Anda di halaman 1dari 88

STUDI KOORDINASI RELE JARAK DAN RELE ARUS

LEBIH DI POWERPLANT BOB PT. BUMI SIAK


PUSAKO PERTAMINA HULU

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Lancang Kuning Pekan Baru

Disusun Oleh :
RIVALDO ABED NEGO
Nim : 1720201005

aPROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
JUNI 2022

i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri/tidak plagiat, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Jika
ternyata tidak benar saya bersedia untuk pembatalan gelar kesarjanaan yang telah
saya peroleh.

Nama : Rivaldo Abed Nego


NIM : 1720201005
Tanggal : Juni 2022

Tanda Tangan

(Materai 10.000)

Rivaldo Abed Nego


NIM. 1720201005

ii
LEMBAR PELAKSANAAN

Judul : STUDI KOORDINASI RELE JARAK DAN RELE


ARUS LEBIH DI POWERPLANT BOB PT. BUMI SIAK
PUSAKO PERTAMINA HULU”
Nama : Rivaldo Abed Nego
NIM : 1720201005
Program Studi : Teknik Elektro

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji pada


Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022

Disetujui Oleh :

TIM PENGUJI
Ketua Sekretaris

Ir. Masnur Putra Halilintar, M.Si. Monice, S.ST., M.T


NIDN. 0020106502 NIDN. 1028088304

Anggota Anggota Anggota

Zulfahri, S.T., M.T Arlenny, S.T., M.T Ir. Usaha Situmeang, M.T
NIDN. 1007097202 NIDN. 1023126701 NIDN. 1022046201

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : STUDI KOORDINASI RELE JARAK DAN RELE


ARUS LEBIH DI POWERPLANT BOB PT. BUMI SIAK
PUSAKO PERTAMINA HULU”
Nama : Rivaldo Abed Nego
NIM : 1720201005
Program Studi : Teknik Elektro
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan diterima sebagai
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru, sesuai dengan Berita Acara Nomor :

Disahkan Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hamzah, S.T., M.T Dr. David Setiawan, S.T., M.T


NIDN. 1012086701 NIDN. 1028088304

Diketahui Oleh : Disetujui Oleh :


Dekan Fakultas Teknik Ketua Prodi Teknik Elektro

Dr. H. Zainuri, S.T., M.T Zulfahri, S.T., M.T


NIK. 0001198 NIK. 0301207

Tanggal Sidang Meja Hijau : Pekanbaru, 30 Juni 2022

iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Studi Koordinasi Rele
Jarak Dan Rele Arus Lebih Di Powerplant Bob PT. Bumi Siak Pusako Pertamina
Hulu”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lancang Kuning.
Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk :
1. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Hamzah, S.T., M.T., dan Dr. David Setiawan,
S.T., M.T., terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing tugas
akhir, yang selama ini telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
2. Pembimbing Akademik Bapak Zulfahri, S.T., M.T., terima kasih penulis
ucapkan sebesar-besarnya kepada pembimbing akademik, yang selama ini
telah banyak membantu dan membimbing, sejak pertama perkuliahan hingga
akhir semester ini.
3. Dosen Pengajar Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, terima kasih banyak
saya ucapkan atas segala ilmu dan pelajaran yang telah Bapak dan Ibu berikan
kepada saya selama saya belajar di Kampus. Semoga Bapak dan Ibu selalu
sehat dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa sehingga Bapak dan Ibu
dapat selalu memberikan ilmu yang berharga kepada mahasiswa/i Universitas
Lancang Kuning.
4. Keluarga, sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada
terhingga ku persembahkan karya ini kepada Kedua orang tua, adik - adik,
terima kasih setiap dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan baik..
5. Teman-teman terbaik dari Fakultas Teknik Elektro Universitas Lancang
Kuning, teman–teman kerja, saya mengucapkan terima kasih atas segala yang
telah diberikan selama ini dan senior yang telah membantu banyak dalam
proses penulisan tugas akhir ini, yang telah mendukung dan memberikan

v
bantuan serta motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga silaturahmi
dan persahabatan kita selalu dirahmati oleh Tuhan Yang Maha Esa.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan penulis anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus
Lebih di Powerplant BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu”. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Elektro pada Fakultas Teknik Universitas
Lancang Kuning.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Zainuri, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lancang Kuning
2. Bapak Zulfahri, S.T., M.T., selaku Ketua Prodi Teknik Elektro Universitas
Lancang Kuning
3. Bapak Dr. Hamzah, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi ke penulis dalam
pelaksanaan penelitian ini dan penulisan skripsi.
4. Bapak Dr. David Setiawan, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi ke penulis
dalam pelaksanaan penelitian ini dan penulisan skripsi.
5. Seluruh Staff Dosen yang mengajar di Prodi Teknik Elektro Universitas
Lancang Kuning
6. Staff Administrasi Prodi yang telah membantu proses administrasi.
7. Teruntuk kedua orangtua, yang telah mencurahkan segala kasih sayang,
dukungan moral dan materi serta mendidik penulis hingga saat ini dan
seterusnya. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan kepada orangtua
penulis.
8. Kepada seluruh teman–teman seperjuangan Teknik Elektro.

vii
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu
yang telah mendoakan penulis dan membantu terlaksananya penelitian ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga


untuk membantu perbaikan yang lebih baik lagi untuk kedepannya, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Pekanbaru, Juni 2022

Rivaldo Abed Nego

viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Lancang Kuning, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Rivaldo Abed Nego
NIM : 1720201005
Program Studi : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning Hak Bebas Royalti Non Ekslusif
(Non-Exclusive Royalti-Free Right) atas tugas akhir saya yang berjudul:

“STUDI KOORDINASI RELE JARAK DAN RELE ARUS LEBIH DI


POWERPLANT BOB PT. BUMI SIAK PUSAKO PERTAMINA HULU”

Dengan Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Fakultas Teknik Universitas Lancang
Kuning berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (data base), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pekanbaru
Pada Tanggal : Juni 2022

Yang Menyerahkan

Rivaldo Abed Nego

ix
ABSTRAK

Bila terjadi gangguan pada saluran transmisi, rele jarak dan rele arus lebih akan
bekerja memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang tidak terganggu.
Rele jarak dan rele arus lebih bekerja memerintahkan Circuit Breaker (CB) untuk
membuka. Rele jarak bekerja jika gangguan terjadi di dalam jangkauan
proteksinya. Sedangkan OCR akan bekerja jika besar arus gangguan yang
mengalir melebihi nilai setting-nya. Penelitian ini membahas koordinasi kerja rele
jarak dan rele arus lebih dengan mengambil kasus di jaringan transmisi yang
terhubung ke Powerplant PT BOB. Langkah yang dilakukan adalah penentuan
setting batasan proteksi zona 1, zona 2 dan zona 3 pada rele jarak, kemudian
menentukan waktu kerja zona 1, zona 2, zona 3 dan rele arus lebih. Hasil
penelitian telah didapat yaitu nilai setting zona proteksi untuk rele jarak dan Time
Multiplier Setting (TMS) pada rele arus lebih yang terdapat di Powerplant PT.
BOB di masing-masing saluran transmisi yang terhubung padanya. Zona 1 adalah
(t = 0) detik, zona 2 adalah (t = 0,2 detik) dan zona 3 adalah (t = 0,6 detik) dengan
ZL1 adalah impedansi saluran transmisi yang diproteksi dan ZL2 adalah
impedansi saluran transmisi berikutnya. Sedangkan Time Multiplier Setting
(TMS) pada rele arus lebih di-setting agar bekerja pada waktu 0,8 detik.

Kata Kunci: Rele Jarak, Rele Arus Lebih, Time Multiplier Setting,
Impedansi Setting.

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................…….i
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ....................................…….ii
LEMBAR PELAKSAAN....................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iv
LEMBAR PERSEMBAHAN...............................................................................v
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR..............................ix
ABSTRAK...........................................................................................................x
DAFTAR ISI........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xv
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.............................................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian...........................................................................................2
1.4 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.5 Batasan Masalah..............................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan......................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1 Sistem Jaringan Tipe Lingkar..........................................................................5
2.2 Sistem Proteksi Dalam Sistem Tenaga Listrik................................................5
2.3 Persyaratan Rele Proteksi................................................................................6
2.3.1 Kepekaan (Sensitivity)..................................................................................7
2.3.2 Keandalan (Realibity)...................................................................................7
2.3.3 Selektivitas (Selectivity)...............................................................................8
2.3.4 Kecepatan Kerja...........................................................................................9
2.3.5 Ekonomis......................................................................................................10

xi
2.3.6 Sederhana / Simplicity..................................................................................10
2.4 Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik............................................................10
2.4.1 Gangguan Tegangan Lebih...........................................................................12
2.4.2 Gangguan Arus Lebih...................................................................................12
2.4.2.1 Gangguan Simetris....................................................................................12
2.4.2.2 Gangguan Asimetris..................................................................................13
2.4.3 Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit Fault)........................................14
2.5 Rele Sebagai Peralatan Pengaman...................................................................15
2.6 Rele Jarak (Distance Relay)............................................................................16
2.6.1 Karakteristik Rele Jarak...............................................................................18
2.6.1.1 Rele Impedansi..........................................................................................18
2.6.1.2 Rele Mho...................................................................................................18
2.6.1.3 Rele Quadrilateral......................................................................................19
2.6.2 Penyetelan Daerah Kerja Rele Jarak............................................................20
2.6.2.1 Setelan Zona 1...........................................................................................20
2.6.2.2 Setelan Zona 2...........................................................................................21
2.6.2.3 Setelan Zona 3...........................................................................................23
2.6.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Jangkauan Rele Jarak.......................23
2.6.3.1 Resistansi Gangguan.................................................................................23
2.6.3.2 Arus Infeed................................................................................................24
2.6.4 Pola Pengaman Pada Rele Jarak...................................................................27
2.6.4.1 Pola Basic..................................................................................................27
2.6.4.2 Pola Teleproteksi Rele Jarak.....................................................................27
2.7 Rele Arus Lebih Atau Over Current Relay.....................................................34
2.7.1 Rele Arus Lebih Seketika.............................................................................36
2.7.2 Rele Arus Lebih Dengan Tundaan Waktu Tetap (Definite Time)................37
2.7.3 Rele Arus Lebih Dengan Tundaan Waktu Terbalik (Inverse)......................39
2.7.4 Rele Arus IDMT...........................................................................................40
2.8 Koordinasi Rele Jarak Dan Rele Arus Lebih..................................................41
2.9 DigSILENT.....................................................................................................42
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN...............................................................44

xii
3.1 Gambaran Umum Sistem Kelistrikan Powerplant BOB PT.BSP...................44
3.2 Diagram Alir Penelitian...................................................................................44
3.3 Data Teknis......................................................................................................46
3.3.1 Bus Atau Rel.................................................................................................46
3.3.2 Rele Proteksi.................................................................................................47
3.3.3 Penghantar Transmisi...................................................................................48
3.3.4 Spesifikasi Rele Jarak, Rele Arus Lebih, CT Dan VT.................................49
BAB 4. PEMBAHASAN......................................................................................50
4.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem.......................................................................50
4.2 Setting Koordinasi Rele Jarak Dan Rele Arus Lebih Pada Masing Masing
Feeder.............................................................................................................51
4.3 Simulasi Dan Analisis Koordinasi Rele Jarak Dan Rele Arus Lebih Pada
Masing – Masing Feeder................................................................................53
4.3.1 Memulai Digsilent Power Factory 15.1.7....................................................54
4.3.2 Membuat Program Baru Di DigSILENT Powerfactory...............................55
4.3.3 Membuat Rangkaian Simulasi DigSILENT.................................................56
4.4.1 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder Pedada.........58
4.4.2 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder
Beruk/Zamrud..............................................................................................60
4.4.3 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder Pedada.........61
4.4.4 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder
Beruk/Zamrud..............................................................................................62
BAB 5.KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................64
5.1 Kesimpulan......................................................................................................64
5.2 Saran................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................66
LAMPIRAN..........................................................................................................68

xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik Invers Relay.....................................................................40
Tabel 3.1 Data Rele Proteksi Feeder Pedada........................................................47
Tabel 3.2 Data Rele Proteksi Feeder Pusaka........................................................48
Tabel 3.3 Data Rele Proteksi Feeder Beruk/Zamrud............................................48
Tabel 3.4 Penghantar Transmisi............................................................................48
Tabel 3.5 Spesifikasi Rele Jarak............................................................................49
Tabel 3.6 Spesifikasi Rele Arus Lebih..................................................................49
Tabel 3.7 Spesifikasi CT Dan VT Pada Rele Jarak Dan Rele Arus Lebih............49
Tabel 4.1 Setting Rele Jarak..................................................................................53
Tabel 4.2 Setting Rele Arus Lebih........................................................................53
Tabel 4.3 Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Feeder Pedada................60
Tabel 4.4 Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Feeder Beruk/Zamrud....61

