Anda di halaman 1dari 72

PENINGKATAN KETERAMPILAN PRAKTIK PENGUKURAN TEKNIK

DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF KERJA KELOMPOK


DI SMK NEGERI 7 LHOKSEUMAWE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ENGGIO SEPTIRA
160750013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK MESIN


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU TERAPAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2022
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Enggio Septira
NIM : 160750013

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi ini tidak
terdapat bagian atau satu kesatuan yang utuh dari skripsi, buku, atau bentuk lain
yang saya kutip dari karya orang lain tanpa saya sebutkan sumbernya yang dapat
dipandang sebagai tindakan penjiplakan. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat reproduksi karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain yang dijadikan seolah-olah karya asli saya sendiri. Apabila ternyata
terdapat dalam skripsi saya bagian-bagian yang memenuhi standar penjiplakan,
saya menyatakan kesediaan untuk dibatalkan sebahagian atau seluruh hak gelar
kesarjanaan saya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan
dari pihak manapun.

Aceh Utara, 15 Maret 2022


Yang membuat pernyataan,

Enggio Septira
160750013

i
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI

Judul : Peningkatan Keterampilan Praktik Pengukuran Teknik


dengan Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok di SMK
Negeri 7 Lhokseumawe
Nama : Enggio Septira
NIM : 160750013
Prodi : Pendidikan Vokasional Teknik Mesin
Tanggal Sidang : 21 Januari 2022

Aceh Utara, 15 Maret 2022


Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Taufiq, ST., MT Azhar Syahputra, ST., M.Sc


NIP. 197712312005011006 NIPK. 201811197910161001

Penguji I, Penguji II,

Alchalil, ST., MT Sayni Nasrah, S.Pd., M.Pd


NIP. 196909082006041017 NIP. 198301292008122004

Mengetahui : Mengetahui :
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Terapan Ketua Program Studi
Pendidikan Vokasional Teknik Mesin

Dr.Fajriana, S.Pd., M.Pd. Dr. Abubakar. S.T., MT


NIP 197607202005012001 NIP. 196808202002121001

ii
LEMBARAN PENGESAHAN FAKULTAS

Judul : Peningkatan Keterampilan Praktik Pengukuran Teknik


dengan Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok di SMK
Negeri 7 Lhokseumawe
Nama : Enggio Septira
NIM : 160750013
Prodi : Pendidikan Vokasional Teknik Mesin
Tanggal Sidang : 21 Januari 2022

Aceh Utara, 15 Maret 2022

Disahkan oleh, Disetujui oleh,


Dekan Fakultas Ketua Jurusan
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pendidikan Ilmu Terapan

Dr. Ir. Azhari, M.Sc., IPM., Asean. Eng. Dr.Fajriana, S.Si., M.Si.
NIP 196512312002121012 NIP. 197607202005012001

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhannahu wa ta’ala,


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun skripsi yang
berjudul “Peningkatan Keterampilan Praktik Pengukuran Teknik Dengan
Peningkatan Komunikatif Kerja Kelompok di SMK Negeri 7 Lhokseumawe”
dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wassalam yang telah membawa umat manusia dari
alam jahiliah ke alam islamiah.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan kelulusan


guna memperoleh gelar Sarjana Program Studi S1 Pendidikan Vokasional Teknik
Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh.

Terselesaikannya Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu penyusunan menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Herman Fithra, S.T., M.T., IPM., Asean. Eng selaku
Rektor Universitas Malikussaleh.
2. Bapak Dr. Ir. Azhari, M.Sc., IPM., Asean. Eng selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh.
3. Ibu Dr. Fajriana, S.Si., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Terapan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Malikussaleh.
4. Bapak Dr. Abu Bakar, S.T., M.T selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Vokasional Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Malikussaleh.
5. Bapak Dr. Siraj, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Taufiq, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing I, Bapak Azhar
Syahputra S.T., M.Sc selaku Dosen Pembimbing II, Bapak Alchalil, S.T.,
M.T, selaku Penguji I, dan Ibu Sayni Nasrah, S.Pd., M.Pd selaku Penguji
II dalam penulisan skripsi ini, keempatnya dengan sabar memberikan

iv
bimbingan dan arahan sejak permulaan sampai dengan selesainya skripsi
ini.
7. Bapak/ Ibu seluruh dosen dan karyawan jurusan Pendidikan Vokasional
Teknik Mesin yang telah membantu selama kuliah.
8. Teristimewa buat kedua Orang Tua penulis Ayahanda Sugihartono dan
Ibunda Arlinda, kakak Sulindhiestya, abangda Ray Yudhistira, adik Ragil
Jantira dan Ananda Ihfa Nurhasanah yang telah dan selalu memberikan
dukungan, mencurahkan kasih sayang, memberikan motivasi dan
semangat serta mendoakan penulis dalam menempuh studi dan cita-cita.
9. Setelah semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat
disebutkan satu-persatu, terima kasih banyak semoga segala amal yang
ikhlas ini mendapat ganjaran pahala yang setimpal dari Allah Subhanna
wa ta’ala. Amin yarabbal’alamin.
Penulis sudah semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini,
tetapi jika masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, kritik dan saran
dari pembaca sangat penulis harapkan agar penulis dapat melakukan
perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Aceh Utara, 15 Maret 2022

Enggio Septira
NIM.160750013

v
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah (1) penerapan model pembelajaran dengan


pendekatan komunikatif untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan
belajar pada mata diklat pengukuran teknik kelas XI SMK Negeri 7
Lhokseumawe, (2) untuk mengetahui peningkatan keterampilan belajar siswa
pada mata diklat pengukuran teknik kelas XI SMK Negeri 7 Lhokseumawe
dengan menggunakan pendekatan komunikatif, (3) untuk mengetahui peningkatan
keterampilan belajar mata diklat pengukuran teknik kelas XI SMK Negeri 7
Lhokseumawe. Peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Urutan
kegiatan penelitian mencakup 4 tahap meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan,
(3) Pengamatan dan (4) Refleksi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan
data antara lain: Angket , dan Tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
penerapan model pembelajaran dengan pendekatan komunikatif untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan belajar pada mata diklat pengukuran
dapat dilaksanakan dengan langkah berikut : (a) Guru membentuk kelompok
belajar yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa ; (b) Guru memberikan pertanyaan yang
sesuai dengan materi yang akan disampaikan ; (c) Siswa memikirkan jawaban dari
permasalahan yang disampaikan oleh guru; (d) Siswa mendiskusikan jawaban
sesuai kelompok ; (e) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap hasil pembelajaran serta diskusi kelompok, (2) Penerapan model
pembelajaran pendekatan komunikatif dapat meningkatkan keterampilan belajar
siswa, terbukti dengan perolehan angket respon motivasi belajar. 3) Pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran pendekatan komunikatif dapat
meningkatkan keterampilan belajar siswa terbukti pada Aktivitas guru dan siswa
mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II, ditunjukkan baik pada siklus
I aktivitas guru dengan kategori baik dengan nilai klasikal 3,4. Terjadi
peningkatan pada siklus II, yaitu dengan kategori sangat baik dengan nilai klasikal
3,7. Selanjutnya aktivitas siswa pada siklus I, dengan kategori baik dengan nilai
klasikal 3,2 dan terjadi peningkatan pada siklus II dengan kategori sangat baik
dengan nilai klasikal 3,8.dari jumlah 10 siswa.
Kata kunci : Pengukuran Teknik, Pendekatan Komunikatif.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI...........................................ii
LEMBAR PENGESAHAN FAKULTAS.......................................................iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iv
ABSTRAK ......................................................................................................vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................viii
DAFTAR TABEL ………………………………………….………………..ix

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1.5 Definisi Operasional ............................................................................. 4

BAB II. KAJIAN TEORI


2.1 Belajar Pembelajaran............................................................................. 6
2.2 Penelitian Yang Relevan ....................................................................... 27
2.3 Kerangka Berfikir ................................................................................. 27
2.4 Hipotesa Tindakan ............................................................................... 28

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian ........................................... 29
3.2 Subjek dan Objek Penelitian………….................................................. 33
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 33
3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................. 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ……………………...………………………………… 37
4.2 Pembahasan ……………………………...……………………………. 54

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………...………………...….. 59
5.2 Saran ……………………………………………...…………………… 59

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….……… 61

LAMPIRAN A : INSTRUMEN PENELITIAN …………………………. 63


LAMPIRAN B : DATA HASIL VALIDASI …..……………….……… 88
LAMPIRAN C : GAMBAR/ FOTO PENELITIAN ……...…………….. 100

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alat Ukur Jangka Sorong ……………...…………………… 19


Gambar 2. Mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya….……………... 23
Gambar 3. Penyelesaian membaca gambar…………………..………… 25
Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas…………………..………. 32

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Tenaga Pengajar SMK Negeri 7 Lhokseumawe ………. 30


Tabel 3.2 Rincian Siswa SMK Negeri 7 Lhokseumawe ……………….. 30
Tabel 3.3 Angket ………………………………………………………. 34
Tabel 4.1 Hasil Tes Siswa Akhir Siklus I ……………………………… 38
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I …………………… 38
Tabel 4.3 Hasil Aktivitas Guru Siklus I oleh Guru Mata Pelajaran ……. 39
Tabel 4.4 Hasil Aktivitas Guru Siklus I oleh Teman Sejawat …………. 40
Tabel 4.5 Hasil Observasi Siswa Siklus I oleh Guru Mata Pelajaran…... 42
Tabel 4.6 Hasil Observasi Siswa Siklus I oleh Teman Sejawat ………... 43
Tabel 4.7 Hasil Tes Siswa Akhir Siklus II ………...…………………… 46
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II ………………….. 46
Tabel 4.9 Hasil Aktivitas Guru Siklus II oleh Guru Mata Pelajaran …... 47
Tabel 4.10 Hasil Aktivitas Guru Siklus II oleh Teman Sejawat ……….. 48
Tabel 4.11 Hasil Observasi Siswa Siklus II oleh Guru Mata Pelajaran … 50
Tabel 4.12 Hasil Observasi Siswa Siklus II oleh Teman Sejawat ………. 51
Tabel 4.13 Hasil Tes Siswa Akhir Siklus II ……………………………. 52
Tabel 4.14 Rekapitulasi Respon Siswa ………………………………… 53
Tabel 4.15 Nilai Rata-Rata Siswa ……………………………………… 55
Tabel 4.16 Peningkatan Aktivitas Guru ……………………………….. 56
Tabel 4.17 Peningkatan Aktivitas Siswa ………………………………. 57

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada saat sekarang ini, persaingan di dalam dunia kerja semakin ketat. Hal
tersebut disebabkan karena tingkat tingginya angka tenaga kerja serta terbatasnya
lapangan pekerjaan. Oleh sebab itu, untuk menyikapi hal tersebut, maka mutlak
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
Salah satu upaya untuk membangun SDM, yaitu dengan menyelenggarakan
pendidikan kejuruan atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penyelenggaraan
pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan siap bekerja sesuai dengan bidangnya serta menguasai kompetensi program
keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun
untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (Permen Diknas No.
23 Tahun 2006).
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang berorientasi pada
pengembangan proses dan hasil pembelajaran. Tidak hanya kelulusan belajar
disekolah, tetapi kualitas lulusan menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan
kejuruan (Suyitno 2015: 206). Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
berorientasi pada pengembangan proses dan hasil pembelajaran. Proses akan
menempa peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Kualitas
lulusan menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan kejuruan (Suyitno 2016: 101).
Berdasarkan uraian di atas, SMK merupakan lembaga yang perhatian dalam
mengembangkan keterampilan siswanya. Dengan dimilikinya suatu kompetensi
tertentu, lulusan SMK diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja yang
lebih memilih angkatan kerja berkemampuan khusus. Dengan demikian, hal yang
paling mendasar dari penyelenggaraan pendidikan SMK yaitu keterampilan
siswanya pada bidangnya masing-masing.
SMK Negeri 7 Lhokseumawe merupakan Sekolah Menengah Kejuruan
yang berbasis teknologi yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam
bidang teknologi sesuai dengan kompetensi dan standar kinerja yang
2

