Anda di halaman 1dari 112

TUGAS AKHIR ARSITEKTUR

“PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI PANGAN


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA”

DOSEN PEMBIMBING :
GIRIS NGINI, ST., MT.
NIP. 19840831 200812 1 003
I KADEK MARDIKA, ST., M.SC
NIP. 19730315 200501 1 001

OLEH:
ISPANUDIN
DBB 115 030

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2022
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR ARSITEKTUR

Judul Tugas Akhir : Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas Palangka Raya
Naman : ISPANUDIN
NIM : DBB 115 030
Tanggal Sidang : 27 Juni 2022

Telah disetujui dan diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Serjana
Arsitektur (S.Ars) pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik
Universitas Palangka Raya

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Giris Ngini, ST., MT I Kadek Mardika, ST., M.SC


NIP. 19840831 200812 1 003 NIP. 19730315 200501 1 001

Mengetahui :

Dekan Fakultas Teknik, Ketua Jurusan /Program Studi


Arsitektur,

Ir. Waluyo Nuswantoro, MT Dr. Indrabakti Sangalang, ST., MT


NIP. 1965119 199302 1 001 NIP. 19750111 200003 1 003

TUGAS AKHIR ARSITEKTUR i|


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ISPANUDIN
NIM : DBB 115 030
Jurusan : Arsitektur
Fakultas : Teknik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul “Pusat Penelitian
Bioteknologi Pangan Universitas Palangka Raya” yang telah saya susun adalah benar karya
saya dan bukan pengambilan tulisan atau karya orang lain yang saya akui sebagai karya atau
hasil pemikiran sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Tugas Akhir ini merupakan
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Palangka Raya, Juli 2022


Yang Membuat Pernyataan,

ISPANUDIN
NIM. DBB115030

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R ii |
BIODATA PENULIS

Nama : ISPANUDIN
NIM : DBB 115 030
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Tempat, Tanggal Lair : Pembuang Hulu, 17 Desember 1998
Alamat : Jl. Teuku Umar Palangka Raya
Telepon : 0853 4881 8961
Universitas : Palangka Raya
Fakultas : Teknik
Jurusan /Prodi : Arsitektur
Angkatan : 2015
Nama Orang Tua
Ayah : Akhmad Syarwani
Ibu : Salhah

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD : SD Negeri 2 Kuala Pembuang Tahun 2009
2. SLTP : SMP Negeri 2 Kuala Pembuang Tahun 2012
3. SLTA : SMA Negeri 2 Kuala Pembuang Tahun 2015

KETERANGAN LAIN
1. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Jakarta-Bandung
2. Kuliah Kerja Praktek (KKP) CV. CENDRAWASI MITRA PRATAMA
3. Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Desa Bakungin Kabupaten Kapuas

Palangka Raya, Juli 2022

ISPANUDIN
NIM. DBB115030

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R iii |
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

Sebuah karya sederhana ini saya ini saya persembahkan kepada :


1. Orang tua dan keluarga saya, saya mengucapkan banyak terimakasih telah
mendukung saya melalui Doa, kata – kata penyemangat, materi maupun moril sehingga
saya dapat terus berjuang menyelesaikan kuliah saya.
2. Bapak Giris Ngini, ST., MT dan Bapak I KADEK MARDIKA, ST., M.SC selaku
pembimbing saya dalam penyusunan Tugas Akhir. Kepada Bapak /Ibu dosen yang
selalu memberikan pengarahan, semangat motivasi dan banyak sekali membantu saya
selama perkuliahan yang membuat saya terharu dan termotivasi untuk terus semangat
untuk menyelesaikan perkuliahan hingga selesai, saya hanya bisa mengucapkan
banyak terimakasih untuk bapak dosen pembimbing untuk pengarahan dan bantuan
kepada saya, dan saya meminta maaf apabila selama membimbing saya, saya mungkin
tidak dapat memenuhi sepenuhnya kemauan bapak dosen karena keterbatasan saya
dalam pelaksanakan proses penyusunan tugas akhir saya.
3. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan/Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Palangka Raya yang tidak dapat saya sebut satu persatu, dan saya
mengucapkan permintaan maaf apabila terdapat kesalahan saya selama berkuliah yang
saya lakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja, serta saya mengucapkan banyak
terima kasih yang sebesar – besarnya atas ilmu serta pengetahuan yang telah diberikan
kepada saya, serta kelancaran saya dalam mengurus berkas – berkas administrasi
perkuliahan saya selamani.
4. Teman-teman saya terkhusus untuk teman seangkatan saya, Oktavianus S.Ars, Paras
Anugrah S.Ars, yang selama ini telah sama – sama berjuang dan banyak membantu
saya selama perkuliahan, dan adek tingkat saya Aleksius dan Irfan Maulana yang
juga membantu saya selama proses perkuliahan serta, teman – teman seangkatan 2015
maupun adek tingkat yang tidak dapat saya sebut satu – persatu, saya hanya dapat
mengucapkan banyak terimakasih, dan semoga kita semua sukses uktuk kedepanya
dan dapat menggapai apa yang selama ini kita cita – citakan, Amin, Amin, Aminn...

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R iv |
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan Kasih dan AnugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Proposal Tugas Akhir yang berjudul PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA ini.

Pada kesempatan yang berbahagia dan sangat berharga ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Giris Ngini, ST., MT. sebagai Dosen Pembimbing
I dan Bapak I Kadek Mardika, ST., M.SC sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah
membimbing penulis dengan baik pada Proposal Tugas Akhir penulis. Penulis juga menyadari
penulisan pada Proposal Tugas Akhir ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis, Pada
kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Titiani Widati, ST., M.Sc. selaku dosen Koordinator Tugas Akhir pada Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya, dan kepada orang tua penulis, yang memberikan
dukungan dalam bentuk doa maupun materi kepada penulis demi kelancaran dan terselesainya
dengan baik hingga proses akhir Penyusunan Proposal Tugas Akhir ini.

Saya berharap dalam penulisan Proposal Tugas Akhir ini kepada Bapak Giris
Ngini, ST., MT. sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak I Kadek Mardika, ST., M.SC
sebagai Dosen Pembimbing II. dan kepada dosen koordinator Ibu Titiani Widati, ST., M.Sc.
dapat memaklumi kekurangan dan keterbatasan Penulis dalam menyusun tulisan dalam
Proposal Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun secara tidak langsung,
Terimakasih.

Palangka Raya, Februari 2022


Penyusun,

ISPANUDIN
NIM. DBB 115 030
5.

TUGAS AKHIR ARSITEKTUR v|


PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

ISPANUDIN DBB 115 030

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya


Kampus UPR Tunjung Nyaho Jalan Yos Sudarso
Palangka Raya 73111 Kalimantan Tengah Telp. (0536) 22644
ispangluezer@gmail.com

ABSTRAK
Bioteknologi adalah semua aplikasi teknologi yang menggunakan sistem biologi,
organisme hidup untuk membuat atau memodifikasi produk atau proses untuk kegunaan
khusus (FAO, 2000). Bioteknologi pangan didefinisikan sebagai aplikasi teknik biologis
untuk hasil tanaman pangan, hewan, dan mikroorganisme dengan tujuan meningkatkan sifat,
kualitas, keamanan, dan kemudahan dalam pemrosesan dan produksi makanan. Bioteknologi
tanaman pangan melibatkan penggunaan mikroba atau bahan biologi untuk melakukan proses
spesifik pada tanaman untuk kepentingan manusia. Hal ini dilakukan dengan menciptakan
spesies tanaman yang metabolismenya disesuaikan untuk menyediakan bahan baku sesuai
dengan kualitas, fungsionalitas dan ketersediaannya.
Bioteknologi pangan merupakan salah satu penerapan dari ilmu pengetahuan yang
memanfaatkan teknologi dalam bidang pangan. Laboratorium Bioteknologi pangan sebagai
tempat penelitian dan pengembangan ilmu bioteknologi memegang peranan yang sangat vital
untuk pengembangan penelitian-penelitian yang maju dan terkini baik di bidang ilmu
molekular maupun di bidang pemuliaan tanaman, khususnya pemuliaan tanaman non-
konvensional. Keberadaan Laboratorium Bioteknologi pangan merupakan tolak ukur
kemajuan sebuah institusi, dimana semua institusi maju yang memiliki program studi eksakta
ditandai dengan keberadaan laboratorium ini.

Kata Kunci : Bioteknologi Pangan, UPR

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R vi |
PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

ISPANUDIN DBB 115 030

Department of Architecture Faculty of Engineering Palangka Raya


University UPR Tanjung Nyaho Campus Jalan Yos Sudarso
Palangka Raya 73111 Central Kalimantan Tel. (0536)22644

ABSTRAC

Biotechnology is all technological applications that use biological systems, living


organisms to create or modify products or processes for specific uses (FAO, 2000). Food
biotechnology is defined as the application of biological techniques to food crops, animals,
and microorganisms with the aim of improving the properties, quality, safety, and ease of
processing and production of food. Food crop biotechnology involves the use of microbes or
biological materials to carry out specific processes on plants for the benefit of humans. This is
done by creating plant species whose metabolism is adjusted to provide raw materials
according to their quality, functionality and availability.
Food biotechnology is one of the applications of science that utilizes technology in
the food sector. Food Biotechnology Laboratory as a place for research and development of
biotechnology science plays a very vital role for the development of advanced and up-to-date
researches both in the field of molecular science and in the field of plant breeding, especially
non-conventional plant breeding. The existence of a Food Biotechnology Laboratory is a
benchmark for the progress of an institution, where all advanced institutions that have exact
study programs are marked by the presence of this laboratory.

Keywords: Food Biotechnology, UPR

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R vii |
DAFTAR ISI

LEMBAR
PENGESAHAN........................................................................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................................................ii
BIODATA PENULIS..............................................................................................................................................iii
LEMBAR PERSEMBAAN......................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................................................................vi
ABSTRAC..............................................................................................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................................................................xiii
BAB I PENDAULUAN............................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................................................................7
1.4 Ruang Lingkup Permasalahan.......................................................................................................................7
1.5 Tujuan Dan Sasaran.......................................................................................................................................7
1.5.1 Tujuan.................................................................................................................................................7
1.5.2 Sasaran................................................................................................................................................7
1.6 Metodologi.....................................................................................................................................................8
1.7 Sistematika Penulisan....................................................................................................................................8
1.8 Kerangka Berpikir..........................................................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................................10
2.1 Tinjauan Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan..........................................................................................10
2.1.1 Definisi Pusat....................................................................................................................................10
2.1.2 Definisi Penelitian.............................................................................................................................10
2.1.3 Definisi Bioteknologi........................................................................................................................10
2.1.4 Definisi Pangan.................................................................................................................................10
2.1.5 Definisi Universitas Palangka Raya..................................................................................................11
2.2 Tinjauan Pustaka yang Relevan dengan Objek............................................................................................11
2.2.1 Kegiatan di Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan...........................................................................11
2.2.2 Fungsi dari Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan...........................................................................12
2.2.3 Karakteristik Kegiatan Utama pada Objek.......................................................................................13
2.2.4 Prinsip-Prinsip Rancangan Objek.....................................................................................................16
2.3 Bioteknologi Pangan....................................................................................................................................17
2.3.1 Pengertian Bioteknologi Pangan.......................................................................................................17
2.3.2 Sejarah Bioteknologi Pangan............................................................................................................18
2.3.3 Kelompok Bioteknologi Pangan.......................................................................................................20
2.3.4 Manfaat Bioteknologi Pangan...........................................................................................................24
2.3.5 Potensi Risiko Bioteknologi Pangan.................................................................................................25
2.4 Persyaratan dan Standar Bangunan Penelitian atau Laboratorium..............................................................26
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R viii |
2.4.1 Pengertian Kondisi Lingkungan Laboratorium.................................................................................27
2.4.2 Persyaratan Kondisi Akomodasi.......................................................................................................27
2.4.3 Persyaratan Kondisi Lingkungan......................................................................................................31
2.4.4 Persyaratan Rancang Bangun Bangunan Laboratorium yang Memenuhi Persyaratan Biosafety Dan
Biosekuriti.........................................................................................................................................32
2.5 Bangunan Penunjang Laboraturium............................................................................................................34
4.2.1 Ruang Lorong....................................................................................................................................34
4.2.2 Ruang Antara....................................................................................................................................35
4.2.3 Ruang Kerja......................................................................................................................................35
4.2.4 Ruang Ganti......................................................................................................................................35
4.2.5 Toilet dan Fasilitas Pencuci Tangan.................................................................................................35
2.6 Limbah Laboraturium..................................................................................................................................36
2.6.1 Limbah Infeksius atau Berbahaya.....................................................................................................36
2.6.2 Limbah Non-infeksius.......................................................................................................................36
2.7 Kebisingan...................................................................................................................................................37
2.7.1 Pengertian Nois/Kebisingan..............................................................................................................37
2.7.2 Karakteristik Kebisingan...................................................................................................................37
2.7.3 Reduksi Kebisingan Secara Alamiah................................................................................................38
2.7.4 Menata Layout Bangunan.................................................................................................................40
2.7.5 Penghalang Buatan............................................................................................................................40
2.8 Penghawaan Pada Bangunan.......................................................................................................................42
2.8.1. Pengudaraan /Penghawaan Alami.....................................................................................................42
2.8.2. Pengendalian Aliran Angin...............................................................................................................45
2.9 High Tech Architecture................................................................................................................................47
2.9.1. Pengertian Arsitektur Hi-tech...........................................................................................................47
2.9.2. Karakteristik Arsitektur Hi-tech........................................................................................................50
2.10Kesimpulan Tinjauan Pustaka.....................................................................................................................55
BAB III STUDI PRESEDEN..................................................................................................................................58
3.1. Studi Preseden..............................................................................................................................................58
3.1.1 Balitkabi............................................................................................................................................58
3.2 Kesimpulan Studi Preseden...............................................................................................................69
3.3 Rencana Loksi...................................................................................................................................70
3.3.1 Gambaran Umum Universitas Palangka Raya..................................................................................70
3.3.2 Iklim dan Cuaca Rata-Rata Sepanjang Tahun di Kota Palangka Raya.............................................71
3.3.3 Suhu Rata-Rata di Kota Palangka Raya............................................................................................71
3.3.4 Curah Hujan......................................................................................................................................72
BAB IV ANALISA DAN PROGRAM..................................................................................................................73
4.1. Analisa Program Tapak...............................................................................................................................73
2.4.1. Inventaris Tapak................................................................................................................................73
2.4.2. Analisa Tapak....................................................................................................................................73
2.4.3. Zoning Tapak....................................................................................................................................75
2.4.4. Blok Plan...........................................................................................................................................75
4.2. Program Ruang............................................................................................................................................76
4.2.1 Diagram Aktivitas.............................................................................................................................76
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R ix |
4.2.2 Kebutuhan Ruang..............................................................................................................................76
4.2.3 Persyaratan Ruang.............................................................................................................................77
4.2.4 Hubungan Ruang...............................................................................................................................77
4.2.5 Organisasi Ruang..............................................................................................................................78
4.2.6 Besaran Ruang..................................................................................................................................78
4.2.7 Pra Denah..........................................................................................................................................79
4.3. Ide Bentuk....................................................................................................................................................79
4.4. Ide Struktur..................................................................................................................................................80
4.5. Skematik Tapak...........................................................................................................................................80
4.6.1. Konsep Tapak....................................................................................................................................80
4.6.2. Rincian Skematik per Zona...............................................................................................................81
4.6.3. Sintesa Tapak....................................................................................................................................82
4.6. Skematik Bangunan.....................................................................................................................................82
4.6.1. Konsep Bangunan.............................................................................................................................82
4.6.2. Konsep Struktur................................................................................................................................83
4.6.3. Proses Pra Denah, Pra Bentuk, & Pra Struktur.................................................................................83
4.6.4. Sistem dan Skematik Utilitas............................................................................................................84
4.6.5. Sintesa Skematik Bangunan..............................................................................................................84
4.7. Skematik Bangunan.....................................................................................................................................85
4.8. Konsep Detail Tapak...................................................................................................................................85
2.8.1. Konsep Penyelesaian Tapak..............................................................................................................85
2.8.2. Elemen Tapak....................................................................................................................................86
2.8.3. Konsep Penyelesaian Bangunan.......................................................................................................86
2.8.4. Elemen Bangunan.............................................................................................................................87
BAB V LAPORAN PERANCANGAN..................................................................................................................88
LAPORAN PERANCANGAN...............................................................................................................................88
5.1 Persentasi Desain Tapak..............................................................................................................................88
5.1.1 Site Plan............................................................................................................................................88
5.1.2 Layout Plan.......................................................................................................................................88
5.1.3 Potongan Site....................................................................................................................................89
5.1.4 Denah Bangunan...............................................................................................................................89
5.1.5 Tampak Bangunan............................................................................................................................90
5.1.6 Potongan Bangunan..........................................................................................................................91
5.1.7 Detail Arsitektural Tapak..................................................................................................................92
5.1.8 Perspektif Lingkungan......................................................................................................................93
5.1.9 Utilitas Site........................................................................................................................................94
5.1.10 Perinsip Struktural.............................................................................................................................94
5.1.11 Detail Arsitektural Bangunan............................................................................................................95
5.1.12 Perspektif Eksterior dan Interior.......................................................................................................95
5.1.13 Utilitas Bangunan..............................................................................................................................96
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................97

TUGAS AKHIR ARSITEKTUR x|


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penempatan ruang dalam bangunan.....................................................................................41


Gambar 2. Penggunaan barrier...............................................................................................................41
Gambar 3. Orientasi bangunan terhadap matahahari..............................................................................42
Gambar 4. Letak gedung terhadap arah angina......................................................................................43
Gambar 5. Cross ventilation...................................................................................................................43
Gambar 6. Penggunaan vegetasi sebagai filter cahaya matahari............................................................43
Gambar 7. Green Roof............................................................................................................................44
Gambar 8. Atap pelana sederhana..........................................................................................................44
Gambar 9. Konfigurasi ruang tipis.........................................................................................................45
Gambar 10. Penempatan bukaan............................................................................................................45
Gambar 11. Bukaan pada atap difungsikan sebagai pengalir panas.......................................................46
Gambar 12. Konsep wind tunnel............................................................................................................46
Gambar 13. Ventelasi silang...................................................................................................................46
Gambar 14. Bukaan pada sisi berhadapan..............................................................................................47
Gambar 15. Bukaan lebih banyak pada satu sisi....................................................................................47
Gambar 16. Centre Georges Pompidou / Renzo Piano Building...........................................................48
Gambar 17. elemen struktur yang diperlihatkan pada Bangunan Berarsitektur Hi-tech........................48
Gambar 18. Pemakaian esklator yang terlihat secara jelas pada bangunan Pompindoe center..............49
Gambar 19. Reichtag Dome karya Norman Foster................................................................................49
Gambar 20. Pemakaian unsur-unsur Hi-tech agar citra arsitektur Hi-tech semakin kuat......................50
Gambar 21. Ciri inside out pada bangunan arsitektur Hi-tech...............................................................51
Gambar 22. Pengungkapan Struktur oleh Norman Foster pada bangunan Hearst Tower......................51
Gambar 23. pengaplikasian tiga unsur arsitektur Hi-tech pada bangunan Reichtag Dome...................52
Gambar 24. Pemakaian warna yang berbada untuk membdakan jenis sturktur dan utilitas..................52
Gambar 25. Pemakaian kolom baja sebagai struktur utama bangunan Shanghai and Hongkong Bank 53
Gambar 26. Bangunan Plug in Pod........................................................................................................54
Gambar 27. pemakaian modul rangka struktur tefabikasi pada bangunan.............................................54
Gambar 28. Struktural expression yang di tunjukan pada salah satu karya norman foster....................55
Gambar 29. Bangunan Laboratorium Terpadu Balitkabi.......................................................................58
Gambar 30. UHPLC Complete System (kiri) – GCMS Complete System (kanan)...............................58
Gambar 31. Tomic Absorption Spectroscopy (AAS) (kiri) – Centrifuge (kanan).................................59
Gambar 32. Soxtex system (kiri), Destilasi (kanan)...............................................................................59
Gambar 33. Oven (kiri), Muffle Furnace (kanan)..................................................................................60
Gambar 34. Seed germinator (kiri) – Pengukuran kadar air (kanan).....................................................60
Gambar 35. Koleksi plasma nutfah kacang hijau (kiri) – koleksi plasma nutfah kedelai (kanan).........60
Gambar 36. PCR (kiri) – Gel Doc Imager (kanan).................................................................................61
Gambar 37. Horizontal shaker (kiri) -Electrical conductifity (EC/Ph) meter dan haemacytometer
(kanan)....................................................................................................................................................61
Gambar 38. Rearing hama (kiri) – koleksi isolat dan virus (kanan).......................................................61
Gambar 39. Identifikasi cendawan di daun dengan mikroskop stereo (kiri) – Inokulasi cendawan di
Laminair Flow (kanan)...........................................................................................................................62
Gambar 40. Proses isolasi bakteri (kiri) – proses pengocokan bakteri (kanan).....................................63
Gambar 41. Tampak Depan BBPBPTH.................................................................................................64
Gambar 42. Laboratorium BBPBPTH Yogyakarta................................................................................65
Gambar 43. Bagian Entrance Depan BBPBPTH Yogyakarta................................................................66
Gambar 44. Lobby Depan BBPBPTH Yogyakarta................................................................................67
Gambar 45. Ruang Tunggu BBPBPTH Yogyakarta..............................................................................67
Gambar 46. Gedung Serbaguna BBPBPTH Yogyakarta.......................................................................67
Gambar 47. Ruang Rapat Bersama BBPBPTH Yogyakarta..................................................................68
Gambar 48. Green House BBPBPTH Yogyakarta.................................................................................68
Gambar 49. Rumah Kaca BBPBPTH Yogyakarta.................................................................................68
Gambar 50. Maps dan Denah Kampus UPR..........................................................................................70