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Sistem Jaringan Tipe Lingkar...........................................................5
Gambar 2.2 Suatu Sistem Tenaga Listrik Yang Sederhana
Mengalami Gangguan Pada Titik K.................................................9
Gambar 2.3 Fasor Diagram Gangguan Simetris; (a) Kondisi Seimbang;
(b) Kondisi Gangguan Pada Phasa T................................................13
Gambar 2.4 (a) Komponen Urutan Positif; (b) Komponen Urutan
Negatif; (c) Komponen Urutan Nol.................................................13
Gambar 2.5 Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa Ke Tanah.............................14
Gambar 2.6 Gangguan Hubung Singkat Dua Phasa..............................................14
Gambar 2.7 Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa.............................................15
Gambar 2.8 Konsep Kerja Rele.............................................................................16
Gambar 2.9 Prinsip Kerja Rele Jarak....................................................................16
Gambar 2.10 Balance Beam Distance Relay.........................................................17
Gambar 2.11 Karakteristik Rele Impedansi..........................................................18
Gambar 2.12 Karakteristik Rele Mho...................................................................19
Gambar 2.13 Karakteristik Quadrilateral..............................................................20
Gambar 2.14 Setting Jangkauan Dan Waktu Rele Jarak.......................................20
Gambar 2.15 Setelan Zona Proteksi Rele Jarak....................................................21
Gambar 2.16 Saluran Seksi Dengan Banyak Cabang...........................................22
Gambar 2.17 Saluran Seksi Dengan Kondisi Z2max>Z2min...............................22
Gambar 2.18 Saluran Seksi Dengan Kondisi Z2max<Z2min...............................22
Gambar 2.19 Pengaruh Resistansi Gangguan Pada Rele Jarak.............................24
Gambar 2.20 Pengaruh Infeed Akibat Pembangkit Pada Ujung Saluran..............25
Gambar 2.21 Pengaruh Infeed Pada Saluran Transmisi Ganda Ke Tunggal.........25
Gambar 2.22 Pengaruh Infeed Pada Saluran Transmisi Ganda Ke Ganda............26
Gambar 2.23 Pengaruh Infeed Pada Saluran Transmisi Tunggal Ke Ganda.........26
Gambar 2.24 Pola Basic........................................................................................27
Gambar 2.25 Pola Pengaman Teleproteksi...........................................................27
Gambar 2.26 Pola PUTT.......................................................................................29

xv
Gambar 2.27 Rangkaian Logika Permissive Underreach Transfer Trip..............29
Gambar 2.28 Kelebihan Pola PUTT......................................................................30
Gambar 2.29 Pola PUTT Pada Kondisi Weak Infeed............................................31
Gambar 2.30 Kekurangan Pola PUTT...................................................................31
Gambar 2.31 Pola POTT.......................................................................................32
Gambar 2.32 Rangkaian Logika Permissive Overreach Transfer Trip................32
Gambar 2.33 Kekurangan Pola POTT...................................................................33
Gambar 2.34 Pola Sinyal Blocking........................................................................33
Gambar 2.35 Diagram Logika Pola Blocking........................................................34
Gambar 2.36 Prinsip Kerja OCR...........................................................................35
Gambar 2.37 Rangkaian Rele Arus Lebih Seketika..............................................36
Gambar 2.38 Kurva Karakteristik Instantaneous Relay........................................36
Gambar 2.39 Rangkaian Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Tetap...........37
Gambar 2.40 Kurva Karakteristik Definite Time Relay........................................38
Gambar 2.41 Kurva Invers Relay..........................................................................38
Gambar 2.42 Kurva Karakteristik Invers Relay....................................................39
Gambar 2.43 Kurva Karakteristik Rele IDMT......................................................40
Gambar 3.1 Single Line Diagram..........................................................................43
Gambar 3.2 Flowchart Penelitian..........................................................................44
Gambar 3.3 Single Line Diagram Gardu Induk Powerplant.................................46
Gambar 4.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem Pada Simulasi DigSILENT............49
Gambar 4.2 Shortcut Icon DigSILENT Powerfactory Pada PC...........................53
Gambar 4.3 Tampilan Software Sebelum Ke Tampilan Utama............................53
Gambar 4.4 Tampilan Utama Pada DigSILENT Powerfactory............................54
Gambar 4.5 Membuat Lembar Kerja Baru............................................................54
Gambar 4.6 Penamaan Proyek Pada Kolom Name...............................................55
Gambar 4.7 Penamaan Dan Nominal Frekuensi Grid...........................................55
Gambar 4.8 Lembar Kerja Baru DigSILENT.......................................................56
Gambar 4.9 Pengisian Nilai Tegangan pada Software DigSILENT....................56
Gambar 4.10 Penambahan Busbar Dalam Lembar Kerja.....................................56
Gambar 4.11 Pengisian Data Busbar Dalam Lembar Kerja..................................57
Gambar 4.12 Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Pedada.........................58

xvi
Gambar 4.13 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Feeder Pedada...............58
Gambar 4.14 Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Beruk/Zamrud.............59
Gambar 4.15 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Feeder
Beruk/Zamrud.................................................................................60
Gambar 4.16 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi
Existing pada Feeder Pedada.........................................................61
Gambar 4.17 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi
Existing pada Feeder Beruk/Zamrud.............................................62

xvii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik saat ini telah menjadi kebutuhan utama untuk menunjang
kehidupan masyarakat baik pada bidang rumah tangga maupun pada bidang
industrial. Salah satu industrial yang membutuhkan listrik yang besar untuk
operasionalnya adalah PT. Bumi Siak Pusako (BSP). Apabila energi listrik tidak
tersalurkan dalam waktu yang singkat saja akan menyebabkan kerugian besar bagi
perusahaan.
PT. BSP membutuhkan energi listrik dengan kapasitas yang besar untuk
mendukung proses produksinya guna menggerakkan pompa, kompresor, mesin
dan fasilitas yang ada dilokasi. Selain kapasitas listrik yang mencukupi, aspek
keandalan dan nilai ekonomi juga perlu diperhatikan dalam proses penyediaan
tenaga listrik. PT. Konsorsium Rabana Euroasiatic Liman (KREL) merupakan
perusahaan yang dipercaya oleh PT. BSP untuk mengolah Pembangkit Tenaga
Listrik Tenaga Gas milik BSP yang terletak di Desa Dosan Kecamatan Pusako
Kabupaten Siak Provinsi Riau Indonesia.
Salah satu bagian terpenting dari setiap penyaluran daya listrik dari pusat
pembangkit ke pusat beban adalah sistem transmisi yang berjarak puluhan sampai
ratusan kilometer. Sistem transmisi pada umumnya merupakan saluran udara
terbuka, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan dan terputusnya suplai daya
listrik juga akan semakin besar. Oleh karena itu dibutuhkan sistem proteksi yang
memiliki keandalan yang tinggi.
Sistem transmisi merupakan bagian sistem tenaga listrik yang dinamis
dengan parameter dan keadaannya dapat berubah secara terus-menerus terhadap
waktu operasionalnya. Pengamanan (protection) harus disesuaikan dengan
perubahan dinamis tersebut dalam hal koordinasi rele proteksinya. Keandalan
sistem proteksi dapat dilakukan dengan cara setting rele yang tepat. Setting rele
bertujuan untuk mendapatkan koordinasi yang baik antara rele dengan switch pada
saluran transmisi. Koordinasi rele proteksi juga bertujuan sebagai pengaman
peralatan yang digunakan pada Gardu Induk powerplant.

1
Sistem rele proteksi pada saluran transmisi umumnya menggunakan
Distance relay, over current relay (OCR), Directional relay dan Ground fault
relay dengan pengaman utamanya adalah Distance relay.
Secara umum urutan rele proteksi pada saluran transmisi ketika
mengalami gangguan yaitu pertama Distance relay (rele jarak) akan bekerja lalu
kemudian Over current relay (rele arus lebih). Namun permasalahan yang terjadi
pada gardu induk Powerplant BOB adalah sistem rele proteksi yang bekerja
secara tidak berurutan dengan kata lain Over current relay (OCR) bekerja terlebih
dahulu daripada Distance relay.
Berdasarkan uraian dan permasalahan yang terjadi maka penulis tertarik
melakukan penelitian dan mengambil judul “ Studi Koordinasi Rele Jarak Dan
Rele Arus Lebih Di Powerplant BOB PT. Bumi Siak Pusako Pertamina Hulu”.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data dari rele jarak dan rele
arus lebih dan akan disimulasikan dengan menggunakan software DigSILENT.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis kondisi existing rele jarak dan rele arus lebih pada
powerplant BOB PT. BSP
2. Menghitung ulang nilai setting pada rele jarak dan rele arus lebih pada
powerplant BOB PT. BSP
3. Menganalisis koordinasi rele jarak dan rele arus lebih setelah resetting
pada powerplant BOB PT. BSP
4. Membandingkan koordinasi rele jarak dan rele arus lebih pada powerplant
BOB PT. BSP sebelum setting dan sesudah setting nilai rele.

1.3 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu :
1. Dapat menyelesaikan permasalahan yang mengakibatkan tidak
berurutannya proses kerja antara rele jarak dan rele arus lebih dalam
operasional powerplant PT. BOB Bumi Siak Pusako.

2
2. Dapat mengetahui sistem kerja rele jarak dan rele arah arus lebih serta
pengoptimalan fungsi masing masing rele.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan seperti diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan yang ada yaitu :
1. Apa pengaruh dari akibat tidak berurutannya sistem proteksi terhadap
powerplant PT. BOB Bumi Siak Pusako
2. Bagaimana cara setting rele proteksi yang sensitif dan selektif sesuai
dengan perhitungan dengan menggunakan software DigSILENT.

1.5. Batasan Masalah


Agar penelitian tugas akhir ini tidak memiliki cakupan yang sangat luas,
maka dalam penelitian ini diberikan batasan. Penelitian melakukan perhitungan
ulang koordinasi rele jarak dan rele arus lebih dengan menggunakan simulasi
DigSILENT sebagai validasinya.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan skripsi ini adalah:
1. BAB 1 : Pendahuluan
Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan tugas akhir, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB 2 : Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini memuat uraian tentang dasar-dasar teori yang digunakan
sebagai acuan dalam melakukan penelitian ini.
3. BAB 3 : Metodologi Penelitian
Dalam bab ini dibahas tentang perancangan-perancangan penelitian dan
tata cara yang dilakukan dalam penelitian.
4. BAB 4 : Hasil dan Pembahasan
Dalam hal ini dilakukan analisa serta penjelasan mengenai penelitian yang
telah dilakukan dengan menampilkan data-data yang telah diolah.

3
5. BAB 5 : Simpulan dan Saran
Dalam bab ini menampilkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dan saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Jaringan Tipe Lingkar (Ring Bus)


Sistem jaringan tipe lingkar (ring) merupakan gabungan dari dua buah
sistem radial yang secara umum operasi normal sistem ini hampir sama dengan
sistem radial dimana sistem tipe lingkar sudah memiliki tingkat keandalan dan
kontinyutas yang lebih baik. Hal ini dikarenakan jumlah sumber dan penyulang
yang terdapat pada suatu jaringan lebih dari satu buah. Sistem jaringan tipe
lingkar dapat kita lihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sistem jaringan tipe lingkar (Tasiam, 2017)

2.2 Sistem Proteksi Dalam Sistem Tenaga Listrik


Sistem proteksi merupakan bagian penting dalam sistem tenaga listrik
secara keseluruhan. Tanpa sistem proteksi, tenaga listrik yang dihasilkan pada
pusat-pusat pembangkit tidak dapat di transmisikan dan di distribusikan kepada
konsumen secara aman.
Menurut Tasiam (2017), sistem proteksi berfungsi sebagai berikut :
1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-
peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat
reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikitlah
pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.

5
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
listrik.
Saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, perlu diambil suatu
tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut. Jika dibiarkan, gangguan itu akan
meluas keseluruh sistem sehingga apat menyebabkan kerusakan peralatan listrik
yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, mutlak diperlukan suatu sistem
pengaman yang handal dan terorganisir. Salah satu komponen yang penting untuk
pengaman listrik adalah rele proteksi.
Rele proteksi adalah susunan piranti, baik elektronik maupun magnetic
yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan pada
peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan. Jika bahaya itu
muncul maka rele proteksi akan segera memberikan sinyal atau perintah untuk
membuka pemutus tenaga agar bagian yang terganggu dipisahkan dari sistem
yang normal.
Rele proteksi dapat mengetahui adanya gangguan pada peralatan yang
diamankan dengan mengukur atau membandingkan besaran-besaran yang
diterimanya, misalnya arus, tegangan, daya, sudut phasa frekuensi impedansi dan
sebagainya sesuai dengan besaran yang ditentukan. Rele proteksi kemudian akan
mengambil keputusan seketika atau dengan perlambatan waktu untuk membuka
pemutus tenaga atau hanya memberikan tanda tanpa membuka pemutus tenaga.
Disamping itu juga berfungsi untuk menunjukkan lokasi dan ancaman
gangguanya.

2.3 Persyaratan Rele Proteksi

Pada sistem tenaga listrik, rele memegang peran yang sangat vital.
Pengaman yang berkualitas memerlukan rele proteksi yang baik juga. Untuk itu
ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh rele pengaman berikut ini :

6
2.3.1 Kepekaan (Sensitivity)
Rele harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap besaran minimal
(kritis) sebagaimana direncanakan. Rele harus dapat bekerja pada awal terjadinya
gangguan walaupun gangguan sekecil apapun yang melebihi nilai krisisnya yang
dideteksi rele untuk memerintahkan pemutus daya untuk membuka rangkaian.

