabkan motor berputar dengan arah
yang salah ( kebalikan ). Untuk motor - motor tertentu putaran motor
yang terbalik akan sangat berbahaya bagi peralatan atau beban yang
diputar.
c. Tegangan kurang atau lebih (under voltage, over voltage) Suplai
tegangan yang kurang / rendah dapat menyebabkan kenaikan arus motor
pada beban yang sama, sehingga belitan motor akan mengalami
pemanasan lebih. Sedangkan tegangan yang berlebihan dapat
menyebabkan umur isolasi menurun bahkan tembusnya kekuatan isolasi.
d. Frekuensi Rendah (Under Frequency) Turunnya frekuensi supply
menyebabkan turunnya putaran motor yang berarti pula turunnya
kemampuan motor. Apabila motor dipaksa untuk memutar beban yang
sama, motor akan menderita beban lebih.

3.5.3 Gangguan Pada Motor Itu Sendiri


Gangguan - gangguan yang ada pada motor itu sendiri adalah disebabkan atau
diawali oleh adanya ketidaknormalan yang terjadi, antara lain :
a. Gangguan hubung singkat antar fasa
b. Gangguan hubung singkat fasa ke tanah
c. Gangguan fasa terbuka (open circuit)
d. Gangguan mekanis (bantalan, poros dan sebagainya)

3.5.4 Kondisi Sekeliling Motor


Kondisi sekeliling motor (faktor lingkungan) yang membahayakan dan
menyebabkan kerusakan pada motor induksi, antara lain :
a. Suhu yang terlalu tinggi
b. Kurangnya udara pendingin
c. Getaran – getaran

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu


perencanaan sistem proteksi yang efektif, yaitu : [4]

24
a. Selektivitas dan Diskriminasi.
Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem
dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b. Stabilitas.
Sifat yang tetap imperatif apabila gangguan-gangguan terjadi diluar zona
yang melindungi (gangguan luar).
c. Kecepatan operasi.
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir, semakin
besar kemungkinan kerusakan pada peralatan. Hal yang paling penting
adalah perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum
generator-generator yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi
dengan sistem
d. Sensitivitas (Kepekaan).
Sensitivitas yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Nilai ini
dapat dinyatakan dengan besar nya arus dalam jaringan aktual (arus
primer) atau sebagai persentase dari arus sekunder (transformator arus).
e. Pertimbangan ekonomis.
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis,
oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal
saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam suatu sistem
transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal, namun
demikian pula system atau peralatan yang dilindungi dan jaminan
terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital. Biasanya digunakan
dua system proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer atau proteksi
utama dan proteksi pendukung (back up).
f. Reliabilitas (Keandalan).
Reabilitas adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Sifat ini jelas, penyebab utama dari "outage"
rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal
operation).

25
g. Proteksi pendukung.
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya
terpisah dan yang bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini sedapat
mungkin independen seperti halnya proteksi utama, memiliki
transformator dan relay tersendiri. Seringkali hanya triping circuit
breaker dan transformator tegangan yang dimiliki bersama oleh
keduanya. Tiap-tiap system proteksi utama melindungi suatu area atau
zona sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil di antara
zona-zona yang berdekatan misalnya antara transformator arus dan circuit
breaker-circuit breaker tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem
back up (yang dinamakan, remote backup) akan memberikan
perlindungan karena berlapis dengan zona-zona utama. [4]

3.8 Peralatan Proteksi


3.6.1 Thermal Overload Relay
Umumnya relay dapat dibagi dua jenis, yaitu relay yang bekerja berdasarkan
elektromagnetik dan relay yang bekerja berdasarkan panas (termis). Relay
elektromagnetik adalah relay yang bekerja berdasarkan prinsip
elektromagnetik. Relay ini terdiri dari koil yang dialiri oleh arus fasa dan inti
besi yang menggerakkan kontaknya Thermal Overload Relay adalah jenis
relay yang bekerja berdasarkan thermal atau panas. Relay ini mengandung
elemen bimetal dengan koefisien suhu yang berbeda, sehingga jika elemen
tersebut dialiri oleh arus (secara langsung maupun tidak langsung) melebihi
arus setting-nya, maka elemen tersebut akan berdefleksi atau membengkok
dan segera trip untuk memisahkan motor dari jaringan. Ini dapat dilihat pada
gambar diagram dibawah ini.