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R xi |
Gambar 51. Grafik Cuaca Kota Palangka Raya bulanan........................................................................71
Gambar 52. Rata-rata Suhu Tertinggi dan Terdingin inKota Palangka Raya........................................72
Gambar 53. Grafik Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Kota Palangka Raya.........................................72
Gambar 54. Inventaris Tapak.................................................................................................................73
Gambar 55. Analisa Sirkulasi dan Analisa Matahari.............................................................................73
Gambar 56. Analisa Angin dan Hujan....................................................................................................74
Gambar 57. Analisa Kebisingan dan Analisa View...............................................................................74
Gambar 58. Zoning Makro dan Mikro...................................................................................................75
Gambar 59. Blok Plan............................................................................................................................75
Gambar 60. Diagram Aktivitas...............................................................................................................76
Gambar 61. Kebutuan Ruang.................................................................................................................76
Gambar 62. Persyaratan Ruang..............................................................................................................77
Gambar 63. Hubungan Ruang................................................................................................................77
Gambar 64. Organisasi Ruang................................................................................................................78
Gambar 65. Besaran Ruang....................................................................................................................78
Gambar 66. Pra Denah............................................................................................................................79
Gambar 67. Ide Bentuk...........................................................................................................................79
Gambar 68. Ide Struktur.........................................................................................................................80
Gambar 69. Konsep Tapak.....................................................................................................................80
Gambar 70. Rincian Skematik per Zona.................................................................................................81
Gambar 71. Area Olaraga dan Area Taman Area Parkir........................................................................81
Gambar 72. Sintesa Tapak......................................................................................................................82
Gambar 73. Konsep Bangunan...............................................................................................................82
Gambar 74. Konsep Struktur..................................................................................................................83
Gambar 75. Proses pra Denah, pra Bentuk & pra Struktur....................................................................83
Gambar 76. Sistem dan Skematik Utilitas..............................................................................................84
Gambar 77. Sintesa Skematik Bangunan...............................................................................................84
Gambar 78. Skematik Suasana Ruang Laboraturium.............................................................................85
Gambar 79. Konsep Penyelesaian Tapak...............................................................................................85
Gambar 80. Gerbang Masuk – Keluar....................................................................................................86
Gambar 81. Konsep Penyelesaian Bangunan.........................................................................................86
Gambar 82. Ornamen, Fasade, Void......................................................................................................87
Gambar 83. Site Plan..............................................................................................................................88
Gambar 84. Layout Plan.........................................................................................................................88
Gambar 85. Potongan Site......................................................................................................................89
Gambar 86. Denah Lantai 1....................................................................................................................89
Gambar 87. Denah Lantai 2....................................................................................................................90
Gambar 88. Tampak Depan, Samping Kanan........................................................................................90
Gambar 89Tampak Belakang, Samping Kiri..........................................................................................91
Gambar 90. Potongan Melintang dan Membujur...................................................................................91
Gambar 91. Tampak Atas dan Depan Gerbang......................................................................................92
Gambar 92. Tampak Belakang dan Samping Gerbang..........................................................................92
Gambar 93 3D Gerbang..........................................................................................................................93
Gambar 94. Perspektif Lingkungan........................................................................................................93
Gambar 95. Utilitas Site.........................................................................................................................94
Gambar 96. Prinsip Struktural................................................................................................................94
Gambar 97. Detail Kisi - Kisi, Ornamen................................................................................................95
Gambar 98. Perspektif Eksterior dan Interior.........................................................................................95
Gambar 99. Utilitas Bangunan...............................................................................................................96

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R xii |
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis-jenis Laboratorium Penelitian Tanaman Pangan.............................................................13


Tabel 2. Jenis Kegiatan Dalam Rancangan............................................................................................16
Tabel 3. Kronologi Perkembangan Bioteknologi Pangan......................................................................18
Tabel 4. Mikroorganisme dalam pengolahan makanan..........................................................................20
Tabel 5. Kesetaraan Tingkat Kontenmen dengan Kelompok Risiko Mikroorganisme Patogen............29
Tabel 6. Pintakat Peruntukan..................................................................................................................38
Tabel 7. Aspek, Variabel dan Kreteria Kesimpulan Tinjauan Pustaka..................................................55
Tabel 8. Fasilitas Laboraturium Baliktabi..............................................................................................58
Tabel 9. Kesimpulan Studi Preseden Sebagai Gagasan Perancangan....................................................69

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R xiii |
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi berasal dari bahasa latin yaitu bio (Hidup), Teknos
(Teknologi,Penerapan), dan Logos (Ilmu). Bioteknologi kemudian diartikan sebagai
ilmu terapan yang menerapkan prinsip - prinsip sains dan teknologi terhadap
serangkaian proses biologis untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi adalah
semua aplikasi teknologi yang menggunakan sistem biologi, organisme hidup untuk
membuat atau memodifikasi produk atau proses untuk kegunaan khusus (FAO, 2000).
Menurut Habibi Najafi (2006), bioteknologi pangan didefinisikan sebagai aplikasi
teknik biologis untuk hasil tanaman pangan, hewan, dan mikroorganisme dengan tujuan
meningkatkan sifat, kualitas, keamanan, dan kemudahan dalam pemrosesan dan
produksi makanan.
Bioteknologi tanaman pangan melibatkan penggunaan mikroba atau bahan
biologi untuk melakukan proses spesifik pada tanaman untuk kepentingan manusia. Hal
ini dilakukan dengan menciptakan spesies tanaman yang metabolismenya disesuaikan
untuk menyediakan bahan baku sesuai dengan kualitas, fungsionalitas dan
ketersediaannya. Akibatnya, banyak tanaman pangan yang secara genetik termodifikasi
untuk berbagai tujuan. Banyak tanaman penting yang tumbuh dari benih hasil rekayasa
genetik dengan kekebalan terhadap herbisida, virus, serangga dan penyakit.
Menurut Journal of Halal Product and Research (2019), yang berjudul
“Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam Pengembangan Makanan Halal Berbasis
Bioteknologi” adapun tanaman hasil rekayasa genetika dengan karakteristiknya yaitu
yang pertama tanaman padi dengan karakteristik tahan hama, penyakit dan kekeringan
yang memanfaatkan gen Bt, chitinase. Yang kedua tanaman jagung dengan karakteristik
tahan terhadap hama yang memanfaatkan gen Proteinase inhibitor. Yang ketiga
tanaman tebu yang mempunyai karakteristik rendemen tinggi dan toleran kekeringan,
dengan memanfaatkan gen Bt, Over expression SPS dan PtP, Bet A. yang keempat
tanaman kedelai yang memiliki karakteristik tahan hama dan tinggi nutrisi, dengan
pemanfaatan gen Proteinase inhibitor dan overexpress gen indigenus. Yang kelima
tanaman kelapa sawit dengan karakteristik rendah kandungan asam lemak jenuh, yang
memanfaatkan gen KAS II dan SAD. Yang keenam tanaman ubi jalar yang mempunyai
karakteristik tahan terhadap hama, dengan memanfaatkan gen Proteinase inhibitor.

TUGAS AKHIR ARSITEKTUR 1|


Yang terakhir yaitu tanaman jeruk yang memiliki karakteristik tahan CVPD dengan
memanfaatkan gen indegenus.
Melihat dari hasil pemanfaatan mikroorganisme dalam peningkatan
pengembangan makanan, peningkatan kualitas gizi dan perpanjangan umur makanan
dipilih sebagai alasan mengapa didukungnya ilmu baru yang akan menguntungkan
konsumen, petani dan lingkungan. Selain itu, hal ini akan mengarah pada peningkatan
secara umum dalam pertanian dan pangan, dan juga memberikan kesehatan, harga
murah, lebih stabil, bernutrisi, rasa lebih enak dan aman dikonsumsi. Aplikasi masa
depan ilmu ini akan meningkatkan resistensi tanaman terhadap hama, serangga,
herbisida, cuaca dan tekanan lingkungan. Banyak tanaman rekayasa genetik dan hewan
tumbuh dan berkembang biak lebih cepat. Karena para ilmuwan mampu
memperkenalkan sifat genetik dalam organisme dengan ketepatan yang lebih baik
sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan sangat kecil (Schardt, 1994). Tanaman
yang memiliki sifat baru dengan beberapa manfaat tertentu akan diproduksi secara
genetik. Potensi manfaat makanan rekayasa genetik antara lain :
1) Peningkatan ketersediaan pangan (Rudnitsky, 1996; Schardt, 1994),
2) Peningkatan umur simpan dan kualitas organoleptik makanan (BIO, 1998; Thayer,
1994),
3) Peningkatan kualitas gizi dan manfaat kesehatan (BIO, 1998; Clinton, 1998),
4) Peningkatan kualitas protein (BIO, 1998),
5) Peningkatan kandungan karbohidrat makanan (BIO, 1998; Liu, 1999),
6) Peningkatan kuantitas dan kualitas daging dan susu (Wilmut et l, 1997),
7) Peningkatan yield tanaman pertanian (BIO, 1998; Wood, 1995),
8) Pembuatan vaksin dan obat-obatan yang edible atau dapat dimakan (Lesney, 1999;
Sloan, 1999),
9) Ketahanan biologis terhadap penyakit, hama, gulma, herbisida dan virus (Losey et
al, 1999; Wilkinson, 1997; Wood, 1995),
10) Bioremidiasi (Gray, 1998),
11) Efek positif pada produk pertanian/makanan (Thayer, 1999),
12) Perlindungan lingkungan (BIO, 1998),
13) Tanaman rekayasa genetik berfungsi sebagai biofactories dan sumber dari bahan
baku industri (Sloan 1999),
14) Terciptanya lapangan kerja (Alliance For Better Foods, 1999; Thayer, 1999).1

1
Alice Pramashinta, Listiyana Riska, Hadiyanto, Bioteknologi Pangan: Sejarah, Manfaat dan Potensi Risiko,
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (1) 2014, Diakses pada 15 Februari 2022, 10.35 WIB.
TUGAS AKHIR ARSITEKTUR 2|
Palangka Raya sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah merupakan pusat
dari berbagai macam kegiatan yang mencakup pendidikan dan sektor pertanian.
Khususnya Univeristas Palangka Raya (UPR) terus melakukan upaya dalam rangka
membangun kampus modern yang berorientasi pada Revolusi Industri 4.0. Dari total
450 ha tanah di kampus UPR yang sudah bersertifikat hanya sekitar 100 hektar saja
yang telah digunakan untuk infrastuktur kampus seperti gedung, jalan, lapangan dan
lain sebagainya, sehingga kampus UPR merupakan wilayah yang sangat strategis berada
dalam satu hamparan dengan akses luar biasa. Dalam rangka modernisasi kampus
itulah, saat ini UPR sedang menyusun Master Plan yang Bertemakan Kampus Kebun
Raya, sebuah konsep kampus masa depan yang mengakomodir kebutuhan generasi
milineal dan revolusi industri digital 4.0. Selain itu, secara simultan UPR sedang
membangun sebuah gedung modern sebagai pusat pengembangan IPTEK dan Inovasi
Gambut. Disamping itu menyusun Detail Engineering Design (DED) Network jalan dan
drainase kampus, serta DED Embung yang berupa pembuatan danau buatan seluas 16
hektar di dalam kampus UPR.2
Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia Embang SE MSi,
berencana membangun laboratorium di seluruh fakultas terpadu di universitas setempat.
Hal ini bertujuan agar ke depan keberadaan laboratorium bisa terpadu antar program
studi, dan jurusan. Menurut Andrie, keberadaan laboratorium, menentukan nilai
akreditasi sebuah jurusan, dan program studi. Sebagai Universitas Negeri terbesar di
Kalimantan Tengah, Universitas Palangka Raya memiliki peluang yang sangat besar
dalam mencetak SDM berkualitas, guna mendorong percepatan pembangunan Provinsi
Kalimantan Tengah khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Pada
hakikatnya Universitas Palangka Raya merupakan penyelenggara pendidikan tinggi
sekaligus sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Keberadaannya senantiasa
mengacu pada visi menjadi perguruan tinggi terbaik dalam menghasilkan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, bermoral Pancasila dan berdaya saing tinggi.
Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas Palangka Raya, berupa
laboraturium merupakan unsur penting dan salah satu syarat bagi keberadaan suatu
Universitas. Pasal 56 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang
Pendidikan Tinggi dinyatakan, “setiap Universitas /Institusi harus memiliki
perpustakaan, pusat computer, laboratorium/studio dan unsur penunjang lain yang
diperlukan untuk penyelenggaraan perguruan tinggi”. Laboratorium merupakan unsur

2
Rektor UPR Komitmen Bangun Kampus Modern, https://kaltengekspres.com/2019/12/rektor-upr-komitmen-
bangun-kampus-modern/, Diakses pada 5 Oktober 2021, 17.38 WIB.
TUGAS AKHIR ARSITEKTUR 3|
penunjang yang harus dimiliki oleh suatu perguruan tinggi, berada dibawah jurusan dan
dipimping oleh dosen yang menguasai di bidangnya. Sesuai dengan kedudukannya yang
penting, laboratorium memiliki peran yang besar pula di perguruan tinggi.
Laboratorium merupakan tempat kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi. Peran tersebut
yaitu di bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat.
Universitas Palangka Raya memiliki 8 Fakultas, salah satu diantaranya adalah
Fakultas Pertanian. Pengembangan dan pelaksanaan program/kegiatan di Fakultas
Pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan dan pengembangan Universitas
Palangka Raya sebagai Perguruan Tinggi Badan Layanan Umum. Dalam Kegiatan
Pembelajaran Fakultas Pertanian UPR di dukung dengan adanya fasilitas Laboratorium
yang bisa mendukung proses pembelajaran. Laboratorium tersebut dilengkapi peralatan
laboratorium sesuai dengan keperluan praktek. Untuk saat ini Fakultas Pertanian belum
memiliki Laboratorium Bioteknologi yang merupakan salah satu tempat layanan
pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang berperan aktif membantu
mewujudkan visi dan misi dari Fakultas Pertanian dan Universitas Palangka Raya.
Bioteknologi pangan merupakan salah satu penerapan dari ilmu pengetahuan
yang memanfaatkan teknologi dalam bidang pangan. Laboratorium Bioteknologi
pangan sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu bioteknologi memegang
peranan yang sangat vital untuk pengembangan penelitian-penelitian yang maju dan
terkini baik di bidang ilmu molekular maupun di bidang pemuliaan tanaman, khususnya
pemuliaan tanaman non-konvensional. Keberadaan Laboratorium Bioteknologi pangan
merupakan tolak ukur kemajuan sebuah institusi, dimana semua institusi maju yang
memiliki program studi eksakta ditandai dengan keberadaan laboratorium ini. Oleh
karena itu, adanya Laboratorium Bioteknologi pangan merupakan sebuah barometer
kemajuan Fakultas Pertanian dan Universitas Palangka Raya (UPR), yang dapat
mendukung UPR untuk melakukan upaya membangun kampus modern sebagai pusat
pengembangan IPTEK, dan diharapkan dapat secara aktif berperan dalam memajukan
institusi melalui layanan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

1.2 Identifikasi Masalah


Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas Palangka Raya adalah pusat
penelitian yang memanfaatkan mikroorganisme dan teknologi dalam pengembangnan
pangan dengan tujuan meningkatkan sifat, kualitas, keamanan, dan kemudahan dalam
pemrosesan dan produksi makanan. Bioteknologi pangan memanfaatkan
TUGAS AKHIR ARSITEKTUR 4|
mikroorganisme untuk melakukan pengelolaan makanan dengan mengubah bahan
makanan menjadi bentuk lain. Bangunan penelitian merupakan tempat atau ruangan
dimana para peneliti bekerja dengan peralatan untuk penyelidikan dan pengujian
terhadap suatu bahan atau benda, yang mana mengharuskan merancang bangunan ini
sesuai dengan standardisasi sarana/prasarana atau fasilitas yang harus dipenuhi.
Sehingga dalam merancang bangunan ini akan sedikit berbeda dengan bangunan lain
pada umumnya.
Berdasarkan pengertian pusat penelitian bioteknologi pangan itu sendiri maka
permasalahan faktor penting utama adalah bagaimana merancang bangunan ini sesuai
standarisasi untuk mendukung aktivitas penelitian. Pemenuhan standard dimaksudkan
untuk menjaga keamanan dan keselamatan, yang utamanya adalah pekerja laboratorium
yang bekerja di dalam laboratorium terutama yang bekerja dengan mikroorganisme atau
agen patologik atau bahan kimia berbahaya. Hal ini berarti laboratorium harus
memberikan lingkungan kerja yang aman dan menjamin keselamatan serta memberikan
fasilitas yang nyaman bagi personel bekerja di dalamnya baik yang menangani
administrasi, teknis administrasi maupun teknis pengujian/penelitian.
Keselamatan dan keamanan di bangunan pusat penelitian bioteknologi pangan
sangat penting dan perlu perhatian khusus karena sangat terkait dengan kinerja
dosen/peneliti maupun mahasiswa. Semakin mencukupi tersedianya fasilitas
keselamatan dan keamanan kerja maka akan semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Kecelakaan yang terjadi pada saat kerja di laboratorium bioteknologi
pangan itu merupakan cerminan dari para pengguna, dan itu menjadi catatan untuk
selalu meningkatkan kewaspadaan ketika sedang bekerja di laboratorium. Selain
meningkatkan kewaspadaan pengguna, desain bangunan ini juga harus mendukung
keselamtan dan keamananya. Salah satunya dengan pemilihan penggunaan material
yang digunakan seperti punggunaan material yang tidak mudah terbakar/tahan terhadap
api, material pada lantai yang tidak licin, dll.
Dalam merancang Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan, faktor kenyamanan
dalam bangunan tidak kalah penting agar aktivitas dalam bangunan berjalan dengan
maksimal. Kenyamanan yang dimaksud yaitu menciptakan ruang kerja yang terhindar
dari kebisingan dan menjamin keselamatan bagi penggunanya. Untuk mewujudkan
kenyamanan ruang tersebut memerlukan rancangan bangunan yang dapat meminimalisir
tingkat kebisingin pada ruang – ruang yang memerlukan ketenangan degan mengatur
tata ruang atau jarak ruang dalam banguan serta penggunaan material yang dapat
meredam kebisingan. Bentuk dasar bangunan juga berpengaruh untuk dapat membantu
TUGAS AKHIR ARSITEKTUR 5|
meredam kebisingan. Memilih bentuk bangunan menyerupai huruf U terbalik dapat
membantu mengurangi masuknya suara – suara bising secara langsung kedalam
bangunan.
Untuk mendapatkan penghawaan alami, dapat menambakan bukaan pada
ruangan agar udara dapat keluar masuk dengan bebas. Sistem bukaan harus mengganti
udara secara terus menerus agar konsentrasi unsur yang beraroma dan beracun tidak
meningkat saat hari kerja dan tidak disirkulasi dari ruang ke ruang. Setiap ruang harus
mempunyai jarak untuk memberikan ventelasi dan pencahayaan yang optimal dan
alami. Fungsi bukaan, terutama pada ruangan laboratorium adalah untuk mendapatkan
sirkulasi udara yang baik. Oleh karena itu, bukaan harus didesain sedemikian rupa agar
tidak terjadi kontaminasi udara yang terjadi di ruangan laboratorium yang disebabkan
oleh bahan kimia dan bahan kimia dapat keluar dan digantikan dengan udara segar.
Namun pada ruang yang merupakan sumber aroma zat – zat kimia berbaaya tidak

diletakan di ruangan yang merupakan sumber mata angin. Hal ini untuk mengantisipasi
terbawanya zat-zat kimia yang berbahaya ke ruangan - ruangan lain karena terbawa oleh
hembusan angin.
Laboratorium juga menghasilkan limbah yang berbahaya yang dapat
mencemari atau mengkontaminasi lingkungan internal maupun eksternal. Bahan kimia
yang digunakan di laboratorium, baik bahan kimia utama maupun pendukung pada
umumnya dibuang, sehingga menghasilkan limbah, yang dikenal dengan air limbah
laboratorium. Unsur-unsur yang berbahaya yang terdapat dalam air limbah laboratorium
seperti unsur logam berat dan kandungan Nitrit yang cukup tinggi. Derajat keasaman
(pH) air limbah laboratorium umumnya sangat asam, dan dikhawatirkan mencemari
badan air bila dibuang langsung tanpa melalui suatu proses pengolahan yang efektif. Air
limbah laboratorium dapat mencemari air permukaan melalui proses peresapan air
dalam tanah. Penanganan dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun sangat
perlu diperhatikan, mengingat bahaya yang akan ditimbulkan. Limbah bahan berbahaya
dan beracun adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya
baik secara langsung maupun tak langsung dapat mencemari dan atau merusak
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain
(Anonim, 1999).
Air limbah laboratorioum, umumnya berasal dari buangan sisa pengujian dan
pencucian. Sisa pengujian yang ikut terbuang bersama dengan air limbah lainnya,
merupakan bahan - bahan kimia yang terpakai dalam pengujian. Bahan - bahan kimia
TUGAS AKHIR ARSITEKTUR 6|
yang digunakan terakumulasi di dalam wadah pembuangan atau kolam pembuangan.
Mengingat polutan air limbah laboratorium sangat berbahaya bagi lingkungan, maka
perlu diupayakan suatu rancangan penelitian untuk dapat mereduksi tingkat bahaya air
limbah laboratorium. Salah satu teknologi yang diaplikasikan yaitu upaya mengolah air
limbah laboratorium dengan mengaplikasikan proses koagulasi, filtrasi, adsorpsi dan
pertukaran ion secara kontinyu.
Untuk mewujudkan bangunan Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan yang
terhindar dari kebisingan dan aroma – aroma yang berbahaya sehingga mendukung
keselamatan bagi penggunanya, maka diperlukan pendekatan arsitektur teknologi tinggi
(High Tech Architecture). Arsitektur teknologi tinggi merupakan arsitektur yang selalu
mengikuti perkembangan zaman. Dilihat dari fungsi bangunan sebagai pusat penelitian
bioteknologi pangan, aspek teknologi sangat penting. Di samping itu, Arsitektur
teknologi tinggi dapat mencerminkan citra bagi yang diwadahi melalui teknologi yang
juga selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan
pokok permasalahnnya yaitu “Bagaimana Rancangan Pusat Penelitian Bioteknologi
Pangan Universitas Palangka Raya yang terhindar dari kebisingan dan mendukung
keselamatan bagi penggunanya dengan konsep High Tech Architecture?”