2.3.2 Keandalan (Reliability)


Proteksi diharapkan bekerja pada saat kondisi yang diharapkan terpenuhi
dan tidak boleh bekerja pada kondisi yang tidak diharapkan. (SPLN T5.002- 1:
2010)
Pada kondisi normal atau tidak ada gangguan, mungkin selama berbulan-
bulan atau lebih rele tidak bekerja, seandainya suatu saat terjadi gangguan maka
rele tidak boleh gagal bekerja dalam mengatasi gangguan tersebut. Kegagalan
kerja rele dapat mengakibatkan alat yang diamankan rusak berat atau
gangguannya meluas sehingga daerah yang mengalami pemadaman semakin
meluas.
Keandalan rele dihitung dengan jumlah rele bekerja/mengamankan
daerahnya terhadap jumlah gangguan yang terjadi. Keandalan rele dikatakan
cukup baik bila mempunyai harga : 90 % - 99% (Tasiam, 2017). Misal, dalam
satu tahun terjadi gangguan sebanyak 25 kali dan rele dapat bekerja dengan
sempurna sebanyak 23 kali, maka : KeandaIan rele = 23/25 x 100 % = 92 %
Keandalan dapat di bagi 2 :
1. Keterpercayaan (Dependability) : Derajat kepastian suatu sistem proteksi tidak
mengalami gagal kerja pada kondisi yang diperlukan dalam jangka waktu
tertentu. (SPLN T5 002-1 2010)
Pemilihan keterpercayaan (dependability) dan keterjaminan (security)
harus diperhatikan dalam desain sistem proteksi. Pemilihan keterpercayaan
mempertimbangkan level tegangan sistem dan pentingnya peralatan yang
diproteksi. Keterpercayaan dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan :
 Duplikasi proteksi utama dan/atau proteksi cadangan untuk
mengantisipasi kegagalan proteksi utama.

7
 Duplikasi proteksi utama dengan prinsip operasi yang sama dengan
skema proteksi yang berbeda.
 Pemisahan rele proteksi utama dan proteksi cadangan secara fisik.
 Proteksi cadangan lokal
 Proteksi cadangan jauh
 Pemisahan rangkaian sekunder transformator arus dan transformator
tegangan untuk proteksi utama dan proteksi cadangan.
 Pemisahan sistem power supply DC untuk proteksi utama di level
tegangan 500kV.
 Menjaga keandalan teleproteksi.
2. Keterjaminan (Security): Derajat kepastian suatu sistem proteksi tidak
mengalami kesalahan kerja pada kondisi yang ditentukan dalam jangka waktu
tertentu (IEV 448-12-06) (SPLN T5.002-1: 2010).
Elemen sistem proteksi diharapkan tidak salah kerja/ stabil pada kondisi sistem
yang disyaratkan (di luar zona proteksinya). Pemilihan keterjaminan
mempertimbangkan level tegangan sistem dan pentingnya peralatan yang
diproteksi. Umumnya diaplikasikan pada proteksi busbar yang mensyaratkan
keterjaminan tinggi untuk mengurangi salah kerja.
Rele tidak boleh salah kerja, artinya rele yang seharusnya tidak bekerja
tetapi bekerja. Hal ini menimbulakan pemadaman yang tidak seharusnya dan
menyulitkan anlaisis gangguan yang terjadi.

2.3.3 Selektivitas (Selectivity)


Yang dimaksud dengan selektif adalah kecermatan pemilihan dalam
mengadakan pengamanan, di mana haI ini menyangkut koordinasi pengamanan
dari sistem secara keseluruhan. Untuk rnendapatkan keandalan yang tinggi, maka
rele pengaman harus mempunyai kemampuan selektif yang baik. Dengan
demikian, segala tindakannya akan tepat dan akibatnya gangguan dapat dieliminir
menjadi sekecil mungkin. Berikut adalah contoh selektif pada sistem tenaga listrik
yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.

8
Gambar 2.2 Suatu Sistem Tenaga Listrik yang Sederhana Mengalami
Gangguan pada Titik K (Tasiam, 2017)
DaIam sistem tenaga Iistrik seperti gambar di atas, apabila terjadi
gangguan pada titik K, maka hanya CB6 saja yang boleh bekerja sedangkan untuk
CB1, CB2 dan CB - CB yang lain tidak boleh bekerja.
Selektivitas berarti rele harus mempunyai daya beda terhadap bagian yang
terganggu, sehingga mampu dengan tepat memilih bagian dari sistem tenaga
listrik yang terkena gangguan. Kemudian rele bertugas mengamankan peralatan
atau bagian sistem dalam jangkauan pengamannya. Tugas rele adalah untuk
mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah pengamannya dan
memberikan perintah untuk membuka pemutus tenaga dan memisahkan bagian
yang terganggu. Letak pemutus tenaga sedemikian rupa sehingga setiap bagian
dari sistem dapat dipisahkan. sehingga bagian dari sistem lainnya yang tidak
terganggu jangan sampai dilepas dan masih beroperasi secara normal.

2.3.4 Kecepatan Kerja


Rele proteksi harus dapat bekerja dengan cepat. Namun demikian, rele
tidak boleh bekerja terlalu cepat (kurang dari 10 ms). Disamping itu, waktu kerja
rele tidak boleh melampaui waktu penyelesaian kritis (critical clearing time).
Pada sistem yang besar atau luas, kecepatan kerja rele proteksi mutlak diperlukan
karena untuk menjaga kestabilan sistem agar tidak terganggu.
Kecepatan bereaksi dari rele adalah saat rele muIai merasakan adanya
gangguan sampai dengan pelaksanaan pelepasan circuit breaker (CB) karena
komando dari rele tersebut.
Waktu bereaksi ini harus diusahakan secepat mungkin sehingga dapat
menghindari kerusakan pada alat serta membatasi daerah yang mengalami
gangguan / kerja abnormal. Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai batas-

9
batas stabiIitas serta kadang-kadang gangguan sistem bersifat sementara, maka
rele yang semestinya bereaksi dengan cepat kerjanya perlu diperlambat (time
delay).
Pada umumnya untuk total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan
hubungan sekitar 0,1 detik kerja peralatan proteksi sudah dianggap bekerja cukup
baik.

2.3.5 Ekonomis
Satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persyaratan rele proteksi
adalah masalah harga atau biaya. Rele tidak akan diaplikasikan di dalam sistem
tenaga listrik, jika harganya sangat mahal. Persyaratan reliabilitas, sensitivitas,
selektivitas, dan kecepatan kerja rele tidak menyebabkan harga rele tersebut
menjadi mahal.

2.3.6 Sederhana / Simplicity


Makin sederhana sistem rele semakin baik, mengingat setiap peraIatan/
komponen rele memungkinkan mengalami kerusakan. Jadi, sederhana maksudnya
kemungkinan terjadinya kerusakan kecil (tidak sering mengalami kerusakan).

2.4 Gangguan Pada Sistem Tenaga listrik


Pada dasarnya suatu gangguan pada sistem tenaga listrik adalah keadaan
tidak normal dimana keadaan ini dapat mengakibatkan terganggunya kontinuitas
pelayanan tenaga listrik. Secara umum klasifikasi gangguan pada sistem tenaga
listrik disebabkan oleh dua faktor, yaitu gangguan yang berasaal dari dalam sistem
dan gangguan yang berasal dari luar sistem. Penyebab gangguan yang berasal dari
dalam sistem antara lain disebabkan oleh kesalahan mekanis, kesalahan
pemasangan yang dapat mengakibatkan gangguan hubung singkat. Sedangkan
untuk gangguan yang berasal dari luar sistem dapat terjadi karena pengaruh cuaca
seperti hujan, angin, serta surja petir. (Hakimi, 2016).
Gangguan dapat juga didefinisikan sebagai semua kecacatan yang
mengganggu aliran normal arus ke beban. Tujuan dilakukan analisis gangguan
adalah:

10
a. Penyelidikan terhadap unjuk kerja rele proteksi
b. Untuk mengetahui kapasitas rating maksimum dari pemutus tenaga
c. Untuk mengetahui distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan sistem
pada saat terjadinya gangguan.
Jika ditinjau dari lama terjadinya gangguan, gangguan dapat dibedakan
atas:
a. Gangguan sementara (Temporary), merupakan gangguan yang hilang
dengan sendirinya apabila pemutus tenaga terbuka dari saluran
transmisi untuk waktu yang singkat dan setelah itu dihubungkan
kembali.
b. Gangguan Permanen (Stationary), adalah gangguan yang tidak hilang
atau tetap ada apabila pemutus tenaga terbuka pada saluran transmisi
untuk waktu yang singkat dan setelah itu dihubungkan kembali.
Selain klasifikasi gangguan yang telah disebutkan di atas, terbukanya
pemutus tenaga tidak selalu disebabkan terjadinya gangguan pada sistem itu
sendiri tetapi dapat juga disebabkan adanya kerusakan pada rele, kabel kontrol
atau adanya pengaruh dari luar seperti induksi atau interferensi. Gangguan seperti
ini disebut juga gangguan non-sistem.
Dalam sistem tenaga listrik tiga phasa, gangguan-gangguan yang dapat
menyebabkan timbulnya arus lebih yang dapat terjadi diantaranya adalah
gangguan tegangan lebih (over voltage), gangguan beban lebih (over load), dan
gangguan hubung singkat (short circuit). Gangguan tegangan lebih adalah
gangguan dimana tegangan melebihi rate yang di inginkan, Gangguan beban lebih
terjadi ketika adanya pembebanan yang melebihi arus nominal (rating Current).
Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi akibat adanya hubung
singkat pada penghantar atau konduktor.

11
2.4.1 Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan tegangan lebih terjadi akibat adanya kelainan pada sistem
tenaga listrik, seperti tegangan lebih karena adanya surja petir yang mengenai
peralatan listrik.

2.4.2 Gangguan Arus Lebih


Gangguan hubung singkat dapat mengakibatkan arus lebih pada phasa
yang terganggu dan menyebabkan kenaikan tegangan pada phasa yang tidak
terganggu. Gangguan ini dapat terjadi pada satu phasa ke tanah, dua phasa ke
tanah, tiga phasa, atau tiga phasa ke tanah. Gangguan hubung singkat ini dapat
dibagi menjadi 2 jenis yaitu hubung singkat simetri dan hubung singkat asimetri.
Gangguan Simetris merupakan gangguan yang terjadi pada semua phasanya
sehingga arus maupun tegangan setiap phasanya tetap seimbang setelah gangguan
terjadi.
Gangguan asimetri merupakan gangguan yang membuat tegangan dan arus
yang mengalir pada setiap phasanya menjadi tidak seimbang, gangguan ini terdiri
dari:
a. Gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah
b. Gangguan hubung singkat dua phasa
c. Gangguan hubung singkat dua phasa ke tanah

2.4.2.1 Gangguan Simetris


Gangguan simetris adalah gangguan yang seimbang antar phasanya.
Contoh dari gangguan ini yaitu gangguan tiga phasa. Pada saat terjadi gangguan,
nilai pada setiap phasanya akan sama sehingga apabila dijumlahkan akan bernilai
nol. Gangguan ini terdiri dari: Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa dan
Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa ke Tanah. Gambar 2.3 berikut adalah
gambar fasor diagram dari gangguan simetri.

12
(a) (b)
Gambar 2.3 Fasor Diagram Gangguan Simetris; (a) kondisi seimbang; (b)
kondisi gangguan pada phasa T (Karyana, 2013)

2.4.2.2 Gangguan Asimetris


Gangguan asimetris disebut juga sebagai gangguan tidak seimbang.
Dikatakan sebagai gangguan tidak seimbang karena apabila terjadi gangguan,
nilai tiap phasanya tidak sama. Artinya, yang memberikan kontribusi arus hanya
dari salah satu atau dua phasanya. Contoh dari gangguan ini yaitu gangguan satu
phasa ke tanah, antar phasa dan dua phasa ke tanah. Untuk analisa gangguan
asimetri disederhanakan dengan menggunakan komponen simetris. Gambar 2.4
berikut adalah gambar dari komponen simetris.

Gambar 2.4 (a) Komponen Urutan Positif; (b) Komponen Urutan Negatif;
(c) Komponen Urutan Nol. (Tasiam, 2017)
Perbedaan nilai antar phasa ini bisa dilihat dari besarnya magnitude
ataupun dari sudut phasa. Sehingga untuk menyamakan setiap phasanya
digunakanlah komponen simetri yaitu komponen urutan positif (1), komponen
urutan negatif (2) dan komponen urutan nol (0). Nilai dari tegangan/arus hubung
singkat adalah hasil penjumlahan dari ketiga urutan tersebut.

13
2.4.3 Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit Fault)
Dalam proteksi sistem tenaga listrik, sangat penting untuk mengetahui
distribusi arus dan tegangan di berbagai tempat sebagai akibat timbulnya
gangguan. Karakteristik kerja rele proteksi dipengaruhi oleh besaran energi yang
dimonitor oleh rele seperti arus atau tegangan. Dengan mengetahui distribusi arus
dan tegangan di berbagai tempat maka dapat menentukan setelan (setting) untuk
rele proteksi dan rating dari pemutus tenaga/circuit breaker (CB) yang akan
digunakan. Gangguan hubung singkat dapat diklasifikasi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Gangguan Hubung Singkat Satu Phasa ke Tanah
Gangguan yang terjadi dapat dianalisis dengan menghubung-singkat
semua sumber tegangan yang ada pada sistem dan mengganti titik (node)
gangguan dengan sebuah sumber tegangan yang besarnya sama dengan
tegangan sesaat sebelum terjadinya gangguan di titik gangguan tersebut seperti
pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah (Karyana, 2013)

2. Gangguan Hubung Singkat Dua phasa


Gangguan yang terjadi dapat dianalisis dengan menghubung-singkat semua
sumber tegangan yang ada pada sistem dan mengganti titik (node) gangguan
dengan dua sumber tegangan yang besarnya sama dengan tegangan sesaat
sebelum terjadinya gangguan di titik gangguan tersebut seperti pada Gambar
2.6.