dipersyaratkan, dituntut untuk memiliki keterampilan yang berkualitas dalam


memasuki dunia kerja serta mampu mengembangkan sikap yang professional
dalam bidangnya. Sesuai dengan visi SMK Negeri 7 Lhokseumawe yaitu
mewujudkan SMK yang unggul dan favorit serta menyiapkan tamatan yang
bertaqwa, berbudi pekerti luhur, mandiri dan mampu berkompetisi. SMK Negeri 7
Lhokseumawe adalah salah satu sekolah yang telah mulai menggunakan sistem
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapan KTSP di SMK Negeri 7
Lhokseumawe diberlakukan bagi seluruh siswa, baik di kelas I, II, dan III. Ini
menunjukan bahwa proses pembelajaran lebih ditekankan pada aspek kompetensi
dan keterampilan.
Namun demikian, dalam kegiatan pembelajaran praktik yang dilakukan di
kelas XI SMK Negeri 7 Lhokseumawe tampak kurang maksimal. Hal tersebut
dapat dilihat dari kurangnya jam belajar karena kondisi pandemi seperti sekarang
ini. Selain itu, dari hasil observasi menemukan bahwa siswa mesin juga memiliki
keterampilan praktik yang rendah, padahal praktik merupakan tujuan penting dari
penyelenggaraan pendidikan SMK. Menurut guru pengampu praktik pengukuran
teknik, masih terdapat siswa yang dinyatakan tidak lulus dalam mengikuti praktik.
Kurangnya kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan praktik dan
rendahnya keterampilan di antaranya disebabkan oleh kurangnya interaksi diantara
siswa selama kegiatan praktik. Padahal dalam kegiatan praktik secara kelompok,
proses kegiatan sepenuhnya harus berpusat pada siswa. Siswa dapat menikmati
jalannya praktik, dan difasilitasi sehingga pada akhirnya hasil keterampilan praktik
mereka meningkat.
Kegiatan praktik merupakan kegiatan penting bagi siswa SMK. Praktik
merupakan nafas dari pendidikan di SMK. Oleh karena itu, kegiatan praktik tidak
kalah pentingnya dengan kegiatan penyampaian materi di kelas.Kegiatan praktik
tidak hanya mengandalkan kreativitas siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
praktik yang diberikan guru, tetapi juga memerlukan perhatian, pendampingan dan
pengarahan secara langsung dari guru ketika kegiatan praktik berlangsung. Apabila
hanya mengandalkan kemampuan siswa yang sangat terbatas, maka hasilnya pun
tidak akan maksimal.
Menurut hasil observasi awal yang telah dilakukan pada hari Selasa 14
September 2021, berupa wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran teknik
3

mesin dan pengamatan di ruang lab teknik mesin guru masih melakukan
pembelajaran praktikum dengan satu arah dimana guru lebih aktif dalam
memberikan informasi kepada siswa dan belum adanya praktikum perkelompok
yang menyebabkan siswa yang menguasai materi kurang rasa empati terhadap
siswa lain yang belum menguasai materi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik meneliti mengenai upaya
peningkatan keterampilan siswa teknik mesin dengan pendekatan komunikatif
dalam kerja kelompok pada mata pelajaran pengukuran teknik di SMK Negeri 7
Lhokseumawe.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah metode pendekatan komunikatif dalam kerja kelompok pada praktik
mata diklat pengukuran teknik dapat meningkatkan keterampilan praktik siswa
kelas XI di SMK Negeri 7 Lhokseumawe?
2. Apakah metode pendekatan komunikatif dalam kerja kelompok pada praktik
mata diklat pengukuran teknik dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI
di SMK Negeri 7 Lhokseumawe?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan praktik siswa kelas XI di SMK
Negeri 7 Lhokseumawe pada praktik mata diklat pengukuran teknik dengan
menggunakan metode pendekatan komunikatif dalam kerja kelompok.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan belajar siswa kelas XI di SMK
Negeri 7 Lhokseumawe pada praktik mata diklat pengukuran teknik dengan
menggunakan metode pendekatan komunikatif dalam kerja kelompok.
4

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1). Meningkatkan partisipasi aktif siswa selama berlangsungnya proses belajar
mengajar terutama dalam kegiatan praktik.
2). Meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat secara bebas dan terbuka
dalam suasana gembira dalam proses pembelajaran praktikum berdasarkan hasil
temuan siswa atas jawaban dari tugas yang diberikan.
b. Bagi guru
1). Meningkatkan profesionalisme guru dalam aktivitas pembelajaran praktikum.
2). Memperbaiki aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran praktikum.
3). Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif menuju proses belajar
mengajar yang bermutu.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini menjadi masukan agar kegiatan belajar mengajar di SMK Negeri 7
Lhokseumawe menjadi lebih baik dengan tidak hanya menekankan pada peran
guru, tapi pada kreativitas anak didik.

1.5 Defenisi Operasional


Terdapat beberapa defenisi operasional dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini. Berikut ini merupakan penjabarannya:
1. Penguasaan konsep merupakan salah satu hasil belajar kognitif yang diperoleh
setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media animasi dan
diskusi kelas. Penguasaan konsep siswa dapat dijaring melalui tes objektif
pilihan ganda sebanyak 10 soal yang mencakup kemampuan kognitif C1
(mengingat), C2 (memhami), dan C3 (mengaplikasikan).
2. Berpikir kreatif merupakan proses berfikir yang digunakan oleh siswa untuk
mencari jawaban, memuculkan gagasan baru untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Kemampuan berpikir kreatif dapat dijaring melalui tes tertulis
berbentuk uraian yang mencakup indikator berpikir lancar (Fluency), dan
berpikir merinci (Elaboration) serta penugasan membuat produk berupa mind
map yang mencakup indikator lancar (Fluency), dan berpikir merinci
(Elaboration), dan berpikir asli (Originality).
5

3. Media Animasi merupakan salah satu media pandang dengar (audio-visual).


Media animasi ini dirancang dalam macromedia flash yang berisi materi
mengenai sistem ekskresi pada manusia.
4. Pembelajaran disebut efektif jika pelaksanaannya sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai dengan tingkat ketuntasan tertentu.
5. Pendekatan menjadi pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa
untuk memperlancar proses pembelajaran, sehingga mencapai tujuan secara
lebih baik dari pada yang lalu.
6. Realita adalah hal-hal yang nyata atau konkrit, dapat diamati atau dipahami
siswa dengan cara membayangkan.
7. Realitas lingkungan adalah tempat siswa berada, baik di sekolah, di lingkungan
keluarga, maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa.
8. Prestasi belajar adalah hasil belajar kognitif yang dicapai oleh siswa dibuktikan
dengan skor hasil tes.
9. Peningkatan prestasi belajar pengukuran adalah pertambahan kemampuan siswa
memahami pengukuran dilihat dari ketetapan dan kecepatan mengerjakan soal
bila dibandingkan sebelumnya, dan menumbuhkan rasa senang siswa terhadap
pelajaran pengukuran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar Pembelajaran


2.1.1 Belajar
Kita dihadapkan pada pengetahuan yang demikian bertambah pesat, berkat
kemampuan berpikir dan penelitian yang dilakukan para ahli. Pengetahuan tidak
begitu saja dapat menjadi milik kita. Untuk itu kita harus belajar. Belajar dapat
dipermudah bila kita mengetahui cara-cara dan seluk-beluk belajar sebagai hasil
penelitian para ahli. Menurut Howard L. Kingsley dalam Ahmad Susanto (2013:
127)“ Learning is theprosess by which behavior (in the boader sense) is orginated or
changedthrough practice or training “. (Belajar adalah “proses dimana tingkah laku
(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).
Belajar menurut teori psikologi asosiasi (koneksionisme) dalam Syaiful (2014:
53) adalah proses pembentukan asosiasi atau hubungan antara stimulus (perangsang)
yang mengenai individu melalui penginderaan dan response (reaksi) yang diberikan
individu terhadap rangsangan tadi dan proses memperkuat hubungan tersebut.
Menurut Gagne dalam Purwanto (2012: 84), “belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya (perfomance-nya) berubah dari waktu sebelum ia menjalani
situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. Sedangkan menurut Utomo
(2012:13) “Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada
diri individual yang sedang belajar baik potensi maupun aktual”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah
Proses situasi yang melahirkan atau mengubah suatu tingkah laku melalui latihan,
lingkungan alamiah, dan pengalaman yang pada prosesnya menggunakan semua alat
indra yang akan merubah isi ingatan, sehingga mampu merubah perbuatannya dari
waktu ia menjalani situasi itu dari waktu sesudah mengalami situasi tadi.

2.1.2 Motivasi Belajar


1). Pengertian Motivasi
Menurut wexley dan yulk dalam buku Majid (2014: 307 - 308) “motivasi
adalah pemberian waktu atau pemberian motif. Dapat pula diartikan sebagai hal atau
7

keadaan yang menjadi motif”. Menurut Mitchell dalam buku Majid (2014: 307)
“motivasi mewakili proses-proses psikologikan yang menyebabkan timbulnya,
diarahkan, dan terjadi persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (valunter) yang
diarahkan pada tujuan tertentu”.
Menurut soemanto dalam buku Majid (2014: 307) “secara umum
mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena perilaku manusia itu
selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yanag memberi
kekuatan bagi tingkah laku mencapai telah terjadi didalam diri seseorang”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif
yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang tampak
pada gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi sehingga mendorong individu untuk
bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, dan
keinginan yang harus terpuaskan.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 80-81) “motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar”. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
Ada komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.
2). Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2013: 2) “pengertian belajar secara psikis merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Perubahan – perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Definisi belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut: belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Pengertian belajar Menurut Skinner dalam buku Dimyati dan Mudjiono (2013:
9), “belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya akan
lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya akan tidak baik”.
Pengertian belajar menurut Robert M. Gagne dalam buku Syaiful (2014: 17),
“belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi
8

setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses
pertumbuhan saja”. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance–
nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi.
Berdasarkan uraian di atas, dalam pendekatan konstruktivisme, siswa
merupakan entitas yang aktif dalam mengembangkan kemampuannya dengan
memanfaatkan hal-hal yang ada disekitarnya. Dengan demikian, pada dasarnya siswa
dapat memaksimalkan hasil belajar mengajar yang kurang optimal yang berlangsung
di dalam kelas.
3). Pengertian Motivasi belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 94-96) “dalam perilaku belajar terdapat
motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang instrinsik dan ekstrinsik.
Penguatan motivasi – motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru atau
pendidik dan anggota masyarakat lain”. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat
motivasi belajar selama minimun sembilan tahun pada usia wajib belajar. Orang tua
bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Perilaku belajar yang
mengandung motivasi belajar yang dikelola oleh guru dan dihayati oleh siswa. Guru
adalah pendidik yang berperanan dalam rekayasa pedagogis. Guru bertindak
membelajarkan siswa yang memiliki motivasi instrinsik. Siswa adalah pelajar yang
paling berkepentingan dalam menghayati belajar. Dalam proses belajar mengajar,
guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur,
menghukum, atau memberi nasihat. Tindakan guru tersebut berarti menguatkan
motivasi instrinsik. Belajar yang bermotivasi siswa memperoleh hasil belajar. Hasil
belajar dapat dikategorikan sebagai hasil belajar sementara, bagian, tak lengkap, atau
lengkap. Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur.
4). Unsur – Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Adapun unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Dimyati
dan Mudjiono (2013: 97-100),
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan
belajar berjalan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain – lain. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menimbulkan cita – cita dalam kehidupan. Timbulnya
cita – cita dibarengi oleh perkembangan kepribadian.
9

b. Kemampuan siswa
Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas –
tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar. Seorang siwa yang sedang sakit, lapar, dan marah akan
mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya siswa yang sehat, kenyang dan bahagia
akan mudah memusatkan belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka
siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam dan lingkungan yang
kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antar siswa akan mengganggu
kesungguhan belajar. Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka
semangat motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar dan Pembelajaran
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Lingkungan siswa yang berupa
lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami
perubahan. Lingkungan budaya siswa berupa surat kabar, majalah, radio, televisi,
dan film semakin menjangkau siswa. Ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan
motivasi belajar.
f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi disekolah dan diluar sekolah. Upaya
pembelajaran disekolah meliputi menyelenggarakan tertib belajar sekolah, membina
disiplin belajar dalam tiap kesempatan, membina tertib pergaulan, membina belajar
tertib lingkungan sekolah. Disamping penyelenggaraan tertib yang umum tersebut,
maka secara individual, tiap guru menghadapi anak didiknya. Upaya pembelajaran
tersebut meliputi pemahaman tentang diri siswa dalam rangka tertib belajar,
pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik hubungan secara tepat guna, dan
mendidik cinta belajar.
10

5). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar


Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:101-106) adapun upaya untuk
meningkatkan motivasi belajar yaitu,
a. Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip. Beberapa prinsip belajar
itu antara lain;
a) Belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar.
b) Belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah.
c) Belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan
mental siswa alam program kegiatan tertentu.
d) Belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan faedah
nilai belajar bagi kehidupan dikemudian hari.
b. Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran.
Upaya optimalisasi tersebut diantaranya ;
a) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan pada
belajar yang dialaminya.
b) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud
tindak belajar.
c) Meminta kesempatan pada orang tua siswa agar memberi kesempatan pada
siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
d) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.
e) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada
perilaku belajar.
f) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya diri.
c. Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa
Upaya Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa dapat
dilakukan sebagai berikut ;
a) Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya
b) Guru memecahkan hal-hal yang sukar.
c) Guru mengajarkan dan mendidikkan keberanian mengatasi kesukaran.
d) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
e) Guru memberi kempatan pada siswa yang mampu memecahkan masalah untuk
membantu rekan – rekannya yang mengalami kesukaran.
11

f) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesukaran


belajar.
g) Guru menghargai pengalaman dan kempuan siswa agar belajar secara mandiri.
d. Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar
Cara-cara mendidik dan mengembangkan yang dapat dilakukan antara lain ;
a) Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan
b) Guru mengikut sertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar.
c) Guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar.
d) Guru mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar.
e) Guru memberanikan siswa untuk mencatat keinginan-keinginan di notes
pramuka dan mencatat keinginan yang tercapai dan tak tercapai.
f) Guru bekerja sama dengan pendidik lain seperti orang tua, ulama, pramuka dan
instrukstur.

