SKRIPSI
Oleh
ENGGIO SEPTIRA
160750013
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi ini tidak
terdapat bagian atau satu kesatuan yang utuh dari skripsi, buku, atau bentuk lain
yang saya kutip dari karya orang lain tanpa saya sebutkan sumbernya yang dapat
dipandang sebagai tindakan penjiplakan. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat reproduksi karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain yang dijadikan seolah-olah karya asli saya sendiri. Apabila ternyata
terdapat dalam skripsi saya bagian-bagian yang memenuhi standar penjiplakan,
saya menyatakan kesediaan untuk dibatalkan sebahagian atau seluruh hak gelar
kesarjanaan saya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan
dari pihak manapun.
Enggio Septira
160750013
i
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI
Mengetahui : Mengetahui :
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Terapan Ketua Program Studi
Pendidikan Vokasional Teknik Mesin
ii
LEMBARAN PENGESAHAN FAKULTAS
Dr. Ir. Azhari, M.Sc., IPM., Asean. Eng. Dr.Fajriana, S.Si., M.Si.
NIP 196512312002121012 NIP. 197607202005012001
iii
KATA PENGANTAR
Terselesaikannya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu penyusunan menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Herman Fithra, S.T., M.T., IPM., Asean. Eng selaku
Rektor Universitas Malikussaleh.
2. Bapak Dr. Ir. Azhari, M.Sc., IPM., Asean. Eng selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh.
3. Ibu Dr. Fajriana, S.Si., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Terapan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Malikussaleh.
4. Bapak Dr. Abu Bakar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Vokasional Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Malikussaleh.
5. Bapak Dr. Siraj, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Taufiq, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing I, Bapak Azhar
Syahputra S.T., M.Sc selaku Dosen Pembimbing II, Bapak Alchalil, S.T.,
M.T, selaku Penguji I, dan Ibu Sayni Nasrah, S.Pd., M.Pd selaku Penguji
II dalam penulisan skripsi ini, keempatnya dengan sabar memberikan
iv
bimbingan dan arahan sejak permulaan sampai dengan selesainya skripsi
ini.
7. Bapak/ Ibu seluruh dosen dan karyawan jurusan Pendidikan Vokasional
Teknik Mesin yang telah membantu selama kuliah.
8. Teristimewa buat kedua Orang Tua penulis Ayahanda Sugihartono dan
Ibunda Arlinda, kakak Sulindhiestya, abangda Ray Yudhistira, adik Ragil
Jantira dan Ananda Ihfa Nurhasanah yang telah dan selalu memberikan
dukungan, mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi dan
semangat serta mendoakan penulis dalam menempuh studi dan cita-cita.
9. Setelah semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat
disebutkan satu-persatu, terima kasih banyak semoga segala amal yang
ikhlas ini mendapat ganjaran pahala yang setimpal dari Allah Subhanna
wa ta’ala. Amin yarabbal’alamin.
Penulis sudah semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini,
tetapi jika masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, kritik dan saran
dari pembaca sangat penulis harapkan agar penulis dapat melakukan
perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Enggio Septira
NIM.160750013
v
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI...........................................ii
LEMBAR PENGESAHAN FAKULTAS.......................................................iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iv
ABSTRAK ......................................................................................................vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................viii
DAFTAR TABEL ………………………………………….………………..ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1.5 Definisi Operasional ............................................................................. 4
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………...………………...….. 59
5.2 Saran ……………………………………………...…………………… 59
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
mesin dan pengamatan di ruang lab teknik mesin guru masih melakukan
pembelajaran praktikum dengan satu arah dimana guru lebih aktif dalam
memberikan informasi kepada siswa dan belum adanya praktikum perkelompok
yang menyebabkan siswa yang menguasai materi kurang rasa empati terhadap
siswa lain yang belum menguasai materi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik meneliti mengenai upaya
peningkatan keterampilan siswa teknik mesin dengan pendekatan komunikatif
dalam kerja kelompok pada mata pelajaran pengukuran teknik di SMK Negeri 7
Lhokseumawe.
keadaan yang menjadi motif”. Menurut Mitchell dalam buku Majid (2014: 307)
“motivasi mewakili proses-proses psikologikan yang menyebabkan timbulnya,
diarahkan, dan terjadi persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (valunter) yang
diarahkan pada tujuan tertentu”.
Menurut soemanto dalam buku Majid (2014: 307) “secara umum
mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena perilaku manusia itu
selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yanag memberi
kekuatan bagi tingkah laku mencapai telah terjadi didalam diri seseorang”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif
yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang tampak
pada gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi sehingga mendorong individu untuk
bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, dan
keinginan yang harus terpuaskan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 80-81) “motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar”. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Ada komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.
2). Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2013: 2) “pengertian belajar secara psikis merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Perubahan – perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Definisi belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut: belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Pengertian belajar Menurut Skinner dalam buku Dimyati dan Mudjiono (2013:
9), “belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya akan
lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya akan tidak baik”.
Pengertian belajar menurut Robert M. Gagne dalam buku Syaiful (2014: 17),
“belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi
8
setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses
pertumbuhan saja”. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance–
nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi.
Berdasarkan uraian di atas, dalam pendekatan konstruktivisme, siswa
merupakan entitas yang aktif dalam mengembangkan kemampuannya dengan
memanfaatkan hal-hal yang ada disekitarnya. Dengan demikian, pada dasarnya siswa
dapat memaksimalkan hasil belajar mengajar yang kurang optimal yang berlangsung
di dalam kelas.