Gambar 2.6 Gangguan hubung singkat dua phasa (Karyana, 2013)

14
Pada gangguan hubung singkat phasa ke phasa, arus saluran tidak
mengandung komponen urutan nol dikarenakan tidak ada gangguan yang
terhubung ke tanah.

3. Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa


Gangguan hubung singkat tiga phasa termasuk dalam klasifikasi gangguan
simetris, dimana arus maupun tegangan setiap phasanya tetap seimbang setelah
gangguan terjadi seperti pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Gangguan hubung singkat tiga phasa (Karyana, 2013)

2.5 Rele Sebagai Peralatan Pengaman


Rele merupakan bagian dari peralatan Sistem tenaga listrik yang
digunakan untuk memberikan sinyal kepada Circuit Breaker (CB),
Rele pengaman tersusun atas tiga komponen dasar yaitu sebagai berikut :
a. Sensing element
Bagian ini merupakan sistem pengukuran sebagai pendeteksi parameter
gangguan yang dapat merespon besaran tertentu, misalnya arus dan tegangan.
Untuk keperluan ini biasanya digunakan transformator ukur arus (CT) dan
transformator ukur tegangan dengan rasio tertentu.
b. Comparing element
Bagian ini berfungsi sebagai pembanding besaran yang direspon oleh
sensing element dengan nilai set point (setting) tertentu dan bila terdapat nilai
yang tidak sesuai (telah ditentukan), maka akan dilanjutkan untuk
menginstruksikan control elemen bekerja. Untuk bagian ini merupakan bagian
dari komponen rele pengaman.
c. Control element
Bagian ini bekerja jika mendapatkan instruksi dari comparing element untuk
melanjutkan ke rele.

15
Rele akan memberikan signal perintah kepada CB untuk memutuskan
sistem tenaga listrik jika terjadi gangguan. Pada dasarnya rele proteksi terdiri dari
sebuah elemen operasi dan seperangkat kontak. Elemen operasi menerima
masukan arus dari transformator arus, tegangan atau kombinasi dari keduanya.
Keluaran dari rele adalah menutup (close) dan tahan (block). Jika keadaan tertutup
maka rele akan memberikan signal untuk melakukan proses pembukaan CB
dimana pada gilirannya akan mengisolasi gangguan dari bagian sistem tenaga
listrik lain yang sehat. Konsep kerja rele ditunjukkan seperti pada Gambar 2.8.

Gangguan Rele Pemutus (CB)

Gambar 2.8 Konsep Kerja Rele (Tasiam, 2017)

2.6 Rele Jarak (Distance Rele)


Rele Jarak (Distance Rele) merupakan rele pengaman utama yang bekerja
berdasarkan perbandingan nilai impedansi. Rele jarak akan bekerja bila impedansi
yang diukur dari besaran arus pada CT dan tegangan pada PT lebih kecil dari
impedansi setting. Prinsip kerja rele jarak ditunjukkan seperti pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Prinsip Kerja Rele Jarak (Karyana, 2013)


Parameter utama yang menjadi tolak ukur dalam rele jarak adalah nilai
impedansi. Nilai impedansi ini diperoleh dari besarnya tegangan dan arus
gangguan yang dibaca oleh rele. Prinsip kerja rele jarak adalah membandingkan
impedansi gangguan yang diukur dengan impedansi setting. Impedansi gangguan
diperoleh dengan membandingkan tegangan terukur dengan arus terukur.
Selanjutnya, beroperasinya rele jarak dapat dijelaskan sebagai berikut:

16
1. Apabila nilai impedansi gangguan lebih kecil dari pada impedansi
setting, artinya gangguan ada dalam daerah setting, maka rele akan
bekerja.
2. Apabila nilai impedansi gangguan lebih besar dari pada impedansi
setting maka rele tidak akan bekerja.
Rele jarak bekerja berdasarkan perbandingan impedansi nominal rele jarak
dengan impedansi gangguan yang terbaca oleh rele jarak. Impedansi yang dibaca
rele jarak dapat dilihat pada persamaan 2.1. (Tasiam, 2017)
ratio PT
Zrele= × Z zona (2.1)
ratio CT
Dimana :
Zrele = impedansi yang dibaca rele
Rasio PT = Potential Transformator
Rasio CT = Current Transformator
Zzona = impedansi zona rele
Rele jarak pada umumnya telah dilengkapi elemen directional untuk
menentukan arah atau letak gangguan sehingga membuat rele menjadi lebih
selektif. Gambar 2.10 menjelaskan secara sederhana prinsip kerja rele jarak
elektro-mekanis yang didisain agar torsi operasi (operating torque) sebanding
dengan arus yang terukur dan torsi penyeimbang (restraint torque) sebanding
dengan tegangan yang terukur. Ketika terjadi gangguan akan timbul arus yang
besar relatif terhadap tegangannya sehingga rasio V/I (impedansi) menjadi lebih
kecil dan torsi operasi yang dihasilkan akan lebih besar daripada torsi
penyeimbang. Kondisi ini akan menyebabkan kontak rele tertutup (trip).

Gambar 2.10 Balance Beam Distance Rele (Karyana, 2013)

17
2.6.1 Karakteristik Rele Jarak
Karakteristik rele jarak merupakan penerapan langsung dari prinsip dasar
rele jarak. Ada berbagai macam karakteristik rele jarak, antara lain:
1. Karakteristik Rele Impedansi
2. Karakteristik Rele Mho
3. Karakteristik Rele Reaktansi
4. Karakteristik Rele Quadrilateral

2.6.1.1 Rele Impedansi


Rele impedansi memiliki ciri-ciri karakteristik sebagai berikut :
1. Merupakan lingkaran dengan titik pusatnya ditengah-tengah, sehingga
mempunyai sifat non directional. Oleh karena itu, perlu ditambahkan
directional rele.
2. Mempunyai keterbatasan mengantisipasi gangguan tanah high resistance.
3. Karakteristik rele impedansi sensitif terhadap perubahan beban, terutama
untuk SUTT yang panjang sehingga jangkauan lingkaran impedansi dekat
dengan daerah beban seperti pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Karakteristik Rele Impedansi (Tasiam, 2017)

2.6.1.2 Rele Mho


Ciri-ciri karakteristik Rele Mho adalah sebagai berikut:
1. Titik pusatnya bergeser sehingga mempunyai sifat directional.
2. Mempunyai keterbatasan untuk mengantisipasi gangguan tanah high
resistance. Gangguan high resistance akan menambah nilai Rf (tahanan
gangguan) sehingga rele akan bekerja di luar zona proteksinya (gangguan
yang berada di zone-1 namun karena bersifat resistif sehingga rele

18
membacanya sebagai zone-2), begitu pula jika terdapat jenis gangguan
kapasitif maupun induktif. Gangguan akan menambah nilai Xf (reaktansi
kapasitif atau induktif gangguan) sehingga akan bekerja di luar zona
proteksinya.
3. Bisa digunakan untuk karakteristik gangguan fasa-fasa
Gambar karakteristik Rele Mho dapat dilihat pada Gambar 2.12

Gambar 2.12 Karakteristik Rele Mho (Karyana, 2013)

2.6.1.3 Rele Quadrilateral


Rele Quadrilateral memiliki beberapa ciri – ciri sebagai berikut :
1. Karateristik quadrilateral merupakan kombinasi dari 3 macam komponen
yaitu : reactance, berarah dan resistif.
2. Dengan setting jangkauan resistif cukup besar maka karakteristik rele
quadrilateral dapat mengantisipasi gangguan tanah dengan tahanan tinggi
(high resistance). Dengan batasan jangkauan resistif kurang dari 50 %
impedansi beban.
3. Umumnya pada rele elektromekanik dan statis kecepatan rele dengan
karakteristik quadrilateral lebih lambat dari jenis Mho. Pada rele numerik
yang telah menggunakan digital signal processor (DSP) kecepatan antara
karakteristik Mho dan quadrilateral relatif sama.
4. Bisa digunakan untuk karakteristik gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.
Gambar karakteristik quadrilateral seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.13.

19
Gambar 2.13 Karakteristik Quadrilateral (Karyana, 2013)

2.6.2 Penyetelan Daerah Kerja Rele Jarak


Daerah kerja rele jarak pada umumnya dibagi menjadi tiga zona yang
dikoordinasikan dengan zona proteksi saluran transmisi seksi berikutnya agar
tidak terjadi kondisi overlapping.
Setting rele jarak terdiri dari tiga daerah pengamanan yaitu Zone-1, Zone-
2, Zone-3 dimana masing-masing daerah mempunyai setelan impedansi Z1, Z2,
Z3 dan mempunyai setelan waktu t1, t2, t3 seperti pada Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Setting jangkauan dan waktu rele jarak (Karyana, 2013)
Dasar pemilihan zona pengamanan rele jarak yang diaplikasikan adalah
sebagai berikut :

2.6.2.1 Setelan Zona 1


Cakupan zona 1 harus sejauh mungkin dari saluran yang diamankan dan
tidak boleh melewati saluran di depannya. Pada pengukurannya, kadang terjadi
error yang dapat membuat rele jarak menjadi over-reaching. Hal ini disebabkan
oleh kesalahan pengukuran dari CT, PT, data saluran dan lain-lain. Oleh karena
itu, setelan jangkauan yang digunakan sebesar 80% dari impedansi saluran
transmisi yang diproteksinya dengan marjin sebesar 20% dari saluran transmisi

20
untuk menjamin bahwa zona 1 rele tidak akan melebihi over-reaching saluran
transmisi yang diproteksinya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Setelan Zona Proteksi Rele Jarak (Karyana, 2013)


Setting (setelan) Zone-1 adalah 80% dari impedansi saluran atau:
Zona 1 = 0,8 × Z LI (2.2)
t 1=0 s ( seketika) (2.3)
Keterangan :
Z LI = impedansi saluran transmisi yang diamankan
t 1 = waktu kerja rele pada zona 1

2.6.2.2 Setelan Zona 2


Daerah zona 2 harus dapat menjangkau sisa saluran transmisi yang tidak
dapat diamankan oleh zona 1, tetapi tidak boleh over lapping dengan jangkauan
zona 2 dari saluran transmisi seksi berikutnya. Zona 2 harus diatur dengan waktu
tunda agar dapat dikoordinasikan dengan rele di ujung terminal yang lain. Waktu
tunda ini diperlukan untuk menjaga agar rele tidak trip secara langsung
(instantaneous) untuk gangguan di luar saluran transmisi yang diproteksinya.
Penyetelan rele jarak untuk zona 2 adalah (Karyana,, 2013) :
Z2min = 1,2 × Z LI (2.4)
Z 2max =0,8 x ( Z LI + ( 0,5 Z L2 ) xK ) (2.5)
t 2=0,2 s (2.6)
Keterangan :
Z LI = impedansi saluran transmisi yang diamankan
Z L2 =impedansi saluran berikutnya yang terpendek (dalam Ω)
t 2 = waktu kerja rele pada zona 2

21
K = infeed factor (K = 1 s.d 2)
Jika pada saluran seksi berikutnya terdapat beberapa cabang, untuk
mendapatkan selektifitas yang baik maka setting Z 2max diambil dengan nilai
impedansi penghantar (Ohm) yang terkecil seperti terlihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Saluran seksi dengan banyak cabang (Karyana, 2013)


- Untuk keadaan dimana Z2max>Z2min maka setting zone-2 diambil = Z2max
dengan t2 = 0.4 detik.

Gambar 2.17 Saluran seksi dengan kondisi Z2max>Z2min (Karyana, 2013)


- Jika saluran yang diamankan jauh lebih panjang dari saluran seksi berikutnya
maka akan terjadi Z2max < Z2min. Pada keadaan demikian untuk mendapatkan
selektifitas yang baik, maka zone-2 = Z2min dengan setting waktunya dinaikkan
satu tingkat (t2=0.8 detik) , seperti terlihat pada gambar 2.18 di bawah ini.

Gambar 2.18 Saluran seksi dengan kondisi Z2max < Z2min (Karyana, 2013)
- Jika pada gardu induk di depannya terdapat transformator daya, maka jangkauan
zone-2 tidak melebihi impedansi transformator ZTR = 0.8 (ZL1 + k.Xt), dimana

22
k = bagian transformator yang diproteksi nilai k direkomendasikan = 0.5. Hal ini
dimaksudkan jika terjadi gangguan pada sisi LV Transformator, rele jarak tidak
bekerja.

2.6.2.3 Setelan Zona 3


Zona 3 rele dapat berfungsi sebagai pengaman cadangan untuk saluran
transmisi seksi berikutnya, sehingga diatur agar dapat meliputi seluruh saluran
transmisi seksi berikutnya ( Z L2 ). Penyetelan jangkauan zona tiga adalah (Karyana,
2013) :
Zone −3 min = 1,2( ZL1+ZL2) (2.7)
Keterangan :
ZL1 = Impedansi saluran transmisi yang diamankan
ZL2 = Impedansi saluran transmisi seksi berikutnya yang terpanjang
K = faktor infeed
Untuk pemilihan zona tiga dipilih nilai terbesar antara Zone-3min dan
Zone- 3max. Jika pada gardu induk di depannya terdapat transformator daya,
maka jangkauan zona-3 sebaiknya tidak melebihi impedansi transformator. Jika
terjadi kondisi overlapping dengan zona tiga seksi berikutnya maka waktu tunda
zona tiga dapat dikoordinasikan waktunya dengan waktu tunda zona tiga seksi
berikutnya.