1.4 Ruang Lingkup Permasalahan


 Pembahasan tentang penelitian bioteknologi pangan.
 Pembahasan tentang standarisasi laboraturium.
 Pembahasan tentang arsitektur teknologi tinggi (High Tech Architecture).

1.5 Tujuan Dan Sasaran


1.5.1 Tujuan
Mendapatkan Rancangan Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas
Palangka Raya yang terhindar dari kebisingan dan mendukung keselamatan bagi
penggunanya dengan konsep High Tech Architecture.
1.5.2 Sasaran
1) Mengidentifikasi permasalahan mengenai penelitian bioteknologi pangan.
2) Mempelajari data literatur yang berkaitan tentang penelitian bioteknologi
pangan.
TUGAS AKHIR ARSITEKTUR 7|
3) Mengidentifikasi literatur arsitektur teknologi tinggi (High Tech
Architecture).
4) Melakukan studi banding terhadap objek sejenis.
5) Melakukan analisis preseden yang terkait dengan objek sejenis

1.6 Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Mencari data penunjang berupa literatur-literatur bersumber dari buku, ebook,
artikel, dan jurnal sebagai referensi kajian teori yang berkaitan dengan Pusat
Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas Palangka Raya.
2. Studi Banding
Mencari dan membuat sebuah objek studi banding sebagai media komparasi yang
berkaitan dan sesuai dengan fungsi bangunan
3. Analisis Preseden
Untuk menganalisis data berdasarkan teori-teori yang ada untuk menjadi dasar
dalam mewujudkan landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Pusat
Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas Palangka Raya.

1.7 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Berisikan Latar Belakang tentang isu dan fenomena sosial di kota Palangka Raya serta
kebijakan yang mendasari isu, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Sasaran, Metodologi Penulisan dan Sistematika Penulisan dan Kerangka Berpikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan definisi serta data-data pustaka disertai teori mengenai penelitian biteknologi
pangan, definisi, dan karakteristik.
BAB III STUDI PRESEDEN
Berisi hasil studi banding dengan objek terkait sebagai referensi dalam perancangan.
BAB IV ANALISA DAN PROGRAM
Terdapat analisa tapak dan program ruang.
BAB V LAPORAN PERANCANGAN
Terdapat laporan gambar kerja dan komputasi.

TUGAS AKHIR ARSITEKTUR 8|


1.8 Kerangka Berpikir

Judul
“Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan
Universitas Palangka Raya”

Latar Belakang
Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia Embang SE
MSi, berencana membangun laboratorium di seluruh fakultas terpadu
di universitas setempat.

Rumusan Masalah
“Bagaimana Rancangan Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas
Palangka Raya yang terhindar dari kebisingan mendukung keselamatan bagi
penggunanya dengan konsep High Tech Architecture?”

Tujuan
Mendapatkan Rancangan Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas
Palangka Raya yang terhindar dari kebisingan mendukung keselamatan bagi
penggunanya dengan konsep High Tech Architecture.

Tinjauan
Pustaka

F
E
DATA E
Pusat Penelitian Arsitektur D
Visual
Bioteknologi Teknologi
bangunan
Pangan tinggi B
A
C
K
Studi
Preseden

Analisis

Rancangan Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas


Palangka Raya yang terhindar dari kebisingan dan mendukung
keselamatan bagi penggunanya dengan konsep High Tech
Architecture.

TUGAS AKHIR ARSITEKTUR 9|


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan


2.1.1 Definisi Pusat
Pusat adalah pokok pangkal (berbagai urusan, hal dan sebagainya). Tempat
yang memiliki aktivitas tinggi yang dapat menarik dari daerah sekitar
(Poerdarminto, W.J.S :2003). Sehingga dapat diartikan bahwa pusat adalah
pokok pangkal yang menjadi acuan atau fokuus perhatian yang memiliki
aktivitas dalam segala hal, juga dapat menarik perhatian dari daerah sekitar.

2.1.2 Definisi Penelitian


Penelitian adalah proses pengumpulan data dan juga ada riset di dalamnya.
Untuk bentuk tindakannya dilakukan secara golongan dalam suatu golongan,
seperti di dalam laboratorium dan juga perpustakaan. Dalam konteks bangunan
penelitian dapat dijelaskan bahwa penelitian yang di dalamnya ada suatu riset
atau percobaan dan melibatkan orang-orang yang memilki satu tujuan atau
orang-orang yang memiliki hubungan dalam memecahkan dan memunculkan
temuan baru. Kegiatan penelitian merupakan suatu proses memperoleh atau
mendapatkan suatu pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi,
yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis.

2.1.3 Definisi Bioteknologi


Bioteknologi berasal dari 3 kata latin, yaitu Bios yang berarti
hidup, Teknos yang berarti penerapan, dan Logos yang berarti Ilmu. Dengan kata
lain, Bioteknologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari
tentang pemanfaatan bagian makhluk hidup untuk menghasilkan barang atau
jasa yang bermanfaat bagi manusia.

2.1.4 Definisi Pangan


Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, perternakan, perairan, dan air baik
yang diolah maupun tidak dioleh yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 10 |
baku pangan, bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. (Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 18 tahun 2012).

2.1.5 Definisi Universitas Palangka Raya


Universitas Palangka Raya disingkat UPR adalah suatu perguruan tinggi
negeri pertama dan tertua di Provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari 8 (delapan)
fakultas, yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kedokteran serta Fakultas Matematika Ilmu
Pengetahuan Alam.

Dari penjabaran definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Pusat Penelitian


Bioteknologi Pangan Universitas Palangka Raya adalah pusat penelitian bioteknologi
pangan yang memanfaatkan mikroorganisme dan teknologi dalam pengembangnan
pangan dengan tujuan meningkatkan sifat, kualitas, keamanan, dan kemudahan dalam
pemrosesan, yang dapat mendukung UPR untuk melakukan upaya membangun kampus
modern sebagai pusat pengembangan IPTEK, dan diharapkan dapat secara aktif
berperan dalam memajukan institusi melalui layanan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2.2 Tinjauan Pustaka yang Relevan dengan Objek


2.2.1 Kegiatan di Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan
Pada periode kurva pertama Badan Litbang Pertanian, penekanan program
kegiatan litbang tanaman pangan adalah pada pengembangan SDM dukungan
infrastruktur dan organisasi, serta program kegiatan melalui core program Prima
Tani. Pada periode kurva pertama ini, kegiatan Pusat Penelitian dan
Pengembangan ditekankan pada beberapa bidang (Santika, 1994), yaitu:
1) Penelitian Teknologi Pertanian/Hortikultura, meliputi:
Rekayasa genetik dan perbaikan mutu beberapa tanaman pangan.
Diversifikasi produk tanaman pangan.
Peningkatan efisiensi produk dan standar mutu.
Rekayasa, rancang bangun dan pengujian alat dan mesin pertanian
termasuk konstruksi rumah kaca (Green House) dan pengendalian
suhu, penanganan produk segar dan pengemasan hasil.
2) Penelitian Sarana dan Prasarana, meliputi:
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 11 |
Sistem produksi.
Penyimpanan.
Distribusi benih tanaman pangan.
3) Penelitian Sumber daya Alam dan Lingkungan, meliputi:
Pemanfaatan lahan marginal untuk pengembangan tanaman pangan.
Penggunaan pestisida secara efektif dan aman dalam pengendalian
hama penyakit tanaman pangan.
Konservasi, karakteristik, evaluasi dan pemanfaatan plasma nutfah.
4) Penelitian Sumber Daya Manusia, meliputi:
Pengkajian perilaku dan kinerja petani serta pedagang dalam
menyelenggarakan usaha pangan.
5) Penelitian Kebijaksanaan dan Kelembagaan, meliputi:
Pengkajian sistem insentif dan investasi usaha pangan.
Pengkajian masalah paten produk penelitian pangan.
Pengkajian pembinaan, pengawasan dan sertifikasi benih tanaman.

Dalam perancangan Pusat Penelitian dan Pengembangan (PULITBANG)


Tanaman pangan terdapat beberapa kebutuhan ruang yang terbagi atas beberapa
kategori berdasarkan fungsi dari bangunan. Kebutuhan ruang utama yaitu
sebagai tempat penelitian dan pengembangan antara lain laboratorium,
greenhouse, kebun percobaan, produksi bibit, dan auditorium. Sedangkan untuk
fungsi penunjang membutuhkan ruang administrasi, perpustakaan, masjid,
kantin, asrama bagi peneliti, guest house dan ruang servis.

2.2.2 Fungsi dari Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan


Pusat Penelitian Bioteknologi Pangan Universitas Palangka Raya
mempunyai tugas melaksanakan penelitian pangan dengan fungsi bidang
penelitian sebagai berikut:
1) Pelaksanaan penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan dan pemanfaatan
plasma nutfah pangan.
2) Pelaksanaan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan
fitopatologi tanaman.
3) Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis
pangan.
4) Memberikan pelayanan teknik kegiatan penelitian pangan.
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 12 |
5) Penyiapan kerja sama, informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil penelitian pangan.

Dari penjabaran fungsi dari Pusat penelitian dan Pengembangan, diperoleh


beberapa kebutuhan ruang yang dibutuhkan diantaranya, laboratorium dan kebun
percobaan sebagai sarana penelitian, auditorium sebagai ruang penyuluhan dan
edukasi bagi petani ataupun masyarakat umum, unit produksi sebagai hasil dari
penelitian.

2.2.3 Karakteristik Kegiatan Utama pada Objek


1. Penelitian, Pengembangan dan Pengawasan Mutu
Penelitian Pangan dan Bioteknologi dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya perlu didukung laboratorium yang berkualitas dengan sumber
daya manusia yang kompeten. Laboratorium merupakan tempat atau
ruangan dimana para ilmuwan bekerja dengan peralatan untuk penyelidikan
dan pengujian terhadap suatu bahan atau benda. Sedangkan menurut
ISO/IEC Guide 2 1986, laboratorium adalah instansi /lembaga yang
melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian.
Terkait dengan kondisi lingkungan, laboratorium dapat dibagi menjadi
dua tipe yaitu laboratorium kering dan laboratorium basah. Laboratorium
kering merupakan ruang laboratorium tempat bekerja atau penyimpanan
bahan, barang atau peralatan elektronik dan atau peralatan besar yang hanya
memiliki sedikit pipa untuk melaksanakan pengujian. Sedangkan definisi
laboratorium basah adalah laboratorium yang melakukan pengujian serta
analisa atas bahan kimiawi, obat-obatan atau bahan lain atau bahan biologik.
Laboratorium basah membutuhkan air, ventilasi langsung dan perlengkapan
pipa yang khusus pada peralatan laboratorium yang digunakan untuk
pengujian.

Tabel 1. Jenis-jenis Laboratorium Penelitian Tanaman Pangan


Sumber: Dela Nur Indah Sari, 2020. “Perancangan Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Tanaman Sayuran Di Poncokusumo Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis”
No Laboratorium Jenis Uji Laboratorium
1 Central/utama Sebagai tempat peralatan yang digunakan semua
laboratorium
Uji residu pestisida (proses persiapan)

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 13 |
Uji/analisis laju respirasi bahan
Pengamatan sitologi
Penelitian hama penyakit tanaman pangan skala
laboratorium
Pembuatan koleksi hama penyakit
Pembuatan dan efikasi biopestisida
Uji kesehatan benih
Uji resistensi hama terhadap insektisida
2 Hama Penyakit
Alternariasolani dan bakteri X. campetris
vesicatoria
Identifikasi hama, penyakit, nematoda, dan
musuh alami
Afikasi pestisida
Uji strain, biovar dll.
Kimia:
Uji kadar air
Uji kandungan abu
Uji kandungan protein
Uji kandungan karbohidrat/pati, serat, gula,
3 Fisiologi Hasil keasaman, lemak, vitamin C, vitamin A,
antioksidan, beta karoten.
Fisiko Kimia:
Uji total soluble solid dan kekentalan
Fisik:
Uji tekstur, diameter dan berat jenis.
4 Tanah dan Uji pH
Tanaman 5Uji unsur makro: C-organik, N, P Bray, P
Olsen, K Morgan V, NTK (Ca, Mg, K, Na), KTK,
Tekstur.
Uji unsur mikro: Fe, MN, Cu, Zn, Al, S, NO3, Cl,
B
Uji unsur tambahan: Al.dd, H.d, PK HCl 25%,
EC, tekstur 4-10 fraksi, N-NH4, N-NO3,
kebutuhan kapur, pirit, P Retensi, kadar abu,
silikat, logam berat: Ag, Pb, Hg.
Analisis Tanaman:
Uji unsur makro dan mikro: N, P, K, Ca, Mg, S,
Na, Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, Al, B, Ag, Pb, Hg.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 14 |
Analisis Pupuk Organik dan Anorganik
Uji unsur makro dan mikro: pH, C, N, P, K, Ca,
Mg, S, Na, Cl, Fe, Mn, Cu, Zn, Al, B, Ag, Pb,
Hg, N-NH4, N-NO3, kadar abu dan silikat.
Analisis air:
Uji unsur makro dan mikro: kadar lumpur, pH,
DHL, P, K, Ca, Mg, S, Na, Cl, Fe, Mn, Cu, Zn,
Al, B, Ag, Pb, Hg, NH4, NO3, CO3, HCO3
Pengujian berat kering
5 Ekofisologi Pengujian luas daun
Pengujian kandungan klorofil
Uji kemurnian fisik
Uji kadar air
6 Benih
Uji daya kecambah
Uji varietas lain secara visual
Uji kesehatan benih
Uji titer antiserum PVY dan PLRV
7 Virologi Uji resisiensi tanaman terhadap virus CMV
Uji kesehatan benih biji terhadap penyakit virus
terbawa benih (CMV, TMV, dan To MV)
Penelitian kultur jaringan
8 Kultur jaringan Produksi benih
Produksi dan penyimpanan benih inti tanaman

2. Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS)


Tugas UPBS adalah memproduksi dan mengelola benih sumber tanaman
dengan penerapan sistem jaminan mutu, dalam hal ini sistem manajemen
Mutu SNI 9001: 2008 dengan perbaikan yang berkelanjutan. UPBS di Pusat
penelitian dan Pengembangan berfungsi untuk,
Memproduksi benih sumber,
Media diseminasi varietas unggul baru (VUB) melalui Sektor
Perbenihan Formal (terdapat sistem jaminan mutu formal) dan Sektor
Perbenihan Informal (tanpa sistem jaminan mutu formal),
Maintenance benih acuan/reference seed untuk fasilitas jaminan mutu
dalam sistem perbenihan,
Pembinaan penangkar/produsen benih,

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 15 |
Mengelola cadangan benih nasional (antisipasi bencana dan eskplosi
hamapenyakit, terutama untuk UPBS-BPTP).
UPBS di masing-masing Unit Pelaksana Teknis paling sedikit memiliki
fasilitas, sebagai berikut;
Fasilitas untuk perbanyakan generatif (biji)
o Ruang kantor sebagai kantor pusat dan ruang kerja
o Lahan untuk produksi benih
o Rung pengolahan benih
o Gudang penyimpanan benih sesuai persyaratan
o Lantai jemur (pengeringan)
o Peralatan produksi, prosessing dan penyimpanan benih
Fasilitas untuk perbanyakan vegetatif (non-biji)
o Ruang kantor sebagai kantor pusat dan ruang kerja
o Lahan untuk produksi benih
o Screen house (rumah kaca)
o Tempat persemaian biji/benih (untuk batang bawah)
o Ruang prosessing media tanam
o Rumah bibit (seedling, setek)
o Instalasi air
o Laboratorium kultur jaringan dan indeksing
Untuk unit pengolahan benih sumber membutuhkan beberapa keperluan
ruang yang sesuai dengan fungsi dari UPBS itu sendiri, yaitu; ruang
administrasi, ruang pengolahan dan penyimpanan benih, ruang dan alat
pengering benih, ruang produksi, ruang pengemasan, dan ruang
penyimpanan bibit yang siap dipasarkan.

2.2.4 Prinsip-Prinsip Rancangan Objek


Tabel 2. Jenis Kegiatan Dalam Rancangan
Sumber : Dela Nur Indah Sari, 2020. “Perancangan Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Tanaman Sayuran Di Poncokusumo Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis”
Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang Prinsip
Penelitian Laboratorium Pengendalian kelembaban, debu dan
kebersihan ruang. Pencahayaan yang
baik. Arah aliran udara yang baik dan
juga pengolahan limbah cair dan padat.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 16 |
Memenuhi prinsip tata letak ruang
yang harus mengakomodasikan
kebutuhan semua fungsi yang
diperlukan.
Luas lahan yang memadai. Lokasi
tanam yang sesuai dengan tanaman.
Kondisi tanah yang subur yang sesuai
Greenhouse Kebun dengan tanaman sayuran pada kebun
Percobaan percobaan. Pemaksimalan pada
sumber daya alam sebagai aspek
pendukung dalam pertumbuhan
tanaman.
Pencahayaan dan penghawaan pada
ruang. Pengendalian suara dan
Auditorium Ruang
Penyuluhan kebisingan ruang. Konfigurasi tempat
Konsultasi
duduk, volume ruang, arah pandang
penonton, sirkulasi dan estetika.
Memenuhi prinsip tata letak yang
Ruang Pengeringan sesuai dengan dimensi dari mesin
pengeringan.
Pengendalian kelembaban dan
kebersihan ruangan. Kontruksi dan
Ruang produksi dan
Produksi letak yang memadai. Memenuhi
pengemasan
prinsip tata letak yang sesuai guna
memudahkan sirkulasi.