26
Gambar 3. 8 Thermal Overload Relay
Ketika terjadi beban lebih, akan timbul panas pada koil (2). Bimetal (1) akan
bengkok ke atas pada sisi terluarnya dan melepas kontak (3). Sebuah pegas (4)
memutar kontak pada sumbunya untuk menggerakkan alat tripping (5) dan
segera pembuka kontak NC (6) ( Normally close ). Relay ini kemudian direset
manual setelah trip melalui sebuah push button reset.

Gambar 3. 9 Simulasi penggunaan relay

Fungsi TOR yang utama adalah melindungi motor dan panas yang berlebihan
yang disebabkan oleh arus lebih pada saat terjadi overload, kegagalan starting,
tegangan rendah maupun frekuensi rendah Dengan demikian, TOR ini juga
berfungsi melindungi kabel dari overheating.
NEMA telah menetapkan 3 kelas standar overload relay yaitu :

27
1. Kelas 10
2. Kelas 20
3. Kelas 30

Yang dimaksud kelas 10 adalah kelas overload yang memiliki waktu


pemutusan 10 detik pada 6 kali arus beban penuh motor. Kelas 20 dengan
waktu pemutusan 20 detik dan kelas 30 dengan waktu 30 detik. [5]

3.6.2 MCB (Miniature Circuit Breaker)


Miniature Circuit breaker memiliki fungsi anda sebagai pengaman dimana
MCB dapat mengamankan peralatan dan instalasi listrik terhadap arus berlebih
dengan bimetal dan juga terhadap hubung singkat dengan
elektromagnetiknya. Fungsi lain dari MCB adalah sebagai berikut : [6]
a. Mengamankan beban terhadap arus hubung singkat dan beban lebih.
b. Membuka dan menutup rangkaian listrik.
c. Pengaman terhadap kerusakan isolator.

Gambar 3. 10 Bagian-Bagian MCB

Keterangan gambar :

28
1. Batang bimetal.
2. Batang penekan.
3. Tuas pemutus kontak.
4. Lengan kontak yang bergerak.
5. Pegas penarik kontak.
6. Trip koil.
7. Batang pendorong.
8. Batang penarik kontak.
9. Kontak tetap.
10. Kisi pemadam busur api.
11. Plat penahan dan penyalur busur api.
MCB dapat dioperasikan atau digunakan untuk memutus rangkaian listrik
pada saat rangkaian tersebut memiliki beban dan tidak memiliki beban serta
MCB juga memiliki peredam busur api, sehingga dapat mencegah terjadinya
kebakaran. MCB terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

1) Pemutus Secara Thermal


Pemutus jenis ini terjadi pada saat terjadi gangguan arus lebih pada
rangkaian secara terus-menerus. Batan bimetal (1) akan melengkung
akibat pemanasan oleh arus lebih secara kontinyu pada elemen bimetal
ini. Bengkokan itu akan menggerakan Batang Penekan (2) sampai Tuas
Pemutus Kontak (3) berubah posisi sehingga Lengan Kontak Yang
Bergerak (4) membuka untuk memutus rangkaian dengan bantuan Pegas
Penarik Kontak (5).
2) Pemutus Secara Elektromagnetik
Ketika terjadi hubung singkat, maka akan terjadi lonjakan arus yang
terjadi secara tiba-tiba yang kemudian akan menghidupkan Trip Koil (6).
Pergerakan itu menyebabkan mekanisme MCB membuka secara tiba-
tiba. Batan Pendorong (7) bekerja mendorong Batang Penarik Kontak (8)
menarik Lengan Kontak Yang Bergerak (4) sehingga terlepas dari Plat
Penahandan Penyalur Busur Api (11).