3). Pengertian Motivasi belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 94-96) “dalam perilaku belajar terdapat
motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang instrinsik dan ekstrinsik.
Penguatan motivasi – motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru atau
pendidik dan anggota masyarakat lain”. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat
motivasi belajar selama minimun sembilan tahun pada usia wajib belajar. Orang tua
bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Perilaku belajar yang
mengandung motivasi belajar yang dikelola oleh guru dan dihayati oleh siswa. Guru
adalah pendidik yang berperanan dalam rekayasa pedagogis. Guru bertindak
membelajarkan siswa yang memiliki motivasi instrinsik. Siswa adalah pelajar yang
paling berkepentingan dalam menghayati belajar. Dalam proses belajar mengajar,
guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur,
menghukum, atau memberi nasihat. Tindakan guru tersebut berarti menguatkan
motivasi instrinsik. Belajar yang bermotivasi siswa memperoleh hasil belajar. Hasil
belajar dapat dikategorikan sebagai hasil belajar sementara, bagian, tak lengkap, atau
lengkap. Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur.
4). Unsur – Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Adapun unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Dimyati
dan Mudjiono (2013: 97-100),
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan
belajar berjalan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain – lain. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menimbulkan cita – cita dalam kehidupan. Timbulnya
cita – cita dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
9
b. Kemampuan siswa
Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas –
tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar. Seorang siwa yang sedang sakit, lapar, dan marah akan
mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya siswa yang sehat, kenyang dan bahagia
akan mudah memusatkan belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka
siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam dan lingkungan yang
kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa akan mengganggu
kesungguhan belajar. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka
semangat motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Lingkungan siswa yang berupa
lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa berupa surat kabar, majalah, radio, televisi,
dan film semakin menjangkau siswa. Ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan
motivasi belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi disekolah dan diluar sekolah. Upaya
pembelajaran disekolah meliputi menyelenggarakan tertib belajar sekolah, membina
disiplin belajar dalam tiap kesempatan, membina tertib pergaulan, membina belajar
tertib lingkungan sekolah. Disamping penyelenggaraan tertib yang umum tersebut,
maka secara individual, tiap guru menghadapi anak didiknya. Upaya pembelajaran
tersebut meliputi pemahaman tentang diri siswa dalam rangka tertib belajar,
pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik hubungan secara tepat guna, dan
mendidik cinta belajar.
10
b. Ciri Belajar
Menurut Syaiful (2014: 53) Perbuatan dan hasil belajar dapat dipahami bahwa
perbuatan dan hasil belajar itu mungkin dapat dimanifestasikan dalam wujud :
1. Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip hukum
atau kaidah, prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya
2. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berfikir mengingat
atau mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi, penghayatan dan
sebagainya) perilaku psikomotorik termasuk yang bersifat ekpresif.
3. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang tangible maupun yang
intangible.
Adapun ciri perubahan spesifik antara lain seperti dikemukakan berikut ini;
1). Belajar menyebabkan perubahan pada aspek aspek kepribadiaan yang berfungsi
terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
2). Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
3). Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui
proses belajar.
4). Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, menyebabkan keseluruhan
tingkah laku secara integral.
5). Belajar adalah proses interaksi.
6). Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada komplek.
c . Hasil Pembelajaran
Menurut Widiyoko (2013: 25-28) “proses pembelajaran melibatkan dua subjek,
yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu perubahan. Berbagai perubahan yang
terjadi pada diri siswa sebagai hasil proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu output dan outcome”. Output merupakan kecakapan yang dikuasai siswa
yang segera dapat diketahui setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran. Ada
juga yang menyebut output pembelajaran merupakan hasil pembelajaran yang
bersifat jangka pendek. Output pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu hard
skills dan soft skills. Hard skills merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah
untuk dilakukan pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua yaitu academic
skills dan vocation skills. Kecakapan akademik (academic skill) merupakan
kecakapan untuk menguasai berbagai konsep dalam bidang ilmu-ilmu yang dipelajari
13
3) Metode Diskusi
4) Metode Simulasi (The Simulation Method)
5) Metode Tugas dan Resitasi
6) Metode Tanya Jawab
7) Metode Komunikatif Kerja Kelompok
8) Metode Problem Solving
9) Metode Sistem Regu (Team Teaching)
10) Metode Latihan (Drill)
11) Metode Karyawisata (Field-Trip)
12) Ekspositori
13) Inkuiri
14) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan komunikatif dengan Metode Pembelajaran simulasi (The
Simulation Method) dalam kerja kelompok.
a. Pengertian Komunikasi
Menurut Evertt M. Rogers dalam Majid (2014:282) “mendefinisikan
komunikasi sebagai proses yang didalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan
dari sumber kepada penerima dengan tujuan merubah perilakunya”. Menurut
Theodore Herbert dalam Majid (2014:282) “mengatakan bahwa komunikasi
merupakan proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari
seorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan
khusus”. Sedangkan, menurut Wilbur Schramm dalam Majid komunikasi merupakan
“tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan
pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang
memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta
ditafsirkan oleh penerima”.
b. Fungsi
Adapun fungsi komunikasi dalam pembelajaran antara lain:
a). Pengendalian
Berfungsi sebagai pengendalian dalam pembelajaran, artinya bahwa
komunikasi berfungsi untuk mengendalikan perilaku peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan efektif.