2.6.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jangkauan Rele Jarak


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jangkauan rele jarak adalah
sebagai berikut :

2.6.3.1 Resistansi Gangguan


Rele jarak harus dapat membedakan antara kondisi normal berbeban dan
kondisi saat terjadinya gangguan. Rele dengan karakteristik kerja Mho akan
bekerja apabila impedansi yang terukur oleh rele berada di dalam lingkaran. Jika
resistansi gangguan meningkat, rele jarak akan sulit untuk membedakan antara
impedansi gangguan (ditambah resistansi) dengan impedansi beban. Dalam
menentukan jangkauan setelan rele jarak, salah satu hal yang harus diperhatikan

23
adalah impedansi saat beban maksimum harus berada di luar daerah kerja rele
jarak.
Salah satu pengaruh resistansi gangguan terhadap operasi rele jarak adalah
pergeseran impedansi yang terukur oleh rele ketika terjadi gangguan. Hal ini dapat
menyebabkan rele menjadi underreaching, yaitu untuk gangguan yang seharusnya
terdeteksi zona satu rele menjadi terdeteksi di zona dua rele atau gangguan di zona
dua rele menjadi terdeteksi di zona tiga rele. Resistansi gangguan yang timbul
pada saat gangguan ke tanah pada umumnya mempunyai resistansi yang lebih
tinggi daripada gangguan antar fasa. Impedansi gangguan pada saat gangguan ke
tanah dapat disebabkan impedansi menara (tower impedance and tower footing
resistance) dan resistansi arc. Resistansi arc dipengaruhi oleh besarnya arus
gangguan dan panjang dari arc itu sendiri seperti pada Gambar 2.19.

Gambar 2.19 Pengaruh resistansi gangguan pada rele jarak (Karyana, 2013)

2.6.3.2 Arus Infeed


Yang dimaksud dengan infeed adalah pengaruh penambahan atau
pengurangan arus yang melalui titik terhadap terhadap arus yang melalui rele yang
ditinjau. Secara umum infeed ini disebabkan karena adanya pembangkit antara
rele dengan titik gangguan. Infeed dapat juga disebabkan karena adanya
perubahan konfigurasi saluran dari ganda ke tunggal atau sebaliknya. Adanya
pengaruh infeed ini akan membuat impedansi yang dilihat rele seolah-olah
menjadi lebih besar (letak gangguan seolah-olah menjadi jauh) atau menjadi lebih
kecil (letak gangguan seolah-olah menjadi dekat). Dengan demikian jangkauan
kurang (underreach) atau jangkauan lebih (overreach). Pengaruh infeed ini harus
dipertimbangkan khususnya untuk penyetingan zone-2 dan zone-3.

24
a) Adanya pembangkit pada ujung saluran yang diproteksi
Pengaruh infeed akibat adanya pembangkit pada ujung saluran
menyebabkan rele mendeteksi gangguan lebih dekat dari posisi gangguan
sebenarnya, sehingga rele mengalami underreach. Pengaruh infeed akibat
pembangkit pada ujung saluran dapat kita lihat pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20 Pengaruh infeed akibat pembangkit pada ujung saluran


(Karyana, 2013)
Jika tidak ada infeed (pembangkit pada ujung saluran, maka rele
mendeteksi gangguan sesuai dengan lokasi gangguan sebenarnya). Agar tidak
demikian maka pada setting jangkauan rele jarak perlu dikalikan dengan
faktor k (1,2 s.d 1,6).

b) Saluran transmisi ganda ke tunggal


Pengaruh infeed pada saluran ganda ke tunggal menyebabkan rele
mendeteksi gangguan lebih dekat dari posisi gangguan sebenarnya, sehingga
rele mengalami underreach. Pengaruh infeed pada saluran transmisi ganda ke
tunggal dapat kita lihat pada Gambar 2.21.

Gambar 2.21 Pengaruh infeed pada saluran transmisi ganda ke tunggal


(Karyana, 2013)
Pengaruh infeed pada saluran ganda ke tunggal menyebabkan rele
mendeteksi gangguan lebih dekat dari posisi gangguan sebenarnya, sehingga

25
rele mengalami underreach. Jika tidak ada infeed (perubahan saluran ganda ke
tunggal, maka rele mendeteksi gangguan sesuai dengan lokasi gangguan
sebenarnya). Agar tidak demikian maka pada seting jangkauan rele jarak perlu
dikalikan dengan faktor k = 2.

c) Saluran transmisi ganda ke ganda


Pengaruh infeed pada saluran transmisi ganda ke ganda dapat dilihat pada
Gambar 2.22.

Gam
bar 2.22 Pengaruh infeed pada saluran transmisi ganda ke ganda
(Karyana, 2013)
- Untuk gangguan F dekat rel B ( X = 0 ) faktor infeed k = 2
- Untuk gangguan F dekat rel C ( X= 1 ) faktor infeed k = 1
- Untuk gangguan F diantara rel B dan rel C , infeed antara 1 ≤ k ≤ 2

d) Saluran tunggal ke ganda


Pengaruh infeed saluran transmisi tunggal ke ganda dapat dilihat pada
Gambar 2.23.

Gambar 2.23 Pengaruh infeed pada saluran tunggal ke ganda (Karyana,


2013)
- Untuk gangguan F dekat rel B ( X = 0 ) faktor infeed k = 1
- Untuk gangguan F dekat rel C ( X= 1 ) faktor infeed k = 0.5

26
- Untuk gangguan F diantara rel B dan rel C , infeed antara 0.5 ≤ k ≤ 1

2.6.4 Pola Pengaman Pada Rele Jarak


Pola pengaman pada rele jarak ditentukan berdasarkan kebutuhan untuk
keamanan peralatan maupun keandalan operasi namun disisi lain tidak
mengesampingkan aspek-aspek investasi.

2.6.4.1 Pola Basic


Pola basic pada rele jarak merupakan pola kerja rele jarak yang bekerja
instance pada area setting zone-1, bekerja dengan backup time untuk zone-2 dan
zone-3 tanpa dilengkapi fasilitas teleproteksi (sending receive sinyal pada saat rele
mendeteksi adanya gangguan) seperti Gambar 2.24.

Gambar 2.24 Pola Basic (Karyana, 2013)

2.6.4.2 Pola Teleproteksi Rele Jarak


Pada dasarnya rele jarak memberikan tripping seketika untuk gangguan
pada kawasan zone-1, yang mencakup sekitar 80 % dari panjang saluran. Untuk
kehandalan sistem diperlukan fasilitas teleproteksi agar gangguan sepanjang
saluran dapat ditripkan dengan seketika pada kedua sisi ujung saluran. Pola ini
dapat dilihat pada Gambar 2.25 berikut :

27
Gambar 2.25 Pola Pengaman Teleproteksi (Karyana, 2013)
Untuk dapat meningkatkan koordinasi waktu sistem proteksi pada saluran
udara tegangan tinggi, diperlukan suatu peralatan yang dapat mengirim dan
menerima sinyal dari satu atau beberapa rele di satu Gardu Induk (GI) ke rele di
GI yang lain. Peralatan teleproteksi merupakan peralatan yang dapat mengirim
dan menerima sinyal (data or logic status) dari satu rele ke rele yang lain.
Dikarenakan jarak antara satu gardu induk dengan gardu induk yang lain cukup
jauh maka diperlukan suatu media komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengirimkan sinyal. Saluran komunikasi yang digunakan dapat berupa serat optik
(fiber optic), Power Line Comunication (PLC) atau melalui gelombang mikro
(microwave).
Dasar pemilihan pola pengaman dengan menggunakan teleproteksi adalah
untuk meningkatkan keandalan sistem yaitu jika terjadi gangguan di luar zona satu
rele tetapi masih berada pada saluran yang diamankan (ujung saluran transmisi),
maka rele jarak yang telah dilengkapi teleproteksi akan bekerja lebih cepat
dibandingkan rele jarak tanpa teleproteksi. Waktu pemutusan gangguan yang
cepat pada saluran transmisi mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
 Mengurangi kerusakan pada konduktor atau penghantar
 Meningkatkan stabilitas sistem
 Memungkinkan diterapkannya auto reclosing untuk meningkatkan
ketersediaan penghantar sehingga peluang (lama dan frekuensi)
pemadaman dapat dikurangi.

a. Pola Permissive Underreach Transfer Trip (PUTT)


Prinsip kerja dari pola PUTT : Pola ini umumnya dioperasikan/ diterapkan
pada rele jarak sebagai proteksi untuk saluran transmisi panjang dan
menengah.
- Pengiriman sinyal carrier dilakukan bila gangguan dirasakan pada zone1
- Trip seketika (waktu zone-1) terjadi pada dua kondisi sebagai berikut :
(1). Gangguan pada zone-1
(2). Rele mendeteksi gangguan pada zone-2 dan menerima sinyal carrier
dari GI lawan

28
Diagram logikanya dapat dilihat pada Gambar 2.26 berikut :

Gambar 2.26 Pola PUTT (Karyana, 2013)


Pola direct under-reach transfer tripping yang telah dijelaskan
sebelumnya dapat dibuat lebih aman dengan cara mengawasi sinyal yang
diterima (received signal) dengan operasi dari zona dua rele jarak sebelum
mengirim sinyal trip secara langsung ke CB. Prinsip kerja dari pola PUTT
adalah apabila gangguan dirasakan pada zona satu rele jarak, maka rele akan
mengirim sinyal trip ke CB dan pada saat yang bersamaan juga mengirim
sinyal ke rele di ujung terminal yang lain. Rele yang menerima sinyal received
hanya akan bekerja secara langsung apabila telah merasakan adanya gangguan
pada zona dua relenya. Pola PUTT mempunyai kelebihan yaitu untuk
gangguan di daerah ujung saluran transmisi yang diamankan (zona 2) maka
rele di kedua ujung saluran yang diamankan akan trip seketika karena
menerima sinyal trip dari rele di ujung yang lain seperti pada Gambar 2.27.

Gambar 2.27 Rangkaian Logika Permissive Underreach Transfer Trip (Karyana,


2013)

29
Kelebihan pola PUTT:
- Untuk gangguan di daerah ujung saluran yang diamankan (zone-2), rele
di kedua ujung saluran yang diamankan akan trip seketika karena
menerima sinyal trip dari rele di ujung lawannya seperti pada gambar
2.28.

Gambar 2.28 Kelebihan Pola PUTT (Karyana, 2013)


- Jika pengiriman sinyal gagal, rele diharapkan masih bisa selektif artinya
rele masih bekerja walaupun dengan pola basic.
- Komunikasi cukup membutuhkan channel half duplex.
Kekurangan pola PUTT :
- Adanya sinyal trip palsu dari rele B akan menyebabkan rele A bekerja
seketika untuk gangguan diluar daerah yang diproteksi tetapi masih zone-
2, sehingga rele tidak selektif.
- Jika pengiriman sinyal gagal, dari A ke B tidak akan terjadi trip seketika
tetapi trip dengan t2 (Iebih lambat) sesuai penyetingan rele.
- Trip seketika bisa tidak terjadi jika pada salah satu ujung saluran tidak
ada/ kecil infeed (pembangkitan), hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.29 :
a. Pada saat terjadi gangguan rele A akan mengirimkan sinyal trip
ke B tetapi B tidak melihatnya sebagai zone-2 karena arus yang
mengalir melalui rele B sangat kecil G.
b. Ketika PMT A sudah terbuka, arus mengalir melalui B (sehingga
B melihat zone 2) tetapi rele tidak akan trip seketika karena rele
A sudah berhenti mengirim sinyal.

30
Gambar 2.29 Pola PUTT Pada Kondisi Weak Infeed (Karyana,
2013)
- Pada penghantar pendek penggunaan rele jarak pola PUTT tidak
direkomendasikan untuk digunakan. Penghantar pendek dengan nilai
resistif yang besar akan membuat rele bekerja diluar daerah kerjanya.
- Kelemahan PUTT pada gangguan High resistance. Kedua rele akan
membaca sebagai zone-2
Kekurangan pola PUTT dapat digambarkan seperti Gambar 2.30.

Gambar 2.30 Kekurangan Pola PUTT (Karyana, 2013)

b. Pola Permissive Overreach Transfer Trip (POTT)


Diagram logikanya dapat digambarkan seperti Gambar 2.31
berikut:

31
Gambar 2.31 Pola POTT (Karyana, 2013)
Prinsip kerja pola POTT adalah apabila ada gangguan yang dirasakan oleh
zona dua rele jarak, maka rele akan mengirim sinyal ke rele di ujung terminal
yang lain dan rele di ujung terminal yang lain tersebut hanya akan bekerja apabila
gangguannya juga dirasakan oleh zona dua rele tersebut Gambar rangkaian
logikanya adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.32.

Gambar 2.32 Rangkaian Logika Permissive Overreach Transfer Trip (Karyana,


2013)
Sinyal yang diterima oleh rele, umumnya di monitor oleh kontak arah rele
(directional rele contact) agar dapat bekerja (tripping) hanya jika zona dua
forward rele bekerja.
Kelebihan Pola POTT adalah untuk gangguan yang terjadi ditengah
saluran dengan gangguan tahanan tinggi, dimana kedua rele akan merasakan
impedansi zone-2 starting, rele di kedua ujung saluran yang diamankan akan trip
seketika karena samasama menerima sinyal trip dari rele diujung yang lain.
Kekurangan pola POTT adalah jika pengiriman sinyal gagal, dari A ke B
tidak akan terjadi trip seketika tetapi trip dengan T2 (Iebih lambat) sesuai
penyetingan rele dikedua sisi. Dan jika pada saat yang bersamaan terjadi
gangguan diluar daerah yang diamankan, maka rele kedua sisi akan ikut bekerja
secara instantaneous (tidak selektif) seperti Gambar 2.33.