29
3.6.3 MCCB
Memiliki fungsi lebih besar dari MCB (Miniature Circuit Breaker) karena
spesifikasinya lebih besar.Spesifikasi MCCB biasanya menggunakan 3 phase,
karena hanya digunakan sebagai pengaman untuk motor listrik pada dunia
industri.Selain phase , MCCB juga memiliki beberapa pilihan Pole.M Istilah
Pole (kutub) menyatakan banyaknya jumlah kutub yang terdapat dalam
kumparan suatu motor listrik. Beberapa Pole ( Kutub )1 Pole, 2 Pole, 3 Pole, 4
Pole
Dari penjelasan diatas, ternyata untuk MCCB banyak sekali fungsi dan
spesifikasi yang harus kita ketahui agar tidak salah memilih komponen yang
akan kita gunakan pada rangkaian listrik kita.
Selain berfungsi sebagai pemutus arus listrik, ternyata MCCB juga memiliki
peran penting dalam menjaga komponen kelistrikan lainnya seperti motor
listrik agar umurnya lebih bertahan lama dan mencegah terjadinya kebakaran
akibat korsleting listrik [6].
Dalam menentukan ukuran kabel yang harus dipakai dalam besar breaker
yang digunakan dalam kelistrikan bisa dilihat dalam tabel berikut.’

Tabel 3. 1 Circuit Breaker dan Kabel

30
3.9 Spesifikasi Motor Yang Digunakan Di PT Dok & Perkapalan Kodja
Bahari
Spesifikasi Motor yakni informasi yang menjelaskan tentang nilai-nilai dan
keterangan yang ada pada Motor. Spesifikasi Motor terdapat pada name plate
yang ada di body atau rangka motor, informasi yang terkandung pada name
plate biasanya berisi data daya, tegangan, arus, kutub atau pole dan
sebagainya. Spesifikasinya seperti yang tertera pada gambar dibawah ini
sebagai berikut: [1]

Gambar 3. 11 Name Plate Motor Induksi

Tabel 3. 2 Keterangan isi Name Plate

No. Keterangan Nilai


1. Merk SHAKTI
2. Type SMG 280
3. Daya motor listrik 125 HP / IP 55
4. KW 90

5. Volt 380/660 Volt

31
6. Rpm 450
7. Ampere 167
8. S/N 15021754 SMG
9. Cos φ 0,8

3.10 Data Hasil Pengukuran Dilapangan


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran dan alat yang digunakan
sebagai sistem proteksi untuk di lapangan sebagai berikut :
a. Arus Nominal Motor Induksi
Arus nominal adalah banyaknya jumlah arus normal yang dapat diterima
oleh sebuah motor induksi.
Tabel 3. 3 Keterangan Hasil Pengukuran Arus Nominal Motor

Keterangan Nilai
Arus Nominal Pada Clamp Meter 115 Ampere

Gambar 3. 12 Arus Nominal Pada Pengukuran Clamp Meter

32
b. Jenis Thermal Overload Relay
Relay adalah elektromagnet yang sederhana. Relai dapat terdiri dari koil atau
solenoida, inti feromagnetik dan sebuah armatur yang bisa digerakkan adalah
tempat kontak dilampirkan berfungsi sebagai penghubung dan pemutus. Relai
termal atau relai beban berlebih adalah peralatan switching sensitif suhu dan
akan membuka atau menutup kontaktor saat ini suhu yang terjadi melebihi
batas yang ditentukan atau peralatan kendali kelistrikan yang berfungsi untuk
memutus jaringan listrik jika terjadi beban lebih.

Relai yang digunakan untuk PT.Dok& Perkapalan Kodja Bahari adalah


sebagai berikut.

