TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Lancang Kuning Pekan Baru
Disusun Oleh :
RIVALDO ABED NEGO
Nim : 1720201005
i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri/tidak plagiat, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Jika
ternyata tidak benar saya bersedia untuk pembatalan gelar kesarjanaan yang telah
saya peroleh.
Tanda Tangan
(Materai 10.000)
ii
LEMBAR PELAKSANAAN
Disetujui Oleh :
TIM PENGUJI
Ketua Sekretaris
Zulfahri, S.T., M.T Arlenny, S.T., M.T Ir. Usaha Situmeang, M.T
NIDN. 1007097202 NIDN. 1023126701 NIDN. 1022046201
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Studi Koordinasi Rele
Jarak Dan Rele Arus Lebih Di Powerplant Bob PT. Bumi Siak Pusako Pertamina
Hulu”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lancang Kuning.
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk :
1. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Hamzah, S.T., M.T., dan Dr. David Setiawan,
S.T., M.T., terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing tugas
akhir, yang selama ini telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
2. Pembimbing Akademik Bapak Zulfahri, S.T., M.T., terima kasih penulis
ucapkan sebesar-besarnya kepada pembimbing akademik, yang selama ini
telah banyak membantu dan membimbing, sejak pertama perkuliahan hingga
akhir semester ini.
3. Dosen Pengajar Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, terima kasih banyak
saya ucapkan atas segala ilmu dan pelajaran yang telah Bapak dan Ibu berikan
kepada saya selama saya belajar di Kampus. Semoga Bapak dan Ibu selalu
sehat dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa sehingga Bapak dan Ibu
dapat selalu memberikan ilmu yang berharga kepada mahasiswa/i Universitas
Lancang Kuning.
4. Keluarga, sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada
terhingga ku persembahkan karya ini kepada Kedua orang tua, adik - adik,
terima kasih setiap dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan baik..
5. Teman-teman terbaik dari Fakultas Teknik Elektro Universitas Lancang
Kuning, teman–teman kerja, saya mengucapkan terima kasih atas segala yang
telah diberikan selama ini dan senior yang telah membantu banyak dalam
proses penulisan tugas akhir ini, yang telah mendukung dan memberikan
v
bantuan serta motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga silaturahmi
dan persahabatan kita selalu dirahmati oleh Tuhan Yang Maha Esa.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan penulis anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus
Lebih di Powerplant BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu”. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro pada Fakultas Teknik Universitas
Lancang Kuning.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Zainuri, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lancang Kuning
2. Bapak Zulfahri, S.T., M.T., selaku Ketua Prodi Teknik Elektro Universitas
Lancang Kuning
3. Bapak Dr. Hamzah, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi ke penulis dalam
pelaksanaan penelitian ini dan penulisan skripsi.
4. Bapak Dr. David Setiawan, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi ke penulis
dalam pelaksanaan penelitian ini dan penulisan skripsi.
5. Seluruh Staff Dosen yang mengajar di Prodi Teknik Elektro Universitas
Lancang Kuning
6. Staff Administrasi Prodi yang telah membantu proses administrasi.
7. Teruntuk kedua orangtua, yang telah mencurahkan segala kasih sayang,
dukungan moral dan materi serta mendidik penulis hingga saat ini dan
seterusnya. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan kepada orangtua
penulis.
8. Kepada seluruh teman–teman seperjuangan Teknik Elektro.
vii
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu
yang telah mendoakan penulis dan membantu terlaksananya penelitian ini.
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Lancang Kuning, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Rivaldo Abed Nego
NIM : 1720201005
Program Studi : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning Hak Bebas Royalti Non Ekslusif
(Non-Exclusive Royalti-Free Right) atas tugas akhir saya yang berjudul:
Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Fakultas Teknik Universitas Lancang
Kuning berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (data base), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Pekanbaru
Pada Tanggal : Juni 2022
Yang Menyerahkan
ix
ABSTRAK
Bila terjadi gangguan pada saluran transmisi, rele jarak dan rele arus lebih akan
bekerja memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang tidak terganggu.
Rele jarak dan rele arus lebih bekerja memerintahkan Circuit Breaker (CB) untuk
membuka. Rele jarak bekerja jika gangguan terjadi di dalam jangkauan
proteksinya. Sedangkan OCR akan bekerja jika besar arus gangguan yang
mengalir melebihi nilai setting-nya. Penelitian ini membahas koordinasi kerja rele
jarak dan rele arus lebih dengan mengambil kasus di jaringan transmisi yang
terhubung ke Powerplant PT BOB. Langkah yang dilakukan adalah penentuan
setting batasan proteksi zona 1, zona 2 dan zona 3 pada rele jarak, kemudian
menentukan waktu kerja zona 1, zona 2, zona 3 dan rele arus lebih. Hasil
penelitian telah didapat yaitu nilai setting zona proteksi untuk rele jarak dan Time
Multiplier Setting (TMS) pada rele arus lebih yang terdapat di Powerplant PT.
BOB di masing-masing saluran transmisi yang terhubung padanya. Zona 1 adalah
(t = 0) detik, zona 2 adalah (t = 0,2 detik) dan zona 3 adalah (t = 0,6 detik) dengan
ZL1 adalah impedansi saluran transmisi yang diproteksi dan ZL2 adalah
impedansi saluran transmisi berikutnya. Sedangkan Time Multiplier Setting
(TMS) pada rele arus lebih di-setting agar bekerja pada waktu 0,8 detik.
