Anda di halaman 1dari 79

RANCANG BANGUN MEJA DAN KURSI KAFE BERBAHAN DASAR

AKAR JATI DENGAN AKSESORIS KACA, PAYUNG SERTA FINISHING


CAT MENGGUNAKAN METODE Quality Function Deployment (QFD)

PROPOSAL

OLEH :

DENI ARI SETIAWAN


NPM : 13322010

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2017
RANCANG BANGUN MEJA DAN KURSI KAFÉ BERBAHAN DASAR
AKAR JATI DENGAN AKSESORIS KACA, PAYUNG SERTA FINISHING
CAT MENGGUNAKAN METODE Quality Function Deployment (QFD)

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh


Gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik
Universitas Wijaya Putra Surabaya

Oleh :

DENI ARI SETIAWAN


NPM : 13322010

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2017

i
HALAMAN PERSETUJUAN

NAMA : Deni Ari Setiawan


NPM : 13322010
FAKULTAS : Teknik
JUDUL : Rancang bangun meja dan kursi kafe berbahan dasar akar jati dengan
aksesoris kaca, payung serta finishing cat menggunakan metode Quality Function
Diployment (QFD).

Surabaya, 31 Januari 2017


Mengetahui, Disetujui oleh:
Dekan Fakultas Teknik Dosen Pembimbing

Slamet Riyadi.ST.,MT, Onny Purnamayudhia.ST,SE,MM.


NIDN : 07119117101 NIDN : 0714057903

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disetujui oleh tim penguji skripsi serta dinyatakan LULUS , dengan
demikian tugas akhir ini sah untuk melengkapi syarat – syarat mencapai gelar sarjana teknik
pada PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA,
Kepada :
Nama : Deni Ari Setiawan
NPM : 13322010
JUDUL : Rancang bangun meja dan kursi kafe berbahan dasar akar jati dengan aksesoris
kaca, payung serta finishing cat menggunakan metode pendekatan Quality Function
Deployment (QFD).

DEWAN PENGUJI TUGAS AKHIR


Ketua : Slamet Riyadi.ST.,MT, ( )
NIDN : 07119117101

Anggota 1 : Ong Andre Wahyu R.ST.,MT, ( )


NIDN : 0005047201

Surabaya, 31 Januari 2017


Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Teknik Industri

Slamet Riyadi.ST.,MT, Ong Andre Wahyu R.ST.,MT,


NIDN : 07119117101 NIDN : 0005047201

PERNYATAAN

iii
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Surabaya, 31 Januari 2017

Deni Ari Setiawan


NPM : 13322010

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan karunia, Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini untuk memenuhi persyaratan
mencapai derajat sarjana S1.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak, sehingga penyusunan tugas akhir ini berjalan dengan lancar. Dalam
kesempatan kali ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H.Budi Endarto, SH, M.Hum, selaku rektor Universitas Wijaya Putra Surabaya
yang telah memberikan kesempatan menempuh pendidikan di Universitas Wijaya
Putra Surabaya.
2. Bapak Slamet Riyadi, ST.,MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra
Surabaya.
3. Bapak Onny Purnamayudhia,ST,SE,MM. selaku dosen pembimbing tugas akhir ini.
4. Bapak-ibu dosen yang telah bersedia memberikan masukan berupa kritik dan saran
serta guna tentang tugas akhir ini.
5. Ayahanda dan ibunda tercinta beserta seluruh keluarga dan kerabat yang telah
memberikan dukungan dan doanya.
6. Teman-teman seperjuangan Teknik Industri, terima kasih atas dukungan dan
bantuannya.
7. Partner tugas akhir ini yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas.
8. Dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Komentar dan saran bagi perbaikan untuk penulisan yang akan datang sangat
penulis harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, 31 Januari 2017

Penulis

v
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR
Nama :
Program Studi :
NPM :
Telp :
Alamat :
Judul tugas akhir :
Tanda Tangan
Konsultasi Bab Hari
URAIAN /MATERI BIMBINGAN Dosen
Ke Halaman Tanggal Pembimbing

10

11

12

13

14

Surabaya, 31 Januari 2017


Mengetahui Dosen pembimbing
Ketua Program Studi

vi
Ong Andre Wahyu,ST.,MT Onny Purnamayudhia ST,SE,MM.

Keterangan:
Setiap konsultasi kartu ini harap dibawa dan di tanda tangani oleh Dosen Pembimbing.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ............................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... v

LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR .............................................................................. vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ ix

ABSTRAK .......................................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1


1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 4

2.1 Kajian Pustaka......................................................................................................... 4


2.2 Landasan Teori........................................................................................................ 5
2.2.1 Desain ........................................................................................................... 5
2.2.2 Kayu Jati......................................................................................................... 7
2.2.2.1 Pohon ................................................................................................ 7
vii
2.2.2.2 Warna kayu........................................................................................
2.2.2.3 Densitas ............................................................................................
2.2.2.4 Keawetan ..........................................................................................
2.2.2.5 Pengeringan ......................................................................................
2.2.2.6 Proses Mesin & Kontruksi .................................................................
2.2.2.7 Sertifikasi ..........................................................................................
2.2.3 Kaca
2.2.4 Payung
2.2.5 Kualitas
2.2.6 Quality Function Deployment (QFD)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Skema Metodologi Penelitian
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.3 Material Produk
3.4 Alat
3.5 Keselamatan Kerja
3.6 Biaya Operasional

viii
DAFTAR TABEL

3.8 Tabel biaya operasional

ix
TABEL GAMBAR

x
Rancang bangun meja dan kursi kafe berbahan dasar akar jati dengan aksesoris kaca,
payung serta menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD).

Deni Ari Setiawan dan Onny Purnamayudhia ST,SE,MM.

Universitas Wijaya Putra

Fakultas Teknik – Program Studi Teknik Industri.

Abstrak

Produk yang menjadi rancangan pada penelitian ini adalah “meja dan kursi kafe dari akar
kayun jati Grobogan” yang mengusung tema eksterior dengan bahan dasar akar kayu jati.
Kayu jati sendiri sangat tidak asing di telinga kalangan menengah ke atas maupun menengah
kebawah untuk di sulap menjadi berbagai macam desain furnitur dari meja, kayu, ataupun
lemari pada rumah tangga dan berbagai fungsi lainnya. Disamping memanfaatkan sisa
pemotongan pohon jati yang dilakukan di dusun Grobogan Kecamatan Sumberboto,
Jombang. Banyak furnitur dari bahan kayu jati yang di jadikan sebagai penambah nilai
artistik kafe atau taman, tapi tidak banyak pemilik kafe yang melihat bahwa ada yang lebih
indah nilai seninya dari kayu, yaitu akar (bonggol) kayu jati tersebut. Kami juga
memanfaatkan nilai seni dari Akar kayu jati tersebut dengan membuat produk “Meja dan
kursi kafe dari akar kayu jati Grobogan” dengan ditambahkan berbagai fitur lainnya yaitu
lampu LED dan stop kontak. Jadi tingkat kenyamanan dan kebutuhan pengguna akan meja
dan kursi ini akan terpenuhi dengan adanya stop kontak dan lampu penerangan yang
artistik. Pembuatan desain produk meja kafe ini dimulai dengan mengidentifikasi meja kafe
yang sudah ada di kampus Universitas Wijaya Putra. Penelitian yang digunakan adalah

xi
penelitian Quality Function Deployment (QFD).

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan metode observasi,


wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan.

Kata kunci :Kerajinan, akar kayu jati, desain, kafe

xii
BAB I

Pendahuluan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pesatnya pembangunan di Indonesia, seperti prasarana umum,


perindustrian ,perkantoran dan perumahan menyebabkan tingkat permintaan terhadap
furnitur meningkat. Sehingga perlu sebuah inovasi dalam perancangan furniture supaya
dapat diterima masyarakat. Salah satunya yakni Meja dan kursi kafe berbahan dasar akar
kayu jati ini .

Meja dan kursi akar jati ini dirancang dengan minimalis dan menampilkan kesan alami
yang membuat kita kembali ke alam karena adanya hiasan yang menyerupai topography
alam / bentang alam. Rancang bangun meja dan kursi akar jati ini dikhususkan untuk
perabotan kafe dan pertamanan yang memiliki nilai estetika dan nilai jual tinggi.

Jadi dengan adanya produk ini bisa menambah daya Tarik kafe dan taman kota
khususnya taman dan kafe Universitas Wijaya Putra Surabaya. Luas yang diperlukan oleh
meja ini adalah 3m² cocok untuk kafe dan taman kota.

Sementara itu pada saat ini sudah banyak perabotan atau perlengkapan kafe dan
taman berbahan dasar besi, plastic dan lain sebagainya yang kurang menarik dan kurang
eksotis.

Dalam hal ini perlu design meja dan kursi yang tidak hanya sebagai tempat duduk dan
meja makan biasa. Melainkan sebagai tempat bercengkrama yang aman dan nyaman,
serta memiliki nilai eksotik.

Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah penelitian Quality
Function Deployment (QFD). Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah
menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan.

13
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan proposal ini adalah rancang
bangun meja dan kursi kafe berbahan dasar akar jati dengan aksesoris kaca dan payung
menggunakan metode quality function deployment (QFD).

1.3 Batasan Masalah


1. Produk yang digunakan adalah meja dan kursi akar kayu jati.
2. Metode yang digunakan yaitu metode quality function deployment (QFD).
3. Software yang digunakan dalam merancang dan mendesain produk ini yaitu
Solidwork 2015 dan SPSS.
1.4 Tujuan Penelitian
Mendesain Meja dan kayu berbahan dasar akar kayu jati yang aman dan nyaman
untuk lokasi yang sempit dan terbatas dirumah dan perkantoran dengan biaya yang
terjangkau .