15
b). Motivasi
Berfungsi sebagai motivasi. Komunikasi dapat memperkuat motivasi peserta
didik dalam pembelajaran dengan cara menjelaskan kepada peserta didik mengenai
apa yang harus dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, dan apa tujuan yang
ingin dicapai dari apa yang dipelajari tersebut.
c). Pengungkap Emosi
Komunikasi merupakan sarana untuk pengungkapan emosi dalam proses
pembelajaran. Seperti kita pahami bahwa proses pembelajaran di sekolah merupakan
proses yang didalamnya terjadi interaksi antar berbagai karakter peserta didik,
dimana dalam interaksi tersebut terjadi proses pengungkapan emosi.
d). Informasi
Komunikasi dapat memberikan informasi yang diperlukan guru dan peserta
didik dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
secara optimal.
e). Bahan Diskusi
Yakni menyediakan informasi yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
f). Sosialisasi
Yakni sebagai sarana sosialisasi antara guru dan peserta didik.
g). Hiburan
Bahwa komunikasi merupakan media hiburan yang mudah dan murah.
h). Integrasi
Melalui komunikasi, terjadi integrasi di antara ragam perbedaan yang dimiliki
oleh peserta didik.
i). Pendidikan
Bahwa komunikasi mendidik dan memberikan pengetahuan yang cukup kepada
guru untuk mentransfer pengetahuan dan segala kompetensi yang berhubungan
dengannya, sebagai bagian dari proses pendidikan bagi peserta didik.
j). Kebudayaan
Melalui pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta
didik, maka sesungguhnya kebudayaan sedang dibangun.
16
1. Keterampilan bertanya
2. Keterampilan memberikan penguatan
3. Keterampilan membuat variasi stimulus
4. Keterampilan menjelaskan
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
c). Ciri-ciri
Keterampilan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pentingnya keberartian belajar untuk mencapai hasil yang memadai
2. Menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam proses belajar
3. Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang menekankan hasil
belajar secara tuntas
b. Praktik Pengukuran
Praktik merupakan metode pembelajaran yang direkomendasikan dalam
pembelajaran karena memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan metode lain.
Kelebihan tersebut antara lain (1) mampu menumbuhkan kepercayaan peserta didik
atas kebenaran atau kesimpulan melalui melalui eksperimen yang dilakukannya, (2)
mampu mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang teknologi
dan sains, (3) mampu menumbuhkan sikap-sikap ilmiah peserta didik seperti
bersikap jujur, bekerjasama, kritis, terbuka, dan bertoleransi, (4) memberikan
pengalaman pada peserta didik dalam belajar dengan mengalami atau mengamati
sendiri suatu proses atau fenomena. (Pasaribu, 2018)
a). Pengertian
Pengertian Praktik Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
b). Fungsi
Berfungsi agar para praktikan mampu menggunakan alat-alat ukur dasar, mampu
menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, mampu
memahami penggunaan angka penting.
c). Ciri-ciri
Tergantung dengan alat yang digunakan, lihat ketelitiannya dahulu dan cek
kebersihannya. Lalu setelah menimbang tinggal membaca skalanya.
18
Keterangan:
1. Rahang Dalam
2. Rahang Luar
3. Depth probe atau pengukur kedalaman
4. Skala utama (dalam cm)
5. Skala utama (dalam inchi)
6. Skala nonius (dalam mm)
7. Skala nonius (dalam inchi)
8. Pengunci
Jangka sorong memiliki banyak nama antara lain : jangka geser, mistar geser,
mistar sorong, mistar ingsut, jangka ingsut, sigmat, scuiffmacth, vernier caliper.
Jangka sorong memiliki beberapa tingkat ketelitian, yaitu : 0,1 mm ; 0,05 mm ; 0,02
mm dan 0,01 mm (Azharis and Fahriza Tri Rizki, 2019). Beberapa model jangka
sorong diantaranya ada yang dilengkapi dengan jam ukur dan dilengkapi dengan
pembaca secara digital.
Jangka sorong adalah alat ukur yang dengan presisi tinggi yang digunakan
untuk mengukur besaran panjang yang terdiri dari rahang tetap yang mempunyai
skala utama dan rahang geser yang mempunyai skala nonius. Jangka sorong biasanya
terbuat dari baja tahan karat. Alat ini memiliki tingkat ketelitian sampai dengan 0,01
mm atau 1/100 mm.
Jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter luar, diameter dalam,
kedalaman dan tinggi sebuah benda. Nama lain jangka sorong adalah vernier calliper
20
dan sketmat. Ketelitian yang dimiliki jangka sorong ada banyak macamnya, untuk
jangka sorong manual terdapat tingkat ketelitian 0,1 mm, 0,05 mm dan 0,02 mm
Untuk versi analog umumnya tingkat ketelitiannya adalah 0,05 cm untuk
jangka sorong di bawah 30 cm dan 0,01 cm untuk yang di atas 30 cm. Dengan
memakai alat ukur ini Anda bisa tahu ukuran suatu benda secara pasti.
Bagian – bagian dari jangka sorong adalah sebagai berikut:
1. Skala utama
Skala utama merupakan pembagian vernier untuk memperoleh pengukuran yang
baik.
2. Skala vernier (nonius)
Skala vernier (nonius) merupakan pembagian sama panjang pada jangka sorong
yang ditandai dengan satuan pengukuran.
3. Rahang tetap
Rahang tetap merupakan bagian runcing diujung penggaris yang menyokong
benda yang diukur, benda diletakkan diantara dua rahang yang dirapatkan.
Terdapat dua rahang tetap, yakni rahang tetap atas dan rahang tetap bawah.