Kata Kunci: Rele Jarak, Rele Arus Lebih, Time Multiplier Setting,
Impedansi Setting.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................…….i
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ....................................…….ii
LEMBAR PELAKSAAN....................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iv
LEMBAR PERSEMBAHAN...............................................................................v
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR..............................ix
ABSTRAK...........................................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xv
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.............................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian...........................................................................................2
1.4 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.5 Batasan Masalah..............................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan......................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1 Sistem Jaringan Tipe Lingkar..........................................................................5
2.2 Sistem Proteksi Dalam Sistem Tenaga Listrik................................................5
2.3 Persyaratan Rele Proteksi................................................................................6
2.3.1 Kepekaan (Sensitivity)..................................................................................7
2.3.2 Keandalan (Realibity)...................................................................................7
2.3.3 Selektivitas (Selectivity)...............................................................................8
2.3.4 Kecepatan Kerja...........................................................................................9
2.3.5 Ekonomis......................................................................................................10
xi
2.3.6 Sederhana / Simplicity..................................................................................10
2.4 Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik............................................................10
2.4.1 Gangguan Tegangan Lebih...........................................................................12
2.4.2 Gangguan Arus Lebih...................................................................................12
2.4.2.1 Gangguan Simetris....................................................................................12
2.4.2.2 Gangguan Asimetris..................................................................................13
2.4.3 Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit Fault)........................................14
2.5 Rele Sebagai Peralatan Pengaman...................................................................15
2.6 Rele Jarak (Distance Relay)............................................................................16
2.6.1 Karakteristik Rele Jarak...............................................................................18
2.6.1.1 Rele Impedansi..........................................................................................18
2.6.1.2 Rele Mho...................................................................................................18
2.6.1.3 Rele Quadrilateral......................................................................................19
2.6.2 Penyetelan Daerah Kerja Rele Jarak............................................................20
2.6.2.1 Setelan Zona 1...........................................................................................20
2.6.2.2 Setelan Zona 2...........................................................................................21
2.6.2.3 Setelan Zona 3...........................................................................................23
2.6.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Jangkauan Rele Jarak.......................23
2.6.3.1 Resistansi Gangguan.................................................................................23
2.6.3.2 Arus Infeed................................................................................................24
2.6.4 Pola Pengaman Pada Rele Jarak...................................................................27
2.6.4.1 Pola Basic..................................................................................................27
2.6.4.2 Pola Teleproteksi Rele Jarak.....................................................................27
2.7 Rele Arus Lebih Atau Over Current Relay.....................................................34
2.7.1 Rele Arus Lebih Seketika.............................................................................36
2.7.2 Rele Arus Lebih Dengan Tundaan Waktu Tetap (Definite Time)................37
2.7.3 Rele Arus Lebih Dengan Tundaan Waktu Terbalik (Inverse)......................39
2.7.4 Rele Arus IDMT...........................................................................................40
2.8 Koordinasi Rele Jarak Dan Rele Arus Lebih..................................................41
2.9 DigSILENT.....................................................................................................42
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN...............................................................44
xii
3.1 Gambaran Umum Sistem Kelistrikan Powerplant BOB PT.BSP...................44
3.2 Diagram Alir Penelitian...................................................................................44
3.3 Data Teknis......................................................................................................46
3.3.1 Bus Atau Rel.................................................................................................46
3.3.2 Rele Proteksi.................................................................................................47
3.3.3 Penghantar Transmisi...................................................................................48
3.3.4 Spesifikasi Rele Jarak, Rele Arus Lebih, CT Dan VT.................................49
BAB 4. PEMBAHASAN......................................................................................50
4.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem.......................................................................50
4.2 Setting Koordinasi Rele Jarak Dan Rele Arus Lebih Pada Masing Masing
Feeder.............................................................................................................51
4.3 Simulasi Dan Analisis Koordinasi Rele Jarak Dan Rele Arus Lebih Pada
Masing – Masing Feeder................................................................................53
4.3.1 Memulai Digsilent Power Factory 15.1.7....................................................54
4.3.2 Membuat Program Baru Di DigSILENT Powerfactory...............................55
4.3.3 Membuat Rangkaian Simulasi DigSILENT.................................................56
4.4.1 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder Pedada.........58
4.4.2 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder
Beruk/Zamrud..............................................................................................60
4.4.3 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder Pedada.........61
4.4.4 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder
Beruk/Zamrud..............................................................................................62
BAB 5.KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................64
5.1 Kesimpulan......................................................................................................64
5.2 Saran................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................66
LAMPIRAN..........................................................................................................68
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik Invers Relay.....................................................................40
Tabel 3.1 Data Rele Proteksi Feeder Pedada........................................................47
Tabel 3.2 Data Rele Proteksi Feeder Pusaka........................................................48
Tabel 3.3 Data Rele Proteksi Feeder Beruk/Zamrud............................................48
Tabel 3.4 Penghantar Transmisi............................................................................48
Tabel 3.5 Spesifikasi Rele Jarak............................................................................49
Tabel 3.6 Spesifikasi Rele Arus Lebih..................................................................49
Tabel 3.7 Spesifikasi CT Dan VT Pada Rele Jarak Dan Rele Arus Lebih............49
Tabel 4.1 Setting Rele Jarak..................................................................................53
Tabel 4.2 Setting Rele Arus Lebih........................................................................53
Tabel 4.3 Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Feeder Pedada................60
Tabel 4.4 Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Feeder Beruk/Zamrud....61
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Sistem Jaringan Tipe Lingkar...........................................................5
Gambar 2.2 Suatu Sistem Tenaga Listrik Yang Sederhana
Mengalami Gangguan Pada Titik K.................................................9
Gambar 2.3 Fasor Diagram Gangguan Simetris; (a) Kondisi Seimbang;
(b) Kondisi Gangguan Pada Phasa T................................................13
Gambar 2.4 (a) Komponen Urutan Positif; (b) Komponen Urutan
Negatif; (c) Komponen Urutan Nol.................................................13
Gambar 2.5 Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa Ke Tanah.............................14
Gambar 2.6 Gangguan Hubung Singkat Dua Phasa..............................................14
Gambar 2.7 Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa.............................................15
Gambar 2.8 Konsep Kerja Rele.............................................................................16
Gambar 2.9 Prinsip Kerja Rele Jarak....................................................................16
Gambar 2.10 Balance Beam Distance Relay.........................................................17
Gambar 2.11 Karakteristik Rele Impedansi..........................................................18
Gambar 2.12 Karakteristik Rele Mho...................................................................19
Gambar 2.13 Karakteristik Quadrilateral..............................................................20
Gambar 2.14 Setting Jangkauan Dan Waktu Rele Jarak.......................................20
Gambar 2.15 Setelan Zona Proteksi Rele Jarak....................................................21
Gambar 2.16 Saluran Seksi Dengan Banyak Cabang...........................................22
Gambar 2.17 Saluran Seksi Dengan Kondisi Z2max>Z2min...............................22
Gambar 2.18 Saluran Seksi Dengan Kondisi Z2max<Z2min...............................22
Gambar 2.19 Pengaruh Resistansi Gangguan Pada Rele Jarak.............................24
Gambar 2.20 Pengaruh Infeed Akibat Pembangkit Pada Ujung Saluran..............25
Gambar 2.21 Pengaruh Infeed Pada Saluran Transmisi Ganda Ke Tunggal.........25
Gambar 2.22 Pengaruh Infeed Pada Saluran Transmisi Ganda Ke Ganda............26
Gambar 2.23 Pengaruh Infeed Pada Saluran Transmisi Tunggal Ke Ganda.........26
Gambar 2.24 Pola Basic........................................................................................27
Gambar 2.25 Pola Pengaman Teleproteksi...........................................................27
Gambar 2.26 Pola PUTT.......................................................................................29
xv
Gambar 2.27 Rangkaian Logika Permissive Underreach Transfer Trip..............29
Gambar 2.28 Kelebihan Pola PUTT......................................................................30
Gambar 2.29 Pola PUTT Pada Kondisi Weak Infeed............................................31
Gambar 2.30 Kekurangan Pola PUTT...................................................................31
Gambar 2.31 Pola POTT.......................................................................................32
Gambar 2.32 Rangkaian Logika Permissive Overreach Transfer Trip................32
Gambar 2.33 Kekurangan Pola POTT...................................................................33
Gambar 2.34 Pola Sinyal Blocking........................................................................33
Gambar 2.35 Diagram Logika Pola Blocking........................................................34
Gambar 2.36 Prinsip Kerja OCR...........................................................................35
Gambar 2.37 Rangkaian Rele Arus Lebih Seketika..............................................36
Gambar 2.38 Kurva Karakteristik Instantaneous Relay........................................36
Gambar 2.39 Rangkaian Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Tetap...........37
Gambar 2.40 Kurva Karakteristik Definite Time Relay........................................38
Gambar 2.41 Kurva Invers Relay..........................................................................38
Gambar 2.42 Kurva Karakteristik Invers Relay....................................................39
Gambar 2.43 Kurva Karakteristik Rele IDMT......................................................40
Gambar 3.1 Single Line Diagram..........................................................................43
Gambar 3.2 Flowchart Penelitian..........................................................................44
Gambar 3.3 Single Line Diagram Gardu Induk Powerplant.................................46
Gambar 4.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem Pada Simulasi DigSILENT............49
Gambar 4.2 Shortcut Icon DigSILENT Powerfactory Pada PC...........................53
Gambar 4.3 Tampilan Software Sebelum Ke Tampilan Utama............................53
Gambar 4.4 Tampilan Utama Pada DigSILENT Powerfactory............................54
Gambar 4.5 Membuat Lembar Kerja Baru............................................................54
Gambar 4.6 Penamaan Proyek Pada Kolom Name...............................................55
Gambar 4.7 Penamaan Dan Nominal Frekuensi Grid...........................................55
Gambar 4.8 Lembar Kerja Baru DigSILENT.......................................................56
Gambar 4.9 Pengisian Nilai Tegangan pada Software DigSILENT....................56
Gambar 4.10 Penambahan Busbar Dalam Lembar Kerja.....................................56
Gambar 4.11 Pengisian Data Busbar Dalam Lembar Kerja..................................57
Gambar 4.12 Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Pedada.........................58
xvi
Gambar 4.13 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Feeder Pedada...............58
Gambar 4.14 Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Beruk/Zamrud.............59
Gambar 4.15 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Feeder
Beruk/Zamrud.................................................................................60
Gambar 4.16 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi
Existing pada Feeder Pedada.........................................................61
Gambar 4.17 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi
Existing pada Feeder Beruk/Zamrud.............................................62
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Sistem rele proteksi pada saluran transmisi umumnya menggunakan
Distance relay, over current relay (OCR), Directional relay dan Ground fault
relay dengan pengaman utamanya adalah Distance relay.