Tabel 3. 4 Keterangan Range TOR

Jenis Pengaman Tipe Rating Range (A) Terpasang

TOR NXR - 200 Range 100 – 200 Ampere

Gambar 3. 13 Thermal Overload Relay Pada Proteksi Motor

c. Jenis Miniature Circuit Breaker


MCCB / Moulded Case Circuit Breaker merupakan salah satu komponen
elektrikal yang berfungsi sebagai pengaman dan pemurus arus ketika
terjadi arus pendek (korsleting) atau kelebihan beban (overload) yang dapat

33
menyebabkan kerusakan pada motor listrik dan kebakaran karena percikan
bunga api. MCCB memiliki fungsi lebih besar dari MCB (Miniature
Circuit Breaker) karena spesifikasinya lebih besar. Spesifikasi MCCB
biasanya menggunakan 3 phase, karena hanya digunakan sebagai
pengaman untuk motor listrik pada dunia industry.
Selain phase , MCCB juga memiliki beberapa pilihan Pole
.
Tabel 3. 5 Keterangan Rating MCCB

Jenis Pengaman Rating Range (A) Terpasang

MCCB 250 Ampere

Gambar 3. 14 MCCB yang Terpasang Pada Sistem Proteksi

3.11 Rumus Perhitungan Arus Nominal Pada Motor


Rumus dasar pada motor induksi adalah rumus untuk menghitung nilai-nilai yang
terdapat pada motor induksi antara lain seperti perhitungan daya motor, perhitungan
tegangan motor , perhitungan arus yang mengalir pada motor. [8]

34
P
In = ....................................................(3.1)
√3×cosφ × V

Keterangan :

In = Arus nominal
P = Daya pada motor 39
V = Tegangan pada motor
Cos ɸ = Besarnya faktor daya listrik
√3 = Motor tiga fasa
3.12 Rumus Menentukan Nilai TOR
Motor sangat perlu adanya pengamanan beban berlebih yang biasanya disebut
overload, lah untuk pengan tersebut biasanya nama alatnya ada TOR ( Thermal
Overload Relay ) tanpa adanya alat ini maka motor bisa keluar asap atau yang
sangat parah bisa meledak karena beban ( Load ) yang ditanggung oleh moter
tersebut sangat berat maka dari itu aplikasi TOR ini sebagai pemutus disaat beban
sudah mendekati batas Maksimum Motor [7]

TOR = In x 110 % ...........................................(3.2)

3.13 Rumus Menentukan Nilai MCCB dan Menentukan Nilai KHA


(Kemampuan Hantar Arus)
Nilai KHA ini digunakan untuk menghitung seberapa besar kemampuan hantar arus
yang digunakan terhadap kabel dan busbar yang digunakan. Nilai 125% adalah nilai
maksimal dalam menghantarkan arus terhadap kabel dan busbar, karena material
dalam kabel dan busbar yang digunakan adalah sama sama menggunakan tembaga
[6].

Berdasarkan PUIL 2011, luas penghantar dapat dihitung menggunakan persamaan


sebagai berikut :

35
Dari hasil perhitungan rumus KHA diatas kita dapat menentukan berapa nilai untuk
circuit breaker yang digunakan pada 36ystem proteksi tersebut dapat dilihat dari
36yste dibawah ini.

KHA = 125% X ln............................................... (3.3)

Dari hasil perhitungan rumus KHA diatas kita dapat menentukan berapa nilai untuk
circuit breaker yang digunakan pada 36ystem proteksi tersebut dapat dilihat dari
Gambar 3.12 [6].