32
Gambar 2.33 Kekurangan Pola POTT (Karyana, 2013)

c. Pola Blocking (Blocking Scheme)


Pola blocking menggunakan logika yang berbeda dibandingkan pola-pola
yang telah dijelaskan sebelumnya. Pengirim sinyal blocking (agar rele tidak
bekerja) dilakukan oleh zona arah belakang (reverse). Gambar logika
diagramnya seperti Gambar 2.34 berikut :

Gambar 2.34 Pola Sinyal Blocking (Karyana, 2013)


Jika rele di A merasakan gangguan di zona dua dan rele di B mendeteksi
gangguan tersebut berada pada zona tiga arah belakang atau reverse, maka rele
di B akan mengirim sinyal blocking ke rele di A sehingga rele di A tidak trip
seketika tetapi trip dengan waktu tunda T2 (waktu zona dua). Rele jarak
dengan pola blocking akan trip seketika jika memenuhi dua kondisi di bawah
ini yaitu :
 Gangguan dirasakan oleh zona satu rele
 Rele di ujung terminal yang lain mendeteksi gangguan di zona dua dan
pada saat yang bersamaan tidak menerima sinyal blocking.
Kelebihan pola blocking adalah sebagai berikut:
-Trip seketika akan terjadi untuk gangguan didalam daerah yang
diamankan

33
-Trip seketika masih akan terjadi walaupun di ujung terminal lain tidak
terdapat/ sedikit infeed (pembangkitan)
-Cukup membutuhkan channel komunikasi Single (half duplex)
Kekurangan pola blocking adalah sebagai berikut :
-Jika pengiriman sinyal gagal, trip seketika akan terjadi untuk gangguan
pada saluran seksi berikutnya (zone-2), sehingga rele bekerja tidak
selektif
-Rele jarak yang dibutuhkan harus merk dan tipe sejenis.
Diagram logika pola Blocking dapat dilihat pada Gambar 2.35.

Gambar 2.35 Diagram Logika Pola Blocking (Karyana, 2013)

2.7 Rele Arus Lebih atau Over Current Rele (OCR)


OCR merupakan rele yang bekerja dengan input analog arus, dimana rele
akan bekerja apabila mendeteksi gangguan diatas setting-nya khususnya untuk
gangguan fasa-fasa. OCR di setting lebih besar dari kemampuan arus nominal
peralatan terkecil (110%-120%) dan harus bekerja pada gangguan arus hubung
singkat 2 fasa minimum. Waktu kerja OCR penghantar di set kurang lebih 1 (satu)
detik pada arus hubung singkat 2 fasa maksimum di lokal bus. Rele ini digunakan
untuk mendeteksi gangguan fasa – fasa, mempunyai karakteristik inverse (waktu
kerja rele akan semakin cepat apabila arus gangguan yang dirasakannya semakin
besar) atau definite (waktu kerja tetap untuk setiap besaran gangguan). Selain itu
pada rele arus lebih tersedia fungsi high set yang bekerja seketika
(moment/instantaneous). Untuk karakteristik inverse mengacu kepada standar
IEC atau ANSI/IEEE. Rele ini digunakan sebagai proteksi cadangan karena tidak
dapat menentukan titik gangguan secara tepat, dan juga ditujukan untuk keamanan

34
peralatan apabila proteksi utama gagal bekerja. Agar dapat dikoordinasikan
dengan baik terhadap rele arus lebih disisi yang lain (bukan rele arus lebih yang
terpasang di penghantar), maka karakteristik untuk proteksi penghantar yang
dipilih adalah kurva yang sama yaitu standard inverse (IEC) / normal inverse
(ANSI/IEEE).
Prinsip kerja dari rele arus lebih dapat dilihat pada Gambar 2.36.

Gambar 2.36 Prinsip Kerja OCR (Harry Furqon, 2015)


Rele arus lebih atau OCR merupakan suatu jenis rele yang bekerja
berdasarkan besarnya arus masukan. Jika besarnya arus gangguan ( I f ) lebih besar
dari setelan arus (Iset) rele akan beroperasi. Jika tidak memenuhi syarat
sebelumnya rele akan menahan, yang artinya tidak beroperasi. Oleh karena itu,
arus beban maksimum harus diketahui untuk menentukan apakah rasio arus
gangguan minimum terhadap arus beban maksimum cukup tinggi sehingga
memungkinkan rele arus lebih yang digunakan dapat dioperasikan dengan baik.
Rele arus lebih merupakan suatu rele yang bekerja berdasarkan kenaikan
arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu. Rele arus lebih dikategorikan menjadi 4 yaitu rele arus lebih seketika
(instantaneous over-current rele), rele arus lebih dengan karakteristik tundaan
waktu yang tidak tergantung pada besarnya arus gangguan (definite time over

35
current rele), rele arus lebih dengan karakteristik tundaan waktu terbalik (inverse
time overcurrent rele) dan rele arus lebih Inverse Definite Minimum Time
(IDMT).

2.7.1 Rele Arus Lebih Seketika


Rele arus lebih seketika dirancang untuk beroperasi tanpa penundaan
waktu yang disengaja saat arus melebihi pengaturan rele seperti pada Gambar
2.37.

Gambar 2.37 Rangkaian Rele Arus Lebih Seketika (Tasiam, 2017)


Waktu pengoperasian rele tersebut adalah antara 0,016s dan 0,1s. Adapun
karakteristik kerja rele arus lebih seketika ditunjukkan pada Gambar 2.38.

Gambar 2.38 Kurva Karakteristik Instantaneous Rele (Tasiam, 2017)


Bila karena suatu hal sehingga harga arus beban I naik melebihi harga
yang diijinkan, maka harga lr juga akan naik. Bila naiknya harga arus ini melebihi
harga perasi dari rele, maka rele arus lebih seketika akan bekerja. Kerja dari rele

36
ini ditandai dengan bergeraknya kontaktor gerak rele untuk menutup kontak.
Dengan demikian, rangkaian pemutus/trip akan tertutup. Mengingat pada
rangkaian ini terdapat sumber arus searah, maka pada kumparan pemutus akan
dialiri arus searah yang selanjutnya akan mengerjakan Kontak Pemutus sehingga
bagian sistem yang harus diamankan terbuka. Untuk mengetahui bahwa rele harus
bekerja, maka perlu dipasang suatu alarm.

2.7.2 Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Tetap (Definite Time)
Rele arus lebih dengan karakteristik tundaan waktu tertentu adalah rele
yang bekerja dengan waktu operasi saat merasakan ada gangguan sampai rele trip
mengalami penundaan dalam rentan waktu tertentu. Artinya berapapun besar nilai
arus gangguan yang terbaca oleh rele, rele akan beroperasi dengan tundaan waktu
yang telah ditentukan. Arus setelan rele ini menurut british standard di setting
sebesar 1,2 s/d 1,3 dikali arus beban.
Gambar rangkaian rele arus lebih dengan tundaan waktu dapat dilihat pada
Gambar 2.39.

Gambar 2.39 Rangkaian Rele Arus Lebih Dengan Tundaan Waktu Tetap
(Tasiam, 2017)
Rele arus lebih waktu tertentu adalah jenis rele arus lebih di mana jangka
waktu rele muIai pick-up sampai selesainya kerja rele dapat diperpanjang dengan
nilai tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang mengerjakannya

37
(tergantung dari besarnya arus setting, melebihi arus setting maka waktu kerja rele
ditentukan oleh waktu setting-nya) seperti pada Gambar 2.40.

Gambar 2.40 Kurva Karakteristik Definite Time Relay (Tasiam, 2017)


Dengan memasang rele kelambatan waktu T (Time lag rele) maka
beroperasinya rangkaian rele akan tergantung pada penyetelan / setting waktu
pada rele kelambatan waktunya.

2.7.3 Rele Arus Lebih dengan Tundaan Waktu Terbalik (Inverse)


Rele arus lebih dengan tundaan waktu terbalik (invers) adalah rele yang
waktu kerjanya berbanding terbalik dengan arus yang mengalir ke rele.
Maksudnya adalah semakin besar arus gangguan maka rele akan beroperasi
semakin cepat. Rele Inverse memiliki karakteristik operasi Standard Inverse, Very
Inverse, dan Extremely Inverse. Kurva Rele Inverse dan kurva Karakteristik Rele
Inverse dapat diliha pada Gambar 2.41 dan Gambar 2.42.

Gambar 2.41 Kurva Invers Rele (Tasiam, 2017)

38
Gambar 2.42 Kurva Karakteristik Invers Relay (Tasiam, 2017)
Menurut standard IEC 255-4 secara matematis hubungan antara tundaan
waktu kerja rele dengan besarnya arus masukan atau arus gangguan dinyatakan
oleh persamaan berikut:

[ ]
TMS × β
t = If (2.8)
−1
Iset α
dimana:
t = tundaan waktu kerja rele (s)
TMS = setelan skala pengali waktu (Time Multiplier Setting)
If = arus masukan ke rele (A)
Iset = nilai setelan arus lebih (A)
Konstanta – konstanta α dan β menentukan tingkat atau derajat inversitas
dari tundaan waktu rele dan menurut standar IEC 255-4 nilainya ditunjukkan pada
Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Karakteristik Invers Relay
α β

Standard Invers (N) 0,02 0,14

Very Invers (V) 1,0 1,35

Extremely Invers (E) 2,0 80,0

39
Arus setelan rele ini menurut british standard di-setting sebesar 1,05 s/d
1,2 dikali arus beban.

2.7.4 Rele Arus Lebih IDMT


Rele ini merupakan kombinasi karakteristik antara rele arus lebih waktu
terbalik (invers time) dan rele arus lebih waktu tertentu (definite time). Rele ini
memiliki karakteristik kerja waktu yang berbanding terbalik untuk arus gangguan
yang kecil setelah kondisi pick-up (Iset) dan berubah menjadi waktu tertentu
untuk nilai arus gangguan besar. Kurva karakteristik rele ini ditunjukkan pada
Gambar 2.43.

Gambar 2.43 Kurva Karakteristik Rele IDMT

2.8 Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih


Koordinasi merupakan proses penyeleksian yang dilakukan oleh peralatan
– peralatan pengaman arus lebih dengan setelan waktu dan arus tertentu serta
penyusunan secara seri dari peralatan – peralatan tersebut di sepanjang saluran
jaringan transmisi untuk dapat mengamankan jaringan dan peralatan listrik dari
gangguan – gangguan secara optimal yang didasarkan pada urutan operasi yang
sudah ditetapkan terlebih dahulu. Manfaat koordinasi peralatan proteksi adalah
meminimumkan daerah atau bagian yang terganggu dan menentukan tempat
terjadinya gangguan.
Dengan kehadiran dari rele jarak dan rele arus lebih pada jaringan
transmisi, maka diperlukan suatu koordinasi diantara peralatan – peralatan

40
tersebut dengan tujuan untuk memberikan pengamanan yang tepat saat gangguan
terjadi. Rele arus lebih yang merupakan pengaman cadangan akan bekerja jika
pengaman utama yaitu rele jarak gagal bekerja. Interval waktu yang diperlukan
untuk koordinasi antara pengaman satu dan pengaman lainnya yang berdekatan
disebut Coordination Delay Time (CDT). Secara umum tundaan waktu (CDT)
dengan waktu 0,5 detik masih dikatakan normal. Dengan kemajuan sistem
proteksi saat ini tundaan waktu dapat diminimalisir menjadi 0,4 detik. Ini adalah
interval minimum yang memungkinkan rele dan CB untuk menghapus gangguan
di zona proteksinya. Dengan CB modern dimungkinkan untuk menggunakan CDT
kurang dari atau sama dengan 0,4 s. Hal tersebut tergantung pada beberapa aspek
berikut ini:
a. Waktu pemutusan gangguan oleh CB, dimulai sejak CB menerima
perintah dari rele hingga kontak CB tebuka (berkisar 0,1 detik atau lebih
kecil. Informasi ini dapat diperoleh dari spesifikasi CB).
b. Overtravel rele (ketika rele de-energized, rele masih bekerja untuk waktu
yang singkat hingga energi yang tersimpan dibuang).
c. Tolerance, karena adanya kesalahan (error) pada CT dan rele (misalnya
perbedaan antara waktu operasi rele sebenarnya dengan karakteristik
yang diterbitkan oleh pabrik pembuat rele dan juga karena pendekatan
perhitungan).
d. Safety margin, jumlah waktu yang diperlukan dari b ke d adalah 0.3 s dan
disebut sebagai margin error.
Oleh karena itu, setelan waktu kerja rele setelah pengaman yang dekat
dengan gangguan bekerja adalah sebagai berikut:
t 2=t 1+CDT (2.9)
dimana;
t1 = tundaan waktu kerja rele 1 (detik)
t2 = tundaan waktu kerja rele 2 (detik)
CDT = coordination delay time (≤ 0.4 detik)

41
2.9 DigSILENT
DigSILENT merupakan suatu perangkat lunak yang mendukung sistem
tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi
tenaga listrik. Program ini beri fitur yang digunakan untuk menganalis
pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem distribusi tenaga
listrik. DigSILENT dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik
dalam bentuk diagram satu garis dan jalur sistem pentanahan untuk berbagai
bentuk analisis, antara lain: aliran daya, hubung singkat, starting motor, trancient
stability, koordinasi rele proteksi dan sistem harmonisasi. Untuk kemudahan hasil
perhitungan analisis dapat ditampilkan pada diagram satu garis.
Analisis gangguan hubung singkat diperlukan untuk mempelajari sistem
tenaga listrik baik waktu perencanaan maupun setelah beroperasi kelak. Analisis
hubung singkat digunakan untuk menentukan setelan rele proteksi yang
digunakan untuk melindungi sistem tersebut dari kemungkinan adanya gangguan.
Kegunaan dari analisis gangguan hubung singkat antara lain adalah:
 Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat
 Untuk menentukan arus gangguan
 Penyelidikan operasi rele – rele proteksi
 Untuk menentukan kapasitas pemutus daya
 Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar
selama gangguan.