Secara umum urutan rele proteksi pada saluran transmisi ketika
mengalami gangguan yaitu pertama Distance relay (rele jarak) akan bekerja lalu
kemudian Over current relay (rele arus lebih). Namun permasalahan yang terjadi
pada gardu induk Powerplant BOB adalah sistem rele proteksi yang bekerja
secara tidak berurutan dengan kata lain Over current relay (OCR) bekerja terlebih
dahulu daripada Distance relay.
Berdasarkan uraian dan permasalahan yang terjadi maka penulis tertarik
melakukan penelitian dan mengambil judul “ Studi Koordinasi Rele Jarak Dan
Rele Arus Lebih Di Powerplant BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu”.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data dari rele jarak dan rele
arus lebih dan akan disimulasikan dengan menggunakan software DigSILENT.
2
2. Dapat mengetahui sistem kerja rele jarak dan rele arah arus lebih serta
pengoptimalan fungsi masing masing rele.
3
5. BAB 5 : Simpulan dan Saran
Dalam bab ini menampilkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dan saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.
Saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, perlu diambil suatu
tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut. Jika dibiarkan, gangguan itu akan
meluas keseluruh sistem sehingga apat menyebabkan kerusakan peralatan listrik
yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, mutlak diperlukan suatu sistem
pengaman yang handal dan terorganisir. Salah satu komponen yang penting untuk
pengaman listrik adalah rele proteksi.
Rele proteksi adalah susunan piranti, baik elektronik maupun magnetic
yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan pada
peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu
muncul maka rele proteksi akan segera memberikan sinyal atau perintah untuk
membuka pemutus tenaga agar bagian yang terganggu dipisahkan dari sistem
yang normal.
Rele proteksi dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan yang
diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran-besaran yang
diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut phasa frekuensi impedansi dan
sebagainya sesuai dengan besaran yang ditentukan. Rele proteksi kemudian akan
mengambil keputusan seketika atau dengan perlambatan waktu untuk membuka
pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda tanpa membuka pemutus tenaga.
Disamping itu juga berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan ancaman
gangguanya.
Pada sistem tenaga listrik, rele memegang peran yang sangat vital.
Pengaman yang berkualitas memerlukan rele proteksi yang baik juga. Untuk itu
ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh rele pengaman berikut ini :
6
2.3.1 Kepekaan (Sensitivity)
Rele harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap besaran minimal
(kritis) sebagaimana direncanakan. Rele harus dapat bekerja pada awal terjadinya
gangguan walaupun gangguan sekecil apapun yang melebihi nilai krisisnya yang
dideteksi rele untuk memerintahkan pemutus daya untuk membuka rangkaian.
7
Duplikasi proteksi utama dengan prinsip operasi yang sama dengan
skema proteksi yang berbeda.
Pemisahan rele proteksi utama dan proteksi cadangan secara fisik.
Proteksi cadangan lokal
Proteksi cadangan jauh
Pemisahan rangkaian sekunder transformator arus dan transformator
tegangan untuk proteksi utama dan proteksi cadangan.
Pemisahan sistem power supply DC untuk proteksi utama di level
tegangan 500kV.
Menjaga keandalan teleproteksi.
2. Keterjaminan (Security): Derajat kepastian suatu sistem proteksi tidak
mengalami kesalahan kerja pada kondisi yang ditentukan dalam jangka waktu
tertentu (IEV 448-12-06) (SPLN T5.002-1: 2010).
Elemen sistem proteksi diharapkan tidak salah kerja/ stabil pada kondisi sistem
yang disyaratkan (di luar zona proteksinya). Pemilihan keterjaminan
mempertimbangkan level tegangan sistem dan pentingnya peralatan yang
diproteksi. Umumnya diaplikasikan pada proteksi busbar yang mensyaratkan
keterjaminan tinggi untuk mengurangi salah kerja.
Rele tidak boleh salah kerja, artinya rele yang seharusnya tidak bekerja
tetapi bekerja. Hal ini menimbulakan pemadaman yang tidak seharusnya dan
menyulitkan anlaisis gangguan yang terjadi.
8
Gambar 2.2 Suatu Sistem Tenaga Listrik yang Sederhana Mengalami
Gangguan pada Titik K (Tasiam, 2017)
DaIam sistem tenaga Iistrik seperti gambar di atas, apabila terjadi
gangguan pada titik K, maka hanya CB6 saja yang boleh bekerja sedangkan untuk
CB1, CB2 dan CB - CB yang lain tidak boleh bekerja.
Selektivitas berarti rele harus mempunyai daya beda terhadap bagian yang
terganggu, sehingga mampu dengan tepat memilih bagian dari sistem tenaga
listrik yang terkena gangguan. Kemudian rele bertugas mengamankan peralatan
atau bagian sistem dalam jangkauan pengamannya. Tugas rele adalah untuk
mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah pengamannya dan
memberikan perintah untuk membuka pemutus tenaga dan memisahkan bagian
yang terganggu. Letak pemutus tenaga sedemikian rupa sehingga setiap bagian
dari sistem dapat dipisahkan. sehingga bagian dari sistem lainnya yang tidak
terganggu jangan sampai dilepas dan masih beroperasi secara normal.
9
batas stabiIitas serta kadang-kadang gangguan sistem bersifat sementara, maka
rele yang semestinya bereaksi dengan cepat kerjanya perlu diperlambat (time
delay).
Pada umumnya untuk total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan
hubungan sekitar 0,1 detik kerja peralatan proteksi sudah dianggap bekerja cukup
baik.