36
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Arus Pada Motor


Untuk mengetahui kebutuhan peralatan proteksi yang digunakan untuk motor
induksi maka harus dilakukan perhitungan untuk mencari arus nominal motor
induksi tersebut. Adapun untuk mengetahui arus nominal tersebut dapat dilakukan
dengan cara perhitungan menggunakan rumus daya motor sebagai berikut.
Untuk motor induksi yang digunakan yaitu dengan daya motor sebesar 125 HP
seperti pada Tabel 3.1. Yang mana motor 125 HP kita konversikan menjadi
90000 watt atau 90 kW. Dengan menggunakan rumus 3,1 kita dapat mencari
arus dari motor tersebut persamaannya menjadi sebagai berikut
P
In =
√3×cosφ × V

90000
In =
√3×0,8 × 380

In = 170,94 A

Maka arus nominal dari motor induksi tersebut sebesar 170,94 Ampere

Tabel 4. 1 Perbandingan Arus Nominal Motor Induksi

Keterangan Nilai
In motor induksi Pengukuran Analisis

115 Ampere 170,9 Ampere

Terlihat dari data hasil di atas antara pengukuran dan Analisis perhitungan nilai
untuk arus nominal motor Induksi tidak ada perbedaan yang jauh.

37
4.2 Menentukan Arus Setting Pada Thermal Overload Relay
Fungsi dari Thermal Overload Relay merupakan sebagai salah satu proteksi
keamanan dalam sebuah rangkaian panel motor listrik dari arus yang berlebih.
Thermal Overload Relay harus di setting sesuai perhitungan yang matang, jika tidak
fungsi TOR sendiri tidak akan berfungsi dengan maksimal, Adapun untuk
menentukan setting TOR adalah menggunakan rumus (3.2) sebagai berikut.
TOR = In x 110 %

TOR = 115A x 110 %

TOR = 127,6 A

Jadi untuk setting arus pada Thermal Overload Relay adalah sebesar 127,6 A.

Tabel 4. 2 Perbandingan Rating TOR

Jenis Tipe Rating Range (A) Terpasang


Pengaman

Analisis Terpasang

TOR NXR -200 127,6 A Range 100 – 200 Ampere

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh bahwa tipe TOR yang


digunakan adalah NXR – 200 dengan range rating 100 – 200 Ampere. Dari data
diatas terlihat bahwa rating TOR yang digunakan untuk arus 127,6 Ampere (sesuai
dengan perhitungan diatas) pada Motor sudah tepat, karna menggunakan TOR
dengan rating antara 100 – 200 Ampere.

38
4.3 Menentukan Nilai MCCB dan Menentukan Nilai KHA (Kemampuan
Hantar Arus)
MCCB / Moulded Case Circuit Breaker merupakan salah satu komponen elektrikal
yang berfungsi sebagai pengaman dan pemurus arus ketika terjadi arus pendek
(korsleting) atau kelebihan beban (overload) yang dapat menyebabkan kerusakan
pada motor listrik dan kebakaran karena percikan bunga api.
MCCB memiliki fungsi lebih besar dari MCB (Miniature Circuit Breaker) karena
spesifikasinya lebih besar. Spesifikasi MCCB biasanya menggunakan 3 fase, karena
hanya digunakan sebagai pengaman untuk motor listrik pada dunia system.
Menurut PUIL 2011, KHA itu maksudnya adalah kemampuan/kuat sebuah kawat
penghantar untuk dilewati oleh beban/arus listrik dalam jumlah maksimum.[9]
Dalam definisi yang lain, KHA juga bisa diartikan sebagai total beban maksimum
yang mampu ditahan oleh sebuah penghantar secara terus menerus dan dalam batas
yang aman. Adapun untuk menghitungnya kita dapat menggunakan rumus (3.3)
sebagai berikut.

KHA = 125% × In

KHA = 125% × 170,6 A

KHA = 213,25 A

Dari hasil diatas kita dapat melihat Gambar 3.12, bahwa dari 39yste untuk kempuan
hantar arus ukuran kabelnya yaitu kita menggunakan kabel ukuran 10 mm, dan
untuk MCCB yang digunakan menurut system Gambar 3.12, Kita menggunakan
MCCB berukuran 250 A karena untuk ukuran sebesar 213 ,25 A tidak ada pada
39yste, kita dapat menaikan ukuran MCB yang mendekati dengan arus yang
diperoleh dari hasil hitungan.