4. Rahang gerak
Rahang gerak merupakan bagian runcing yang dipasang diujung vernier yang
dapat bergeser sepanjang penggaris ke objek yang diukur. Terdapat dua rahang
gerak, yakni rahang gerak atas dan rahang gerak bawah
5. Kunci peluncur
Kunci peluncur berfungsi untuk menjaga pengukuran yang diperoleh
6. Kunci penggerak halus
Kunci penggerak halus berfungsi untuk mengatur posisi rahang secara halus
7. Ruler (ekor)
Peralatan berskala di ujung rahang untuk mengukur ketebalan atau kedalam
sebuah benda. (Archambault, 2011:700)
B. Prinsip Kerja Jangka Sorong
Prinsip kerja jangka sorong adalah benda yang diukur ditahan pada salah satu
sisi/permukaannya oleh rahang ukur tetap, selanjutnya rahang geser digeserkan
sehingga rahang ukur geser/gerak menempel pada sisi yang lain.Saat benda yang
diukur dijepit pengukur, kita bisa membaca posisi garis indeks terhadap skala ukur,
jika diperlukan bisa dikunci, kemudian dibaca hasil pengukurannya.
21
sehingga penggunaanya jauh lebih mudah dibandingkan dari dua jenis jangka sorong
di atas. (Flack, 2014: 6)
E2. Jenis Jenis Jangka Sorong Berdasarkan Fungsinya
1). Jangka Sorong Alur Dalam (Inside Grove caliper)
Jangka sorong ini mempunyai bentuk rahang yang lebih panjang dari rahang
jangka sorong pada umumnya. Jangka sorong ini berfungsi untuk mengukur diameter
dalam suatu benda/tabung yang bentuknya berlekuk-lekuk, contohnya seperti toples
& botol.
2). Jangka Sorong Ketinggian (Height Vernier Caliper)
Jangka sorong jenis ini dipakai untuk mengukur ketinggian sebuah benda
dengan lebih akurat.
3). Jangka Sorong Pipa (Tube Thickness Calipper)
Jangka sorong jenis ini dipakai untuk mengukur ketebalan sebuah pipa atau
tabung yang berdiameter kecil.
4). Jangka Sorong Jarak Pusat (Centerline Caliper)
Jangka sorong jenis ini dipakai untuk mengukur jarak antara satu lubang
dengan lubang yang lain atau jarak antara lubang dengan tepi sebuah permukaan
benda.
5). Jangka Sorong Gigi Gear (Gear Tooth Vernier Calipers)
Berfungsi untuk mengukur ketebalan gigi-gigi pada gear yang biasa ditemukan
pada alat-alat mekanik atau spare part mesin.
6). Jangka Sorong Cakram (Disc brake vernier calipers)
Jangka sorong jenis ini dipakai untuk mengukur ketebalan suatu lempengan
cakram logam.
Langkah-langkah Persiapan Pengukuran:
1. Pilih calliper yang paling sesuai dengan aplikasi dengan memastikan bahwa
jenisnya, yang diukur range, kelulusan dan spesifikasi lain dari calliper sesuai
untuk pengukuran yang akan dilakukan.
2. Periksa apakah kaliberasi calliper belum kadaluwarsa. Jika kaliberasi telah
kadaluwarsa, gunakan calliper lain yang kaliberasinya valid.
3. Periksa pengukuran calliper untuk tanda-tanda kerusakan. Jangan gunakan
caliber yang rusak.
23
4. Sebelum mengambil ukuran, bersihkan sampah, debu, duri, dan lain-lain dari
benda kerja. Pastikan benda kerja berada pada suhu kamar.
5. Bersihkan caliper dari debu dan minyak sebelum digunakan. Bersihkan dengan
seksama gesernya permukaan dan permukaan pengukur, hanya menggunakan
kertas atau kain bebas serat bersih
6. Saat mengukur, pelan gerakan slider dengan perlahan sambil menekan terus jari
skala utama. Slider seharusnya tidak terasa longgar.
7. Periksa bacaan nol. (Flack, 2014:15-16)
• Frame (Rangka)
Bagian Bingkai atau sering disebut juga Bagian Frame Mikrometer yang
berbentuk seperti Huruf C ataupun Huruf U dan terbuat dari Bahan Logam yang
tahan panas dan Tebal serta Kuat karena bertujuan agar dapat meminimalkan
terjadinya peregangan yang dapat menganggu proses pengukuran sebuah benda.
• Anvil (Poros Tetap)
Yang kedua ialah Bagian Poros Tetap Mikrometer yang mempunyai Fungsi
untuk penahan sebuah benda saat akan diukur menggunakan Alat Ukur Mikrometer
ini.
• Spindel (Poros Gerak)
Bagian Mikrometer Yang Ketiga ialah Poros Gerak yang merupakan sebuah
Silinder yang dapat digerakan menuju Poros Tetap Mikrometer.
• Lock Nut (Pengunci)
Lalu Bagian Mikrometer Sekrup ke Empat ialah Pengunci (LOCK) yang
memiliki fungsi untuk menahan Poros Gerak agar tak bergerak saat proses
pengukuran sebuah benda.
• Sleeve (Skala Utama)
Bagian Ke Lima disebut juga dengan Sleeve yang merupakan tempat
terletaknya Skala Utama dalam satuan Milimeter (mm).
• Thimbel (Skala Putar)
Bagian Mikrometer ke Enam ialah Thimble yang merupakan tempat Skala
Nonius (Skala Putar) Mikrometer berada.