42
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Sistem Kelistrikan Powerplant BOB PT. BSP


Sistem kelistrikan pada gardu induk yang digunakan di powerplant BOB
Bumi Siak Pusako menggunakan sistem ring bus. Gardu induk powerplant BOB
memiliki dua unit Transformator daya yang terpasang secara paralel dengan
kapasitas 30 MVA per-unit. Powerplant BOB memiliki 6 unit Turbin Gas dengan
kapasitas per unitnya 6 MW dan 1 unit Generator set dengan kapasitas 750 kW
yang digunakan ketika terjadi padam total atau blackout yang terjadi pada 6 tahun
silam. Untuk pemakaian sendiri powerplant memiliki 2 Transformator Auxilary
dengan kapassitas 1.5 MVA. Gambar 3.1 menunjukkan single line diagram sistem
kelistrikan di BOB PT. BSP.

Gambar 3.1 Single Line Diagram

3.2 Diagram Alir Penelitian


Terdapat beberapa tahapan penting dalam melakukan penelitian ini,
diantaranya adalah sebagai berikut:

43
Mulai

Pengumpulan Data :
1. Penghantar Transmisi
2. Spesifikasi Rele Jarak dan Rele Arus
Lebih

Studi Literatur

Perhitungan Nilai Setting Rele


Jarak Dan Rele Arus Lebih

Melakukan Simulasi

Apakah nilai setting Tidak


masing-masing rele
Sesuai dengan
simulasi DigSILENT
(<5%) ?

Ya

Melakukan Perbandingan

Menganalisa Perbandingan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Penelitian

44
Pada Gambar 3.2 menjelaskan flowchart rancangan sistem sebagai berikut:
1. Perancangan sistem diawali mengumpulkan semua data teknis sebagai
bahan input untuk komponen sistem seperti generator, saluran, rele, circuit
breaker, transformator dan beban.
2. Melakukan studi literatur dengan kajian pustaka seperti pada bab
sebelumnya, agar mengenali konsep dasar mengenai komponen
pendukung dalam keseluruhan sistem.
3. Melakukan perhitungan yang dibutuhkan sesuai dengan data – data yang
telah dikumpulkan.
4. Membuat simulasi rangkaian keseluruhan sistem dalam software
DigSILENT.
5. Melakukan perbandingan antara sebelum dilakukannya penelitian dan
sesudahnya.
6. Menganalisa hasil data simulasi dan membandingkan antara sebelum
dilakukannya penelitian dan sesudahnya.
7. Mendapatkan kesimpulan dari penelitian.
8. Selesai.

3.3 Data Teknis


Data teknis yang terdapat pada sistem kelistrikan powerplant BOB PT.
BSP terdiri dari Busbar/rel, rele proteksi, penghantar, dan Spesifikasi rele jarak,
rele arus lebih, CT, VT.

3.3.1 Bus atau Rel


Bus atau Rel adalah titik pertemuan atau hubungan transformator daya
dengan penghantar atau peralatan listrik lainnya. Ada juga mengartikan bahwa bus
atau rel dalam sistem tenaga adalah lokasi dimana jalur transmisi, sumber listrik
pembangkit,dan beban distribusi bertemu. Bus atau rel yang digunakan di Gardu
Induk BOB adalah sistem Ring Bus.
Pada Gambar 3.3 menunjukan single line diagram Ring Bus gardu induk
Powerplant yang digambar pada software DigSILENT.

45
Gambar 3.3 Single line diagram Ring Bus gardu induk Powerplant

3.3.2 Rele Proteksi


Data rele proteksi masing – masing feeder yang terpasang pada
powerplant dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Rele Proteksi feeder Pedada
Identifikasi peralatan Rele jarak Rele arus lebih
Identifikasi F211 F501
Pabrikan Schneider Electric Schneider Electric
Tipe P44231AB6M0550K P14331AA6M0440J
Nomor seri 223029Z 223024Z
Rasio CT 400/1A 400/1A
Rasio VT 115000/115 V 115000/115 V
Uji Peralatan CMC 356 / BH642C

46
Tabel 3.2 Data Rele Proteksi feeder Pusaka
Identifikasi peralatan Rele jarak Rele arus lebih
Identifikasi F211 F501
Pabrikan Schneider Electric Schneider Electric
Tipe P44231AB6M0550K P14331AA6M0440J
Nomor seri 223030Z 223025Z
Rasio CT 400/1A 400/1A
Rasio VT 115000/115 V 115000/115 V
Uji Peralatan CMC 356 / BH642C

Tabel 3.3 Data Rele Proteksi feeder Beruk/Zamrud


Identifikasi peralatan Rele jarak Rele arus lebih
Identifikasi F211 F501
Pabrikan Schneider Electric Schneider Electric
Tipe P44231AB6M0550K P14331AA6M0440J
Nomor seri 223028Z 223023Z
Rasio CT 400/1A 400/1A
Rasio VT 115000/115 V 115000/115 V
Uji Peralatan CMC 356 / BH642C

3.3.3 Penghantar Transmisi


Data penghantar transmisi dan tempat rele terpasang dapat dilihat pada
Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Penghantar Transmisi
Panjang Z Saluran (Ω/km)
Tipe Nama
(km) Z1L=Z2L Z0
Lukut 63,6 0,1833+j0,49278 0,56548+j1,69757
Oriole,
Zamrud 25,5 0,1833+j0,49278 0,56548+j1,69757
ACSR
Beruk 38 0,1833+j0,49278 0,56548+j1,69757
336,4
Pedada 26,5 0,1833+j0,49278 0,56548+j1,69757
MCM
Pusaka 1 0,1833+j0,49278 0,56548+j1,69757

47
3.3.4 Spesifikasi Rele Jarak, Rele Arus Lebih, CT Dan VT.
Spesifikasi rele jarak, rele arus lebih, CT dan VT, yang terpasang dapat
dilihat pada Tabel 3.5, Tabel 3.6, dan Tabel 3.7.
Tabel 3.5 Spesifikasi Rele Jarak
Lokasi Proteksi Merk No. Tipe Karakteristik
PP – Pedada Micom P442 Rele Mho
PP – Brk/Zrd Micom P442 Rele Mho
PP - Pusaka Micom P442 Rele Mho

Tabel 3.6 Spesifikasi Rele Arus Lebih


Lokasi Proteksi Merk No. Tipe
PP – Pedada Micom P142
PP – Brk/Zrd Micom P142
PP - Pusaka Micom P142

Tabel 3.7 Spesifikasi CT dan VT pada Rele Jarak dan Rele Arus Lebih
Lokasi Proteksi CT VT
PP – Pedada 400 / 1 A 115.000 / 115 V
PP – Brk/Zrd 400 / 1 A 115.000 / 115 V
PP - Pusaka 400 / 1 A 115.000 / 115 V

48
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Rangkaian Keseluruhan Sistem


Pada rangkaian keseluruhan sistem yang telah disimulasikan pada software
DigSILENT ini, terdiri dari 6 generator dengan kapasitas masing masing 6 MW,
terlihat pada Gambar 4.1 sisi 13,8 kV. 4 unit Transformator yaitu 2 buah
transformator daya yang masing-masing berkapasitas 30 MVA, terlihat pada
Gambar 4.1 sisi 110 kV. 2 buah transformator untuk pemakaian sendiri dengan
kapasitas 1,5 MVA, terlihat pada Gambar 4.1 sisi 440 Volt. Pembagian beban
terdiri dari 3 feeder yaitu Pusaka 5 MW, Pedada 3,2 MW, dan Beruk/Zamrud 13,8
MW. Analisis pada penelitian ini terdiri dari penentuan grup berdasarkan beban
yang terhubung dengan powerplant, Gambar 4.1 berikut merupakan rangkaian
keseluruhan sistem yang telah diimplementasikan pada simulasi DigSILENT.

Gambar 4.1 Rangkaian keseluruhan sistem pada simulasi DigSILENT

49
Setting pada rele jarak dibagi atas 3 zona pengamanan, yaitu zona 1, zona
2 dan zona 3. Jangkauan setting zona 1 rele adalah 80% dari saluran transmisi. Di-
setting demikian karena dalam rangkaian penggunaan sistem proteksi rele jarak,
kerja dari transformator arus, kerja dari transformator tegangan dan kerja dari rele
jarak yang terpasang memiliki tingkat ketilitian yang tidak mencapai 100%
sehingga pada zona 1 rele jarak diatur tidak 100%. Zona 1 rele jarak bekerja pada
waktu 0 detik (t = 0s). Hal ini dikarenakan pada zona 1 rele jarak bekerja secara
instantaneous atau secara seketika sehingga apabila terjadi gangguan, rele jarak
akan langsung bekerja tanpa tunda waktu.
Jangkauan setting zona 2 rele jarak adalah 20% dari sisa saluran transmisi
yang tidak dapat dijangkau zona 1 dan menjangkau sekitar 20% - 50% saluran
transmisi yang berikutnya. Zona 2 rele jarak bekerja sebagai cadangan pengaman
gangguan di saluran transmisi apabila zona 1 gagal menanggulangi atau gagal
bekerja. Zona 2 bekerja pada 0,2 detik dikarenakan sebagai back up dari zona 1,
sehingga di setting dengan waktu tunda. Jangkauan setting zona 3 adalah di atas
dari jangkauan zona 2 dan dibatasi agar kurang dari jangkauan setting zona 3 pada
rele yang terdapat di depannya. Zona 3 rele jarak bekerja pada waktu 0,6 atau
lebih 0,4 detik dari zona 2, dikarenakan kerja zona 3 sebagai back up dari zona 1
dan zona 2 apabila mengalami kegagalan dalam mengamankan saluran transmisi,
sehingga zona 3 memiliki waktu tunda lebih besar dari zona 2.
Kemudian untuk menentukan tunda waktu rele arus lebih (OCR), dengan
menggunakan persamaan 2.1, maka nilai tunda waktunya adalah:
t OCR ≤t Z 2 +CDT
t OCR ≤ 0,2+ 0,4 = 0,6
dimana nilai t Z 2adalah nilai tunda waktu kerja zona 2 dari rele jarak, sehingga
TMS pada rele arus lebih di-setting sedemikan rupa agar bekerja pada 0,8 detik
ketika terjadi gangguan.

4.2 Setting Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Pada Masing-
Masing Feeder
Untuk menentukan setting zona proteksi dan waktu pada rele jarak,
diperlukan nilai impedansi penghantar dimana rele dipasang. Setelah diketahui

50
nilai impedansinya, dengan menggunakan persamaan 2.1, 2.2 dan 2.4 dapat
ditentukan nilai setting untuk rele jarak. Sementara untuk menentukan setting
Time Multiplier Setting (TMS) dan arus setting pada rele arus lebih, diperlukan
nilai arus gangguan minimum yang mengalir pada penghantar saluran transmisi di
tempat rele arus lebih dipasang. Setelah diketahui, dengan menggunakan
persamaan 2.8 rele arus lebih dapat di-setting. Adapun setting rele jarak untuk
saluran transmisi Powerplant – Pedada dapat dilihat sebagai berikut.
R powerplant −Pedada = 0,1833 Ω/km
X powerplant −Pedada = j 0,4928 Ω/km
Z powerplant −Pedada =0,1833+ j0,4928 = 0,5258 ∠69,60 ⁰ Ω/km

Rasio CT/VT = (CT rasio / VT rasio)

= (400/5) / (66400/115) = 0,1386

Zona 1 = 0,8 x L1 x Z x rasio CT/VT


¿ 0,8 x 24,7 x 0,5258∠ 69,6 ° x 0,1386
= 1,44 ∠ 69,60 ⁰ Ω
Zona 2 = 1,2 x L1 x Z x rasio CT/VT

= (1,2 x 24,7) x 0,5258∠69,6° x 0,1386

= 2,16 ∠ 69,60 ⁰ Ω

Sehingga diperoleh nilai zona 1 dengan waktu kerja 0 s, zona 2 dengan


waktu kerja 0,2 s. Sementara untuk setting OCR Standard Inverse untuk saluran
transmisi Powerplant - Pedada dapat dilihat sebagai berikut.
α =0,02 ; β=0,14
I f =1666,666 kA
I set =180,833 A
Berdasarkan rumus, maka nilai t dapat dihitung sebagai berikut :
t OCR=t Z2 +CDT
t OCR=t Z2 +0,4 s
= 0,2 +0,4 s = 0,6 s.
Maka nilai TMS nya adalah :

51
TMS = ¿
Sehingga diperoleh nilai TMS untuk rele arus lebih sebesar 0,208 dan
untuk waktu kerjanya adalah 0,6 detik.
Untuk lebih jelasnya, setting impedansi dan setting waktu untuk rele jarak
serta setting TMS untuk rele arus lebih untuk saluran transmisi yang lainnya dapat
dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1 Setting Rele Jarak
Tunda Waktu
Lokasi Proteksi Zona Impedansi Jangkauan (Ω)
(s)
Zona 1 1,44 0
PP - Pedada Zona 2 2,31 0,2
Zona 3 - -
Zona 1 3,7 0
PP –
Zona 2 5,55 0,2
Beruk/Zamrud
Zona 3 11,1 0,6
Zona 1 0,5 0
PP - Pusaka Zona 2 0,8 0,2
Zona 3 - -

Tabel 4.2 Setting Rele Arus Lebih


Lokasi Setting TMS t(s)
PP – Pedada 0,208 0,6
PP – Beruk/Zamrud 0,186 0,6
PP - Pusaka 0,29 0,6

4.3 Simulasi dan Analisis Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih
Pada Masing-masing Feeder
Menurut Emshoff dan Simun (1970) simulasi adalah sebagai suatu model
sistem dimana komponennya dipresentasikan oleh professor-profesor aritmatika
dan logika yang dijalankan komputer untuk memperkirakan sifat-sifat dinamis
tersebut. Software simulasi yang digunakan sebagai validasi pada penelitian ini

52
adalah software DigSILENT PowerFactory 15.1.7. Langkah-langkah membuat
simulasi pada software DigSILENT PowerFactory 15.1.7.