Berdasarkan permasalahan diatas maka disimpulkan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Membuat produk dari akar pohon jati


2. Membantu mahasiswa untuk lebih menghargai karya-karya dan alat desain
yang dimiliki
3. Menciptakan suasana kafe yang alami dan membuat kita kembali ke alam.
1.5 Manfaat penelitian
Hasil dari pembuatan produk ini adalah agar para pengunjung kafe merasa
nyaman dan ingin kembali lagi keesokan harinya karena suasana dan tampilan alam
yang sangat kental pada furniture yang digunakan.
Manfaat dari rancangan meja dan kursi ini adalah:
1. Menciptakan suasana yang nyaman di kafe maupun di taman.
2. Mendapatkan daya tarik dari produk yang digunakan karena beda dengan meja
dan kursi kafe atau pun taman lainnya.

14
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan tugas akhir ini, dibagi ke dalam kebeberapa bab, yaitu:

BAB I. PENDAHULUAN

Terdiri atas pendahuluan yang berisikan latar belakang permasalahan yang


dibahas, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, manfaat, serta sistematika
penulisan laporan tugas akhir ini.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Mengemukakan beberapa teori penunjang yang dipakai sebagai dasar pengerjaan


laporan dan perencanaan alat, antara lain mengenai system perakitan, serta komponen-
komponen yang digunakan untuk pembuatan meja dan kursi kafe berbahan dasar akar
kayu jati ini.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Diuraikan tentang metodologi pengerjaan tugas akhir. Meliputi metode


perencanaan dan perancangan dari system alat bantu rancang bangun. Disamping itu
dibahas tentang metode analisa dan pengujian yang dilakukan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan meja serta kursi berbahan dasar
akar pohon jati melalui metode pendekatan deskriptif kualitatif.

BAB V. PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas serta


memberikan saran yang manfaat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

15
Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis pemecahan masalah
maupun hasil pengumpulan data serta saran-saran perbaikan atas permasalahan yang
dibahas.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN PUSTAKA

Industri kecil boleh dikatakan sebagai salah satu solusi masyarakat untuk tetap
bertahan dalam menghadapi krisis melalui pelibatan diri dalam aktivitas ekonomi
terutama usaha yang berkarakteristik informal (Nasikh, 2001:50). Menurunnya
pendapatan masyarakat tentu saja dapat mengurangi daya beli terhadap produk-produk
yang sebelumnya banyak di suplai oleh usaha berskala besar. Bukan tidak mungkin
produk-produk industri kecil justru menjadi substitusi bagi produk-produk usaha besar
yang mengalami kebangkrutan atau setidaknya masa masa sulit akibat krisis ekonomi.
Dengan demikian, kecenderungan tersebut merupakan respons terhadap merosotnya
daya beli masyarakat (Nasikh, 2005:940). Perkembangan industri kecil mebel di Pasuruan
selama ini masih tetap eksis walaupun terjadi krisis ekonomi global. Pengembangan
industri kecil mebel kayu jati di Pasuruan lebih diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan usaha. Kondisi saat ini, industri kecil mebel kayu jati Pasuruan masih
mengalami kendala, terutama kendala kelangkaan bahan baku kayu jati. Hal ini
disebabkan adanya pelarangan yang begitu ketat tentang illegal logging sehingga
pengrajin mebel sulit mendapatkan bahan baku ini. Kendala utama ini mulai diantisipasi
oleh Pemkab dan Pemkot Pasuruan melalui Manajemen Hutan Berbasis Masyarakat yang
sudah dimulai sejak tahun 2001. Selain itu, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh
industri kecil mebel antara lain: pemanfaatan teknologi yang masih kurang, kualitas
sumber daya manusia, permodalan dan pemasaran.

17
2.2 LANDASAN TEORI

2.2.1 DESAIN

Desain adalah suatu kegiatan manusia untuk menciptakan lingkungan dan khasanah
perbendaan buatan yang diolah dari alam. Didalam perkembangannya pengertian desain
ditafsirkan oleh berbagai kelompok dan beberapa pengertian yang perlu dicatat adalah :

a. Desain adalah keterampilan, pengetahuan dan medan pengalaman manusia yang


tercermin dalam apresiasi serta penyesuaian hidup terhadap kebutuhan spiritualnya
(Analagous with humanities, science).

b. Desain adalah kegiatan kreatif yang membawa pembaruan (Reswick,l965). Pengertian


desain menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pengertian desain adalah
rancamgan, sedangkan arti desain menurut professor Bruce Archer (1977) yaitu :

" Design is the area human experience, skill and knowledge that reflects man's concern
with the appreciation and adaptation of his surounding in the light of his material and
spiritual needs. In particular, it relates with configuration, Composition, meaning,
value, and purpose in man-made fen omena".

Dari pengertian diatas jelaslah bahwa desain itu adalah bidang keterampilan,
pengetahuan dan pengalaman manusia yang mencerminkan keterikatannya dengan

apresiasi dan adaptasi lingkungannya ditinjau dari kebutuhan-kebutuhan kerohanian dan


kebendaannya. Secara khusus desain dikaitkan dengan konfigurasi, komposisi, arti, nilai
dan tujuan dari fenomena buatan manusia, sedangkan menurut Imam Buchari Zainuddin
seorang desainer indonesia, berpendapat bahwa :

"Desain adalah mencari mutu yang lebih baik, mutu material, teknis, performansi, bentuk
dan semuanya baik secara bagian maupun keseluruhan"

Salah satu software yang digunakan dalam pembuatan furniture meja kursi kafe adalah

18
SOLIDWORKS.

SOLIDWORKS adalah salah satu CAD software yang dibuat oleh DASSAULT SYSTEMES
digunakan untuk merancang part furniture atau susunan part furniture yang berupa
assembling dengan tampilan 3D untuk merepresentasikan part sebelum real part nya
dibuat atau tampilan 2D (drawing ) untuk gambar proses pembuatan furniture.
SolidWorks diperkenalkan pada tahun 1995 sebagai pesaing untuk program CAD seperti
Pro / ENGINEER, NX Siemens, I-Deas, Unigraphics, Autodesk Inventor, Autodeks AutoCAD
dan CATIA. dengan harga yang lebih murah. SolidWorks Corporation didirikan pada tahun
1993 oleh Jon Hirschtick, dengan merekrut tim insinyur untuk membangun sebuah
perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak CAD 3D, dengan kantor pusatnya di
Concord, Massachusetts, dan merilis produk pertama, SolidWorks 95, pada tahun 1995.

Tampilan SolidWorks

Tampilan software SolidWork tidak jauh berbeda dengan software – software lain yang
berjalan diatas windows, jadi saya rasa tidak ada yang akan merasa aneh dengan tampilan
dari SolidWorks. gambar dibawah merupakan tampilan awal dari SolidWorks.

Templates SolidWorks

SolidWorks menyediakan 3 templates utama yaitu:

1. Part
Adalah sebuah object 3D yang terbentuk dari feature – feature. Sebuah part bisa
menjadi sebuah komponen pada suatu assembly, dan juga bisa digambarkan
dalam bentukan 2D pada sebuah drawing. Feature adalah bentukan dan operasi –
operasi yang membentuk part. Base feature merupakan feature yang pertama kali
dibuat. Extension file untuk part SolidWorks adalah .SLDPRT.
2. Assembly Adalah sebuah document dimana parts, feature dan assembly lain (Sub
Assembly) dipasangkan/ disatukan bersama. Extension file untuk SolidWorks
19
Assembly adalah .SLDASM.
3. Drawing Adalah tempates yang digunakan untuk membuat gambar kerja 2D/2D
engineering Drawing dari single component ( part ) mauun Assembly yang sudah
kita buat. Extension file Untuk SolidWorks Drawing adalah .SLDDRW.
2.2.2 KAYU JATI

Kayu Jati atau biasa disebut dengan Tectona Grandis masih family dari Verbenaceae.
Karakteristik dari kayu jati yang paling dikenal orang adalah karena keawetannya dan
daya tahannya terhadap perubahan cuaca dibandingkan dengan jenis kayu lain. Selain itu
pula karakter serat dan warnanya memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itulah harga
kayu jati lebih mahal.

Gambar 1. Tekstur kayu jati

2.2.2.1 Pohon
Tinggi pohon bisa mencapai 50 meter dengan Ø hingga 1,2 meter. Umur pohon jati yang
ideal untuk mendapatkan kualitas terbaik adalah di atas 40 tahun. Kecepatan tumbuh
pohon jati relatif lambat sehingga densitas kayunya pun lebih baik. Untuk memperoleh Ø
40 cm dibutuhkan minimal 50 tahun masa tumbuh.

2.2.2.2 Warna Kayu

Coklat dan emas warna gelap pada kayu terasnya. Bagian kayu gubal berwarna krem atau
bahkan putih kecoklatan. Pada beberapa jenis kayu jati terdapat warna kemerahan pada

20
saat baru saja dibelah. Setelah beberapa lama di letakkan di udara terbuka dan terutama
di bawah sinar matahari, warna tersebut akan berubah coklat muda.

2.2.2.3 Densitas

pada level MC rata-rata 12%, densitas kayu jati berada pada kisaran 700 - 930 kg/m3.

2.2.2.4 Keawetan

Kayu Jati tergolong pada kayu dengan kelas awet I. Memiliki daya tahan yang kuat
terhadap jamur, busuk karena udara lembab atau serangan serangga. Kayu Jati juga
memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan suhu.
Dengan karakteristik khusus yang dimiliki kayu jati yaitu kandungan minyak pada kayu Jati
membuat kekuatan Jati lebih baik dari jenis kayu yang lain.
2.2.2.5 Pengeringan

Beberapa manufaktur menggunakan cara pengeringan yang sedikit berbeda pada kayu
jati. Jika biasanya pada bentuk papan lembaran biasa masuk ke ruang pengering, mereka
melakukan dengan cara membentuk kayu menjadi komponen setengah jati ke dalam
ruang pengeringan. Disisakan sepersekian milimeter untuk proses amplas setelah
pengeringan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan kayu jati adalah sekitar 14-25
hari dengan temperature maksimum 80 derajat Celcius.

2.2.2.6 Proses Mesin & Konstruksi

Susunan serat kayu Jati yang kecil memudahkan proses mesin dengan hasil yang halus
dan rata. Bisa dihasilkan kepala kayu yang halus pada saat proses pemotongan melawan
arah serat. Karena kelebihan kayu Jati dari warna serat dan kelas awetnya, sebagian besar
produsen furniture atau pemakai kayu jati tidak melapiskan bahan finishing karena
lapisan minyak/lilin alaminya sudah merupakan bahan pengawet.