2.3.5 Ekonomis
Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan rele proteksi
adalah masalah harga atau biaya. Rele tidak akan diaplikasikan di dalam sistem
tenaga listrik, jika harganya sangat mahal. Persyaratan reliabilitas, sensitivitas,
selektivitas, dan kecepatan kerja rele tidak menyebabkan harga rele tersebut
menjadi mahal.
10
a. Penyelidikan terhadap unjuk kerja rele proteksi
b. Untuk mengetahui kapasitas rating maksimum dari pemutus tenaga
c. Untuk mengetahui distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan sistem
pada saat terjadinya gangguan.
Jika ditinjau dari lama terjadinya gangguan, gangguan dapat dibedakan
atas:
a. Gangguan sementara (Temporary), merupakan gangguan yang hilang
dengan sendirinya apabila pemutus tenaga terbuka dari saluran
transmisi untuk waktu yang singkat dan setelah itu dihubungkan
kembali.
b. Gangguan Permanen (Stationary), adalah gangguan yang tidak hilang
atau tetap ada apabila pemutus tenaga terbuka pada saluran transmisi
untuk waktu yang singkat dan setelah itu dihubungkan kembali.
Selain klasifikasi gangguan yang telah disebutkan di atas, terbukanya
pemutus tenaga tidak selalu disebabkan terjadinya gangguan pada sistem itu
sendiri tetapi dapat juga disebabkan adanya kerusakan pada rele, kabel kontrol
atau adanya pengaruh dari luar seperti induksi atau interferensi. Gangguan seperti
ini disebut juga gangguan non-sistem.
Dalam sistem tenaga listrik tiga phasa, gangguan-gangguan yang dapat
menyebabkan timbulnya arus lebih yang dapat terjadi diantaranya adalah
gangguan tegangan lebih (over voltage), gangguan beban lebih (over load), dan
gangguan hubung singkat (short circuit). Gangguan tegangan lebih adalah
gangguan dimana tegangan melebihi rate yang di inginkan, Gangguan beban lebih
terjadi ketika adanya pembebanan yang melebihi arus nominal (rating Current).
Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi akibat adanya hubung
singkat pada penghantar atau konduktor.
11
2.4.1 Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan tegangan lebih terjadi akibat adanya kelainan pada sistem
tenaga listrik, seperti tegangan lebih karena adanya surja petir yang mengenai
peralatan listrik.
12
(a) (b)
Gambar 2.3 Fasor Diagram Gangguan Simetris; (a) kondisi seimbang; (b)
kondisi gangguan pada phasa T (Karyana, 2013)
Gambar 2.4 (a) Komponen Urutan Positif; (b) Komponen Urutan Negatif;
(c) Komponen Urutan Nol. (Tasiam, 2017)
Perbedaan nilai antar phasa ini bisa dilihat dari besarnya magnitude
ataupun dari sudut phasa. Sehingga untuk menyamakan setiap phasanya
digunakanlah komponen simetri yaitu komponen urutan positif (1), komponen
urutan negatif (2) dan komponen urutan nol (0). Nilai dari tegangan/arus hubung
singkat adalah hasil penjumlahan dari ketiga urutan tersebut.
13
2.4.3 Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit Fault)
Dalam proteksi sistem tenaga listrik, sangat penting untuk mengetahui
distribusi arus dan tegangan di berbagai tempat sebagai akibat timbulnya
gangguan. Karakteristik kerja rele proteksi dipengaruhi oleh besaran energi yang
dimonitor oleh rele seperti arus atau tegangan. Dengan mengetahui distribusi arus
dan tegangan di berbagai tempat maka dapat menentukan setelan (setting) untuk
rele proteksi dan rating dari pemutus tenaga/circuit breaker (CB) yang akan
digunakan. Gangguan hubung singkat dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa ke Tanah
Gangguan yang terjadi dapat dianalisis dengan menghubung-singkat
semua sumber tegangan yang ada pada sistem dan mengganti titik (node)
gangguan dengan sebuah sumber tegangan yang besarnya sama dengan
tegangan sesaat sebelum terjadinya gangguan di titik gangguan tersebut seperti
pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah (Karyana, 2013)
14
Pada gangguan hubung singkat phasa ke phasa, arus saluran tidak
mengandung komponen urutan nol dikarenakan tidak ada gangguan yang
terhubung ke tanah.
15
Rele akan memberikan signal perintah kepada CB untuk memutuskan
sistem tenaga listrik jika terjadi gangguan. Pada dasarnya rele proteksi terdiri dari
sebuah elemen operasi dan seperangkat kontak. Elemen operasi menerima
masukan arus dari transformator arus, tegangan atau kombinasi dari keduanya.
Keluaran dari rele adalah menutup (close) dan tahan (block). Jika keadaan tertutup
maka rele akan memberikan signal untuk melakukan proses pembukaan CB
dimana pada gilirannya akan mengisolasi gangguan dari bagian sistem tenaga
listrik lain yang sehat. Konsep kerja rele ditunjukkan seperti pada Gambar 2.8.
16
1. Apabila nilai impedansi gangguan lebih kecil dari pada impedansi
setting, artinya gangguan ada dalam daerah setting, maka rele akan
bekerja.
2. Apabila nilai impedansi gangguan lebih besar dari pada impedansi
setting maka rele tidak akan bekerja.
Rele jarak bekerja berdasarkan perbandingan impedansi nominal rele jarak
dengan impedansi gangguan yang terbaca oleh rele jarak. Impedansi yang dibaca
rele jarak dapat dilihat pada persamaan 2.1. (Tasiam, 2017)
ratio PT
Zrele= × Z zona (2.1)
ratio CT
Dimana :
Zrele = impedansi yang dibaca rele
Rasio PT = Potential Transformator
Rasio CT = Current Transformator
Zzona = impedansi zona rele
Rele jarak pada umumnya telah dilengkapi elemen directional untuk
menentukan arah atau letak gangguan sehingga membuat rele menjadi lebih
selektif. Gambar 2.10 menjelaskan secara sederhana prinsip kerja rele jarak
elektro-mekanis yang didisain agar torsi operasi (operating torque) sebanding
dengan arus yang terukur dan torsi penyeimbang (restraint torque) sebanding
dengan tegangan yang terukur. Ketika terjadi gangguan akan timbul arus yang
besar relatif terhadap tegangannya sehingga rasio V/I (impedansi) menjadi lebih
kecil dan torsi operasi yang dihasilkan akan lebih besar daripada torsi
penyeimbang. Kondisi ini akan menyebabkan kontak rele tertutup (trip).
17
2.6.1 Karakteristik Rele Jarak
Karakteristik rele jarak merupakan penerapan langsung dari prinsip dasar
rele jarak. Ada berbagai macam karakteristik rele jarak, antara lain:
1. Karakteristik Rele Impedansi
2. Karakteristik Rele Mho
3. Karakteristik Rele Reaktansi
4. Karakteristik Rele Quadrilateral
18
membacanya sebagai zone-2), begitu pula jika terdapat jenis gangguan
kapasitif maupun induktif. Gangguan akan menambah nilai Xf (reaktansi
kapasitif atau induktif gangguan) sehingga akan bekerja di luar zona
proteksinya.