• Ratchet Knob
Lalu untuk Bagian Mikrometer yang terakhir atau ke Tujuh ialah Ratchet Knop
yang berfungsi untuk memutar Spindle (Poros Gerak) sesaat ujung Poros Gerak
tersebut sudah dekat dengan benda yang akan diukur serta digunakan untuk
mengencangkan Poros Gerak (Spindle) tersebut sampai terdengar bunyi suara
sehingga untuk memastikan bahwa Ujung Poros Gerak sudah menempel dengan
sempurna dengan benda yang akan diukur maka Ratchet Knob tersebut diputar
sebanyak Dua atau Tiga putaran.
Kegunaan dan Fungsi Mikrometer Sekrup:
Adapun untuk Fungsi Alat Ukur ini yang benar ialah untuk mengukur Panjang
sebuah benda, mengukur diameter luar benda dan mengukur ketebalan suatu benda
25
yang mempunyai ukuran yang cukup kecil seperti benda lempeng baja, aluminium,
diameter suatu kabel, kawat, lebar suatu kertas maupun benda – benda yg lainnya.
Lalu Kegunaan Alat Ukur Mikrometer Sekrup untuk mengukur Panjang, Tebal
dan Diameter suatu benda dengan tingkat ketelitian mencapai 0.01 mm yang
merupakan tingkat ketelitian yang lebih tinggi sepuluh kali lipat dibandingkan
dengan Alat Ukur Jangka Sorong karena Jangka Sorong hanya memiliki tingkat
ketelitian sekitar 0.1 mm saja.
Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup:
Kemudian di dalam Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup sendiri, yaitu :
• Pastikan pengunci (lock nut) dalam keadaan terbuka.
• Bukalah rahang dengan memutar kekiri pada skala putar.
• Masukanlah benda yang akan di ukur pada rahang dan putar kembali skala putar
sampai tepat (jangan terlalu kuat, cukup sampai benda tidak jatuh) hingga bunyi klik.
• Putarlah pengunci (lock nut) hingga skala putar tidak dapat digerakkan.
• Jika sudah pengukuran, keluarkan benda dan baca hasil pengukuran. (Ummu, 2011:
8)
Cara Membaca Mikrometer Sekrup:
Untuk membaca nilai pada mikrometer sekrup ada 2 bagian yang harus
diperhatikan yaitu skala utama dan skala nonius. Untuk melihat ke-2 bagian tersebut
dapat dilihat dari sleve untuk skala utama dan thimble untuk melihat skala nonius.
1. Perhatikan letak garis skala di bagian sleve yang dilewati oleh bagian timhble
yaitu 5 mm
2. Lihat garis skala bawah yaitu 0,5 mm
3. Perhatikan nilai di skala nonius yang berada dibagian thimble yaitu 30 mm
maka rumusnya dikalikan 0,01 mm maka hasilnya 30 x 0,01 = 0.3 mm
4. Jumlahkan lah hasil dari ketiga nilai diatas yaitu nilai skala atas + nilai skala
bawah + nilai di skala nonius = 5 + 0,5 + 0,3 = 5,8 mm
Maka hasil pengukuran dari contoh gambar diatas adalah 5,8 mm
Mikrometer sekrup memiliki tiga macam yang secara umum dikelompokkan
berdasarkan pada penggunaannya. Berikut ini macam-macam mikrometer sekrup,
antara lain: Mikrometer luar. Jenis mikrometer sekrup yang sering digunakan untuk
mengukur benda seperti kawat, lapisan - lapisan, blok - blok dan batang - batang,
Mikrometer dalam. Merupakan salah satu jenis mikrometer yang sedang dipakai
untuk mengukur sebuah garis tengah atau diameter pada lubang suatu benda,
mikrometer kedalaman. Jenis mikrometer yang dipakai untuk mengukur kedalaman
dan juga ketinggian dalam sebuah benda. Kegiatan manufaktur adalah suatu aktivitas
untuk membuat produk-produk atau komponen-komponen tertentu sesuai dengan
standar yang diinginkan.
Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan suatu produk sesuai dengan kualitas
yang diinginkan, perlu keahlian khusus yaitu keahlian dalam memilih permesinan,
keahlian dalam mengoperasikan permesinan, serta keahliahan dalam melakukan
pengukuran, khususnya dalam bidang pengukuran dimensi (Nurhasan Ropii, 2019).
Penerapan teknik pengukuran dimensi yang benar serta pemahaman pembacaan alat
ukur yang benar dan tepat dapat memberikan tingkat keberhasilan dalam manufaktur
produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Jika operator tidak tepat
memilih, menggunakan dan membaca alat ukur maka akan menimbulkan suatu
produk yang tidak sesuai spesifikasi atau dapat menghasilkan produk yang rijek.
Kegiatan pelatihan penggunaan jangka sorong dan mikrometer sekrup kepada siswa
SMK Negeri 7 Lhokseumawe dilakukan bertujuan untuk memberikan peningkatan
kemampuan dalam menggunakan alat ukur dan memahami cara pembacaan alat ukur
.
27
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa jumlah guru di SMK Negeri 7
Lhokseumawe sebanyak 43 orang. Kemajuan suatu sekolah terlepas dari guru-guru
yang berkompeten dan berkompeten dan berpengalaman pada sekolah tersebut.
Semakin berkualitas guru yang mengajar, maka semakin bagus pendidikan di
sekolah tersebut.
terjadi, kejadian dapat berupa interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru,
maupun interaksi antara siswa dengan siswa (Arikunto, 2014:272). Aspek yang
diamati adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan menerapkan Pendekatan
Komunikatif Kerja Kelompok.