2.2.2.7 Sertifikasi
21
Saat ini konsumen (terutama di Eropa & Amerika) menuntut adanya sertifikasi pada
seluruh produk furniture dari kayu Jati. Di Indonesia kayu jati hanya bisa diperoleh/dibeli
dari Perum Perhutani, sebagai instansi pemerintah yang berkuasa penuh untuk
perawatan dan pengawasan distribusi kayu jati di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
(http://www.tentangkayu.com/2008/12/kayu-jati-tectona-grandis.html)

2.2.3 KACA

Kaca adalah salah satu elemen penting dalam sebuah rumah dan bagunan baik rumah
tinggal, pertokoan, gedung bertingkat tinggi maupun rendah. Fungsi kaca sendiri selain
untuk pencahayaan alami, juga bisa sebagai pembatas ruang luar maupun dalam dan juga
digunakan sebagai fungsi estetika bangunan.

Untuk jenisnya kaca sebenarnya bermacam-macam jenisnya yang dapat digunakan untuk
bangunan maupun rumah tinggal. Namun lebih dikenal di masyarakat hanya sebatas kaca
bening, kaca rayben dan kaca cermin.

Ada pun jenis kaca yang digunakan pada produk ini yaitu :

2.2.3.1 Kaca Bening / clear

Gambar 2. Jenis Kaca Bening

Kaca ini juga sering disebut dengan kaca polos atau dalam istilah teknisnya adalah float
glass. Kaca ini tidak berwarna, memiliki permukaan yang sangat bersih, rata dan bebas
distorsi. Karena sifat kacanya yang tidak berwarna, jenis kaca ini memberikan tingkat
transmisi yang tinggi (lebih dari 90%) serta memberikan bayangan yang sempurna. Kaca
22
ini banyak digunakan untuk eksterior maupun interior bangunan, baik rumah tinggal
maupun gedung bertingkat. Namun kaca ini tidak direkomendasikan untuk ektserior
bangunan bertingkat karena kemampuan menahan panas matahari yang rendah.
Kaca ini juga dapat digunakan untuk perabot rumah tangga, misalnya lemari, table top,
dinding dekorasi, akuarium dan sebagainya. Ketebalan kaca ini bervariasi, yang umum
dipakai mulai dari 5mm, 6mm, atau 8mm. Pemilihan ketebalan kaca disesuaikan dengan
bentang kaca yang akan dipasang. Untuk rumah tinggal dan interior gedung, biasanya
digunakan kaca tebal 5mm, 6mm atau 8mm tergantung bentangnya.
(http://media.rooang.com/2015/01/6-jenis-kaca-untuk-rumah-yang-perlu-diketahui/)

2.2.4 PAYUNG

Payung Taman

Gambar 3. payung taman dengan meja dan kursi kayu jati

Meja payung taman adalah furniture meja dan kursi yang dilengkapi dengan payung
sebagai pelindung dari panas matahari atau hujan. Payung diletakkan di tengah meja atau
didirikan terpisah di samping meja. Bentuk atau model payung taman sangat beragam.
Ada model payung lawa, model dengan sayap dan tanpa sayap. Kain payung taman pun
dapat terdiri dari banyak warna sesuai yang diinginkan. Rangka payung taman terbuat

23
dari bahan yang kuat tapi ringan, contohnya aluminium dan kayu. Sedangkan untuk
bentuk mejanya ada meja kotak atau bundar dengan bahan rangka dan top table meja
yang bermacam macam. Model dan bentuk kursi juga tersedia bermacam macam.
Payung taman memiliki beberapa fungsi dan manfaat, diantaranya sebagai pelindung dari
terik matahari dan menambah keindahan taman ataupun rumah.
Payung taman dapat ditempatkan dimana saja, di tepi kolam renang , halaman cafe ,
halaman minimarket , halaman kampus , area pemancingan , area tempat wisata dan area
tempat makan maupun di halaman rumah anda. Payung taman biasanya diletakkan di
tepi kolam renang dengan ditambah oleh meja dan kursi untuk bersantai. Pengunjung
dapat bersantai sambil beristirahat atau menikmati hidangan yang disajikan sambil
berteduh di bawah payung taman. Payung taman juga dapat diletakkan di depan cafe
untuk menambah keindahan sekaligus menambah kapasitas daya tampung cafe. Payung
taman juga sering kali ditempatkan di halaman depan minimarket sebagai sarana
beristirahat para pengunjung minimarket.(alumaga.ajl@gmail.com /
alumaga_ajl@hotmail.com)

Pengertian Kualitas

Vincent (Susanti, 2006) mendefinisikan kualitas sebagai konsistensi


peningkatan atau perbaikan atau penurunan variansi karakteristik di
suatu produk (barang dan jasa) yang dihasilkan agar memenuhi kebutuhan
yang telah dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan
internal atau pelanggan eksternal. Sedangkan menurut Davis (Yamit,
2001) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.

Vincent (Susanti, 2006) mendefinisikan kualitas sebagai konsistensi


24
peningkatan atau perbaikan atau penurunan variansi karakteristik di
suatu produk (barang dan jasa) yang dihasilkan agar memenuhi kebutuhan
yang telah dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan
internal atau pelanggan eksternal. Sedangkan menurut Davis (Yamit,
2001) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.

Kualitas kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai dengan


spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu
(Montgomery, 1990). Kualitas kecocokan dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk pemilihan proses pembuatan, latihan dan pengawasan
angkatan kerja, jenis sistem jaminan kualitas (pengendalian proses,
uji aktivitas pemeriksaan, dan sebagainya) yang digunakan, seberapa
jauh prosedur jaminan kualitas ini diikuti, motivasi angkatan kerja untuk
mencapai kualitas.

2.2.5 Dimensi Kualitas

Berdasarkan perspektif kualitas, Garvin (Yamit, 2001) mengembangkan


kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar
perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang
menghasilkan barang. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Performance (kinerja), yaitu karakteristik pokok dari suatu produk inti.

b. Features, yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.

c. Reliability (kehandalan), yaitu memungkinkan tingkat kegagalan pemakaian.

25
d. Conformance (kesesuaian), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan
operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

e. Durability (daya tahan), yaitu berapa lama produk dapat terus digunakan.

f. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan,


kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang
memuaskan.

g. Estetika, yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk.

h. Perceived, yaitu menyangkut citra dan reputasi produk serta tanggung


jawab perusahaan terhadapnya.

Quality Function Deployment (QFD) pertama kali dikembangkan di Negara Jepang pada
tahun 1996 oleh Dr. Yoji Akao. Definisi dari QFD sendiri menurut Dr. Yoji Akao adalah
suatu metode untuk mentransformasikan permintaan dari user menjadi sebuah design
quality untuk menyebarkan function forming quality dan menyebarkan metode-metode
untuk mencapai design quality ke dalam sistem, bagian komponen, dan elemen-elemen
spesifik dalam proses manufaktur. QFD didesain untuk membantu para perencana agar
dapat fokus pada karakteristik dari produk maupun layanan yang ada dari sudut pandang
segementasi pasar, perusahaan, atau kebutuhan pengembangan teknologi. QFD juga
sangat berguna untuk mentransformasikan Voice Of Customer (VOC) ke dalam
karakterisik engineering untuk sebuah produk atau service dengan memprioritaskan
karakteristik masing-masing produk atau service bersamaan dengan pengaturan target
pengembangan secara simultan untuk produk atau service tersebut.
Teknik utama dari QFD ini adalah dengan membuat grafik dan matriks.
Matriks Dasar

26
QFD harus dimulai dengan pemahaman tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
customer. Pemahaman (whats) ini menjadi baris di dalam matriks, bertentangan dengan
kolom yang merepresentasikan proses supplier (hows) yang didesain untuk menyediakan
produk atau service agar mencapai keinginan konsumen.

 Untuk whats  lebih baik bersifat samar-samar dan beberapa diantaranya akan


bersifat subjektif

 Keberadaan simbol-simbol diperlukan untuk menandakan indikasi dari tingkat


kepentingannya

 Supplier harus menemukan cara untuk menentukan kebutuhan pada


kolom hows

Memperluas Matriks
Matriks sebelumnya sebaiknya diperluas kembali untuk membuatnya lebih berpotensi
untuk memiliki daya guna yang tinggi. Untuk dapat memperluas matriks ini tentu perlu
pemahaman lebih mendalam lagi mengenai apa yang dibutuhkan oleh customer. Matriks
seperti ini biasanya disebut juga dengan house of quality.

 Hubungan yang penting dari setiap whats  dikuantifikasi dalam sebuah kolom


baru berlabel priority. Hal ini dapat dilakukan cukup dengan mengurutkannya
berdasarkan prioritas customer.
 Hubungan yang penting dari setiap hows didirikan dengan menitikberatkan
masing-masing simbol dan menjumlahkan semua kolom.

 Pada bagian kanan digambarkan sebuah sales point dan area yang butuh
improvement. Bagian ini menggambarkan persepsi customer mengenai
tingkatan supplier dan kompetitor lainnya.

27
 Matriks korelasi menampilkan bagaimana dampak dari hows x hows yang
ditambahkan di bawah matriks dasar. Ini akan menunjukkan parameter apa
yang mempengaruhi parameter lain dalam proses produksi supplier dan
konflik apa yang membutuhkan trade-off

Cascading Matrix
Sebagian besar QFD analisis hanya menggunakan house of quality saja. Namun untuk
lebih mendalam lagi, Anda dapat melakukan cascade pada matriks untuk mengidentifikasi
jejak dari customer requirements sampai ke parameter proses yang perlu dikontrol untuk
memenuhi kebutuhannya.