3. Bisa digunakan untuk karakteristik gangguan fasa-fasa
Gambar karakteristik Rele Mho dapat dilihat pada Gambar 2.12
19
Gambar 2.13 Karakteristik Quadrilateral (Karyana, 2013)
Gambar 2.14 Setting jangkauan dan waktu rele jarak (Karyana, 2013)
Dasar pemilihan zona pengamanan rele jarak yang diaplikasikan adalah
sebagai berikut :
20
untuk menjamin bahwa zona 1 rele tidak akan melebihi over-reaching saluran
transmisi yang diproteksinya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.15.
21
K = infeed factor (K = 1 s.d 2)
Jika pada saluran seksi berikutnya terdapat beberapa cabang, untuk
mendapatkan selektifitas yang baik maka setting Z 2max diambil dengan nilai
impedansi penghantar (Ohm) yang terkecil seperti terlihat pada Gambar 2.16.
Gambar 2.18 Saluran seksi dengan kondisi Z2max < Z2min (Karyana, 2013)
- Jika pada gardu induk di depannya terdapat transformator daya, maka jangkauan
zone-2 tidak melebihi impedansi transformator ZTR = 0.8 (ZL1 + k.Xt), dimana
22
k = bagian transformator yang diproteksi nilai k direkomendasikan = 0.5. Hal ini
dimaksudkan jika terjadi gangguan pada sisi LV Transformator, rele jarak tidak
bekerja.
23
adalah impedansi saat beban maksimum harus berada di luar daerah kerja rele
jarak.
Salah satu pengaruh resistansi gangguan terhadap operasi rele jarak adalah
pergeseran impedansi yang terukur oleh rele ketika terjadi gangguan. Hal ini dapat
menyebabkan rele menjadi underreaching, yaitu untuk gangguan yang seharusnya
terdeteksi zona satu rele menjadi terdeteksi di zona dua rele atau gangguan di zona
dua rele menjadi terdeteksi di zona tiga rele. Resistansi gangguan yang timbul
pada saat gangguan ke tanah pada umumnya mempunyai resistansi yang lebih
tinggi daripada gangguan antar fasa. Impedansi gangguan pada saat gangguan ke
tanah dapat disebabkan impedansi menara (tower impedance and tower footing
resistance) dan resistansi arc. Resistansi arc dipengaruhi oleh besarnya arus
gangguan dan panjang dari arc itu sendiri seperti pada Gambar 2.19.
Gambar 2.19 Pengaruh resistansi gangguan pada rele jarak (Karyana, 2013)
24
a) Adanya pembangkit pada ujung saluran yang diproteksi
Pengaruh infeed akibat adanya pembangkit pada ujung saluran
menyebabkan rele mendeteksi gangguan lebih dekat dari posisi gangguan
sebenarnya, sehingga rele mengalami underreach. Pengaruh infeed akibat
pembangkit pada ujung saluran dapat kita lihat pada Gambar 2.20.
25
rele mengalami underreach. Jika tidak ada infeed (perubahan saluran ganda ke
tunggal, maka rele mendeteksi gangguan sesuai dengan lokasi gangguan
sebenarnya). Agar tidak demikian maka pada seting jangkauan rele jarak perlu
dikalikan dengan faktor k = 2.
Gam
bar 2.22 Pengaruh infeed pada saluran transmisi ganda ke ganda
(Karyana, 2013)
- Untuk gangguan F dekat rel B ( X = 0 ) faktor infeed k = 2
- Untuk gangguan F dekat rel C ( X= 1 ) faktor infeed k = 1
- Untuk gangguan F diantara rel B dan rel C , infeed antara 1 ≤ k ≤ 2
26
- Untuk gangguan F diantara rel B dan rel C , infeed antara 0.5 ≤ k ≤ 1
27
Gambar 2.25 Pola Pengaman Teleproteksi (Karyana, 2013)
Untuk dapat meningkatkan koordinasi waktu sistem proteksi pada saluran
udara tegangan tinggi, diperlukan suatu peralatan yang dapat mengirim dan
menerima sinyal dari satu atau beberapa rele di satu Gardu Induk (GI) ke rele di
GI yang lain. Peralatan teleproteksi merupakan peralatan yang dapat mengirim
dan menerima sinyal (data or logic status) dari satu rele ke rele yang lain.
Dikarenakan jarak antara satu gardu induk dengan gardu induk yang lain cukup
jauh maka diperlukan suatu media komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengirimkan sinyal. Saluran komunikasi yang digunakan dapat berupa serat optik
(fiber optic), Power Line Comunication (PLC) atau melalui gelombang mikro
(microwave).
Dasar pemilihan pola pengaman dengan menggunakan teleproteksi adalah
untuk meningkatkan keandalan sistem yaitu jika terjadi gangguan di luar zona satu
rele tetapi masih berada pada saluran yang diamankan (ujung saluran transmisi),
maka rele jarak yang telah dilengkapi teleproteksi akan bekerja lebih cepat
dibandingkan rele jarak tanpa teleproteksi. Waktu pemutusan gangguan yang
cepat pada saluran transmisi mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
Mengurangi kerusakan pada konduktor atau penghantar
Meningkatkan stabilitas sistem
Memungkinkan diterapkannya auto reclosing untuk meningkatkan
ketersediaan penghantar sehingga peluang (lama dan frekuensi)
pemadaman dapat dikurangi.
28
Diagram logikanya dapat dilihat pada Gambar 2.26 berikut :
29
Kelebihan pola PUTT:
- Untuk gangguan di daerah ujung saluran yang diamankan (zone-2), rele
di kedua ujung saluran yang diamankan akan trip seketika karena
menerima sinyal trip dari rele di ujung lawannya seperti pada gambar
2.28.
30
Gambar 2.29 Pola PUTT Pada Kondisi Weak Infeed (Karyana,
2013)
- Pada penghantar pendek penggunaan rele jarak pola PUTT tidak
direkomendasikan untuk digunakan. Penghantar pendek dengan nilai
resistif yang besar akan membuat rele bekerja diluar daerah kerjanya.
- Kelemahan PUTT pada gangguan High resistance. Kedua rele akan
membaca sebagai zone-2
Kekurangan pola PUTT dapat digambarkan seperti Gambar 2.30.
31
Gambar 2.31 Pola POTT (Karyana, 2013)
Prinsip kerja pola POTT adalah apabila ada gangguan yang dirasakan oleh
zona dua rele jarak, maka rele akan mengirim sinyal ke rele di ujung terminal
yang lain dan rele di ujung terminal yang lain tersebut hanya akan bekerja apabila
gangguannya juga dirasakan oleh zona dua rele tersebut Gambar rangkaian
logikanya adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.32.
32
Gambar 2.33 Kekurangan Pola POTT (Karyana, 2013)
33
-Trip seketika masih akan terjadi walaupun di ujung terminal lain tidak
terdapat/ sedikit infeed (pembangkitan)
-Cukup membutuhkan channel komunikasi Single (half duplex)
Kekurangan pola blocking adalah sebagai berikut :
-Jika pengiriman sinyal gagal, trip seketika akan terjadi untuk gangguan
pada saluran seksi berikutnya (zone-2), sehingga rele bekerja tidak
selektif
-Rele jarak yang dibutuhkan harus merk dan tipe sejenis.
Diagram logika pola Blocking dapat dilihat pada Gambar 2.35.