2.3 Bioteknologi Pangan


2.3.1 Pengertian Bioteknologi Pangan
Bioteknologi pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan
berbagai jenis mikroba atau mikroorganisme yang menguntungkan yang
bertujuan untuk menghasilkan produk bahan pangan manusia. Bioteknologi
pangan atau makanan memanfaatkan mikroorganisme untuk melakukan
pengelolaan makanan dengan mengubah bahan makanan menjadi bentuk lain.
Pendapat lain mengatakan bioteknologi dalam bidang pangan merupakan cabang
ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi dan lainnya)
maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 17 |
untuk menghasilkan bahan pangan. Maka bioteknologi pangan dapat diartikan
solusi bioteknologi dibidang pangan, sejak dari mempersiapkan bahan sampai
dengan pengolahannya menjadi produk siap olah maupun siap hidang.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan
tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan
bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19. Di bidang pangan,
dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan
rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul
karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan.
Di Negara kita banyak dijumpai produk-produk makanan tradisional hasil
proses fermentasi atau kerja mikroorganisme, seperti tempe, oncom, dan tapai.
Semua itu digolongkan kedalam bioteknologi tradisional atau konvensional.
Bioteknologi tradisional memiliki ciri, semua hasil akhir dan produktivitasnya
adalah sebagai proses alamiah, sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki
oleh tiap mikroorganisme yang berperan. Proses-proses bioteknologi dalam
bidanng pangan saat ini meliputi proses fermentasi yaitu berupa bahan makanan
seperti yogurt, keju, bir, anggur, cuka, roti, dan kecap

2.3.2 Sejarah Bioteknologi Pangan


Sejarah Bioteknologi Pangan Produksi makanan dengan proses mengubah
bahan baku dari tanaman atau hewan telah dilakukan sejak dulu 3 dengan
mengunakan api. Sejarah produksi bioteknologi pangan dimulai dengan produksi
makanan fermentasi seperti wine, roti atau keju. Baik pemanasan makanan dan
aplikasi fermentasi menghasilkan peningkatan signifikan pada keamanan dan
kualitas pangan.
Tabel 3. Kronologi Perkembangan Bioteknologi Pangan
Sumber : (Hulse, 2004)
Tahun Peristiwa
Milenium ke- Orang Mesir mengembangkan penggilingan gabah, baking,
4 membuat bir.
Milenium ke- Orang Mesir dan Sumeria pengawetkan susu, sayur dengan
3 fermentasi asam
Milenium Freeze-drying udara terbuka kentang oleh Andean
pertama Amerindians
Abad ke-4 Aristotle mengklasifikasikan tenaman dan hewan.
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 18 |
Theophrastus menulis “History of Plant”
Linnaeus (Swedia) membuat formula taksonomi klasifikasi
tanaman dan hewan. Spallanzani (Italia) mensterilisasi
Abad ke-18 makanan dan bahan organik dengan memanaskan dalam
tangki kedap udara. Spallanzani mendemonstrasikan fertilisasi
telur dengan spermatozoa.
1820. Bracconot (Prancis) menghidrolisa gelatin untuk
Abad ke-19
memproduksi glycine, daging, dan wool-leucine
J. von Liebig mengenali protein, lemak, karbohidrat, dan
1840-50s
berbagai mineralpenting untuk nutrisi manusia dan hewan.
Lawes & Gilbert (UK) mendemonstrasikan perbedaan nilai
1854
nutrisi antara tanaman berprotein yang diumpakan ke babi.
F. B. Raspall menggunakan iodine sebagai pewarna untuk
1825 menampilkan distribusi pati dalam sel tanaman, dikenal
sebagai bapak histo-chemistry
1827 K. E. von Baer (Estonian) mendeskripsikan telur mamalia
Robert Brown (Scotland) mendeskripsikan nukleus sel
1830
tanaman
Louis Pasteur (French) membuktikan bahwa mikroba adalah
1860s penyebab bukan hasil dari fermentasi dari barang yang telah
busuk.
Gregor Mendel mengidentifikasikan sifat yang diwariskan
dari varietas kacang polong yang berbeda. Hasil penemuan
1866
Mendel ditolak sampai ditemukan lagi oleh peneliti Amerika
pada 1900.
Johann Kjeldahl (Netherland), menemukan metode analisa
1883
nitrogen dalam protein.
Pengakuan teori Mendel tentang penurunan sifat pada semua
Abad ke-20
tanaman dan hewan
Rockafella Foundation dan International Rice Research
Institute menemukan cara transgenik untuk mentransfer sifat
1980/90s
anti hama antara Oryza spp. liar dan hasil panen
dikembangkan pangan transgenik lain

2.3.3 Kelompok Bioteknologi Pangan

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 19 |
Secara garis besar kegiatan bioteknologi dalam bidang pangan meliputi :
1. Teknologi sel mikroba, untuk produksi pangan terfermentasi dan aditif
pangan.
Teknologi sel mikroba sudah diaplikasikan dibidang pangan beberapa
abad yang lalu. Tujuan dari tekniologi sel mikroba ini adalah untuk
pengawetan pangan yang menghasilkan berbagi jenis pangan terfermentasi
seperti dadih (yoghurt dan keju), tauco, tape dan sebagainya. Sedangkan
teknologi mikrobial yang bertujuan untuk menghasilkan bahan kimia
(sekaligus bahan pangan) adalah produksi etanol oleh khamir dan proses
lanjutannya untuk mengahasilkan cuka (asam asetat) oleh bakteri. Pada awal
abad ke II ditemukan teknologi produksi gliserol oleh Khamir yang
diransang oleh kebutuhan untuk memproduksi dinamit. Berbagai macam
asam dan enzim sudah dapat dihasilkan dengan bantuan mikroba ini.
Bahkan sederetan bahan kimia lain yang telah dapat diproduksi secara
mikrobial. Mikroba sudah terbukti merupakan agen biologis yang sangat
potensial untuk mengahsilkan berbegai jenis zat kimia. Banyak diantaranya
merupakan bahan aditif pangan. Teknologi produksi aditif pangan secara
mikrobial dilandasi oleh teknik manipulasi metabolisme agar zat yang
dikehendaki terakumulasi dan dikeluarkan dari dalam sel. Teknik
manipulasi metabolisme ini diperoleh dari mutasi konvensional seperti
radiasi dengan sinar X, UV, Gamma dan penggunaan mutagen kimia,
maupun mutasi modern melalui rekayasa genetik.

Tabel 4. Mikroorganisme dalam pengolahan makanan


Sumber : Journal of Halal Product and Research “Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam
Pengembangan Makanan Halal Berbasis Bioteknologi”
Bahan Proses
Makanan Mikrorganisme Refrensi
Baku Fermentasi
Tempe Kedelai Fermentasi Lactobacillus fermentum Jennessen et al.
oleh Jamur Lactobacillus plantarum (2008); Kormin
Pediococcus et al. (2001);
pentosaceus Weissella Sugimoto et al.
confusa Lactobacillus (2007); Babu et
delbrueckii ssp. al.( 2009);
Delbrueckii Rhizopus Touw (2014)
oligosporus Rhizopus
stolonifer Rhizopus

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 20 |
formosaensisand
Fusarium sp. Rhizopus
arrhizus Rhizopus
oryzae
Kecap Kedelai Fermentasi Tetragenococcus Kim et al.
oleh Jamur halophilus Aspergillus ( 2010);
diikuti oryzae Aspergillus sojae Staphylococcus
dengan gallinarum
fermentasi Zhuang et al.
garam (2016)
tinggi
Dadih Susu Fermentasi Lactobacillus brevis Prawiroharsono
asam laktat Lactococcus lactis (2007)
subsp. lactis
Leuconostoc
Mesenteroides
Lactobacillus casei
Leuconostoc
paramesenteroides
Lactobacillus plantarum
Enterococcus faecium
Lactobacillus fermentum
Leuconostoc lactis
subsp. Lactis
Lactococcus Lactis
Lactobacillus
rhamnosus
Yoghurt Susu Fermentasi Lactobacillus paracasei Afriani et al.
asam laktat Lactobacillus plantarum (2011);
Lactobacillus Hidayat et al.
acidophilus (2013);
Lactobacillus Yansyah et al.
Bulgaricus (2016);
Streptococcus
thermophilus
Lactobacillus plantarum
Lactobacillus brevis
Keju Susu Fermentasi Lactobacillus casei Georgalaki et

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 21 |
asam laktat Lactococcus al. (2000);
raffinolactis Ouadghiri et al.
Streptococcus (2005); Zhou et
gallolyticus al. (2019
Saccharomyces
cerevisiae
Gluconobacter oxydans
Lactobacillus
delbrueckii subsp.
Bulgaricus Lactococcus
lactis Lactobacillus
delbrueckii subsp.
bulgaricus Lactococcus
lactis
Sayur Sawi Fermentasi Lactobacillus Sulistiani et al.
Asin asam laktat farciminis) (2014)
Lactobacillus fermentum
Lactobacillus
namurensis
Lactobacillus plantarum
Lactobacillus helveticus
Lactobacillus brevis
Lactobacillus
versmoldensis
Lactobacillus casei
Lactobacillus
rhamnosus
Lactobacillus
fabifermentans
Lactobacillus
satsumensis

2. Aplikasi enzim baik untuk persiapan bahan maupun pengolahan


pangan.
Teknologi aplikasi enzim untuk persiapan maupun pengolahan pangan
sangat luas. Aplikasi yang tergolong kelompok pertama, misalnya
pembuatan sirup glukosa dari pati-patian yang melibatkan enzim-enzim α

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 22 |
dan β amylase, amilog lukosidase dan pullulanase, konversi glukosa ke
fruktosa oleh glukosaisomerase, penggunaan pektinase untuk membantu
ekstraksi pati dari bahan asalnya, modifikasi pati untuk mengubah sifat
fungsionalnya dan sebagainya. Kelompok kedua, misalnya penggunaan
lipase untuk menghasilkan emulsifier, surfaktant, mentega, coklat tiruan,
protease untuk membantu pengempukan daging, mencegah kekeruhan bir,
naringinase untuk menghilangkan rasa pahit pada jus jeruk, glukosa
oksidase untuk mencegah reaksi pencoklatan pada produk tepung telur dan
lain-lain

3. Kultur sel atau jaringan tanaman dan tanaman transgenik.


Sel tanaman mempunyai kemampuan yang disebut “totipotency”, yaitu
kemampuan tumbuh dan berkembang biak untuk menjadi tanaman lengkap
pada medium yang memenuhi syarat. Sel tersebut dapat tumbuh tanpa
mengalami deferensiasi. Hal ini tertgantung pada kadar hormone
pertumbuhan yang diberikan. Pemberdayaan sel atau jaringan tanaman
bertujuan untuk :
 Produksi zat kimia atau aditif pangan
 Menumbuhkan tanaman (dengan produk bahan pangan) bersifat tinggi
 Menumbuhkan tanaman dengan produktifitas bahan pangan tinggi.
Sifat variasi somaklonal dari sejumlah populasi sel tanaman yang tumbuh
dapat digunakan untuk menseleksi sel tanaman yang unggul untuk
memproduksi metabolit tertentu. Produk-produk aditif dari sel tanaman
tersebut berguna untuk :
 Zat warna pangan (antosianin, betasinin, saffron)
 Flavor (strawberry, anggur, vanilla, asparagus)
 Minyak atsiri (mint, ros, lemon bawang)
 Pemanis (steviosida, monelin)
Tanaman transgenik adalah khususnya tanaman yang mempunyai gen
hasil alihan dari mikroorganisme lain. Contoh tanaman transgenik adalah
tanaman yang mengandung gen racun serangga dari Bacillus thuringiensis
(gen Bt). Tanaman kentang tahan terhadap herbisisda biolaphos, tanaman
kapas tahan terhadap herbisisda glyphosate.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 23 |
4. Kultur sel hewan dan hewan transgenik.
Kultur sel hewan adalah sisitem menumbuhkan sel manusia maupun
hewan untuk tujuan memproduksi metabolit tertentu. Aplikasi dari system
ini banyak digunakan untuk menghasilkan produk-produk farmasi dan kit
diagnostik dengan jenis produk berupa molekul protein kompleks. Aplikasi
yang berhubungan tidak langsung dengan masalah pangan, misalnya:
penetapan jenis kelamin dari embrio yang akan ditanam, penentuan masa
ovulasi dari sapid an fertilisasi in vitro untuk hewan. Adapun contoh-contoh
produk yang biasa dihasilkan oleh sel hewan misalnya: interferon, tissue
plasminogen activator, erythroprotein, hepatitis B surface antigen.
Hewan transgenic adalah hewan yang menerima gen pindahan dari
organisme lain (atau hewan yang sama) untuk tujuan-tujuan yang tentunya
dianggap menguntungkan bagi manusia.

5. Rekayasa protein.
Aplikasi rekayasa protein dalam bidang pangan melibatkan dua hal
yaitu :
 Enzim melalui modifikasi molekul protein, untuk stabilitas enzim pada
kondisi-kondisi khusus. Misalnya perbaikan kestabilan termal dari
enzim glukosa isomerase.
 Modifikasi protein pangan untuk mengubah sifat fungsionalnya, untuk
memperbaiki sifat elastisitas, kemampuan membentuk emulsi atau
kemampuan menstabilkan tekstur.

2.3.4 Manfaat Bioteknologi Pangan


Para pendukung makanan rekayasa genetik melihat peningkatan
ketersediaan pangan sepanjang tahun, peningkatan kualitas gizi dan
perpanjangan umur makanan dipilih sebagai alasan mengapa mereka
mendukung ilmu baru yang akan menguntungkan konsumen, petani dan
lingkungan. Selain itu, mereka percaya bahwa hal ini akan mengarah pada
peningkatan secara umum dalam pertanian dan pangan, dan juga memberikan
kesehatan, harga murah, lebih stabil, bernutrisi, rasa lebih enak dan aman
dikonsumsi. Aplikasi masa depan ilmu ini akan meningkatkan resistensi
tanaman terhadap hama, serangga, herbisida, cuaca dan tekanan lingkungan.
Banyak tanaman rekayasa genetik dan hewan tumbuh dan berkembang biak
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 24 |
lebih cepat. Karena para ilmuwan mampu memperkenalkan sifat genetik dalam
organisme dengan ketepatan yang lebih baik sehingga kemungkinan terjadinya
kesalahan sangat kecil (Schardt, 1994).
Tanaman yang memiliki sifat baru dengan beberapa manfaat tertentu akan
diproduksi secara genetik. Pendukung makanan rekayasa genetik percaya bahwa
potensi risiko teknologi reakayasa genetik makanan adalah hipotesa saja,
meskipun juga terlalu dini untuk menyatakan jika teknologi rekayasa genetik
bermanfaat di semua jenis tanaman. Potensi manfaat makanan rekayasa genetik
antara lain :
1) Peningkatan ketersediaan pangan (Rudnitsky, 1996; Schardt, 1994),
2) Peningkatan umur simpan dan kualitas organoleptik makanan (BIO, 1998;
Thayer, 1994),
3) Peningkatan kualitas gizi dan manfaat kesehatan (BIO, 1998; Clinton,
1998),
4) Peningkatan kualitas protein (BIO, 1998),
5) Peningkatan kandungan karbohidrat makanan (BIO, 1998; Liu, 1999),
6) Peningkatan kuantitas dan kualitas daging dan susu (Wilmut et l., 1997),
7) Peningkatan yield tanaman pertanian (BIO, 1998; Wood, 1995),
8) Pembuatan vaksin dan obat-obatan yang edible atau dapat dimakan (Lesney,
1999; Sloan, 1999),
9) Ketahanan biologis terhadap penyakit, hama, gulma, herbisida dan virus
(Losey et al., 1999; Wilkinson, 1997; Wood, 1995),
10) Bioremidiasi (Gray, 1998),
11) Efek positif pada produk pertanian/makanan (Thayer, 1999),
12) Perlindungan lingkungan (BIO, 1998),
13) Tanaman rekayasa genetik berfungsi sebagai biofactories dan sumber dari
bahan baku industri (Sloan 1999),
14) Terciptanya lapangan kerja (Alliance For Better Foods, 1999; Thayer, 1999)

2.3.5 Potensi Risiko Bioteknologi Pangan


Kritikus dari rekayasa genetik makanan tidak hanya menyoroti keamanan,
efek alergi, karsinogenitas, dan kualitas gizi makanan berubah, tetapi juga
masalah lingkungan. Mereka mengkhawatirkan terjadinya kesalahan dari teknik
transfer gen ini. Menurut Phillips (1994), materi genetik yang baru terkadang
tidak berhasil dipindahkan ke sel target, atau mungkin dipindahkan ke tempat
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 25 |
yang salah pada rantai DNA dari organisme sasaran, atau gen baru kemungkinan
secara tidak sengaja mengaktifkan gen didekatnya yang biasanya tidak aktif,
atau mungkin mengubah atau menghambat fungsi gen yang lain dan
menyebabkan mutasi yang tidak terduga sehingga membuat tanaman yang
dihasilkan beracun, tidak subur dan tidak layak. Berikut ini beberapa potensi
risiko atau permasalahan yang mungkin terjadi :
1) Perubahan kualitas gizi makanan (Phillips, 1994),
2) Resistensi antibiotik (Philpis, 1994),
3) Potensi racun dari makanan rekayasa genetik (Phillips, 1994);
4) Potensi alergi dari makanan rekayasa genetik (Coleman, 1996),
5) Transfer gen yang tidak disengaja pada tanaman liar (Phillips, 1994),
6) Kemungkinan pembentukan virus dan racun baru (Phillips, 1994),
7) Keterbatasan akses terhadap benih dengan adanya paten dari tanaman hasil
rekayasa genetik (Koch, 1998),
8) Ancaman terhadap keragaman genetik tanaman (Koch, 1998; Phillips,
1994),
9) Kekhawatiran agama/budaya/etika (Crist, 1996; Robinson, 1997),
10) Kekhawatiran karena tidak ada pelabelan pada makanan rekayasa genetik
(Hoef et al., 1998).

2.4 Persyaratan dan Standar Bangunan Penelitian atau Laboratorium


Laboratorium merupakan tempat atau ruangan dimana para ilmuwan bekerja
dengan peralatan untuk penyelidikan dan pengujian terhadap suatu bahan atau benda.
Sedangkan menurut ISO/IEC Guide 2 1986, laboratorium adalah instansi /lembaga yang
melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian.
Dalam rangka menjalankan operasional kegiatannya, laboratorium
dilengkapi dengan fasilitas (prasarana, sarana) baik untuk kegiatan administrasi,
pengujian, keamanan yang diupayakan maksimal sesuai dengan standard. Pemenuhan
standard dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan keselamatan, yang utamanya
adalah pekerja laboratorium yang bekerja di dalam laboratorium terutama yang bekerja
dengan mikroorganisme atau agen patologik atau bahan kimia berbahaya.
Laboratorium juga harus menjaga keamanan dan keselamatan objek yang ditangani
terutama mikroorganisme atau agen patologik atau bahan kimia berbahaya itu sendiri
agar tidak mencemari atau mengkontaminasi lingkungan, lingkungan internal maupun
eksternal. Hal ini berarti laboratorium harus memberikan lingkungan kerja yang aman,

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 26 |
menjamin keselamatan dan memberikan fasilitas yang nyaman bagi personel bekerja di
dalamnya baik yang menangani administrasi, teknis administrasi maupun teknis
pengujian /penelitian.
Untuk itu perlu ada standardisasi sarana /prasarana atau fasilitas yang harus
dipenuhi laboratorium agar dapat dilakukan evaluasi kesesuaiannya. Dengan semakin
aktifnya laboratorium karantina dimana hasil diagnose atau hasil pemeriksaan
laboratoriumnya menjadi peneguh atas keputusan dalam pelaksanaan tindakan
karantina, dan semakin sadarnya institusi karantina akan pentingnya status akreditasi
laboratorium sebagai jaminan atas validitas dari hasil pengujian yang dilakukan maka
penting untuk memperhatikan kesesuaian pemenuhan sarana/prasarana atau fasilitas
laboratorium atas standardnya.

2.4.1 Pengertian Kondisi Lingkungan Laboratorium


Laboratorium yang mengikuti sistim manajemen mutu antara lain SNI ISO
IEC 17025:2008, SNI ISO 9001:2015, CWA 15793:2008 pasti harus memenuhi
persyaratan baik persyaratan manajemen maupun persyaratan teknis.
Persyaratan teknis terkait dengan bahasan ini diantaranya adalah persyaratan
terkait dengan fasilitas sarana/prasarana baik secara fisik, proses dan jasa
pendukung serta lingkungan kerja, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kondisi Akomodasi merupakan kondisi dari fasilitas yang bersifat fisik
yang ada dalam suatu organisasi yang diperlukan untuk berjalannya proses
yang merupakan tugas utama dari organisasi tersebut.
 Fasilitas sarana /prasarana yang bersifat fisik yaitu gedung/bangunan,
ruang pengujian/ruang kerja dan sarana penting terkait lainnya
(misalnya furniture)
 Fasilitas bersifat proses baik perangkat keras maupun perangkat lunak
yaitu peralatan pengujian atau peralatan produksi, bahan uji atau bahan
untuk proses produksi, sistim drainase, alur /mekanisme keluar masuk
pekerja, agen biologic dll.
 Fasilitas jasa pendukung yaitu sarana angkutan, informasi, komunikasi
2) Kondisi Lingkungan merupakan suatu kondisi yang diperlukan dalam
pengujian atau proses produksi untuk mencapai suatu kesesuaian
hasil/tujuan produksi sesuai metode /mutu yang dipersyaratkan yang dapat
mempengaruhi hasil yang akan dicapai, misalnya debu, ventilasi, kebisingan

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 27 |
/tingkat bunyi dan getaran, daya elektromagnetik, radiasi, kelembaban, daya
listrik, suhu, pencahayaan atau cuaca dll.