2.1.3 Hasil Belajar


a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2013 : 2) pengertian belajar secara psikis merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Definisi belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut; belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Pengertian belajar Menurut Skinner dalam buku Dimyati dan Mudjiono (2013:
9), belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya akan lebih
baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya.
Pengertian belajar menurut Robert M. Gagne dalam buku Syaiful (2014: 17),
belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi
setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses
pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance
– nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi.
12

b. Ciri Belajar
Menurut Syaiful (2014: 53) Perbuatan dan hasil belajar dapat dipahami bahwa
perbuatan dan hasil belajar itu mungkin dapat dimanifestasikan dalam wujud :
1. Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip hukum
atau kaidah, prosedur atau pola kerja atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya
2. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berfikir mengingat
atau mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi, penghayatan dan
sebagainya) perilaku psikomotorik termasuk yang bersifat ekpresif.
3. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang tangible maupun yang
intangible.
Adapun ciri perubahan spesifik antara lain seperti dikemukakan berikut ini;
1). Belajar menyebabkan perubahan pada aspek aspek kepribadiaan yang berfungsi
terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
2). Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
3). Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui
proses belajar.
4). Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, menyebabkan keseluruhan
tingkah laku secara integral.
5). Belajar adalah proses interaksi.
6). Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada komplek.

c . Hasil Pembelajaran
Menurut Widiyoko (2013: 25-28) “proses pembelajaran melibatkan dua subjek,
yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu perubahan. Berbagai perubahan yang
terjadi pada diri siswa sebagai hasil proses pembelajaran dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu output dan outcome”. Output merupakan kecakapan yang dikuasai siswa
yang segera dapat diketahui setelah mengikuti serangkaian proses pembelajaran. Ada
juga yang menyebut output pembelajaran merupakan hasil pembelajaran yang
bersifat jangka pendek. Output pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu hard
skills dan soft skills. Hard skills merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah
untuk dilakukan pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua yaitu academic
skills dan vocation skills. Kecakapan akademik (academic skill) merupakan
kecakapan untuk menguasai berbagai konsep dalam bidang ilmu-ilmu yang dipelajari
13

seperti, kecakapan mendefinisikan, menghitung, menjelaskan, menguraikan,


memprediksi, menganalisis, membandingkan, membedakan dan menarik kesimpulan
dari berbagai konsep data maupun fakta yang berkaitan dengan bidang studi atau
mata pelajaran yang dipelajari. Kecakapan vokasional (vocational skills) sering
disebut juga kecakapan kejuruan, yaitu kecakapan yang berkaitan dengan bidang
pekerjaan tertentu. Soft skills merupakan strategis yang dipeerlukan untuk meraih
sukses dan hidup dalam masyarakat. Kecakapan ini merupakan kecakapan yang
relatif sulit untuk dilakukan pengukuran dibandingkan dengan kecakapan akademik
maupun kecakapan vokasioanal. Soft skills dapat dibedakan menjadi dua yaitu
kecakapan personal (personal skills) dan kecakapan sosial (social skills). Kecakapan
personal (personal skills) merupakan kecakapan yang diperlukan agar sisa dapat
eksis dan mampu mengambil peluang yang positif dalam kondisi kehidupan yang
berubah dengan sangat cepat. Kecakapan sosial merupakan kecakapan yang
dibutuhkan untuk hidup dalam masyarakat yang multikultur, masyarakat demokrasi
dan masyarakat global yang penuh persaingan dan tantangan.

2.1.4 Metode Pembelajaran


Metode merupakan suatu cara untuk melakukan kegiatan atau melakukan
pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam
dunia pengajaran metode diartikan sebagai rencana penyajian bahan yang
menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan dan strategi
tertentu. Dengan adanya suatu metode, dapat memberikan gambaran kedepan
bagaimana cara menyampaikan materi kepada anak didiknya.
Menurut J.R. David dalam Majid (2014:193) menyebutkan bahwa “method is a
way in achieving something (cara untuk mencapai sesuatu). Artinya, metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan”. Metode
pembelajaran sangatlah penting dalam suatu rangkaian atau sistem pembelajaran
sebagai suatu strategi guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Adapun beberapa metode pembelajaran yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran menurut Depdiknas dalam Majid
(2014:194), meliputi :
1) Metode Ceramah
2) Metode Demonstrasi
14

3) Metode Diskusi
4) Metode Simulasi (The Simulation Method)
5) Metode Tugas dan Resitasi
6) Metode Tanya Jawab
7) Metode Komunikatif Kerja Kelompok
8) Metode Problem Solving
9) Metode Sistem Regu (Team Teaching)
10) Metode Latihan (Drill)
11) Metode Karyawisata (Field-Trip)
12) Ekspositori
13) Inkuiri
14) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pendekatan komunikatif dengan Metode Pembelajaran simulasi (The
Simulation Method) dalam kerja kelompok.
a. Pengertian Komunikasi
Menurut Evertt M. Rogers dalam Majid (2014:282) “mendefinisikan
komunikasi sebagai proses yang didalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan
dari sumber kepada penerima dengan tujuan merubah perilakunya”. Menurut
Theodore Herbert dalam Majid (2014:282) “mengatakan bahwa komunikasi
merupakan proses yang didalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari
seorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan
khusus”. Sedangkan, menurut Wilbur Schramm dalam Majid komunikasi merupakan
“tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan
pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang
memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta
ditafsirkan oleh penerima”.
b. Fungsi
Adapun fungsi komunikasi dalam pembelajaran antara lain:
a). Pengendalian
Berfungsi sebagai pengendalian dalam pembelajaran, artinya bahwa
komunikasi berfungsi untuk mengendalikan perilaku peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan efektif.
15

b). Motivasi
Berfungsi sebagai motivasi. Komunikasi dapat memperkuat motivasi peserta
didik dalam pembelajaran dengan cara menjelaskan kepada peserta didik mengenai
apa yang harus dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, dan apa tujuan yang
ingin dicapai dari apa yang dipelajari tersebut.
c). Pengungkap Emosi
Komunikasi merupakan sarana untuk pengungkapan emosi dalam proses
pembelajaran. Seperti kita pahami bahwa proses pembelajaran di sekolah merupakan
proses yang didalamnya terjadi interaksi antar berbagai karakter peserta didik,
dimana dalam interaksi tersebut terjadi proses pengungkapan emosi.
d). Informasi
Komunikasi dapat memberikan informasi yang diperlukan guru dan peserta
didik dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
secara optimal.
e). Bahan Diskusi
Yakni menyediakan informasi yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
f). Sosialisasi
Yakni sebagai sarana sosialisasi antara guru dan peserta didik.
g). Hiburan
Bahwa komunikasi merupakan media hiburan yang mudah dan murah.
h). Integrasi
Melalui komunikasi, terjadi integrasi di antara ragam perbedaan yang dimiliki
oleh peserta didik.
i). Pendidikan
Bahwa komunikasi mendidik dan memberikan pengetahuan yang cukup kepada
guru untuk mentransfer pengetahuan dan segala kompetensi yang berhubungan
dengannya, sebagai bagian dari proses pendidikan bagi peserta didik.
j). Kebudayaan
Melalui pendidikan dan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan peserta
didik, maka sesungguhnya kebudayaan sedang dibangun.
16

c. Langkah-Langkah proses Komunikasi


Langkah-langkah proses komunikasi adalah sebagai berikut:
a). Komunikator menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan
b). Komunikator membuat atau menyusun sandi-sandi encoding untuk menyatakan
maksud dalam kata-kata atau lambing-lambang gambar, gerakan, warna, bahasa
sandi atau tulisan sebagai pesan
c). Kata-kata atau lambing tersebut disalurkan melalui media
d). Komunikan menguraikan atau menafsirkan lambang-lambang decoding yang
dikirimkan oleh komunikator sehingga mempunyai makna atau arti.
e). Komunikan memberikan respon tanggapan feedback terhadap informasi yang
diberikan oleh komunikator

2.1.5 Keterampilan Praktik Pengukuran


Dalam kegiatan belajar mengajar ada beberapa unsur penting yang saling
berkaitan, yaitu guru, siswa, sarana dan prasarana, dan metode yang digunakan. Dari
empat unsur tersebut, harus terjadi saling mendukung satu sama lain. Sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan rencana. Permasalahan yang
terdapat dalam kegiatan belajar pada umumnya juga terjadi pada kegiatan praktik.
Dimana apabila siswa kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran tersebut atau
metode yang digunakan oleh guru tidak cocok, maka hasilnya pun tidak akan
memuaskan.
Ada berbagai keterampilan praktik yang diperlukan agar seseorang dapat
mengamalkan nilai-nilai yang dianut, sehingga berperilaku konstruktif dan bermoral
dalam bermasyarakat. Keterampilan tersebut antara lain: berpikir kritis, berpikir
kreatif, berkomunikasi secara jelas, menyimak, bertindak asertif dan menemukan
resolusi konflik (Zuchdi, 2015:38)
a. Keterampilan
a). Pengertian
Keterampilan adalah bagian dari pembelajaran microteaching. Keterampilan
menjelaskan merupakan keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh seorang guru.
Selain dapat menguasai materi, guru harus bisa mengolah materi dalam
menyampaikannya kepada peserta didik.
b). Fungsi
17

1. Keterampilan bertanya
2. Keterampilan memberikan penguatan
3. Keterampilan membuat variasi stimulus
4. Keterampilan menjelaskan
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
c). Ciri-ciri
Keterampilan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pentingnya keberartian belajar untuk mencapai hasil yang memadai
2. Menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam proses belajar
3. Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang menekankan hasil
belajar secara tuntas
b. Praktik Pengukuran
Praktik merupakan metode pembelajaran yang direkomendasikan dalam
pembelajaran karena memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan metode lain.
Kelebihan tersebut antara lain (1) mampu menumbuhkan kepercayaan peserta didik
atas kebenaran atau kesimpulan melalui melalui eksperimen yang dilakukannya, (2)
mampu mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang teknologi
dan sains, (3) mampu menumbuhkan sikap-sikap ilmiah peserta didik seperti
bersikap jujur, bekerjasama, kritis, terbuka, dan bertoleransi, (4) memberikan
pengalaman pada peserta didik dalam belajar dengan mengalami atau mengamati
sendiri suatu proses atau fenomena. (Pasaribu, 2018)
a). Pengertian
Pengertian Praktik Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
b). Fungsi
Berfungsi agar para praktikan mampu menggunakan alat-alat ukur dasar, mampu
menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang, mampu
memahami penggunaan angka penting.
c). Ciri-ciri
Tergantung dengan alat yang digunakan, lihat ketelitiannya dahulu dan cek
kebersihannya. Lalu setelah menimbang tinggal membaca skalanya.
18

Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba meningkatkan keterampilan


praktik pengukuran teknik melalui penggunaan metode pendekatan pembelajaran
komunikatif dengan penyajian yang lebih menarik dan lebih disesuaikan dengan
kebutuhan siswa praktik.
Upaya peningkatan kemampuan praktik siswa menurut penelitian yang sudah
ada adalah dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini sesuai dengan prinsip
penelitian tindakan kelas dimana penelitian tindakan kelas dilaksanakan untuk
memecahkan masalah yang benar-benar dihadapi guru-guru dalam proses belajar
mengajar di dalam kelasnya. Artinya penelitian tindakan kelas tidak mengganggu
komitmen guru sebagai pengajar karena dilaksanakan bersamaan dengan proses
belajar mengajar. Selain itu melalui penelitian tindakan kelas proses belajar mengajar
dapat dikaji dan ditingkatkan, pelaku pembelajaran dapat meningkatkan
pembelajaran dan pada akhirnya menempatkan guru sebagai peneliti dan agen
perubahan. Peranan pendidik tersebut akan langsung dirasakan karena guru/gurulah
yang paling memahami proses belajar mengajar dikelasnya dan hanya gurulah yang
paling berkepentingan dengan kemajuan muridnya.