34
peralatan apabila proteksi utama gagal bekerja. Agar dapat dikoordinasikan
dengan baik terhadap rele arus lebih disisi yang lain (bukan rele arus lebih yang
terpasang di penghantar), maka karakteristik untuk proteksi penghantar yang
dipilih adalah kurva yang sama yaitu standard inverse (IEC) / normal inverse
(ANSI/IEEE).
Prinsip kerja dari rele arus lebih dapat dilihat pada Gambar 2.36.
35
current rele), rele arus lebih dengan karakteristik tundaan waktu terbalik (inverse
time overcurrent rele) dan rele arus lebih Inverse Definite Minimum Time
(IDMT).
36
ini ditandai dengan bergeraknya kontaktor gerak rele untuk menutup kontak.
Dengan demikian, rangkaian pemutus/trip akan tertutup. Mengingat pada
rangkaian ini terdapat sumber arus searah, maka pada kumparan pemutus akan
dialiri arus searah yang selanjutnya akan mengerjakan Kontak Pemutus sehingga
bagian sistem yang harus diamankan terbuka. Untuk mengetahui bahwa rele harus
bekerja, maka perlu dipasang suatu alarm.
2.7.2 Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Tetap (Definite Time)
Rele arus lebih dengan karakteristik tundaan waktu tertentu adalah rele
yang bekerja dengan waktu operasi saat merasakan ada gangguan sampai rele trip
mengalami penundaan dalam rentan waktu tertentu. Artinya berapapun besar nilai
arus gangguan yang terbaca oleh rele, rele akan beroperasi dengan tundaan waktu
yang telah ditentukan. Arus setelan rele ini menurut british standard di setting
sebesar 1,2 s/d 1,3 dikali arus beban.
Gambar rangkaian rele arus lebih dengan tundaan waktu dapat dilihat pada
Gambar 2.39.
Gambar 2.39 Rangkaian Rele Arus Lebih Dengan Tundaan Waktu Tetap
(Tasiam, 2017)
Rele arus lebih waktu tertentu adalah jenis rele arus lebih di mana jangka
waktu rele muIai pick-up sampai selesainya kerja rele dapat diperpanjang dengan
nilai tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang mengerjakannya
37
(tergantung dari besarnya arus setting, melebihi arus setting maka waktu kerja rele
ditentukan oleh waktu setting-nya) seperti pada Gambar 2.40.
38
Gambar 2.42 Kurva Karakteristik Invers Relay (Tasiam, 2017)
Menurut standard IEC 255-4 secara matematis hubungan antara tundaan
waktu kerja rele dengan besarnya arus masukan atau arus gangguan dinyatakan
oleh persamaan berikut:
[ ]
TMS × β
t = If (2.8)
−1
Iset α
dimana:
t = tundaan waktu kerja rele (s)
TMS = setelan skala pengali waktu (Time Multiplier Setting)
If = arus masukan ke rele (A)
Iset = nilai setelan arus lebih (A)
Konstanta – konstanta α dan β menentukan tingkat atau derajat inversitas
dari tundaan waktu rele dan menurut standar IEC 255-4 nilainya ditunjukkan pada
Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Karakteristik Invers Relay
α β
39
Arus setelan rele ini menurut british standard di-setting sebesar 1,05 s/d
1,2 dikali arus beban.
40
tersebut dengan tujuan untuk memberikan pengamanan yang tepat saat gangguan
terjadi. Rele arus lebih yang merupakan pengaman cadangan akan bekerja jika
pengaman utama yaitu rele jarak gagal bekerja. Interval waktu yang diperlukan
untuk koordinasi antara pengaman satu dan pengaman lainnya yang berdekatan
disebut Coordination Delay Time (CDT). Secara umum tundaan waktu (CDT)
dengan waktu 0,5 detik masih dikatakan normal. Dengan kemajuan sistem
proteksi saat ini tundaan waktu dapat diminimalisir menjadi 0,4 detik. Ini adalah
interval minimum yang memungkinkan rele dan CB untuk menghapus gangguan
di zona proteksinya. Dengan CB modern dimungkinkan untuk menggunakan CDT
kurang dari atau sama dengan 0,4 s. Hal tersebut tergantung pada beberapa aspek
berikut ini:
a. Waktu pemutusan gangguan oleh CB, dimulai sejak CB menerima
perintah dari rele hingga kontak CB tebuka (berkisar 0,1 detik atau lebih
kecil. Informasi ini dapat diperoleh dari spesifikasi CB).
b. Overtravel rele (ketika rele de-energized, rele masih bekerja untuk waktu
yang singkat hingga energi yang tersimpan dibuang).
c. Tolerance, karena adanya kesalahan (error) pada CT dan rele (misalnya
perbedaan antara waktu operasi rele sebenarnya dengan karakteristik
yang diterbitkan oleh pabrik pembuat rele dan juga karena pendekatan
perhitungan).
d. Safety margin, jumlah waktu yang diperlukan dari b ke d adalah 0.3 s dan
disebut sebagai margin error.
Oleh karena itu, setelan waktu kerja rele setelah pengaman yang dekat
dengan gangguan bekerja adalah sebagai berikut:
t 2=t 1+CDT (2.9)
dimana;
t1 = tundaan waktu kerja rele 1 (detik)
t2 = tundaan waktu kerja rele 2 (detik)
CDT = coordination delay time (≤ 0.4 detik)
41
2.9 DigSILENT
DigSILENT merupakan suatu perangkat lunak yang mendukung sistem
tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi
tenaga listrik. Program ini beri fitur yang digunakan untuk menganalis
pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem distribusi tenaga
listrik. DigSILENT dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik
dalam bentuk diagram satu garis dan jalur sistem pentanahan untuk berbagai
bentuk analisis, antara lain: aliran daya, hubung singkat, starting motor, trancient
stability, koordinasi rele proteksi dan sistem harmonisasi. Untuk kemudahan hasil
perhitungan analisis dapat ditampilkan pada diagram satu garis.
Analisis gangguan hubung singkat diperlukan untuk mempelajari sistem
tenaga listrik baik waktu perencanaan maupun setelah beroperasi kelak. Analisis
hubung singkat digunakan untuk menentukan setelan rele proteksi yang
digunakan untuk melindungi sistem tersebut dari kemungkinan adanya gangguan.
Kegunaan dari analisis gangguan hubung singkat antara lain adalah:
Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat
Untuk menentukan arus gangguan
Penyelidikan operasi rele – rele proteksi
Untuk menentukan kapasitas pemutus daya
Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar
selama gangguan.
42
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
43
Mulai
Pengumpulan Data :
1. Penghantar Transmisi
2. Spesifikasi Rele Jarak dan Rele Arus
Lebih
Studi Literatur
Melakukan Simulasi
Ya
Melakukan Perbandingan
Menganalisa Perbandingan
Kesimpulan
Selesai
44
Pada Gambar 3.2 menjelaskan flowchart rancangan sistem sebagai berikut:
1. Perancangan sistem diawali mengumpulkan semua data teknis sebagai
bahan input untuk komponen sistem seperti generator, saluran, rele, circuit
breaker, transformator dan beban.
2. Melakukan studi literatur dengan kajian pustaka seperti pada bab
sebelumnya, agar mengenali konsep dasar mengenai komponen
pendukung dalam keseluruhan sistem.
3. Melakukan perhitungan yang dibutuhkan sesuai dengan data – data yang
telah dikumpulkan.
4. Membuat simulasi rangkaian keseluruhan sistem dalam software
DigSILENT.