39
Tabel 4. 3 Perbandingan Arus Operasi MCB

Jenis Pengaman Arus Operasi (A)

Analisis Terpasang Sebaiknya

MCB 213,25 Ampere 250 Ampere 250 Ampere

Dari hasil pengamatan di lapangan dan hasil Analisa bahwa pemilihan MCB untuk
Motor Induksi pada Cooling Tower sudah tepat. Dari data diatas terlihat bahwa untuk
penggunaan kabel daya yaitu sebesar 10 mm sesuai dengan single line diagram pada
Gambar 3.8.

40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Selama melakukan kerja praktik selama 1 bulan lebih pada PT. Dok & Perkapalan
Kodja Bahari Galangan 1 Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan pada motor
induksi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwasannya system proteksi motor
induksi tersebut sebagai berikut:
1. Penggunaan proteksi pada motor induksi 3 fase sangat penting karena
menghindari terjadinya kerusakan sehingga dapat mengurangi perbaikan dari
motor induksi tersebut.
2. Sistem proteksi motor induksi tiga fasa yang digunakan pada PT. DKB yaitu
untuk motor induksi tiga fasa 380 V menggunakan MCCB dan TOR.
3. Dari Analisis berdasarkan data serta perhitungan yang telah penulis peroleh
arus nominal pada motor sebesar 170,6 Ampere. Dari data hasil dilapangan
arus nominal pada motor induksi sebesar 115 Ampere. Data hasil dilapangan
dengan hasil perhitungan mendapatkan hasil yang tidak terdapat perbedaan
yang signifikan. Begitu Pula dengan hasil Analisis dari MCB dan kabel yang
digunakan pada system proteksi motor tersebut sesuai dengan hasil dari
analisis perhitungan. Sedangkan dari hasil analisis untuk penggunaan Thermal
Overload Relay seharusnya menggunakan range 100 – 200 Ampere agar
system proteksi lebih aman.
5.2. SARAN
1. Perlu dilakukan perjanjian dan persetujuan di awal terkait dengan detail
penugasan bagi peserta KP agar proses pelaksanaan KP dapat menjadi lebih
tertib, dan peserta KP dapat belajar lebih maksimal.
2. Perlu adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkomitmen, inovatif, dan
professional agar praktek kerja lapangan mudah dimengerti oleh peserta kerja
praktek di PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari

41
DAFTAR PUSTAKA

[1] PT . Dok & Perkapalan Kodja Bahari [Online].

[2] R. Berlianti, “ANALISIS MOTOR INDUKSI FASA TIGA TIPE ROTOR

SANGKAR,” Jurnal Nasional Teknik Elektro, vol. 4, no. 1, pp. 1-10, 2015.

[3] S. J. Chapman, Electric Machinery Fundamentals, New York:

The McGraw-Hill Companies, 2005.

[4] Inc.A.E. Fitzgerald. Charles Kingsley Jr. Stephen D. Umans, Mesin-mesin

Listrik, Erlangga, 1992.

[5] Arindya, Radita (2013). Penggunaan dan Pengaturan Motor Listrik.

Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm. 50–51. ISBN 978-979-756-900-6.dikses pada 02

07 21

[6] Ismail, “Analisis Sistem Pengamanan Motor Chiller digedung Bertingkat

Skripsi,” Universitas Indonesia, Depok, 2008.

[7] R. Ependi, “RECONSTRUCTION OF THE POWER PANEL LOAD

MOTOR,” Politeknik Negeri Bandung, Bandung, 2012.

[8] T.S. Hutauruk. Transmisi Daya Listrik. Bandung: Departemen Elektronik ITB.

1980. hlm. 25-50.

[9] LIPI, 2014, PUIL, 2011, Jakarta

[10] Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985.

42
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat balasan dari PT. DKB Galangan 1
Lampiran 2 : kegiatan Kerja Praktek

Anda mungkin juga menyukai