2.4.2 Persyaratan Kondisi Akomodasi


Dalam memenuhi persyaratan kondisi akomodasi, perlu:
a. Menetapkan tujuan dari laboratorium yang akan dibangun atau
dikembangkan atau diperbaiki /disempurnakan. Tujuan laboratorium
tersebut dapat sebagai laboratorium diagnostik, pengujian, penelitian, atau
sebagai laboratorium pendidikan.
b. Menginventarisasi data lokasi, keadaan bangunan dan lingkungannya, agen
penyakit dan jenis sampel yang ditangani, jumlah dan kompetensi dari
manajemen dan staf (administrasi, teknis dan peneliti /pekerja di
laboratorium).
 Data lokasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kontur tanah
(datar /landai, bertingkat /berbukit), kondisi struktur tanah, jenis tanah
(tanah merah, berpasir, padat berbatu, tanah berbatu dll).
 Untuk rencana pengembangan atau perbaikan /penyesuaian
/penyempurnaan, data keadaan bangunan labratorium yang sudah ada
diperlukan untuk mengetahui beban bangunan yang akan diterima atas
perubahan laboratorium terkait dengan penambahan ruang lingkup
pengujian yang kemungkinan berarti penambahan beban atas
penambahan jumlah alat, orang; perubahan tipe laboratorium yang
mungkin juga berarti adanya perubahan besaran tekanan ruang dll.
 Keadaan lingkungan menyangkut atas keadaan epidemiologi dari lokasi
laboratorium dengan memperhatikan data kelembaban udara, drainase
lokasi, jarak laboratorium dari jalan umum, keadaan lalu lintas alat
ternak, orang dan ternak / hewan dll.
 Jenis agen penyakit yang ditangani harus sejalan dengan tingkat
kontenmen laboratorium yang disiapkan.
 Jenis sampel yang ditangani akan memerlukan sarana /prasarana,
fasilitas yang menunjang untuk memberikan keselamatan dan
keamanan terhadap sampel dalam hal ini agen patologiknya, pekerja
laboratorium serta lingkungan di sekeliling laboratorium.
Mengacu pada pembagian kelompok mikroorganisme yang ada pada
Chapter 1.1.3. Biosafety and Biosecurity in the Veterinary Microbiology
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 28 |
Laboratory and Animal Facilities-OIE Terrestrial Manual 2012 dan
Laboratory Biosafety Manual, WHO 3rd ed, agen penyakit diklasifikasikan
menjadi empat kelompok risiko mikroorganisme yang ditangani juga dalam
empat tingkat kontenmen setara dengan risiko yang dapat ditimbulkan oleh
agen penyakit tersebut. Klasifikasi kelompok risiko mikroorganisme
berdasarkan atas faktor risiko mikroorganisme dengan memperhatikan
potensinya untuk dapat berubah infeksius pada bentuk aerosol, jumlah dan
konsentrasi dari mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, sifat stabil
mikroorganisme di kondisi lingkungan, jenis pengujian yang dilakukan
(misalnya in-vitro, in-vivo, uji tantang bentuk aerosol) dan organisme
rekombinan yang digunakan
Tabel 5. Kesetaraan Tingkat Kontenmen dengan Kelompok Risiko Mikroorganisme
Patogen
Sumber : Persyaratan dan Standar Laboraturium
Kelompok (Grup) Risiko
Tingkat Kontenmen Laboratorium
Mikroorganisme
Grup Uraian Tingkat Persyaratan Fasilitas
1 o Risiko rendah 1 o Melakukan pengujian o Pintu sebagai
terhadap individu sesuai Good pemisah dari
dan masyarakat Microbiological public area
o Mikroorganisme Technique(GMT) dengan ukuran
yang non infeksius o Mempergunakan lab jas yang dapat dilalui
(tidak peralatan
menyebabkan o Dilengkapi sinks
penyakit pada untuk cuci tangan
manusia atau o Screen pada
hewan) misal jendela
Lactobacillus sp o Lantai anti slip
o Pencahayaan
yang memadai
o Ruang
penyimpanan
luas
o Permukaan yang
mudah
dibersihkan
o Meja kedap air
2 o Risiko sedang 2 o Melakukan pengujian o Persyaratan yang
terhadap individu sesuai GMT ada di tingkat
dan risiko rendah kontenmen
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 29 |
terhadap o Mempergunakan pakaian laboratorium 1
masyarakat pelindung selama o Permukaan kerja
o Mikroorganisme pengujian (APD: masker, tahan bahan
patogen yang gloves, lab jas) kimia,
menyebabkan o Menempelkan tanda kelembaban dan
penyakit pada Biohazard di depan pintu panas tergantung
manusia atau laboratorium fungsi lab
hewan tetapi tidak o Alat pencuci
menyebabkan mata (eye wash)
bahaya yang o Emergency
serius pada shower
pekerja o Pintu yang
laboratorium, langsung tertutup
masyarakat, ternak o (Jika diperlukan)
atau terhadap BSC atau
lingkungan. upayakan
o Sudah ada melakukan
perlakuan dan pengujian di
pencegahan yang dalam BSC
efektif, dan risiko o Tata alir udara
penyebaran
infeksinya
terbatas.
o Biasanya menular
via oral/fecal,
darah misal E.coli
3 o Risiko tinggi 3 o Persyaratan pada tingkat o Persyaratan yang
terhadap individu kontenmen laboratorium ada di tingkat
namun risiko 2 kontenmen
rendah terhadap o Harus ada pengendalian laboratorium 2
masyarakat di akses masuk dan keluar (dapat tidak
sekitar lab. laboratorium disediakan
o Mikroorganisme o Harus menerapkan sistim emergency
patogen yang tata alir udara langsung shower)
menyebabkan menggunakan system o Pintu masuk
penyakit serius pengendalian HIVAC ganda
pada manusia atau (Heating, Ventilation o Tata alir udara
hewan dan dapat and Air Conditioning) o Adanya akses ke
menimbulkan autoclave
risiko jika o BSC
menyebar di o Pintu yang

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 30 |
masyarakat sekitar menutup
lab otomatis
o Menyebar melalui o Hands-free sinks
aerosol, misal o Lab harus di beri
Bacillus sealed
anthracis,
Brucella spp. M.
tuberculosis, HIV,
AI,
o Biasanya sudah
ada perlakuan dan
pencegahan yang
efektif
4 o Risiko tinggi 4 o Persyaratan pada tingkat o Persyaratan yang
terhadap individu kontenmen laboratorium ada di BSL 3,
dan masyarakat 3 namun tidak perlu
o Mikroorganisme o Akses masuk ada eye wash dan
patogen yang menggunakan tekanan emergency
biasanya udara yang terkunci, shower
menyebabkan melakukan showering o Pintu Interlock
penyakit serius pada saat keluar o Double HEPA
pada manusia atau kontenmen, adanya (High Efficiency
hewan dan dapat pembuangan limbah Particulate Air)
berpindah dari secara khusus exhaust
satu individu o HEPA supply
yang terinfeksi o Double-door
kepada individu autoclave
lainnya baik o Liquid treatment
secara langsung o Lab is sealed
maupun tidak
o Menggunakan
langsung
pakaian
o Tidak ada
bertekanan positif
perlakuan dan
yang dihubungkan
pencegahan yang
dengan BSC tipe
efektif, misal
A2
Ebola, Maburg

2.4.3 Persyaratan Kondisi Lingkungan


Terkait dengan kondisi lingkungan, laboratorium dapat dibagi menjadi dua
tipe yaitu laboratorium kering dan laboratorium basah. Laboratorium kering

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 31 |
merupakan ruang laboratorium tempat bekerja atau penyimpanan bahan, barang
atau peralatan elektronik dan atau peralatan besar yang hanya memiliki sedikit
pipa untuk melaksanakan pengujian. Yang termasuk ke dalam definisi ini
adalah laboratorium analitik, dimana jenis laboratorium ini memerlukan akurasi
dalam kondisi suhu ruang, pengendalian kelembaban, debu dan kebersihan
ruang. Sedangkan yang dimasukkan ke dalam definisi laboratorium basah
adalah laboratorium yang melakukan pengujian serta analisa atas bahan kimiawi,
obat-obatan atau bahan lain atau bahan biologik. Laboratorium basah
membutuhkan air, ventilasi langsung dan perlengkapan pipa yang khusus pada
peralatan laboratorium yang digunakan untuk pengujian.
Laboratorium harus diperlengkapi dengan alat pengendali iklim dan
ventilasi. Suhu dan kelembaban dalam laboratorium harus tetap dijaga sesuai
dengan batas nilai yang diperlukan oleh setiap alat untuk melakukan uji dan
spesifikasi operasional alat yang disebutkan oleh pabrikan. Namun lingkungan
pekerjaan yang nyaman umumnya ada pada suhu 20-25 ºC dan kelembaban
relative 35-50% (tergantung atas wilayah geografisnya). Secara umum, area
tempat bekerja harus bebas dari suhu ekstrim yang berbahaya terhadap
kesehatan atau yang mempengaruhi operasional yang aman.
Area tempat bekerja, area persediaan bahan dan area tempat berisitirahat
harus bebas dari bau-bauan yang berbahaya. Harus ada prosedur untuk
pengendalian debu dan partikel asing lainnya.
Ventilasi exhaust dinyalakan selama 24 jam penuh terutama untuk ruang
yang dipergunakan untuk menguji bahan-bahan kimiawi atau ruang persediaan
bahan kimia. Namun lubang pasokan udara untuk alir udara tidak boleh lebih
dari 50 feet per menit (FPM). Dan tidak boleh ada daur ulang udara di dalam
laboratorium.
Laboratorium tetap menjaga pencahayaan yang cukup untuk melakukan
pekerjaan dalam laboratorium dan disarankan pencahayaan ada pada tingkat 80-
100 intensitas foot candle kecuali metode ujinya memang memerlukan
pencahayaan yang lebih dari itu. Atau apabila diperlukan pencahayaan khusus di
area tertentu berupa pencahayaan matahari secara langsung perlu diperhatikan
pengaruh cahaya matahari yang dapat menyebabkan rusaknya sampel, reagen
dan media atau dapat mempengaruhi peralatan atau analisa.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 32 |
2.4.4 Persyaratan Rancang Bangun Bangunan Laboratorium yang Memenuhi
Persyaratan Biosafety Dan Biosekuriti
Rancang bangun bangunan laboratorium dibuat dengan melibatkan berbagai
pihak antara lain:
1) Para peneliti/personel yang bekerja di laboratorium, yang akan menjabarkan
kebutuhan ruangan, peralatan setiap ruang, fungsi dari setiap ruang, jenis
sampel dan metode uji yang ditangani pada setiap ruang.
2) Arsitek dan perancang interior yang menterjemahkan kebutuhan para
peneliti/personel yang bekerja di laboratorium ke dalam suatu rancang
bangun dengan memperhatikan kaidah /prinsip laboratorium dan memenuhi
persyaratan laboratorium. Termasuk di dalamnya jenis fasilitas (prasarana,
sarana) baik untuk bangunan maupun kebutuhan personel bekerja di
laboratorium. Misalnya pembagian ruang, alur lalu lintas manusia, lalu
lintas sampel, bahan, reagen, konstruksi dan jenis bahan bangunan, jenis
meja kerja, jenis kursi dll.
3) Insinyur mekanik dan listrik yang menterjemahkan tata alir udara dan
tekanan udara di setiap ruang sesuai dengan kebutuhan dari setiap ruang,
tata alir listrik setiap ruang, tata alir limbah rumah tangga dan limbah
laboratorium ke dalam suatu rancang tata alir listrik, mekanikal, plumbing.
4) Para manajer yang ada dalam manajemen laboratorium yang bertugas
memfasilitasi operasional laboratorium, mengelola penyelenggaraan
laboratorium.para manajer inilah yang harus dapat memfasilitasi
terwujudnya laboratorium yang diperlukan oleh peneliti /pekerja
laboratorium sesuai dengan fungsi yang harus dilaksanakan.
5) Kontraktor pelaksana pekerjaan sipil, arsitektur dan interior, mekanikal dan
elektrikal, kontraktor pengadaan furniture khusus laboratorium
Secara prinsip rancang bangun laboratorium harus memenuhi prinsip-
prinsip sesuai dengan standard, yaitu:
1) Memenuhi prinsip tata letak ruang yang harus mengakomodasi kebutuhan
semua fungsi yang diperlukan, kebutuhan spesifik untuk hewan
laboratorium (jika ada pengujian terkait hewan coba), mengakomodasi
penempatan peralatan laboratorium, penempatan alat-alat keselamatan dan
dapat mengakomodasi kebutuhan peralatan ME (mechanical and
electronic). Dalam tata letak ruang perlu diperhatikan kebutuhan peneliti

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 33 |
terkait dengan sisi alur kerja dan kelengkapan ruang, serta harus memenuhi
kaidah perancangan tekanan dan aliran udara.
2) Memenuhi prinsip arah aliran udara dengan melakukan pengaturan tekanan
udara, dan memperhatikan juga prinsip pengelolaan limbah cair dan padat.
3) Komponen mekanikal, elektrikal, plumbing, peralatan laboratorium serta
alur kerja yang mungkin akan mempengaruhi tata alir udara di dalam ruang
laboratorium.
4) Pemenuhan standar atas jenis bahan yang dipakai (lantai, dinding, plafon,
pintu, jendela, ducting, pemipaan dan lainnya)

Berdasarkan atas prinsip bangunan standard yang harus dipenuhi, maka


sesuai dengan fungsi bagian dari bangunan, secara garis besar area laboratorium
terbagi menjadi dua yaitu area publik dan area kegiatan laboratorium.
Area publik di dalamnya meliputi ruangan kantor administrasi teknis antara
lain ruang rapat, ruang pekerja laboratorium baik manajer, penyelia maupun
analis, ruang penerimaan sampel, ruang ganti, toilet, pantry dan ruang lain yang
dapat diakses secara luas baik oleh manajer, staf, pekerja laboratorium maupun
pengunjung /tamu.
Sedangkan area kegiatan laboratorium meliputi ruang pengujian (termasuk
di dalamnya ruang preparasi), ruang alat khusus (ruang yang berisi peralatan
besar untuk melakukan metode uji tertentu misalnya alat Gas Chromatography,
High Performance Liquid Chromatography, Atomic Absorption Spectroscopy
dll), ruang penyimpanan bahan (media, reagen, buffer, bahan kimia dll yang
diperuntukkan sebagai persediaan), ruang penyimpanan alat termasuk di
dalamnya ruang untuk sterilisasi alat. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang maka sebaiknya jenis uji berbeda dipisahkan ruang pengujiannya,
misalnya ruang pengujian kimiawi dipisahkan dari ruang pengujian
mikrobiologi.

2.5 Bangunan Penunjang Laboraturium


Selain itu, perlu tersedia pula bangunan penunjang tempat generator set,
penampungan air bersih atau water hydrant, pengawasan keamanan laboratorium dari
lingkungan sekitar. Layout ruang laboratorium mempertimbangkan berbagai hal antara
lain kebutuhan lorong antar ruang laboratorium, ruang antara, luasan ruang kerja

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 34 |
laboratorium, fasilitas dan peralatan laboratorium, tata alir udara, tipe kontenmen dari
ruang kerja laboratorium dll.

4.2.1 Ruang Lorong


Ruang lorong untuk keluar masuknya orang harus aman dan memastikan
tidak menyulitkan bergerak baik pada waktu kondisi normal maupun apabila
terjadi keadaan darurat yaitu dengan tidak adanya furniture atau barang lain
yang menghambat di sepanjang lorong. Minimal lebar jalan lorong 600 mm. Jika
arah masuk atau arah keluar dibedakan walau tidak dipisahkan dengan suatu
pembatas yang permanen dan apabila memungkinkan dapat dibuat garis
pembatas yang berwarna putih atau kuning selebar 50 mm.

4.2.2 Ruang Antara


Ruang yang terletak diantara bagian luar ruang laboratorium dengan ruang
kerja laboratorium. Ruang antara diperlukan dan harus ada untuk laboratorium
kontenmen tingkat 3 dan 4. Untuk laboratorium kontenmen tingkat 3, pintu
ruang antara berada diantara ruang ganti bersih dan kotor dengan pintu yang
interlock, memakai alarm penanda atau dengan adanya protocol penggunaan.
Sedangkan untuk laboratorium kontenmen tingkat 4, pintu ruang antara berada
diantara ruang ganti bersih dan kontor dan hanya bersifat interlock saja. Dimana
pintu interlock harus dapat dibuka secara manual dari dalam ke luar dan hanya
digunakan untuk keadaan darurat saja.

4.2.3 Ruang Kerja


Penyiapan ukuran ruang kerja laboratorium tergantung pada jumlah
personel yang bekerja di dalamnya, volume pekerjaan yang ditangani dalam
keseharian, kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dalam jangka pendek dan jangka
panjang serta semua sumber daya yang dimiliki. Layout ruang kerja dirancang
untuk memberikan ruang yang cukup jelas mana area furniture, tempat kerja
sehingga personel dapat bergerak leluasa tanpa terbentur furniture atau peralatan
laboratorium apabila personel bergerak dari posisi duduk ke posisi berdiri atau
berjalan.

4.2.4 Ruang Ganti

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 35 |
Jika diperlukan adanya ruang ganti, dan personel laki-laki dan perempuan
melakukan penggantian baju pada waktu yang bersamaan, maka perlu
disediakan dua ruang ganti terpisah untuk laki-laki dan untuk perempuan.
Ruang ganti ini diperlukan untuk mengganti baju dari luar dengan baju
pelindung diri atau lab jas seragam; dan untuk menanggalkan baju kerja setelah
pekerjaan di dalam laboratorium selesai dan akan meninggalkan laboratorium
tempat kerja. Luasan ruang ganti minimal 0,5 m2. Di dalam ruang ganti,
disediakan fasilitas locker sebagai tempat penyimpanan baju, rak sepatu, cermin
dll.

4.2.5 Toilet dan Fasilitas Pencuci Tangan


Letak toilet dipertimbangkan dan diperhitungkan agar tidak menyebabkan
terjadinya kontaminasi silang. Sedangkan jumlah yang tersedia harus
diperhitungkan dengan jumlah personel yang bekerja di laboratorium, jumlah
personel laki-laki dan perempuan, bahkan jika memungkinkan dengan
memperhatikan personel yang menyandang disabilitas. Rasio minimal
ketersediaan toilet bagi personel yang bekerja di laboratorium adalah sebagai
berikut:
1) untuk laki-laki: 1 kloset untuk setiap 20 personel dengan jumlah urinoir 1
bagi setiap 25 orang.
2) Untuk perempuan: 1 kloset untuk setiap 15 personel
Toilet juga dilengkapi dengan fasilitas pencuci tangan dan khusus untuk
toilet perempuan dilengkapi dengan tempat pembuangan “pembalut”.

2.6 Limbah Laboraturium


Di luar dari bangunan laboratorium terhubung tempat pengolahan limbah
dimana sudah dilakukan identifikasi dan dipisahkan jenis limbah laboratoriumnya yaitu:
2.6.1 Limbah Infeksius atau Berbahaya
Limbah infeksius atau berbahaya adalah limbah laboratorium baik bentuk cair
maupun padat yang mengandung mikroorganisme atau bahan kimia berbahaya
sisa atau bekas dari hasil pengujian

2.6.2 Limbah Non-infeksius


Limbah non-infeksius yaitu limbah laboratorium bentuk cair maupun padat yang
merupakan hasil buangan dari rumah tangga yang tidak berhubungan atau
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 36 |
terpapar dengan sampel atau pengujiannya misal buangan toilet, kamar mandi,
kertas, plastic dll.
Limbah cair non infeksius dapat dibuang langsung ke dalam biotank yang
merupakan suatu tanki atau tabung yang ditanam di dalam tanah untuk mengolah secara
sederhana limbah cair non-infeksius. Sedangkan limbah padat non-infeksius dapat
langsung dibuang ke tempat sampah atau dibakar.
Sedangkan untuk limbah laboratorium yang infeksius termasuk di dalamnya
benda tajam misalnya jarum suntik harus dilakukan perlakuan dengan aman dan efektif
sesuai dengan peraturan pengelolaan limbah. Perlakuan yang dilakukan antara lain
menetralisirnya menjadi larutan kimiawi yang netral ataupun di autoclave (disterilisasi
dengan uap panas bertekanan) terlebih dahulu sebelum diinsenerasi (dimusnahkan
dengan pemanasan) dengan incinerator.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 37 |
2.7 Kebisingan
2.7.1 Pengertian Nois/Kebisingan
Menurut McGraw-Hill Dictionary of Scientific and Technical Terms , noise
adalah sound which is unwanted (bunyi yang tidak dikehendaki). Kata ini
disepadankan dengan kata Indonesia kebisingan atau derau. Sebenarnya ini tidak
sepenuhnya tepat karena kedua kata tersebut menjelaskan keadaan bunyi yang
keras atau gemuruh. Sesungguhnya, gangguan yang ditimbulkan nois tidak harus
berupa bunyi yang keras. Bagi mereka yang sedang sakit gigi dan sangat
membutuhkan istirahat, bahkan bunyi tetesan air pun dapat menjadi gangguan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian nois/kebisingan
bersifat subjektif, sehingga batasan nois/kebisingan bagi orang yang satu bisa
saja berbeda dengan batasan nois/kebisingan bagi orang yang lain.