5. Melakukan perbandingan antara sebelum dilakukannya penelitian dan
sesudahnya.
6. Menganalisa hasil data simulasi dan membandingkan antara sebelum
dilakukannya penelitian dan sesudahnya.
7. Mendapatkan kesimpulan dari penelitian.
8. Selesai.
45
Gambar 3.3 Single line diagram Ring Bus gardu induk Powerplant
46
Tabel 3.2 Data Rele Proteksi feeder Pusaka
Identifikasi peralatan Rele jarak Rele arus lebih
Identifikasi F211 F501
Pabrikan Schneider Electric Schneider Electric
Tipe P44231AB6M0550K P14331AA6M0440J
Nomor seri 223030Z 223025Z
Rasio CT 400/1A 400/1A
Rasio VT 115000/115 V 115000/115 V
Uji Peralatan CMC 356 / BH642C
47
3.3.4 Spesifikasi Rele Jarak, Rele Arus Lebih, CT Dan VT.
Spesifikasi rele jarak, rele arus lebih, CT dan VT, yang terpasang dapat
dilihat pada Tabel 3.5, Tabel 3.6, dan Tabel 3.7.
Tabel 3.5 Spesifikasi Rele Jarak
Lokasi Proteksi Merk No. Tipe Karakteristik
PP – Pedada Micom P442 Rele Mho
PP – Brk/Zrd Micom P442 Rele Mho
PP - Pusaka Micom P442 Rele Mho
Tabel 3.7 Spesifikasi CT dan VT pada Rele Jarak dan Rele Arus Lebih
Lokasi Proteksi CT VT
PP – Pedada 400 / 1 A 115.000 / 115 V
PP – Brk/Zrd 400 / 1 A 115.000 / 115 V
PP - Pusaka 400 / 1 A 115.000 / 115 V
48
BAB 4
PEMBAHASAN
49
Setting pada rele jarak dibagi atas 3 zona pengamanan, yaitu zona 1, zona
2 dan zona 3. Jangkauan setting zona 1 rele adalah 80% dari saluran transmisi. Di-
setting demikian karena dalam rangkaian penggunaan sistem proteksi rele jarak,
kerja dari transformator arus, kerja dari transformator tegangan dan kerja dari rele
jarak yang terpasang memiliki tingkat ketilitian yang tidak mencapai 100%
sehingga pada zona 1 rele jarak diatur tidak 100%. Zona 1 rele jarak bekerja pada
waktu 0 detik (t = 0s). Hal ini dikarenakan pada zona 1 rele jarak bekerja secara
instantaneous atau secara seketika sehingga apabila terjadi gangguan, rele jarak
akan langsung bekerja tanpa tunda waktu.
Jangkauan setting zona 2 rele jarak adalah 20% dari sisa saluran transmisi
yang tidak dapat dijangkau zona 1 dan menjangkau sekitar 20% - 50% saluran
transmisi yang berikutnya. Zona 2 rele jarak bekerja sebagai cadangan pengaman
gangguan di saluran transmisi apabila zona 1 gagal menanggulangi atau gagal
bekerja. Zona 2 bekerja pada 0,2 detik dikarenakan sebagai back up dari zona 1,
sehingga di setting dengan waktu tunda. Jangkauan setting zona 3 adalah di atas
dari jangkauan zona 2 dan dibatasi agar kurang dari jangkauan setting zona 3 pada
rele yang terdapat di depannya. Zona 3 rele jarak bekerja pada waktu 0,6 atau
lebih 0,4 detik dari zona 2, dikarenakan kerja zona 3 sebagai back up dari zona 1
dan zona 2 apabila mengalami kegagalan dalam mengamankan saluran transmisi,
sehingga zona 3 memiliki waktu tunda lebih besar dari zona 2.
Kemudian untuk menentukan tunda waktu rele arus lebih (OCR), dengan
menggunakan persamaan 2.1, maka nilai tunda waktunya adalah:
t OCR ≤t Z 2 +CDT
t OCR ≤ 0,2+ 0,4 = 0,6
dimana nilai t Z 2adalah nilai tunda waktu kerja zona 2 dari rele jarak, sehingga
TMS pada rele arus lebih di-setting sedemikan rupa agar bekerja pada 0,8 detik
ketika terjadi gangguan.
4.2 Setting Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Pada Masing-
Masing Feeder
Untuk menentukan setting zona proteksi dan waktu pada rele jarak,
diperlukan nilai impedansi penghantar dimana rele dipasang. Setelah diketahui
50
nilai impedansinya, dengan menggunakan persamaan 2.1, 2.2 dan 2.4 dapat
ditentukan nilai setting untuk rele jarak. Sementara untuk menentukan setting
Time Multiplier Setting (TMS) dan arus setting pada rele arus lebih, diperlukan
nilai arus gangguan minimum yang mengalir pada penghantar saluran transmisi di
tempat rele arus lebih dipasang. Setelah diketahui, dengan menggunakan
persamaan 2.8 rele arus lebih dapat di-setting. Adapun setting rele jarak untuk
saluran transmisi Powerplant – Pedada dapat dilihat sebagai berikut.
R powerplant −Pedada = 0,1833 Ω/km
X powerplant −Pedada = j 0,4928 Ω/km
Z powerplant −Pedada =0,1833+ j0,4928 = 0,5258 ∠69,60 ⁰ Ω/km
= 2,16 ∠ 69,60 ⁰ Ω
51
TMS = ¿
Sehingga diperoleh nilai TMS untuk rele arus lebih sebesar 0,208 dan
untuk waktu kerjanya adalah 0,6 detik.
Untuk lebih jelasnya, setting impedansi dan setting waktu untuk rele jarak
serta setting TMS untuk rele arus lebih untuk saluran transmisi yang lainnya dapat
dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Setting Rele Jarak
Tunda Waktu
Lokasi Proteksi Zona Impedansi Jangkauan (Ω)
(s)
Zona 1 1,44 0
PP - Pedada Zona 2 2,31 0,2
Zona 3 - -
Zona 1 3,7 0
PP –
Zona 2 5,55 0,2
Beruk/Zamrud
Zona 3 11,1 0,6
Zona 1 0,5 0
PP - Pusaka Zona 2 0,8 0,2
Zona 3 - -
4.3 Simulasi dan Analisis Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih
Pada Masing-masing Feeder
Menurut Emshoff dan Simun (1970) simulasi adalah sebagai suatu model
sistem dimana komponennya dipresentasikan oleh professor-profesor aritmatika
dan logika yang dijalankan komputer untuk memperkirakan sifat-sifat dinamis
tersebut. Software simulasi yang digunakan sebagai validasi pada penelitian ini
52
adalah software DigSILENT PowerFactory 15.1.7. Langkah-langkah membuat
simulasi pada software DigSILENT PowerFactory 15.1.7.
53
3. Berikut tampilan awal/lembar kerja dari sebuah DigSILENT
PowerFactory
54
Gambar 4.6 Penamaan Proyek Pada Kolom Name
3. Setelah itu menuliskan nama dari sebuah grid dengan mengisi kolom
Name dengan tulisan “Grid ” dan kolom Nominal Frequecy dengan tulisan
“50” Hz. Lalu klik OK seperti Gambar 4.7.