Pada gambar di atas, matriks pertama dicocokan dengan requirements dari customer
sebagaimana whats bertemu dengan hows. Kemudian pada matriks
berikutnya hows berubah menjadi whats sebagaimana chart design menampilkan fitur
yang berhadapan dengan hows yang menjadi bagian (parts) terpilih untuk
diimplementasikan. Bagian (parts) terpilih ini kemudian menjadi whats  dalam matriks
ketiga yang diplot terhadap hows  dari proses yang digunakan untuk membuat parts.
Akhirnya proses menjadi whats dalam matriks terakhir dimana hows adalah parameter
proses yang harus dikontrol.

Teknik apapun yang digunakan, baik itu cascading matrixes, house of quality, maupun
matriks dasar, QFD adalah sebuah proses intensif tenaga kerja. Pada dasarnya QFD
menginvestasikan waktu dalam perencanaan untuk mendapatkan keuntungan dengan
siklus pengembangan keseluruhan yang lebih pendek berdasarkan pada apa yang
diinginkan oleh customer. QFD juga akan meminimalisir kebutuhan untuk melakukan
redesign.

2.2.6 Perancangan dan Pengembangan Produk

2.2.6.1 Definisi

28
Rancangan atau desain (Design) adalah dimensi yang unik, dimensi ini banyak

menawarkan aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan

pelanggan. Menurut Kotler (2011), menyatakan bahwa rancangan adalah

totalitas fitur yang mempengaruhi penampilan dan fungsi produk tertentu

menurut yang diisyaratkan oleh pelanggan. Adapun parameter rancangan

yang didefinisikan menurut Phillip Kotler (2011) adalah sebagai berikut:

a. Gaya (style), menggambarkan penampilan dari suatu produk.

b. Daya Tahan (durability), menggambarkan umur beroperasinya produk

dalam kondisi normal atau berat, merupakan atribut yang berharga

untuk produk- produk tertentu.

c. Kehandalan (reliability), merupakan ukuran probabilitas bahwa

produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu

tertentu.

d. Mudah diperbaiki (reparability), ukuran kemudahan untuk

memperbaiki produk ketika produk itu rusak.

Desain produk, atau dalam bahasa keilmuan disebut juga Desain Produk

Industri, adalah sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan

bentuk/form dari sebuah produk manufaktur, mengolah bentuk tersebut

agar sesuai dengan pemakainya dan sesuai dengan kemampuan proses

produksinya pada industri. Sedangkan pengembangan produk merupakan

serangkaian aktifitas yang dimulai dari perencanaan kemudian diakhiri

29
dengan tahap produksi yang mengacu pada penawaran pasar.

2.2.7 Aspek-Aspek Perencanaan dan Pengembangan Produk

Dalam perencanaan produk (Planning of Product) terdapat 3 aspek yaitu:

2.2.7.1. Aspek Produk

Pada tahap eksplorasi ada 3 pola proses pengenalan dan

pengembangan produk/jasa baru yaitu :

1 . Menarik Pasar (Need Pull/Market Pull)

Menurut pandangan ini, “Anda harus membuat apa yang

dapat dijual”. Produk baru ditentukan oleh pasar berdasarkan

kebutuhan pelanggan. Jenis produk baru ditentukan melalui penelitian

pasar & umpan balik pelanggan, dengan sedikit perhatian terhadap

teknologi. Need Pull akan menuju pada terbentuknya incremental

innovation.

Gambar 2.1. Aliran aktivitas dari Model Need Pull Sumber : Ulrich, Eppinger (2001)
30
2. Mendorong Teknologi (Technology Push)

Pandangan ini menyarankan “Anda harus menjual apa

yang dapat anda buat”. Produk baru diperoleh dari teknologi

produksi, penggunaan teknologi yang canggih dan kemudahan

operasi, dengan sedikit perhatian terhadap pasar. Dengan kata

lain suatu produk atau teknologi baru didorong atau dijual ke pasar

(potential customer) yang tidak meminta atau mengetahui perihal

produk atau teknologi baru tersebut. Technology Push akan

menuju kepada radical innovation.

Gambar 2.2. Aliran aktivitas dari Model Technology


Push

Sumber : Ulrich, Eppinger (2001)

3. Antar fungsional (Interfunctional)

31
Produk baru memerlukan kerjasama diantara pemasaran, operasi,

keterampilan teknik, dan fungsi lainnya sehingga menghasilkan

produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dengan penggunaan teknologi

yang memberikan manfaat terbaik. Untuk kesuksesan inovasi produk

atau jasa baru diperlukan kombinasi dari kedua model pertama yaitu proses

technical- linking dan need-linking. Selain itu ada tiga elemen yang

menjadi konsideran dalam menciptakan peluang bisnis baru yaitu :

relevant problem, technology sources dan market demand.

2.2.7.2. Aspek Jumlah Produk

Aspek ini berkaitan dengan berapa jumlah produk yang

seharusnya diproduksi. Untuk menentukan jumlah produk terdapat dua

cara: cara non- statistik dan cara kuantitatif. Cara non statistik menentukan

jumlah produk yang harus dibuat dan dijual dengan berdasarkan pertimbangan

semata. Ada 3 cara pertimbangan non-statistik, yaitu : Pertimbangan Tenaga

Penjual, Pertimbangan Eksekutif dan Ahli. Cara kuantitatif adalah menentukan

jumlah produksi berdasarkan analisa kuantitatif dengan menggunakan data-

data masa lalu untuk meramalkan jumlah produk yang ditawarkan atau dijual di

pasar pada masa yang akan datang.

2.2.7.3. Aspek Kombinasi Produk

32
Aspek ini lebih memfokuskan pada berapa jenis produk yang diproduksi

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, misalkan PT. ABC

memproduksi saus ABC, baterai ABC, kecap ABC, sehingga dengan adanya

kombinasi produk diharapkan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan

konsumen yang berbeda-beda tersebut. Di lain pihak, wirausahawan / produsen

akan memperoleh keuntungan yang berlipat.Setiap proses pengembangan

produk diawali dengan fase perencanaan,

Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi proyek yang nantinya

akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk memulai

tahapan pengembangan konsep. Dalam perencanaan produk, proyek

pengembangan produk dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Platform produk baru: Tipe proyek ini adalah melibatkan usaha

pengembangan utama untuk merancang suatu keluarga produk baru

berdasarkan platform yang baru dan umum. Keluarga produk baru akan

memasuki pasar dan produk yang sudah dikenal.

2. Turunan dari platform produk yang sudah ada: Proyek-proyek

ini memperpanjang platform produk supaya lebih baik dalam memasuki

pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.

3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang telah ada: Proyek-proyek

ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa

33
detail produk produk yang telah ada dalam rangka menjaga lini produksi

yang ada pesaingnya.

4. Pada dasarnya produk baru: Proyek-proyek ini melibatkan produk yang

sangat berbeda atau teknologi produksi dan mungkin membantu untuk

memasuki pasar yang belum dikenal dan baru. Proyek-proyek

ini umumnya melibatkan lebih banyak resiko; yang mana,

keberhasilan jangka panjang perusahaan mungkin tergantung dari apa

yang dipelajari melalui proyek-proyek penting ini.

2.2.8 Tahapan dalam Pengembangan Produk

Proses pengembangan produk secara umum terbagi menjadi

beberapa fase.

Fase 0 Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 Fase 5


Perencan Pengemba Perancang Perancang Pengujian Peluncu
aan ngan an an dan ran
Konsep Tingkatan Detail Perbaik Prod
Sistem an uk

Gambar 2.3. Proses pengembangan produk

Sumber : Ulrich, Eppinger (2001)

Proses diawali dengan suatu fase perencanaan, yang berkaitan

34
dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian tingkat

lanjut. Output fase perencanaan adalah pernyataan misi proyek, yang

merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan

konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan.

Penyelesaian dari proses pengembangan produk adalah peluncuran produk, di

mana produk tersedia untuk dibeli pasar.

2.2.8.1 Fase Perencanaan

Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai “zerofase” karena

kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran

pengembangan produk aktual. Output fase perencanaan adalah

pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk

memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk

untuk tim pengembangan.Langkah-langkah dalam prosesperencanaan

produk.Pertama,melipatgandakan peluang-peluang yang diprioritaskan

dan sekumpulan proyek- proyek yang menjanjikan dipilih. Sumber daya-

sumber daya dialokasikan untuk dan dijadwalkan. Kegiatan-kegiatan

perencanaan ini berfokus pada portfolio dari peluang dari proyek-proyek

yang potensial dan kadang-kadang disesuaikan dengan manajemen

portfolio, perencanaan produk keseluruhan, perencanaan lini produk,

atau manajemen produk. Segera setelah proyek dipilih dan sumber daya

dialokasikan, suatu pernyataan misi dikembangkan untuk tiap proyek.

35
Formulasi dari suatu rencana produk dan pengembangan dari

pernyataan misi akan mendahului proses pengembangan produk

aktual.Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan

misi proyek,Karl T. Ulrich & Steven D. Eppinger mengusulkan lima tahapan

proses berikut:

1. Mengidentifikasi peluang.

2. Mengevaluasi dan memprioritaskan proyek.

3. Mengalokasikan sumber daya dan rencana waktu.

4. Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek.

5. Merefleksikan kembali hasil dan proses.

36
Langkah 1: Mengidentifikasi Peluang-Peluang

Rencana proses dimulai dengan mengidentifikasi peluang-peluang

pengembangan produk. Ide-ide untuk produk baru atau detail produk

berasal dari beberapa sumber, diantaranya:

* Personal pemasaran dan penjualan.

* Peneliti dan organisasi pengembangan teknologi.

* Tim pengembang produk saat ini.

* Manufaktur dan operasional organisasi.

* Pelanggan sekarang atau potensial.

* Pihak ketiga seperti pemasok, pencipta, dan rekan bisnis.

Selain beberapa peluang telah dikumpulkan secara pasif, pendekatan


proaktif juga dapat dilakukan, meliputi:

* Mencatat kegagalan dan keluhan yang dialami pelanggan dengan


produk yang ada sekarang.

* Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses


inovasi oleh pengguna-pengguna ini dan modifikasi-modifikasi yang
dilakukan oleh para pengguna terhadap produk yang ada.

* Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan


dalam gaya hidup, demografis, dan teknologi untuk kategori
produk yang ada dan peluang-peluang kategori produk baru.

* Mengumpulkan usulan pelanggan secara sistematis.

* Studi para pesaing dengan berdasarkan pada basis sekarang.

37
* Status teknologi yang muncul dilihat kembali untuk
memfasilitasi perpindahan teknologi yang tepat dari penelitian ke arah
pengembangan produk.

38
Langkah 2: Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek-proyek

Langkah kedua dalam proses perencanaan produk adalah

memilih proyek yang paling menjanjikan untuk diikuti. Empat

perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan

memprioritaskan peluang-peluang bagi produk baru dalam kategori

produk yang ada adalah strategi bersaing, segmentasi pasar, mengikuti

perkembangan teknologi, dan platform produk. Setelah itu, proses

mengevaluasi peluang produk baru didiskusikan, dan menyeimbangkan

portfolio proyek.

Langkah 3: Mengevaluasi Sumber daya dan Merencanakan Penentuan Waktu

Perencanaan sumber daya agregat dapat dicapai dengan

menggunakan suatu metode lembar kerja sederhana yang berdasarkan

pada perkiraan permintaan sumber daya. Kapasitas dan utilisasi sumber

daya akan diketahui sehingga dapat diputuskan perencanaan proyek

yang mana yang paling penting untuk dilanjutkan. Sedangkan

penentuan waktu proyek mempertimbangkan faktor- faktor antara

lain, penentuan waktu pengenalan produk, kesiapan teknologi, kesiapan

pasar, dan persaingan.

Langkah 4: Menyelesaikan Perencanaan Proyek

Merupakan langkah lanjutan dimana output dari langkah ini adalah

39
suatu pernyataan Visi dan misi dari produk yang akan dikembangLangkah

5: Merefleksikan Hasil dengan Proses

Pada langkah akhir dari perencanaan dan proses strategi,

beberapa pertanyaan diperlukan untuk memperkirakan kualitas proses

dan hasil. Beberapa pertanyaan berhubungan dengan rencana produk,

kesiapan sumber daya dan peluang pasar.

2.2.8.2 Tahap Pengembangan Konsep

Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target

diidentifikasi, alternative konsep-konsep produk dibangkitkan dan

dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan

dan percobaan lebih jauh. Konsep adalah uraian dari bentuk, ungsi, dan

tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi dengan sekumpulan

spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan

ekonomis proyek.

Menurut (Ulrich & Eppinger, 2001) metode 5 langkah adalah

metode untuk

memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah

menjadi lebih sederhana. Kemudian dikenalkan konsep penyelesaian

untuk submasalah menggunakan prosedur pencarian eksternal dan

40
internal. Pohon klasifikasi dan Tabel Kombinasi kemudian digunakan

untuk menggali secara sistematis konsep penyelesaian tersebut dan

untuk mengintegrasikan penyelesaian submasalah ke dalam sebuah

penyelesaian total.

1.Memperjelas Masalah
(Mengerti Masalah,
Dekomposisi Masalah,
Fokus pada Sub masalah
penting)
Sub Masalah

2.Pencarian Eksternal 3.Pencarian Internal


(pengguna utama, (Secara Individu,
pakar, paten,Literatur, Secara Kelompok)
Bencmarking)

4. Menggali Secara
sistematis
(pohon klasifikasi, table
Konsep yang sudah ada kombinasi) Konsep Baru

5. merefleksikan pada hasil


dan proses
Menyusun umpan balik

Gambar 2.2.8. Lima langkah metode penyusunan konsep


Sumber : Ulrich, Eppinger (2001)

A. Spesifikasi Produk

Kebutuhan pelanggan pada umumnya diekspresikan dalam

”bahasa pelanggan”. Untuk menyediakan tuntunan yang spesifik mengenai

bagaimana mendesain dan membuat sebuah produk, tim pengembangan


41
menetapkan serangkaian spesifikasi. Spesifikasi ini akan menjelaskan

detail-detail mengenai hal-hal yang harus dilakukan agar diperoleh

kesuksesan komersial. Spesifikasi ini juga harus dapat mencerminkan

kebutuhan pelanggan, membedakan produk dari produk-produk

pesaing, dan secara teknik maupun ekonomis dapat direalisasikan.

Proses menentukan spesifikasi target terdiri dari 4 langkah yaitu:

1. Menyiapkan daftar metrik, dengan menggunakan matriks kebutuhan-


matriks.

2. Mengumpulkan informasi mengenai produk pesaing.

3. Menetapkan nilai target ideal dan nilai target marginal yang dapat
diterima untuk setiap matriks.

4. Merefleksikan hasil dan proses.

Proses mengubah kebutuhan pelanggan menjadi sekelompok

spesifikasi dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode Quality

Function Deployment (QFD).

B. Pemilihan Konsep

Pemilihan atau seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan

pertimbangan kebutuhan pelanggan dan kriteria lainnya,

membandingkan kekuatan dan kelemahan konsep dan memilih satu atau lebih

konsep untuk penyelidikan atau pengembangan lebih lanjut. Ada dua tahapan

yang digunakan dalam pemilihan konsep yaitu tahapan pertama disebut


42
penyaringan konsep dan tahapan kedua disebut penilaian konsep. Pada

penyaringan konsep menggunakan nilai relatif ”lebih baik” (+), ”sama

dengan” (0), atau ”lebih buruk” (-) yang diletakkan di tiap sel matriks

untuk memperlihatkan bagaimana tiap konsep dinilai terhadap konsep

referensi untuk kriteria tertentu. Penilaian konsep digunakan agar

peningkatan jumlah alternatif penyelesaian (resolusi) dapat dibedakan

lebih baik di antara konsep yang bersaing. Pada tahap ini diberikan bobot

kepentingan relatif untuk setiap kriteria seleksi dan memfokuskanpada hasil

perbandingan yang lebih baik dengan penekanan pada setiap kriteria. Pada

kasus ini direkomendasikan skala 1 sampai 5, ”sangat buruk” (1), ”buruk” (2),

”sama” (3), lebih baik” (4), ”sangat baik” (5)

Tabel 2.2.8.1. Matriks penyaringan konsep


Konsep

Kriteria Produk A Produk B Produk C Produk Baru


Seleksi
Atribut
Produk
Jumlah (+)

Jumlah
(0)
Nilai
JumlahAkhir
(-)
Peringkat

Sumber : Ulrich, Eppinger


(2001)

43
Tabel 2.2.8.2. Matriks penilaian
konsep

Konse
Produk A Produk B p Produk C Produk
Kriteri Bobot Baru Nilai
Rating Nilai Rating Nilai Rating Nilai Rating
a
Atribut %
seleks
Tota
l
Lanjutkan
?
Sumber : Ulrich, Eppinger, 2001

C. Pengujian Konsep

Pengujian konsep mengumpulkan respon langsung terhadap

deskripsi konsep produk dari pelanggan potensial di dalam target pasar.

Pengujian konsep berbeda dengan seleksi konsep dalam hal

pengumpulan data secara langsung dari pelanggan dan lebih sedikit

mengandalkan penilaian yang dibuat oleh tim pengembang. Beberapa

langkah untuk pengujian konsep produk, yaitu:

1. Mendifinisikan maksud pengujian konsep.

2. Memilih populasi survey.

3. Memilih format survey.

44
4. Mengkomunikasikan konsep.

5. Mengukur respon pelanggan.

6. Menginterpretasikan hasil.

7. Merefleksikan hasil dan proses.

2.2.9 Fase Perancangan Tingkatan Sistem

Fase perancangan tingkatan system mencakup definisi arsitektur

produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-

komponen. Gambaran rakitan akhir untuk system produksi biasanya

didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasanya mencakup

tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap

subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk

proses rakitan akhir. Metode untuk menetapkan arsitektur produk terdiri

dari empat tahap:

1. Membuat skema produk.

2. Mengelompokkan elemen-elemen yang terdapat pada skema.

3. Membuat rancangan geometris yang masih kasar.

4. Mengidentifikasikan interaksi fundamental dan insidental.

2.3.4 Fase Perancangan Detail

45
Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk,

material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk

dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok.

Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap

komponen yang dibuat dalam system produksi. Output dari fase ini

adalah pencatatan pengendalian untuk produk: gambar pada file

komputer tentang bentuk tiap komponen dan peralatan produksinya,

spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana proses untuk

pabrikasi dan perakitan produk.

2.3.5 Fase Pengujian dan Perbaikan

Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari

bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha)

biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan

bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun

tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan

yang dilakukan pada produksi sesungguhnya. Prototype (alpha) diuji

untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang

direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan

konsumen utama. Prototype berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan

komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak

dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada

46
perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga

diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran

dari prototipe beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan

mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi

kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk produk akhir.

Metode empat langkah untuk merencanakan sebuah prototipe adalah:

1. Menetapkan tujuan dari prototipe.

2. Menetapkan tingkat perkiraan prototipe.

3. Menggariskan rencana percobaan.

4. Membuat jadual untuk perolehan, pembuatan dan pengujian.

2.3.6 Fase Peluncuran Produksi

Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan

system produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah

untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang

mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk

yang dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan

keinginan pelanggan dan secara hati- hati dievaluasi untuk

mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang muncul.

2.4 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

47
Proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian integral

dari proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang

mempunyai hubungan paling erat dengan proses penurunan konsep,

seleksi konsep, benchmark dengan pesaing (competitive benchmarking),

dan menetapkan spesifikasi produk. Posisi identifikasi pelanggan di dalam

aktifitas pengembangan diperlihatkan pada gambar 6, di mana seluruh

aktifitas ini secara kolektif disebut sebagai fase pengembangan konsep.

Pernyataan Misi Rencana Pengembangan

Kebutuh Spesifik konse Kons Kons Spesif Pengemb


an asi p2 ep ep ikasi angan

Proses Analisa Ekonomi Produk


Benchmark produk kompetitor
Membangun model pengujian dan prototipe produk

Gambar 2.6. Aktivitas identifikasi kebutuhan pelanggan dalam


hubungan dengan aktivitas pengembangan konsep lain.