2.7.2 Karakteristik Kebisingan


Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, tiap individu memiliki
subjektifitas terhadap kebisingan. Toleransi manusia terhadap kebisingan
tergantung pada faktor akustikal dan non-akustikal (Sanders dan McCornick
dalam Christina, 2005). Faktor akustikal meliputi: tingkat kekerasan bunyi,
frekuensi bunyi, durasi munculnya bunyi, fluktuasi kekerasan bunyi, fliktuasi
frekuensi bunyi, dan waktu munculnya bunyi. Sedangkan faktor non-akustikal
meliputi: prngalaman terhadap kebisingan, kegiatan, perkiraan terhadap
kemungkinan munculnya kebisingan, manfaat objek yang menghasilkan
kebisingan, kepribadian, lingkungan dan keadaan. Semua faktor tersebut harus
diperhitungkan setiap kali mengukur tingkat kebisingan pada suatu tempat,
sehingga data yang dihasilkan menjadi sahih dan solusi yang diterapkan lebih
tepat.
Kebisingan dapat dikategorikan menjadi dua,yaitu: kebisingan tunggal dan
kebisingan majemuk. Kebisingan tunggal dihasilkan oleh sumber bunyi
berbentuk titik dan kebisingan majemuk dihasilkan oleh sumber berbentuk garis.
Tingkat gangguan kebisingan dapat diukur menggunakan skala berdasarkan apa
yang dirasakan manusia, seperti: merasakan adanya kebisingan,merasa terusik,
merasa terganggu, sampai merasa sangat terganggu atau tidak tahan.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 38 |
2.7.3 Reduksi Kebisingan Secara Alamiah
Tanpa harus melakukan perlakuan khusus, misalalnya dengan menempatkan
elemen-elemen buatan, sebenarnya fenomena alam yang terjadi disekitar kita
mampu mengurangi tingkat kebisingan. Meskipun nilai reduksi kebisingan
akibat kondisi di sekitar bangunan tidak terlampau signifikan, ada baiknya kita
mempelajari hal tersebut untuk selanjutnya berusaha mencapai nilai maksimal.
Tabel 6. Pintakat Peruntukan
Sumber : Peraturan MenKes No. 718/MenKes/Per/XI/87
Tingkat Kebisingan (dBA)
Pintakat Peruntukan
Maksimum di dalam Bangunan
Dianjurkan Diperbolehkan
A Laboratorium, rumah sakit, panti 35 45
perawatan
B Rumah, sekolah, tempat rekreas 45 55
C Kantor, pertokoan 50 60
D Industri, terminal, stasiun KA 60 70

Adapun faktor-faktor alami yang memungkinkan mereduksi kebisingan


adalah :
1. Jarak
Kita memahami bahwa dengan semakin jauhnya jarak telinga terhadap
sumber kebisingan maka semakin lemahlah bunyi yang diterima. Reduksi
kebisingan akibat jarak akan berbeda besarnya antara sumber kebisingan
tunggal atau majemuk. Penelitian menunjukkan bahwa pada sumber bunyi
tunggal, setiap kali jarak telinga dari sumber bertambah dua kali lipat dari
jarak semula, kekuatan bunyi akan turun sebesar 6 dB. Sedangkan pada
sumber bunyi majemuk, setiap kali jarak telinga dari sumber bertambah dua
kali lipat dari jarak semula, kekuatannya akan turun sebesar 3 dB
(BRE/CIRIA, 1983).
2. Serapan Udara
Udara di sekitar kita, yang menjadi medium perambatan gelombang
bunyi, sesungguhnya mampu menyerap sebagian kecil kekuatan gelombang
bunyi yang melewatinya. Kemampuan serapan udara tersebut bergantung
pada suhu dan kelembabannya. Serapan yang lebih besar akan terjadi pada
udara bersuhu rendah dibandingkan dengan udara bersuhu tinggi. Serapan
juga terjadi lebih baik pada udara dengan kelembaban relatif rendah,

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 39 |
dibandingkan pada udara dengan kelembaban relatif tinggi. Hal tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut : pada udara yang bersuhu rendah,
molekulnya lebih stabil dan rapat sehingga gesekan yang terjadi ketika ada
gelombang bunyi yang merambat menjadi lebih besar (dengan demikian
kekuatannya akan menurun). Bunyi merambat lebih cepat pada udara yang
bersuhu tinggi karena molekulnya lebih renggang (sehingga bunyi bisa
merambat dengan halangan minimal). Sementara itu pada udara yang
memiliki kelembaban relatif tinggi, titik-titik air yang terkandung di udara
akan mengurangi terjadinya gesekan saat ada gelombang bunyi yang
merambat, sehingga penurunan kekuatan gelombang bunyi juga tidak besar.
3. Angin
Pengaruh angin dalam mengurangi kekuatan bunyi adalah fenomena
yang belum dapat dipahami sepenuhnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
kecepatan dan arah angin. Pada kondisi angin bertiup dari sumber bunyi
menuju satu titik, maka titik tersebut akan menerima bunyi dengan lebih
cepat, dan dalam kekuatan yang cukup besar. Namun sebaliknya, bila angin
bertiup menuju arah yang berlawanan menjauhi titik maka titik tersebut
akan merima bunyi dengan kekuatan yang lemah.
4. Permukaan Tanah
Permukaan bumi yang masih dibiarkan sebagaimana adanya seperti
tertutup tanah atau rerumputan, adalah permukaan yang lunak. Apabila
bunyi merambat dari sumber ke suatu titik melalui permukaan lunak
semacam ini, permukaan tersebut akan cukup signifikan menyerap bunyi
yang merambat, sehingga bunyi yang diteriam titik tersebut akan melemah
kekuatannya. Adapun permukaan bumi yang keras seperti jalan yang
dilapisi aspal atau taman yang dilapisi pavingblock akan memberikan efek
sebaliknya. Hal ini terjadi karena permukaan keras tersebut tidak menyerap
gelombang bunyi merambat tetapi justru memantulkannya, sehingga bunyi
yang sampai ke suatu titik pada jarak tertentu dari sumber bunyi dapat
menjadi lebih kuat.
5. Halangan
Reduksi bunyi akibat adanya objek penghalang dapat dibedakan menjadi
dua yaitu halangan yang terjadi secara alamiah dan halangan buatan.
Halangan alamiah terjadi ketika di antara sumber bunyi dan suatu titik
berdiri penghalang yang tidak sengaja dibangun oleh manusia, seperti
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 40 |
kontur alam yang membentuk bukit dan lembah. Adapun penghalang yang
sengaja dibangun oleh manusia bisa berupa pagar, tembok, dan lain
sebagainya. Sebuah penghalang sesungguhnya baru akan efektif ketika
difungsikan untuk menahan bunyi berfrekuensi tinggi .

2.7.4 Menata Layout Bangunan


Ketika kebutuhan akan luasan bangunan masih dapat menyisakan lahan
terbuka yang luas, maka pemilihan layout bangunan tidak memberikan pengaruh
yang berarti. Sebab pada lahan yang luas, bangunan dapat dengan leluasa
diletakkan jauh di bagian belakang menjauhi sumber kebisingan. Penataan
layout sangat penting dilakukan pada bangunan dengan luas lahan terbatas. Pada
pemilihan layout bangunan untuk mengurangi kebisingan, langkah pertama
adalah mengelompokkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan, terpisah
dari ruang-ruang yang tidak terlalu membutuhkan ketenangan atau ruang-ruang
yang justru menghasilkan kebisingan.
Berdasarkan prinsip yang menyatakan bahwa kekuatan bunyi akan
berkurang seiring bertambahnya jarak, seyogyayalah kita memilih layout
bangunan yang memungkinkan penempatan ruang tenang pada jarak paling jauh
dan ruang yang tidak atau kurang tenang pada jarak yang lebih dekat dengan
kebisingan. Layout bangunan tunggal berbentuk ”L” atau ”U” akan
memungkinkan pengelompokan ruang semacam ini. Layout ”L” lebih cocok
pada bangunan domestik dengan luasan kecil seperti rumah tinggal biasa atau
sederhana, sedangkan layout ”U” cocok untuk bangunan publik yang luas seperti
kantor atau rumah sakit. Bangunan dengan layout ”U” perlu memperhatikan
detil tata massa, agar area di antara dua lengan ”U” tidak menjadi sumber
kebisingan, misalnya untuk tempat parkir. Bila hal ini terjadi, maka pada area
tersebut justru terjadi tingkat kebisingan yang tinggi akibat terpantulnya bunyi
oleh permukaan dinding yang saling berhadapan dari kedua lengan tersebut.
Untuk mengatasinya dapat dipilih layout menyerupai huruf ”V” agar pantulan
dibuang ke arah luar.

2.7.5 Penghalang Buatan


Penghalang buatan (sound barrier atau barrier) dapat pula menjadi pilihan
ketika pengurangan kebisingan melalui pemilihan layout bangunan tidak
memberikan reduksi maksimal. Agar dapat membangun barrier secara tepat,
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 41 |
beberapa faktor harus kiata perhatikan di antaranya peletaka atau posisi, dimensi
atau ukuran barrier, pemilihan material, dan estetika.
Pada permukaan bumi yang berkontur tajam, dalam kasus di mana
keberadaan bangunan lebih rendah dari jalan dan berada di balik bukit, di
manapun barrier diletakkan, akan tercapai hasil yang maksimal. Sedangkan pada
keadaan di mana lahan bangunan lebih tinggi dari jalan (setidaknya ada selisih 1
m), ketinggian barrier menjadi faktor yang lebih penting dibandingkan faktor
posisi. Sayangnya kondisi tanah berkontur semacam ini tidak banyak djumpai di
kota besar, sehingga posisi barrier menjadi amat penting. Pada situasi di mana
ketinggian permukaan jalan dan lahan bangunan hampir sama, peletakan barrier
sejauh mungkin dari bangunan akan memberikan hasil yang maksimal.

Gambar 1. Penempatan ruang dalam bangunan


Layout bangunan yang memungkinkan terbentuknya ruang-ruang (ruang B) yang jauh dari
kebisingan untuk ruang privat, sementara ruang A yang lebih dekat dengan kebisingan dapat
difungsikan sebagai ruang publik.

Gambar 2. Penggunaan barrier


Posisi barrier yang sedekat mungkin pada sumber atau pendengar akan memberikan efek reduksi
kebisingan maksimal, sebaliknya posisi barrier yang berada ditengah-tengah tidak akan berfungsi
efektif.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 42 |
Bila kondisi ini tidak dapat diterapkan akibat keterbatasan lahan, maka
diusahakan agar barrier dibangun sedekat mungkin ke dinding muka bangunan.
Untuk kondisi yang kedua kita memerlukan ketinggian barrier yang melebihi
ketinggian dinding bangunan agar kebisingan yang terdefraksi dari ujung atas
barrier tidak masuk ke dalam bangunan. Bila sekiranya diperlukan taman atau
ruang terbuka, peletakan elemen ini pada bagian belakang bangunan akan lebih
ideal. Penempatan taman pada bagian depan lahan sangat mungkin justru
menciptakan jarak yang sama antara barrier dengan sumber bising dan barrier
dengan bangunan. Pada penempatan semacam ini, meski ketinggiannya cukup
baik dan bahan yang dipakai bagus, kebisingan tetap akan masuk ke dalam
bangunan melalui defraki yang terjadi pada ujung atas barrier. Jarak sumber
kebisingan terhadap barrier diambil dari garis tengah lebar jalan di muka
bangunan.

2.8 Penghawaan Pada Bangunan


2.8.1. Pengudaraan /Penghawaan Alami
1. Orientasi bangunan diletakkan antara lintasan matahari dan angin. Letak
gedung yang paling menguntungkan apabila memilih arah dari timur ke
barat. Bukaan-bukaan menghadap Selatan dan Utara agar tidak terpapar
langsung sinar matahari.

Gambar 3. Orientasi bangunan terhadap matahahari


Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

2. Letak gedung tegak lurus terhadap arah angin.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 43 |
Gambar 4. Letak gedung terhadap arah angina
Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

3. Bangunan sebaiknya berbentuk persegi panjang, hal ini menguntungkan


dalam penerapan ventilasi silang.

Gambar 5. Cross ventilation


Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

4. Menghadirkan pohon peneduh di halaman yang dapat menurunkan suhu


Memiliki bukaan yang cukup untuk masuknya udara.

Gambar 6. Penggunaan vegetasi sebagai filter cahaya matahari


Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

5. Penempatan bukaan secara horizontal maupun vertikal.


6. Penempatan ruangan yang lebih besar ke arah aliran angina.
7. Hindari penempatan bukaan dengan jarak yang terlalu dekat, hal ini
menyebabkan perputaran angin telalu cepat.
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 44 |
8. Hindari penempatan bukaan yang benar-benar berseberangan, hal ini
menyebabkan angin yang masuk langsung keluar begitu saja.
9. Memperhatikan orientasi jendela terhadap matahari, misalnya ruang tidur
tidak boleh menghadap ke barat.
10. Memakai menara angin, yang berfungsi menangkap dan menghisap angin,
sehingga udara dapat terus bersirkulasi.
11. Memakai material alami yang lebih banyak menyerap panas, seperti
perlengkapan interior dari kayu, pagar dan dinding tanaman.

Gambar 7. Green Roof


Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

12. Plafon yang ditinggikan, agar udara dapat bergerak lebih bebas.
13. Memakai bentuk atap miring (pelana sederhana) yang dapat mengeliminasi
suhu di bawah ruang bawah atap.

Gambar 8. Atap pelana sederhana


Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

Beberapa cara untuk meningkatkan kualitas udara di dalam bangunan:


1. Penataan ruang yang tepat
2. Memakai bahan bangunan dan bahan perabot yang mengandung bahan
kimia sedikit
3. Memastikan tidak ada jamur pada elemen bangunan dan perabot akibat
kelembaban tinggi
4. Memperbanyak penanaman tumbuhan hijau
5. Membatasi merokok di dalam ruangan

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 45 |
6. Mamakai konsep secondary skin pada fasad untuk meredam panas matahari.
7. Menyediakan lahan terbuka di dalam bangunan
8. Menggunakan Insulator panas di bawah material atap
9. Meletakkan Kolam air pada lingkungan bangunan

2.8.2. Pengendalian Aliran Angin


Pengendalian aliran angin dan optimalisasi pemanfaatannya terhadap
bangunan:
1. Konfigurasi bentuk bangunan

Gambar 9. Konfigurasi ruang tipis


Konfigurasi ruang tipis memungkinkan pergerakan aliran udara yang lebih dinamis dan
konfiguras ruang tebal menghalangi pergerakan aliran udara
Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

2. Mengalirkan udara panas dari bawah ke atas

Gambar 10. Penempatan bukaan


Penempatan bukaan pada bagian bawah dinding di atas penutup lantai
Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 46 |
Gambar 11. Bukaan pada atap difungsikan sebagai pengalir panas
Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

3. Wind tunnel

Gambar 12. Konsep wind tunnel


Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

Konsep wind tunnel sebagai pengarah aliran udara lebih tepat digunakan
pada ruang-ruang terbuka. angin yang dialirkan ke area yang sempit dari
tempat terbuka yang luas memiliki kecepatan yang lebih tinggi dan tekanan
yang lebih besar sehingga hembusan angin diharapkan menjangkau ke
daerah yang lebih jauh.
4. Ventilasi silang

Gambar 13. Ventelasi silang


Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/
Penempatan bukaan pada sisi berseberangan : angina dapat menjangkau
seluruh ruang.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 47 |
Gambar 14. Bukaan pada sisi berhadapan
Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

Bukaan pada sisi berhadapan : aliran angina tidak merata dan


menciptakan zona panas di sebagian ruangan

Gambar 15. Bukaan lebih banyak pada satu sisi


Sumber : https://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/

Bukaan lebih banyak pada satu sisi di banding sisi lainya memungkinkan
aliran udara yang lebih besar.

2.9 High Tech Architecture


2.9.1. Pengertian Arsitektur Hi-tech
Hight tech merupakan buah pemikiran modern abad ke-20 yang
mempopulerkan pengunaan material industri. Wujudnya dipaparkan dalam buku
yang berjudul High Tech: The Industrial Style and Source Book for The Home
oleh Joan Kron pada tahun 1978. Dalam arsitektur sangat banyak digunakan
istilah high-tech untuk menginterpretasikan sebuah sistem teknologi yang
digunakan pada suatu bnagunan dan semakin populer digunakan pada awal 1970
untuk menggambarkan keberhasilan teknologi canggih yang dicapai pada saat
itu seperti yang terlihat pada arsitektur Pusat Georges Pompidou, Paris (1972-7)
karya Renzo piano dan Richard rogers yang memperlihatkan penggunaan
material-material kaca dan logam dengan mengekspose secara transparan bentuk
bentuk jaringan dalam bangunan serta berbagai fungsi-fungsi layanan seperti
eskalator,walkways dan ornament-ornamen diluar gedung.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 48 |
Gambar 16. Centre Georges Pompidou / Renzo Piano Building
Sumber : https://www.archdaily.com/

Arsitektur Hi-Tech Menurut Colin Davies, 1998 dalam bukunya High


Tech Architecture, pengertian Hi - Tech dalam arsitektur berbeda dengan high
tech dalam industri. Bila dalam industri high tech diartikan sebagai teknologi
canggih seperti elektronik, robot, computer, biji silikon , mobil sport dan
sejenisnya. Sedangkan dalam arsitektur high tech diartikan sebagai suatu aliran
arsitektur yang bermuara pada ide gerakan arsitektur modern yang membesar -
besarkan kesan struktur dan teknologi suatu bangunan. Karakteristik yang
menjadi referensi arsitektur high tech adalah bangunan yang terbuat dari
material sintetis seperti logam, kaca dan plastik. Menurut Charles Jenks dalam
buku High Tech Maniera, elemen servis dan struktur pada suatu bangunan high
tech hampir selalu diperlihatkan di eksterironya sebagai ornamen dan ukiran .
Bangunan high tech juga diperlihatkan dengan menggunakan kaca buram
maupun transparan, pemipaan yang saling tumpang tindih, tangga, escalator dan
lift juga warna - warna cerah yang bertujuan membedakan fungsi masing -
masing elemen struktur dan servis.

Gambar 17. elemen struktur yang diperlihatkan pada Bangunan Berarsitektur Hi-tech
Sumber : https://id.socialdesignmagazine.com/

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 49 |
Arsitektur hi-tech merupakan suatu “kejujuran“ yang menyatakan dengan
jelas fungsi elemen bangunannya misalnya yang tangga, lift, pemipaan, dan lain
sebagainya. Perkembangan lebih lanjut, arsitektur berteknologi tinggi bukan saja
tercermin dari struktur bagunan tetapi juga pada sistem utilitas bangunan
sehingga muncul istilah smart building dengan karakter Hi -tech Architecture.

Gambar 18. Pemakaian esklator yang terlihat secara jelas pada bangunan Pompindoe
center
Sumber : Sumber : Wikipedia.org/pompindoecenter/

Sebagai pelopor arsitektur Hi-tech, Norman Foster mampu menampilkan


bangunan – bangunan yang memiliki ciri tersendiri, seperti yang di cirikannya
mengenai arsitektur Hi-tech. antara lain yang menjadi ciri khasnya Norman
Foster yaitu : selalu mengekspos struktur dan konstruksi bangunannya.
Menampilkan bagian dalam bangunan yang mempunyai nilai sama pada bagian
luar bangunan. Bagian interior di ekspos, sehingga dapat dilihat dari luar.