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
Tabel 3.3 Angket
NO Aspek Yang Direspon Respon Peserta Didik
………………………
9. Tuliskan kesulitan-kesulitan yang anda rasakan, dalam proses belajar
menggunakan Model Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok.
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………
10. Tuliskan saran anda terhadap Model Pembelajaran Pendekatan Komunikatif
Kerja Kelompok (Yang anda gunakan).
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………
f
P= X 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
f = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
2. Aktivitas Guru dan Siswa
Aktivitas guru dan siswa dalam penerapan Pendekatan Komunikatif Kerja
Kelompok pada materi alat ukur di nilai dengan menggunakan lembar observasi yang
diamati oleh dua orang pengamat. Adapun rumus yang digunakan adalah
sebagaimana pendapat Arikunto (2013: 140)
f
P= X 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
f = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
3. Respon siswa terhadap Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok
Respon siswa ini dinilai melalui pembagian angket yang berisi tentang
model pembelajaran, keterampilan guru dalam mengajar, pemahaman siswa terhadap
materi peralatan bengkel otomatif. Adapun rumus yang digunakan adalah
sebagaimana pendapat Arikunto (2013: 140).
f
P= X 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
f = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
37
38
c. Observasi Siklus I
Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan kegiatan pembelajaran
dilakukan oleh guru mata pelajaran dan teman sejawat. Hasil observasi aktivitas
guru dan siswa dalam materi pengukuran teknik dengan menggunakan pendekatan
komunikatif kerja kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4
Tabel 4.3 Hasil Aktivitas Guru Siklus I oleh Guru Mata Pelajaran
NO Kegiatan Guru Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran √ √
2. Guru menjelaskan logistik yang √ √
dibutuhkan
3. Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam √ √
aktivitas
4. Guru mengorganisasi siswa pada aktivitas √ √
belajar
5. Guru membantu siswa mendefenisikan dan √ √
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah
6. Guru membimbing penyelidikan individual √ √
dan kelompok
7. Guru mendorong siswa untuk √ √
mengumpulkan informasi yang sesuai
8. Guru melaksana informasi yang sesuai √ √
9. Guru melaksanakan eksperimen untuk √ √
mendapatkan pelajaran memecahkan
masalah
10. Guru mengembangkan dan menyajikan √ √
hasil karya
11. Guru membantu siswa merencanakan dan √ √
menyiapkan karya sesuai seperti
menyiapkan laporan dan model serta
membantu berbagai tugas dengan
40
temannya
12. Guru menganalisis dan mengevaluasi √ √
proses pemecahan masalah
13. Guru membantu siswa untuk melakukan √ √
atau evaluasi terhadap masalah
14. Guru membimbing siswa membuat √ √
kesimpulan terhadap materi yang telah
dicatat
15. Guru mengakhiri pembelajaran dengan √ √
mengingatkan kepada siswa agar tetap
menerapkan protokol kesehatan
Jumlah Skor 53
Rata-Rata 3,5
Kategori Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
pertama, siklus kedua juga diberikan tes hasil belajar siswa, hasil tes belajar siswa
siklus II pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Tes Siswa Akhir Siklus II
No Subjek Penelitian XI Nilai Keterangan
Mesin Tuntas Tidak Tuntas
1 MI 90 √
2 DA 70 √
3 AS 80 √
4 MA 85 √
5 RS 80 √
6 MIL 90 √
7 FA 95 √
8 MK 100 √
9 MR 100 √
10 MF 100 √
Jumlah Total 890 9 siswa 1 siswa
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Berdasarkan hasil dari tabel 4.7, maka dapat rekapitulasi hasil belajar siswa
pada siklus II sebagai berikut pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II.
Siklus Jumlah Jumlah Nilai Nilai Maksimal % Ketuntasan
Siswa Nilai Rata- Keberhasilan
Rata Tidak
2 10 ≥75 ≤75 Tuntas Tuntas
Siswa 890 89 9 Siswa 1 Siswa 90% 10%
c. Observasi Siklus II
Tindakan pada siklus kedua, model pembelajaran pada materi pengukuran
teknik dengan menggunakan model pendekatan komunikatif kerja kelompok jga
diamati oleh seorang pengamat dan guru mata pelajaran yang bertugas memberikan
penilaian tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Berikut hasil observasi
pada siklus kedua pada tabel 4.9:
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II oleh Guru Mata Pelajaran
NO Kegiatan Guru Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Guru menjelaskan tujuan √ √
pembelajaran
2. Guru menjelaskan logistik yang √ √
dibutuhkan
3. Guru memotivasi siswa agar terlibat √ √
dalam aktivitas
4. Guru mengorganisasi siswa pada √ √
aktivitas belajar
5. Guru membantu siswa √ √
mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
6. Guru membimbing penyelidikan √ √
individual dan kelompok
7. Guru mendorong siswa untuk √ √
mengumpulkan informasi yang sesuai
8. Guru melaksana informasi yang √ √
sesuai
9. Guru melaksanakan eksperimen √ √
untuk mendapatkan pelajaran
48
memecahkan masalah
10. Guru mengembangkan dan √ √
menyajikan hasil karya
11. Guru membantu siswa merencanakan √ √
dan menyiapkan karya sesuai seperti
menyiapkan laporan dan model serta
membantu berbagai tugas dengan
temannya
12. Guru menganalisis dan mengevaluasi √ √
proses pemecahan masalah
13. Guru membantu siswa untuk √ √
melakukan atau evaluasi terhadap
masalah
14. Guru membimbing siswa membuat √ √
kesimpulan terhadap materi yang
telah dicatat
15. Guru mengakhiri pembelajaran √ √
dengan mengingatkan kepada siswa