Sumber : Ulrich, Eppinger (2001)

48
Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah sebuah proses
yang dibagi menjadi lima tahap (Ulrich dan Eppinger, 2001). Lima tahap
tersebut adalah:

1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan.

2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan.

3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu


kebutuhan primer, sekunder dan (jika diperlukan) tertier.

4. Menetapkan derajad kepentingan relative setiap kebutuhan.

5. Menganalisa hasil dan proses.

2.5 Quality Function Deployment

Quality function deployment (QFD), menurut Heizer & Render,

(2009:248) merupakan proses menetapkan permintaan pelanggan

(“keinginan” pelanggan) dan menerjemahkan keinginan pelanggan ke

dalam atribut (“cara”) yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh setiap

bagian fungsional. Quality function deployment berkaitan dengan (1)

menetapkan apa yang akan memuaskan pelanggan dan (2)

menerjemahkan keinginan pelanggan pada desain yang dijadikan

sasaran. QFD digunakan di awal proses desain untuk membantu

menetapkan apa yang dapat memuaskan pelanggan dan di mana

upaya-upaya kualitas perlu disebarkan.

Suatu perangkat QFD adalah rumah kualitas (house of quality).

Rumah kualitas merupakan teknis grafis untuk menjelaskan hubungan

49
antara keinginan pelanggan dan produk. Penetapan hubungan inilah

yang merupakan langkah awal membangun system produksi tingkat

dunia. Untuk membuat rumah kualitas, dilakukan langkah-langkah

dasar sebagai berikut:

1. Mengenali keinginan pelanggan. (apa yang diinginkan

pelanggan dalam produk ini?)

2. Mengenali bagaimana produk akan memuaskan keinginan

pelanggan.

3. Menghubungkan keinginan pelanggan dengan bagaimana produk

akan dibuat untuk memenuhi keinginan pelanggan tersebut.

4. Mengenali hubungan antara sejumlah “bagaimana” pada

perusahaan.

5. Membuat tingkat kepentingan.

6. Mengevaluasi produk pesaing.

7. Menentukan atribut teknis yang diinginkan.

Banyak upaya yang telah dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan dengan karakteristik desain dan kepentingannya tidak dapat

dianggap remeh. Walaupun demikian, urutan rumah-rumahnya merupakan

cara yang sangat efektif untuk mengidentifikasi, mengkomunikasikan, dan

menempatkan sumber daya pada system secara keseluruhan. Serangkaian

rumah ini membantu dalam menetapkan ke mana sumber daya berkualitas

50
perlu disebarkan.

Hubungan
antar a
hal-hal
yang
dapat
dilakuka n

Apa yang dapat


kita lakukan

Apa yang Tingkat Seberapa baik hal-hal kompetitor


diinginka kepent yang kita kerjakan
n ingan memenuhi keinginan
pelangga pelang pelanggan Penilaian
n gan
kompetitif
(matriks hubungan:
(5=terti tinggi, sedang,
nggi) rendah)
Nilai-nilai
pembobotandengan

Nilai-nilai sasaran
(atribut teknis)

Evaluasi teknis

Gambar 2.7. Rumah


Kualitas

Sumber : Heizer, Render (2009)


51
2.5.1 Keuntungan QFD

Pada dasarnya QFD diimplementasikan untuk mengurangi

biaya. Organisasi yang menggunakan QFD juga bisa mengurangi

waktu pengembangan produk. Faktor yang mempengaruhi kualitas

produk kepuasan konsumen dengan QFD ditunjukkan pada Gambar 2.8

berikut.

Fokus pada permintaan konsumen


Meningkatkan Efektif menggunkan informasi
kepuasan konsumen
Utamakan Sumber Daya
Identifikasi hal yang dilakukan
Pengalaman dan Informasi terstruktur

Mengurangi Perubahan Design


Mengurangi waktu
Membatasi masalah Awal
implementasi
Menghindari kesalahan design
Identifikasi kesempatan di masa depan

Berdasarkan kesepakatan bersama


Promosi
kerja tim Menciptakan komunikasi
Identifikasi Aksi

52
Membuat Dokumentasi untuk design
dokumentasi Mudah dimengerti
Menambah Informasi

Gambar 2.8. Keuntungan QFD Sumber : Besterfield (2003)

QFD melihat respon konsumen sebelumnya dan berusaha

mendefinisikan permintaan berdasarkan kebutuhan dasar yang

dibandingkan dengan informasi yang kompetitif. Semua kompetitor

dievaluasi bersamaan dari perspektif konsumen dan teknis.

Perubahan teknis dibutuhkan saat menjalankan QFD. Semua

permintaan desain yang konflik bisa diidentifikasi dan diarahkan

lebih awal ke produksi. Hal ini bisa mengurangi peralatan, pelatihan

operator, dan perubahan pengukuran kontrol kualitas. Dengan

menggunakan QFD, hal-hal kritis bisa diidentifikasi dan bisa dilihat dari

awal produk sampai produksi.

QFD menggunakan saluran komunikasi. Input berasal dari

semua divisi diorganisasi, dari pemasaran ke produksi ke penjualan

untuk memastikan suara konsumen didengar dan tiap divisi

mengetahui apa yang dilakukan oleh divisi lain. Aktifitas ini bisa

menghindari kesalahan interpretasi, opini dan isu. Efisiensi dan

produktifitas selalu dapat ditingkatkan dengan kerja sama tim yang

baik.
53
QFD sangat fleksibel ketika ada informasi baru atau ada yang

perlu diganti di matriks QFD. Database untuk desain selanjutnya dan

peningkatan proses dibuat. Data yang merupakan sejarah dalam

operasi, seringkali hilang dan keluar dari konteks. Oeh karena itu,

sekarang disimpan dengan baik untuk kebutuhan yang akan datang.

2.5.2 Proses QFD

Menurut Ulrich (2001), proses QFD dibagi dalam empat fase

seperti pada Gambar 2.9. Diagram pertama di alur diagram adalah

untuk fase perencanaan produk. Untuk setiap kebutuhan konsumen,

kebutuhan desain ditetapkan yang akan menghasilkan tercapainya

kebutuhan konsumen. Diagram berikutnya adalah pengembangan

part. Karakteristik part digunakan pada semua elemen yang bisa

membantu pengukuran perubahan kualitas. Diagram ini mengubah

kebutuhan desain menjadi part yang detil. Tahap berikutnya adalah

perencanaan proses dan selanjutnya kebutuhan produksi.

54
Keingina Kebutuhan desain
Fase I
n
Perencanaan
produk
konsume
n

Kebutuh Karakteristik kualitas part


Fase II an
desain
Pengembangan
part

Karakterist Proses operasi


ik kualitas
Fase III part
Perencanaan proses

roses Kebutuhan produksi


opera
Fase IV
si
Perencanaan
produksi

Gambar Gambar 2.9. Proses QFD

Sumber : Besterfield (2003)

55
Tahapan perencanaan proses merupakan tahapan yang dilakukan saat

membuat produk di lini produksi yang berupa perakitan produk. Diikuti

dengan perencanaan produksi yang menyangkut volume produksi.

2.6 Kuesioner

Menurut Malhotra (2006), definisi kuesioner adalah pertanyaan

formal yang telah ditentukan untuk mendapatkan informasi dari

responden. Ada tiga tujuan spesifik yaitu menerjemahkan informasi yang

dibutuhkan peneliti ke dalam pertanyaan spesifik yang bisa dan mau

dijawab oleh responden. Kedua, kuesioner harus ditulis untuk

meminimalkan permintaan kepada responden. Itu harus memberikan

semangat kepada mereka untuk berpartisipasi dalam wawancara

tanpa ada bias pada responnya. Untuk itu, peneliti harus berusaha

menghilangkan kejenuhan dan kebosanan mereka. Ketiga,

kuesioner harus meminimalkan kesalahan respon. Kesalahan ini bisa

muncul dari responden yang memberikan jawaban yang tidak akurat

atau salah menganalisa jawabannya. Maholtra (2006) juga menjelaskan

cara untuk membuat kuesioner yaitu :

1) Tentukan informasi yang dibutuhkan.

Kuesioner harus dibuat dengan target responden dengan

mempertimbangkan tingkat pendidikan dan pengalaman.

Bahasa dan konteks yang digunakan untuk pertanyaan harus

mudah dimengerti oleh responden.

56
2) Tentukan tipe metode wawancara.

Pertimbangan lain adalah bagaimana data dikumpulkan. Sebagai

contoh, wawancara pribadi menggunakan interaksi tatap muka.

Dengan adanya kesempatan untuk mendapatkan umpan balik

dan klarifikasi, kuesioner bisa panjang dan kompleks. Tetapi, jika

menggunakan wawancara telepon, pertanyaan harus pendek dan

sederhana.

3) Tentukan isi dari masing-masing pertanyaan.

Peneliti harus menentukan apa yang harus masuk ke dalam

pertanyaan. Sebelum membuat pertanyaan, peneliti harus

memikirkan bagaimana dia menggunakan data tersebut.

Pertanyaan yang tidak berhubungan dengan masalah penelitian

harus dihapus. Pada kasus tertentu, dua pertanyaan lebih baik

dari pada satu pertanyaan. Untuk menghindari kebingungan

sebaiknya pertanyaan dipisah.

4) Desain pertanyaan yang membuat responden tidak

kesulitan dan berkebutuhan menjawab.

Responden seringkali diberikan pertanyaan yang belum

diinformasikan sebelumnya. Ketika topik penelitian membutuhkan

pengetahuan atau pengalaman yang spesifik, penyaringan

57
pertanyaan, penggunaan produk dan pengalaman terdahulu

harus ditanyakan sebelum masuk ke dalam topik penelitian.

Penyaringan pertanyaan bisa membantu peneliti untuk

menghindari analisa dari responden yang kurang mendapat

informasi. Walaupun responden bisa menjawab pertanyaan,

mungkin ada rasa untuk tidak ingin menjawab. Penolakan untuk

menjawab bisa merupakan akibat dari berbagai macam kondisi.