2.1.6 Alat Ukur Dimensi Jangka Sorong dan Mikrometer Skrup


A. Pengertian Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur
sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0.1 mm atau 0.01 cm. Jangka sorong memiliki
berbagai ukuran dengan rentang pengukuran dari 100 mm hingga 3000 mm (Flack,
2014:6)
Digunakan di berbagai bidang industri teknik, mulai dari proses desain,
manufaktur, hingga pengecekan akhir produk. Alat ini dipakai luas karena mudah
digunakan, dibawa-bawa, dan tidak membutuhkan perawatan khusus. Jangka sorong
memiliki ketelitian mencapai seperseratus milimeter. Gambar dari jangka sorong
diperlihatkan pada Gambar 1.
19

Gambar 1. Alat ukur jangka sorong


Sumber: David (2005:21)

Keterangan:
1. Rahang Dalam
2. Rahang Luar
3. Depth probe atau pengukur kedalaman
4. Skala utama (dalam cm)
5. Skala utama (dalam inchi)
6. Skala nonius (dalam mm)
7. Skala nonius (dalam inchi)
8. Pengunci
Jangka sorong memiliki banyak nama antara lain : jangka geser, mistar geser,
mistar sorong, mistar ingsut, jangka ingsut, sigmat, scuiffmacth, vernier caliper.
Jangka sorong memiliki beberapa tingkat ketelitian, yaitu : 0,1 mm ; 0,05 mm ; 0,02
mm dan 0,01 mm (Azharis and Fahriza Tri Rizki, 2019). Beberapa model jangka
sorong diantaranya ada yang dilengkapi dengan jam ukur dan dilengkapi dengan
pembaca secara digital.
Jangka sorong adalah alat ukur yang dengan presisi tinggi yang digunakan
untuk mengukur besaran panjang yang terdiri dari rahang tetap yang mempunyai
skala utama dan rahang geser yang mempunyai skala nonius. Jangka sorong biasanya
terbuat dari baja tahan karat. Alat ini memiliki tingkat ketelitian sampai dengan 0,01
mm atau 1/100 mm.
Jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter luar, diameter dalam,
kedalaman dan tinggi sebuah benda. Nama lain jangka sorong adalah vernier calliper
20

dan sketmat. Ketelitian yang dimiliki jangka sorong ada banyak macamnya, untuk
jangka sorong manual terdapat tingkat ketelitian 0,1 mm, 0,05 mm dan 0,02 mm
Untuk versi analog umumnya tingkat ketelitiannya adalah 0,05 cm untuk
jangka sorong di bawah 30 cm dan 0,01 cm untuk yang di atas 30 cm. Dengan
memakai alat ukur ini Anda bisa tahu ukuran suatu benda secara pasti.
Bagian – bagian dari jangka sorong adalah sebagai berikut:
1. Skala utama
Skala utama merupakan pembagian vernier untuk memperoleh pengukuran yang
baik.
2. Skala vernier (nonius)
Skala vernier (nonius) merupakan pembagian sama panjang pada jangka sorong
yang ditandai dengan satuan pengukuran.
3. Rahang tetap
Rahang tetap merupakan bagian runcing diujung penggaris yang menyokong
benda yang diukur, benda diletakkan diantara dua rahang yang dirapatkan.
Terdapat dua rahang tetap, yakni rahang tetap atas dan rahang tetap bawah.
4. Rahang gerak
Rahang gerak merupakan bagian runcing yang dipasang diujung vernier yang
dapat bergeser sepanjang penggaris ke objek yang diukur. Terdapat dua rahang
gerak, yakni rahang gerak atas dan rahang gerak bawah
5. Kunci peluncur
Kunci peluncur berfungsi untuk menjaga pengukuran yang diperoleh
6. Kunci penggerak halus
Kunci penggerak halus berfungsi untuk mengatur posisi rahang secara halus
7. Ruler (ekor)
Peralatan berskala di ujung rahang untuk mengukur ketebalan atau kedalam
sebuah benda. (Archambault, 2011:700)
B. Prinsip Kerja Jangka Sorong
Prinsip kerja jangka sorong adalah benda yang diukur ditahan pada salah satu
sisi/permukaannya oleh rahang ukur tetap, selanjutnya rahang geser digeserkan
sehingga rahang ukur geser/gerak menempel pada sisi yang lain.Saat benda yang
diukur dijepit pengukur, kita bisa membaca posisi garis indeks terhadap skala ukur,
jika diperlukan bisa dikunci, kemudian dibaca hasil pengukurannya.
21

C. Fungsi Jangka Sorong


1) Sebagai alat pengukur diameter bagian luar dari sebuah benda
2) Sebagai alat pengukur diameter bagian dalam dari sebuah benda
3) Sebagai alat pengukur ketinggian sebuah benda
4) Sebagai alat pengukur kedalaman sebuah benda
5) Sebagai alat pengukur ketebalan sebuah benda
D. Kegunaan Jangka Sorong
Jangka sorong mempunyai beberapa kegunaan antara lain:
1. Untuk mengukur ketebalan suatu benda yang berukuran kecil atau tipis, misalnya
seng, plat dan lain sebagainya.
2. Untuk mengukur diameter luar suatu benda yang berbentuk bulat atau lingkaran,
misalnya gotri, uang koin dan lain sebagainya.
3. Untuk mengukur diameter dalam suatu benda yang berbentuk lingkaran yang
berongga, misalnya cincin, gelang dan lain sebagainya.
4. Untuk mengukur kedalaman suatu benda yang berbentuk tabung, misalnya botol,
gelas dan lain sebagainya.
E. Macam-Macam Jangka Sorong
Ada beberapa jenis jangka sorong yang biasa digunakan, antara lain yaitu:
E1. Jenis - Jenis Jangka Sorong Berdasarkan Cara Pembacaan
1. Jangka Sorong Manual (Vernier Caliper)
Jangka sorong ini mempunyai 2 buah skala, yaitu skala utama yang terdapat
pada rahang tetap dan skala nonius yang terdapat pada rahang geser.Untuk
mengetahui hasil pengukuran memakai jangka sorong manual kita harus melakukan
perhitungan terlebih dahulu.Tingkat ketelitian jangka sorong ini mulai dari 0,1 mm,
0,05 mm, dan 0,02 mm.
2. Jangka Sorong Analog (dial Caliper)
Jangka sorong ini hampir sama dengan jangka sorong manual, perbedaanya
terdapat pada skala nonius yang berbentuk analog atau jarum jam sehingga lebih
mudah dalam membaca skala nonius.
3. Jangka Sorong Digital (digital caliper)
Jangka sorong digital mempunyai bentuk yang sama dengan jangka sorong
manual. Hasil pengukuran jangka sorong ini akan langsung muncul pada layar
22

sehingga penggunaanya jauh lebih mudah dibandingkan dari dua jenis jangka sorong
di atas. (Flack, 2014: 6)
E2. Jenis Jenis Jangka Sorong Berdasarkan Fungsinya
1). Jangka Sorong Alur Dalam (Inside Grove caliper)
Jangka sorong ini mempunyai bentuk rahang yang lebih panjang dari rahang
jangka sorong pada umumnya. Jangka sorong ini berfungsi untuk mengukur diameter
dalam suatu benda/tabung yang bentuknya berlekuk-lekuk, contohnya seperti toples
& botol.
2). Jangka Sorong Ketinggian (Height Vernier Caliper)
Jangka sorong jenis ini dipakai untuk mengukur ketinggian sebuah benda
dengan lebih akurat.
3). Jangka Sorong Pipa (Tube Thickness Calipper)
Jangka sorong jenis ini dipakai untuk mengukur ketebalan sebuah pipa atau
tabung yang berdiameter kecil.
4). Jangka Sorong Jarak Pusat (Centerline Caliper)
Jangka sorong jenis ini dipakai untuk mengukur jarak antara satu lubang
dengan lubang yang lain atau jarak antara lubang dengan tepi sebuah permukaan
benda.
5). Jangka Sorong Gigi Gear (Gear Tooth Vernier Calipers)
Berfungsi untuk mengukur ketebalan gigi-gigi pada gear yang biasa ditemukan
pada alat-alat mekanik atau spare part mesin.
6). Jangka Sorong Cakram (Disc brake vernier calipers)
Jangka sorong jenis ini dipakai untuk mengukur ketebalan suatu lempengan
cakram logam.
Langkah-langkah Persiapan Pengukuran:
1. Pilih calliper yang paling sesuai dengan aplikasi dengan memastikan bahwa
jenisnya, yang diukur range, kelulusan dan spesifikasi lain dari calliper sesuai
untuk pengukuran yang akan dilakukan.
2. Periksa apakah kaliberasi calliper belum kadaluwarsa. Jika kaliberasi telah
kadaluwarsa, gunakan calliper lain yang kaliberasinya valid.
3. Periksa pengukuran calliper untuk tanda-tanda kerusakan. Jangan gunakan
caliber yang rusak.
23

4. Sebelum mengambil ukuran, bersihkan sampah, debu, duri, dan lain-lain dari
benda kerja. Pastikan benda kerja berada pada suhu kamar.
5. Bersihkan caliper dari debu dan minyak sebelum digunakan. Bersihkan dengan
seksama gesernya permukaan dan permukaan pengukur, hanya menggunakan
kertas atau kain bebas serat bersih
6. Saat mengukur, pelan gerakan slider dengan perlahan sambil menekan terus jari
skala utama. Slider seharusnya tidak terasa longgar.
7. Periksa bacaan nol. (Flack, 2014:15-16)

F. Bagian – Bagian Mikrometer Sekrup Lengkap


Sedangkan untuk Bagian Alat Ukur Mikrometer sendiri bisa dikatakan dibagi
menjadi Tujuh dan Ketujuh Bagian – Bagian Mikrometer Sekrup tersebut dapat anda
lihat dari gambar mikrometer sekrup dibawah ini serta penjelasan lengkap dari
masing – masing bagian:
Mikrometer sekrup adalah alat ukur dengan ketepatan (presisi) yang tinggi.
Digunakan untuk benda kerja pada jarak ukur tertentu yakni 0 – 25 mm, 25 – 50 mm,
50 – 75 mm dengan tingkat ketelitian 0.01 mm (Hasna, 2011:7). Pada mikrometer
sekrup memiliki poros tetap yang berperan sebagai skala utama dan poros putar yang
berperan sebagai skala nonius. Bagian-bagian dari alat Ukur Mikrometer terdiri dari
tujuh bagian, bagian Mikrometer Sekrup tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya.