55
Gambar 4.8 Tampilan Lembar Kerja Baru
2. Sebelum membuat rangkaian, kita dapat mengubah tegangan menjadi 13,8
kV seperti pada Gambar 4.9.
56
5. Mengklik dua kali pada busbar, maka akan muncul kotak dialog seperti
pada Gambar 4.11. Kemudian mengubah tegangan Line-Line menjadi 13,8
kV Lakukan kembali langkah ini pada busbar yang lain.
4.4.1 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder Pedada
Simulasi hubung singkat pada saluran feeder Pedada dengan memasukkan
nilai yang telah dihitung yang terdapat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 kedalam
software DigSILENT.
Grafik hubung singkat rele jarak pada feeder Pedada dapat dilihat pada
gambar 4.12.
57
Gambar 4.12 Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Pedada
Dari gambar diatas didapatkan bahwa impedansi pada fasa A sebesar
2,222 Ohm, sehingga zona 2 rele jarak bekerja dengan waktu 0,03 s.
Grafik hubung singkat rele arus lebih pada Feeder Pedada dapat dilihat
pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Pada Feeder Pedada
Rele arus lebih juga bekerja pada waktu 0,6 detik ketika terjadi gangguan.
Rele arus lebih yang digunakan adalah rele arus lebih tipe IDMT dan di-setting
agar waktu trip maksimumnya adalah 0,6 detik, sehingga jika arus gangguan
terjadi semakin mengecil dan melebihi setelan arus kerja relenya, maka rele akan
tetap bekerja pada waktu 0,6 detik.
58
Tabel 4.3 Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Feeder Pedada
Koordinasi Rele
Rele Jarak Rele Arus Lebih
Tripping Time (s) 0,03 0,6
Koordinasi rele jarak dan rele arus lebih terlihat dari waktu kerja rele
dimana rele jarak sebagai pengaman utama bekerja dengan waktu 0,03s hampir
mendekati 0s, lalu rele arus lebih sebagai pengaman cadangan bekerja dengan
waktu 0,6s. Dari waktu kerja masing masing rele maka disimpulkan bahwa urutan
kerja sistem proteksi sudah sesuai dengan urutannya.
59
Gambar 4.15 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Pada Feeder
Beruk/Zamrud
Rele arus lebih bekerja pada waktu 0,6 detik ketika terjadi gangguan. Rele
arus lebih yang digunakan adalah rele arus lebih tipe IDMT dan di-setting agar
waktu trip maksimumnya adalah 0,6 detik, sehingga jika arus gangguan terjadi,
maka rele akan tetap bekerja pada waktu 0,6 detik.
Tabel 4.4 Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Feeder
Beruk/Zamrud
Koordinasi Rele
Rele Jarak Rele Arus Lebih
Tripping Time (s) 0,03 0,6
Koordinasi rele jarak dan rele arus lebih terlihat dari waktu kerja rele
dimana rele jarak sebagai pengaman utama bekerja dengan waktu 0,03s hampir
mendekati 0s, lalu rele arus lebih sebagai pengaman cadangan bekerja dengan
waktu 0,6s. Dari waktu kerja masing masing rele maka disimpulkan bahwa urutan
kerja sistem proteksi sudah sesuai dengan urutannya.
4.4.3 Simulasi Dan Analisis Hubung Singkat Kondisi Existing Pada Saluran
Feeder Pedada
Pada kondisi existing, rele arus lebih menjadi pengaman utama dan rele
jarak sebagai pengaman cadangan. Kondisi existing ini tidak sesuai urutan sistem
60
proteksi. Hal ini disebabkan karena commissioning untuk rele jarak masih
outstanding.
Simulasi rele jarak pada kondisi existing dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi Existing
Pada Feeder Pedada
Pada kondisi existing di feeder pedada yang bekerja dengan waktu kerja
0,4 s dapat dilihat dari grafik bahwa terdapat grafik yang menyilang atau
bertabrakan, dimana kondisi tersebut rele arus lebih bekerja secara tidak optimal.
4.4.4 Simulasi Dan Analisis Hubung Singkat Kondisi Existing Pada Saluran
Feeder Beruk/ Zamrud
Kondisi existing pada feeder Beruk/Zamrud juga mengalami hal yang
sama dengan kondisi existing pada feeder Pedada. Dimana rele arus lebih yang
bekerja pada waktu kerja 0,4 s tidak bekerja optimal dengan grafik yang
bertabrakan atau menyilang. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.17.
61
Gambar 4.17 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi Existing Pada
Feeder Beruk/Zamrud
Dengan kondisi existing rele jarak yang masih outstanding dalam
commissioning dan rele arus lebih yang bekerja kurang optimal sehingga perlu
dilakukannya perbaikan dengan me-ressting nilai pada masing masing rele agar
sistem proteksi dapat bekerja sesuai urutannya.
62
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada kondisi existing, PT. BOB mengunakan rele arus lebih sebagai
pengaman utamanya dan rele jarak sebagai pengaman cadangan karena
commissioning untuk rele jarak masih outstanding. Oleh karena itu,
akibatnya koordinasi rele jarak dan rele arus lebih belum berjalan sesuai
urutan sistem proteksi.
2. Waktu kerja rele jarak dan rele arus lebih pada setiap jaringan transmisi
yang terhubung dengan Powerplant adalah pada zona 1 rele jarak bekerja
dengan waktu kerja 0 s, pada zona 2 rele jarak bekerja dengan waktu kerja
0,2 s dan pada zona 3 ( feeder Beruk/Zamrud) rele jarak bekerja dengan
waktu kerja 0,6 s. Sedangkan untuk rele arus lebihnya pada semua feeder
bekerja dengan waktu kerja 0,6 s.
3. Koordinasi kerja antara rele jarak dan rele arus lebih telah didapatkan
dengan urutan kerjanya apabila terjadi gangguan pada titik 0% sampai
80% pada zona 1 rele jarak akan bekerja. Apabila zona 1 gagal bekerja,
maka zona 2 rele jarak akan bekerja. Jika rele jarak pada zona 2 juga gagal
bekerja, maka rele arus lebih yang akan bekerja. Namun jika rele arus
lebih juga gagal bekerja, maka rele jarak pada zona 3 yang akan bekerja
(terkhusus pada feeder Beruk/Zamrud). Ketika terjadi gangguan di atas
80%, maka zona 1 tidak bekerja melainkan zona 2, rele arus lebih dan
zona 3.
4. Perbandingan antara kooordinasi existing dengan koordinasi setelah
dilakukannya resetting melalui software DigSILENT didapatkan bahwa
setelah dilakukannya resetting koordinasi rele jarak dan rele arus dapat
berjalan secara berurutan dengan rele jarak sebagai pengaman utama dan
rele arus lebih sebagai pengaman cadangan.
63
5.2 Saran
Penelitian yang dilakukan penulis tidak terlepas dari ketidaksempurnaan,
apabila melakukan penelitian yang merujuk pada penelitian ini, maka saran yang
dapat penulis berikan yaitu disarankan untuk melakukan penelitian dengan sistem
jaringan yang berbeda dengan penelitian ini.
64
DAFTAR PUSTAKA
65
LAMPIRAN
66
Trip Time Coordination Basic Scheme
67
Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Pedada
68
Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Beruk/Zamrud
69
Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi Existing Pada Feeder Pedada
70
Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi Existing Pada Feeder
Beruk/Zamrud
71