4.3.1 Memulai DigSILENT PowerFactory 15.1.7


Langkah-langkah dalam tahap memulai simulai dalam software
DigSILENT adalah sebagai berikut :
1. Pertama-tama yang harus dilakukan sebelum menggunakan aplikasi
DigSILENT PowerFactory adalah membuka aplikasi DigSILENT
PowerFactory yang telah diinstall pada PC, kemudian melakukan double
klik pada shortcut ikon PowerFactory.

Gambar 4.2 shortcut icon DigSILENT PowerFactory pada PC


2. Maka akan muncul tampilan seperti pada gambar berikut. Selanjutnya klik
Close. Setelah itu lalu hilangkan centang (√) pada Show at Startup, lalu
Close seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Tampilan Software Sebelum Ke Tampilan Utama

53
3. Berikut tampilan awal/lembar kerja dari sebuah DigSILENT
PowerFactory

Gambar 4.4 Tampilan Utama Pada Software DigSILENT PowerFactory

4.3.2 Membuat Program Baru di DigSILENT PowerFactory


Langkah-langkah dalam membuat program baru adalah sebagai berikut :
1. Membuat lembar kerja baru pada DigSILENT PowerFactory dengan
mengklik File > New > Project yang dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Membuat Lembar Kerja Baru


2. Menuliskan nama dari sebuah proyek yang ingin dibuat pada kolom Name
sesuai dengan keinginan. Lalu klik OK seperta Gambar 4.6.

54
Gambar 4.6 Penamaan Proyek Pada Kolom Name
3. Setelah itu menuliskan nama dari sebuah grid dengan mengisi kolom
Name dengan tulisan “Grid ” dan kolom Nominal Frequecy dengan tulisan
“50” Hz. Lalu klik OK seperti Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Penamaan dan Nominal Frekuensi Grid

4.3.3 Membuat Rangkaian Simulasi DigSILENT PowerFactory


Langkah-langkah dalam membuat rangkaian simulasi adalah sebagai
berikut :
1. Berikut tampilan lembar kerja baru dari proyek DigSILENT PowerFactory
yang telah dibuat, dapat dilihat pada Gambar 4.8.

55
Gambar 4.8 Tampilan Lembar Kerja Baru
2. Sebelum membuat rangkaian, kita dapat mengubah tegangan menjadi 13,8
kV seperti pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Pengisian Nilai Tegangan pada Software DigSILENT


3. Dalam membuat rangkaian, langkah awal yang dilakukan adalah membuat
busbar tunggal dengan mengklik ikon Single Busbar seperti Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Memasukkan Busbar Dalam Lembar Kerja


4. Melakukan langkah sebelumnya untuk memasukkan busbar ke lembar
kerja sebanyak yang diperlukan.

56
5. Mengklik dua kali pada busbar, maka akan muncul kotak dialog seperti
pada Gambar 4.11. Kemudian mengubah tegangan Line-Line menjadi 13,8
kV Lakukan kembali langkah ini pada busbar yang lain.

Gambar 4.11 Memasukkan Data Busbar Dalam Lembar Kerja


6. Hal yang sama juga dilakukan terhadap komponen-komponen yang
dibutuhkan untuk mensimulasikan penelitian sesuai dengan data yang
didapatkan.
7. Setelah semua komponen telah dimasukkan dan di atur nilai masing-
masingnya sesuai dengan data yang telah didapatkan dan dihitung maka
rangkaian simulasi telah selesai. Untuk gambar rangkaian simulasi dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

4.4.1 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder Pedada
Simulasi hubung singkat pada saluran feeder Pedada dengan memasukkan
nilai yang telah dihitung yang terdapat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 kedalam
software DigSILENT.
Grafik hubung singkat rele jarak pada feeder Pedada dapat dilihat pada
gambar 4.12.

57
Gambar 4.12 Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Pedada
Dari gambar diatas didapatkan bahwa impedansi pada fasa A sebesar
2,222 Ohm, sehingga zona 2 rele jarak bekerja dengan waktu 0,03 s.
Grafik hubung singkat rele arus lebih pada Feeder Pedada dapat dilihat
pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Pada Feeder Pedada
Rele arus lebih juga bekerja pada waktu 0,6 detik ketika terjadi gangguan.
Rele arus lebih yang digunakan adalah rele arus lebih tipe IDMT dan di-setting
agar waktu trip maksimumnya adalah 0,6 detik, sehingga jika arus gangguan
terjadi semakin mengecil dan melebihi setelan arus kerja relenya, maka rele akan
tetap bekerja pada waktu 0,6 detik.

58
Tabel 4.3 Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Feeder Pedada
Koordinasi Rele
Rele Jarak Rele Arus Lebih
Tripping Time (s) 0,03 0,6

Koordinasi rele jarak dan rele arus lebih terlihat dari waktu kerja rele
dimana rele jarak sebagai pengaman utama bekerja dengan waktu 0,03s hampir
mendekati 0s, lalu rele arus lebih sebagai pengaman cadangan bekerja dengan
waktu 0,6s. Dari waktu kerja masing masing rele maka disimpulkan bahwa urutan
kerja sistem proteksi sudah sesuai dengan urutannya.

4.4.2 Simulasi dan Analisis Hubung Singkat Pada Saluran Feeder


Beruk/Zamrud
Simulasi hubung singkat pada saluran feeder Beruk/Zamrud dengan
memasukkan nilai yang telah dihitung yang terdapat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2
kedalam software DigSILENT. Grafik hubung singkat rele jarak dan rele arus
lebih pada feeder Beruk/Zamrud dapat dilihat pada Gambar 4.14 dan Gambar
4.15.

Gambar 4.14 Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Beruk/Zamrud


Dari gambar diatas didapatkan bahwa impedansi pada fasa A sebesar
2,222 Ohm, sehingga zona 1 rele jarak bekerja dengan waktu 0,03 s.

59
Gambar 4.15 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Pada Feeder
Beruk/Zamrud
Rele arus lebih bekerja pada waktu 0,6 detik ketika terjadi gangguan. Rele
arus lebih yang digunakan adalah rele arus lebih tipe IDMT dan di-setting agar
waktu trip maksimumnya adalah 0,6 detik, sehingga jika arus gangguan terjadi,
maka rele akan tetap bekerja pada waktu 0,6 detik.
Tabel 4.4 Koordinasi Rele Jarak dan Rele Arus Lebih Feeder
Beruk/Zamrud
Koordinasi Rele
Rele Jarak Rele Arus Lebih
Tripping Time (s) 0,03 0,6

Koordinasi rele jarak dan rele arus lebih terlihat dari waktu kerja rele
dimana rele jarak sebagai pengaman utama bekerja dengan waktu 0,03s hampir
mendekati 0s, lalu rele arus lebih sebagai pengaman cadangan bekerja dengan
waktu 0,6s. Dari waktu kerja masing masing rele maka disimpulkan bahwa urutan
kerja sistem proteksi sudah sesuai dengan urutannya.

4.4.3 Simulasi Dan Analisis Hubung Singkat Kondisi Existing Pada Saluran
Feeder Pedada
Pada kondisi existing, rele arus lebih menjadi pengaman utama dan rele
jarak sebagai pengaman cadangan. Kondisi existing ini tidak sesuai urutan sistem

60
proteksi. Hal ini disebabkan karena commissioning untuk rele jarak masih
outstanding.
Simulasi rele jarak pada kondisi existing dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi Existing
Pada Feeder Pedada
Pada kondisi existing di feeder pedada yang bekerja dengan waktu kerja
0,4 s dapat dilihat dari grafik bahwa terdapat grafik yang menyilang atau
bertabrakan, dimana kondisi tersebut rele arus lebih bekerja secara tidak optimal.

4.4.4 Simulasi Dan Analisis Hubung Singkat Kondisi Existing Pada Saluran
Feeder Beruk/ Zamrud
Kondisi existing pada feeder Beruk/Zamrud juga mengalami hal yang
sama dengan kondisi existing pada feeder Pedada. Dimana rele arus lebih yang
bekerja pada waktu kerja 0,4 s tidak bekerja optimal dengan grafik yang
bertabrakan atau menyilang. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.17.

61
Gambar 4.17 Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi Existing Pada
Feeder Beruk/Zamrud
Dengan kondisi existing rele jarak yang masih outstanding dalam
commissioning dan rele arus lebih yang bekerja kurang optimal sehingga perlu
dilakukannya perbaikan dengan me-ressting nilai pada masing masing rele agar
sistem proteksi dapat bekerja sesuai urutannya.

62
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada kondisi existing, PT. BOB mengunakan rele arus lebih sebagai
pengaman utamanya dan rele jarak sebagai pengaman cadangan karena
commissioning untuk rele jarak masih outstanding. Oleh karena itu,
akibatnya koordinasi rele jarak dan rele arus lebih belum berjalan sesuai
urutan sistem proteksi.
2. Waktu kerja rele jarak dan rele arus lebih pada setiap jaringan transmisi
yang terhubung dengan Powerplant adalah pada zona 1 rele jarak bekerja
dengan waktu kerja 0 s, pada zona 2 rele jarak bekerja dengan waktu kerja
0,2 s dan pada zona 3 ( feeder Beruk/Zamrud) rele jarak bekerja dengan
waktu kerja 0,6 s. Sedangkan untuk rele arus lebihnya pada semua feeder
bekerja dengan waktu kerja 0,6 s.
3. Koordinasi kerja antara rele jarak dan rele arus lebih telah didapatkan
dengan urutan kerjanya apabila terjadi gangguan pada titik 0% sampai
80% pada zona 1 rele jarak akan bekerja. Apabila zona 1 gagal bekerja,
maka zona 2 rele jarak akan bekerja. Jika rele jarak pada zona 2 juga gagal
bekerja, maka rele arus lebih yang akan bekerja. Namun jika rele arus
lebih juga gagal bekerja, maka rele jarak pada zona 3 yang akan bekerja
(terkhusus pada feeder Beruk/Zamrud). Ketika terjadi gangguan di atas
80%, maka zona 1 tidak bekerja melainkan zona 2, rele arus lebih dan
zona 3.
4. Perbandingan antara kooordinasi existing dengan koordinasi setelah
dilakukannya resetting melalui software DigSILENT didapatkan bahwa
setelah dilakukannya resetting koordinasi rele jarak dan rele arus dapat
berjalan secara berurutan dengan rele jarak sebagai pengaman utama dan
rele arus lebih sebagai pengaman cadangan.

63
5.2 Saran
Penelitian yang dilakukan penulis tidak terlepas dari ketidaksempurnaan,
apabila melakukan penelitian yang merujuk pada penelitian ini, maka saran yang
dapat penulis berikan yaitu disarankan untuk melakukan penelitian dengan sistem
jaringan yang berbeda dengan penelitian ini.

64
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, S. J. (2005). Electric Machinery Fundamentals (Fourth). ,New York,


Copyright@2005: McGraw-Hill Company. Retrieved from
WWW.mhhle.Com
Hakimi, M. K. (2016). Protection Coordination of Directional Overcurrent
Relays for Meshed Distribution Systems With Distributed.Tugas Akhir
Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
International, C., & Commission, E. (1992). IEC 60255 Corrigendum 1 Single
input energizing quantity measuring relays with dependent or independent
time, 3(September).
Karyana. (2013). Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu
Induk Jawa Bali, Edisi Pertama. PT. PLN,. Jakarta.
Liman, K. rabana E. A. Manual Book 1 Powerplant BOB PT.Bumi Siak Pusako
Pertamina Hulu, 2014.
Power, C., & Committee, S. (1991). IEEE Recommended Practice for Protection
and Coordination of Industrial and Commercial Power Systems (Vol. 1986).
Pradonggo. A., Atmam, & Situmeang, U. (2017). Studi Perencanaan Setting Rele
Proteksi Pada Saluran Transmisi 150 kV Pada Gardu Induk (Gi) Pasir Putih
PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi Pekanbaru, 1(2). Pekanbaru.
Standar Nasional Indonesia, B. S. N. (2011). Persyaratan Umum Instalasi Listrik
2011 (PUIL 2011). DirJen Ketenagalistrikan, 2011(PUIL), 1–133.
Tasiam, F.J. (2017). Proteksi Sistem Tenaga Listrik, Teknosain., Yogyakarta.

65
LAMPIRAN

66
Trip Time Coordination Basic Scheme

67
Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Pedada

Grafik Hubung Singkat Rele Rele Arus Lebih Feeder Pedada

68
Grafik Hubung Singkat Rele Jarak Feeder Beruk/Zamrud

Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Pada Feeder Beruk/Zamrud

69
Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi Existing Pada Feeder Pedada

70
Grafik Hubung Singkat Rele Arus Lebih Kondisi Existing Pada Feeder
Beruk/Zamrud

71

Anda mungkin juga menyukai