Sumber. (Soejoto, 1993:22)
24

• Frame (Rangka)
Bagian Bingkai atau sering disebut juga Bagian Frame Mikrometer yang
berbentuk seperti Huruf C ataupun Huruf U dan terbuat dari Bahan Logam yang
tahan panas dan Tebal serta Kuat karena bertujuan agar dapat meminimalkan
terjadinya peregangan yang dapat menganggu proses pengukuran sebuah benda.
• Anvil (Poros Tetap)
Yang kedua ialah Bagian Poros Tetap Mikrometer yang mempunyai Fungsi
untuk penahan sebuah benda saat akan diukur menggunakan Alat Ukur Mikrometer
ini.
• Spindel (Poros Gerak)
Bagian Mikrometer Yang Ketiga ialah Poros Gerak yang merupakan sebuah
Silinder yang dapat digerakan menuju Poros Tetap Mikrometer.
• Lock Nut (Pengunci)
Lalu Bagian Mikrometer Sekrup ke Empat ialah Pengunci (LOCK) yang
memiliki fungsi untuk menahan Poros Gerak agar tak bergerak saat proses
pengukuran sebuah benda.
• Sleeve (Skala Utama)
Bagian Ke Lima disebut juga dengan Sleeve yang merupakan tempat
terletaknya Skala Utama dalam satuan Milimeter (mm).
• Thimbel (Skala Putar)
Bagian Mikrometer ke Enam ialah Thimble yang merupakan tempat Skala
Nonius (Skala Putar) Mikrometer berada.
• Ratchet Knob
Lalu untuk Bagian Mikrometer yang terakhir atau ke Tujuh ialah Ratchet Knop
yang berfungsi untuk memutar Spindle (Poros Gerak) sesaat ujung Poros Gerak
tersebut sudah dekat dengan benda yang akan diukur serta digunakan untuk
mengencangkan Poros Gerak (Spindle) tersebut sampai terdengar bunyi suara
sehingga untuk memastikan bahwa Ujung Poros Gerak sudah menempel dengan
sempurna dengan benda yang akan diukur maka Ratchet Knob tersebut diputar
sebanyak Dua atau Tiga putaran.
Kegunaan dan Fungsi Mikrometer Sekrup:
Adapun untuk Fungsi Alat Ukur ini yang benar ialah untuk mengukur Panjang
sebuah benda, mengukur diameter luar benda dan mengukur ketebalan suatu benda
25

yang mempunyai ukuran yang cukup kecil seperti benda lempeng baja, aluminium,
diameter suatu kabel, kawat, lebar suatu kertas maupun benda – benda yg lainnya.
Lalu Kegunaan Alat Ukur Mikrometer Sekrup untuk mengukur Panjang, Tebal
dan Diameter suatu benda dengan tingkat ketelitian mencapai 0.01 mm yang
merupakan tingkat ketelitian yang lebih tinggi sepuluh kali lipat dibandingkan
dengan Alat Ukur Jangka Sorong karena Jangka Sorong hanya memiliki tingkat
ketelitian sekitar 0.1 mm saja.
Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup:
Kemudian di dalam Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup sendiri, yaitu :
• Pastikan pengunci (lock nut) dalam keadaan terbuka.
• Bukalah rahang dengan memutar kekiri pada skala putar.
• Masukanlah benda yang akan di ukur pada rahang dan putar kembali skala putar
sampai tepat (jangan terlalu kuat, cukup sampai benda tidak jatuh) hingga bunyi klik.
• Putarlah pengunci (lock nut) hingga skala putar tidak dapat digerakkan.
• Jika sudah pengukuran, keluarkan benda dan baca hasil pengukuran. (Ummu, 2011:
8)
Cara Membaca Mikrometer Sekrup:
Untuk membaca nilai pada mikrometer sekrup ada 2 bagian yang harus
diperhatikan yaitu skala utama dan skala nonius. Untuk melihat ke-2 bagian tersebut
dapat dilihat dari sleve untuk skala utama dan thimble untuk melihat skala nonius.

Gambar 3. Penyelesaian cara membaca dari gambar diatas


26

1. Perhatikan letak garis skala di bagian sleve yang dilewati oleh bagian timhble
yaitu 5 mm
2. Lihat garis skala bawah yaitu 0,5 mm
3. Perhatikan nilai di skala nonius yang berada dibagian thimble yaitu 30 mm
maka rumusnya dikalikan 0,01 mm maka hasilnya 30 x 0,01 = 0.3 mm
4. Jumlahkan lah hasil dari ketiga nilai diatas yaitu nilai skala atas + nilai skala
bawah + nilai di skala nonius = 5 + 0,5 + 0,3 = 5,8 mm
Maka hasil pengukuran dari contoh gambar diatas adalah 5,8 mm
Mikrometer sekrup memiliki tiga macam yang secara umum dikelompokkan
berdasarkan pada penggunaannya. Berikut ini macam-macam mikrometer sekrup,
antara lain: Mikrometer luar. Jenis mikrometer sekrup yang sering digunakan untuk
mengukur benda seperti kawat, lapisan - lapisan, blok - blok dan batang - batang,
Mikrometer dalam. Merupakan salah satu jenis mikrometer yang sedang dipakai
untuk mengukur sebuah garis tengah atau diameter pada lubang suatu benda,
mikrometer kedalaman. Jenis mikrometer yang dipakai untuk mengukur kedalaman
dan juga ketinggian dalam sebuah benda. Kegiatan manufaktur adalah suatu aktivitas
untuk membuat produk-produk atau komponen-komponen tertentu sesuai dengan
standar yang diinginkan.
Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan suatu produk sesuai dengan kualitas
yang diinginkan, perlu keahlian khusus yaitu keahlian dalam memilih permesinan,
keahlian dalam mengoperasikan permesinan, serta keahliahan dalam melakukan
pengukuran, khususnya dalam bidang pengukuran dimensi (Nurhasan Ropii, 2019).
Penerapan teknik pengukuran dimensi yang benar serta pemahaman pembacaan alat
ukur yang benar dan tepat dapat memberikan tingkat keberhasilan dalam manufaktur
produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Jika operator tidak tepat
memilih, menggunakan dan membaca alat ukur maka akan menimbulkan suatu
produk yang tidak sesuai spesifikasi atau dapat menghasilkan produk yang rijek.
Kegiatan pelatihan penggunaan jangka sorong dan mikrometer sekrup kepada siswa
SMK Negeri 7 Lhokseumawe dilakukan bertujuan untuk memberikan peningkatan
kemampuan dalam menggunakan alat ukur dan memahami cara pembacaan alat ukur
.
27

2.2 Penelitian yang Relevan


Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang
ada kaitan dengan judul penelitian penulis, di antaranya:
1. Penelitian yang dilakukan Budhi Susilo (2009), “Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar Perawatan dan Perbaikan Mesin Program Keahlian Teknik Mekanik
Otomotif Melalui Penggunaan Media Yang Bervariasi Di SMK 45 Wonosari”
menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa naik dari setiap siklusnya. Ini bisa
dilihat dari meningkatnya nilai/skor rata-rata jumlah semua aspek sikap dan
aktivitas siswa dari siklus I pertemuan teori dengan nilai 2,90 dengan kategori
kurang baik naik menjadi 3,77 dengan kategori cukup baik. Sedangkan pada
pembelajaran praktik pada siklus I dengan nilai 3,49 dengan kategori cukup
baik naik menjadi 4,04 dengan kategiri baik pada siklus II. Peningkatan ini
dipengaruhi oleh meningkatnya tindakan yang diberikan oleh guru yaitu siklus I
pada pembelajaran teori dengan nilai/skor rata-rata 3,2 dengan kategori cukup
baik naik menjadi 4 dengan kategori baik pada siklus II dan pada pembelajaran
praktik dengan nilai/skor rata-rata 3,8 dengan kategori cukup baik naik menjadi
4,4 dengan kategori baik pada siklus II. Sedangkan prestasi belajar siswa
berdasarkan persentase siswa yang memenuhi standar kompetensi pada siklus I
sebesar 68,75% naik menjadi 100 % pada siklus II.
2. Penelitian yang dilakukan Hengki Irawan (2016) “Peningkatan Motivasi Dan
Prestasi Belajar Menggunakan Alat Ukur Mekanik Melalui Peraga Alat Ukur
Mekanik Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan” menyimpulkan bahwa
melalui penggunaan alat peraga menggunakan Alat Ukur Mekanik dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar bagi peserta didik kelas X TKRI
SMK Negeri 1 Bulakamba semester Gasal tahun pelajaran 2014/2015.

2.3 Kerangka Berpikir


Sesuai dengan tujuan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Lulusan SMK dituntut untuk
mengembangkan sifat professional, unggul, siap bersaing dan siap memasuki dunia
kerja. Secara khusus tujuan program keahlian mesin adalah membekali peserta didik
dengan ketrampilan, pengetahuan, dan sikap agar berkompeten. Tujuan yang dicapai
dari metode ini yaitu: hasil belajar akademik struktural (meningkatkan kinerja siswa
28

dalam tugas-tugas akademik), pengakuan adanya keragaman (agar siswa dapat


menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan pendekatan yang
digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar memberikan kontribusi terhadap
keterampilan siswa jurusan otomotif mata pelajaran pengukuran teknik.

2.4 Hipotesa Tindakan


Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan pada penelitian
ini adalah: Penggunaan pendekatan komunikatif dalam kerja kelompok dapat
meningkatkan minat dan keterampilan praktik siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian


Pendekatan penelitian adalah keseluruhan cara atau kegiatan dalam suatu
penelitian yang dimulai dari perumusan masalah sampai membuat suatu
kesimpulan. Pendekatan penelitian ada dua macam yaitu pendekatan kuantitaif dan
kualitatif.
3.1.1 Deksripsi Lokasi Penelitian
SMK Negeri 7 Lhokseumawe yang beralamat di Kecamatan muara satu
Kota Lhokseumawe. SMK Negeri 7 Lhokseumawe memiliki lima jurusan yaitu
jurusan Teknik Kimia Industri (TKI), Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik
Mesin, Teknik Sepeda Motor dan Las.

3.1.2 Visi dan Misi SMK Negeri 7 Lhokseumawe


A. Visi
“Menjadikan tamatan yang ber-imtaq, unggul dibidang iptek, berkarakter
dan berwawasan lingkungan”.
B. Misi
1. Membekali siswa dengan kompetensi yang sesuai dengan perkembangan
teknologi bekerja secara berkelanjutan & di tunjang iman dan taqwa.
2. Mengembangkan prestasi akademik melalui persiapan tenaga kerja, belajar
sepanjang hayat & inovasi belajar.
3. Menyiapkan siswa menjadi individu yang mandiri atau berwirausaha mempunyai
karakter yang unggul, dan bersaing ditingkat pasar global.
4. Menginspirasi, mendukung & menguatkan siswa melalui pendidikan bermutu
dan mengembang karir sehingga siap melayani masyarakat.
5. Mengembangkan sikap siswa untuk mencintai lingkungan, merawat lingkungan,
dan menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar.
6. Memberikan layanan prima kepada masyarakat dan stakeholder.
30

Tabel 3.1 Data Tenaga Pengajar SMK Negeri 7 Lhokseumawe.


No Status/ Jabatan Tingkat Pendidikan Terakhir
< SLTP SLTA D2 D3 SI S2 S3
1. Kepala Sekolah - - - - - 1 -
2. Guru PNS - - - - 19 - -
3. Guru Kontrak - - - - 22 - -
4. Penjaga Sekolah - - - - 1 - -
Sumber : SMK Negeri 7 Lhokseumawe (2021)

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa jumlah guru di SMK Negeri 7
Lhokseumawe sebanyak 43 orang. Kemajuan suatu sekolah terlepas dari guru-guru
yang berkompeten dan berkompeten dan berpengalaman pada sekolah tersebut.
Semakin berkualitas guru yang mengajar, maka semakin bagus pendidikan di
sekolah tersebut.

Tabel 3.2 Rincian Siswa SMK Negeri 7 Lhokseumawe.