Responden merasa butuh usaha yang berlebih atau informasi yang

dibutuhkan terlalu sensitif.

5) Tentukan struktur pertanyaan.

Pertanyaan ada dua jenis yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.

Pertanyaan terstruktur menjelaskan responnya sebagaimana

formatnya. Pertanyaan ini menawarkan pilihan ganda, dua pilihan

saja (ya atau tidak) atau skala. Pertanyaan tidak terstruktur

adalah pertanyaan terbuka dimana responden menjawabnya

dengan kata-kata mereka sendiri.

6) Tentukan bahasa pertanyaan.

Pertanyaan dengan kata yang sulit dimengerti akan

membingungkan dan mengarahkannya ke respon yang salah.

Untuk menghindari masalah tersebut ada lima cara yaitu

tentukan topiknya, gunakan bahasa yang biasa, hindari bahasa

ambigu, hindari pertanyaan yang mengarah, dan gunakan

58
pernyataan positif dan negatif.

7) Atur urutan pertanyaan dengan baik.

Dalam menyusun pertanyaan dengan urutan yang baik peneliti

harus mempertimbangkan pertanyaan pembuka, jenis informasi

yang sebelumnya, pertanyaan yang sulit, efek dari pertanyaan

yang mengikutinya. Pertanyaan harus diatur dengan logis,

terorganisir seputar topik.

8) Pilih bentuk dan layout.

Karakteristik fisik dari kuesioner seperti format, spasi dan

posisi bisa memberikan efek yang signifikan terhadap hasil.

Membagi kuesioner ke dalam bagian terpisah berdasarkan

topiknya merupakan hal yang baik. Pertanyaan juga harus diberi

nomor agar memudahkan respon.

9) Buat kembali kuesionernya.

Kualitas kertas dan proses cetak juga berpengaruh terhadap hasil

kuesioner. Jika kuesioner dibuat dengan kertas yang buruk atau

penampilan yang kusam, responden akan menyimpulkan bahwa

proyek tersebut tidak penting dan ini akan berpengaruh terhadap

kualitas respon. Untuk itu, kuesioner harus menggunakan kertas

dengan kualitas baik dan penampilan yang menarik. Jika terdiri dari

59
banyak halaman sebaiknya dibuat dengan desain booklet daripada

diklip dengan stapler. Pertanyaan sebaiknya tidak pindah dari

halaman yang satu ke berikutnya. Dengan kata lain, peneliti

harus menghindari memecah pertanyaan. Responden akan

berpikir bahwa pertanyaan sudah selesai pada bagian bawah

halaman dan menjawab pada pertanyaan yang tidak lengkap.

10) Lakukan uji coba kuesioner.

Uji coba untuk menguji kuesioner pada sampel yang sedikit


sekitar 15-30 orang untuk enidentifikasi dan menghilangkan
masalah yang akan timbul. Dengan mempertimbangkan
responden, pertanyaan yang membingungkan, yang melebihi
kemampuannya, dan yang tertulis dengan bahasa yang sulit
dimengerti harus dihindari. Peneliti memiliki tanggung jawab etika
untuk membuat kuesioner yang bisa mendapatkan data yang
dibutuhkan tanpa pengaruh dari faktor lain.

Menurut Sunyoto (2009), kuesioner dapat dibuat dengan menggunakan

skala

Likert. Dalam butir pertanyaan terdapat beberapa alternatif jawaban

yang tersedia dengan skala ordinal atau skala Likert, yaitu menggunakan

lima tingkat skala sesuai dengan alternatif jawaban. Contohnya sangat

tidak penting (bobot 1), tidak penting (bobot 2), sedang (bobot 3),

penting (bobot 4), dan sangat penting (bobot 5). Skala Likert

dinyatakan ordinal karena pernyataan sangat penting mempunyai

tingkat yang lebih tinggi dari penting, dan penting lebih tinggi daripada
60
sedang, dan seterusnya. Setelah data kuesioner didapatkan, maka data

tersebut harus diuji. Pengujian yang pertama adalah uji reliabilitas.

Pengertian reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel. Butir pertanyaan dikatakan reliable

atau andal

apabila jawaban seorang responden terhadap pertanyaan adalah

konsisten. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Pengukuran ulang.

Dalam waktu yang berbeda, responden diberi butir pertanyaan

dan alternatif jawaban yang sama. Butir pertanyaan dikatakan

andal jika jawabannya sama.

2. Pengukuran sekali saja.

Pengukuran keandalan butir pertanyaan dengan sekali

menyebarkan kuesioner pada responden, kemudian hasil

skornya diukur korelasi antar skor jawaban pada butir

pertanyaan yang sama.

Suatu variabel dinyatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha

Cronbach lebih besar dari 0,60. Uji reliabilitas dapat

menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.

61
(2.1)

dimana,

=keandalan instrumen

=jumlah butir
instrumen

=varian butir

=varian total

Rumus varian butir dan total adalah,

(2.2)
(2.3)

62
Dimana,
=jumlah total skor responden

=jumlah responden

=jumlah kuadrat seluruh skor butir

=jumlah kuadrat seluruh skor responden

Pengujian yang kedua adalah uji validitas. Uji validitas digunakan untuk

mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dinyatakan valid

jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Jenis-jenis validitas ada beberapa macam yaitu :

1) Validitas konstruk

Obyek penelitian saling mempunyai beberapa komponen

sehingga alat ukur seharusnya mengukur keseluruhan komponen

tersebut. Makin tinggi validitas konstruk berarti makin lengkap

komponen atribut penelitian yang diukur dengan alat pengukur.

2) Validitas isi

Validitas isi adalah suatu alat ukur yang ditentukan dari sejauh

mana isi suatu alat ukur itu mewakili semua aspek yang dianggap

sebagai aspek kerangka konsep.

65
3) Validitas kriteri

Validitas yang dilihat dengan membandingkan dengan suatu

kriteria atau variabel yang diketahui atau yang dipercaya dapat

digunakan untuk mengukur suatu atribut tertentu.

4) Validitas muka

Validitas ini terbagi menjadi dua yaitu yang berhubungan dengan

pengukuran atribut yang konkret tanpa memerlukan inferensi dan yang

berhubungan dengan penilaian para ahli terhadap suatu alat ukur.

Perhitungan uji validasi menggunakan rumusan koefisien korelasi

product

moment berdasarkan standar deviasi berikut.

(2.4)

(2.5)

(2.6)

Dimana,

=koefisien korelasi product moment

66
=selisih antara data X dengan rata-ratanya

=selisih antara data Y dengan rata-ratanya

=jumlah data

=nilai standar deviasi untuk data X’

=nilai standar deviasi untuk data Y’

2.7 Ergonomi dan faktor manusia

2.7.1 Kebutuhan Ergonomis dan Estetis

Kebanyakan produk di pasaran diperbaiki dengan beberapa cara atau

dengan desain yang baik. Semua produk yang digunakan, dioperasikan, atau

dilihat akan bergantung pada desain untuk mencapai kesuksesan komersial.

Dengan adanya pemikiran ini, akan enjelaskan pentingnya rekayasa

desain industri (industrial desain) ada dua dimmudah menilai pentingnya

desain terhadap suatu produk tertentu. Untuk mensi yaitu Ergonomik dan

Estetis.

1. Kebutuhan-kebutuhan Ergonomik

- Seberapa penting kemudahan pemakaian? Kemudahan pemakaian akan

lebih diperlukan jika produk mempunyai beberapa ciri atau cara

mengoperasikannya yang mungkin membingungkan dan menyebabkan

pemakainya frustasi. Ketika kemudahan pemakaian menjadi kriteria yang

penting, desainer industri perlu menjamin bahwa ciri-ciri produk secara

efektif dapat memberitahu fungsi-fungsinya.

- Seberapa pentingnya kemudahan perawatan? Jika produk perlu

67
diperbaiki secara berkala, kemudahan perawatan menjadi penting.

Sekali lagi, adalah penting bahwa ciri-ciri suatu produk untuk

memberitahuakan prosedur perawatan / perbaikan kepada pemakainya.

Bagaimanapun, dalam banyak kasus, penyelesaian yang lebih,

diperlukan untuk memenuhi perawatan secara keseluruhan.

- Berapa banyak interaksi pemakai yang diperlukan untuk fungsi-

fungsi produk? Secara umum, semakin banyak interaksi pemakai dengan

produk, produk akan semakin tergantung pada desain industri.

- Berapa pembaruan yang interaksi pemakai perlukan? Suatu

antarmuka pemakai memerlukan perbaikan terhadap desain yang telah ada

yang secara relatif akan mudah dipahami untuk didesain.

- Apa pokok permasalahan keamanan? Semua produk

mempunyai pertimbangan keamanan. Untuk beberapa produk, hal ini

dapat menghasilkan tantangan yang nyata bagi tim desain.

2. Kebutuhan-kebutuhan Estetis

- Apakah diferensiasi produk visual diperlukan? Produk dengan market

dan teknologi yang stabil sangat tergantung pada desainer industri untuk

menciptakan daya tarik estetis dan tentunya diferensiasi visual.

68
- Seberapa penting gengsi kepemilikan, kesan dan mode? Persepsi

pelanggan terhadap suatu produk sebagian didasarkan oleh daya tarik

estetis. Produk yang menarik mugkin diasosiasikan dengan mode dan

kesan yang tinggi. Pada akhirnya hal itu akan menciptakan perasaan

gengsi yang tinggi pada pemiliknya.

69
2.7.2 Faktor Manusia

Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan berbagai macam

produk, mesin maupun fasilitas kerja lain yang dirancang untuk

memenuhi kebutuhannya. Manusia akan mengendarai mobil, menggunakan

handphone, mengoperasikan mesin produksi, memanfaatkan kecanggihan

mesin komputer, dan sebagainya. Untuk semua aktivitas yang harus

dilakukan tersebut, manusia harus melibatkan semua panca indera yang

dimiliki; menjalankan mekanisme pengambilan keputusan melalui memori otak,

dan menggunakan semua kemampuan menggerakan sistem otot-otot tangan

maupun kaki yang diperlukan untuk melakukan kerja. Dalam hal ini mobil

akan bergerak sepanjang jalan lintasan sesuai dengan kehendak manusia

yang mengemudikannya. Demikian juga mesin komputer akan melakukan

analisa dan memproses data manakala ada manusia yang

mengoperasikannya. Kesimpulan yang bisa ditarik, manusia merupakan

komponen dan faktor yang penting serta menentukan dalam setiap sistem

operasional (sistem manusia – mesin) agar mampu berfungsi untuk

menghasilkan aktivitas kerja produktif.