Gambar 19. Reichtag Dome karya Norman Foster


Sumber : OpenBuilding.com/reichtagDome/

Mengeluarkan bagian dalam bangunan yang memang seharusnya berada


di dalam sebagai ornament atau sclupture. Dengan demikian dapat menunjukan
kepada orang awam bagaimana suatu proses penyelesaian konstruksi secara

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 50 |
logis, memahami terapan - terapan konstruksi, gaya - gaya bekerja, dan bahan
bangunan yang digunakan. Selain itu hampir semua desain - desainnya dilapisi
oleh unsur - unsur transparan pada dinding luarnya, pelapisan struktur dengan
warna abu - abu, pelapisan pipa - pipa saluran, tangga, eskaltor, elevator, dengan
warna perak dan metalik akan menghasilkan citra arsitektur hitech semakin kuat.

Gambar 20. Pemakaian unsur-unsur Hi-tech agar citra arsitektur Hi-tech semakin kuat
Sumber : www.telegrap.uk/reichtagdome/

Didalam arsitektur Hi-tech Banyak sekali unsur - unsur yang digunakan


dalam perancangannya. Unsur - unsur yang sering digunakan diantaranya unsur
warna, baja /besi, plastik, serta unsur kaca. Unsur - unsur tersebut dalam
bangunan Hi-tech biasanya digunakan baik pada interior ruangan, fasilitas
bangunan seperti lift, eskalator dan teknologi lainnya yang dipakai pada
bangunan tersebut, maupun pada eksterior (fasade) bangunan.
Jadi jika disimpulkan aristektur Hi-tech memiliki ciri Ekspresi yang jujur
dengan menampilkan/memperlihatkan bagian bangunan yang umumnya ditutup
-tutupi. Ornamen yang merupakan bagian yang penting dari suatu konstruksi
dalam bangunan. Penggunaan bahan-bahan bangunan yang mencerminkan
kemajuan teknologi. Ekspresi kekuatan struktur yang menggunakan struktur dari
rangka baja dan kabel, serta penggunaan material dari kaca dan bahan metal.

2.9.2. Karakteristik Arsitektur Hi-tech


Dalam tulisannya Charles Jenks mengenai arsitektur High-tech, “The
Battle of High-tech, Great Building with Great Fault”. Charles Jenks juga
menuliskan 6 karakteristik High-tech building, yang intinya sebagai berikut:
1. Inside Out

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 51 |
Bagian Interior yang diperlihatkan keluar dengan penggunaan material
penutup yang transparan, seperti kaca. Fungsi-fungsi yang umumnya
tertutup/ditutupi namun ditonjolkan keluar, seperti fungsi servis dan utilitas.

Gambar 21. Ciri inside out pada bangunan arsitektur Hi-tech


Sumber : http://www.solarworlds.co.uk/riechtag dome/

2. Celebration of process
Penekanan terhadap pemahaman mengenai konstruksinya sehingga
muncul suatu pemahaman dari seorang awam ataupun seorang ilmuwan.
Sebagai catatan yang ditulis oleh Charles Jenks mengenai Norman Foster,
yaitu ciri khas dari pekerjaan Norman Foster yang terkesan dapat
mengungkapkan sesuatu yang lebih daripada arsitek manapun dalam cara
penyelesaian dengan ide-ide cemerlangnya yang mengembangkan suatu
rancangan sesuai dengan zamannya sehingga kegunaan dan tampak dari
bangunan tersebut merupakan suatu mekanisme yang sempurna.

Gambar 22. Pengungkapan Struktur oleh Norman Foster pada bangunan Hearst
Tower
Sumber : Archidaily.com/HearstTower/

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 52 |
3. Transparan, Pelapisan dan Pergerakan
Ketiga kualitas keindahan ini hampir selalu ditonjolkan secara jelas tanpa
terkecuali, kegunaan yang lebih luas dari kaca yang transparan dan tembus
cahaya, pelapisan dari pipa-pipa saluran, tangga dan struktur, serta
penekanan pada escalator dan lift sebagai suatu unsur yang bergerak
merupakan karateristik dari bangunan Hi-tech.

Gambar 23. pengaplikasian tiga unsur arsitektur Hi-tech pada bangunan Reichtag
Dome
Sumber : Rh89.deviantart.com/reichtagdome/

4. Pewarnaan yang Cerah dan Merata


Hal ini ditujukan untuk memberikan perbedaan yang jelas mengenai jenis
struktur dan utilitas, juga untuk mempermudah para teknisi dalam
membedakannya dan memahami penggunaannya secara efektif. Pada karya
Richard Rogers yaitu bangunan Pampidou Center dan Inmos Factory
menggunakan warna-warna yang cerah.

Gambar 24. Pemakaian warna yang berbada untuk membdakan jenis sturktur dan
utilitas
Sumber : another29.exblog.jp/pompindoecenter/

5. A Light Weight Filigree of Tensile Members

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 53 |
Baja-baja tipis penopang merupakan kolom Doric dari bangunan Hi-tech,
sekelompok kabel - kabel baja penopang dapat membuat mereka lebih
ekspresif dalam pemikiran mengenai penyaluran gaya - gaya pada struktur.

Gambar 25. Pemakaian kolom baja sebagai struktur utama bangunan Shanghai and
Hongkong Bank
Sumber : www.panamario.com/hongkongbank

6. Optimistic Confidence in A Scientific Cultural


Bangunan Hi-tech dapat mewakili kebudayaan /peradaban masa depan
yang serba scientific, sehingga pada saat itu tetap bisa dipakai dan tidak
ketinggalan zaman. Hasilnya lebih mendalam pada suatu metode kerja,
perlakuan pada material, warna-warna dan pendapatan, dibandingkan
dengan prinsip-prinsip komposisi.
Selain 6 karakterisitik yang dikemukakan oleh Charles jenks, ada
beberapa karakteristik lain yang menjadi karakter dari arsitetur Hi-tech yaitu :
A. Fleksibilitas Ruang
Merupakan kemempuan ruang untuk dapat beradaptasi terhadap
perubahan, baik secara preseptual maupun fisikal dengan atau tanpa
perubahab fisik dalam bangunan, tetap, tanpa merubah bentuk luar
bangunan. Penyediaan ruang-ruang service internal, tanpa ada suatu
enclosure (ketertutupan) di dalamnya. Ruang tidak hanya mempunyai fungsi
yang tunggal tetapi juga mampu sebagai raung multifungsi. Ketika fungsi
berganti, konfigurasi ruang harus dapat merespon dengan baik. Fleksibilitas
ruang diukur dan penempatan dan pengalihan partisi. Partisi di sini dapat
berarti sebagai elemen permanent, seperti dinding, atap, atau rangka
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 54 |
struktur. Penggunaan bentuk yang tidak lengkap dan open ended (akhiran
terbuka), sehingga lantai dan elemen struktur lainnya dapat ditambah atau
dikurangi tanpa merusak komposisi utama.

B. Strategi Praktis Komponen Pasang Rakit (Plug In Pod)

Gambar 26. Bangunan Plug in Pod


Sumber : Terrapinggrup.co.uk/pluginpod

Penggunaan komponen plug in, merupakan produk fabrikasi, kemudian


dipasang dan dirakit pada bangunan seperti modul toilet, bahkan modul
rangka struktur. Hal tersebut dimungkinkan karena kemajuan teknologi dan
tuntutan kepraktisan dalam pembuatan bangunan. Komponen plug in pod
dapat dilepas dan dipindah, diganti dengan plug in pod yang baru.

Gambar 27. pemakaian modul rangka struktur tefabikasi pada bangunan


Sumber : alubond.com/rangka struktur/

C. Structural Expression
Ekspresi bangunan dicapai melalui eksplorasi teknologi dan pemilihan
bentuk struktur dan metrial seperti baja, pipa, kaca sebagai unsure utama
bangunan dalam era struktur modern yang menunjukkan ikatan arsitektur
dengan teknologi tinggi yang ada sekaligus memiliki fungsi sebagai respon
terhadap lingkungan.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 55 |
Gambar 28. Struktural expression yang di tunjukan pada salah satu karya norman
foster
Sumber : fosterandpatners.com/imagehearsttower/

2.10 Kesimpulan Tinjauan Pustaka


Dari tinjauan pustaka yang telah dibahas diatas maka dapat disimpulkan
variabel dan kriteria pada tabel dibawah ini sebagai berikut:
Tabel 7. Aspek, Variabel dan Kreteria Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Sumber : Ispanudin, ispanudin 2022
Aspek Variabel Kreteria
Pusat Penelitian Fasilitas Ruang Pengelola
Bioteknologi Pangan  Area Parkir
 Lobby
 Ruang Tunggu
 Ruang Administrari
 Ruang Pimpinan
 Ruang Sekretaris
 Ruang Meeting
 Office
 Loker
 Pantry /Dapur
 WC /Toilet
Pengguna
 Ruang Dosen
 Ruang Rapat Dosen
 Ruang Kelas

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 56 |
 Ruang Konsultasi
 Lab. Kultur Jaringan
 Lab. Rekayasa Genetika
 Lab. Mikrobiologi
 Lab. Teknologi Pangan
 Ruang Penyimpanan
 Green house
 Ruang Arsip
 Auditorium
 Perpustakaan
 Area Olahraga
 Ruang Ibadah
 Ruang Ganti
 Kantin
 WC /Toilet
Servis
 Ruang Satpam
 Ruang Kesehatan /klinik
 Ruang Panel
 Gudang
 Ruang Kebersihan
 Smoke Area
 Ruang Pengolahan Limbah
 Tempat Pembuangan Sampah
 WC /Toilet
Bebas Kebisingan  Mengatur jarak bangunan terhadap
sumber kebisingan.
 Reduksi bunyi akibat adanya objek
penghalang alami ataupun buatan.
 Penggunaan material yaitu pemakaian
bahan yang berat, tebal dan masif
(tanpa cacat serta homogen) yang
dipasang secara rigid, kokoh dan
permanen.
Mendukung Keselamat Penggunaan material pada bangunan yang
bagi Penggunanya tahan terhadap panas dan tidak mudah

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 57 |
terbakar serta material lantai yang tidak
licin.
High Tech Inside-out Bagian Interior yang diperlihatkan keluar
Architecture dengan penggunaan material penutup
yang transparan, seperti kaca. Fungsi-
fungsi yang umumnya tertutup/ditutupi
namun ditonjolkan keluar, seperti fungsi
servis dan utilitas.
Celebration of process Penekanan terhadap pemahaman
mengenai konstruksinya sehingga muncul
suatu pemahaman dari seorang awam
ataupun seorang ilmuwan.
Transparan, Pelapisan kegunaan yang lebih luas dari kaca yang
dan Pergerakan transparan dan tembus cahaya, pelapisan
dari pipa-pipa saluran, tangga dan
struktur, serta penekanan pada escalator
dan lift sebagai suatu unsur yang
bergerak.
Pewarnaan yang Cerah Hal ini ditujukan untuk memberikan
dan Merata perbedaan yang jelas mengenai jenis
struktur dan utilitas, juga untuk
mempermudah para teknisi dalam
membedakannya dan memahami
penggunaannya secara efektif
Optimistic Confidence Bangunan Hi-tech dapat mewakili
in A Scientific Cultural kebudayaan/peradaban masa depan yang
serba scientific, sehingga pada saat itu
tetap bisa dipakai dan tidak ketinggalan
zaman.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 58 |
BAB III
STUDI PRESEDEN

3.1. Studi Preseden


3.1.1 Balitkabi
Balitkabi memiliki 10 laboratorium yang didukung oleh tenaga laboran yang
handal, tiga laboratorium diantaranya telah terakreditasi KAN ( Lab. Tanah dan
Tanaman, Lab. Kimia dan Teknologi Pangan, dan Lab. Uji Mutu Benih ).
Jaminan mutu dan pengakuan akreditasi / sertifikasi hanya dapat dicapai apabila
laboratorium dapat menerapkan Good Laboratory Practices (GLP) dan Quality
Management System (QMS) dalam melaksanakan semua kegiatannya. GLP dan
QMS tersebut dapat dilaksanakan melalui implementasi sistem akreditasi /
sertifikasi dengan dasar acuan SNI ISO/IEC 17025:2017 (GLP) dan ISO 9001:
2015 (QMS).
Tabel 8. Fasilitas Laboraturium Baliktabi
Sumber : balitkabi.litbang.pertanian.go.id
No Laboratorium Keterangan
1 Laboratorium
Terpadu

Gambar 29. Bangunan Laboratorium Terpadu Balitkabi


Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
Laboratorium Terpadu merupakan laboratorium
badan litbang kementrian pertanian yang
ditempatkan di Balitkabi. Laboratorium Terpadu
dilengkapi dengan alat berteknologi tinggi
diantaranya UHPLC (Ultra High Performance
Liquid Chromatography) complete system, GCMS
(Gas Chromatography Mass
Spectrometry) complete system, water
purification, centifuge, analytical balance 5
digits, ultrasonic cleaner dan micropipet set of five.

Gambar 30. UHPLC Complete System (kiri) – GCMS


Complete System (kanan)
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 59 |
2 Laboratorium
Tanah dan
Tanaman
(Terakreditasi)

Gambar 31. Tomic Absorption Spectroscopy (AAS) (kiri) –


Centrifuge (kanan)
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id
Laboratorium Tanah dan Tanaman Balitkabi telah
terakreditasi KAN (LP-518-IDN) sejak 25 Mei
2011. Laboratorium ini memberikan layanan jasa
analisis baik untuk internal maupun masyarakat
umum. Layanan jasa analisis yang termasuk ruang
lingkup akreditasi, yaitu: analisis kadar air tanah,
pH H2O dan pH KCl, N Total Kjehdal, P tersedia
(Olsen/Bray), dan P dan K-potensial (HCl 25%).
Selain itu, Laboratorium Tanah dan Tanaman juga
memberikan layanan jasa analisis di luar lingkup
akreditasi, yaitu analisis jaringan tanaman, analisis
Al-dd/H-dd, analisis pupuk organik, analisis pupuk
anorganik dan analisis air.
3 Laboratorium
Kimia dan
Teknologi
Pangan
(Terakreditasi)

Gambar 32. Soxtex system (kiri), Destilasi (kanan)


Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
Laboratorium Kimia dan Teknologi Pangan
Balitkabi utamanya ditujukan untuk mendukung
pelepasan varietas aneka kacang dan umbi.
Laboratorium Kimia Pangan telah terakreditasi
KAN (LP-518-IDN) sejak 25 Mei 2011. Layanan
jasa di laboratorium yang termasuk ruang lingkup
akreditasi adalah analisis kadar air, kadar abu, kadar
lemak, dan kadar protein. Layanan jasa di luar
lingkup akreditasi adalah analisis serat, pH,
viskositas, total asam, gula reduksi, pati, amilosa
dan HCN. Selain itu, juga melakukan kegiatan
pengolahan calon varietas dan varietas unggul aneka
kacang dan umbi untuk menjadi berbagai produk
pangan yang sesuai untuk promosi/sosialisasi dalam
rangka mempercepat adopsi oleh petani dan
pemanfaatan oleh industri pangan.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 60 |
Gambar 33. Oven (kiri), Muffle Furnace (kanan)
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
4 Laboratorium Uji Laboratorium Uji Mutu Benih telah terakreditasi
Mutu Benih KAN (LP-518-IDN) sejak 25 Mei 2011.
(Terakreditasi) Laboratorium ini memberikan layanan jasa analisis
kadar air, kemurnian benih, dan daya berkecambah
untuk komoditas kedelai, kacang tanah dan kacang
hijau berdasarkan metode ISTA (International Seed
Testing Association).

Gambar 34. Seed germinator (kiri) – Pengukuran kadar air


(kanan)
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
5 Laboratorium
Plasma Nutfah
dan Pemuliaan

Gambar 35. Koleksi plasma nutfah kacang hijau (kiri) –


koleksi plasma nutfah kedelai (kanan)
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
Laboratorium pemuliaan dan plasma nutfah
merupakan laboratorium utama yang menunjang
kegiatan pemuliaan dan plasma nutfah aneka kacang
dan umbi. Untuk mendukung penelitian pemuliaan
ke arah molekuler, saat ini sedang dipersiapkan
laboratorium biologi molekular. Laboratorium
pemuliaan dan plasma nutfah memiliki fasilitas
empat cold storage dan dua ruangan berpendingin
khusus untuk menyimpan koleksi plasma nutfah
aneka kacang serta untuk menyimpan materi genetik
pemulia.

Gambar 36. PCR (kiri) – Gel Doc Imager (kanan)

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 61 |
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
6 Laboratorium Laboratorium mikrobiologi tanah banyak
Mikrobiologi melakukan penelitian yang menunjang teknologi
Tanah budidaya tanaman aneka kacang dan umbi. Kegiatan
penelitian terutama dilakukan pada bakteri-bakteri
yang menguntungkan tanah seperti bakteri pelarut P
dan bakteri penambat N, membuat inokulan bakteri
rhizobium dan pelarut P untuk tanaman aneka
kacang. Bakteri menguntungkan tanah yang telah
dihasilkan antara lain: inokulan bakteri penambat N
(rhizobium) dan inokulan bakteri pelarut P
(Pseudomonas sp, Basilus sp).

Gambar 37. Horizontal shaker (kiri) -Electrical conductifity


(EC/Ph) meter dan haemacytometer (kanan)
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
7 Laboratorium Laboratorium entomologi merupakan laboratorium
Entomologi yang menunjang seluruh kegiatan proteksi tanaman
terhadap hama aneka kacang dan umbi. Kegiatan
utama di laboratorium entomologi antara lain
rearing hama utama aneka kacang dan umbi,
pembuatan pestisida nabati dan agen hayati.

Gambar 38. Rearing hama (kiri) – koleksi isolat dan virus


(kanan)
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
Kegiatan rearing dilakukan terutama pada hama
utama kedelai (Spodoptera litura, Riptortus linearis,
Nezara viridula), hama kacang hijau (Maruca
testulalis), hama ubijalar (cylas, penggulung daun,
dan ulat keket), hama ubi kayu (tungau merah
Tetranicus urticae). Pembuatan pestisida nabati
dilakukan dengan bahan dasar dari daun dan biji
mimba, minyak cengkeh, biji mahoni, daun sirsak,
biji dan daun srikaya.
Pembuatan agen hayati seperti Spodoptera litura
Polyhidrosis virus (SlNPV) JTM97c yang dapat
digunakan sebagai agens hayati ulat grayak, dan
dapat juga mematikan ulat penggulung daun, ulat
jengkal dan hama penggerek polong. Agen hayati
NPV bisa digunakan ke hama tanaman lain ordo
Lepidoptera seperti hama kubis. Agen hayati

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 62 |
cendawan entomopatogen L. lecanii Zimm (Bio-
Lec) yang berpotensi mengendalikan hama pengisap
polong kedelai R. linearis.
8 Laboratorium
Mikologi

Gambar 39. Identifikasi cendawan di daun dengan


mikroskop stereo (kiri) – Inokulasi cendawan di Laminair
Flow (kanan)
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
Laboratorium mikologi merupakan laboratorium
yang menunjang kegiatan penelitian penyakit aneka
kacang dan umbi, terutama yang disebabkan oleh
cendawan. Laboratorium ini memiliki peralatan
antara lain mikroskop stereo, mikroskop binokuler,
laminair air flow, dan lain sebagainya. Laboratorium
mikologi melaksanakan penelitian penyakit layu
terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia dan
S.rolfsii pada tanaman kedelai, kacang hijau, dan
kacang tanah, penyakit bercak daun (Cercospora)
pada tanaman kedelai, kacang hijau, kacang tanah
dan ubi jalar, penyakit karat pada kedelai dan
kacang tanah, serta penyakit kudis pada ubijalar.
9 Laboratorium Laboratorium bakteriologi menunjang kegiatan
Bakteriologi penelitian organisme penggangu tanaman yang
disebabkan bakteri. Kegiatan di laboratorium
bakteriologi diantaranya adalah penelitian bakteri
yang menginfeksi tanaman kedelai (penyakit
pustul), menginfeksi tanaman kacang tanah
(Ralstonia solanacearum), menginfeksi ubikayu
(Xanthomonas campestris pv. Manihotis), penyakit
CBB. Selain meneliti bakteri yang menginfeksi
tanaman, juga melakukan penelitian terhadap
bakteri yang berguna sebagai agen pengendali
hayati, misalnya bakteri Pseudomonas fluorescens
(Pf) yang dapat digunakan untuk mengendalikan
penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah
dari jenis jamur Rhizoctonia, S.rolfsii, Fusarium,
Aspergillus, dan lain-lain.