No Jurusan Tahun Ajaran 2019-2020
Jumlah Siswa
1. Teknik Kimia Industri (TKI) 39
2. Teknik Mesin 58
3. Teknik Sepeda Motor 99
4. Teknik Kendaraan Ringan (TKR) 71
5. Las 94
Jumlah 361
Sumber : SMK Negeri 7 Lhokseumawe.
Siswa merupakan subjek yang sangat penting pada suatu sekolah, tanpa
adanya siswa maka proses belajar tidak dapat dilakukan. Jumlah siswa SMK Negeri
7 Lhokseumawe sebanyak 361 orang dari semua jurusan.
31

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian


tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif dengan tujuan
untuk memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang telah dilakukan.
Menurut Arikunto (2011: 3) “ PTK adalah suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah
kelas bersama”. Tujuan umum dari penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan
dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani prosesbelajar
mengajar. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik penting, yaitu bahwa
problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi olehguru di kelas. PTK akan
dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal memang menyadari adanya persoalan
yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas.
Berdasarkan kutipan diatas maka, tiga pengertian tindakan kelas dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Penelitian menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti:
2. Tindakan, menunjukan pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
siswa.
3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik.
Jadi menurut peneliti, penelitian tindakan kelas adalah salah satu upaya
guru dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran dikelas.
32

Gambar 4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2013: 137)


Secara umum penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus, dimana setiap
siklus terdapat 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan berbagai persiapan dan perencanaan
yang terdiri dari:
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan materi yang akan
digunakan dalam pembelajaran dengan Pendekatan Komunikatif Kerja
Kelompok
b) Menyusun lembar kerja pengamatan aktiitas guru dan siswa
c) Menyiapkan angket yang akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini yaitu peneliti melaksanakan
pembelajaran menggunakan Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok berdasarkan
instrumen atau perangkat yang telah disusun.
33

3. Pengamatan atau Observasi


Selama peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok. Peneliti dibantu oleh dua orang pengamat
yang terdiri dari guru dan teman sejawat. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan lembar aktivitas guru dan siswa untuk mengetahui tingkat
keterampilan dan efektivitas.
4. Refleksi
Setelah semua data terkumpul dan dianalisis baik aktivitas guru, aktivitas
guru, aktivitas siswa, dan tes kinerja siswa kemudian dilakukan identifikasi
permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dan
permasalahan yang muncul kemudian dicari pemecahannya dan menenmukan
langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga pada saat
pelaksanaan siklus selanjutnya tidak ada permasalahan yang muncul lagi, seperti
permasalahan yang muncul pada saat Siklus I.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK NEGERI 7
Lhoseumawe yang berjumlah 25 siswa. Objek dalam penelitian ini adalah
peningkatan hasil belajar siswa melalui Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok,
pada materi pengukuran teknik.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


1. Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
data Hasil Belajar Siswa dengan menerapkan Pendekatan Komunikatif Kerja
Kelompok. Soal test berbentuk Pilihan dan Essai jumlah soal 10 soal. Soal tersebut
dibagi menjadi soal pretest dan post test.
2. Observasi
Dalam menggunakan metode observasi cara yang peling efektif adalah
dengan melengkapi format atau blanko pengamatan sebagai instrumen. Format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan
34

terjadi, kejadian dapat berupa interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru,
maupun interaksi antara siswa dengan siswa (Arikunto, 2014:272). Aspek yang
diamati adalah proses pembelajaran yang dirancang dengan menerapkan Pendekatan
Komunikatif Kerja Kelompok.
3. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
Tabel 3.3 Angket
NO Aspek Yang Direspon Respon Peserta Didik

Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju tidak
setuju
1. Saya senang belajar menggunakan
model Pendekatan Komunikatif
Kerja Kelompok
2. Model Pendekatan Komunikatif
Kerja Kelompok ini baru pertama
kali bagi saya
3. Bahasa yang digunakan guru dalam
proses belajar mengajar mudah
dipahami.
4. Penyampaian materi jelas dan
mudah dipahami.
5. Praktis dan mudah dalam
mengikuti proses belajar.
6. Menarik dan mudah dalam
memahami materi.
7. Soal-soal menarik dan menantang
untuk diselesaikan.
8. Apakah ada kemajuan yang anda rasak setelah kegiatan pembelajaran ini?
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
35

………………………
9. Tuliskan kesulitan-kesulitan yang anda rasakan, dalam proses belajar
menggunakan Model Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok.
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………
10. Tuliskan saran anda terhadap Model Pembelajaran Pendekatan Komunikatif
Kerja Kelompok (Yang anda gunakan).
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………

3.4 Teknik Analisis Data


Data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan
analisis secara deskriptif kualitatif. Data terhadap aktivitas guru, aktivitas siswa dan
respon siswa diperoleh dari data pengamatan atau observasi terhadap aktivitas guru,
aktivitas siswa dan respon siswa. Data observasi kemudian dianalisa menggunakan
rumus statistik sederhana, hasil observasi digunakan sebagai dasar fungsi dan
pemeliharaan alat ukur pada siklus selanjutnya. Metode pengamatan (observasi)
dilakukan oleh pengamat dengan sasaran aktivitas guru, aktivitas siswa dan respon
siswa. Data yang dicari pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut
1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Peningkatan hasil belajar siswa pada materi alat ukur. Katakan tuntas jika
hasil belajar siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 75%.
Ketuntasan ini dilihat dari ketuntasan secara individual dan ketuntasan klasikal.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagaimana pendapat Arikunto (2013: 140)
36

f
P= X 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
f = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
2. Aktivitas Guru dan Siswa
Aktivitas guru dan siswa dalam penerapan Pendekatan Komunikatif Kerja
Kelompok pada materi alat ukur di nilai dengan menggunakan lembar observasi yang
diamati oleh dua orang pengamat. Adapun rumus yang digunakan adalah
sebagaimana pendapat Arikunto (2013: 140)
f
P= X 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
f = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
3. Respon siswa terhadap Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok
Respon siswa ini dinilai melalui pembagian angket yang berisi tentang
model pembelajaran, keterampilan guru dalam mengajar, pemahaman siswa terhadap
materi peralatan bengkel otomatif. Adapun rumus yang digunakan adalah
sebagaimana pendapat Arikunto (2013: 140).
f
P= X 100 %
N
Keterangan :
P = Presentase
f = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Hasil Siklus I
Penelitian yang dilakukan merupakan bentuk tindakan kelas. Penelitian
yang dilakukan mengikuti siklus meliputi: tahap perencanaan, tahap observasi, dan
refleksi atas tindakan pelaksanaan yang dilakukan. Pelaksanaan dan hasil siklus I
pembelajaran dengan melakukan model komunikatif kerja kelompok dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Perencaan Penelitian Siklus I
Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana
Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP), soal angket, lembar observasi, soal individu dan
lembar aktivitas guru dan siswa.
b. Tindakan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari selasa tanggal 21September 2021
dengan jumlah subjek penelitian sebenarnya 25 siswa yang ada pada kelas XI
Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe, dikarenakan tengah masa pandemi covid-19
siswa yang dibolehkan hadir hanya 10 siswa. Peran peneliti sebagai guru yang
menerapkan model Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok pada materi
pengukuran teknik.
Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model
Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok, mengacu pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Untuk mengetahui hasil belajar siswa,
selanjutnya diberikan posttest pada akhir pelaksanaan pembelajaran. Sementara itu
untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam tindakan ini dilakukan
pengamatan bersama dengan pelaksanaan pembelajaraan oleh guru mata pelajaran
TDO dan teman sejawat, untuk mengetahui respon siswa guru membagikan angket
kepada siswa. Hasil tes siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

37
38

Tabel 4.1 Hasil Tes Siswa Akhir Siklus I.


No Subjek Penelitian XI Mesin Nilai Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 MI 55 √
2 DA 55 √
3 AS 20 √
4 MA 35 √
5 RS 45 √
6 MIL 35 √
7 FA 45 √
8 MK 35 √
9 MR 70 √
10 MF 75 √
Jumlah Total 470 1 siswa 9 siswa
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Nilai hasil belajar siswa di atas dapat diperoleh dari hasil tes formatif yang
dilakukan dengan memberikan soal pilihan ganda sebanyak 10 buah. Berdasarkan
hasil dari tabel di atas, maka dapat rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I
sebagai berikut.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I
Siklus Jumlah Jumla Nilai Nilai Maksimal % Ketuntasan
Siswa h Rata- Keberhasilan
Nilai Rata Tidak
1 10 Siswa ≥75 ≤75 Tuntas Tuntas
470 47 1 Siswa 9 Siswa 10% 90%
Sumber : Hasil Penelitian (2021).
Berdasarkan dari tabel di atas. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-
rata yang diperoleh terhadap hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 47 dari total
jumlah siswa. Siswa yang tuntas atau siswa yang nilainya mencapai 75 keatas
sebanyak 1 siswa dengan presentase 10%, sedangkan jumlah siswa yang nilainya
belum mencapai 75 sebanyak 9 siswa dengan presentase 90%. Hasil ini
membuktikan bahwa hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan
yang ditetapkan secara klasikal sebanyak 75% dari keseluruhan jumlah siswa.
39

c. Observasi Siklus I
Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan kegiatan pembelajaran
dilakukan oleh guru mata pelajaran dan teman sejawat. Hasil observasi aktivitas
guru dan siswa dalam materi pengukuran teknik dengan menggunakan pendekatan
komunikatif kerja kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4

Tabel 4.3 Hasil Aktivitas Guru Siklus I oleh Guru Mata Pelajaran
NO Kegiatan Guru Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran √ √
2. Guru menjelaskan logistik yang √ √
dibutuhkan
3. Guru memotivasi siswa agar terlibat dalam √ √
aktivitas
4. Guru mengorganisasi siswa pada aktivitas √ √
belajar
5. Guru membantu siswa mendefenisikan dan √ √
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah
6. Guru membimbing penyelidikan individual √ √
dan kelompok
7. Guru mendorong siswa untuk √ √
mengumpulkan informasi yang sesuai
8. Guru melaksana informasi yang sesuai √ √
9. Guru melaksanakan eksperimen untuk √ √
mendapatkan pelajaran memecahkan
masalah
10. Guru mengembangkan dan menyajikan √ √
hasil karya
11. Guru membantu siswa merencanakan dan √ √
menyiapkan karya sesuai seperti
menyiapkan laporan dan model serta
membantu berbagai tugas dengan
40

temannya
12. Guru menganalisis dan mengevaluasi √ √
proses pemecahan masalah
13. Guru membantu siswa untuk melakukan √ √
atau evaluasi terhadap masalah
14. Guru membimbing siswa membuat √ √
kesimpulan terhadap materi yang telah
dicatat
15. Guru mengakhiri pembelajaran dengan √ √
mengingatkan kepada siswa agar tetap
menerapkan protokol kesehatan
Jumlah Skor 53
Rata-Rata 3,5
Kategori Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)

Berdasarkan hasil pengamatan oleh guru mata pelajaran maka dapat


disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada materi
pengukuran teknik menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok
termasuk kategori baik dengan nilai rata-rata 3,5. Selanjutnya hasil pengamatan
oleh teman sejawat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil Aktivitas Guru Siklus I oleh Teman Sejawat.
NO Kegiatan Guru Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran √ √
2. Guru menjelaskan logistik yang √ √
dibutuhkan
3. Guru memotivasi siswa agar terlibat √ √
dalam aktivitas
4. Guru mengorganisasi siswa pada √ √
aktivitas belajar
5. Guru membantu siswa mendefenisikan √ √
dan mengorganisasikan tugas belajar
41

yang berhubungan dengan masalah


6. Guru membimbing penyelidikan √ √
individual dan kelompok
7. Guru mendorong siswa untuk √ √
mengumpulkan informasi yang sesuai
8. Guru melaksana informasi yang sesuai √ √
9. Guru melaksanakan eksperimen untuk √ √
mendapatkan pelajaran memecahkan
masalah
10. Guru mengembangkan dan menyajikan √ √
hasil karya
11. Guru membantu siswa merencanakan √ √
dan menyiapkan karya sesuai seperti
menyiapkan laporan dan model serta
membantu berbagai tugas dengan
temannya
12. Guru menganalisis dan mengevaluasi √ √
proses pemecahan masalah
13. Guru membantu siswa untuk √ √
melakukan atau evaluasi terhadap
masalah
14. Guru membimbing siswa membuat √ √
kesimpulan terhadap materi yang telah
dicatat
15. Guru mengakhiri pembelajaran dengan √ √
mengingatkan kepada siswa agar tetap
menerapkan protokol kesehatan
Jumlah Skor 52
Rata-Rata 3,4
Kategori Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
42

Berdasarkan hasil pengamatan oleh teman sejawat maka dapat disimpulkan


bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran pada materi pengukuran teknik
menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok termasuk kategori baik
dengan hasil nilai rata-rata 3,4.
Berdasarkan hasil dari dua pengamatan yang dilakukan oleh Guru mata
pelajaran dan teman sejawat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4. Maka dapat disimpulkan
bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran pada materi pengukuran teknik
menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok termasuk pada kategori baik
dengan nilai 3,5 hasil pengamatan oleh guru mata pelajaran dan hasil pengamatan
teman sejawat dengan nilai rata-rata 3,4 dan juga termasuk kategori baik.
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I juga dilakukan oleh guru mata
pelajaran dan teman sejawat, dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6 berikut :
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I oleh Guru Mata Pelajaran.
NO Kegiatan Siswa Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Siswa agar terlibat dalam aktivitas √ √
2. Siswa belajar √ √
3. Siswa mendefenisikan dan √ √
mengorganisasikan
4. Siswa belajar yang berhubungan √ √
dengan masalah tersebut
5. Siswa mengumpulkan informasi √ √
yang sesuai
6. Siswa melakukan eksperimen untuk √ √
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
7. Siswa mengembangkan dan √ √
menyajikan hasil karya
8. Siswa merencanakan dan √ √
menyiapkan karya sesuai seperti
menyiapkan laporan dan model
serta membantu berbagi tugas
dengan temannya
43