agar tetap menerapkan protokol
kesehatan
Jumlah Skor 56
Rata-Rata 3,7
Kategori Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II oleh Teman Sejawat
NO Kegiatan Guru Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Guru menjelaskan tujuan √ √
pembelajaran
2. Guru menjelaskan logistik yang √ √
dibutuhkan
3. Guru memotivasi siswa agar terlibat √ √
49
dalam aktivitas
4. Guru mengorganisasi siswa pada √ √
aktivitas belajar
5. Guru membantu siswa √ √
mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
6. Guru membimbing penyelidikan √ √
individual dan kelompok
7. Guru mendorong siswa untuk √ √
mengumpulkan informasi yang sesuai
8. Guru melaksana informasi yang √ √
sesuai
9. Guru melaksanakan eksperimen √ √
untuk mendapatkan pelajaran
memecahkan masalah
10. Guru mengembangkan dan √ √
menyajikan hasil karya
11. Guru membantu siswa merencanakan √ √
dan menyiapkan karya sesuai seperti
menyiapkan laporan dan model serta
membantu berbagai tugas dengan
temannya
12. Guru menganalisis dan mengevaluasi √ √
proses pemecahan masalah
13. Guru membantu siswa untuk √ √
melakukan atau evaluasi terhadap
masalah
14. Guru membimbing siswa membuat √ √
kesimpulan terhadap materi yang
telah dicatat
15. Guru mengakhiri pembelajaran √ √
dengan mengingatkan kepada siswa
50
Berdasarkan hasil analisis data dari tabel diatas, maka diketahui bahwa
aktivitas siswa dalam pembelajaran pada materi pengukuran teknik menggunakan
model pendekatan komunikatif kerja kelompok pada siklus II termasuk kategori
sangat baik. Hasil ini tidak terlepas dari berbagai perbaikan yang dilakukan oleh
guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok di
kelas XI Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe.
d. Respon siswa terhadap penerapan pendekatan komunikatif kerja kelompok
Respon siswa pada materi pengukuran teknik dengan menggunakan
pendekatan komunikatif kerja kelompok, peneliti menggunakan metode angket
untuk memperoleh data tentang respon masing-masing siswa
Untuk mengetahui nilai yang diperoleh dari keadaan respon siswa kelas XI
Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe, pada materi pengukuran teknik dengan
menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.13 Hasil Tes Siswa Akhir Siklus II.
No Subjek Penelitian XI Mesin Nilai
1 MI 90
2 DA 70
3 AS 80
4 MA 85
5 RS 80
6 MIL 90
7 FA 95
8 MK 100
53
9 MR 100
10 MF 100
Jumlah Total 890
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Dari data pada tabel diatas maka dapat diketahui bahwa respon siswa kelas
XI Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe pada materi pengukuran teknik dengan
menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok adalah seperti pada Tabel
berikut:
Tabel 4.14 Rekapitulasi Respon Siswa.
Jumlah Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata Nilai Maksimal Keberhasilan
Siswa ≥75 ≤75
10 890 89 9 Siswa 1 Siswa
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jumlah nilai respon siswa dengan
menggunakan angket adalah 890 dan nilai rata-rata respon siswa dengan
menggunakan angket adalah 89.
e. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil tes pada siklus I dan hasil pengamatan aktivitas guru dan
siswa dengan menggunakan pendekatan komunikatif, maka hasil siklus II dapat
direfleksikan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi mata pelajaran
pada materi pengukuran teknik telah mengalami peningkatan yang signifikan.
Jumlah siswa yang tuntas bertambah menjadi 9 orang siswa dengan presentase
ketuntasan adalah sebanyak 90% bila diklasikan, nilai rata-rata yang diperoleh
siswa juga meningkat menjadi 89%
Selain peningkatan hasil belajar siswa dan nilai rata-rata siswa dalam proses
pembelajaran. Aktivitas siswa dan guru juga mengalami peningkatan yang sangat
baik, dari poin-poin yang nilainya belum maksimal pada siklus I dan telah
diperbaiki pada siklus II. Respon siswa terhadap penerapan pendekatan
komunikatif kerja kelompok juga sangat baik. Hasil dari observasi siklus II dan
hasil respon terhadap pendekatan komunikatif kerja kelompok mengindikasikan
bahwa pembelajaran pada materi pengukuran teknik dengan menggunakan
komunikatif kerja kelompok telah berhasil dilakukan dalam dua siklus dengan
demikian, penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
54
4.2 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan adalah pendekatan komunikatif kerja kelompok
dengan menerapkan model pendekatan komunikatif kerja kelompok yang
memberikan kesempatan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir,
merespon, dan bekerja sama dengan teman kelompok serta membantu teman secara
positif untuk menyelesaikan tugas. Model pembelajaran pendekatan komunikatif
kerja kelompok dalam kegiatan belajar mengajar tentunya sangat dipengaruhi oleh
guru dalam mengajar.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 1
pertemuan. Kegiatan penelitian ini dibagi menjadi 3 kegiatan utama, yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada pertemuan pertama.
a. Siklus I
Kegiatan awal yang dilakukan yakni peneliti melakukan aktivitas meliputi:
mengucap salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Peneliti memotivasi dan pembagian kelompok. Hal ini bertujuan
agar siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Pada kegiatan inti, peneliti menyampaikan materi kepada siswa atau kegiatan
presentasi guru. Kegiatan belajar dalam tim dimana siswa dapat belajar dengan
teman satu timnya, dan diteruskan kegiatan evaluasi, dan kegiatan penghargaan
tim.