Gambar 40. Proses isolasi bakteri (kiri) – proses


pengocokan bakteri (kanan)
Sumber: https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/
10 Laboratorium Laboratorium Mekanisasi Pertanian Balitkabi
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 63 |
Mekanisasi (LMP-Balitkabi) merupakan salah satu laboratorium
Pertanian yang mendukung kegiatan penelitian mekanisasi
pertanian komoditas aneka kacang dan umbi, dalam
perspektif pengembangan Sistem Pertanian
Bioindustri berbasis Tanaman Pangan. LMP-
Balitkabi memiliki sarana: (1) Laboratorium Sistem
Dinamik (LSD), (2) Laboratorium Sifaf Fisik dan
Panas (LSFP), dan (3) Bengkel Rekayasa Alsintan
yang tepat guna (BRAT). Dari tiga sarana tersebut
LSD dan LSFP relatif baru dikembangkan sejalan
dengan semakin kompleknya sistem produksi
pangan nasional yang perlu penelitian dengan
pendekatan sistem (System approach). LSD dapat
dijadikan wahana sinergis yang efektif bagi para
peneliti dalam melakukan penelitian yang
membutuhkan pendekatan dari multi-disiplin ilmu.
LSFP merupakan sarana pengukuran sifat fisik dan
panas komoditi aneka kacang dan umbi, yang sangat
berguna dalam proses rekayasa alsintan dan
optimasi kinerja alsintan. Sementara itu, BRAT
merupakan sarana untuk rekayasa /modifikasi
Alsintan yang tepat guna dalam optimasi dan
pengembangan Sistem Penjualan Jasa Alsintan
(SIPUJA) dan optimasi kinerja Alsintan Pascapanen
benih kedelai. Beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan di LMP-Balitkabi telah berhasil
mendapatkan paten sederhana: Alat pemipil jagung,
Mesin Pemipil Jagung, Pengering Cepat Kacang
Tanah, Pengering Cepat Kedelai Brangkasan, dan
Grader Benih Kedelai Tipe Saringan Getar Lubang
Lonjong.

3.1.2 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi Pemuliaan


Tanaman Hutan
1. Informasi Singkat BBPBPTH Yogyakarta

Gambar 41. Tampak Depan BBPBPTH


Sumber : http://lib.unnes.ac.id

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 64 |
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Jogjakarta adalah salah satu dari dua Balai Besar Litbang Kehutanan,
Departemen Kehutanan yang terbentuk berdasarkan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor: P.38/ Menhut-II/2006 tanggal 2 Juni 2006. Dalam
lingkup BBPBPTH ini terdapat tiga Kelompok Peneliti (Kelti), yaitu Kelti
Pemuliaan Tanaman Hutan, Kelti Konservasi Genetik Tanaman Hutan dan
Kelti Bioteknologi Tanaman Hutan. Sesuai dengan materi PKL yaitu
tentang kultur jaringan tanaman, maka seluruh kegiatan dilaksanakan di
laboratorium kultur jaringan yang berlokasi di Kaliurang. Laboratorium
kultur jaringan merupakan bagian dari Kelti Bioteknologi Tanaman Hutan.
Di laboratorium ini juga sedang dilakukannya riset dan pengembangan
terhadap berbagai tanaman kayu atau tanaman hutan khususnya tanaman
hutan yang berada di Indonesia seperti Cendana, Suren, Ulin, Eucalyptus,
Acasia Mangium, Kayu putih, Araukaria, Pulai, Sukun, Jati dll. Namun
sekarang di laboratorium kultur jaringan BBPBPTH Jogjakarta ini, telah
melakukan penelitian awal tentang kultur jaringan tanaman sengon dan
bambu. Dalam praktek kerja lapang yang akan dilaksanakan, cakupan
kegiatannya adalah tentang kultur jaringan tanaman sengon (Paraserianthes
falcataria). Mulai dari tahap penyiapan sember eksplan, inisiasi, subkultur,
dan aklimatisasi.

2. Ruang Lingkup Balai Besar Penelitian dan Pengembangan


Bioteknologi Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta

Gambar 42. Laboratorium BBPBPTH Yogyakarta


Sumber : http://lib.unnes.ac.id

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 65 |
Ruang lingkup pelayanan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pemuliaan Tanaman Hutan Jogjakarta adalah antara lain berupa:
Laboratorium Sifat Fisika dan Kimia Kayu
Laboratorium Kultur Jaringan
Laboratorium Benih
Laboratorium Hama dan Penyakit
Laboratorium Genetika Molekuler
Hutan Penelitian
Area Benih Pertanaman
Perpustakaan
Kantor Kepegawaian
Greenhouse
Gedung Arsip
Gedung Serbaguna
Taman
Mushola
3. Jenis Kegiatan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta
Tugas Pokok yang dilakasanakan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPPBPTH)
Yogyakarta adalah melaksanakan penelitian di bidang bioteknologi,
pemuliaan dan pengembangan tanaman hutan berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala Badan Litbang dan Inovasi. Pelaksanaan kegiatan
yang berkaitan dengan kegiatan penelitian tetap dilanjutkan berdasarkan visi
dan misi yang telah ditetapkan dalam Renstra tahun 2010-2016, sedangkan
untuk kegiatan non penelitian melakukan kegiatan yang menyangkut kinerja
BBPPBPTH terdiri dari penyelenggaraan program anggaran, kerjasama
penelitian, pelayanan teknis kepada pengguna dan pemangku kepentingan,
serta kegiatan evaluasi dan pelaporan.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, BBPPBPTH
menyelenggarakan fungsi:
Pelaksanaan kerjasama penelitian dibidang bioteknologi dan
pemuliaan tanaman hutan,
Pelaksanaan penelitian dibidang bioteknologi dan pemuliaan tanaman
hutan,
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 66 |
Pemberian pelayanan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) hasil-hasil penelitian serta layanan penelitian dibidang
bioteknologi dan pemuliaan tanaman hutan,
Pelaksanaan pengelolaan sarana prasarana penelitian di bidang
bioteknologi dan pemuliaan tanaman hutan, pelaksanaan pengelolaan
kawasan hutan dengan tujuan khusus,
Pelaksanaan Evaluasi dan Pelaporan, serta pelaksanaan urusan tata
usaha dan rumah tangga Balai Besar.

4. Dokumentasi BBPBPTH Yogyakarta

Gambar 43. Bagian Entrance Depan BBPBPTH Yogyakarta


Sumber : http://lib.unnes.ac.id

Gambar 44. Lobby Depan BBPBPTH Yogyakarta


Sumber : http://lib.unnes.ac.id

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 67 |
Gambar 45. Ruang Tunggu BBPBPTH Yogyakarta
Sumber : http://lib.unnes.ac.id

Gambar 46. Gedung Serbaguna BBPBPTH Yogyakarta


Sumber : http://lib.unnes.ac.id

Gambar 47. Ruang Rapat Bersama BBPBPTH Yogyakarta


Sumber : http://lib.unnes.ac.id

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 68 |
Gambar 48. Green House BBPBPTH Yogyakarta
Sumber : http://lib.unnes.ac.id

Gambar 49. Rumah Kaca BBPBPTH Yogyakarta


Sumber : http://lib.unnes.ac.id

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 69 |
3.2 Kesimpulan Studi Preseden
Tabel 9. Kesimpulan Studi Preseden Sebagai Gagasan Perancangan
Sumber : Ispanudin, ispanudin 2022
Gagasan
Aspek Balitkabi BBPBPTH
Perancangan
Jl. Palagan Tentara
Lokasi berada
Jl. Raya Kendal Payak Pelajar KM 15
didaerah kampus
Lokasi Kotak Pos 66 Malang Purwobinangun,
Universitas Palangka
65101 Pakem, Sleman,
Raya
Yagyakarta
Laboratorium Terpadu
Laboratorium Sifat
Laboratorium Tanah
Fisika dan Kimia Kayu
dan Tanaman
Laboratorium Kultur
(Terakreditasi)
Jaringan
Laboratorium Kimia
Laboratorium Benih
dan Teknologi Pangan
Laboratorium Hama
(Terakreditasi
dan Penyakit
Laboratorium Uji Mutu
Laboratorium Genetika
Benih (Terakreditasi) Meninjau dari
Molekuler
Fasilitas Laboratorium Plasma kesimpulan tinjauan
Hutan Penelitian
Ruang Nutfah dan Pemuliaan pustaka dan studi
Area Benih
Laboratorium preseden
Pertanaman
Mikrobiologi Tanah
Perpustakaan
Laboratorium
Kantor Kepegawaian
Entomologi
Greenhouse
Laboratorium Mikologi
Gedung Arsip
Laboratorium
Gedung Serbaguna
Bakteriologi
Taman
Laboratorium
Mushola
Mekanisasi Pertanian
Material bangunan
Material bangunan
didominasi beton dan
beton dan penggunaan
Material, penggunaan bidang Meninjau dari
bidang transparan
warnan transparan kesimpulan tinjauan
dan Waran bangunan cerah pustaka dan studi
Warna bangunan gelap
tekstur kombinasi warna putih preseden
dan terang
dan merah
Tektus kasar dan halus Tektus kasar dan halus
Tata Meninjau dari
Bangunan Bertingkat
letak Terdiri dari beberapa kesimpulan tinjauan
dan pemisahan antar
Ruang bangunan pustaka dan studi
fasilitas ruang lab.
preseden

3.3 Rencana Loksi


T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 70 |
Lokasi berada didaerah kampus Universitas Palangka Raya. Berdasarkan
upaya dalam rangka membangun kampus modern yang berorientasi pada Revolusi
Industri 4.0. Dari total 450 ha tanah di kampus UPR yang sudah bersertifikat hanya
sekitar 100 hektar saja yang telah digunakan untuk infrastuktur kampus seperti gedung,
jalan, lapangan dan lain sebagainya, sehingga kampus UPR merupakan wilayah yang
sangat strategis berada dalam satu hamparan dengan akses luar biasa. Saat ini UPR
sedang menyusun Master Plan yang Bertemakan Kampus Kebun Raya atau Botanical
Garden Campus, sebuah konsep kampus masa depan yang mengakomodir kebutuhan
generasi milineal dan revolusi industri digital 4.0. Selain itu, secara simultan UPR
sedang membangun sebuah gedung modern sebagai pusat pengembangan IPTEK dan
Inovasi Gambut. Disamping itu menyusun Detail Engineering Design (DED) Network
jalan dan drainase kampus, serta DED Embung yang berupa pembuatan danau buatan
seluas 16 hektar di dalam kampus UPR.

Gambar 50. Maps dan Denah Kampus UPR


Sumber : Facebook UPR

3.3.1 Gambaran Umum Universitas Palangka Raya


Universitas Palangka Raya memiliki posisi strategis karena berdiri di
Palangka Raya yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Tengah dengan
luas satu setengah kali pulau Jawa. Sebagai Universitas Negeri terbesar di
Kalimantan Tengah, Universitas Palangka Raya memiliki peluang yang sangat
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 71 |
besar dalam mencetak SDM berkualitas, guna mendorong percepatan
pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah khususnya dan pembangunan
nasional pada umumnya. Luas total lahan Universitas Palangka Raya 450 Ha
yang sudah bersertifikat hanya sekitar 100 hektar saja yang telah digunakan
untuk infrastuktur kampus seperti gedung, jalan, lapangan dan lain sebagainya.

3.3.2 Iklim dan Cuaca Rata-Rata Sepanjang Tahun di Kota Palangka Raya
Di Kota Palangka Raya, musim panas biasanya pendek dan panas; musim
dingin biasanya pendek dan hangat; dan umumnya menyengat, hujan, dan
mendung sepanjang tahun. Sepanjang tahun, suhu biasanya bervariasi dari 23°C
hingga 32°C dan jarang di bawah 22°C atau di atas 34°C. Berdasarkan skor
pantai/kolam, waktu terbaik dalam setahun untuk mengunjungi Kota Palangka
Raya untuk kegiatan musim panas adalah dari mid Juni hingga late September.

Gambar 51. Grafik Cuaca Kota Palangka Raya bulanan


Sumber : https://id.weatherspark.com/

3.3.3 Suhu Rata-Rata di Kota Palangka Raya


Musim panas berlangsung selama 2,2 bulan, dari 20 Agustus sampai 27
Oktober, dengan suhu tertinggi harian rata-rata di atas 32°C. Bulan terpanas
dalam setahun di Kota Palangka Raya adalah Mei, dengan rata-rata suhu
terendah 32°C dan tertinggi 25°C. Musim dingin berlangsung selama 2,1 bulan,
dari 15 Desember sampai 18 Februari, dengan suhu tertinggi harian rata-rata di
bawah 31°C. Bulan terdingin dalam setahun di Kota Palangka Raya adalah Juli,
dengan rata-rata terendah 23°C dan tertinggi 31°C.

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 72 |
Gambar 52. Rata-rata Suhu Tertinggi dan Terdingin inKota Palangka Raya
Sumber : https://id.weatherspark.com/
Suhu rata-rata harian tertinggi (garis merah) dan terdingin (garis biru), dengan pita persentil ke-
25 hingga ke-75 dan ke-10 hingga ke-90. Garis putus-putus tipis adalah suhu rata-rata yang
dirasakan.

3.3.4 Curah Hujan


Untuk menunjukkan variasi dalam bulan-bulan dan bukan hanya total
bulanan, kami menunjukkan curah hujan yang terakumulasi selama periode 31-
hari bergeser yang berpusat di sekitar setiap hari dalam setahun. Kota Palangka
Raya mengalami variasi musiman ekstrim dalam curah hujan bulanan. Curah
hujan sepanjang tahun in Kota Palangka Raya. Bulan dengan curah hujan
terbanyak di Kota Palangka Raya adalah Desember, dengan rata-rata curah hujan
289 milimeter. Bulan dengan curah hujan paling sedikit di Kota Palangka Raya
adalah Agustus, dengan curah hujan rata-rata 70 milimeter.

Gambar 53. Grafik Rata-rata Curah Hujan Bulanan di Kota Palangka Raya
Curah hujan rata-rata (garis padat) terakumulasi selama periode geser 31 hari yang berpusat
pada hari tersebut, dengan pita persentil ke-25 hingga ke-75 dan ke-10 hingga ke-90. Garis
putus-putus tipis adalah curah salju rata-rata yang sesuai.
Sumber : https://id.weatherspark.com/

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 73 |
BAB IV
ANALISA DAN PROGRAM

4.1. Analisa Program Tapak


2.4.1. Inventaris Tapak

Gambar 54. Inventaris Tapak


Sumber : Analisa Pribadi 2022
2.4.2. Analisa Tapak

Gambar 55. Analisa Sirkulasi dan Analisa Matahari


Sumber : Analisa Pribadi 2022
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 74 |
Gambar 56. Analisa Angin dan Hujan
Sumber : Analisa Pribadi 2022

Gambar 57. Analisa Kebisingan dan Analisa View


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 75 |
2.4.3. Zoning Tapak

Gambar 58. Zoning Makro dan Mikro


Sumber : Analisa Pribadi 2022

2.4.4. Blok Plan

Gambar 59. Blok Plan


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 76 |
4.2. Program Ruang
4.2.1 Diagram Aktivitas

Gambar 60. Diagram Aktivitas


Sumber : Analisa Pribadi 2022

4.2.2 Kebutuhan Ruang

Gambar 61. Kebutuan Ruang


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 77 |
4.2.3 Persyaratan Ruang

Gambar 62. Persyaratan Ruang


Sumber : Analisa Pribadi 2022

4.2.4 Hubungan Ruang

Gambar 63. Hubungan Ruang


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 78 |
4.2.5 Organisasi Ruang

Gambar 64. Organisasi Ruang


Sumber : Analisa Pribadi 2022

4.2.6 Besaran Ruang

Gambar 65. Besaran Ruang


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 79 |
4.2.7 Pra Denah

Gambar 66. Pra Denah


Sumber : Analisa Pribadi 2022

4.3. Ide Bentuk

Gambar 67. Ide Bentuk


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 80 |
4.4. Ide Struktur

Gambar 68. Ide Struktur


Sumber : Analisa Pribadi 2022

4.5. Skematik Tapak


4.6.1. Konsep Tapak

Gambar 69. Konsep Tapak


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 81 |
4.6.2. Rincian Skematik per Zona

Gambar 70. Rincian Skematik per Zona

Sumber : Analisa Pribadi 2022

Gambar 71. Area Olaraga dan Area Taman Area Parkir

Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 82 |
4.6.3. Sintesa Tapak

Gambar 72. Sintesa Tapak

Sumber : Analisa Pribadi 2022

4.6. Skematik Bangunan


4.6.1. Konsep Bangunan

Gambar 73. Konsep Bangunan


Sumber : Analisa Pribadi 2022
4.6.2. Konsep Struktur
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 83 |
Gambar 74. Konsep Struktur
Sumber : Analisa Pribadi 2022
4.6.3. Proses Pra Denah, Pra Bentuk, & Pra Struktur

Gambar 75. Proses pra Denah, pra Bentuk & pra Struktur
Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 84 |
4.6.4. Sistem dan Skematik Utilitas

Gambar 76. Sistem dan Skematik Utilitas


Sumber : Analisa Pribadi 2022

4.6.5. Sintesa Skematik Bangunan

Gambar 77. Sintesa Skematik Bangunan


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 85 |
4.7. Skematik Bangunan

Gambar 78. Skematik Suasana Ruang Laboraturium


Sumber : Analisa Pribadi 2022

4.8. Konsep Detail Tapak


2.8.1. Konsep Penyelesaian Tapak

Gambar 79. Konsep Penyelesaian Tapak


Sumber : Analisa Pribadi 2022

2.8.2. Elemen Tapak


T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 86 |
Gambar 80. Gerbang Masuk – Keluar
Sumber : Analisa Pribadi 2022

2.8.3. Konsep Penyelesaian Bangunan

Gambar 81. Konsep Penyelesaian Bangunan


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 87 |
2.8.4. Elemen Bangunan

Gambar 82. Ornamen, Fasade, Void


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 88 |
BAB V
LAPORAN PERANCANGAN
5.1 Persentasi Desain Tapak
5.1.1 Site Plan

Gambar 83. Site Plan


Sumber : Analisa Pribadi 2022

5.1.2 Layout Plan

Gambar 84. Layout Plan


Sumber : Analisa Pribadi 2022
T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 89 |
5.1.3 Potongan Site

Gambar 85. Potongan Site


Sumber : Analisa Pribadi 2022

5.1.4 Denah Bangunan

Gambar 86. Denah Lantai 1


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 90 |
Gambar 87. Denah Lantai 2
Sumber : Analisa Pribadi 2022

5.1.5 Tampak Bangunan

Gambar 88. Tampak Depan, Samping Kanan


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 91 |
Gambar 89Tampak Belakang, Samping Kiri
Sumber : Analisa Pribadi 2022

5.1.6 Potongan Bangunan

Gambar 90. Potongan Melintang dan Membujur


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 92 |
5.1.7 Detail Arsitektural Tapak

Gambar 91. Tampak Atas dan Depan Gerbang


Sumber : Analisa Pribadi 2022

Gambar 92. Tampak Belakang dan Samping Gerbang


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 93 |
Gambar 93 3D Gerbang
Sumber : Analisa Pribadi 2022

5.1.8 Perspektif Lingkungan

Gambar 94. Perspektif Lingkungan


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 94 |
5.1.9 Utilitas Site

Gambar 95. Utilitas Site


Sumber : Analisa Pribadi 2022

5.1.10 Perinsip Struktural

Gambar 96. Prinsip Struktural


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 95 |
5.1.11 Detail Arsitektural Bangunan

Gambar 97. Detail Kisi - Kisi, Ornamen


Sumber : Analisa Pribadi 2022

5.1.12 Perspektif Eksterior dan Interior

Gambar 98. Perspektif Eksterior dan Interior


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 96 |
5.1.13 Utilitas Bangunan

Gambar 99. Utilitas Bangunan


Sumber : Analisa Pribadi 2022

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 97 |
DAFTAR PUSTAKA

Hayyun Durrotul Faridah, Silvia Kurnia Sari, (2019). Pemanfaatan Mikroorganisme


Dalam Pengembangan Makanan Halal Berbasis Bioteknologi, Journal of Halal
Product and Research.

Alice Pramashinta, Listiyana Riska, Hadiyanto,(2014). Bioteknologi Pangan: Sejarah,


Manfaat dan Potensi Risiko, Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.

Delita Magdalena, (2007). Konsep Perencanaan Dan Perancangan Pusat Informasi Iptek
Di Surakarta, Tugas Akhir Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Dela Nur Indah Sari, (2020). Perancangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Sayuran di Puncokusumo dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis, Tugas Akhir
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.

Wina Lestari, (2021-2022). Perencanaan Dan Perancangan Pusat Penelitian Pertanian


Sumatera Selatan, Tugas Akhir Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.

Rektor UPR Komitmen Bangun Kampus Modern, https://kaltengekspres.com/2019/12/rektor-


upr-komitmen-bangun-kampus-modern/

Ir.Hadi Setyawan, MT bahan mata kuliah SKBG.

Triono Doddy, 1982, Peran dan Kesan Material

WHO, 2011. Laboratoriy Quality Standards and their Implementation.

Seprianto, S.Pi., M.Si. 2017. Modul Mata Kuliah Bioteknologi Pangan (Ibt 421), Program
Studi Bioteknologi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul

T U G A S A K H I R A R S I T E K T U R 98 |

Anda mungkin juga menyukai