9. Siswa memecahkan masalah √ √


10. Siswa menyelidiki permasalahan √ √
11. Siswa membuat kesimpulan √ √
terhadap materi yang telah dicapai
12. Siswa melakukan pencegahan √ √
covid-19 dengan menerapkan
protokol kesehatan
Jumlah Skor 39
Rata-Rata 3,2
Kategori Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I oleh Teman Sejawat.
NO Kegiatan Siswa Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Siswa agar terlibat dalam aktivitas √ √
2. Siswa belajar √ √
3. Siswa mendefenisikan dan √ √
mengorganisasikan
4. Siswa belajar yang berhubungan √ √
dengan masalah tersebut
5. Siswa mengumpulkan informasi √ √
yang sesuai
6. Siswa melakukan eksperimen untuk √ √
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
7. Siswa mengembangkan dan √ √
menyajikan hasil karya
8. Siswa merencanakan dan √ √
menyiapkan karya sesuai seperti
menyiapkan laporan dan model
serta membantu berbagi tugas
dengan temannya
9. Siswa memecahkan masalah √ √
44

10. Siswa menyelidiki permasalahan √ √


11. Siswa membuat kesimpulan √ √
terhadap materi yang telah dicapai
12. Siswa melakukan pencegahan √ √
covid-19 dengan menerapkan
protokol kesehatan
Jumlah Skor 40
Rata-Rata 3,3
Kategori Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Berdasarkan hasil tes pada siklus I dan hasil pengamatan aktivitas guru dan
aktivitas siswa pada materi pengukuran teknik dengan menggunakan pendekatan
komunikatif kerja kelompok maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I, jumlah ketuntasan hanya 10%.
2. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I sebanyak 47%.
3. Aktivitas guru dalam pembelajaran pada materi Pengukuran teknik dengan
menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok pada Siklus I
dikategorikan baik dari hasil kedua pengamat.
4. Kemampuan siswa dalam pembelajaran pada materi pengukuran teknik dengan
menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok pada Siklus I
dikategorikan baik dari hasil kedua pengamat.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka perlu perbaikan-perbaikan
yang akan diselesaikan pada siklus II sebagai berikut:
1. Mengingat ketuntasan belajar siswa belum mencapai 75% dari jumlah siswa
dikarenakan guru belum maksimal sebab kondisi pandemi seperti sekarang ini
sehingga siswa belum bisa memahami dengan baik.
2. Kemampuan guru perlu tingkatkan, sehingga para guru menjadi lebih
professional dalam pembelajaran pada materi pengukuran teknik melalui
pendekatan komunikatif kerja kelompok. Mengingat pada siklus I masih banyak
poin-poin pada lembar aktivitas guru yang masih belum maksimal, sehingga
kekurangan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
45

3. Mengingat aktivitas siswa dalam pembelajaran dikategorikan baik, maka guru


benar-benar meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran pada materi
rangkaian listrik sederhana, sehingga kekurangan pada poin-poin pada siklus I
akan diperbaiki pada siklus II.
4. Perlu ditingkatkan lagi dalam upaya memotivasi siswa untuk lebih aktif dan
lebih berani dalam menggunakan pendapat. Dengan cara menunjuk siswa dan
meminta pendapatnya.

4.1.2 Hasil Siklus II


Pelaksanaan siklus kedua dikarenakan belum mencapai nilai target yang
diharapkan pada siklus pertama yang belum tercapai. Selain itu, hasil belajar siswa
dalam pembelajaran pada materi Pengukuran Teknik dengan menggunakan
Pendekatan Komunikatif Kerja Kelompok pada siklus I juga belum tercapai nilai
maksimal, maka dari itu peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II. Tahap-tahap
pelaksanaan pada siklus II pada dasarnya sama dengan tahap-tahap pelaksanaan
siklus I. Berikut pelaksanaan pada siklus II pembelajaran pada materi pengukuran
teknik dengan menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok di kelas XI
Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe.
a. Perencanaan Siklus II
Tahapan pada siklus II ini guru menyiapkan berbagai perangkat
pembelajaran yang mendukung pelaksanaan proses pembelajaran pada materi
pengukuran teknik dengan menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok.
Tahapan yang disiapkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal
angket, lembar observasi dan lainnya.
b. Tindakan Siklus II
Sebagaimana pelaksanaan pada siklus pertama, selanjutnya pada siklus
kedua pelaksanaannya juga sama dengan mengikuti langkah-langkah model
pendekatan komunikatif, hanya saja guru menekankan pada beberapa hal sebagai
perbaikan atas pelaksanaan pada siklus pertama. Perbaikan-perbaikan tersebut
diantaranya adalah memaksimalkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, serta
menekankan pada inti atau pokok permasalahan yang diangkat. Pelaksanaan II
dilakukan pada hari selasa tanggal 28 September 2021. Sebagaimana pada siklus
46

pertama, siklus kedua juga diberikan tes hasil belajar siswa, hasil tes belajar siswa
siklus II pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Hasil Tes Siswa Akhir Siklus II
No Subjek Penelitian XI Nilai Keterangan
Mesin Tuntas Tidak Tuntas
1 MI 90 √
2 DA 70 √
3 AS 80 √
4 MA 85 √
5 RS 80 √
6 MIL 90 √
7 FA 95 √
8 MK 100 √
9 MR 100 √
10 MF 100 √
Jumlah Total 890 9 siswa 1 siswa
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Berdasarkan hasil dari tabel 4.7, maka dapat rekapitulasi hasil belajar siswa
pada siklus II sebagai berikut pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II.
Siklus Jumlah Jumlah Nilai Nilai Maksimal % Ketuntasan
Siswa Nilai Rata- Keberhasilan
Rata Tidak
2 10 ≥75 ≤75 Tuntas Tuntas
Siswa 890 89 9 Siswa 1 Siswa 90% 10%

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai


rata-rata dari siklus sebelumnya yaitu pada siklus I sebanyak 10% meningkat
menjadi 90% secara klasikal. Jumlah siswa yang tuntas atau siswa yang nilainya
mencapai 75 juga mengalami peningkatan menjadi 9 siswa (90%). Hasil ini
mengidentifikasikan bahwa hasil tes belajar siswa telah mengalami peningkatan
yang cukup signifikan sekaligus mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan
sebanyak 75%, namun masih ada satu siswa yang nilainya masih rendah dibawah
47

KKM dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran


yang diberikan oleh guru.

c. Observasi Siklus II
Tindakan pada siklus kedua, model pembelajaran pada materi pengukuran
teknik dengan menggunakan model pendekatan komunikatif kerja kelompok jga
diamati oleh seorang pengamat dan guru mata pelajaran yang bertugas memberikan
penilaian tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Berikut hasil observasi
pada siklus kedua pada tabel 4.9:

Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II oleh Guru Mata Pelajaran
NO Kegiatan Guru Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Guru menjelaskan tujuan √ √
pembelajaran
2. Guru menjelaskan logistik yang √ √
dibutuhkan
3. Guru memotivasi siswa agar terlibat √ √
dalam aktivitas
4. Guru mengorganisasi siswa pada √ √
aktivitas belajar
5. Guru membantu siswa √ √
mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
6. Guru membimbing penyelidikan √ √
individual dan kelompok
7. Guru mendorong siswa untuk √ √
mengumpulkan informasi yang sesuai
8. Guru melaksana informasi yang √ √
sesuai
9. Guru melaksanakan eksperimen √ √
untuk mendapatkan pelajaran
48

memecahkan masalah
10. Guru mengembangkan dan √ √
menyajikan hasil karya
11. Guru membantu siswa merencanakan √ √
dan menyiapkan karya sesuai seperti
menyiapkan laporan dan model serta
membantu berbagai tugas dengan
temannya
12. Guru menganalisis dan mengevaluasi √ √
proses pemecahan masalah
13. Guru membantu siswa untuk √ √
melakukan atau evaluasi terhadap
masalah
14. Guru membimbing siswa membuat √ √
kesimpulan terhadap materi yang
telah dicatat
15. Guru mengakhiri pembelajaran √ √
dengan mengingatkan kepada siswa
agar tetap menerapkan protokol
kesehatan
Jumlah Skor 56
Rata-Rata 3,7
Kategori Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)

Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II oleh Teman Sejawat
NO Kegiatan Guru Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Guru menjelaskan tujuan √ √
pembelajaran
2. Guru menjelaskan logistik yang √ √
dibutuhkan
3. Guru memotivasi siswa agar terlibat √ √
49

dalam aktivitas
4. Guru mengorganisasi siswa pada √ √
aktivitas belajar
5. Guru membantu siswa √ √
mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
6. Guru membimbing penyelidikan √ √
individual dan kelompok
7. Guru mendorong siswa untuk √ √
mengumpulkan informasi yang sesuai
8. Guru melaksana informasi yang √ √
sesuai
9. Guru melaksanakan eksperimen √ √
untuk mendapatkan pelajaran
memecahkan masalah
10. Guru mengembangkan dan √ √
menyajikan hasil karya
11. Guru membantu siswa merencanakan √ √
dan menyiapkan karya sesuai seperti
menyiapkan laporan dan model serta
membantu berbagai tugas dengan
temannya
12. Guru menganalisis dan mengevaluasi √ √
proses pemecahan masalah
13. Guru membantu siswa untuk √ √
melakukan atau evaluasi terhadap
masalah
14. Guru membimbing siswa membuat √ √
kesimpulan terhadap materi yang
telah dicatat
15. Guru mengakhiri pembelajaran √ √
dengan mengingatkan kepada siswa
50

agar tetap menerapkan protokol


kesehatan
Jumlah Skor 57
Rata-Rata 3,8
Kategori Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II diatas menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan aktivitas guru mengelola proses pembelajaran pada materi
pengukuran teknik dari pada siklus sebelumnya, pada siklus II kategori pengamatan
aktivitas guru menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus II termasuk kategori
sangat baik, Selanjutnya dilanjutkan dengan pengamatan aktivitas siswa seperti
pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Hasil Observasi Siswa Siklus II oleh Guru Mata Pelajaran.
NO Kegiatan Siswa Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Siswa agar terlibat dalam aktivitas √ √
2. Siswa belajar √ √
3. Siswa mendefenisikan dan √ √
mengorganisasikan
4. Siswa belajar yang berhubungan √ √
dengan masalah tersebut
5. Siswa mengumpulkan informasi yang √ √
sesuai
6. Siswa melakukan eksperimen untuk √ √
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
7. Siswa mengembangkan dan √ √
menyajikan hasil karya
8. Siswa merencanakan dan menyiapkan √ √
karya sesuai seperti menyiapkan
laporan dan model serta membantu
berbagi tugas dengan temannya
9. Siswa memecahkan masalah √ √
51

10. Siswa menyelidiki permasalahan √ √


11. Siswa membuat kesimpulan terhadap √ √
materi yang telah dicapai
12. Siswa melakukan pencegahan covid- √ √
19 dengan menerapkan protokol
kesehatan
Jumlah Skor 46
Rata-Rata 3,8
Kategori Sangat Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Tabel 4.12 Hasil Observasi Siswa Siklus II oleh Teman Sejawat.
NO Kegiatan Siswa Aktivitas Nilai
Ya Tidak 1 2 3 4
1. Siswa agar terlibat dalam aktivitas √ √
2. Siswa belajar √ √
3. Siswa mendefenisikan dan √ √
mengorganisasikan
4. Siswa belajar yang berhubungan √ √
dengan masalah tersebut
5. Siswa mengumpulkan informasi yang √ √
sesuai
6. Siswa melakukan eksperimen untuk √ √
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
7. Siswa mengembangkan dan √ √
menyajikan hasil karya
8. Siswa merencanakan dan menyiapkan √ √
karya sesuai seperti menyiapkan
laporan dan model serta membantu
berbagi tugas dengan temannya
9. Siswa memecahkan masalah √ √
10. Siswa menyelidiki permasalahan √ √
11. Siswa membuat kesimpulan terhadap √ √
52

materi yang telah dicapai


12. Siswa melakukan pencegahan covid- √ √
19 dengan menerapkan protokol
kesehatan
Jumlah Skor 46
Rata-Rata 3,8
Kategori Sangat Baik
Sumber : Hasil Penelitian (2021)