Pada Kegiatan akhir, peneliti memberikan pertanyaan lisan secara acak kepada
siswa untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan, peneliti
juga mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diberikan pada hari
itu. Kemudian peneliti menutup pembelajaran dengan membaca doa.
b. Siklus II
55
Kegiatan yang digunakan sama halnya dengan kegiatan pada siklus I dan
pada siklus II guru memperbaiki hal-hal pada poin-poin yang masih kurang dan
guru memberikan tekanan kepada siswa.
Nilai Rata-rata 47 89
Tidak Tuntas 9 siswa 1 siswa
Tuntas 1 siswa 9 siswa
Ketuntasan Rata-rata 10% 90%
Sumber: Hasil Penelitian (2021).
Berdasarkan hasil dari data tabel diatas, dapat dilihat peningkatan nilai rata-
rata yang diperoleh siswa dari siklus I hingga siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata
yang diperoleh siswa hanya sebesar 70%, dan terjadi peningkatan menjadi 90%
pada siklus II. Peningkatan ini terlepas dari usaha guru dalam memperbaiki proses
pembelajaran menjadi lebih baik yang didasarkan pada hasil setiap siklus,
meningkatnya hasil belajar siswa pada materi pengukuran teknik dengan
menerapkan pendekatan komunikatif kerja kelompok sudah berhasil sesuai harapan
oleh peneliti.
peserta belajar. Penelitian ini, guru telah menerapkan manajemen kelas dengan baik
sesuai dengan ketentuan pendekatan komunikatif kerja kelompok.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas guru dalam
pembelajaran pada materi pengukuran teknik menggunakan pendekatan
komunikatif kerja kelompok, misalnya motivasi guru, yaitu daya energi yang
mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku guru. Motivasi
berbanding lurus dengan aktivitas guru, semakin tinggi motivasi guru dalam proses
belajar mengajar maka aktivitas guru akan lebih baik dibandingkan guru yang
memiliki motivasi rendah.
Aktivitas guru dalam penelitian ini merupakan kegiatan yang dilakukan
guru selama pembelajaran pada materi pengukuran teknik menggunakan
pendekatan komunikatif kerja kelompok melalui lembar observasi yang telah
dipersiapkan. Hasil observasi menunjukkan peningkatan aktivitas guru dalam
proses pembelajaran sebagaimana terlihat pada tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16 Peningkatan Aktivitas Guru.
Siklus I Siklus II
Keterangan Pengamat I Pengamat II Pengamat I Pengamat II
Aktivitas Guru 3,5 3,4 3,7 3,8
Kategori Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sumber: Hasil Penelitian (2021).
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, terlihat peningkatan aktivitas guru
dalam mengelola pembelajaran pada materi pengukuran teknik menggunakan
pendekatan komunikatif kerja kelompok dari siklus I hingga siklus II, pada siklus I
aktivitas guru dikategorikan baik. Pada siklus II aktivitas guru dikategorikan
menjadi sangat baik berdasarkan nilai rata-rata kelas maupun presentase klasikal,
tampak bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
komunikatif kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara
signifikan. Pada penelitian ini guru melibatkan dua orang pangamat yaitu Pengamat
I Abdullah S.T. merupakan guru pada mata pelajaran Pemesinan kelas XI Mesin
SMK Negeri 7 Lhokseumawe dan pengamat II Zulfikar selaku teman sejawat
peneliti.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pembahasan pada lab sebelumnya, mengenai
upaya peningkatan hasil belajar siswa pada materi pengukuran teknik pada kelas XI
Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dari
hasil penelitan yang sudah dilakukan.
1. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan komunikatif kerja
kelompok, materi pengukuran teknik di kelas XI Mesin SMK Negeri 7
Lhokseumawe pada siklus I jumlah tuntas hanya 1 siswa dari 10 siswa dengan
ketuntasan klasikal 10% dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 9 siswa
dari 10 siswa dengan ketuntasan klasikal 90%.
2. Aktivitas guru dan siswa mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan komunikatif
kerja kelompok, pada materi pengukuran teknik di SMK Negeri 7
Lhokseumawe, ditunjukkan baik pada siklus I aktivitas guru dengan kategori
baik dengan nilai klasikal 3,4. Terjadi peningkatan pada siklus II, yaitu dengan
kategori sangat baik dengan nilai klasikal 3,7. Selanjutnya aktivitas siswa pada
siklus I, dengan kategori baik dengan nilai klasikal 3,2 dan terjadi peningkatan
pada siklus II dengan kategori sangat baik dengan nilai klasikal 3,8.
3. Respon siswa menggunakan angket dalam proses pembelajaran pada materi
pengukuran teknik di SMK Negeri 7 Lhokseumawe dengan kategori baik dari
keseluruhan siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan maka peneliti dapat
menarik kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi guru SMK Negeri 7 Lhokseumawe
dalam melakukan proses pembelajaran dikarenakan model pembelajaran
pendekatan komunikatif kerja kelompok meningkat hasil belajar.
2. Penggunaan pendekatan komunikatif kerja kelompok dapat menjadi salah satu
upaya untuk mengembangkan sekolah ke arah yang lebih baik serta
59
60
mengembangkan potensi siswa agar dapat lebih aktif dalam melakukan proses
pembelajaran.
3. Mengenai penggunaan pendekatan komunikatif kerja kelompok dalam proses
pembelajaran pengukuran teknik hendaknya lebih dikembangkan model-model
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
56