Menurut Sritomo (2011), agar sistem manusia-mesin tersebut bisa

berfungsi

baik, maka sub-sistem (komponen-komponen) pendukungnya

haruslah dirancang secara sinkron dan terintegrasi satu dengan yang lain. Hal

ini tidak saja

70
menyangkut komponen (elemen) yang berada didalam sub-sistem

mesin, tetapi juga menyangkut manusia yang akan berinteraksi dengan sub-

sistem mesin tersebut untuk membentuk sebuah sistem manusia-mesin

(man-machine system). Oleh karena itu sangat mendasar sekali kalau seorang

perancang mesin (produk) akan selalu mempertimbangkan manusia sebagai

sub-sistem yang perlu diselaraskan dengan sub-sistem mesin (produk) agar bisa

layak dioperasikan nantinya. Berkaitan dengan hal tersebut sudah

semestinya seorang perancang mesin (produk) akan memperhatikan segala

kelebihan maupun keterbatasan manusia dalam hal kepekaan inderawi

(sensory), kecepatan dan ketepatan didalam proses pengambilan

keputusan, kemampuan penggunaan sistem gerakan otot, dimensi ukuran

tubuh (anthropometri), dan sebagainya; untuk kemudian menggunakan semua

informasi mengenai faktor manusia (human factors) ini sebagai acuan

didalam menghasilkan sebuah rancangan mesin atau produk yang serasi,

selaras dan seimbang dengan manusia yang akan mengoperasikannya nanti.

Seorang perancang produk haruslah bisa mengintegrasikan semua aspek

manusiawi tersebut lewat karya-karya rancangannya dalam sebuah konsep

yang dikenal dengan “Human Integrated Design”. Analisis mengenai faktor

manusia dalam proses perancangan produk meliputi evaluasi yang berkaitan

dengan karakteristik data fisiologik dan psikologik manusia yang nantinya akan

menjadi komponen utamanya. Dengan memasukkan unsur-unsur yang

berkaitan tentang faktor manusia tersebut ( baik kelebihan, keterbatasan,

maupun kekurangannya ) pada saat proses perancangan berlangsung; hasil

71
yang diperoleh nantinya akan berupa “resultant design” dari sebuah sistem

manusia-mesin. Optimalisasi rancangan produk akan bisa diperoleh, karena

disini variabel-variabel operasional dan interaksi faktor manusia dengan sistem

mesin yang akan dioperasikannya sudah terintegrasi dalam teknologi

produk (bisa berupa perangkat keras / hardware maupun perangkat lunak /

software) yang dirancang.

Secara umum aplikasi konsep Human Centered/Integrated Design

(HC/ID) dapat dijelaskan berdasarkan dua prinsip yaitu : pertama, seorang

perancang produk harus menyadari benar bahwa faktor manusia akan

menjadi kunci penentu sukses didalam operasionalisasi sistem manusia-

mesin (produk); tidak peduli apakah sistem tersebut bersifat manual,

mekanis (semi-automatics) ataukah otomatis penuh. HC/ID akan

menempatkan semua unsur/parameter design menyesuaikan dengan

karakteristik kelebihan maupun kekurangan manusia (fitting the task/ design

to the man). Kedua, seorang perancang produk harus juga menyadari bahwa

setiap produk akan memerlukan informasi- informasi detail dari semua

faktor yang terkait dalam setiap proses perancangan.

Seorang perancang produk harus mengetahui sistem operasional

seperti apa yang dapat dikerjakan lebih baik oleh manusia (didasarkan oleh

faktor kelebihan yang dimiliki manusia dibandingkan dengan mesin/alat);

dan disisi lain dengan menyadari segala kekurangan serta kelemahan manusia,

maka keterbatasan- keterbatasan ini kemudian bisa dialokasikan untuk


72
kemudian dikerjakan oleh sub-sistem mesin (produk) yang dirancang.

Data yang berkaitan dengan kelebihan, kekurangan maupun keterbatasan

baik yang bersifat fisiologik maupun psikologik bisa dikembangkan melalui riset

ergonomis yang merujuk manusia sebagai obyek dan sekaligus subyek

pengamatan. Rancangan memenuhi kriteria “baik” sejauh rancangan tersebut

mampu memenuhi tolok ukur efektif, efisien, nyaman, aman, dan sehat.

73
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Skema Metodologi Penelitian

Gambar 9. Diagram Alir Proses Pembuatan Meja Kursi

74
3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengambilan data untuk penelitian ini adalah :
a. Metode Penelitian Lapangan
Penyimpulan data dengan melakukan penelitian langsung pada perusahaan dan
pelanggan yang menjadi objek penelitian ini dengan cara :
a) Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengalami
langsung objek yang akan di teliti.
b) Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi
dengan pihak konsumen untuk mendapatkan data secara lebih mendalam.
Melalui wawancara ini dapat di peroleh informasi tambahan yang tidak
terjaring lewat tahap observasi.

b. Metode Penelitian Kepustakaan


Untuk melengkapi keakuratan dan hasil penelitian, maka dalam pelaksanaan
penelitian menggunakanstudikepustakaan.Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang relevan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Melalui
berbagai buku (literature) maupun jurnal-jurnal yang memiliki kaitan dengan
pembahasan dalam penelitian.

75
3.3 Material Produk

Gambar 10. Meja Kursi dengan hiasan kaca

Keterangan :

I. Pada bagian utama yaitu meja di fungsikan sebagai tempat untuk meletakkan
benda-benda dengan kaca berada di sisi kana kiri sebagai hiasan.
II. Pada bagian yang ke 2 yaitu payung sebagai pelindung meja dan kursi. Selain
itu payung bisa dibuka dan ditutup, sesuai keinginan.

Dengan mengacu pada gambar kerja dan konstrusi, maka dapat diketahui bahan dan
ukuran yang mengharuskan untuk dipatuhi. Pada pembuatan rangka meja kursi kafe ini
menggunakan beberapa bahan-bahan, diantaranya yaitu:
a. Akar Pohon Jati dengan diameter (1200 mm), ketebalan (80 mm)
b. Kayu Jati dengan diameter (70 mm), ketebalan (100 mm)
c. Pipa galvanis tipe hollow ukuran (60x60)mm
Panjang (800 mm)
d. Kaca ( transparan ) dengan ketebalan ( 0,5 mm )
Panjang (1000 mm x 2 )
e. Cat vernis dengan tipe dana gloss nc clear

76
3.4 Alat

Identifikasi alat dibutuhkan agar bisa mengetahui jenis-jenis alat apa saja yang
diperlukan dan digunakan berkaitan dengan proses pembuatan rangka meja dan kursi
dengan aksesoris kaca.

Adapun alat-alat yang dibutuhkan ialah sebagai berikut :

a. Roll meter
b. Mistar siku
c. Penggaris
d. Mesin Gerinda ( duduk, tangan, potong )
e. Mesin Bor
f. Kompresor udara
g. Mesin Gergaji
h. Mesin Pemaku
i. Mesin Penghalus

3.5 Keselamatan Kerja


Dalam suatu pekerjaan dianjurkan menggunakan suatu perlengkapan keamanan atau
yang biasa disebut perlengkapan keselamatan kerja. Perlengkapan keselamata kerja
berfungsi sebagai perlindungan diri agar pekerja aman dalam melakukan pekerjaannya.
Adapun perlengkapan keselamatan kerja tersebut ialah sebagai berikut :
a. Wear pack ( pakaian kerja )
b. Helem kerja
c. Sepatu safety
d. Sarung tangan
Peralatan tersebut diatas merupakan peralatan yang wajib digunakan oleh para
pekerja. Karena dalam setiap pekerjaan memerlukan perlengkapan keselamatan
kerja yang berbeda maka dibawah ini disebutkan beberapa perlengkapan
keselamatan kerja sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.
a. Pemotongan bahan
Selain dari keempat peralatan wajib keselamatan kerja, pekerja dianjurkan

77
memakai masker pada saat pengerjaan pemotongan bahan. Hal itu dikarenakan
agar pekerja terhindar dari sisa pemotongan bahan yang berupa serbuk yang
biasa mengakibatkan gangguan dari sistem pernapasan.
b. Pengeleman
Pada proses pengeleman pekerja di anjurkan memakai masker pelindung dan
sarung tangan agar terhindar dari efek zat kimia yang terkandung dalam bahan
lem.

3.8 Biaya Operasional

Dalam pembuatan produk yang bernama “ Meja dan Kursi akar pohon jati” ini
memerlukan biaya operasional dengan rincian sebagai berikut:

No. NamaBarang Banyaknya Harga Jumlah

Akar Pohon Jati dengan


1. diameter (1200 mm),
ketebalan (80 mm)

Kayu Jati dengan


2. diameter (70 mm),
ketebalan (100 mm)

Pipa galvanis tipe hollow

3. ukuran (60x60)mm

Panjang (800 mm)

Kaca ( transparan )
dengan ketebalan ( 0,5

4. mm ),Panjang (1000 mm
x2)

5. Baut + Mur

78
6. Payung kafe

8. PakuTembak 3 cm

9. PakuTembak 2,5 cm

10. PakuTembak 2 cm

11. Cat Tembok 1kg

12. KertasGosok 2meter

13. LemKuning

14. Lemputih

15. Cat

21. Thiner A special

22. Dempul

Lampu spot helogen 1


23.
set

24. Kabel serabut

25. Kabel tembaga

26. Saklar mini

27. Stop kontak

28. Transportasi

Biaya pengerjaan/
29.
Operasional

Total Rp

Table 3.8 Biaya Operasional

79
80

Anda mungkin juga menyukai