Berdasarkan hasil analisis data dari tabel diatas, maka diketahui bahwa
aktivitas siswa dalam pembelajaran pada materi pengukuran teknik menggunakan
model pendekatan komunikatif kerja kelompok pada siklus II termasuk kategori
sangat baik. Hasil ini tidak terlepas dari berbagai perbaikan yang dilakukan oleh
guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok di
kelas XI Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe.
d. Respon siswa terhadap penerapan pendekatan komunikatif kerja kelompok
Respon siswa pada materi pengukuran teknik dengan menggunakan
pendekatan komunikatif kerja kelompok, peneliti menggunakan metode angket
untuk memperoleh data tentang respon masing-masing siswa
Untuk mengetahui nilai yang diperoleh dari keadaan respon siswa kelas XI
Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe, pada materi pengukuran teknik dengan
menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.13 Hasil Tes Siswa Akhir Siklus II.
No Subjek Penelitian XI Mesin Nilai
1 MI 90
2 DA 70
3 AS 80
4 MA 85
5 RS 80
6 MIL 90
7 FA 95
8 MK 100
53

9 MR 100
10 MF 100
Jumlah Total 890
Sumber : Hasil Penelitian (2021)

Dari data pada tabel diatas maka dapat diketahui bahwa respon siswa kelas
XI Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe pada materi pengukuran teknik dengan
menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok adalah seperti pada Tabel
berikut:
Tabel 4.14 Rekapitulasi Respon Siswa.
Jumlah Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata Nilai Maksimal Keberhasilan
Siswa ≥75 ≤75
10 890 89 9 Siswa 1 Siswa
Sumber : Hasil Penelitian (2021)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jumlah nilai respon siswa dengan
menggunakan angket adalah 890 dan nilai rata-rata respon siswa dengan
menggunakan angket adalah 89.
e. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil tes pada siklus I dan hasil pengamatan aktivitas guru dan
siswa dengan menggunakan pendekatan komunikatif, maka hasil siklus II dapat
direfleksikan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi mata pelajaran
pada materi pengukuran teknik telah mengalami peningkatan yang signifikan.
Jumlah siswa yang tuntas bertambah menjadi 9 orang siswa dengan presentase
ketuntasan adalah sebanyak 90% bila diklasikan, nilai rata-rata yang diperoleh
siswa juga meningkat menjadi 89%
Selain peningkatan hasil belajar siswa dan nilai rata-rata siswa dalam proses
pembelajaran. Aktivitas siswa dan guru juga mengalami peningkatan yang sangat
baik, dari poin-poin yang nilainya belum maksimal pada siklus I dan telah
diperbaiki pada siklus II. Respon siswa terhadap penerapan pendekatan
komunikatif kerja kelompok juga sangat baik. Hasil dari observasi siklus II dan
hasil respon terhadap pendekatan komunikatif kerja kelompok mengindikasikan
bahwa pembelajaran pada materi pengukuran teknik dengan menggunakan
komunikatif kerja kelompok telah berhasil dilakukan dalam dua siklus dengan
demikian, penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
54

4.2 Pembahasan
Penelitian yang dilakukan adalah pendekatan komunikatif kerja kelompok
dengan menerapkan model pendekatan komunikatif kerja kelompok yang
memberikan kesempatan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir,
merespon, dan bekerja sama dengan teman kelompok serta membantu teman secara
positif untuk menyelesaikan tugas. Model pembelajaran pendekatan komunikatif
kerja kelompok dalam kegiatan belajar mengajar tentunya sangat dipengaruhi oleh
guru dalam mengajar.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 1
pertemuan. Kegiatan penelitian ini dibagi menjadi 3 kegiatan utama, yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir pada pertemuan pertama.
a. Siklus I
Kegiatan awal yang dilakukan yakni peneliti melakukan aktivitas meliputi:
mengucap salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa dan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Peneliti memotivasi dan pembagian kelompok. Hal ini bertujuan
agar siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
Pada kegiatan inti, peneliti menyampaikan materi kepada siswa atau kegiatan
presentasi guru. Kegiatan belajar dalam tim dimana siswa dapat belajar dengan
teman satu timnya, dan diteruskan kegiatan evaluasi, dan kegiatan penghargaan
tim.
Pada Kegiatan akhir, peneliti memberikan pertanyaan lisan secara acak kepada
siswa untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan, peneliti
juga mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diberikan pada hari
itu. Kemudian peneliti menutup pembelajaran dengan membaca doa.

b. Siklus II
55

Kegiatan yang digunakan sama halnya dengan kegiatan pada siklus I dan
pada siklus II guru memperbaiki hal-hal pada poin-poin yang masih kurang dan
guru memberikan tekanan kepada siswa.

4.2.1 Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar merupakan hasil dalam bentuk kemampuan yang diperoleh
siswa setelah melalui suatu proses belajar yang dilakukannya.
Tabel 4.15 Nilai Rata-Rata Siswa.
Keterangan Siklus I Siklus II

Nilai Rata-rata 47 89
Tidak Tuntas 9 siswa 1 siswa
Tuntas 1 siswa 9 siswa
Ketuntasan Rata-rata 10% 90%
Sumber: Hasil Penelitian (2021).
Berdasarkan hasil dari data tabel diatas, dapat dilihat peningkatan nilai rata-
rata yang diperoleh siswa dari siklus I hingga siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata
yang diperoleh siswa hanya sebesar 70%, dan terjadi peningkatan menjadi 90%
pada siklus II. Peningkatan ini terlepas dari usaha guru dalam memperbaiki proses
pembelajaran menjadi lebih baik yang didasarkan pada hasil setiap siklus,
meningkatnya hasil belajar siswa pada materi pengukuran teknik dengan
menerapkan pendekatan komunikatif kerja kelompok sudah berhasil sesuai harapan
oleh peneliti.

4.2.2 Aktivitas Guru


Aktivitas guru merupakan kegiatan yang dilakukan guru selama proses
pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk memberikan pengetahuan, sikap dan
nilai, dan keterampilan kepada siswa. Aktivitas guru sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan siswa.
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan belajar siswa. Upaya
menghidupkan ruang kelas dalam rangka pengelolaan kelas yang efektif yang
diarahkan pada tercapainya tujuan pendidikan memerlukan penyikapan yang
simultan dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses belajar, terutama guru dan
56

peserta belajar. Penelitian ini, guru telah menerapkan manajemen kelas dengan baik
sesuai dengan ketentuan pendekatan komunikatif kerja kelompok.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas guru dalam
pembelajaran pada materi pengukuran teknik menggunakan pendekatan
komunikatif kerja kelompok, misalnya motivasi guru, yaitu daya energi yang
mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku guru. Motivasi
berbanding lurus dengan aktivitas guru, semakin tinggi motivasi guru dalam proses
belajar mengajar maka aktivitas guru akan lebih baik dibandingkan guru yang
memiliki motivasi rendah.
Aktivitas guru dalam penelitian ini merupakan kegiatan yang dilakukan
guru selama pembelajaran pada materi pengukuran teknik menggunakan
pendekatan komunikatif kerja kelompok melalui lembar observasi yang telah
dipersiapkan. Hasil observasi menunjukkan peningkatan aktivitas guru dalam
proses pembelajaran sebagaimana terlihat pada tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16 Peningkatan Aktivitas Guru.
Siklus I Siklus II
Keterangan Pengamat I Pengamat II Pengamat I Pengamat II
Aktivitas Guru 3,5 3,4 3,7 3,8
Kategori Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sumber: Hasil Penelitian (2021).
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, terlihat peningkatan aktivitas guru
dalam mengelola pembelajaran pada materi pengukuran teknik menggunakan
pendekatan komunikatif kerja kelompok dari siklus I hingga siklus II, pada siklus I
aktivitas guru dikategorikan baik. Pada siklus II aktivitas guru dikategorikan
menjadi sangat baik berdasarkan nilai rata-rata kelas maupun presentase klasikal,
tampak bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
komunikatif kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara
signifikan. Pada penelitian ini guru melibatkan dua orang pangamat yaitu Pengamat
I Abdullah S.T. merupakan guru pada mata pelajaran Pemesinan kelas XI Mesin
SMK Negeri 7 Lhokseumawe dan pengamat II Zulfikar selaku teman sejawat
peneliti.

4.2.3 Aktivitas Siswa


57

Proses keberhasilan tindakan pembelajaran dikelas dapat dilihat dari


kegiatan siswa dalam belajar. Makin semangat siswa tersebut dalam belajar, maka
semakin besar peluang keberhasilan pembelajaran tersebut. Apabila siswa tidak
semangat dalam belajar, maka semakin kecil peluang keberhasilan pembelajaran.
Kegiatan belajar siswa terdiri dari belajar mandiri atau individual dan belajar
kelompok, artinya siswa melakukan kegiatan dalam situasi kelompok, misalnya
berdiskusi dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada materi pengukuran teknik
dengan menggunakan pendekatan komunikatif kerja kelompok pada penelitian
dilihat berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh pengamat.
Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut:
Tabel 4.17 Peningkatan Aktivitas Siswa.
Siklus I Siklus II
Keterangan Pengamat I Pengamat II Pengamat I Pengamat II
Aktivitas Siswa 3,2 3,3 3,8 3,8
Kategori Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
Sumber: Hasil Penelitian (2021).
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, terlihat peningkatan aktivitas siswa
dalam pembelajaran pada materi pengukuran teknik dengan menggunakan
pendekatan komunikatif kerja kelompok dari siklus I hingga siklus II, pada siklus I
aktivitas siswa dikategorikan baik selanjutnya pada siklus II aktivitas siswa terjadi
peningkatan menjadi sangant baik. Pada saat guru melakukan pembelajaran,
aktivitas guru dan siswa di observasi oleh pengamat. Pada penelitian ini guru
melibatkan dua orang pengamat yaitu pengamat I Abdullah S.T. merupakan guru
mata pelajaran pemesinan kelas XI Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe dan
pengamat II Zulfikar selaku teman sejawat peneliti.

4.2.4 Respon Siswa


Respon siswa diperoleh dari hasil lembar angket yang telah diisi oleh 10
siswa kelas XI Mesin merupakan salah satu subjek dalam penelitian ini. Angket
tersebut berisi 10 pertanyaan yang mempunyai lima opsi yaitu sangat setuju, setuju,
kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Pernyataan dalam angket tersebut
berkaitan dengan pembelajaran yang telah diterapkan selama dua pertemuan
58

terakhir. Untuk mengetahui respon siswa pengambilan data dilakukan dengan


penyebaran angket kepada kelas penelitian sebanyak 10 responden.
Data angket dapat diketahui bahwa siswa lebih termotivasi dan tertarik
mengikuti kegiatan pembelajaran karena materi yang dipelajari dihubungkan
dengan kehidupan di lingkungan sekitar siswa. Selain itu siswa menjadi lebih
memahami.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pembahasan pada lab sebelumnya, mengenai
upaya peningkatan hasil belajar siswa pada materi pengukuran teknik pada kelas XI
Mesin SMK Negeri 7 Lhokseumawe, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dari
hasil penelitan yang sudah dilakukan.
1. Peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan komunikatif kerja
kelompok, materi pengukuran teknik di kelas XI Mesin SMK Negeri 7
Lhokseumawe pada siklus I jumlah tuntas hanya 1 siswa dari 10 siswa dengan
ketuntasan klasikal 10% dan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 9 siswa
dari 10 siswa dengan ketuntasan klasikal 90%.
2. Aktivitas guru dan siswa mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus II
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan komunikatif
kerja kelompok, pada materi pengukuran teknik di SMK Negeri 7
Lhokseumawe, ditunjukkan baik pada siklus I aktivitas guru dengan kategori
baik dengan nilai klasikal 3,4. Terjadi peningkatan pada siklus II, yaitu dengan
kategori sangat baik dengan nilai klasikal 3,7. Selanjutnya aktivitas siswa pada
siklus I, dengan kategori baik dengan nilai klasikal 3,2 dan terjadi peningkatan
pada siklus II dengan kategori sangat baik dengan nilai klasikal 3,8.
3. Respon siswa menggunakan angket dalam proses pembelajaran pada materi
pengukuran teknik di SMK Negeri 7 Lhokseumawe dengan kategori baik dari
keseluruhan siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan maka peneliti dapat
menarik kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi guru SMK Negeri 7 Lhokseumawe
dalam melakukan proses pembelajaran dikarenakan model pembelajaran
pendekatan komunikatif kerja kelompok meningkat hasil belajar.
2. Penggunaan pendekatan komunikatif kerja kelompok dapat menjadi salah satu
upaya untuk mengembangkan sekolah ke arah yang lebih baik serta

59
60

mengembangkan potensi siswa agar dapat lebih aktif dalam melakukan proses
pembelajaran.
3. Mengenai penggunaan pendekatan komunikatif kerja kelompok dalam proses
pembelajaran pengukuran teknik hendaknya lebih dikembangkan model-model
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
56

Anda mungkin juga menyukai